Konghucu Dan Islam Agama Etika Sosial

Konghucu Dan Islam Sebagai Agama Etika Sosial
Berbicara tentang agama tentunya tak dapat dipisahkan dengan pelajaran etika dan
sosial, kenapa? Karena agama merupakan pelajaran menjalani hidup. Tak mungkin kiranya
bila agama tanpa ada pelajaran etika dan sosial yang hanya membahas keteologian saja,
seperti halnya Konghucu yang diebutkan oleh Huston Smith dalam bukunya bahwa
Konfusius adalah seorang guru besar yang mampu mengajarkan sejarah, syair, pemerintahan,
adat sopan santun, matematika, musik, teologi dan olahraga kepada masyarakat sehingga
dijuluki sebagai universitas-satu-orang, hal ini menunjukkan bahwa memang agama memiliki
peranan penting dalam hubungan interaksi sosial atau seperti Muhammad yang menyuapi
seorang tuna wisma yang beragama yahudi dengan lembut kasih sayangnya. Hal tersebut pula
berarti agama mengajarkan sosial tidak hanya cakupan agamanya saja, melainkan sosial
secara global tidak hanya karena kamu beragama sama dengan ku melainkn karena kamu
manusia dan aku manusia.
Dewasa ini menurut pengamatan saya masih banyak orang yang salah paham akan
kata etika, karena bila bicara tentang etika menyebutkan bahwa pelajaran tentang hal-hal
kebaikan saja. Namun sejatinya bukanlah itu, lalu apa? Yaitu tentang bagaimana kita
mengetahui hal baik maupun buruk disekeliling kita erat kaitannya dengan sosial.
Bagaimanakah letak etika dan sosial di dalam sebuah agama terkhusus Islam dan Konghucu?
Islam lebih dikenal sebagai agama etika, konsep etika tersebut terangkum dalam iman, Islam,
dan ihsan. Sementara ajaran Konghucu senantiasa menawarkan kebajikan dalam setiap
ajarannya. Hal ini mengingat ajaran mengenai etika merupakan aspek sentral dari

keseluruhan ajaran Konghucu. Konghucu berpendapat bahwa tolok ukur dari nilai moral
adalah jer.
Baik agama Konghucu maupun Islam memandang bahwa etika merupakan inti dari
ajarannya, ada tuntutan bagi pemeluknya untuk senantiasa berbuat baik kepada sesamanya,
setiap amal perbuatan manusia ada pertanggungjawabannya kelak nanti. Kenapa harus ada
pertanggungjawaban? Karena disisi lain Islam memandang bahwa segala perbuatan manusia
baik aktifitas individual maupun kolektif dianggap sebagai suatu bentuk peribadatan terhadap
tuhanNya. Sementara Konghucu meyakini bahwa setiap perbuatan baik manusia bermula dari
adanya watak sejati yang sudah ada di dalam diri manusia sebagai kodratnya. Sejatinya kedua
agama tersebut sama-sama berpandangan bahwa hakikatnya manusia itu sama di sepan Tuhan
atau Thian, namun yang membedakannya adalah tingkat kebajikannya atau dalam Islam
tingkat ketaqwaannya.
Etika sosial dengan tradisi merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan,
kenapa bisa? Karena sudah menjadi nalar bahwa tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan
secara adat turun menurun dari generasi ke generasi. Tradisi yang akan dibahas ini kaitannya
dengan apa yang diajarkan Konfusius dan Muhammad atau biasa disebut sunnah. Apa saja
yang diajarkan Konfusius dan Muhammad? Konfusius banyak mengajarkan tentang etika
sosial, yang pertama adalah Jen yang berasal dari dua huruf Cina untuk menggambarkan
“Manusia” dan “dua”. Kata ini diterjemahkan dalam banyak arti, seperti kebaikan, dari
manusia ke manusia, pemurah hati ataupun cinta, namun barangkali paling baik

diterjemahkan sebagai berhati-nurani, kedua adalah konsep Chun-izu yaitu hubungan ideal
antara semua manusia, istilah tersebut telah diterjemahkan sebagai Manusia Sempurna, dan

Kemanusiaan-Yang-Terbaik, ketiga adalah Li yang memiliki arti Kesopanan, yaitu cara
bagaimana seharusnya segala sesuatu harus dilakukan. Kemudian etika sosial dalam dimensi
Muhammad, pertama yaitu Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
tentang Iman, yang apabila seseorang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya
mereka mengerjakan perkara yang baik dan menghormati tetangga (lingkungan sekitar)
perbuatan iman terkadang berkaitan dengan hak-hak Allah, seperti mengerjakan kewajibankewajiban dan meninggalkan perkara yang diharamkan, kedua yaitu Rasulullah mengajarkan
kepada umat manusia untuk diam daripada berkata yang tidak baik, seperti halnya pribahasa
mulutmu harimaumu yang menekankan manusia untuk berkata baik dan tidak menyakiti
perasaan orang lain yang dapat menimbulkan pertikaian diantaranya, dan hadist tersebutpun
menunjukkan bahwa bagaimana etika ucapan ataupun tindakan dalam bersosial yang baik
dan benar, dan masih banyak lagi ajaran Nabi Muhammad tentang sikap etika dalam bersosial
di masyarakat. Dari beberapa keterangan diatas dapat ditarik pengertian bahwa tidak ada satu
diantara agama Konghucu dan Islam yang tidak mengajarkan etika dalam bersosial, sehingga
tidak ada alasan untuk berbuat jahat bahkan berperasangka buruk terhadap sesama manusia
kecuali mereka memanglah orang yang tidak mengimani atau meyakini ajaran agamanya.
Bersamanya perkembangan teknologi saat ini seakan membuat lupa akan tujuan
sejati manusia di dunia ini, agama manapun sedikitnya pasti membahas akan apa tujuan

manusia didunia ini begitupun juga Konghucu dan Islam, lalu bagaimanakah Tuhan
menyampaikan tujuan manusia dalam bahasa manusia? Dalam agama Islam dijelaskan dalam
surat An-Nisa’ ayat 86 ; “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormata,
maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala
sesuatu.” Ayat diatas menjelaskan bagaimana seharusnya kita menyikapi seseorang yang telah
membantu kita dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang diberikannya atau setidaknya
sama dengan yang diberikannya, hal ini jelas sekali erat kaitannya dengan persoalan etika
bersosial yang baik dalam sudut pandang islam yang pastinya Allah akan memperhitungkan
segala perbuatan yang dilakukan dimuka bumi ini. Sedangkan dalam Konghucu dijelaskan
dalam Ajaran Besar Bab Utama nomor satu yaitu “Adapun jalan suci yang dibawakan Ajaran
Besar (Thai Hak) ini, ialah : menggemilangkan kebajikan yang bercahaya (Bing Tik),
mengasihi rakyat, dan berhenti pada puncak kebaikan. Ayat ini menjelaskan bahwa
menyebarkan sesuatu yang mendatangkan kebaikan terhadap makhluk dimuka bumi ini
terkhusus manusia dalam tindak sosial, kemudian hingga mencapai tingkatan tertinggi yaitu
tingkatan kebaikan atau ketaqwaan. Bila ditarik garis persamaan antara kedua agama ini yaitu
bagaimana kita sebagai manusia meningkatkan etika dalam bersosial yang lebih baik dan
berusaha mencapai titik tertinggi yaitu puncak ketaqwaan terhadap Tuhan.
Keselarasan tujuan agama Islam maupun Konghucu terdapat pada tujuan masingmasing agama yang menginginkan berkehidupan sejahtera bersama-sama dengan makhluk
lain, menggunakan pola hidup sesuai dengan etika dalam bersosial dimasyarakat dan yang tak

dapat dipungkiri selain kedua hal tersebut adalah adat istiadat setempat yang mungkin antara
satu tempat dengan yang lainnya berbeda bahkan jauh berbeda. Inti dari semua ini adalah
belajar apa perbedaan dan apa persamaan diantara itu semua, perbedaan bukanlah alat untuk
melancarkan sebuah konflik melainkan suatu objek yang dipandang dari berbagai sudut dan

mengetahui perbedaan merupakan cara untuk melihat suatu objek dari sudut lain sehingga
kita mampu melihat lebih dalam dari suatu objek tersebut.