Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

25

2.1

Paradigma Kajian
Paradigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan

sebagai kerangka berpikir dan suatu model dalam ilmu pengetahuan. Paradigma
menggambarkan suatu pandangan dunia (world view) yang menentukan bagi
pengamat sifat dari ‘dunia’ sebagai tempat individu dan kemungkinan hubungan
dengan dunia tersebut beserta bagian-bagiannya (Hermawan, 2011: 4).
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu dan teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan
bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian. Pada umumnya paradigma
diartikan sebagai cara atau sudut pandang yang dipakai oleh seseorang atau satu
kelompok dalam melihat, memandang, atau mendekati suatu gejala yang ada dan
atau yang muncul dalam masyarakat.
Dalam melakukan penelitian, komunikasi memiliki tiga paradigma, yaitu
paradigma klasik, paradigma kritis, dan paradigma konstruktivisme. Namun

menurut Sendjaja, dalam perkembangan ilmu saat ini terdapat paradigma klasik
yang merupakan gabungan dari paradigma positivis dan post-positivis (Bungin,
2008: 237).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma post-positivis.
Paradigma post-positivis merupakan paradigma penelitian yang berusaha
melakukan kritik pada paradigma positivis. Paradigma ini menganggap bahwa
penelitian tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai pribadi peneliti sendiri.
Peneliti perlu memasukkan nilai-nilai sebagai pendapatnya sendiri dalam menilai
realita yang diteliti. Tujuan penelitian dengan paradigma ini sama dengan
positivistik yaitu untuk mengetahui pola umum yang ada dalam masyarakat
(Pujileksono, 2015: 28).
Paradigma ini sangat sesuai dengan masalah pada penelitian ini yaitu
14
melihat bagaimana proses rekrutmen anggota
yang dilakukan oleh organisasi

KOMPAS-USU dan bagaimana pula strategi komunikasi yang mereka gunakan
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


26

dalam proses rekrutmen tersebut. Strategi komunikasi dalam suatu proses
rekrutmen anggota sebuah organisasi merupakan fakta dan realitas sosial yang
benar adanya. Namun, kebenaran tersebut tidak akan didapat apabila peneliti
mengambil jarak atau tidak terlibat langsung dengan realitas yang ada.
2.2

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang seirama dengan Strategi Komunikasi dalam Merekrut

Anggota sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, namun
penelitian dengan fokus strategi komunikasi dalam merekrut anggota organisasi
mapala seperti KOMPAS-USU masih belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.
Adapun beberapa literatur yang bisa dijadikan sebagai acuan antara lain :
1.

“STRATEGI KOMUNIKASI PERUSAHAAN ORIFLAME DALAM
MEREKRUT CUSTOMER DI KOTA MAKASSAR”, milik Afridyawati

Rahmadani dengan NIM E 311 07 020, Mahasiswi Konsetrasi Public
Relations, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Hasanuddin Makassar 2011.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui strategi
komunikasi apa yang dilakukan oleh perusahaan Oriflame dalam merekrut
customer di kota Makassar, (2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang
menunjang dan menghambat terhadap strategi komunikasi oriflame dalam
merekrut customer di kota Makassar.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada strategi komunikasi yang
dilakukan oleh perusahaan oriflame untuk merekrut customer di kota
Makassar. Adapun strategi tersubut ialah bekerja dengan system Sales And
Recruitment Process In Oriflame (SARPIO) yang memiliki kerangka kerja
dan metode-metode yang akan mendukung semua tingkatan dalam jaringan,
yang semuanya memiliki tugas dan arahan tentang apa yang harus dilakukan
untuk berkembang hingga ke level atau semakin berkembang pada Success
Plan Oriflame.
Selain itu, Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi komunikasi, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

27

strategi komunikasi dapat meliputi : gagasan, pesan, media, respon, dan
feedback, dimana nampak bahwa kelima faktor dalam strategi komunikasi
berpengaruh dalam merekrut jumlah customer. Sedangkan hambatan dalam
menerapkan strategi komunikasi dimana seringkali terjadi perbedaan antara
komunikator dan komunikan.
2.

“STRATEGI

KOMUNIKASI

REKRUTTMEN

DI

ORGANISASI


KEMAHASISWAAN (Studi Kasus Rekrutmen Kader HMI Cabang
Ciputat)”, milik Anis Kurniawan dengan NIM 108032200017, Mahasiswa
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
Secara umum, skripsi ini menganalisa strategi rekrutmen kader organisasi
yang digunakan oleh HMI Cabang Ciputat dengan menggunakan perspektif
gerakan sosial dengan fokus pada aspek resource mobilization. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi HMI Cabang Ciputat tentang
pentingnya rekrutmen kader dan untuk mengetahui strategi apa saja yang
dilakukan oleh pengurus HMI Cabang Ciputat dalam merekrut kader.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekrutmen kader yang dilakukan oleh
HMI Cabang Ciputat sangat penting. Pertama, rekrutmen dipandang
sebagai ujung tombak atau tulang punggung sebuah organisasi. Kedua,
rekrutmen dilakukan untuk mencari calon kader yang potensial. Ketiga,
Rekrutmen dinilai sebagai upaya regenerasi kepengurusan dalam organisasi.
Keempat, rekrutmen dianggap sebagai bentuk eksistensi HMI. kelima,
rekrutmen merupakan strategi bertahan organisasi HMI. Sedangkan strategi
rekrutmen yang dilakukan oleh pengurus HMI Cabang Ciputat adalah Face
to Face, yang dalam hal ini lebih menekankan pada strategi Private Face To

Face, seperti jaringan pertemanan, jaringan kekeluargaan, jaringan
almamater pendidikan atau pesantren, dan jaringan primordial (satu daerah).
Selain itu, HMI Cabang Ciputat menggunakan strategi Public Face to Face,
yaitu dengan mengadakan seminar-seminar, kajian dan diskusi, serta Bimtes
(Bimbingan Tes) pada calon mahasiswa baru. Sehingga, dengan hal itu,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

28

pengurus mudah melakukan rekrutmen terhadap mahasiswa baru. Strategi
melalui media yang digunakan untuk menyampaikan informasi perekrutan
lebih menggunakan strategi Private Mediated, seperti SMS dan BBM,
karena dianggap lebih efektif. Di sisi yang lain, digunakan strategi Public
Mediated, seperti media sosial facebook dan twitter, serta media cetak
seperti pamflet, brosur dan selebaran-selebaran yang diberikan pada calon
anggota.
3.


“STRATEGI KOMUNIKASI DAN REKRUT ANGGOTA ORGANISASI
(Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Strategi Komunikasi dalam Perekrutan
Anggota Organisasi di HMI Komisariat FISIP USU)”, milik Chyiona Azaria
Raz S dengan NIM 110904040, Mahasiswi Departemen Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan
2015.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses rekrutmen, untuk
mengetahui strategi komunikasi

yang digunakan.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa HMI FISIP USU dalam melakukan perekrutan anggota
HMI harus melalui tiga tahapan, perekrutan, pembinaan, dan menghasilkan.
Prekruktan melalui MAPERCA, pembinaan dengan mengikuti kepanitiaan,
dan kepengurusan biro selanjutnya menghasilkan anggota biasa dengan
mengikuti Latihan Kader 1 (LK1). Strategi komunikasi HMI juga
memperhatikan tujuan strategi komunikasi itu sendiri seperti : Memberi

tahu, Memotivasi, Mendidik, Menyebar luaskan informasi, dan mendukung
pembuatan keputusan. menyusun strategi komunikasi memperhitungkan
faktor pendukung dan penghambat. Seperti mengenal khalayak yang
ditugaskan kepada bidang litbang, pemilihan media komunikasi, seperti
diskusi, aksi sosial ataupun acara music yang di lakukan oleh bidang KPP
dan PTKP, pengkajian tujuan pesan kepada calon anggota dengan metode
persuasive, dengan penerapan komunikasi antar pribadi yang baik,
kemudian peranan pengurus dalam komunikasi, dengan memperhatikan
daya tarik sumber dan kredibilatas agar dapat dipercaya oleh calon anggota.
Manfaat yang dirasakan anggota HMI adalah mengetahui bagaimana cara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

29

mengatur, merencanakan susuatu pada organisasi secara terstruktur dan
mendapatkan tambahan wawasan melalui diskusi-dsikusi yang diberikan
dan forum pelatihan yang ada di HMI FISIP USU dan memperluas jaringan.

2.3

Kajian Pustaka
Dalam melakukan penelitian ilmiah, teori sangat berperan dalam

menentukan landasan berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah
dengan sistematis. Gibbs (dalam Black, 2001: 48) menyatakan bahwa teori adalah
sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk
penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari kelas-kelas yang tak terbatas dari
berbagai kejadian atau benda.
Sebagaimana yang didefinisikan oleh Nawawi bahwa setiap penelitian
memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau
menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat
pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian
akan disoroti (Nawawi, 2012 : 39). Fungsi teori dalam penelitian adalah
membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang
menjadi pusat perhatiannya (Kriyantono, 2006 : 42).
Adapun teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah komunikasi,
komunikasi organisasi, strategi komunikasi, teori motivasi dalam organisasi, dan
rekrutmen.

2.3.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Melalui komunikasi setiap
orang dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam kehidupan
sehari-hari, seperti dalam rumah tangga, tempat pekerjaan maupun dimana saja
manusia tersebut berada, sehingga dalam kenyataannya tidak ada manusia yang
tidak terlibat komunikasi.
Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari
kata bahasa latin communis yang berarti “sama”, communico, communication,
atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah
pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

30

merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan
bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana,
2010 : 46).

Harold Lasswell mengemukakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan berikut : “Who says What in Which
Channel to Whom With What Effect?” atau Siapa Mengatakan Apa Dengan
Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana, 2010 : 62).
Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu (Effendy, 2003: 10) :
a.

Komunikator (siapa yang mengatakan?)

b.

Pesan (mengatakan apa?)

c.

Media (melalui saluran / channel / media apa?)

d.

Komunikan (kepada siapa?)

e.

Efek (dengan dampak / efek apa?)

Secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian
suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak
langsung melalui media. Shannon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004: 7)
berpendapat bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang selalu
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada
bentuk komunikasi verbal tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan
teknologi.
Dari pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa tujuan utama dari
komunikasi ialah untuk menyamakan makna antara komunikator (pengirim pesan)
dan komunikan (penerima pesan). Sedangkan Stanton (dalam Liliweri, 2011 :
128) menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima tujuan komunikasi
manusia, yaitu :
1.

Mempengaruhi orang lain

2.

Membangun atau mengelola relasi antarpersonal

3.

Menemukan perbedaan jenis pengetahuan

4.

Membantu orang lain
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

31

5.

Bermain atau bergurau

Selain itu, Liliweri (2011: 129) merumuskan tujuan komunikasi yaitu make
them SMART, artinya komunikasi dapat memenuhi:
1. Specific – membuat sasaran merasa diperhatikan secara khusus, artinya
mereka mendengarkan informasi dari sumber khusus, pesan khusus, media
khusus, dengan efek khusus dalam konteks khusus pula.
2. Measureable – bahwa tujuan komunikasi akan dapat dicapai jika sumber
komunikasi merumuskan ukuran – ukuran bagi semua elemen dalam
proses komunikasi. Misalnya, ada indikator untuk menentukan kelayakan
sumber bagi tercapainya tujuan komunikasi, indikator atau alat ukur bagi
pesan, media sasaran, efek dan indikator bagi konteks.
3. Attainable – bahwa tujuan komunikasi adalah penetapan terhadap apa
yang seharusnya dicapai dalam suatu aktivitas komunikasi, tentukan
tingkat ketercapaian tujuan komunikasi itu (dalam persentase perubahan
sikap, dan lain – lain).
4. Result-orientated - berorientasi pada hasil, bahwa tujuan komunikasi
harus berorientasi pada hasil yang telah direncanakan (planned
communication, intenstionality communication).
5. Time-limited - komunikasi yang baik adalah komunikasi yang memiliki
batasan waktu sebagai faktor untuk menentukan tercapainya tujuan
komunikasi.
Lebih lanjut Liliweri (2011 : 128) mengatakan bahwa tujuan komunikasi
sedapat mungkin memperhatikan elemen-elemen utama komunikasi, yaitu :

1.

Pengirim, orang yang mengirimkan pesan (encoder).

2.

Penerima, orang yang menginterpretsi pesan (decoder).

3.

Saluran, metode bagi seseorang untuk mengoptimalisasikan daya guna
sehingga kita dapat mengirimkan sebuah pesan secara verbal,
nonverbal, atau termediasi.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

32

4.

Pesan, informasi yang sudah distimulasikan itu dikirim oleh pengirim
ke dalam alam pikiran penerima.

5.

Umpan balik, respon yang diberikan penerima kepada pengirim.

6.

Lingkungan, dunia fisik dan nonfisik sebagai tempat terjadinya
interaksi.

7.

Gangguan, dari luar yang hanya dapat terlihat dan terasa dalam
peristiwa komunikasi.

Pada intinya komunikasi bertujuan untuk menciptakan pemahaman
bersama, mengubah persepsi bahkan perilaku. Selain itu, komunikasi juga dapat
menjadi cara untuk bertukar informasi dan penyampaian makna suatu sistem
sosial atau organisasi. Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerjasama dan
mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.
Seberapa berbakatnya seseorang, ia harus menguasai keterampilan dalam
berkomunikasi. Wilbur Schram (dalam Mufid, 2009 : 128-129) menyebutkan
sebagai “condition of success in communication” yakni kondisi yang harus
dipenuhi agar pesan disampaikan dan menghasilkan tanggapan yang diinginkan
yaitu :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang yang memiliki pengertian yang
sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti.
3. Pesan harus dapat menumbuhkan kebutuhan pribadi komunikan
sekaligus menyediakan alternatif untuk mencapai kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus berkaitan dengan kebutuhan kelompok dimana komunikan
berada.
2.3.1.1 Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakekatnya merupakan proses penyampaian pikiran
atau perasaan seseorang kepada orang lain. Proses komunikasi terbagi menjadi
dua tahap (Effendy, 2007 : 11) yang meliputi :

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

33

a.

Proses komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi ini adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi ini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya
yang mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
b.

Proses komunikasi Secara Sekunder
Proses komunikasi ini adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang
komunikator

menggunakan

media

kedua

dalam

melancarkan

komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Proses komunikasi secara
sekunder ini menggunakan media yang dapat diklarifikasikan sebagai media
massa (surat kabar, siaran radio, siaran TV, film) dan media nirmassa atau
media nonmassa (surat, telepon, poster, dll).
2.3.2 Komunikasi Organisasi
Schein (dalam Muhammad, 2007: 23) mengatakan bahwa organisasi adalah
suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa
tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas
dan tanggung jawab. Komunikasi terjadi dalam lingkup yang mempunyai struktur,
karakteristik, serta fungsi tertentu yang mempengaruhi proses komunikasi itu
sendiri. Adanya pemahaman, interaksi, relasi dan transaksi yang terjadi antar
manusia dalam organisasi itulah yang disebut komunikasi organisasi.
Goldhaber (dalam Muhammad, 2007 : 67) memberikan definisi komunikasi
organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
tidak pasti atau selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

34

yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan
ketidakpastian.
Sedangkan Komunikasi organisasi menurut Wiryanto (dalam Romli, 2011:
65) adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal
adalah komunikasi yang di setujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus di lakukan dalam organisasi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang di setujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual.
Dalam proses komunikasi organisasi, ada beberapa komponen yang perlu
untuk diperhatikan. Adapun komponennya adalah sebagai berikut (Muhammad,
2007 : 10) :
a. Jalur komunikasi internal, eksternal, atas-bawah, bawah-atas, horizontal,
serta jaringan.
b. Induksi, antara lain orientasi tersembunyi dari para karyawan, kebijakan
dan prosedur, serta keuntungan para karyawan.
c. Saluran, antara lain media elektronik (email dan internet), media cetak
(memo, surat menyurat, bulletin) dan tatap muka.
d. Rapat, antara lain briefing, rapat staf, rapat proyek, dan dengar pendapat
umum.
e. Wawancara, antara lain seleksi, tampilan kerja dan promosi karir.
Kesuksesan organisasi sangat dipengaruhi oleh kapabilitas dan kompetensi
masing-masing individual dan kerjasama antar anggota tim dalam organisasi.
Dalam menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya
komunikasi. Dalam organisasi, komunikasi menjadi sarana untuk mengarahkan
dan mengendalikan setiap kegiatan. Komunikasi juga menjadi sarana untuk
memahami tujuan organisasi. Komunikasi dalam sebuah organisasi adalah bagian

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

35

yang sangat penting karena kegagalan dalam komunikasi dapat menimbulkan
kerugian yang besar bagi sebuah organisasi.
Berbicara tentang komunikasi organisasi tidak terlepas dari dua konsep
utama yaitu komunikasi dan organisasi. Di dalam organisasi (baik organisasi
bisnis maupun organisasi non bisnis), komunikasi ibarat aliran darah kehidupan.
Tanpa adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat bergerak dan
melaksanakan aktivitasnya. Setiap orang yang berada di dalam organisasi tidak
dapat menghindarkan diri dari komunikasi jika mengharapkan keinginan atau
kebutuhannya dapat dipenuhi oleh pihak lain. Oleh karena itu, komunikasi
menempati posisi yang strategis di dalam organisasi. Semua konsep dan
pendekatan ataupun model yang dikenal di dalam teori organisasi dan manajemen
mutlak memerlukan komunikasi. Melalui komunikasilah maka berbagai pihak
yang terlibat langsung maupun tidak langsung dapat saling berhubungan secara
efektif dan efisien. Komunikasi yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan
internal dan lingkungan serta sesuai pula dengan mekanisme yang ada sebab jika
komunikasi yang berjalan sangat berlebihan maka tidak menutup kemungkinan
kinerja organisasi akan terganggu. Oleh karena itu, komunikasi dapat disesuaikan
dengan kebutuhan organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi
(Siswandi, 2011 : 171).
Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan
bagaimana mereka terlibat dalam proses itu, bertransaksi, dan memberi makna
atas apa yang sedang terjadi (Sutrisno, 2010: 47). Dipandang dari sudut perspektif
fungsional, komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi yang tertentu. Sedangkan dari sudut perspektif interpertif, komunikasi
organisasi dapat didefenisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi
yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi dan menekankan
peranan “orang-orang” dan proses dalam menciptakan makna (Pace & Faules,
2005 : 31-33).
Komunikasi organisasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan, ideide atau sikap dalam suatu organisasi, seperti institusi pemerintahan, swasta
maupun pendidikan. Proses penyebaran atau penyampaian pesan, ide-ide atau
sikap ini terjadi antara pimpinan, pegawai dan teman sejawat yang juga dapat
menggunakan media informasi. Adapun pembagian atau pertukaran pesan-pesan
tersebut melalui proses dua arah agar makna pesan yang disampaikan dapat dan
diterima dengan baik, sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

36

Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran,
dan penanganan kegiatan anggota organisasi, bagaimana komunikasi berlangsung
dalam organisasi dan maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai
organisasi. Bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur yang telah ada
sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai suatu substansi nyata yang
mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping dalam suatu wadah. Dalam
pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan dari sistem organisasi.
Fungsi-fungsi komunikasi lebih khusus meliputi pesan-pesan mengenai pekerjaan,
pemeliharaan, motivasi, integratif, dan inovasi. Komunikasi mendukung struktur
organisasi dan adaptasi dengan lingkungan (Sutrisno, 2010 : 47-48).
Selain itu, komunikasi organisasi juga memiliki tujuan. Liliweri (2014 :
372) mengemukakan bahwa ada empat tujuan komunikasi organisasi, yaitu :
1.

Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat

2.

Membagi informasi

3.

Menyatakan perasaan dan emosi

4.

Melakukan koordinasi

Tidak hanya memiliki tujuan, komunikasi dalam organisasi juga
memiliki fungsi. Secara umum, fungsi komunikasi dalam organisasi menurut
Sendjaja (2002: 48) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak,
lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan
setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara
lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh
terhadap fungsi regulatif, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

37

a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan

untuk

mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi
perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan
sebagaimana semestinya.
b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
3. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih
suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan
menghasilkan kepedulian lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan
saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat
mewujudkan hal tersebut, yaitu:
a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khsus dalam
organisasi tersebut (buletin, newslatter) dan laporan kemajuan
organisasi.
b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi
selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun
kegiatan

darmawista.

Pelaksanaan

aktivitas

ini

akan

menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi lebih besar dalam
diri karyawan terhadap organisasi.
Setelah tujuan dan fungsi, ada pula unsur-unsur dasar yang membentuk
suatu organisasi dapat diringkaskan menjadi lima kategori besar yakni sebagai
berikut (Pace & Faules, 2005 : 149-153).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

38

1. Anggota Organisasi

Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan
organisasi. Orang-orang yang membentuk organisasi terlibat dalam beberapa
kegiatan primer. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemikiran, perasaan,
self moving (kegiatan fisik) dan elektrokimia (misal : kegiatan jantung).
2. Pekerjaan dalam Organisasi

Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas formal
dan informal. Tugas-tugas ini menghasilkan produk dan memberikan
pelayanan organisasi. Pekerjaan ini ditandai oleh tiga dimensi universal: isi
(bahan,alat), keperluan (pengetahuan) dan konteks (kebu-tuhan fisik, lokasi).
3. Praktik-Praktik Pengelolaan

Tujuan primer pegawai manajerial adalah menyelesaikan pekerjaan melalui
usaha orang lainnya. Manajer membuat keputusan mengenai bagaimana orangorang lainnya, biasanya bawahan mereka, menggunakan sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Sebagian manajer
membawahi manajer-manajer lainnya. Kegiatan seorang manajer telah
dijelaskan dalam berbagai cara. Pertama, telah dicapai beberapa konsensus di
sekitar gagasan bahwa para manajer melaksanakan lima fungsi utama:
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian, pengarahan, dan
pengendalian.

Kedua,

beberapa

bukti

menyatakan

bahwa

manajer

melaksanakan sekitar sepuluh peranan dasar yang terbagi menjadi tiga
kelompok dasar :
a. Peranan antarpersona (pemimpin figur, pemimpin, penghubung)
b. Peranan yang berhubungan dengan informasi (pengawas, penyuluh, juru
bicara)
c. Peranan yang memerlukan ketegasan (wiraswasta, menangani gangguan,
mengalokasikan sumber daya dan melakukan perundingan).
4. Struktur Organisasi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

39

Struktur organisasi merujuk kepada hubungan-hubungan antara “tugas-tugas
yang dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi”. Struktur organisasi
ditentukan oleh tiga variabel kunci: kompleksitas (diferensiasi horizontal,
diferensiasi vertikal dan diferensiasi spasial), formalisasi (standarisasi dan
tugas-tugas), dan sentralisasi (derajat keterkosentrasian pembuatan keputusan
pada satu jabatan dalam organisasi).
5. Pedoman Organisasi

Pedoman organisasi adalah serangkaian pernyataan yang mempengaruhi,
mengendalikan, dan memberi arahan bagi anggota organisasi dalam
mengambil keputusan dan tindakan. Pedoman organisasi terdiri atas
pernyataan-pernyataan seperti cita-cita, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
prosedur dan aturan. Berbagai pedoman ini menyediakan informasi untuk para
anggota organisasi mengenai kemana organisasi ini menuju, apa yang harus
mereka lakukan, bagaimana seharusnya mereka berpikir tentang masalahmasalah organisasi dan solusi-solusinya, dan tindakan apa yang harus mereka
lakukan untuk keberhasilan organisasi tersebut.
Unsur-unsur dasar organisasi tersebut saling terkait dan menjadi satu
kesatuan. Unsur-unsur tersebut juga sebaiknya dipahami secara baik oleh
organisasi untuk menciptakan evaluasi dan reaksi yang menunjukkan apakah yang
dimaksud oleh setiap unsur dasar tersebut dan seberapa baik unsur-unsur ini
beroperasi bagi kebaikan organisasi.
2.3.3 Strategi Komunikasi
Kata “strategi” berasal dari akar Bahasa Yunani “strategos” yang secara
harafiah berarti “keahlian militer” yang belakangan diadaptasikan lagi kedalam
lingkungan bisnis modern. Strategi adalah perspektif, posisi, rencana dan pola.
Strategi adalah jembatan yang menghubungkan kebijakan dengan sasaran.
Strategi dan taktik merupakan jembatan yang menghubungkan kesenjangan antara
tujuan dan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan. Singkatnya, strategi adalah
konsep yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks dari pemikiran, ide-ide,
pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memori, persepsi dan
harapan yang membimbing untuk menyusun suatu kerangka pemikiran umum
agar kita dapat memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapainya
tujuan. Lalu apa itu strategi komunikasi?

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

40

1. Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan dan mempromosikan suatu visi
komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.
2. Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang
dilakukan berdasarkan suatu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi
komunikasi.
3. Strategi berbeda dengan taktik. Strategi komunikasi menjelaskan tahapan
konkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan
teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah satu
pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4. Adalah tujuan akhir komunikasi, strategi berperan memfasilitasi perubahan
perilaku untuk mencapai tujuan komunikasi manajemen.
(Liliweri, 2011 : 239 - 240)
Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi
merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi
untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi harus didukung oleh teori
karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman (empiris) yang
sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang telah dijelaskan oleh
para ahli, namun rumus Harold D. Lasswell merupakan salah satu cara yang
terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi yang bisa menjadi pendukung
strategi komunikasi yaitu dengan menjawab pertanyaan “Who Says What in
Which Channel to Whom With What Effect?”
Untuk lebih jelasnya, dalam strategi komunikasi segala sesuatunya harus
dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan dalam rumus Lasswell tersebut; Who? (siapakah komunikatornya),
Says What? (pesan apa yang disampaikannya), in Which Channel? (media apa
yang digunakannya), to Whom? (siapa komunikannya), dan With What Effect?
(efek apa yang diharpkan).

Effendy juga menjelaskan dalam bukunya yang lain yaitu Ilmu Komunikasi:
Teori dan Praktek (2007 : 35) bahwa, komunikasi merupakan proses yang rumit.
Dalam rangka menyusun strategi komunikasi akan lebih baik apabila dalam

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

41

strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor
pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut.
a.

Mengenali Sasaran Komunikasi
Sebelum melancarkan komunikasi, perlu mempelajari siapa-siapa yang akan

menjadi sasaran komunikasi itu sendiri. Tergantung kepada tujuan komunikasi,
apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode informatif)
atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif atau
instruktif). Apapun tujuannya, metodenya dan banyaknya sasaran, pada diri
komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
 Faktor kerangka referensi, pesan yang disampaikan kepada komunikan
harus sesuai dengan kerangka referensi (field of experience). Kerangka
referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari panduan
pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial,
ideologi, cita-cita dan sebagainya.
 Faktor situasi dan kondisi, yang dimaksud dengan situasi disini ialah
situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita
sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat
diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi
dilancarkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi disini ialah state
of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada
saat ia menerima pesan komunikasi (Effendy, 2007 : 36).
Ini menjelaskan bahwa sebelum menyampaikan pesan kepada komunikan,
komunikator harus mengenal khalayaknya terlebih dahulu. Khalayak (komunikan)
itu aktif sehingga antara komunikator dengan komunikan bukan saja terjadi saling
hubungan, tetapi juga dapat saling mempengaruhi.
b.

Pemilihan Media Komunikasi
Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau

gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan
yang akan disampaikan dan teknik yang akan dipergunakan (Effendy, 2007 : 37).

Menurut Machfoedz (2010 : 6), macam-macam media komunikasi adalah
sebagai berikut:
1)

Media/saluran komunikasi langsung

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

42

Dalam saluran komunikasi langsung, dua atau lebih orang saling
berkomunikasi secara langsung. Komunikasi dapat berupa tatap muka,
melalui telefon, atau melalui surat. Saluran komunikasi langsung merupakan
saluran yang efektif karena memungkinkan untuk berbicara

dan

memberikan umpan balik secara langsung.
2)

Media/saluran komunikasi tidak langsung
Media/saluran komunikasi tidak langsung adalah media pembawa pesan
tanpa kontak pribadi maupun umpan balik. Saluran ini meliputi media
(media cetak, media siaran, dan media pamer), suasana (lingkungan yang
didesain agar menciptakan atau memperkuat kecendrungan konsumen untuk
membeli produk), dan peristiwa (event) adalah pertunjukan yang
ditampilkan untuk mengkomunikasikan pesan kepada khalayak sasaran.
Media komunikasi ada banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional

sampai yang modern yang saat ini banyak digunakan. Sebelum memilih media
komunikasi, komunikator harus menyusun pesan apa yang akan disampaikan.
Menyusun pesan yaitu menentukan tema dan materi pesan. Syarat utama dalam
mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan
perhatian. Awal efektifitas dalam komunikasi ialah bangkitnya perhatian dari
khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.
c.

Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan

teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau
teknik instruksi.

d.

Peranan Komunikator dalam komunikasi.
Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan

komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas
sumber (source credibility).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

43

 Daya tarik sumber. Seorang komunikator akan berhasil dalam
komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku
komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa
bahwa komunikator ikut serta dengannya.
 Kredibilitas sumber. Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi
berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan
ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki
seorang komunikator (Effendy, 2007 : 38).
Selain itu, Marhaeni Fajar juga menyatakan perumusan strategi dan peranan
komunikator dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Fajar, 2009 :
184-204) yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.

Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam

usaha komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, baik komunikator
maupun khalayak, mempunyai kepentingan yang sama. Untuk menciptakan
persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan
memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi khalayak secara tepat
dan saksama, yang meliputi :
a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari :
1) Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan
2) Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media
yang digunakan
3) Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang
digunakan
b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma
kelompok masyarakat yang ada,
c. Situasi dimana khalayak itu berada.

Sementara itu, Schoen-feld mengemukakan klasifikasi khalayak sebagai berikut :
a. Innovator ataupun penemu ide adalah orang-orang yang kaya akan ide
baru dan karenanya mudah atau sukar menerima ide baru orang lain.
b. Early adopter adalah orang-orang yang cepat atau bersedia untuk
mencoba apa yang dianjurkan kepadanya.
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

44

c. Early majority adalah kelompok orang-orang yang mudah menerima ideide baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak.
d. Majority adalah kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau
menolak ide baru, terbatats pada suatu daerah.
e. Non-adopter adalah orang-orang yang tidak suka menerima ide baru dan
tidak suka mengadakan perubahan-perubahan atas pendapatnya yang
semula.
2.

Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam

perumusan strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi.
Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu
membangkitkan perhatian.
3.

Menetapkan Metode
Seperti telah disinggung, bahwa mencapai efektifitas dari suatu komunikasi

selain akan tergantung dari kemantapan isi pesan, yang diselaraskan dengan
kondisi khalayak dan sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh metodemetode penyampaiannya kepada sasaran. Dalam hal ini metode penyampaian
dapat dilihat dari dua aspek yaitu menurut cara pelaksanaannya dan menurut
bentuk isinya.
Menurut cara pelaksanaannya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu :
a. Redundancy (Repetition), adalah cara mempengaruhi khalayak dengan
jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak.
b. Canalizing, adalah cara mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan
yang disampaikan kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan
pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki.
Sedangkan menurut bentuk isinya, dikenal metode-metode :
a. Informatif, dalam komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan yang
informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan yang bertujuan mempengaruhi
khalayak dengan jalan (metode) memberikan penerangan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

45

b. Persuasif, berarti mempengaruhi dengan cara membujuk. Dalam hal ini
khalayak digugah baik pikirannya, maupun perasaannya.
c. Edukatif, memberikan suatu ide kepada khalayak berdasarkan fakta-fakta,
pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi
kebenarannya dengan teratur dan terencana dengan tujuan mengubah
tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.
d. Kursif ialah mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa tanpa
memberi kesempatan berpikir untuk menerima gagasan-gagasan yang
dilontarkan,

dimanifestasikan

dalam

bentuk

peraturan-peraturan,

intimidasi dan biasanya didukung oleh kekuatan tangguh.
4.

Seleksi dan Penggunaan Media
Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin

dilancarkan, kita harus selektif dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi
khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun harus demikian
pula.
2.3.3.1 Tujuan Strategi Komunikasi
Menurut Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Serba Ada dan
Serba Makna (2011 : 248-249), strategi komunikasi mempunyai tujuan
yaitu :
1.

Memberitahu (Announcing) Tujuan pertama dari strategi komunikasi
adalah announcing, yaitu pemberitahuan tentang kapasitas dan kualitas
informasi (one of the first goals of your communication strategy is to
announce the availability of information on quality). Oleh karena itu,
informasi yang akan dipromosikan sedapat mungkin berkaitan dengan
informasi utama dari seluruh informasi yang demikian penting.

2.

Memotivasi (Motivating) Informasi yang diberikan harus dapat
memotivasi khalayak untuk mencari dan mendapatkan kesempatan dari
tujuan informasi yang disebarkan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

46

3.

Mendidik (Educating) Tujuan strategi yang berikutnya adalah edukasi.
Tiap informasi yang disebarkan harus disampaikan dalam kemasan
educating atau bersifat mendidik.

4.

Menyebarkan Informasi (Informing) Salah satu tujuan strategi
komunikasi adalah menyebarluaskan informasi kepada masyarakat atau
audiens yang menjadi sasaran. Diusahakan agar informasi yang
disebarkan merupakan informasi yang spesifik dan aktual, sehingga
dapat digunakan konsumen. Apalagi jika informasi ini tidak saja
sekedar pemberitahuan atau motivasi semata, tetapi mengandung unsur
pendidikan. Ini yang dapat kita sebut dengan strategy of informing.

5.

Mendukung pembuatan keputusan (Supporting Decision Making).
Tujuan strategi komunikasi terakhir adalah strategi yang mendukung
pembuatan keputusan. Dalam rangka pembuatan keputusan, maka
informasi yang dikumpulkan, dikategorisasi, dianalisis sedemikian
rupa, sehingga dapat dijadikan informasi utama bagi pembuatan
keputusan.
Secara sederhana, tujuan utama dari strategi komunikasi ialah

untuk memastikan komunikan mengerti dengan pesan yang diterimanya.
Apabila komunikan telah mengerti dengan pesan yang diterimanya,
selanjutnya strategi komunikasi digunakan untuk meyakinkan komunikan
agar menetapkan keputusan terhadap pesan yang diterimanya. Ketika
komunikan telah menetapkan keputusan, strategi komunikasi bertujuan
untuk memotivasi komunikan agar melakukan apa yang telah ditetapkannya.
Berhasil tidaknya kegiatan komunikasi lebih kurang ditentukan
oleh strategi komunikasi. Tanpa strategi komunikasi, media massa yang
semakin

modern

yang kini

banyak

dipergunakan

dinegara-negara

berkembang bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif
karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnya dioperasionalkan.
2.3.3.2 Fungsi Strategi Komunikasi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

47

Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi (2003 : 299-300), strategi komunikasi, baik secara makro
(planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication
medium strategy) mempunyai fungsi ganda :


Memperluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif
dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil
optimal.



Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan
kemudahan dioperasional media massa yang begitu ampuh, yang jika
dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

Strategi komunikasi direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki
target audiens khusus, serta didesain dan disampaikan untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan. Strategi dapat berubah oleh aturan, praktik organisasi, atau
perilaku individu. Dapat diketahui bahwa keberhasilan dari kegiatan komunikasi
secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Apalagi komunikasi
yang dilancarkan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
strategi komunikasi peranan komunikasi sangatlah penting.
Strategi komunkasi harus luwes sedemikian rupa sehingga komunikator
sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor
yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang
sewaktu-waktu, apalagi jika komunikasi dilakukan melalui media massa. Faktorfaktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen komunikan, sehingga efek
yang diharapkan bisa saja tak kunjung tercapai.
2.3.4 Teori Motivasi Dalam Organisasi
Motivasi memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja seseorang
di dalam organisasi. Motivasi setiap individu di dalam organisasi berbeda-beda
dikarenakan berbagai faktor-faktor tertentu. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap kinerja dalam memajukan organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

48

Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris “Motivation” yang sebenarnya
berasal dari bahasa Latin yaitu Movere. Kata movere dalam bahasa Latin artinya
To Move dalam Bahasa Inggris yang berarti Menggerakkan atau Mendorong
dalam Bahasa Indonesia. Di dalam konsep manajemen atau konsep manajemen
perilaku kata motivasi didefinisikan sebagai semua upaya untuk memunculkan
dari dalam semangat orang lain (bawahan) agar mau bekerja keras guna mencapai
tujuan organisasi melalui pemberian atau penyediaan pemuasan kebutuhan
mereka (Siswandi, 2011 : 117). Motivasi menyangkut alasan-alasan mengapa
orang mencurahkan tenaga untuk melakukan suatu pekerjaan (Pace & Faules,
2005 : 113).
Menurut Handoko, istilah yang digunakan untuk menyebutkan motivasi
(motivation) atau motif, antara lain: kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan
(wish) dan dorongan (drive). Ia mengartikan motivasi sebagai keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan tertentu guna mencapai tujuan.
Engkoswara mengemukakan bahwa dorongan (motive) itu berbeda setiap orang.
Untuk menumbuhkan dorongan yang ada dalam diri seseorang itu sehingga
menjadi tingkah laku positif, orang itu perlu memahami dua hal. Pertama,
kegiatan apa yang akan dilakukan. Dalam hubungan ini seseorang hendaknya
mengetahui kegiatan dan cara-cara melaksanakannya kegiatan itu. Kedua,
mengapa ia perlu melakukan itu. Ia perlu memahami pentingnya tujuan yang akan
dicapai baik yang berkaitan dengan kepentingan dirinya maupun yang
berhubungan dengan kepentingan lembaga dilingkungannya (dalam Mesiono,
2012 : 130- 131).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah suatu proses seorang individu dalam berperilaku sedemikian rupa
sehingga mau bekerja atau bertindak demi tercapainya tujuan organisasi.
Menurut Siswandi (2011 : 117-118), ada beberapa macam motif, antara lain:
1.

Motif Primer. Ini merupakan motif utama yang ada pada seseorang serta ada
(muncul) kali pertama pada diri seseorang. Motif ini bersifat hakiki atau
bersifat mutlak.

2.

Motif Sekunder. Motif sekunder ini merupakan motif lanjutan dari motif
primer.

3.

Motif Kuat.

4.

Motif Lemah.

5.

Motif Holistic. Adalah motif yang ada pada diri seseorang untuk taat atau
patuh kepada Tuhannya. Motif holistik akan dapat mempengaruhi atau
mewarnai motif lainnya dan akan sangat tampak dalam perilaku sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

49

6.

Motif Positif. Adalah suatu motif untuk dapat melakukan yang lebih baik
dikarenakan diyakini bahwa perilaku yang baik akan berdampak baik bagi
dirinya.

7.

Motif Negatif. Adalah suatu motif untuk melakukan yang lebih jelek.

8.

Motif Umum. Suatu motif yang berlaku umum untuk semua orang seperti
kebutuhan fisiologis atau psikologis.

9.

Motif Spesifik. Adalah suatu motif yang mempunyai ciri khas tersendiri
(spesifik) yang tidak ingin sama dengan orang lain.

10. Motif Kompetensi. Adalah suatu motif yang didasarkan atau yang muncul
karena adanya kompetensi dirinya terhadap sesuatu.
11. Motif Afiliasi. Motif ini berkaitan dengan keinginan untuk menyenangi atau
bergaul dengan orang lain (baik lawan jenisnya atau sejenisnya) akan tetapi
tidak ada hubungan dengan pemuasan libido.
12. Motif Afeksi. Motif ini berkaitan dengan keinginan untuk menyenangi atau
bergaul dengan orang lain yang mempunyai kaitan dengan pemuasan libido.
Selanjutnya Siswandi (2011 : 120) mengatakan bahwa motif berfungsi
sebagai: penggerak, pembimbing, penyeleksi dan memperkuat tekad. Motivasi
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: Ajaran agama; Pendidikan;
Lingkungan keluarga; Lingkungan sosial budaya; dan Kondisi internal diri.
2.3.5 Rekrutmen
Ivanchevich menyebut perekrutan adalah seperangkat aktivitas suatu
organisasi yang digunakan untuk mencari calon pemegang jabatan yang memiliki
kemampuan dan sikap yang diperlukan untuk mambantu organisasi mencapai
tujuannya (dalam Nasution, 2010 : 66). Rekrutmen atau proses seleksi dan
penerimaan pegawai adalah upaya yang sistematis untuk mengimplementasikan
rencana sumber daya manusia melalui pemilihan, evaluasi dan penyaringan atas
pegawai yang memenuhi syarat (dalam Siswandi, 2011 : 73).
Diselenggarakannya rekrutmen dalam sebuah organisasi mengemban
keinginan-keinginan tertentu yang harus dipenuhi, supaya organisasi dapat eksis.
Menurut SP. Siagian (dalam Sulistiyani, 2009 : 169) diadakannya rekrutmen

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

50

adalah untuk mendapatkan persediaan sebanyak mungkin calon anggota atau
pelamar, sehingga organisasi akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
melakukan pilihan terhadap calon anggota atau pegawai yang dianggap memenuhi
standar kualifikasi organisasi.
Menurut Simamora (dalam Nasution, 2010 : 72-75) perekrutan bukanlah
merupakan proses satu arah (one way process) dalam arti hanya organisasi yang
mencari pelamar pekerjaan. Untuk memperoleh pelamar yang berkualitas menurut
Simamora perlu proses rekrutmen terdiri dari:
1. Pembuatan rencana untuk merekrut.
Perencanaan perekrutan

Dokumen yang terkait

Strategi Komunikasi dan Rekrut Anggota Organisasi (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Strategi Komunikasi dalam Perekrutan Anggota Organisasi di HMI Komisariat FISIP USU)

20 159 97

Strategi Komunikasi dan Rekrut Anggota Organisasi (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Strategi Komunikasi dalam Perekrutan Anggota Organisasi di HMI Komisariat FISIP USU)

0 0 15

Strategi Komunikasi dan Rekrut Anggota Organisasi (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Strategi Komunikasi dalam Perekrutan Anggota Organisasi di HMI Komisariat FISIP USU)

0 0 2

Strategi Komunikasi dan Rekrut Anggota Organisasi (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Strategi Komunikasi dalam Perekrutan Anggota Organisasi di HMI Komisariat FISIP USU)

0 0 9

Strategi Komunikasi dan Rekrut Anggota Organisasi (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Strategi Komunikasi dalam Perekrutan Anggota Organisasi di HMI Komisariat FISIP USU)

0 0 20

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

0 0 11

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

0 0 2

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

0 0 13

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi) Chapter III V

0 2 61

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

1 3 3