Peranan Otopsi Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Kealpaan Menyebabkan Orang Lain Mati (Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen NO. 607 PID.B 2014 PN.KPN)
ABSTRAK
Desi Mariayu Siregar*
Liza Erwina**
Marlina ***
Masalah pelaksanaan Otopsi demi Kepentingan Peradilan masih menjadi
problema hukum di Indonesia. Banyaknya penolakan akan dilakukannya otopsi
pada kematian yang diduga akibat tindak pidana terus mendapat pro-kontra dari
berbagai kalangan. Penolakan tersebut menjadi masalah bagi penegak hukum
dalam proses pembuktian tindak pidana. Kurangnya kesadaran hukum dari
masyarakat dan keluarga (korban) menyebabkan pelaksanaan otopsi terhalang,
sehingga banyak kasus kematian yang diduga karena tindak pidana menjadi
berlalu begitu saja tanpa proses yang jelas, karena banyak keluarga (korban) yang
memilih menutupi kasus daripada harus melakukan otopsi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran penting otopsi dalam
proses pembuktian tindak pidana kealpaan menyebabkan orang mati dan
ketentuan mengenai pelaksanaan otopsi pada kasus kematian yang diduga karena
tindak pidana yang diatur dalam KUHAP.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah
penelitian hukum yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder melalui
pendekatan perundang-undangan.
Adapun kesimpulan yang dapat penulis tarik adalah pelaksanaan otopsi
demi kepentingan peradilan yang diatur dalam KUHAP apabila bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, maka bedah mayat harus dilakukan. Barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan pemeriksaan mayat
forensic, dipidana sebagaimana diatur dalam pasal 222 KUHP.*
*Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I penulis dan Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Dosen Pembimbing II penulis dan Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
i
Universitas Sumatera Utara
Desi Mariayu Siregar*
Liza Erwina**
Marlina ***
Masalah pelaksanaan Otopsi demi Kepentingan Peradilan masih menjadi
problema hukum di Indonesia. Banyaknya penolakan akan dilakukannya otopsi
pada kematian yang diduga akibat tindak pidana terus mendapat pro-kontra dari
berbagai kalangan. Penolakan tersebut menjadi masalah bagi penegak hukum
dalam proses pembuktian tindak pidana. Kurangnya kesadaran hukum dari
masyarakat dan keluarga (korban) menyebabkan pelaksanaan otopsi terhalang,
sehingga banyak kasus kematian yang diduga karena tindak pidana menjadi
berlalu begitu saja tanpa proses yang jelas, karena banyak keluarga (korban) yang
memilih menutupi kasus daripada harus melakukan otopsi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran penting otopsi dalam
proses pembuktian tindak pidana kealpaan menyebabkan orang mati dan
ketentuan mengenai pelaksanaan otopsi pada kasus kematian yang diduga karena
tindak pidana yang diatur dalam KUHAP.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah
penelitian hukum yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder melalui
pendekatan perundang-undangan.
Adapun kesimpulan yang dapat penulis tarik adalah pelaksanaan otopsi
demi kepentingan peradilan yang diatur dalam KUHAP apabila bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, maka bedah mayat harus dilakukan. Barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan pemeriksaan mayat
forensic, dipidana sebagaimana diatur dalam pasal 222 KUHP.*
*Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I penulis dan Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Dosen Pembimbing II penulis dan Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
i
Universitas Sumatera Utara