Kampung Susuk (Etnografi Mengenai Kehidupan Pemukim di Pinggiran Kampus)

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Kondisi Umum Kota Medan
Perkembangan Kota Medan sebagai kota metropolitan sekaligus kota paling
maju di Pulau Sumatera berbanding lurus dengan gerak laju pertumbuhan
penduduknya. Bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan bukan hanya disebabkan
oleh pertumbuhan ekonomi yang memancing masyarakat luar untuk datang ke Kota
Medan tetapi juga karena kualitas pendidikan Kota Medan yang lebih baik daripada
yang ada di daerah sekitarnya.
Pertambahan jumlah penduduk yang selalu terjadi tiap tahunnya tentu
merubah kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Lokasi yang semakin sempit sudah
pasti merubah cara hidup masyarakatnya. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus
ibukota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan
cukup penting dan strategis secara regional. Kota Medan sering digunakan sebagai
barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.
Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan
langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kotakota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain.
Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki masyarakat
23
Universitas Sumatera Utara


potensi kerja yang cukup banyak. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya
yang relatif besar dimana tahun 2015 diperkirakan telah mencapai 2.583.156 jiwa.
Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor
tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat
perdagangan, keuangan dan pendidikan baik regional maupun nasional.
Secara administratif wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan
berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan
Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang
diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli
Serdang yang merupakan salah satu daerah kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA),
Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya, secara geografis Kota
Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber Daya Alam seperti Deli
Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing
Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara
ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar,
saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan
yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang
dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Hari lahir

kota Medan adalah 1 Juli 15904, sampai saat ini usia kota Medan telah mencapai 424

4

Perbedaan pendapat mengenai hari lahir Kota Medan tidak dibahas dalam konteks ini, penulis
mengutip pernyataan mengenai hari lahir Kota Medan berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh
pihak berwenang, dalam hal ini Pemerintahan Kota Medan sebagaimana yang tercantum dalam buku

24
Universitas Sumatera Utara

Tahun. Keberadaan Kota Medan saat ini tidak lepas dari historis yang panjang,
dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus,
Kota Medan berkembang semenjak Guru Patimpus membangun kampung tersebut,
Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan
seorang puteri Datuk Pulo Brayan.
Dalam bahasa Karo kata Guru berarti “Tabib“ atau “Orang Pintar“, kemudian
kata “Pa“ merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan
seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bundelan., bungkus atau balut. Maka
dengan demikian, nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang

memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan
untuk membawa barang bawaannya. (http//id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada
15/September2015)
Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan
oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan
Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan Ibukota Residen Sumatera
Timur dari Bengkalis menuju Medan tahun 1887, sebelum akhirnya status diubah
menjadi Gubernemen yang dipinpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara
historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisiskannya menjadi jalur lalu
lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan
Batubara, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan

“Medan Dalam Angka” maupun situs elektronik Pemerintahan Kota Medan.

25
Universitas Sumatera Utara

tembakau dalam awal perkembangannya, yang telah mendorong berkembangnya
Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan sejak masa lalu.
Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peran para pendatang asing yang

datang ke Medan sebagai pedagang ataupun lainnya, peranan Nienhuys sebagai
pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Marylan telah
menjadi cikal-bakal pertumbuhan Kota Medan. Nienhuys pada proses perkembangan
perkebunan tembakau telah memindahkan pusat peragangan tembakau miliknya ke
Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal sebagai Kawasan Gaharu.
Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan di Kota Medan
seperti saat sekarang ini, sedangkan dijadikannya Medan menjadi Ibukota dari Deli
juga telah mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai
saat ini selain merupakan suatu wilayah kota juga sekaligus Ibukota Sumatera Utara.
Gambaran Kota Medan merupakan sekilas penjelasan mengenai keberadaan Kota
Medan sebagai kawasan yang menjadi fokus lokasi penelitian ini, sebagai pusat
pemerintahan kota Medan yang memiliki 21 daerah kecamatan dan 151 daerah
kelurahan (http://id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 15/September/2015).
Dari 21 kecamatan tersebut, hanya satu kecamatan saja yang dipilih menjadi fokus
lokasi penelitian yakni Kecamatan Medan Selayang. Pemilihan tersebut dikarenakan
lokasi Kampung Susuk yang menjadi lokasi penelitian berada di Kelurahan Padang
Bulan Selayang I, Kecamatan Medan Selayang.

26
Universitas Sumatera Utara


2.2. Letak Geografis Kelurahan Padang Bulan Selayang I
Kelurahan Padang Bulan Selayang I termasuk wilayah Kecamatan Medan
Selayang, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Padang
Bulan Selayang I sekitar 8930 Ha. Jarak antara Kelurahan Padang Bulan Selayang I
dengan Kecamatan sekitar 3 km. Untuk mencapai lokasi Kelurahan Padang Bulan
Selayang I sangat mudah, karena Kelurahan Padang Bulan Selayang I terletak di
pinggiran jalan Lintas. Biasanya untuk mencapai lokasi Kelurahan Padang Bulan
Selayang I dapat menggunakan kendaraan roda empat, sebagian juga menggunakan
roda dua.
Sesuai dengan data yang diperoleh dari Kepala Kelurahan Padang Bulan
Selayang I bahwa kelurahan tersebut tergolong Desa Swasembada, yaitu Lingkungan
yang berkemampuan untuk berkembang sendiri. Sesuai dengan keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan dan tujuan Pembangunan Kelurahan. Secara
geografis letak Kelurahan Padang Bulan Selayang I mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Padang Bulan II dan Tanjung Sari
d. Sebelah Barat berbatasan dengan K.Tanjung Rejo dan Tanjung Selamat


27
Universitas Sumatera Utara

2.2.1. Tata Guna Tanah
Sebahagian besar luas tanah di Kelurahan Padang Bulan Selayang I ini
dipergunakan untuk dan sebagian Lahan Perumahan.
Tabel 1 : Tata Guna Lahan Tahun 2010
No.

Tata Guna Tanah

Luas Ha

1.

Areal Permukiman

2.235


2.

Areal Perumahan

2.840

3.

Areal Perkantoran

900

4.

Areal Pertanian & Perladangan

500

5.


Areal Lain-lain

-

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I 2010
Tabel 2 : Tata Guna Lahan Tahun 2015
No.

Tata Guna Tanah

Luas Ha

1.

Areal Permukiman

2.500

2.


Areal Perumahan

3.000

3.

Areal Perkantoran

1.000

4.

Areal Pertanian & Perladangan

350

5.

Areal Lain-lain


-

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I 2015

28
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa keadan daerah Kelurahaan Padang Bulan
Selayang I sebahagian besar dipergunakan untuk areal Perumahan sekitar 2.840 Ha,
kemudian meningkat pada tahun 2015 menjadi 3.000 Ha, atau kira-kira 50% dari luas
wilayah Kelurahan Padang Bulan Selayang I dipergunakan untuk Perumahan. Luas
lahan yang dipergunakan untuk perumahan tersebut biasanya diambil dari lahan
pertanian. Sehingga seperti pada Table 2 terlihat bahwa lahan pertanian menyusut
luasnya.
2.2.2. Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan Selayang I
Setiap organisasi memerlukan struktur organisasi yang baik dan teratur dalam
mencapai tujuannya. Struktur organisasi merupakan mekanisme-mekanisme formal
yang dikelola dalam kesatuan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses
manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek
manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek

penyelenggaraan organisasi dan manajemen yang mempunyai hubungan-hubungan
antara komponen bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan.
Suatu struktur organisasi merinci struktur wewenang, pembagian aktivitas
kerja sehingga setiap personil mengetahui pembagian aktivitas kerja sehingga setiap
personil mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing serta menunjukkan
bagaimana tingkatan aktivitas berkaitan stu sama lainnya. Struktur organisasi
menunjukkan garis perintah maupun jalur komunikasi formal yang pada tingkat
tertentu memiliki spesialisasi dari aktivitas kerja sehingga tercipta suatu team kerja
yang kompak dan dapat

mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam

29
Universitas Sumatera Utara

melaksanakan tugas dan tanggung jawab dari tiap bagian. Struktur organisasi yang
tepat dan teratur memberikan stabilitas dan kontuinitas yang memungkinkan
organisasi berhasil mencapai tujuannya.
Struktur organisasi pemerintah Kelurahan terdiri dari 2 (dua) pola pemerintah
yaitu pemerintahan pola minimal dan pola maksimal. Susunan organisasi pemerintah
Kelurahan pola minimal terdiri atas:
1. Sekretaris Kelurahan terdiri dari :
a. Urusan Pemerintahan
b. Urusan Pembangunan
c. Urusa Umum
2. Lingkungan
Sedangkan susunan organisasi pemerintahan Kelurahan pola maksimal terdiri
atas:
1. Sekretariat Kelurahan terdiri dari:
a. Urusan Pemerintahan
b. Urusan ketentraman dan Ketertiban
c. Urusan Pembangunan
d. Urusan Kesejahteraan Rakyat
e. Urusan Umum

2.3. Gambaran Keadaan Penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I
Jumlah penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 sebanyak
10.864 jiwa yang terdiri dari :
- Kepala Keluarga

: 6.486 KK

30
Universitas Sumatera Utara

- Jumlah Pria

: 5.233 Jiwa

- Jumlah Wanita

: 5.631 Jiwa

- Kewarganegaraan

: - Warga Negara Indonesia 10.800 jiwa

- Warga Negara Asing : 64 jiwa
Adapun perincian keadaan–keadaan Kelurahan Padang Bulan I menurut
kelompok mulai dari umur pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun
2010
No.

Tingkat Umur

Jumlah Jiwa

1.

04 – 06

600

2.

07 – 12

1.050

3.

13 – 18

3.500

4.

16 – 18

1.600

5.

19 Ke atas

3.000

Jumlah

9.750

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Tahun 2010
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun
2015
No.

Tingkat Umur

Jumlah Jiwa

1.

04 – 06

735

2.

07 – 12

1.117

3.

13 – 18

3.801

4.

16 – 18

1.896

5.

19 Ke atas

3.315

Jumlah

10.375

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Tahun 2015

31
Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 3. jumlah penduduk tertinggi pada usia pendidikan adalah tingkat
umur 13 – 18 tahun yaitu 3.500 jiwa, kemudian meningkat pada Tahun 2015
mengacu pada Tabel 4 menjadi 3.801 jiwa.
Jumlah penduduk menurut usia tenaga kerja sebagai berikut:
• 20 – 26 tahun : 798 jiwa
• 27 – 40 tahun : 1.372 jiwa
Ditinjau dari segi pendidikan, penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I
ada yang tergolong pendidikan cukup sedang rata-rata masyarakatnya sudah
mencapai tamatan SLTP, SLTA, juga Sarjana. Yang mana jumlah penduduk menurut
jenis pendidikan adalah sebagai berikut:
• Landasan Pendidikan Umum : 3.374 jiwa
• Landasan Pendidikan Khusus : 240 jiwa
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun
2010
No.

Jenis Pendidikan

Jumlah Jiwa

1.

Taman Kanak-kanak

30

2.

Tamatan SD

200

3.

Tamatan SMP

350

4.

Tamatan SMA

700

5.

Tamatan Akademi/Diploma

750

6.

Tamatan Sarjana

900

Jumlah

2.930

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010

32
Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun
2015
No.

Jenis Pendidikan

Jumlah Jiwa

1.

Taman Kanak-kanak

25

2.

Tamatan SD

250

3.

Tamatan SMP

400

4.

Tamatan SMA

800

5.

Tamatan Akademi/Diploma

950

6.

Tamatan Sarjana

974

Jumlah

3.374

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015
Untuk jenis pendidikan khusus dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Adalah
sebagai berikut:
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2010
No.

Jenis Pendidikan

Jumlah Jiwa

1.

Pondok Pesantren

40

2.

Madrasah

60

3.

Sekolah Luar Biasa

25

4.

Kursus

50

Jumlah

175

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010

33
Universitas Sumatera Utara

Table 8. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2015
No.

Jenis Pendidikan

Jumlah Jiwa

1.

Pondok Pesantren

60

2.

Madrasah

50

3.

Sekolah Luar Biasa

45

4.

Kursus

80

Jumlah

240

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015
2.3.1. Jenis dan Mata Pencaharian Penduduk
Penduduk Kelurahan Tanjung Sari sebahagian besar adalah sebagai karyawan
karena Kelurahan Padang Bulan Selayang I memiliki luas wilayah areal perumahan
yang luas, dan yang lainnya sebagai wiraswasa, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya
jenis dan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2010
No.

Mata Pencaharian

Jumlah Jiwa

1.

Karyawan/PNS

900

2.

Wiraswasta

600

3.

Petani

150

4.

Pensiunan

15

5.

Jasa

10

Jumlah

1.675

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010

34
Universitas Sumatera Utara

Table 10. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2015
No.

Mata Pencaharian

Jumlah Jiwa

1.

Karyawan/PNS

982

2.

Wiraswasta

700

3.

Petani

95

4.

Pensiunan

35

5.

Jasa

10

Jumlah

1.792

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015
Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Padang Bulan
Selayang I sebahagian besar mata pencahariannya dari hasil Perkantoran atau sekitar
900 jiwa, kemudian meningkat pada tahun 2015 seperti pada Tabel 10 sebesar 982.
Sedangkan masyarakat yang bekerja sebagai Petani pada tahun 2010 sebesar 150
jiwa, pada tahun 2015 berkurang menjadi 95 jiwa. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
lahan pertanian yang sudah berubah menjadi perumahan. Masyarakat yang dulunya
bertani saat ini sebagian sudah memiliki pekerjaan lain, ada yang membuka usaha
laundry ada juga yang menjadi pengusaha kos-kosan karena menjual lahannya,
namun ada pula yang menjadi tukang becak karena lahan pertanian yang dikelolanya
dulu memang adalah milik swasta.

35
Universitas Sumatera Utara

2.4. Sejarah Singkat Kampung Susuk
Nama Kampung Susuk berasal dari nama desa yang ada di Kecamatan
Tiganderket yang berada di Tanah Karo yang bernama Desa Susuk. Pada awal zaman
penjajahan Belanda, suku bangsa Karo yang berasal dari Desa Susuk di Tanah Karo
ingin tinggal di wilayah kekuasaan Belanda dan salah satunya adalah daerah yang
sekarang bernama Kampung Susuk. Daerah tersebut dahulu merupakan perkebunan.
Setelah suku bangsa Karo menetap di wilayah jajahan Belanda, mereka membuat
suatu pemukiman yang dahulunya berlokasi di pusat Susuk V (lima). Perolehan
wilayah tersebut akibat pihak Belanda meninggalkan wilayah tersebut dan mencari
daerah yang lebih strategis lagi di tempat lain.
Seiring perjalanan waktu penduduk suku bangsa Karo menjadi lebih banyak
dan meluas hingga membentuk suatu kampung dan dengan kesepakatan bersama
diberi nama ’Kampung Susuk’. Penduduk Kampung Susuk pada awalnya ditempati
oleh masyarakat asli dari Desa Susuk yang ada di Tanah Karo. Seiring perjalanan
waktu, akhirnya Kampung Susuk dihuni oleh beraneka ragam suku bangsa.
Walaupun demikian, suku bangsa Karo masih dominan bila dibandingkan dengan
suku bangsa yang lainnya.
Jumlah luas areal di daerah Kampung Susuk sekitar 45 hektar. Bila memasuki
wilayah Kampung Susuk pasti akan terlihat banyak rumah-rumah yang dikontrakkan
atau dikoskan. Alasanya karena daerah Kampung Susuk merupakan daerah yang
sangat strategis menurut mahasiswa USU. Jarak yang sangat dekat terhadap
Universitas Sumatera Utara (USU) membuat berbagai mahasiswa memilih tempat

36
Universitas Sumatera Utara

tinggal sementaranya di lokasi Kampung Susuk. Akibat banyaknya rumah yang
disewakan maka tidak heran di sepanjang jalan banyak terdapat rumah makan, rental,
warnet dan warung yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Daerah Kampung Susuk juga dipenuhi sawah-sawah yang cukup lumayan
luas. Bila memasuki wilayah susuk VIII (delapan) dan seterusnya maka dapat terlihat
daerah persawahan yang sangat indah dan seakan-akan berada di suatu daerah
pedesaan. Di daerah Kampung Susuk memang masih terdapat daerah pertanian,
walaupun dapat dikatakan sebagai pertanian di tengah kota. Dengan adanya daerah
persawahan maka Kampung Susuk sangat asri bila di lihat. Dengan banyaknya
penduduk yang ada di daerah Kampung Susuk dengan berbagai suku bangsa
ditambah dengan berbagai macam mahasiswa dari berbagai suku bangsa dan dengan
latar belakang yang berbeda, membuat daerah Kampung Susuk menjadi ramai dan
multietnis.
Suku bangsa yang ada di daerah tersebut terdiri dari suku bangsa Karo,
Minangkabau, Jawa, Toba, Simalungun, Aceh, Tapanuli Selatan, dan Nias. Suku
bangsa Nias di daerah Kampung Susuk cukup lumayan banyak sekitar 30 KK
(Kepala Keluarga). Masing-masing suku bangsa Nias di daerah Kampung Susuk
saling membentuk komunitasnya sendiri. Di Kampung Susuk mereka juga menyebar,
antara lain di Susuk II, III, VI, VII, dan VIII. Di antara daerah tersebut suku bangsa
Nias paling banyak di daerah susuk VII dan VIII.
Lingkungan area hunian terbentuk karena adanya proses pembentukan tempat
tinggal merupakan wadah fungsional yang didasarkan pada pola aktivitas manusia

37
Universitas Sumatera Utara

dan pengaruh setting (tata letak). Pola tersebut boleh bersifat fisik dan non fisik
(sosial budaya) yang secara langsung mempengaruhi pola aktivitas

dan proses

perletakan. Suatu kawasan di perkotaan ada yang memiliki kumpulan orang dari desa
yang berasal dari suku bangsa yang sama. Kumpulan orang tersebut membentuk
suatu desa di kota yang proses pembentukannya memiliki kaitan dengan keadaan
sosial dan budaya dari desa asal mereka. Desa yang terbentuk di perkotaan ini
dinamakan kampung kota. Ruang tempat kehidupan suatu kumpulan masyarakat di
kampung kota ini merupakan ruang yang terjadi sebagai wujud peralihan dari desa
dan kota. Tata cara dalam ruang tersebut masih terbawa ke kota. Padahal pada saat
bersamaan mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara hidup orang
kota.
Kampung kota merupakan kenyataan sosial-budaya yang terjadi di kota-kota
di Indonesia yang sudah menggenal sejak kerajaan Hindia Belanda. Definisi yang
tepat pada awal abad ke-20 adalah pemukiman pribumi yang masih meneruskan
tradisi desa asalnya sekalipun tinggal di kota. Saat ini kampung kota lebih dekat
pengertiannya sebagai suatu sistem pemukiman yang struktur sosial, budaya dan
ekonominya tidak terorganisir dalam suatu sistem kelembagaan formal. Pemukiman
tersebut tumbuh di kawasan kota tanpa pencerahan infrastruktur dan jaringan
ekonomi kota (Marpaung, 2009).
Dari segi ekonomi suku bangsa Nias bermata pencaharian sebagai tukang
becak dan pemungut barang bekas (tukang butut). Di daerah Kampung Susuk sendiri,
tukang becak yang bersuku bangsa Nias lebih banyak dibandingkan dengan suku

38
Universitas Sumatera Utara

bangsa Karo sebagai tukang becak yang sudah menetap dan sekaligus sebagai
masyarakat asli penduduk setempat.
2.4.1. Kependudukan dan Komposisi Berdasarkan Suku Bangsa, Agama,
dan Pendidikan
Penduduk daerah Kampung Susuk dihuni oleh beberapa suku bangsa, yakni:
suku bangsa Karo, Toba, Tapsel, Jawa, Nias, Simalungun, Aceh, dan Minangkabau.
Suku bangsa Karo merupakan penduduk asli Kampung Susuk sementara suku bangsa
lainnya merupakan kelompok masyarakat pendatang. Saat ini penduduk daerah
Kampung Susuk mayoritas bersuku bangsa Karo. Suku bangsa Karo memiliki jumlah
yang banyak disebabkan oleh suku bangsa yang menempati daerah Kampung Susuk
pertama kali adalah suku bangsa Karo.
Komposisi penduduk di Kampung Susuk berdasarkan suku bangsa dapat di
lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 11 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2010
No.

Suku Bangsa

Jumlah Jiwa

1.

Batak Toba

2.

Karo

2.343 Jiwa
2.426 Jiwa

3.

Jawa

4.

Tapanuli Selatan

5.

Melayu

6.

DLL

3.136 Jiwa
424 Jiwa
337 Jiwa
609 Jiwa

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010

39
Universitas Sumatera Utara

Table 12 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2015
No.

Suku Bangsa

Jumlah Jiwa

1.

Batak Toba

2.543 Jiwa

2.

Karo

3.

Jawa

4.

Tapanuli Selatan

5.

Melayu

2.526 Jiwa
3.536 Jiwa
504 Jiwa
307 Jiwa
769 Jiwa

6.

DLL

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015
Berdasarkan pada Tabel 12 di atas komposisi penduduk berdasarkan suku
bangsa di Kelurahan Padang Bulan Selayang I yang terbanyak adalah suku bangsa
Batak, namun lain halnya dengan suku bangsa yang terbanyak di lingkungan IX
(Kampung Susuk) adalah suku bangsa Karo dibandingkan dengan suku bangsa
lainnya. Disusul dengan suku bangsa lainnya yang dianggap sebagai suku bangsa
pendatang seperti suku bangsa Batak, Tapsel, Aceh, Simalungun, Minangkabau, dan
Nias.
Suku bangsa Karo memiliki jumlah yang banyak diakibatkan suku bangsa
Karo merupakan masyarakat asli yang pertama kali menempati daerah Kampung
Susuk sejak Belanda meninggalkan wilayahnya. Suku bangsa Batak memang cukup
banyak setelah suku bangsa Karo di Kampung Susuk. Selain suku bangsa Batak
banyak akibat dari masyarakat setempat yang ada ditambah dengan anak kos yang

40
Universitas Sumatera Utara

berada di Kampung Susuk yang mayoritas bersuku bangsa Batak. Sama halnya dari
segi agama, penduduk di Kampung Susuk juga berbeda dengan jumlah agama
terbanyak di Kelurahan. Jumlah agama tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 13 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2010
No.

Agama

Jumlah Jiwa

1.

Islam

2.160

2.

Kristen Protestan

3.200

3.

Kristen Katolik

1.160

4.

Budha

200

5.

Hindu

5

Jumlah

6.725

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010
Table 14 : Komposisi Penduduk Berdasarkan AgamaTahun 2015
No.

Agama

Jumlah Jiwa

1.

Islam

2.464

2.

Kristen Protestan

3.297

3.

Kristen Katolik

1.199

4.

Budha

217

5.

Hindu

8

Jumlah

7.185

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015
41
Universitas Sumatera Utara

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Padang Bulan
Selayang I lebih banyak beragama Islam, namun lain halnya dengan daerah Kampung
Susuk jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak dibandingkan dengan agama
yang lainnya. Faktor lebih banyaknya agama Kristen Protestan pertama dibawa oleh
suku bangsa Karo yang ada di tanah Karo yang lebih dahulu mendapat agama
tersebut dari misionaris dari luar yang menyebarkarkan injil.
Suku bangsa Karo, Batak dan Nias lah yang membuat penduduk daerah
Kampung Susuk mempunyai jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak
dibandingkan dengan agama lainnya. Selain daripada masyarakat yang menetap di
daerah Kampung Susuk. Jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak akibat
ditambahnya anak kos yang menempati wilayah Kampung Susuk yang mayoritas
juga beragama Kristen Protestan. Semua hal inilah yang menyebabkan Kampung
Susuk mempunyai jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah agama yang lainnya.
Dari usianya penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I dengan Kampung
Susuk memiliki jumlah yang tidak berbeda jauh dalam hal produktif usia muda dan
usia lebih tua dan dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Table 15 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
No.

Golongan Umur

Jenis Kelamin
Laki-Laki

1.

0-5 Tahun

546

Jumlah

Perempuan
520

1075

42
Universitas Sumatera Utara

2.

6-10 Tahun

423

402

825

3.

11-15 Tahun

399

378

777

4.

16-20 Tahun

405

414

819

5.

21-25 Tahun

384

321

705

6.

26-30 Tahun

385

384

769

7.

31-35 Tahun

378

430

808

8.

36-40 Tahun

456

371

827

9.

41-45 Tahun

425

390

815

10.

46-50 Tahun

338

515

853

11.

51-55 Tahun

391

442

833

12.

Lebih dari 56 Tahun

500

579

1079

5.030

5.155

10.375

Jumlah

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas jumlah komposisi usia dan jenis kelamin wanita
lebih besar dibandingkan dengan jumlah komposisi usia dan jenis kelamin laki-laki.
Jumlah komposisi wanita 5.155 jiwa dan komposisi laki-laki adalah 5.030 jiwa.
Jumlah usia produktif dengan jumlah golongan tua berbeda jauh. Jumlah golongan
tua lebih banyak dibandingkan dengan jumlah usia produktif. Sama halnya dengan
jumlah Kampung Susuk, jumlah golongan tua lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah usia produktif.

43
Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Organisasi Kemasyarakatan
Penduduk daerah Kampung Susuk umumnya dikategorikan dengan suku
bangsa Batak dengan sub-etnik yang beragam, antara lain : Karo, Toba, Tapanuli
Selatan, Simalungun, Aceh, Minangkabau, dan Jawa. Sistem kekerabatan penduduk
daerah Kampung Susuk mengikuti garis keturunan laki-laki atau patrilineal. Dalam
berkomunikasi, biasanya masyarakat daerah Kampung Susuk memakai bahasa Karo.
Hal ini dikarenakan penduduk daerah Kampung Susuk mayoritas berasal dari suku
bangsa Karo.
Dalam meningkatkan komunikasi atau silaturahmi, warga desa Kampung
Susuk maka mereka membentuk atau mengikuti suatu organisasi. Dalam Undangundang yang dimaksud dengan Organisasi Kemasyarakatan adalah suatu organisasi
yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam
rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang berdasarkan Pancasila (www.theceli.com/dokumen/produk/1985/81985.htm).
Terdapat dua jenis organisasi sosial yang berada di daerah Kampung Susuk,
yaitu lembaga agama dan lembaga umum. Pertama, lembaga agama terdiri dari Islam
dan Kristen (terbagi lagi dalam beberapa aliran) dan Khatolik. Masing-masing agama
tersebut memiliki struktur dan lembaga, serta organisasi pemuda. Adapun rumah
ibadah di daerah Kampung Susuk terdapat 1 (satu) buah gereja dan 1 (satu) buah

44
Universitas Sumatera Utara

masjid. Organisasi keagamaan di gereja terdiri dari Mamre (kumpulan jemaat bapak
– bapak di dalam gereja), Moria (kumpulan jemaat ibu-ibu di dalam gereja), Permata
(Kumpulan muda-mudi di dalam gereja), KA/KR (Kumpulan anak/remaja di dalam
gereja), PJJ (Pulung Jabu-Jabu) = Kebaktian dalam rumah tangga dalam jemaat
gereja. Sedangkan bagi yang beragama Islam seperti adanya pangajian ibu-ibu,
pengajian bapak-bapak dan wirit.
Organisasi kedua adalah lembaga umum. Lembaga umum yang dimaksud
adalah sebuah wadah atau perkumpulan yang mengurusi kepentingan umum, seperti
STM (Serikat Tolong Menolong), Kelompok Tani dan perangkat desa lainnya.
Lembaga umum pertama yaitu STM sedikit berbeda dengan perbedaan satu sama
lain, misalnya STM yang bergama Islam berbeda dengan STM Yang beragama
Kristen (Protestan dan Khatolik). Lembaga umum di atas memiliki struktur dan
kelembagaan yang diakui oleh masyarakat daerah Kampung Susuk.
Walaupun dalam hal ini organisasi kemasyarakatan dibedakan berdasarkan
dari agama, namun organisasi ini tetap terus berjalan di wilayah Kampung Susuk dan
sama-sama saling mendukung agar semua dapat aktif digunakan sebagai salah satu
wadah untuk mengekspresikan diri. Organisasi kemasyarakatan di daerah Kampung
Susuk pada saat ini masih terus berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing dan
saling menunjang sesama masyarakat didalamnya.

45
Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Sarana dan Prasarana
Tabel 16 : Sarana Ibadah
No.

Jenis Sarana Ibadah

Jumlah

Kondisi Rusak/Baik

1.

Masjid

5

Baik

2.

Langgar/Surau/Mushola

2

Baik

3.

Greja Kristen Protestan

4

Baik

4.

Greja Katolik

1

Baik

5.

Vihara

-

-

6.

Pura

-

-

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 16 di atas terlihat jumlah tempat peribadatan di Kelurahan
Padang Bulan Selayang I cukup sedikit untuk sebuah satu kelurahan. Di daerah
Kampung Susuk sendiri terdapat 1 (satu) buah gereja dan 1 (satu) buah masjid yang
masih dalam tahap pembuatan dan renovasi baru. Gereja yang ada di daerah
Kampung Susuk adalah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) dimana gereja tersebut
adalah sebuah gereja suku Karo yang beraliran Kristen Protestan.
Keberadaan gereja tersebut dikarenakan penduduk masyarakat di Kampung
Susuk lebih bayak suku bangsa Karo. Setiap hari minggu pagi di dalam gereja
berbahasa Indonesia, biasanya dipakai oleh mahasisiwa dari berbagai suku bangsa,
sedangkan jam siangnya berbahasa Karo untuk kalangan para orang tua.

46
Universitas Sumatera Utara

Table 17 : Sarana dan Prasarana Pendidikan
No.

Jenis Prasarana

Keterangan
Jumlah

Kondisi

1.

Perguruan Tinggi

-

-

2.

SLTA/Sederajat

2

Baik

3.

SLTP/Sederajat

2

Baik

4.

SD/Sederajat

3

Baik

5.

TK

2

Baik

6.

TPA/Sederajat

2

Baik

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 17 di atas sarana pendidikan di Kelurahan Padang Bulan
Selayang I sudah dikatakan lengkap, hanya saja tidak terdapat perguruan tinggi,
namun khusus di daerah Kampung Susuk sendiri sarana pendidikan belum tersedia
atau tidak ada sama sekali. Kampung Susuk sendiri merupakan lingkungan IX
(sembilan) di Kelurahan Padang Bulan Selayang I yang wilayahnya hanya sekitar 45
hektar. Dengan lebar wilayah tersebut kurang cocok bila di bangun sarana pendidikan
di wilayah tersebut.

47
Universitas Sumatera Utara