karya tulis ilmiah tentang peran pemuda (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada
dasarnya mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telah
menyebabkan

bertambahnya

pengangguran

tenaga

terdidik

dari

pada

bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Kritik ini tentu saja beralasan karena data sensus penduduk memperhatikan

kecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah tenaga penganggur lulusan
pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan proporsi
penganggur dari lulusan yang lebih rendah (Ace Suryadi, 1993: 134).
Dengan kata lain persentase jumlah penganggur tenaga sarjana lebih besar
dibandingkan dengan persentase jumlah pengganggur lulusan SMA atau jenjang
pendidikan yang lebih rendah. Namun, kritik tersebut juga belum benar
seluruhnya karena cara berfikir yang digunakan dalam memberikan tafsiran
terhadap data empiris tersebut cenderung menyesatkan. Cara berfikir yang
sekarang berlaku seolah-olah hanya memperhatikan pendidikan sebagai satusatunya variabel yang menjelaskan masalah pengangguran. Cara berfikir seperti
cukup berbahaya, bukan hanya berakibat pada penyudutan sistem pendidikan,
tetapi juga cenderung menjadikan pengangguran sebagai masalah yang selamanya
tidak dapat terpecahkan.
Berdasarkan keadaan tersebut, penjelasan secara konseptual terhadap masalahmasalah pengangguran tenaga terdidik yang dewasa ini banyak disoroti oleh
masyarakat, sangat diperlukan. Penjelasan yang bersifat konseptual diharapkan
mampu mendudukkan permasalahan pada proporsi yang sebenarnya, khususnya
tentang fungsi dan kedudukan sistem pendidikan dalam kaitannya dengan masalah
ketenagakerjaan.

Berangkat


dari

asumsi

bahwa

bertambahnya

tingkat

pengangguran disebabkan karena kegagalan sistem pendidikan, maka diperlukan
adanya pendekatan-pendektan tertentu dalam pendidikan dan konsep Link and
Match perlu dihidupkan kembali dalam sistem pendidikan.

1

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa pertanyaan terkait
konsep peran pemuda dalam pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan,
yaitu:

1. Bagaimana konsep dasar peran pemuda dalam pendidikan?
2. Pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan untuk mewujudkan peran
pemuda dalam pendidikan?
3. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan pemberdayaan masyarakat?
1.3 Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah
untuk:
1. Mengetahui konsep dasar peranan pemuda dalam pendidikan
2. Mengetahui

Pendekatan-pendekatan

apa

saja

yang

digunakan


mewujudkan peranan pemuda dalam pendidikan
3. Mengetahi hubungan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat

2

untuk

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Peran Menurut Parah Ahli
Pengertian Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal
maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan
harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan
dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
2.2 Struktur Peran
Struktur peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Peran Formal ( Peran yang Nampak Jelas )
Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang standar

terdapat dalam keluarga. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai
suami-ayah dan istri-ibu adalah peran sebagai provider ( penyedia ); pengatur
rumah

tangga;

memberikan

perawatan;

sosialisasi

anak;

rekreasi;

persaudaraan
(memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal ); terapeutik; seksual.
b. Peran Informal ( Peran Tertutup )
Yaitu suatu peran yang bersifat implisit ( emosional ) biasanya tidak

tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan
emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga, peranperan informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu dan
didasarkan pada atribut-atibut. kepribadian anggota keluarga individual.
Pelaksanaan peran-peran informal yang efektif dapat mempermudah
pelaksanaan peran-peran formal.
2.3 Generasi Muda
Generasi Muda adalah kata yang mempunyai banyak pengertian, namun
dari pengertian-pengertian generasi muda mengarah pada satu maksud yaitu
kumpulan orang-orang yang masih memunyai jiwa, semangat, dan ide yang

3

masih segar dan dapat menjadikan Negara ini lebih baik, orang-orang yang
mempunyai pemikiran yang visioner.
Bahkan revolusi suatu bangsa itu biasanya didobrak oleh generasi mudanya.
Terlepas dari apakah pemuda itu perlu digolongkan berdasarkan umur atau
tidak. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Mentri Pemuda dan Olah raga
Adiaksa Daud bahwa nanti akan ada pengaturan pemuda itu berdasarkan
umur atau semangat. Pelopor yang melakukan langkah-langkah konkret bagi
perubahan bangsa kearah yang lebih baik dan kepekaan terhadap realita social

yang ada di masyarakat, memang menjadi ciri utama yang melekat pada
pemuda.
2.4 Sosialisasi Pemuda
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media
pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia
dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam sosialisasi,
antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi.
2.4.1 Proses sosialisasi
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua factor dan proses yang
membuat manusia menjadi selaras dalam hidup ditengah-tengah orang
kain. Proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu
bagaimana mesti ia bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan
lingkungan budayanya. Dari proses tersebut, seseorang akan terwarnai
cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan
kemampuan untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau mengikuti
norma yang berlaku dimasyarakat. Ini tidak datang begitu saja ketika
seseorang dilahirkan, melainkan melalui proses sosialisasi.
2.4.2 Media Sosialisasi

• Orang tua dan keluarga
• Sekolah
• Masyarakat

4

• Teman bermain
• Media Massa.
2.4.3 Tujuan Pokok Sosialisasi


Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang
dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.



Individu

harus


mampu

berkomunikasi

secara

efektif

dan

mengenbangkankan kemampuannya.


Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihanlatihan mawas diri yang tepat.



Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan
kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya
dan pada masyarakat umum.


2.4.4 Hubungan pemuda dan Sosialisasi
Pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus
cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan
Negara bangsa dan agama. Selain itu pemuda/mahasiswa mempunyai
peran sebagai pendekar intelektual dan sebagai pendekar social yaitu
bahwa para pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu
dikembangkan selain itu juga berperan sebagai perubah Negara dan
bangsa ini. Oleh siapa lagi kalau bukan oleh generasi selanjutnya maka
dari itu para pemuda harus memnpunyai ilmu yang tinggi dengan cara
sekolah atau dengan yang lainnya, dengan begitu bangsa ini akan maju
aman dan sentosa.
Jika dibandingkan dengan generasi sebelum dan generasi berikutnya,
setiap generasi memiliki cirri-ciri khas corak atau watak pergerakan /
perjuangan. Sehubungan dengan itu, sejak kebangkitan Nasional, di
Indonesia pernah tumbuh dan berkembang tiga generasi yaitu generasi
20-an generasi 45 dan generasi 66, dengan masing-masing ciri khasnya.
2.5 Menurut Princeton

5


Mendefinisikan kata pemuda (youth) dalam kamus Webstersnya sebagai “the
time of life between childhood and maturity; early maturity; the state of being
young or immature or inexperienced; the freshness and vitality characteristic
of a young person”.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemuda adalah sebuah kehidupan yang
berdiri direntang masa kanak-kanak dan masa dewasa dimasa inilah seorang
pemuda bersifat labil, kontrol emosi dan kstabilan pendirian masih bisa
dipengaruh oleh pihak luar. Seorang pemuda mempunyai ciri yang khas yang
menggambarkan seperti apa ia terlihat yang menunjukkan kepribadiannya.
Dalam sebuah pidatonya, Soekarno pernah mengorbakan semangat juang
Pemuda apa kata Sukarno “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan
kugoncangkan dunia”. Begitu besar peranan pemuda di mata Sukarno, jika
ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia menjadi negara Super Power.
Kesimpulannya adalah bahwa seorang pemuda harus memiliki jiwa dan sikap
metal yang bisa membawa ia menciptakan sebuah iklim perubahan kearah
yang lebih baik dan memiliki kemampuan sosialisasi ditengah kehidupan
dimasyarakat agar ia mampu memecahkan sebuah polemik dan mampu
beradaptasi dengan kehidupan social dan memberdayakan pendidikan dalam
masyarakat
2.6 Definisi Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide
utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat
orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan
minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan
berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa
kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah.
Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertian di atas. Kekuasaan
tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi
sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu,

6

kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman
kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan
kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan
terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal yaitu:
 Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah,
pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
 Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada
pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.
2.7 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat Istilah pemberdayaan masyarakat atau
empowerment merupakan istilah yang diangkat dari hasil penelitian seorang
sarjana pendidikan nonformal Suzanne Kindervatter dalam bukunya
Nonformal as An Empowering process, memiliki makna agar orang-orang
yang diberdayakan itu mempunyai “daya” atau mempunyai kemampuan
untuk hidup layak sama dengan temannya sesama manusia. Pendidikan
sebagai upaya mencerdaskan bangsa berarti memberdayakan setiap warga
negara agar mampu berbuat seimbang baik dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan, antara hak dan kewajiban, menjadi warga negara yang bersikap
dan berbuat demokratis terhadap sesama manusia menuju masyarakat yang
memahami akan hak, kewenangan dan tanggungjawab mereka dalam semua
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Chambers menyatakan bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang

merangkum

nilai-nilai

sosial

yakni

bersifat

people-centered,

participatory, empowering and sustainable. Pengertian lain yang disampaikan
oleh Tjokrowinoto konsep ini lebih luas dari hanya sekedar memenuhi
kebutuhan dasar (basic need) akan tetapi juga menyediakan mekanisme untuk
mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety need). Sumodingrat
menyatakan memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu

untuk

melepaskan

diri

dari

perangkat

kemiskinan

dan

keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat bermaksud
7

untuk mengembangkan kemampuan masyarakat agar secara berdiri sendiri
memiliki ketrampilan untuk mengatasi masalah-masalah mereka sendiri.
Proses pemberdayaan masyarakat berarti kemampuan seseorang untuk
memahami dan mengendalikan keadaan sosial, ekonomi dan kemampuan
politiknya yang sangat diperlukan dalam upaya memperbaiki keduduknnya
dimasyarakat, dengan kata lain proses pemberdayaan adalah setiap usaha
pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran/pengertian dan
kepekaan pada warga masyarakat terhadap perkembangan sosial, ekonomi,
dan/atau politik sehingga pada akhirnya warga masyarakat memiliki
kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam
masyarakat, atau menjadi masyarakat yang berdaya.
Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang hidup dalam suatu
masyarakat madani (civil society), yakni suatu masyarakat yang percaya atas
kemampuan para anggotanya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik
serta masyarakat yang menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam
hidup bermasyarakat dimana kondisi pemberdayaan akan terwujud apabila
anggota masyarakat memperoleh kesempatan agar semakin berdaya.
Berdasarkan uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
sangat identik dengan pendidikan dan merupakan hakekat pendidikan itu
sendiri, karena apa yang disebut dengan pendidikan termasuk pendidikan luar
sekolah atau pendidikan nonformal adalah usaha memberdayakan manusia,
memampukan manusia, mengembangkan talentatalenta yang ada pada diri
manusia agar dengan kemampuan potensi yang di milikinya dapat
dikembangkan

melalui

pendidikan/pembelajaran.Proses

pemberdayaan

masyarakat melalui pendidikan nonformal, sesungguhnya merupakan sebuah
upaya yang memungkinkan masyarakat dengan segala keberadaanya dapat
memberdayakan dirinya. Dengan pusat aktivitas harusnya berada di tangan
masyarakat itu sendiri dengan bertitik tolak dari masyarakat, dilaksanakan
oleh masyarakat dan manfaatnya untuk masyarakat atau dengan istilah lain
pendidikan berbasis pada masyarakat..

8

Dalam kaitannya dengan hal ini, menurut Yunus ada lima prinsip dasar yang
patut diperhatikan:
· keperdulian terhadap masalah, kebutuhan dan potensi/sumberdaya
masyarakat
· kepercayaan timbal balik dari pelayan program dan dari masyarakat pemilik
program
· fasilitasi (pemerintah) dalam membantu kemudahan masyarakat dalam
berbagai proses kegiatan;
· adanya partisipatif, yaitu upaya melibatkan semua komponen lembaga atau
individu terutama warga masyarakat dalam proses kegiatan dan
· mengayomi peranan
masyarakat dan hasil yang dicapai.
Agar proses pembelajaran yang dilakukan melalui Pendidikan Luar Sekolah,
dapat terjadi proses pemberdayaan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Need oriented, yaitu pendekatan yang berorientasi dan didasarkan pada
kebutuhan warga masyarakat;
Endegenious, yaitu pendekatan yang berorientasi dan mengutamakan
kesesuaian nilai-nilai keaslian lokal, dengan cara menggali dan menggunakan
potensi yang dimiliki warga belajar
Self reliant, yaitu pendekatan yang membangun rasa percaya diri atau sikap
mandiri pada setiap warga masyarakat
Ecologically sound, ialah pendekatan yang berorientasi, memperhatikan dan
mempertimbangkan aspek perubahan lingkungan
Based on structural transformation, yaitu pendekatan yang dilakukan
berdasarkan pada perubahan struktur sistem, baik yang menyangkut
hubungan sosial, kegiatan ekonomi, penyebaran keuangan, sistem manajemen
maupun partisipasi masyarakat setempat

9

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peran Pemuda terhadap Pendidikan
Tujuan dari pendidikan Indonesia termuat jelas dalam konstitusi. Lalu
sudah sejauh mana upaya untuk memenuhi tujuan itu? Apakah bangsa ini sudah
menyadari bahwa pendidikan merupakan proses terpenting untuk meningkatkan
SDM di suatu Negara demi kemajuan negara itu disela bidang?
Di usia yang lebih dari 70 tahun merdeka, ternyata pendidikan kita masih
memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari antara lain belum terpenuhinya
angggran pendidikan yang diamanatkan oleh konstitusi sebesar 20%, banyaknya
sekolah-sekolah yang kondisinya sudah tidak layak, masih ada guru yang
kualitasnya rendah, kontroversi UAN yang sampai sekarang masih belum selesai,
dan yang masih hangat dibicarakan sekarang adalah beberapa Universitas
terkemuka di Indonesia menolak masuk dalam perhimpunan SPMB, sistem
pendidikan Indonesia yang kapitalistik, dan masih banyak lagi. Untuk sekarang
penulis tidak akan membahas satu persatu permsalahan di atas. Namun di sini
akan lebih terfokus mengenai bagaimana peran generasi muda terhadap
masyarakat

dalam

dunia

pendidikan.

Dengan

membidik

permasalahan-

permasalahan yang ada di dunia pendidikan tersebut. Namun, sebelum itu tentu
harus dipahami terlebih dahulu siapa pemuda itu? Apa yang membedakannya dari
yang lain sehingga dia cukup mendapatkan tempat yang khusus di masyarakat.
a) Generasi muda
Generasi Muda adalah kata yang mempunyai banyak pengertian, namun
dari pengertian-pengertian generasi muda mengarah pada satu maksud yaitu
kumpulan orang-orang yang masih memunyai jiwa, semangat, dan ide yang masih
segar dan dapat menjadikan Negara ini lebih baik, orang-orang yang mempunyai
pemikiran yang visioner. Bahkan revolusi suatu bangsa itu biasanya didobrak oleh
generasi mudanya. Terlepas dari apakah pemuda itu perlu digolongkan
berdasarkan umur atau tidak. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Mentri
Pemuda dan Olah raga Adiaksa Daud bahwa nanti akan ada pengaturan pemuda

10

itu berdasarkan umur atau semangat. Pelopor yang melakukan langkah-langkah
konkret bagi perubahan bangsa kearah yang lebih baik dan kepekaan terhadap
realita social yang ada di masyarakat, memang menjadi ciri utama yang melekat
pada pemuda. Di setiap bangsa, peran pemuda ternyata tidak sedikit. Pemuda
menorehkan sejarah penting bagi negeri tersebut. Sebagai contoh gerakan gerakan
mahasiswa di Indonesia yang pernah terjadi sejak pra kemerdekaan, orde lama,
orde baru, dan reformasi. Yang mampu menumbangkan rezim besar seperti
Soekarno dan Soeharto, semua itu diawali dari ide-ide segar dan semangat juang
dari kaum muda yaitu mahasiswa. Selain itu revolusi kuba yang dipelopori oleh
Che Guevara juga dari seorang pemuda.
Melihat contoh di atas dapat dilihat betapa besarnya pengaruh generasi
muda itu bagi perubahan suatu bengsa. Bahkan nasib bangsa ini diletakkan di
bahu generasi mudanya. Seperti yang dikatakan seorang anak muda bernama Soe
Hok Gie bahwa sudah saatnya generasi muda bergerak dan melakukan
perlawanan terhadap kaum-kaum tua yang memimpin negeri ini yang tidak
berpihak kepada rakyat. Lalu pertanyaannya sekarang apa yang bisa dilakukan
generasi muda terhadap masyarakat dalam bidang pendidikan? Jangan sampai
julukan pemuda hanya dianggap suatu fase rutinan saja dalam kehidupan manusia.
Fase itu pasti datang, tapi bagaimana menjadikan fase tersebut bermakna dan
berguna bagi perubahan bangsa ini kearah yang lebih baik.
b) Peran Pemuda Dalam Pendidikan.
Setelah mengetahui siapa generasi muda dan bagaimana pengaruhnya
dalam perubahan suatu bangsa, serta mengetahui permasalahan yang ada dalam
dunia pendidikan kita maka seharusnyalah pemuda ikut andil dalam perubahan
bangsa ini dalam hal pendidikan. Haruslah pemuda menjadi garda terdepan yang
memperjuangkan hak rakyat untuk memperoleh pendidikan, seperti diamatkan
oleh UUD 1945 pasal 31. Dalam salah satu artikel yang ditulis oleh H. Abd.
Hamid Wahid M.Ag moralitas pemuda menyongsong millennium ketiga, ia
menuliskan kalau kata kunci dalam menghadapi millenium kedepan mau tidak
mau adalah peningkatan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill,
mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah global. dan peran dari pemuda

11

untuk mempelopori persiapan dalam hal peningkatan kualitas SDM ini sangat
dibutuhkan dan peningkatan kualitas SDM tentu saja tidak bisa lepas dari
peningkatan kualitas pendidikan. Pemuda yang notabenenya sebagai pelopor
harus memberikan kontribusi yang konkret terhadap peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia. Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam mendobrak
setiap kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan yang tidak berpihak pada
rakyat kecil. Pemuda harus bisa menjadi pressure groups terhadap pemerintah.
Advokasikan kepada pemerintah gagasan-gagasan yang sekiranya dapat
menjadikan pendidikan di Negara ini lebih baik.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam menyampaikan gagasan-gagasan
tersebut, antara lain melalui perwakilan kita yang ada di DPR, mengikuti seminarseminar, diskusi-diskusi, dan masih banyak lagi. Ada langkah konkret yang dapat
dilakukan antara lain, membangun sekolah alternatif. Sekolah alternatif sebagai
lembaga alternatif untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat, tetapi
berbeda dengan sekolah formal yang ada. Dan berdasarkan pengakuan dari siswasiswa yang masuk sekolah alternatif, mereka justru lebih senang dan merasa
sekolah alternatif lebih memberikan banyak manfaat ketimbang sekolah formal.
Dan biasanya sekolah-sekolah alternatif ini didirikan latar belakangnya dari
mahalnya biaya pendidikan di Indonesia. Penulis ingat beberapa teman yang
terlibat aktif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan Indonesia dengan
membangun sekolah alternatif. Seperti teman-teman di daerah Garut yang
membangun sekolah alternatif di daerah yang cukup terpencil yaitu kampung
Danoo, kira-kira satu jam perjalanan dari pusat kota Garut. Di sana mereka
membangun sekolah alternatif untuk membantu anak-anak yang tidak mampu atau
putus sekolah. Selain itu ada mahasiswa yang juga menjadi pengajar di sekolah
alternatif yang bernama Taboo yang ada di daerah Dago Pojok Kota Bandung.
yang bergerak untuk membantu anak-anak dalam belajar setelah mereka sekolah
serta mengembangkan potensi-potensi anak yang tidak sempat dikembangkan
ketika anak disekolah karena padatnya materi teoritis yang harus dijejali kepada
anak.

12

Tidak hanya itu, pemuda juga dapat berjuang melalui tulisan. Sebagai
contoh, mahasiswa yang aktif dalam media kampus sering kali menulis dan
mengangkat tema mengenai bagaimana pendidikan di Indonesia. Hal ini tidak lain
dimaksudkan agar mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah sadar bagaimana
sebenarnya kondisi pendidikan di Negeri ini. Dengan senjata media, pemuda juga
dapat menyadarkan masyarakat bagaimana sebenarnya kondisi pendidikan
Indonesia saat ini, karena terkait dengan fungsi dari media. Ada juga pemuda
yang arah gerakannya lebih kepada turun langsung ke jalanan. Aksi menuntut
pemuerintah lebih memperhatikan nasib pendidikan di Negeri ini. Bagaimanapun
metode aksinya yang penting dapat aspirasi masyarakat Dapat disampaikan
kepada pemerintah dengan harapan keadaan pendidikan dapat berubah kearah
lebih baik. Selain itu pemuda juga bisa bergerak melalui jalan advokasi kepada
masyarakat secara langsung. Artinya pemuda turun langsung masuk ke sektor
masayarakat secara langsung dan memberikan penyadaran kepada masyarakat
akan pentingnya pendidikan. Contoh-contoh di atas hanya beberapa dari arah atau
sumbangsih pemuda terhadap upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
Indonesia. Apa pun arah dan cara yang dilakukan generasi muda ini, sedikit atau
banyak, cepat atau lambat pasti akan dapat berguna bagi negeri ini terutama dalam
hal pendidikannya. Di tengah krisis yang melanda negeri ini tentunya SDM-SDM
yang berkualitas sanga dibutuhkan. Dan peningkatan kualitas SDM ini hanya
dapat ditempuh melalui pendidikan yang berkualitas pula. Ketika negara tidak
mampu memenuhi hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak, pemuda
harus bergerak. (latar belakang, tujuan, rumusan masalah), Isi (analisa &
pembahasan).
3.2 Pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan peran pemuda
dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan
1) Pendekatan Individu
Bahwasanya peran pemuda sangatlah penting, karena pemuda merupakan
generasi pembangunan suatu bangsa, untuk melakukan pemberdayaan masyarakat

13

dalam bidang pendidikan hendaknya Pendekatan pembelajaran secara individual ,
karena lebih mengena terhadap objek.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Mengajak masyarakat dari hati kehati untuk memahami arti pendidikan dan
menyukai dunia pendidikan.
b. Mengadakan acara-acara yang berhubungan dengan bidang pendidikan
(seminar)
c. Mengadakan perlombaan yang berhubungan dengan bidang pendidikan
d.Memberikan kursus yang yang berhubungan dengan bidang pendidikan
2) Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang didasarkan atas keperluan
masyarakat pada saat ini. Pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan
dan pada pemerataan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan (Husaini
Usman, 2006: 56). Menurut A.W. Gurugen pendekatan sosial merupakan
pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan
lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan tekanan untuk
memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada murit
dan orang tua secara bebas (Djumberansyah Indar, 1995: 30). Sebagai contoh
penerapan pendekatan ini adalah diterapkannya sistem ganda melalui kebijakan
Link and Match.
Menurut Bohar Soeharto perencanaan sosial adalah proses cara menjelaskan dan
memecahkan masalah yang berhubungan dengan masyarakat atau berhubungan
dengan aspek sosial dari kehidupan individu untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien (Bohar Soeharto, 1991: 28). Pendekatan yang dikemukakan Geruge ini
bersifat tradisional dimana penekanan ini didasarkan kepada tujuan untuk
memenuhi tuntutan atau permintaan seluruh individu terhadap pendidikan pada
tempat

dan

waktu

tertentu

dalam

situasi

perekonomian,

politik,

dan kebudayaan yang ada pada waktu itu. Ini berarti bahwa sektor pendidikan
harus menyediakan lembaga-lembaga pendidikan serta fasilitas untuk menampuk

14

seluuruh kelompok umur yang ingin menerima pendidikan. Pendekatan sosial
dalam perencanaan pendidikan sebagaimana dimaksud diatas, pernah dituang
secara tepat dalam Robbins Comunitte on Higher Education di Inggris pada tahun
1963 dengan alasan pemilihan pendektan ini bahwa: ”all young person qualified
by ability and attaint ment to pursue a full time course in higher education should
have the opportunity to do so” (Bohar Soeharto, 1991: 28). Selanjutnya dalam
pendekatan ini ada beberapa kelemahan dalam pendekatan ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pendekatan ini mengabaiakan masalah alokasi dalam skala nasional, dan secara
samar tidak mempermasalahkan besarnya sumber daya pendidikan yang
dibutuhkan arena beranggapan bahwa penggunaan sumberdaya pendidikan
yang terbaik adalah untuk segenap rakyat Indonesia.
2. Pendekatan ini mengabaiakn kebutuhan ketenagakerjaan (man power planning)
yang diperlukan dimasyarakat sehingga dapat menghasilkan lulusan yang
sebenarnya kurang dibutuhkan masyarakat.
3. Pendekatan ini cenderung hanya menjawab pemerataan pendidikan saja
sehingga kuantitas lebih diutamakan dari pada kualitanya (Syaefudin Sa’ud,
2006: 236).
3.3 Hubungan antara Pendidikan dan pemberdayaan Masyarakat
Pendidikan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat hakikatnya untuk
mewujudkan potensi masyarakat menjadi kekuatan yang mampu meningkatkan
mutu hidup dan kehidupannya. Beberapa bentuk pendidikan dan kegiatan
pemberdayaan

masyarakat

desa/kota

dalam

kerangka “community

education” dapat berupa pendidikan formal dan nonformal, penyuluhan
pembangunan, komunikasi pembangunan, pendidikan kesejahteraan keluarga,
pendidikan vokasional, dan lain-lain. Dalam kontes ini Provinsi Jawa Tengah
dalam mewujudkan provinsi vokasi dengan refleksi program pemberdayaan
masyarakat desa sebagaimana dikenal dengan Bali Ndeso Mbangun Ndeso.

15

Pendidikan Nonformal sebagai bagian integral dari pembangunan pendidikan
nasional yang diarahkan untuk menunjang upaya peningkatan mutu sumber daya
manusia Indonesia yang cerdas, sehat, terampil, mandiri dan berakhlak mulia
sehingga memiliki ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan.
Pembangunan Pendidikan Non Formal (PNF) secara bertahap terus dipacu dan
diperluas guna memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak mungkin
dapat terlayani melalui jalur pendidikan formal (PF). Sasaran pelayanan PNF
diprioritaskan pada warga masyarakat yang tidak pernah sekolah, putus sekolah
penganggur/miskin dan warga masyarakat lain yang ingin belajar untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya sebagai bekal
untuk dapat hidup lebih layak. Dengan semakin meluasnya pelayanan program
PNF yang bermutu, akan memberikan kontribusi besar dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Program studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri semarang sesuai dengan visi dan misinya adalah
menghasilkan tenaga kependidikan akademik professional yang memiliki
kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam pengelolaan
lembaga dan program pendidikan, serta memberdayakan masyarakat diluar system
persekolahan sesuai dengan kebutuhan pembangunan

16

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemuda adalah agen perubahan, baik buruknya suatu bangsa itu tergantung
dengan generasi penerusnya. Dalam salah satu artikel yang ditulis oleh H. Abd.
Hamid Wahid M.Ag moralitas pemuda menyongsong millennium ketiga, ia
menuliskan kalau kata kunci dalam menghadapi millenium kedepan mau tidak
mau adalah peningkatan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill,
mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah global. dan peran dari pemuda
untuk mempelopori persiapan dalam hal peningkatan kualitas SDM ini sangat
dibutuhkan dan peningkatan kualitas SDM tentu saja tidak bisa lepas dari
peningkatan kualitas pendidikan. Dalam mewujudkan peran pemuda dalam
masyarakat di bidang pendidikan ada beberapa aspek yaitu : Pendekatan Individu
dan Sosial
4.2 Saran
Jadilah pemuda yang berguna untuk diri sendiri , orang tua , orang lain , dan
NKRI. Di mulai dari hal kecil kita jadikan bangsa ini menjadi Negara maju
termasuk dalam dunia pendidikan global.

17

DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Koentjaraninggrat.1968.Masyarakat Desa di Indonesia masa ini.Jakarta :
Gancea Exact
Prof.Dr.Soerjono

Soekamto,S.H.,M.A.1983.Beberapa

Aspek

Sosiojuridis

Masyarakat.Bandung : Bina Cipta
Nursisto.2001.Pengalaman Lapangan Dalam Dunia Pendidikan.Jakarta
http://indriandrianibahasadansastraarab.blogspot.co.id/2011/12/peran-pemudadalam-pemberdayaan.html. Diakses pada 05 Desember 2017
http://telaga.org/artikel/peranan_masa_depan_dalam_pembimbingan_remaja.
Diakses pada 05 Desember 2017

18