Audit Terhadap Siklus Pendapatan Penguji (23)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan, yaitu pengujian
kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk
memahami struktur

pengendalian intern terhadapsiklus

penjualan,

yang

selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi. Pengujian substansi
dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap kelavakan jumlah rupiah serta
kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia.
Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam implementasinya, sehingga program
audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda.
Sebelum membahas lebih lanjut siklus pendaptan ini, terlebih dahulu perlu
dijelaskan pengertian pendapatan dan penghasilan. Pendapatan merupakan
terjemahan dari istilah revenue yang merupakan pendekatan gross sedangkan

penghasilan merupakan penerjemahan istilah income yang merupakan pendekatan
netto. Sehingga dengan pengertian peristilahan tersebut istilah revenue cycle
diterjemahkan dengan siklus pendapatan.
Dalam pembahasan ini, system penjualan tidak dibahas mengingat
keterbatasan runag lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan
membahas salah satu aspek mengenai piutang usaha, yaitu Audit Terhadap Siklus
Pendapatan : Pengujian Substantif Terhadap Saldo Piutang Usaha.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mengenai Audit terhadap Siklus Pendapatan.
Pengujian Substantif terhadap Saldo Piutang Usaha adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Piutang?
2. Apa yang dimaksud dengan Penyajian Prinsip Akuntansi Berterima
Umum?
3. Apa tujuan pengujian substantif piutang?
4. Apa saja dokumen yang terkait dengan piutang?
5. Apa saja catatan yang terkait dengan piutang?
6. Apa prosedur audit piutang?
1 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ; P e n g u j i a n
S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g U s a h a


1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan piutang
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyajian prinsip akuntansi
berterima umum
3. Untuk mengetahui tujuan pengujian substantif piutang
4. Untuk mengetahui dokumen apa saja yang terkait dengan piutang
5. Untuk mengetahui catatan apa saja yang terkait dengan piutang
6. Untuk mengetahui prosedur audit piutang.

2 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ; P e n g u j i a n
S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g U s a h a

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Piutang
Piutang merupakan klaim pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat
diterima dalam jangka waktu 1 tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan.
Piutang umumnya disajkan di neraca dalam dua kelompok : (1) piutang usaha dan
(2) piutang non usaha. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi

penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang non usaha
timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar seperti
misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim
asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.
2.2 Penyajian Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Piutang Usaha di
Necara. Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu
diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian piutang
usaha di neraca berikut ini :
1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang
diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha
disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian
tidak tertagihnya piutang.
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha,
harus dicantumkan pengungkapannya di negara bahwa saldo piutang usaha
tersebut adalah jumlah bersih (neto).
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus
disajikan rinciannya di neraca.
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit pada tanggal neraca harus disajikan
dalam kelompok utang lancar.

5. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari
piutang usaha.

3 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ; P e n g u j i a n
S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g U s a h a

2.3 Tujuan Pengujian Substantif Piutang
Tujuan pengujian subtantif terhadap piutang usaha adalah :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan piutang. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai
kewajaran saldo piutang yang dicantumkan di negara, ia harus memperoleh
keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung
informasi piutang yang disajikan di neraca. Untuk itu auditor melakukan
rekonsiliasi antara saldo piutang yang dicantumkan di neraca dengan akun piutang
di dalam buku besar.
2. Membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian piutang usaha yang
dicantumkan di neraca. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada
umumnya, pengujian ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang
dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva yang sesungguhnya ada dan berasal
dari transaksi yang benar-benar terjadi. Untuk membuktikannya auditor

melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
4. Konfirmasi piutang usaha
3. Membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha yang dicantumkan di
neraca. Untuk membuktikan bahwa piutang usaha yang dicantumkan di neraca
mencakup semua klaim klien kepada debitur pada tanggal neraca dan mencakup
semua transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha dalam tahun yang diaudit.
Auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang
4. Konfirmasi piutang usaha

4 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ; P e n g u j i a n
S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g U s a h a

Salah satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan
piutang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang

bersangkutan dengan piutang usaha.
4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas piutang yang
dicantumkan di neraca. Piutang usaha yang ada pada tanggal neraca belum tentu
merupakan hak milik klien, karena piutang tersebut telah dijual kepada
perusahaan penagih atau digadaikan sebagai jaminan penarikan utang. Auditor
melakukan pengujian substantif berikut ini :
1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
2. Konfirmasi piutang usaha.
5. Membuktikan asersi penilaian piutang usaha yang dicantumkan di
neraca seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, piutang uasaha
harus disajikan di neraca pada nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal
neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari
debitur pada tanggal neraca.. auditor melakukan pengujian substantif berikut ini :
1. Prosedur audit awal
2. Pengujian anlitik
3. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
4. Konfirmasi piutang usaha
5. Penilaian terahadap kecakupan akun Cadangan Kerugian Piutang
6. Pembandingan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi
berterima umum.

6. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan piutang usaha di
neraca. Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan yang harus
didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif terhadap
piutang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan membuktikan apakah
unsur piutang usaha telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

5 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ; P e n g u j i a n
S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g U s a h a

2.4 Dokumen Yang Terkait Dengan Piutang
Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan kedalam kartu
piutang adalah:
Golongan
Transaksi
Penjualan

Akun-akun
Penjualan
Piutang Usaha


Penerimaan Kas

Kas di bank
Piutang usaha

Retur Penjualan

Retur penjualan
Piutang usaha

Penghapusan
piutang

Piutang usaha
Cadangan
kerugian
piutang
Beban kerugian
piutang

Cadangan
kerugian
piutang

Beban kerugian
piutang

Fungsi Bisnis

Dokumen dan
Catatan
Pengolahan
Pesanan dari
permintaan dari
konsumen
konsumen
Order penjualan
Persetujuan kredit Pesanan dari
konsumen atau order
Pengiriman

penjualan
Barang
Dokumen pengiriman
Pengiriman faktur File transaksi
dan pencatatan
penjualan
penjualan
Jurnal penjualan
Master file piutang
usaha
Daftar pitang usaha
Laporan bulanan
Pengolahan dan
Pengantarpembayaran
pencatatan
Daftar penerimaan
penerimaan kas
kas
File transaksi
penerimaan kas

Jurnal penerimaan kas
Pengolahan dan
Memo kredit
pencatatan retur
Jurnal retur penjualan
penjualan
Penghapusan
Formulir otorisasi
piutang tak
penghapusan piutang
tertagih
Penetapan
kerugian piutang

Jurnal umum

2.5 Catatan Yang Terkait Dengan Piutang
Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
menyangkut piutang adalah:
1. Jurnal Penjualan, catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang
dari transaksi penjualan kredit.

6 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ; P e n g u j i a n
S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g U s a h a

2. Jurnal Retur Penjualan, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat
berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan.
3. Jurnal Penerimaan Kas, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat
berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.
4. Kartu Piutang, catatan akuntansi ini digunakan untu mencatat mutasi dan saldo
piutang kepada debitur.
2.6 Prosedur Audit Piutang
Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi
prosedur audit. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini
:
1. Prosedur audit awal
2. Prosedur analitik
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha
1. Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah saldo piutang yang dicantumkan oleh klien
dalam neracanya sesuai dengan saldo piutang usaha yang benar-benar ada pada
tanggal neraca, auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan
rekonsiliasi antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan
catatan akuntansi yang mendukungnya. Oleh karena itu, auditor melakukan 6
prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha
di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan ;
1) Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha
yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoelh keyakinan bahwa
saldo piutang yang tercantum di neraca di dukung dengan catatan akuntansi yang
andal

kebenaran

mekanisme

pencatatannya,

maka

saldo

piutang

yang

dicantumkan di neraca di usut ke akun buku besar berikut ini :
1. Piutang Usaha
7 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ; P e n g u j i a n
S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g U s a h a

2. Piutang NonUsaha
3. Cadangan Kerugian Piutang
2) Hitung kembali saldo akun piutang di dalam buku besar. Untuk memperoleh
keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun piutang usaha, auditor
menghitung kembali saldo akun piutang dengan cara menambah saldo awal
dengan jumlah pendebetan dan menguranginya dengan jumlah pengkreditan akun
tersebut.
3) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang usaha. akan
didapat keterangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang
mengurangi piutang usaha dapat di temukan melalui review atas mutasi luar biasa
baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun piutang usaha dan akun
Cadangan Kerugian Piutang.
4) Usut saldo awal akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang usaha
ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap
transaksi rinci yang menyangkut akun piutang usaha dan cadangan kerugian
piutang, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun
tersebut.
5) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun piutang ke dalam jurnal yang
bersangkutan. Penerbitan di dalam akun piutang usaha diusut ke jurnal penjualan
dan pengkreditan ke akun tersebut di usut ke jurnal penerimaan kas dan jurnal
umum.
6) Lakukan rekonsiliasi akan kontrol piutang di dalam buku besar ke buku
pembantu piutang yang bersangkutan. Saldo akan kontrol piutang usaha di dalam
buku besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu
piutang usaha untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang
bersangkutan dengan piutang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.
2. Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap piutang usaha, pengujian
analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan

8 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ; P e n g u j i a n
S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g U s a h a

dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu,
auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini :
a. Ratio Formula
Tingkat perputaran piutang usaha Pendapatan penjualan bersih : Rerata
piutang usaha
-

Ratio piutang usaha dengan aktiva lancar Saldo piutang usaha : Aktiva
lancar

-

Rate of return on net sales Laba bersih : Pendapatan penjualan bersih

-

Ratio kerugian piutang usaha dengan Kerugian piutang usaha : Pendapatan
penjualan bersih

-

Ratio kerugian piutang usaha Kerugian piutang usaha : Piutang dengan
piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih

-

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan
auditor, misalnya ratio tahun lalu, rerata ratio industri atau ratio yang
dianggarkan.

Pembandingan

ini

membantu

auditor

untuk

mengungkapkan : (1) Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (2)
Perubahan akuntansi, (3) Perubahan usaha, (4) Fluktuasi acak, atau (5)
salah saji.
3. Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci
Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi
berikut ini yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun piutang usaha :
a. Transaksi penjualan kredit
b. Transaksi retur penjualan
c. Transaksi penghapusan piutang usaha
d. Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha
Di samping itu, keandalan saldo akun piutang usaha ditentukan pula oleh
ketepatan pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut
di atas. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian subtantif terhadap transaksi
rinci yang mendebit dan mengkredit akun piutang usaha dan pengujian piash batas
yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.

9 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ; P e n g u j i a n
S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g U s a h a

1) Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang usaha ke dokumen
yang mendukung timbulnya transaksi tersebut. Prosedur audit ini dimulai oleh
auditor dari buku pembantu piutang usaha.
a. Periksa pendebetan akun piutang ke dokumen pendukung : Faktor penjualan,
laporan pengiriman barang dan order penjualan.
b. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung : bukti kas masuk,
memo kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.
2) Lakukan verifikasi pisah batas (cut of) transaksi penjualan dan retur penjualan.
Verifikasi

pisah

batas

dimaksudkan

untuk

membuktikan

apakah

klien

menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi
penjualan yang termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun
sebelumnya.
a. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
b. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal necara.
3) Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penerimaan kas. Untuk
membuktikan ketepatan pisah batas transaksi penerimaan kas, auditor melakukan
observasi terhadap semua kas yang diterima pada hari terahir tahun yang diaudit
untuk membuktikan apakah penerimaan kas tersebut telah dimasukan kedalam kas
dalam tahun berikutnya tidak dimasukkan sebagai penerimaan kas tahun yang
diaudit.
4. Prosedur Audit Terhadap Saldo Akun Rinci
Pengujian terhadap saldo akun rinci dalam siklus pendapatan difokuskan
ke saldo piutang usaha dan akan penilainya. Tujuan pengujian saldo akun piutang
usaha rinci adalah memverifikasi keberadaan, kelengkapan, hak kepemilikan dan
penilaian atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
1) Lakukan konfirmasi piutang pada 3 tahap yang harus ditempuh oleh auditor
dalam mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur.

10 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ;
P e n g u j i a n S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g
Usaha

a. Tentukan metode, saat dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan. Tedapat
dua metode konfirmasi piutang yang dapat digunakan oleh auditor. (1) metode
konfirmasi positif dan (2) metode konfirmasi negatif.
b. Pilih debitur yang akan dikirimi surat informasi. Metode konfirmasi positif
umumnya digunakan jika auditor menghadapi situasi : saldo piutang klien kepada
debitur secara individual berjumlah besar dan auditor mempunyai dugaan bahwa
terdapat banyak akun piutang usaha yang disengketakan antara klien dengan
debiturnya atau terdapat ketidaktelitian atau kecurangan saldo akun piutang usaha.
Sedangkan metode konfirmasi negatif umumnya digunakan oleh auditor jika
pengendalian intern terhadap piutang usaha dinilai baik oleh auditor.
c. Kirimkan surat konfirmasi. Prosedur pengiriman surat konfirmasi kepada
debitur dan penerimaan jawaban surat konfirmasi, yaitu : (1) Auditor meminta
klien untuk mengirim surat konfirmasi kepada debitur. (2) Klien mengirim surat
konfirmasi kepada debitur. (3) Debitur mengirim langsung jawaban atas surat
konfirmasi kepada debitur.
2) Lakukan evaluasi terhadap kecukupan cadangan kerugian piutang usaha yang
dibuat oleh klien. Menurut prinsip akuntansi berterima umum, piutang usaha
disajikan dalam neraca pada nilai bersih yang dapat ditagih dari debitur pada
tanggal neraca. Oleh karena itu, verifikasi penilaian dimaksudkan untuk menilai
kewajaran penentuan jumlah cadangan kerugian piutang usaha yang dibentuk oleh
klien pada tanggal neraca.
5. Penyajian dan Pengungkapan Akun dalam Laporan Keuangan
Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi

berterima

umum.

Auditor

membandingkan

penyajian

dan

pengungkapan piutang usaha yang disajikan klien dalam neraca dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Prosedur audit terhadap penyajian dan pengungkapan
piutang usaha adalah : (1) memerika klasifikasi piutang kedalam kelompok aktiva
lancar dan aktiva tidak lancar, (2) memeriksa klasifikasi piutang kedalam
kelompok piutang usaha dan piutang non usaha, (3) menentukan kecukupan
pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa
11 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ;
P e n g u j i a n S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g
Usaha

2.7 Studi Kasus – Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Apa yang harus dilakukan bila ternyata dikemudian hari ‘piutang tak
tertagih’ sungguh-sungguh terjadi namun angkanya jauh lebih kecil dibandingkan
saldo cadangan, atau malah tidak terjadi samasekali? Itulah yang akan dibahas
melalui tulisan ini.
Jurnal Pembentukan Cadangan Piutang Tak Tertagih
Akun ‘ Cadangan piutang Tak Tertagih ’ bisa dilihat di Neraca perusahaan.
Persisnya di bawah akun ‘ Piutang Dagang’ , berupa saldo bernilai negatif (bisa
juga disebut kontra akun piutang dagang).
Misalnya :
Untuk tahun 2012 PT. BERSAMA mencadangkan Piutang Tak Tertagih sebesar
6.2% atas saldo Piutang Dagang yang sebesar Rp 251,700,000 di penutupan buku
2011. Sehingga tanggal 5 Januari 2011, pegawai accounting PT. BERSAMA
memasukan jurnal sebagai berikut:
[D] Biaya Piutang Tak Tertagih

Rp 15.700.000

[K] Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 15.700.000
(6,2% x 251.700.000 = Rp 15.700)
Setelah jurnal dimasukan, maka neraca PT. BERSAMA per tanggal 6 Januari
2011 kurang lebih akan nampak seperti di bawah ini:
PT BERSAMA
NERACA
Per 6 Januari 2012

1
2
3
4

AKTIVA
Kas kecil
Kas bank
Piutang dagang
- Cadangan piutang tak tertagih
Persediaan

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

1,500,000
125,000,000
251,700,000
(15,700,000)
85,000,000

12 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ;
P e n g u j i a n S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g
Usaha

5 Mesin
- Akumulasi penyusutan mesin
6 Bangunan
-Akumulasi penyusutan bangunan
7 Kendaraan
- Akumulasi penyusutan kendaraan
8 Hak sewa
-Akumulasi amortisasi hak sewa
9 Perjanjian, Hak patent, Copyright
- Akumulasi Amortisasi Hak sewa
TOTAL AKTIVA

1
2
3
4

PASSIVA
Utang dagang
Utang bank
Modal
Laba ditahan
- Laba tahun berjalan
- Dividen
TOTAL PASSIVA

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

1,500,000,000
(165,000,000)
1,250,000,000
(62,500,000)
185,000,000
(23,125,000)
450,000,000
(112,500,000)
118,000,000
(29,500,000)
3,557,875,000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

120,375,000
300,000,000
3,000,000,000
125,000,000
112,500,000
(100,000,000)
3,557,875,000

Jurnal Penghapusan Piutang Yang Tak Tertagih
Katakanlah tanggal 25 Maret 2012, PT. SENDIRI (salah satu pelanggan PT.
BERSAMA) dinyatakan pailit oleh pemerintah, sehingga tagihan PT. BERSAMA
sebesar Rp 4,000,000 tidak bisa ditagih. Kejadian ini akan membuat Atas
persetujuan

pimpinan,

pegawai

accounting

PT.

BERSAMA

mengakui

penghapusan piutang dagang yang tak tak tertagih dengan jurnal:
[D] Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 4.000.000
[K] Piutang Dagang – PT. SENDIRI

Rp 4.000.000

Setelah dimasukannya jurnal ini, maka saldo cadangan piutang tak tertagih akan
berkurang Rp 5,000,000, sehingga saldo cadangan piutang tak tertagih tinggal Rp
11,700,000 (=15,700,000 – 4,000,000).

13 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ;
P e n g u j i a n S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g
Usaha

Kemudian tanggal 15 Juni 2012, manajemen PT. BERSAMA memutuskan untuk
menghapuskan piutang dagang terhadap Mr. X sebesar Rp 2,500,0000 yang sudah
beberapa bulan ditagih tetapi tidak berhasil. Terakhir Mr. X pindah alamat dan
tidak bisa dihubungi lagi. Dengan persetujuan pimpinan, pegawai accounting PT.
BERSAMA memasukan jurnal sebagai berikut:
[D] Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 2.500.000
[K] Piutang Dagang – Mr.X

Rp 2.500.000

Setelah dimasukannya jurnal ini, maka saldo cadangan piutang tak tertagih tinggal
Rp 9,200,000 (=11,700,000 – 2,500,000).
Jurnal Koreksi Cadangan Piutang Tak Tertagih
Selanjutnya, katakanlah hingga akhir tahun buku 2012, total piutang yang
sungguh- sungguh tak tertagih hanya Rp 6,500,000 saja (dari Rp 15,700,000 yang
dicadangkan) — sehingga di penutupan buku tahun 2012 masih ada saldo
cadangan piutang tak tertagih sebesar Rp 9,200,000. Lalu, apa yang harus
dilakukan terhadap saldo ini?
Selisihnya dibuatkan jurnal koreksi sebagai berikut:
[D] Cadangan Piutang Tak Tertagih

Rp 9.200.000

[K] Biaya Piutang Tak Tertagih

Rp 9.200.000

Dengan dimasukannya jurnal koreksi ini, maka :
a. Saldo akun Cadangan Piutang Tak Tertagih menjadi 0 (nol); dan
b. Saldo akun Biaya Piutang Tak Tertagih berkurang, dari yang semula
diperkirakan sebesar Rp 11,700,000 menjadi Rp 6,500,000 saja (sesuai
kenyataan).
Pembentukan Cadangan Piutang Tak Tertagih Di Tahun Berikutnya
Lalu apa yang harus dilakukan untuk tahun 2013? Melihat pengalaman di tahun
2012, manajemen perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menurunkan
cadangan piutang tak tertagihnya menjadi 2.6% saja (= (6,500,000/251,700,000) x
14 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ;
P e n g u j i a n S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g
Usaha

100%). Katakanlah saldo Piutang Dagang PT. BERSAMA di awal 2013 adalah Rp
200,000,000, sehingga di awall 2013 pegawai accounting PT. BERSAMA
membuat jurnal pencadangan piutang sbb:
[D] Biaya Piutang Tak Tertagih

Rp 5.164.879

[K] Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 5.164.879
(2,6% x Rp 200.000.000 = Rp 5.164.879)
Pertanyaan selanjutnya: Apa yang harus dilakukan jika piutang dagang yang
sudah terlanjur dihapus, ternyata berhasil ditagih setelah pengahapusan?
Misalnya: Mr. X yang sempat tidak bisa dihubungi (dikabarkan sudah kabur ke
luar negeri), ternyata kembali lagi ke Indonesia, dan dia membayar utangnya Rp
2,500,000 yang sudah terlanjur dihapuskan. Apa yang harus dilakukan? Akan saya
bahas di tulisan berikutnya.
[D] Kas

Rp 2.500.000

[K] Cadangan Kerugian Piutang

Rp 2.500.000

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengujian substantive terhadap saldo piutang usaha ditunjukkan untuk
memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan piutang usaha. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian
15 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ;
P e n g u j i a n S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g
Usaha

transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha yang dicantumkan dineraca.
Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo piutang usaha yang dicantumkan dineraca. Membuktikan hak
kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan dineraca. Membuktikan
kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan dineraca.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan kita semua tentang auditing. Khususnya tentang Audit Terhadap
Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, Auditing 2 Jakarta: Salemba Empat, 2014
Jusuf, Al Haryono, Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2, Yogyakarta:
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2011

16 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ;
P e n g u j i a n S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g
Usaha

http://dokumen.tips/education/makalah-audit-terhadap-siklus-pendapatanpengujian-substantif-terhadap -saldo-piutang-usaha.html
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/10/jurnal-penghapusan-dan-koreksicadanga-piutang-tak-tertagih/

17 | A u d i t Te r h a d a p S i k l u s P e n d a p a t a n ;
P e n g u j i a n S u b s t a n t i f Te r h a d a p S a l d o P i u t a n g
Usaha

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157