memahami penerapan Kebijakan Moneter (5)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, di dapat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana hakikat kebijakan moneter?
2.
Bagaimana hakikat penawaran dan permintaan uang?
3.
Bagaimana hakikat inflasi?
4.
Bagaimana hakikat ketenagakerjaan?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dan dirumuskan tujuan adalah:
1.
Menjelaskan hakikat kebijakan moneter.
2.
Menjelaskan hakikat penawaran dan permintaan uang.
3.
Menjelaskan hakikat inflasi.
4.
Menjelaskan hakikat ketenagakerjaan.


BAB II
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

1

PEMBAHASAN
I. Kebijakan Moneter
A. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah menyangkut perilaku bank sentral dalam
penawaran uang dan pengaturan uang yang beredar pada suatu negara yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga serta
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
juga tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang.
B. Jenis-Jenis Kebijakan Moneter
1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah
uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada

saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan moneter ekspansif ini disebut
juga sebagai kebijakan moneter longgar (easy monetary policy).
2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)
Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian
mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy).
C. Instrumen Kebijakan Moneter
Terdapat 4 instrumen pokok kebijakan moneter :
1. Politik Pasar Terbuka
Politik pasar terbuka merupakan kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral dalam
rangka menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga pemerintah (government securities). Surat-surat berharga
pemerintah diantaranya adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia), SBPU (Surat Berharga
Pasar Uang), saham, dan obligasi.
 Jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan
menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Dengan menjual SBI, uang dari
masyarakat akan tertarik masuk ke bank sehingga diharapkan jumlah uang beredar
berkurang. SBI hanya dijual oleh bank sentral.
 Namun, jika pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar maka pemerintah akan

membeli surat berharga. Dengan membeli SBI, pemerintah akan mengeluarkan uang
kepada masyarakat dalam pembeliannya sehingga terjadilah penambahan jumlah uang
yang beredar di masyarakat.
2. Politik Diskonto (Discount Rate)
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

2

Politik diskonto adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral dalam
pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat suku bunga. Tingkat
bunga pada tiap-tiap bank umum akan dipengaruhi oleh tingkat bunga bank sentral. Bank
umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank
sentral.
 Jika pemerintah akan menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah
menurunkan tingkat suku bunga bank sentral. Dengan begitu, minat masyarakat untuk
menabung di bank pun berkurang. Sehingga, jumlah uang yang beredar bertambah.
Selain itu, juga mengakibatkan suku bunga kredit turun dan mengakibatkan masyarakat
banyak tertarik untuk mengajukan pinjaman ke bank.
 Sebaliknya, jika pemerintah akan mengurangi jumlah uang yang beredar maka
pemerintah akan menaikkan tingkat bunga. Sehingga, hasrat masyarakat untuk

menabung di bank pun tinggi yang mengakibatkan jumlah uang yang beredar di
masyarakat berkurang. Selain itu, kenaikan suku bunga tabungan akan meningkatkan
suku bunga kredit. Dengan naiknya suku bunga kredit, masyarakat akan enggan untuk
mengajukan kredit.
3. Politik Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan atau menurunkan cadangan
minimum yang harus dipenuhi oleh bank umum dalam mengedarkan atau memberikan
kredit kepada masyarakat.
 Ketika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah
menurunkan rasio cadangan wajib. Jika bank sentral menurunkan cadangan kas, berarti
bank sentral ingin menambah jumlah uang yang beredar. Dalam hal ini bank-bank
umum diberi kesempatan untuk dapat mengedarkan uang lebih banyak.
 Sebaliknya, ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka
pemerintah menaikkan rasio cadangan wajib. Hal ini terjadi karena dengan naiknya
cadangan kas berarti bank umum harus lebih banyak menahan uang tunai untuk tidak
diedarkan.
4. Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pemberian atau tidaknya suatu kredit. Kredit selektif ini dilakukan dengan cara menentukan

syarat-syarat kredit yang dikenal dengan 5C.
 Pada saat pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan
melonggarkan pemberian kredit.
 Namun, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah
akan mengetatkan pemberian kredit.
Selain instrumen di atas, ada beberapa instrumen lain yang dipergunakan oleh pemerintah
dalam melaksanakan kebijakan moneter, diantaranya :
1. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Imbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan
cara memberi imbauan kepada para pelaku ekonomi. Contohnya, menghimbau

Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

3

perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar.
2. Politik Saneering
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank

Indonesia. Kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dengan cara
pengguntingan (pemotongan) uang disebut dengan politik saneering.
Politik saneering diterapkan ketika terjadi hiperinflasi. Instrumen ini pernah dilakukan
BI pada tanggal 13 Desember 1965. Pada saat itu, dilakukan pemotongan uang dari
Rp.1.000 menjadi Rp.1. Hal ini dilakukan untuk menyehatkan kembali nilai uang yang
sudah jatuh.
3. Devaluasi
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah terhadap mata
uang asing.
4. Revaluasi
Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing.
D. Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia

Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

4

Kebijakan moneter akan tetap secara konsisten diarahkan untuk mengendalikan inflasi menuju
sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sehat, melalui kebijakan suku bunga

dan stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya. Penguatan operasi moneter, pengelolaan lalu
lintas devisa, dan pendalaman pasar keuangan akan diintensifkan untuk mendukung efektifitas
transmisi suku bunga dan nilai tukar, sekaligus untuk memperkuat struktur dan daya dukung
sistem keuangan dalam pembiayaan pembangunan. Di bidang makroprudensial, kebijakan
diarahkan untuk memitigasi risiko sistemik di sektor keuangan serta pengendalian kredit dan
likuiditas agar sejalan dengan pengelolaan stabilitas makroekonomi. Sementara di bidang
sistem pembayaran, kebijakan diarahkan untuk pengembangan industri sistem pembayaran
domestik yang lebih efisien. Seluruh kebijakan tersebut akan diperkuat dengan berbagai
langkah koordinasi kebijakan yang ditempuh bersama dengan Pemerintah dan otoritas sektor
keuangan terkait.

II. Penawaran dan Permintaan Uang
A. Penawaran Uang
Penawaran Uang adalah Jumlah uang yang ada dan siap beredar untuk keperluan transaksi
bagi masyarakat pada wilayah dan waktu tertentu.Ahli-ahli ekonomi klasik menumpukkan
analisisnya kepada efek dari perubahan-perubahan penawaran uang ke atas tingkat harga. Teori
keuangan dapat dibedakan dalam dua bentuk: Teori Kuantitas (Quantity Theory of Money)
dan Teori Sisa Tunai (Cash Balance Theory). Persamaan dari kedua teori tersebut adalah
bahwa perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama
presentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang akan menaikkan harga pada

tingkat yang sama dan penurunan penawaran uang akan menurukan harga juga.
1. Teori Kuantitas
Pandangan dari teori kuantitas uang: perubahan dalam penawaran uang akan
menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya ke atas harga-harga, dan perubahan kedua
variabel tersebut adalah kea rah yang sama.
Asumsi dan Pandangan Teori Kuantitas didasarkan pada:
1. Laju peredaran uang (V) adalah tetap
Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik kelajuanperedaran uang tergantung kepada beberapa
faktor teknikal seperti sistem pembayaran gaji, ciri-ciri kegiatan perdagangan, efisiensi
sistem pengangkutan dan kepadatan penduduk.
2. Kesempatan kerja penuh selalu tercapai dalam ekonomi
Untuk memaksimumkan keuntungan, masyarakan akan selalu memproduksi barang
pada tingkat kesempatan kerja penuh. Ini berarti T adalah tetap jumlahnya, ia tidak
bertambah maupun berkurang.
Teori kuantitas uang biasanya diterangkan dengan menggunakan persamaan pertukaran:

MV= PT
Ket :
M: Penawaran uang
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter


5

V : Laju peredaran uang.
P : Tingkat harga.
T : Jumlah barang-barang dan jasa yangdiperjual belikan di perekonomian.

Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

6

M sama dengan mata uang dalam edaran tambah uang bank atau uang giral. Besarnya V
ditentukan oleh keseringan uang yang tersedia berpindah tangan dalam masyarakat dalam suatu
tahun tertentu, apabila penawaran uang digunakan sebanyak lima kali untuk transaksi dalan
setahun maka nilai V adalah 5. P memberikan gambaran tentang indeks harga atau tingkat
harga umum dalam ekonomi tersebut. Dalam persamaan yang sederhana diatas yang
diperhatikan hanyalah perubahan dalam indeks harga. Perubahan ini menggambarkan
perusahaan rata-rata tingkat harga dalam perekonomian.
Jumlah barang dalam ekonomi (T) mempunyai arti: 1. Ia adalah nilai fiskal dan bukan
nilai uang; 2. Ia meliputi barang-barang jadi maupun barang setengah jadi. Oleh karena itu PT

 pendapatan nasional. Nilai PT  pendapatan nasional karena ia meliputi pula nilai transaksi
barang-barang setengah jadi.
Teori kuantitas uang ada kalanya dinyatakan dengan menggunakan persamaan:

MVy = Y
Ket :
M : Penawaran uang
Vy

:

Laju peredaran uang yang dibelanjakan untuk membeli barang-barang

jadi saja
Y

: Pendapatan nasional. Nilai Y adalah sama dengan tingkat harga dikalikan
dengan jumlah barang-barang jadi yang diperjualbelikan. Jadi, Y  PT,
sebagaiakibat dari keadaan ini maka Vy  V.

2. Teori Sisa Tunai (Alfred Marshall)
Teori ini berpendapat bahwa perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan
perubahan harga-harga yang sama tingkatnya. persamaannya adalah :

M = kPT
dimana M,P dan T adalah sama dengan M,P dan T dalam persamaan pertukaran MV = PT.
dala persamaan sisa tunai K adalah bagian dari pendapatan yang ingin tetap dipegang oleh
masyarakat dalam bentuk tunai. Teori menganggap bahwa besarnya jumlah uang yang akan
dipegang oleh masyarakat adalah sebanding dengan pendapatan mereka. Teori ini
menekankan pada tujuan masyarakat untuk meminta uang dan bagaimana faktor ini
menentukan jumlah uang yang diperlukan masyarakat. Masyarakat memerlukan uang untuk
transaksi dan berjaga-jaga. Perubahan dalam penawaran uang akan mengakibatkan
perubahan yang sama presentasinya keatas tingkat harga.
B. Permintaan Uang
Permintaan uang adalah kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai.Teori keuangan
Keynes menerangkan tentang tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (menggunakan) uang
dan faktor-faktor yang meningkatkan tingkat bunga adalah:
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

7



Tujuan-tujuan memegang uang
1. Permintaan uang untuk transaksi
Di dalam perekonomian modern dimana tingkat spesialisasinya tinggi, uang sangat
penting peranannya untuk melancarkan kegiatan ekonomi dan transaksi atau jual beli.
Keadaan ini akan mendorong orang untuk melakukan spesialisasi dalam pekerjaan yang
sesuai dengan kemahirannya, dan memaksimumkan pendapatan dari pekerjaan tersebut.
Sebagian besar dari uang yang diterima dari pekerjaan tersebut akan digunakan untuk
membeli kebutuhan-kebutuhannya seperti makanan, pakaian dan pengeluaran lainnya.
2. Permintaan uang untuk berjaga-jaga
Uang yang disisihkan untuk tujuan ini dinamakan permintaan uang untuk tujuan
berjaga-jaga. Permintaan untuk tujuan awasan adalah permintaan uang untuk
menghadapi kesusahan-kesusahan seperti apabila ada anggota keluarga yang sakit dan
kehilangan pekerjaan dan kehilangan kemampuan untuk bekerja. Disamping itu uang
digunakan pula untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga yang lebih baik, yaitu untuk
membeli rumah, membiayai persekolahan anak-anak, dan untuk pergi melancong.
 Grafik permintaan uang untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga
Sumbu datar menunjukkan jumlah uang yang
diminta dan sumbu tegak menunjukkan
pendapatan nasional. Kurva Mtp bergerak dari
bawah-kiri ke atas-kanan dan bermula dari titik
origin. Kurva seperti ini berarti, semakin tinggi
pendapatan nasional, semakin tinggi permintaan
uang untuk transaksi. Ketika pendapatan nasional
Ya permintaan uang adalah Ma dan ketika
pendapatan nasional Yb permintaan uang adalah
Mb. Sifat hubungan ini digambarkan oleh kurva
Mtp.
3. Permintaan uang untuk spekulasi
Permintaan uang untuk spekulasi adalah untuk disimpan atau digunakan untuk membeli
surat-surat berharga seperti obligasi pemerintah, saham perusahaan dan “Treasury Bill”.
Dalam menggunakan uang untuk tujuan spekulasi ini, suku bunga atau deviden yang
diperoleh dari memiliki surat-surat berharga tersebut sangat penting dalam menentukan
besarnya jumlah permintaan uang. Apabila suku bunga atau deviden surat-surat
berharga itu tinggi, masyarakat akan menggunakan uang untuk membeli surat-surat
berharga tersebut. Akan tetapi apabila suku bunga dan tingkat pengembalian modal
rendah, mereka akan lebih suka menyimpan uangnya daripada membeli surat-surat
berharga.
 Grafik permintaan uang untuk spekulasi
Sumbu datar menunjukkan jumlah uang yang
digunakan untuk tujuan spekulasi, dan sumbu
tegak menunjukkan suku bunga. Pada suku
bunga sebesar r0 , jumlah uang yang diminta
adalah M0 ; dan pada suku bunga sebesar r 1,
jumlah uang yang diminta adalah M . Maka
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter 8 1
kurva Msp adalah kurva permintaan uang untuk
spekulasi, dan cirri-cirinya adalah: semakin
rendah suku bunga, semakin banyak permintaan

C. Kondisi Pasar Uang Indonesia
Pasar uang dipengaruhi oleh beberapa indikator seperti Pertumbuhan PDB, Inflasi IHK, Nilai
Tukar dan Tingkat Suku Bunga. Berikut adalah data Perkembangan Makroekonomi dari tahun
2000-2013:

Dari tabel diatas, pengaruh indikator dalam pasar uang seperti halnya pertumbuhan PDB,
inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga saling mempengaruhi satu sama lain. Inflasi yang
tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun. Hubungan yang terjadi yaitu
berbanding terbalik. Dapat dilihat pada tahun 2000-2001 inflasi yang naik, menyebabkan
pertumbuhan PDB menurun, tetapi pada tahun 2002-2003 inflasi menurun sehingga
pertumbuhan mengalami peningkatan. Lain halnya pada tahun 2004, hubungan yang terjadi
adalah berbanding lurus.Hal ini dikarenakan adanya isu kenaikan bbm yang mendorong
masyarakat untuk lebih konsumtif. Kecenderungan masyarakat untuk mengantisipasi kenaikan
bbm yaitu dengan menimbun. Pada tahun 2005, terjadi inflasi yang meningkat secara signifikan
yang mencapai angka 17,11 yang menyebabkan pertumbuhan PDB menurun. Pada tahun 2006
hingga 2007, tingkat inflasi kembali stabil sehingga pertumbuhan PDB pada sektor-sektor
industri meningkat perlahan. Pada tahun 2008, terjadi krisis global yang berpengaruh peredaran
uang di masyarakat meningkat yang dapat menurunkan produktivitas sektor-sektor industri
mengalami penurunan.
Hubungan tingkat suku bunga dengan pertumbuhan PDB berbanding terbalik. Tingkat suku
bunga yang ditetapkan oleh Bank sentral melalui bank-bank dengan menaikkan tingakat suku
bunga deposit yang tinggi mendorong masyarakat untuk menabung, dengan kata lain sektorsektor industry mengalami penurunan penawaran yang menyebabkan pertumbuhan PDB itu
sendiri mengalami penurunan.

III. Inflasi dan Ketenagakerjaan
A. Inflasi
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

9

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, dan akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
 Jenis-jenis Inflasi
- Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)
Inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian
yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan
oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
- Inflasi desakan biaya (cost push inflation)
Inflasi ini terjadi karena kenaikan biaya produksi serta turunnya hasil produksi. Jadi
inflasi ini dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya
produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi.
 Teori Inflasi
1) Teori Kuantitas
Teori yang menganalisis peranan dari :
 Jumlah uang beredar
Menurut teori ini, pertambaham volume uang yang beredar sangat dominan terhadap
kemungkinan timbulnya inflasi. Kenaikan harga yang tidak dibarengi dengan
pertambahan jumlah uang beredar sifatnya hanya sementara. Dengan demikian
apabila jumlah uang tidak ditambah, kenaikan harga akan berhenti dengan
sendirinya.
 Ekspektasi masyarakat mengenai kemungkinan kenaikan harga (peranan psikologis).
Berdasarkan teori ini, walaupun jumlah uang bertambah tetapi masyarakat belum
menduga adanya kenaikan, maka pertambahan uang beredar hanya akan menambah
simpanan atau uang kas karena belum dibelanjakan. Dengan demikian harga barangbarang tidak naik. Jika masyarakat menduga bahwa besok bahwa dalam waktu dekat
harga barang akan naik, masyarakat cenderung membelanjakan uangnya karena
khawatir akan penurunan nilai uang, sehingga akan memicu inflasi.
2) Teori Keynes
Menurut Keynes, inflasi pada dasarnya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
permintaan masyarakat (demand) terhadap barang-barang dagangan (stock), dimana
permintaan lebih banyak dibandingkan dengan barang yang tersedia, sehingga terdapat
gap yang disebut inflationaty gap.
3) Teori Strukturalis
Teori ini berlandaskan kepada struktur perekonomian dari suatu negara (umumnya
negara berkembang). Menurut teori ini, inflasi disebabkan oleh :
 Ketidak-elastisan penerimaan eksport. Hasil ekspor meningkat namun lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Peningkatan hasil eksport yang
lambat antara lain disebabkan karena harga barang yang dieksport kurang
menguntungkan dibandingkan dengan kebutuhan barang-barang import yang harus
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

10

dibayar. Dengan kata lain daya tukar barang-barang negera tersebut semakin
memburuk.
 Ketidak-elastisan Supply produksi bahan makanan. Terjadi ketidakseimbangan
antara pertumbuhan produksi bahan makanan dengan jumlah penduduk, sehingga
mengakibatkan kelonjakan kenaikan harga bahan makanan. Hal ini dapat
menimbulkan tuntutan kenaikan upah dari kalangan buruh / pegawai tetap akibat
kenaikan biaya hidup. Kenaikan upah selanjutnya akan meningkatkan biaya
produksi dan mendorong terjadinya inflasi.


Kurva Philips
Kurva Philllips menggambarkan keterkaitan antara inflasi dengan tingkat
pengangguran. Semakin tinggi tingkat pengangguran, maka semakin rendah laju inflasi.
Kurva ini menegaskan bahwa tingkat pengangguran yang rendah akan selalu dapat
dipertahankan dengan mendorong sedikit laju inflasi. Laju inflasi akan selalu dapat
diturunkan dengan membiarkan terjadinya kenaikan angka pengangguran atau dengan kata
lain terjadi tradeoff antara inflasi dengan tingkat pengangguran.

Hubungan tingkat inflasi dengan
tingkat penganggur

Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah
yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi.Hal tersebut disebabkan karena,
pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan
kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya.Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar
dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi.
Setiapnegara pasti menghadapi masalah pengangguran,yaitu pengangguran alamiah (natural
rate of unemployment). Mengacu pada kurva Phillips di bawah ini,dapat digambarkan
bagaimana hubungan tingkat inflasi dan tingkat pengangguran di Indonesia.Untuk
menggambarkan kurva Phillips di Indonesia digunakan data tingkat inflasi tahunan dan
tingkat pengangguran yang ada.Data digunakan adalah data dari tahun 1980 hingga tahun
2005.

Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

11

A.W.Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan
tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari
adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat,maka sesuai
dengan teori permintaan,jika permintaan naik maka harga akan naik.Dengan tingginya harga
(inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas
produksinya dengan menambah tenaga kerja.Akibat dari peningkatan permintaan tenaga
kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi), maka pengangguran berkurang.



Data Inflasi di Indonesia Tahun 2013

B. Ketenagakerjaan
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
 Macam-macam Tenaga Kerja
a. Berdasarkan Penduduknya :
1. Tenaga kerja
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

12





Seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak
ada permintaan kerja.
2. Bukan tenaga kerja
Mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan
bekerja.
b. Berdasarkan Batas Tenaga Kerja :
1. Angkatan kerja
Penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai
pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari
pekerjaan.
2. Bukan angkatan kerja
Mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah,
mengurus rumah tangga dan sebagainya.
c. Berdasarkan Kualitasnya :
1. Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu
dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
2. Tenaga kerja terlatih
Tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan melalui
pengalaman kerja.
3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja.
Masalah Ketenagakerjaan
a. Rendahnya kualitas tenaga kerja
b. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
c. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata
d. Pengangguran
1. Pengangguran struktural (perubahan struktur ekonomi)
2. Pengangguran konjungtural (perubahan komposisi ekonomi, PHK)
3. Pengangguran friksional (tebatasnya informasi kerja)
4. Pengangguran teknologi (perkembangan teknologi)
5. Pengangguran musiman (perubahan musim)
6. Pengangguran voluntary (sukarela)
Teori-teori Ketenagakerjaan
1. Teori Klasik Adam Smith
Alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi.
Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk
menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang
efektif merupakan syarat perlu (necessarycondition) bagi pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Malthus
Manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur,
sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Malthus
juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkan turunnya
produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut adalah
melakukan kontrol atau pengawasan pertumbuhan penduduk.
3. Teori Keynes
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

13

Dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik.
Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan
berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun
tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali, tingkat
pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota
masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya
akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli
masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.
4. Teori Harrord – Domar
Investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas
produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih
besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti
dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah
produksi.


Teori Tentang Tenaga Kerja
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidak
seimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja
(supply of labor), pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut penawaran yang
lebih besar dari permintaan terhadap tenaga kerja (excess supply of labor) atau lebih
besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (excess demand for labor) dalam
pasar tenaga kerja.

 Data Pengangguran, Angkatan Kerja, dan Kualitas Kerja di Indonesia
Pengangguran

Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

14

Angkatan Kerja

Penduduk yang Bekerja Menurut Kualitas Kerja

Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

15

Analisis:
Dari tiga data diatas dapat diketahui bahwa angka pengangguran dari tahun ke tahun
semakin menurun namun berbanding terbalik dengan angkatan kerja yang dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Artinya, hanya sedikit terjadi pengurangan pengangguran di
Indonesia karena penurunan angka pengangguran tidak diimbangi dengan penurunan
angkatan kerja. Selain itu, kebanyakan pengangguran di Indonesia hanya bersekolah sampai
jenjang SMA dan SMP. Disini terlihat bahwa masih rendahnya kualitas angkatan kerja di
Indonesia.


Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan
kerja yang dapat diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan
kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau disebut pula pekerja. Bekerja
yang dimaksud disini adalah paling sedikit satu jam secara terus menerus selama seminggu.
Kesempatan kerja terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Kesempatan kerja permanen yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan orang bekerja
secara terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk bekerja.
Misalnya adalah orang yang bekerja pada instansi pemerintah atau swasta yang
memiliki jaminan sosial hingga hari tua dan tidak bekerja ditempat lain.
2. Kesempatan kerja temporer yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan seseorang
bekerja dalam waktu yang relatif singkat, kemudian menganggur untuk menunggu
kesempatan kerja baru. Misalnya adalah orang yang bekerja sebagai pegawai lepas pada
perusahaan swata dimana pekerja mereka tergantung order.



Pasar Tenaga Kerja dan UMR
Pasar tenaga kerja terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Pasar Persaingan Sempurna
Kondisi dimana sangat banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja namun
tenaga kerja tidak menyatukan diri dalam serikat pekerja.

Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

16

2.

Pasar Monopsoni
Kondisi dimana hanya ada satu perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja sedangkan
jumlah tenaga kerjanya banyak tanpa melakukan serikat pekerja.

3.

Pasar Monopoli
Kondisi dimana tenaga kerja menyatukan diri dalam serikat pekerja (organisasi yang
didirikan dengan tujuan agar para pekerja dapat sebgai satu kesatuan membicarakan dan
menuntut syarat-syarat kerja tertentu dengan pengusaha.
Manfaat pasar Monopoli bagi tenaga kerja :
 Menuntut upah yang lebih tinggi
 Membatasi penawaran tenaga kerja
 Menjalankan usaha yang bertujuan menaikan permintaan tenaga kerja

Upah adalah semua jenis pembayaran atas jasa-jasa yang disediakan pekerja untuk
perusahaan.
Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para
pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau
buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui

Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

17

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah
Minimum.
Tahun
2000
2000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

UMR /
UMP
Rp231,000
Rp286,000
Rp344,257
Rp426,257
Rp591,266
Rp631,554
Rp671,550
Rp711,843
Rp819,100
Rp900,560
Rp972,604
Rp1,069,865
Rp1,118,009
Rp1,290,000
Rp1,529,150
Rp2,200,000
Rp2,441,000

Tanggal Berlaku
1-Jan-00
1-Apr-00
1-Sep-00
1-Jan-01
21-Jan-02
1-Jan-03
1-Jan-04
1-Jan-05
1-Jan-06
1-Jan-07
1-Jan-08
1-Jan-09
1-Jan-10
1-Jan-11
1-Jan-12
1-Jan-13
1-Jan-14

Kenaika
n
16.7%
23.8%
20.4%
23.8%
38.7%
6.8%
6.3%
6.0%
15.1%
9.9%
8.0%
10.0%
4.5%
15.38%
18,53%
43,88%
10,95%

UMR / UMP dlm US
$27,64
$34,22
$41,20
$41,78
$63,68
$73,60
$75,22
$73,43
$89,44
$98,55
$100,99
$103,62
$125,33
$143,33*
$169,90*
$244*
$206

IV. Studi Kasus
Kasus:

BI Rate Susah Turun Jadi Bunga Kredit Tetap Tinggi
Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance
Jumat, 07/03/2014 14:31 WIB
Jakarta -Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo tiba-tiba menyuarakan susahnya suku bunga
acuan Bank Indonesia (BI Rate) untuk turun. Mantan Menkeu ini meminta dunia usaha untuk bersiap
menghadapi kenaikan suku bunga.
"Kelihatannya BI Rate akan susah untuk turun. Dunia usaha harus siap BI Rate meningkat," kata Agus Marto
saat ditemui wartawan usai melaksanakan Shalat Jumat di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin,
Jakarta, Jumat (7/4/2014).
Bank Sentral dan Kebijakan Moneter 18
Apa yang dikatakan Agus bukan tanpa alasan. Ia beranggapan membaiknya ekonomi di Eropa dan AS mulai
berjalan sehingga negara lain harus bersiap adanya pelarian modal.

Analisis Kasus :
Berdasarkan kasus diatas dapat kita ketahui bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) naik
disebabkan karena membaiknya ekonomi di Eropa dan AS yang berdampak pada perekonomian di
Indonesia. Berdasarkan materi yang kami bahas maka untuk menurunkan suku bungan acuan Bank
Indonesia (BI Rate), apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat
menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong
aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga
permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga
kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan
meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin
baik. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan
menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga
mengurangi tekanan inflasi.

Bank Sentral dan Kebijakan Moneter

19

Dokumen yang terkait

Evaluasi Kebijakan Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 6 Tahun 2008 Bab IV Dan Bab VI (Studi Kasus PKL Jl. Untung Suropati)

0 50 15

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Pengaruh Kebijakan Alokasi Aset dan Pemilihan Sekuritas terhadap Kinerja Reksadana Campuran Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

0 54 101

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden Pada PT. Indosat

8 108 124

Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan FreeCash Flow Terhadap Kebijakan Hutang

7 97 68

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167