TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN PERILAKU KET
TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN PERILAKU KETERGANTUNGAN
“KETERGANTUNGAN TERHADAP KAFEIN”
OLEH:
Jessica Giovanni
7103013016
Devi Natalia Y.
7103013018
Carolina Yeni
7103013022
Kevin Jonathan S.
7103013025
Dorothea Diana F.
7103013029
Yohanes Darmawan S.
7103013062
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2016
I. Pengetahuan Tentang Sifat Zat
CNS Stimulas mempengaruhi tubuh
biasanya.
Obat-obatan
meningkatkan
seperti
pernapasan,
ini
dapat
meningkatkan
sehingga bereaksi seperti tidak
meningkatan
aktivitas
denyut
dan
jantung,
meningkatkan
kewaspadaan. Klasifikasi ini termasuk dalam ketegori yang berbahaya, obatobatan ilegal seperti kokain, ada juga beberapa obat yang digunakan dalam dunia
medis seperti ritalin, obat dengan efek relatif ringan seperti kafein, dan obat yang
paling mematikan seperti nikotin. Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid
terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %),
kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial
dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis.
Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri
minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai
industri makanan.
II.
Mekanisme Kafein dalam Tubuh
Mobilisasi kalsium intasellular dan inhibisi phosphodiesterase khusus
hanya berlaku pada konsentrasi kafein yang sangat tinggi dan tidak fisiologis.
Oleh sebab itu, mekanisme kerja yang paling relevan adalah antagonisme reseptor
adenosine. Adenosine berfungsi untuk mengurangkan kadar ledakan neuron selain
menghambat transimisi sinaptik dan pelepasan meurotransmiter. Terdapat empat
reseptor adenosine yang dikenal: A1, A2(A dan B) dan A3. Reseptor A1 dan A2
merupakan subtipe utama yang terlibat dengan efek kafein karena dapat berikatan
dengan kafein pada dosis kecil, A2B pula berikatanpada dosis yang tinggi dan A3
tidak sensitif terhadap kafein. Reseptor A1 banyak terdistribusi di seluruh otak
dengan densitas yang tinggi di hipokampus, korteks dan serebelum manakala A2
banyak terdapat distriatum, nukleus akumbens, tuberkulum olfaktorius dan
amygdala serta mempunyai ekspresi yang lemah di globus pallidus dan nukleus
traktus solitarius. Tidak seperti A1, reseptor A2 berpasangan dengan G protein
stimulatorik dan berhubungan dengan receptor D2 dopamin. Administrasi A2
agonis akan mengurangkan afinitas ikatan dopamin di reseptor D2 yang terletak di
membran striatal. Selain memberi efek terhadap tidur dan kewaspadaan melalui
aktivasi neuron kolinergik mesopontin oleh antagonisme receptor A1 kafein juga
berinteraksi dengan sistem dopamin untuk memberikan efeknya terhadap perilaku.
Hal ini dicapai melalui penghambatan reseptor adenosine A2 sehingga kafein
dapat mempotensiasi neurotansmisi dopamin, dengan demikian dapat memodulasi
reward system. Selain itu, konsumsi kafein, toleransi dan ketergantungan
mempunyai
komponen
genetika
berdasarkan
beberapa
penelitian
yang
melaporkan adanya hubungan antara polimorfisme gen A2A dengan sensisitivitas
terhadap
efek
kafein.
Antagonisme
reseptor
adenosin
mungkin
dapat
mempengaruhi proses kognisi antara lainnya dengan mengaktivasi reseptor D1
dan D2. Penelitian yang dilakukan pada monyet telah membuktikan bahwa
aktivasi reseptor D1 dan D2 dapat meningkatkan prestasi tugas yang
menggunakan memori kerja.
III. Diagnosis dan Simtom menurut DSM V
Simtom
5 atau lebih simptom yang muncul disaat setelah mengkonsumsi kafein:
Konsumsi kafein biasanya lebih dari 250 mg.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kegelisahan
Kegugupan
Kegembiraan
Insomnia
Muka memerah
Diuresis adalah sejenis kelainan pada sistem urinase dalam memproduksi
urine. Karena dapat memproduksi urine hingga 500ml lebih banyak dari
7.
biasanya dalam waktu 1 jam.
Gastrointestinal ialah suatu
kelainan
atau
penyakit
pada
jalan
makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan
penyakit
kerongkongan
(eshopagus),
lambung
(gaster),
usus
halus
(intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris)
8.
9.
dan pankreas
Kejangan otot
cara berbicara dan alur berpikir yang bertele tele
10. Tachycardia adalah gangguan detak jantung yang meningkat atau cardiac
arrhythmia adalah Gangguan irama jantung
11. periode periode tak kenal lelah
12. psychomotor agitation adalah bentuk gangguan yang menunjukkan
aktivitas motorik berlebihan.
IV. Akibat
Dapat menyebabkan gangguan tidur terutama pada individu yang
tergantung pada kafein.Terdapat efek toleransi yang cepat terhadap efek
stimulansi atas pengkonsumsian kafein. Seseorang yang terbiasa mengkonsumsi
lima atau enam cangkir kafein dalam sehari entah itu kombinasi (kopi, teh,
softdrink). Ketika orang tersebut berhenti selama beberapa minggu dan memulai
lagi setelah itu dengan dosis semula (lima atau enam cangkir) maka efek yang
akan diperoleh orang tersebut akan sama dengan saat sebelum dia berhenti
beberapa minggu, seperti kepala berdengung, meningkatnya kewaspadaan dan
kurang dapat beristirahat.
Ketika seseorang mengalami sakau terhadap zat ini, maka akan merasakan
sakit kepala kronis, mudah tersingung, kurang dapat tidur dan mengalami
kecamasan. Mungkin juga mengalami kesulitan tidur dan konsentrasi.
V. Dampak Positif
a. Kafein dapat meyebabkan gangguan tidur pada penggunanya.
b. Kafein dalam dosis rendah (20-200 mg) bisa menyebabkan efek yang positif
seperti pertambahan energi, kosentrasi dan motivasi. Dalam penggunaan
kafein yang tinggi, pengguna akan merasakan efek yaitu : merasa gugup,
cemas dan tegang.
c. Dalam penggunaan kafein dengan dosis sedang dapat meningkatkan energy
untuk aktivitas sehari-hari.
d. Kafein juga dapat menjadi analgesic ( pereda nyeri ) untuk kepala pusing dan
juga dapat memberikan efek relaksasi pada pembuluh di tenggorokan dan itu
dapat mengurangi asma.
e. Penggunaan kafein yang cukup tinggi dapat menurunkan timbulnya penyakit
Parkinson.
VI. Dampak Negatif
a. Dosis yang tinggi dalam penggunaan kafein dapat meningkatkan kecemasan.
b. Kafein juga dapat menyebabkan pengolahan informasi kita berkurang.
c. Dalam penelitian yang lain menyatakan bahwa ada efek negative juga,
misalkan : terjadinya pengikisan tulang pada wanita.
d. Kafein juga memungkinkan untuk mengurangi nafsu makan.
e. Kafein tidak mempengaruhi jalan nya persalinan normal meskipun telah ada
beberapa penelitian yang menunjukkan asupan yang tinggi ( seperti tujuh
gelas kopi atau lebih dalam sehari) dikaitkan dengan risiko sedikit lebih
tinggi dari kematian bayi
f. Pada syndrome iritasi usus, gangguan lambung, iritasi kandung kemih dan
sakit perut dapat diperpuruk oleh asupan kafein karena tingkat keasaman nya.
g. Pada anak-anak yang mengkonsumsi kafein dengan dosis yang lebih tinggi
berada pada risiko yang relatif tinggi dari penggunaan narkoba lainnya ketika
mereka mencapai usia remaja. Mungkin, anak-anak yang menggunakan
kafein hingga tingkat kewaspadaan mereka mulai mengaitkan dengan
penggunaan obat dari perubahan psikologis yang diinginkan, yang kemudian
dapat menyebabkan penggunaan obat lain untuk menginduksi perubahan
psikologis lainnya.
h. DSM-IV mendefinisikan keracunan kafein sebagai konsumsi terbaru dari
kafein, biasanya lebih dari 250 mg (2-3 cangkir kopi diseduh) yang
menghasilkan lima atau lebih gejala, termasuk gelisah, gugup, kegembiraan,
insomnia, wajah memerah, gangguan pencernaan, otot berkedut, berpikir dan
berbicara, dari sifat yang tidak pernah puas, telinga berdenging, atau agitasi
psikomotor, keracunan kafein, namun jarang terjadi.
VII. Penanganan Perilaku Ketergantungan Terhadap Caffein
a. Menggunakan teknik modifikasi perilaku berupa pengondisian klasik. Yakni
dengan memasangkan sumber kafein yang dikonsumsi dengan makanan atau
minuman yang tidak disenangi, sehingga seseorang yang tergantung dengan
kafein akan mempersepsi bahwa sumber kafein tersebut tidaklah senikmat
sebelumnya dan mulai ditinggalkan.
b. Menggunakan teknik modifikasi perilaku berupa token economi. Metode ini
merupakan model pemberian hadiah atau self-reward yang didapatkan ketika
perilaku yang diinginkan muncul. Dalam konteks ini, perilaku yang ingin
dimunculkan ialah mengurangi mengonsumsi sumber kafein.
c. Metode selanjutnya yang akan dipakai adalah sistem punishment, yakni
sebelumnya seorang yang ingin memulihkan ketergantungannya terhadap
kafein, harus membuat konsekuensi bagi dirinya sendiri apabila pada harihari selanjtnya ia mengkonsumsi sumber kafein tersebut.
Daftar Pustaka
American Psychiatric Association. Highlights of Change from DSM-IV TR to
DSM-V. United States : American Psychiatric, 2013
Martin, Garry. Joseph Pear. (2003). Behavior Modification : What It Is and How
to Do It Seventh Edition. New Jersey : Prentice Hall. Inc
Fisher, G. L., Harrison, T. C. (2013). Substance abuse. NJ: Pearson
MANAJEMEN PERILAKU KETERGANTUNGAN
“KETERGANTUNGAN TERHADAP KAFEIN”
OLEH:
Jessica Giovanni
7103013016
Devi Natalia Y.
7103013018
Carolina Yeni
7103013022
Kevin Jonathan S.
7103013025
Dorothea Diana F.
7103013029
Yohanes Darmawan S.
7103013062
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2016
I. Pengetahuan Tentang Sifat Zat
CNS Stimulas mempengaruhi tubuh
biasanya.
Obat-obatan
meningkatkan
seperti
pernapasan,
ini
dapat
meningkatkan
sehingga bereaksi seperti tidak
meningkatan
aktivitas
denyut
dan
jantung,
meningkatkan
kewaspadaan. Klasifikasi ini termasuk dalam ketegori yang berbahaya, obatobatan ilegal seperti kokain, ada juga beberapa obat yang digunakan dalam dunia
medis seperti ritalin, obat dengan efek relatif ringan seperti kafein, dan obat yang
paling mematikan seperti nikotin. Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid
terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %),
kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial
dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis.
Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri
minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai
industri makanan.
II.
Mekanisme Kafein dalam Tubuh
Mobilisasi kalsium intasellular dan inhibisi phosphodiesterase khusus
hanya berlaku pada konsentrasi kafein yang sangat tinggi dan tidak fisiologis.
Oleh sebab itu, mekanisme kerja yang paling relevan adalah antagonisme reseptor
adenosine. Adenosine berfungsi untuk mengurangkan kadar ledakan neuron selain
menghambat transimisi sinaptik dan pelepasan meurotransmiter. Terdapat empat
reseptor adenosine yang dikenal: A1, A2(A dan B) dan A3. Reseptor A1 dan A2
merupakan subtipe utama yang terlibat dengan efek kafein karena dapat berikatan
dengan kafein pada dosis kecil, A2B pula berikatanpada dosis yang tinggi dan A3
tidak sensitif terhadap kafein. Reseptor A1 banyak terdistribusi di seluruh otak
dengan densitas yang tinggi di hipokampus, korteks dan serebelum manakala A2
banyak terdapat distriatum, nukleus akumbens, tuberkulum olfaktorius dan
amygdala serta mempunyai ekspresi yang lemah di globus pallidus dan nukleus
traktus solitarius. Tidak seperti A1, reseptor A2 berpasangan dengan G protein
stimulatorik dan berhubungan dengan receptor D2 dopamin. Administrasi A2
agonis akan mengurangkan afinitas ikatan dopamin di reseptor D2 yang terletak di
membran striatal. Selain memberi efek terhadap tidur dan kewaspadaan melalui
aktivasi neuron kolinergik mesopontin oleh antagonisme receptor A1 kafein juga
berinteraksi dengan sistem dopamin untuk memberikan efeknya terhadap perilaku.
Hal ini dicapai melalui penghambatan reseptor adenosine A2 sehingga kafein
dapat mempotensiasi neurotansmisi dopamin, dengan demikian dapat memodulasi
reward system. Selain itu, konsumsi kafein, toleransi dan ketergantungan
mempunyai
komponen
genetika
berdasarkan
beberapa
penelitian
yang
melaporkan adanya hubungan antara polimorfisme gen A2A dengan sensisitivitas
terhadap
efek
kafein.
Antagonisme
reseptor
adenosin
mungkin
dapat
mempengaruhi proses kognisi antara lainnya dengan mengaktivasi reseptor D1
dan D2. Penelitian yang dilakukan pada monyet telah membuktikan bahwa
aktivasi reseptor D1 dan D2 dapat meningkatkan prestasi tugas yang
menggunakan memori kerja.
III. Diagnosis dan Simtom menurut DSM V
Simtom
5 atau lebih simptom yang muncul disaat setelah mengkonsumsi kafein:
Konsumsi kafein biasanya lebih dari 250 mg.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kegelisahan
Kegugupan
Kegembiraan
Insomnia
Muka memerah
Diuresis adalah sejenis kelainan pada sistem urinase dalam memproduksi
urine. Karena dapat memproduksi urine hingga 500ml lebih banyak dari
7.
biasanya dalam waktu 1 jam.
Gastrointestinal ialah suatu
kelainan
atau
penyakit
pada
jalan
makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan
penyakit
kerongkongan
(eshopagus),
lambung
(gaster),
usus
halus
(intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris)
8.
9.
dan pankreas
Kejangan otot
cara berbicara dan alur berpikir yang bertele tele
10. Tachycardia adalah gangguan detak jantung yang meningkat atau cardiac
arrhythmia adalah Gangguan irama jantung
11. periode periode tak kenal lelah
12. psychomotor agitation adalah bentuk gangguan yang menunjukkan
aktivitas motorik berlebihan.
IV. Akibat
Dapat menyebabkan gangguan tidur terutama pada individu yang
tergantung pada kafein.Terdapat efek toleransi yang cepat terhadap efek
stimulansi atas pengkonsumsian kafein. Seseorang yang terbiasa mengkonsumsi
lima atau enam cangkir kafein dalam sehari entah itu kombinasi (kopi, teh,
softdrink). Ketika orang tersebut berhenti selama beberapa minggu dan memulai
lagi setelah itu dengan dosis semula (lima atau enam cangkir) maka efek yang
akan diperoleh orang tersebut akan sama dengan saat sebelum dia berhenti
beberapa minggu, seperti kepala berdengung, meningkatnya kewaspadaan dan
kurang dapat beristirahat.
Ketika seseorang mengalami sakau terhadap zat ini, maka akan merasakan
sakit kepala kronis, mudah tersingung, kurang dapat tidur dan mengalami
kecamasan. Mungkin juga mengalami kesulitan tidur dan konsentrasi.
V. Dampak Positif
a. Kafein dapat meyebabkan gangguan tidur pada penggunanya.
b. Kafein dalam dosis rendah (20-200 mg) bisa menyebabkan efek yang positif
seperti pertambahan energi, kosentrasi dan motivasi. Dalam penggunaan
kafein yang tinggi, pengguna akan merasakan efek yaitu : merasa gugup,
cemas dan tegang.
c. Dalam penggunaan kafein dengan dosis sedang dapat meningkatkan energy
untuk aktivitas sehari-hari.
d. Kafein juga dapat menjadi analgesic ( pereda nyeri ) untuk kepala pusing dan
juga dapat memberikan efek relaksasi pada pembuluh di tenggorokan dan itu
dapat mengurangi asma.
e. Penggunaan kafein yang cukup tinggi dapat menurunkan timbulnya penyakit
Parkinson.
VI. Dampak Negatif
a. Dosis yang tinggi dalam penggunaan kafein dapat meningkatkan kecemasan.
b. Kafein juga dapat menyebabkan pengolahan informasi kita berkurang.
c. Dalam penelitian yang lain menyatakan bahwa ada efek negative juga,
misalkan : terjadinya pengikisan tulang pada wanita.
d. Kafein juga memungkinkan untuk mengurangi nafsu makan.
e. Kafein tidak mempengaruhi jalan nya persalinan normal meskipun telah ada
beberapa penelitian yang menunjukkan asupan yang tinggi ( seperti tujuh
gelas kopi atau lebih dalam sehari) dikaitkan dengan risiko sedikit lebih
tinggi dari kematian bayi
f. Pada syndrome iritasi usus, gangguan lambung, iritasi kandung kemih dan
sakit perut dapat diperpuruk oleh asupan kafein karena tingkat keasaman nya.
g. Pada anak-anak yang mengkonsumsi kafein dengan dosis yang lebih tinggi
berada pada risiko yang relatif tinggi dari penggunaan narkoba lainnya ketika
mereka mencapai usia remaja. Mungkin, anak-anak yang menggunakan
kafein hingga tingkat kewaspadaan mereka mulai mengaitkan dengan
penggunaan obat dari perubahan psikologis yang diinginkan, yang kemudian
dapat menyebabkan penggunaan obat lain untuk menginduksi perubahan
psikologis lainnya.
h. DSM-IV mendefinisikan keracunan kafein sebagai konsumsi terbaru dari
kafein, biasanya lebih dari 250 mg (2-3 cangkir kopi diseduh) yang
menghasilkan lima atau lebih gejala, termasuk gelisah, gugup, kegembiraan,
insomnia, wajah memerah, gangguan pencernaan, otot berkedut, berpikir dan
berbicara, dari sifat yang tidak pernah puas, telinga berdenging, atau agitasi
psikomotor, keracunan kafein, namun jarang terjadi.
VII. Penanganan Perilaku Ketergantungan Terhadap Caffein
a. Menggunakan teknik modifikasi perilaku berupa pengondisian klasik. Yakni
dengan memasangkan sumber kafein yang dikonsumsi dengan makanan atau
minuman yang tidak disenangi, sehingga seseorang yang tergantung dengan
kafein akan mempersepsi bahwa sumber kafein tersebut tidaklah senikmat
sebelumnya dan mulai ditinggalkan.
b. Menggunakan teknik modifikasi perilaku berupa token economi. Metode ini
merupakan model pemberian hadiah atau self-reward yang didapatkan ketika
perilaku yang diinginkan muncul. Dalam konteks ini, perilaku yang ingin
dimunculkan ialah mengurangi mengonsumsi sumber kafein.
c. Metode selanjutnya yang akan dipakai adalah sistem punishment, yakni
sebelumnya seorang yang ingin memulihkan ketergantungannya terhadap
kafein, harus membuat konsekuensi bagi dirinya sendiri apabila pada harihari selanjtnya ia mengkonsumsi sumber kafein tersebut.
Daftar Pustaka
American Psychiatric Association. Highlights of Change from DSM-IV TR to
DSM-V. United States : American Psychiatric, 2013
Martin, Garry. Joseph Pear. (2003). Behavior Modification : What It Is and How
to Do It Seventh Edition. New Jersey : Prentice Hall. Inc
Fisher, G. L., Harrison, T. C. (2013). Substance abuse. NJ: Pearson