Audit Kepatuhan di Tim Kerja Lingkungan

AUDIT KEPATUHAN DI WILAYAH, LINGKUNGAN,
KELOMPOK KATEGORIAL DAN TIM KERJA
DI PAROKI KEBON DALEM, KEUSKUPAN
AGUNG SEMARANG
Abstarc : Penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana persepsi, penerapan
pengendalian internal yang dijalankan oleh organisasi nirlaba, salah satunya
lembaga keagamaan yaitu gereja. Masing-masing gereja (yang selanjutnya akan
disebut paroki) memiliki ciri dan corak yang berbeda dalam pengembangan dan
penerapan sistem pengendalian internalnya. Akibatnya Keuskupan sebagai
lembaga yang lebih besar dari Paroki tidak bisa menerapkan standard yang sama
antar paroki satu dengan paroki yang lain. Dalam penelitian ini, Paroki yang di
teliti bukan saja satu paroki melainkan tiga paroki dengan harapan ada
perbandingan data dari ketiga paroki itu. Harapannya adalah membantu akademisi
dalam proses studi di perkuliahan serta memberikan rekomendasi kepada
keuskupan mengenai perbaikan sistem pengendalian internal yang dijalankan di
paroki se-Keuskupan Agung Semarang.
Keyword : Internal Control, Parish, Perception, Application, Controlling,
Evaluating.
Latar Belakang
Paroki sebagai salah satu organisasi gereja mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan organisasi yang lain (DKP, 2013). Perbedaan tersebut meliputi

perbedaan dalam hal kepemilikan aset, tujuan organisasi, dan cara memperoleh
serta menggunakan sumber daya.Tugasnya memang tidak hanya mengatur reksa
pastoral di Paroki tersebut, tetapi juga reksa pastoral dibawahnya.Tim kerja,
Lingkungan, Wilayah, dan Kelompok Kategorialadalah bagian yang menunjang
pelayanan dan pelaksanaan pastoral di paroki tersebut. Hal kepemilikan asset,
tujuan organisasi, dan cara memperoleh serta menggunakan sumber daya diatur
dalam Badan Hukum Gereja yang sudah ada sejak tahun 1927.
Paroki-paroki di Keuskupan Agung Semarang diharapkan menerapkan
peraturan ini secara maksimal, peraturan ini dibuat dengan tujuan untuk melihat
tata kelola keuangan dan tata hubungan keuangan yang jelas dan pasti untuk
intern paroki sendiri dan kaitannya dengan Keuskupan Agung Semarang. Tujuan
lain diterbitkannya peraturan ini adalah untuk melihat tata akuntansi paroki/stasi
yang mendukung pelayanan di bidang keuangan secara transparan dan akuntabel.

Hal ini diperlukan guna menjawab kebutuhan serta tuntutan jaman yang semakin
maju. Sayangnya, perbedaan persepsi mengenai pengendalian internal dari parokiparoki ini serta perbedaan persepsi mengenai pedoman keuangan dan akuntansi
paroki ini menjadi masalah baru yang juga harus diselesaikan.
Pengelolaan harta benda ini untuk ditingkat paroki diatur dalam Keputusan
Uskup Keuskupan Agung Semarang no: 0010/C/I/a-4/08 tentang Pedoman
Keuangan dan Akuntansi Paroki. Dalam keputusan itu diatur juga mengenai

Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki (PTKAP). Petunjuk ini
mengatur mengenai pelaksanaan teknis akuntansi dan keuangan di paroki
berdasarkan pada SAK yang terbaru. Dalam Keputusan Uskup No. 0010/C/I/a4/08 pasal 12.4, Paroki diharapkan menyusun PKAP dengan dasar PTKAP dan
keputusan Uskup tentang Pedoman keuangan dan akuntansi paroki. Penyusunan
ini diharapkan membantu pelaksanaan teknis keuangan dan akuntansi paroki
khusunya di tim kerja, wilayah, lingkungan dan kelompok kategorial yang ada
diparoki. Tim kerja, wilayah, lingkungan dan kelompok kategorial adalah bidangbidang yang bergerak untuk menyelaraskan apa yang digariskan oleh keuskupan
dan paroki. PKAP ini tidak hanya mengatur mengenai pelaksanaan teknis
keuangan dan akuntansi tingkat paroki tetapi juga mengatur mengenai
pengawasan terhadap pelaksanaan PKAP ini.
Dalam kondisi ini, perbedaan pendapat mengenai prespektif pengendalian
internal dari dewan paroki menjadi catatan yang perlu diperhatikan oleh
keuskupan maupun akademisi.Perbedaan tahapan dalam penerap an pengendalian
internal ini juga menjadi hal yang perlu disoroti oleh setiap paroki.Perubahan
mekanisme penerapan pengendalian internal dan juga pemahaman tentang
pengendalian internal inilah yang ingin dilihat oleh peneliti dalam penelitian kali
ini.Akibat dari perbedaan dan perubahan mekainisme ini memang tidak terlalu
terasa.Hanya saja menjadi penilaian sendiri bagi para akademisi dalam
memberikan sudut pandang baru tentang pengendalian internal yang bukan saja
diterapkan dalam perusahaan melainkan juga dalam lembaga kerohanian.

Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi paroki Kebon Dalem
terhadap penerapan dan pelaksanaan pengendalian internal yang diatur dalam
pedoman Keuskupan Agung Semarang dan Untuk mengetahui penerapan dan
mekanisme pengendalian internal yang dijalankan di paroki-paroki lain
Manfaat dari penelitian ini adalah membantu pihak akademisi dalam sudut
pandang yang lain tentang pelaksanaan pengendalian internal yang dijalankan

baik. Keuskupan Agung Semarang sebagai pembuat kebijakan dapat juga
mengetahui permasalahan dan rekomendasi perbaikan bagi penerapan
pengendalian internalnya.
Teori
Pengendalian internal
Struktur pengendalian intern suatu organisasi terdiri dari kebijakandan
prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan yang memadai agartujuan
organisasi dapat dicapai. Tujuan Struktur pengendalian Intern adalah: (Tim
Akuntansi Keuskupan, 2008) Menjaga kekayaan dan catatan organisasi yang
meliputi: Kas disimpan di bank, Rekening bank terpisah untuk tiap-tiap jenis
dana, Transaksi di-otorisasi Pastor Paroki, Pembagian tugas dan tanggung jawab
(pencatatan danoperasional), Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

Tiap transaksi dibuatkan bukti transaksi, Bukti / dokumen lengkap (bukti
transaksi, bukti pembukuan,bukti pendukung), Mendorong efisiensi, Pengeluaran
sesuai anggaran yang sudah disahkan, Mendorong dipatuhinya kebijakan ( Paroki
/ Keuskupan ). Pengeluaran dana program mendapat persetujuan dari pejabat yang
lebih atas, misal: Dewan Harian
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan PAROKI
(Pastor,Dewan Paroki,umat) mengenai pentingnya pengendalian intern
perusahaan. Efektivitas sistem akuntansi dan prosedur pengendalian sangat
ditentukan oleh atmosfer yang diciptakan lingkungan pengendalian. Lingkungan
pengendalian memiliki unsur : Filosofi dan gaya operasi, Struktur organisasi,
Berfungsinya dewan komisaris, Metode pengendalian manajemen, Kebijakan dan
prosedur, Kesadaran pengendalian.
Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko adalah proses identifikasi yang dilakukan olehmanajemen
dan analisis terhadap risiko yang relevan dalam penyiapan laporankeuangan yang
sesuai dengan prinsip akuntansi berterimakan umumTahapan dalam Identifikasi
Risiko meliputi : Identifikasi faktor penyebab risiko, Menaksirkan risiko yang
signifikan dan yang kemungkinan terjadi, Mendesain strategi untuk mengelola
risiko, Mengimplementasi.

Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur-prosedur yangdapat
membantu manajemen untuk meyakinkan bahwa tindakan dilakukan untuk
pencapaian tujuan organisasi. Unsur aktivitas pengendalian meliputi: pemisahan

tugas yang cukup, pemisahan pemegang aktiva dari fungsi pencatatan (akuntansi),
pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva, Otorisasi yang cukup atas
transaksi dan aktivitas (voucher dibuat & ditandatangani / diotorisasi lengkap),
Pemisahan penanggungjawab operasional dari penangungjawabpencatatan
Pemisahan fungsi teknologi informasi (IT) dari departemen pemakai (user
departement), Dokumen dan pencatatan yang cukup, Pengendalian fisik atas aset
maupun pencatatan, Cek secara independen terhadap kinerja
Informasi dan Komunikasi
Tujuan dari informasi dan komunikasi adalah untuk menginisiasi,
mencatat,memproses, dan melaporkan transaksi adalah proses akuntansi
Monitoring
Aktivitas monitoring berkaitan dengan pengujian secara periodik atas
kualitas pengendalian intern oleh manajemen untuk menentukan bahwa
pengendalian telah diterapkan dan disesuaikan sedemikian rupa terhadap
perubahan kondisi yang ada.

Paroki, Lingkungan, Wilayah, Tim Kerja, dan Kelompok kategorial.
Paroki
Persekutuan umat beriman kristiani tertentu yang dibentuk secara tetap
dalam keuskupan, yang reksa pastoralnya di bawah otoritas Uskup dipercayakan
kepada Pastor paroki sebagai gembalanya sendiri. (Dewan Karya Pastoral, 2013)
Lingkungan
Persekutuan umat beriman yang bersekutu berdasarkan kedekatan tempat
tinggal dengan jumlah antara 10-50 kepala keluarga dan berada dalam tata kelola
serta reksa pastoral paroki.
Wilayah
Persekutuan lingkungan-lingkungan yang secara territorial berdekatan,
dengan jumlah antara 3-8 lingkungan dan berada dalam tata kelola serta reksa
pastoral paroki.
Kelompok Kategorial
Persekutuan umat beriman atas dasar kategori tertentu yang berbasis
paroki dan berada dalam reksa pastoral paroki.

Dewan Paroki.
Persekutuan para pelayanan umat yang terdiri dari umat beriman kristiani
yang diketuai oleh Pastor Paroki, secara bersama-sama mengambil bagian dalam

reksa pastoral di paorki dan memberikan bantuannya untuk mengembangkan
kegiatan pastoral.
Tim kerja
Sekelompok orang yang bekerja bersama sebagai suatu tim yang
menjalankan tugas dalam lingkup unit pelayanan terbatas di salah satau bidang
pelayanan Dewan Paroki, Dewan Kuasi Paroki, Dewan Paroki Administratif dan
Dewan Stasi.

Skema Pelayanan Pastoral

Gambar 1. Skema Pelayanan Pastoral Dewan Paroki, Kuasi Paroki, dan Paroki
Administratif. (sumber: Dewan Karya Pastoral, 2013)
Keterangan gambar : (Dewan Karya Pastoral, 2013,)
1. Skema Pelayanan ini dibuat untuk mempermudah koordinasi dan alur
komunikasi antar pengurus dalam Dewan Paroki, serta mempertegas alur
partisipasi kepemimpinan dalam Gereja.
2. Skema tersebut ingin menghidupi jiwa persekutuan dalam Roh (communio),
melalui kerjasama, koordinasi, dan sinergi pelayanan dalam Dewan Paroki.

3. Skema yang dipilih bukan bentuk hierarkis primidal melainkan bentuk

menyamping dengan maksud agar pelayanan dihayati dalam semangat
kemitra-sejajaran (partnership). Garis tegas menunjukkan koordinasi secara
langsung, sedangkan garis putus-putus menunjukkan hubungan keterkaitan
tidak langsung.
Gambaran Umum
Paroki Kebon Dalem
Paroki yang sekarang dikenal sebagai Paroki Kebon Dalem pada awalnya
merupakan bagian dari wilayah Paroki Gedangan. Sebagai “anak” dari paroki
Gedangan, Paroki ini banyak di dominasi oleh suku Tionghoa dan tinggal di
daerah pecinan. Gereja ini terletak di Jl. Gang Pinggir 62, Semarang. Setelah
proses pembenahan, renovasi dan dilengkapi dengan alat-alat ibadat, maka pada
tanggal 16 Desember 1937, diberkatilah Rumah Abu itu sebagai Gereja Kebon
Dalem dengan nama Pelindung St. Franciscus Xaverius oleh Mgr. PJ. Willekens
dibantu pastor L. Zwaans yang menjadi pejabat Pastor Kepala Kebon Dalem
berhubung Pastor Beekman cuti ke Eropa.
Pada tanggal 22 Januari 1938, sekelompok suster dari Kongregasi
Penyelenggaraan Ilahi yang terdiri dari delapan orang untuk pertama kalinya
datang ke Semarang. Selanjutnya karya kerasulan di Kebon Dalem makin
berkembang pada tanggal 1 Januari 1956 menjadi paroki mandiri, melepaskan diri
dari Paroki Gedangan.

Sejak menjadi Paroki mandiri, Kebon Dalem memiliki teritori dan
berbatasan dengan beberapa paroki, yaitu:
Batas Barat : Paroki Randusari
Batas Selatan : Paroki Admodirono
Batas Timur : Paroki Gedangan
Batas Utara : Paroki Gedangan
Batasan teritori menunjukkan luas daerah yang dijalankan pastoral dalam
paroki. Luas daerah ini akan dibagi kembali menjadi 4 (empat) wilayah yang
masing-masing wilayah terdiri dari 4-6 lingkungan. Lingkungan disini terdiri dari
40-60 kepala keluarga untuk meratakan pelayanan dan efektifitas pelayanan dari
pastor paroki. (Tim Penyusun Buku Kenangan, 2012).
Paroki Lampersari
Pada mulanya, Mater Dei Lampersari adalah salah satu wilayah dari
paroki St. Familia Atmodirono. Pertumbuhan dan perkembangan jumlah umat
yang semakin pesat menciptakan gagasan untuk membangun gedung gereja baru
yang nantinya menjadi paroki sendiri. Yayasan PGPM Lampersari didirikan oleh
Uskup Agung Semarang pada saat itu yaitu Kardinal ustinus Darmojuwono, Pr,

yang diwakili oleh Vikaris Jendral Romo Carlo Carry, SJ dengan surat tertanggal
11 Oktober 1964 dan dengan Akta Notaris tertanggal 26 Januari 1965 no. 63 atas

nama Notaris R.M. Soeprapto.
Perkembangan yang pesat sejak tahun 1965 perkembangan pesat, gereja
bekas gudang beras itu tidak lagi mampu menampung umat. Pada tahun 2001 –
2009 Gereja yang baru diresmikan sekaligus merayakan ulang tahun paroki yang
ke-40. Saat ini, Gereja Mater Dei Lampersari memiliki umat sekitar 784 KK yang
terbagi dalam 5 wilayah dan 26 Lingkungan (merupakan pemekaran dari 3
wilayah dan 15 lingkungan). Sejak tahun 2015, Paroki Lampersari dimekarkan
menjadi 2 paroki, yaitu paroki Lampersari dan paroki Sambiroto. (Litbang, 2010)
Sejak menjadi paroki mandiri dan bergerak secara mandiri, paroki
Lampersari memiliki batas teritori sebagai berikut : (Litbang, 2010)
Batas Selatan : Paroki Banyumanik dan Paroki Karangpanas
Batas Barat : Paroki Atmodirono
Batas Utara : Paroki Sambiroto dan Paroki Atmodirono
Batas Timur : Paroki Sendangguwo dan Paroki Sambiroto
Batasan teritori menunjukkan luas daerah yang dijalankan pastoral dalam
paroki. Luas daerah ini akan dibagi kembali menjadi 5 (lima) wilayah yang
masing-masing wilayah terdiri dari 5-6 lingkungan. Lingkungan disini terdiri dari
40-60 kepala keluarga untuk meratakan pelayanan dan efektifitas pelayanan dari
pastor paroki.
Berbeda dengan Paroki Kebon Dalem, Paroki Lampersari hanya akan

digunakan sebagai data pembanding dari Paroki Kebon Dalem khususnya
dibidang sistem pengendalian internalnya. Data yang diambil dari Paroki
Lampersari adalah data pengendalian internal yang dilaksanakan oleh pastor
kepala paroki dan dewan paroki. Semua subjek yang berkaitan dengan penelitian
diwawancarai dan hasil wawancara akan dimasukkan kedalam hasil analisa
masalah dan data yang ada dibagian selanjutnya.
Paroki Randusari - Katedral
Gereja Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Katedral Randusari adalah
salah satu paroki yang ada di Keuskupan Agung Semarang. Sebagai gereja
Katedral yang berarti gereja Uskup, berada di pusat ibukota provinsi Jawa
Tengah. Letak gereja ini berada di jantung kota Semarang, persimpangan Tugu
Muda. Menjadi salah satu cagar budaya yang dirawat di kota Semarang. Paroki
SPM Ratu Rosario Suci Randusari ditetapkan sebagai Paroki Katedral Keuskupan
Agung Semarang (disingkat sebagai Paroki Radusari - Katedral Semarang) karena
Paroki SPM Ratu Rosario Suci Randusari memiliki gedung gereja yang
didalamnya terdapat tahta (cathedra-Katedral) Uskup Agung Semarang. Katedral

adalah tempat Uskup sebagai pemersatu seluruh umat melaksanakan Tritugas
Kristus dalam menguduskan, mewartakan dan menggembalakan seluruh umat.
Sebagai Paroki Katedral, Paroki SPM Ratu Rosario Suci Randusari,
mempunyai tempat dan peran khusus yang boleh dirasakan oleh Paroki Randusari
yaitu mater et magistra, yang berarti:
1. Sebagai mater (Ibu) yakni paroki yang menjadi induk, menaungi dan
mempersatukan semua paroki di Keuskupan Agung Semarang.
2. Sebagai magistra (Guru) yakni paroki yang menjadi model, tolok ukur, dan
referensi bagi semua Paroki dengan segala segi kehidupan menggereja di
seluruh Keuskupan Agung Semarang, Paroki Katedral Randusari menjadi
tempat dimana Uskup mengajar semua umat.
Hal ini berpengaruh juga pada struktur dewan paroki, hal inilah yang
membedakan paroki Katedral dengan paroki-paroki yang lain. Penyusunan
Dewan Paroki juga sedikit berbeda, khususnya mengenai struktur, kewajiban dan
tugas yang diberikan kepada dewan paroki Randusari.
Sejak menjadi paroki mandiri dan bergerak secara mandiri, paroki Randusari
memiliki batas teritori sebagai berikut : (Litbang, 2009)
Batas Selatan : Paroki Karangpanas dan Paroki Ungaran
Batas Barat : Paroki Bongsari
Batas Utara : Paroki Gedangan dan Paroki Tanah Mas
Batas Timur : Paroki Kebon Dalem dan Atmodirono
Batasan teritori menunjukkan luas daerah yang dijalankan pastoral dalam
paroki. Luas daerah ini akan dibagi kembali menjadi 2 yaitu di Paroki Randusari
dengan 6 (enam) wilayah dan 36 lingkungan, serta di Stasi Sampangan dengan 3
wilayah dan 12 lingkungan. Masing-masing wilayah terdiri dari 3-8 lingkungan.
Berbeda dengan di Paroki lain, jumlah kepala keluarga di lingkungan paroki
Randusari - Katedral terdiri dari 10-40 kepala keluarga untuk meratakan
pelayanan dan efektifitas pelayanan dari pastor paroki.
Sama dengan Paroki Lampersari, Paroki Randusari hanya akan digunakan
sebagai data pembanding dari Paroki Kebon Dalem khususnya dibidang sistem
pengendalian internalnya. Data yang diambil dari Paroki Randusari adalah data
pengendalian internal yang dilaksanakan oleh pastor kepala paroki dan dewan
paroki. Perbedaan yang mendasar dengan paroki Kebon Dalem dan paroki
Lampersari adalah adanya kasir paroki dengan skala besar. Penyebab perbedaan
ini akan menjadi rekomendasi kepada 2 paroki lainnya dalam hal pengendalian
internalnya dan pemisahan fungsi tersebut. Semua subjek dapat diwawancarai dan
hasil wawancara akan dimasukkan kedalam hasil analisa masalah dan data yang
ada dibagian selanjutnya.

Metodologi Penelitian
Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah Para ketua wilayah, lingkungan, kelompok
kategorial, dan tim kerja serta bendahara wilayah, lingkungan, kelompok
kategorial, dan tim kerja yang ada di Paroki yang menerapkan PTKAP dan Paroki
di Keuskupan Agung Semarang secara khusus di kota Semarang.
Populasi Dan Sampel
Populasi
Ada dua populasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
1. Populasi Paroki Kebon Dalem adalah wilayah, lingkungan, kelompok
kategorial, dan tim kerja di Paroki Kebon Dalem dengan perincian sebagai
berikut.
Wilayah
: 4 wilayah
Lingkungan
: 20 kelompok
Kelompok Kategorial
: 7 kelompok
Tim Kerja
: 5 tim kerja
Totalnya populasi dalam penelitian adalah 36 unit populasi yang akan diteliti
seluruhnya oleh peneliti.
2. Populasi Paroki di Keuskupan Agung Semarang yang di kota Semarang.
Populasi dari Paroki di Keuskupan Agung Semarang yang di kota Semarang
adalah paroki-paroki yang ada dikota Semarang sejumlah 12 paroki. Dari 12
paroki akan diambil satu paroki yaitu Paroki Lampersari dan Paroki
Randusari.
Metode Analisis Data
Proses analisis data akan dijalankan berdasarkan pengolahan hasil wawancara
yang dilakukan dengan paroki Kebon Dalem maupun dengan paroki lain di
Keuskupan Agung Semarang. Proses wawancara dan pemeriksaan dokumen
terkait dengan pedoman dan petunjuk pelaksanaan yang diterbitkan oleh
Keuskupan Agung Semarang. Proses penganalisaan data dilakukan sebagai
berikut:
Perbandingan persepsi tentang pengendalian internal yang dilakukan di paroki
Kebon Dalem dengan paroki lain terhadap maksud tentang pengendalian internal
yang diatur dalam pedoman Keuskupan Agung Semarang.
Wawancara dilakukan sebagai tahap awal untuk mengetahui persepsi
pengendalian internal, penerapan, pengawasan dan evaluasi pengendalian internal
yang ada di paroki. Analisa dokumen khususnya pedoman Uskup dan PTKAP
untuk mengetahui peraturan tentang pengendalian internal yang harus diterapkan
di paroki. Analisa akan dilakukan mulai dari lingkungan, wilayah, kelompok

kategorial dan tim kerja. Hal ini akan dicocokan dengan penerapan dan
pelaksanaan yang dilakukan oleh aturan yang sudah ditetapkan oleh keuskupan.
Sesudah pemeriksanaan tersebut, Hasil analisa ini akan dibandingkan dengan hasil
analisa dari permasalahan kedua. Hasil analisa akan disajikan rekomendasi
perbaikan untuk paroki Kebon Dalem.
Perbandingan mengenai penerapan dan mekanisme pengendalian internal yang
dijalankan oleh Paroki di Keuskupan Agung Semarang.
Wawancara dilakukan sebagai tahap awal untuk mengetahui persepsi
pengendalian internal, penerapan, pengawasan dan evaluasi pengendalian internal
yang ada di paroki selain Paroki Kebon Dalem.Analisa dokumen khususnya
pedoman Uskup dan PTKAP untuk mengetahui peraturan tentang pengendalian
internal yang harus diterapkan di paroki. Analisa akan dilakukan sebagian pada
bidang tertentu, khusunya ketua dewna paroki, bendahara dewan paroki,
koordinator wilayah, dan ketua bidang serta tim-tim lain yang berkaitan (tim
akuntansi dan kasir paroki). Hal ini akan dicocokan dengan penerapan dan
pelaksanaan yang dilakukan oleh aturan yang sudah ditetapkan oleh keuskupan.
Sesudah pemeriksanaan tersebut, analisa akan dilakukan dengan mencocokkan
hasil analisa wawancara dengan analisa dokumen. Hasil analisa akan disajikan
rekomendasi perbaikan untuk paroki selain Paroki Kebon Dalem dan paroki yang
dijadikan subjek penelitian tersebut.
Perbandingan mengenai pengawasan pelaksanaan pengendalian internal yang
dijalankan di Paroki.
Wawancara akan dilakukan dengan kedua belah pihak, baik paroki Kebon Dalem
maupun paroki lain yang ada di Keuskupan Agung Semarang. Wawancara ini
akan melihat kondisi praktek pengawasan yang dijalankan oleh paroki sebagai
lembaga dan Romo Kepala Paroki yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
keberlangsungan paroki tersebut. Hasil wawancara inilah yang akan dibandingkan
dan perbedaan mengenai praktek pengawasan akan menjadi rekomendasi bagi
paroki yang diperbandingkan.
Perbandingan mengenai proses evaluasi penerapan dan pelaksanaan
pengendalian internal yang dijalankan di Paroki.
Proses ini akan dilakukan dengan melihat pelaksanaan proses evaluasi yang
dilakukan dengan melihat dokumen (laporan pertanggungjawaban kegiatan) serta
hasil wawancara dengan pemangku kekuasaan (ketua dewan paroki, ketua bidang,
dan bendahara) untuk melihat sejauh mana proses evaluasi ini dilakukan dan
kesesuaian dengan prinsip yang dituliskan dalam pedoman uskup yang diterbitkan
oleh keuskupan.

Hasil Analisa Penelitian
Persepsi Pengendalian Internal
Tabel. 1.1. Hasil Analisa Persepsi Pengendalian Internal.
Persepsi SPI

Pengendalian
Internal

Kebon Dalem

Lampersari

Usaha
untuk
memastikan
supaya
pengelolaan
berjalan dengan
baik dan dapat
diukur dengan
tujuan
akhir
keselamatan.

Upaya
yang
digunakan untuk
mencapai tujuan
tertentu
sehingga
sasaran
dapat
tercapai.

Randusari –
Katedral
Pengelolaan
gereja
dengan
swakelola
dan
swadaya
secara
baik,
benar,
bertanggungjawab
dan
terukur
dengan pedoman
yang ada.

Pedoman
Uskup
Cara
yang
digunakan
untuk
melakukan
pengawasan dna
pengelolaan
kegiatan yang
dijalankan

Secara teori, Pengendalian internal diartikan sebagai proses yang dipengaruhi
oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi yang dirancang untuk
membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian
internal merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur
sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan
mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik
yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi
atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Berdasarkan hal ini, peneliti menganalisa bahwa ada kesamaan persepsi baik
diantara akademisi dan kaum rohaniwan. Semua ingin mencapai tujuan tertentu
dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Sama halnya dengan yang
dilaksanakan di perusahaan, hanya saja perlu menjadi catatan bahwa sikap
profesionalitas, akuntable dan transparansi perlu dioptimalkan guna menerapakan
pengendalian internal secara maksimal.
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa setiap paroki sudah menjalankan
pengendalian internal sesuai dengan persepsi yang dirumuskan dalam pedoman
keuskupan yang diterbitkan. Secara luas, gereja memaknai pengendalian internal
sebagai suatu usaha yang digunakan baik oleh pastor paroki maupun uskup guna
menyelaraskan kegiatan yang dijalankan di paroki maupun dikeuskupan agar
sejalan dengan yang sudah direncanakan atau arah dasar yang sudah ditetapkan.
Tujuan akhir dari pengendalian internal ini adalah keselamatan dari Tuhan yang
dipenuhi dengan cara pengendalian yang dilakukan dan dijalankan. Pengendalian
internal ini diharapkan mampu mengarahkan menuju tujuan tersebut. Pola
penerapan dan pendampingan menjadi pola yang berbeda dari setiap paroki
maupun keuskupan.

Penerapan Pengendalian Internal
Tabel 1.2. Tabel analisa penerapan Pengendalian Internal
Penerapan
SPI

Kelebihan

Kekurangan

Dampak

Kebon Dalem

Penerapan sudah berjalan
sampai dengan ke bawah
dari dewan paroki sampai
ke lingkungan-lingkungan.
Tidak dibutuhkan kasir
yang
secara
khusus
menangani
keuangan
paroki

Tidak ada pedoman yang
mengatur jalannya rel
kegiatan sehingga seolah2
berjalan sendiri.
Tidak ada tim khusus
untuk
membantu
pengawasan
dan
pengendalian.
\Masih
pd
asas
kepercayaan kepada setiap
bagian.
Panitia berjalan sesuai
dengan keinginan sendiri.
Pertanggungjawaban
terhadap
proposal
terlambat dr batas waktu
yang diberikan.

Lampersari

Randusari-Katedral

Penerapan sudah berjalan
sampai dengan ke bawah
dari
dewan
paroki
sampai ke lingkunganlingkungan.
Tidak dibutuhkan kasir
yang
secara
khusus
menangani
keuangan
paroki

Pedoman
dibuat
untuk
mengatur setiap kegiatan.
Pengawasan
terhadap
dilakukan oleh tim terpisah.
Ada fungsi terpisah antara
kasir
dan
sekertariat
mengenai
pengelolaan
keuangan
Adanya tim keuangan untuk
membantu
DP
dalam
praktek
pengelolaan
kegiatan dan keuangan

Tidak ada pedoman yang
mengatur jalannya rel
kegiatan
sehingga
seolah2 berjalan sendiri.
Masih
pd
asas
kepercayaan
kepada
setiap bagian.
Tidak ada tim khusus
untuk
membantu
pengawasan
dan
pengendalian.

Pedoman tidak dibuat secara
kontekstual
melainkan
secara teoritis dan standard.

Kegiatan masih berjalan
sembarangan

Kegiatan diparoki dapat
terlayani dengan baik

Dari hasil analisa tersebut, ada persamaan pola yang diterapkan di Kebon
Dalem dan Lampersari dalam hal pengendalian internal. Asas kepercayaan masih
menjadi yang diandalkan dalam pengelolaan paroki ini. Sedangkan di RandusariKatedral sudah dipikirkan keberlanjutannya. Dari pola ini, ketiga paroki ini
memiliki alasan yang berbeda-beda mengenai penerapan, sehingga tidak bisa
disamakan pola dari paroki yang satu dengan yang lain. Kompleksitas
permasalahan juga harus dilihat dalam merumuskan untuk menerapkan konsep
pengendalian internal yang dijalankan di paroki.
Berdasarkan hal ini, peneliti menganalisa bahwa ada kesamaan persepsi baik
diantara akademisi dan kaum rohaniwan. Semua ingin mencapai tujuan tertentu
dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Penerapan dan pola yang
diterapkan dimasing-masing paroki juga berbeda dan sangat kontekstual. Memang
menurut saya, pola yang diterapkan di Paroki Randusari jauh lebih baik karena
mulai mengedepankan sikap profesionalitas, akuntable dan transparansi
sebagaimana menjadi cita-cita dalam penerbitan PTKAP. Menjadi pola yang perlu

diterapkan baik di paroki-paroki lain dengan mempertimbangkan kondisi yang
ada di paroki. Menghilangkan asas kepercayaan kepada umat yang menjabat
bagian penting dan mengoptimalkan peran serta kaum awam.
Secara garis besar, dalam struktur dewan paroki ada perbedaan yang
mencolok dari Randusari-Katedral dengan Lampersari dan Kebon Dalem. Di
Randusari, Uskup sebagai pimpinan tertinggi di Keuskupan ikut campur dalam
penyampaian kegiatan khususnya dalam keputusan-keputusan dikarenakan
jabatannya sebagai salah satu anggota dewan paroki.
Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Internal
Tabel 1.3. Hasil Analisa Pengawasan Pengendalian Internal
Pengawasan
SPI

Kebon Dalem
-

Kelebihan

-

Kekurangan

Pengawasan
dilakukan secara
mendetail baik dari
dewan paroki,
lingkungan sampai
dengan panitia yang
menjalankan
kegiatan serta
kelompok2
kategorial yg ada.
Ada kewenangan
untuk pengambilan
keputusan/interve-nsi
apabila sudah
melanggar dr aturan
yang ada (khususnya
liturgi).
Pengawasan
dilakukan oleh rm
paroki serta dewan
harian guna
memudahkan
koordinasi.
Tidak dilakukan
pengawasan terhadap
beberapa hal,
khususnya kasir yang
menjadi satu dengan
sekertariat.

Lampersari

Randusari-Katedral
-

-

-

-

-

Pengawasan sudah
dilakukan sejak awal
direncanakan, proses
persiapan,
pelaksanaan, sampai
dengan evaluasinya.
Ada kewenangan
untuk pengambilan
keputusan/intervensi
apabila sudah
melanggar dr aturan
yang ada (khususnya
liturgi).
Pengawasan dilakukan
oleh rm paroki serta
dewan harian guna
memudahkan
koordinasi.

Tidak dilakukan
pengawasan terhadap
beberapa hal,
khususnya kasir yang
menjadi satu dengan
sekertariat.

-

-

-

-

Dampak

Dalam hal kegiatan,
sering kali keluar
dari jalur/rel yang
sudah ditentukan

Pengawasan dilakukan
menyeluruh shg
pelaksanaan kegiatan
berjalan dengan baik
dan sesuai dengan rel
yang sudah ditentukan

Pengawasan sudah
dilakukan sejak awal
direncanakan, proses
persiapan,
pelaksanaan, sampai
dengan evaluasinya.
Ada kewenangan
untuk pengambilan
keputusan/intervensi
apabila sudah
melanggar dr aturan
yang ada (khususnya
liturgi).
Pengawasan
dilakukan oleh rm
paroki serta dewan
harian guna
memudahkan
koordinasi.
Ada pembagian dari
rm paroki untuk
memudahkan
pengendalian
Keterbatasan
kemampuan dari
setiap rm paroki
untuk menguasai
bidang yang di awasi
serta dikelola.
Banyak hal masi
diperlukan
komunikasi yang
mendalam antara
kepala paroki dg.
komunitas untuk
membantu baiknya
rel yang sudah
ditentukan dan
dilaksanakan.

Pengawasan SPI yang sudah dilakukan di paroki sudah sesuai dengan
arahan yang ditentukan dalam perumusan persepsi pengendalian internal. Hanya
saja menjadi sangat berbeda antara ketiga paroki ini. Di paroki RandusariKatedral, menerapkan pendampingan secara mandiri yang dilakukan oleh romo
parokinya (dikarenakan ada 4 romo yang bertugas disana). Berbeda lagi dengan
ketika di Kebon Dalem, ada 2 romo yang melayani dan RT menerapkan pola
bersama dalam hal pengawasan maupun pendampingan. Di Lampersari memiliki
pola yang berbeda lagi, RS mendampingi dan mengawasi sendiri dikarenakan
rekan serumah beliau sudah lanjut usia yang mengatakan sudah tidak sekuat
dahulu dalam menjalani pertemuan yang membutuhkan waktu berjam-jam. Hal ini
menjadi hal yang membedakan dari pola pengawasan serta peran serta dewan
paroki dalam penggembalaan di paroki.
Dalam hal pengawasan SPI dan pelaksanaan kegiatan, tidak ada masalah
dalam penerapannya. Masing-masing pastor paroki sudah menjalankan secara
mendetail. Menjadi catatan saja mengenai pola yang diterapkan pada setiap
paroki. Perlunya peningkatan pengawasan pada sektor-sektor yang dianggap
rawan tidak dilakukan khususnya di Kebon Dalem dan Lampersari sehingga perlu
menjadi perbaikan kedepan.
Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal
Tabel 4.4. Hasil analisa Evaluasi Pengendalian Internal
Evaluasi
kegiatan

Kelebihan

Kebon Dalem

- Dilakukan didalam
bidang maupun panitia
secara mandiri
bersama dengan
panitia seluruhnya.
- LPJ dibuat dan
diserahkan untuk
laporan kepada paroki
apabila menggunakan
subsidi paroki.

Lampersari

- Dilakukan didalam
bidang maupun
panitia secara
mandiri bersama
dengan panitia
seluruhnya.
- Evaluasi
dilaksanakan
bersama dengan
romo paroki
sehingga bisa
menampung catatan
dari romo paroki.

Randusari-Katedral
- Dilakukan didalam
bidang maupun panitia
secara mandiri bersama
dengan panitia
seluruhnya.
- LPJ dibuat dan
diserahkan untuk
laporan kepada paroki
apabila menggunakan
subsidi paroki.
- Ada tim yang akan
menemani dalam setiap
kegiatan guna
memikirkan
keberlanjutan kegiatan
khususnya tim liturgi.

Tabel 4.4. Hasil analisa Evaluasi Pengendalian Internal (lanjutan)
Evaluasi
kegiatan

Kebon Dalem

Kekurangan

- Keberlanjutan kegiatan
untuk dimasa
mendatang kurang
dipikirkan
- Panitia dimasa
mendatang harus tetap
meraba-raba persiapan
yang perlu dilakukan.

Dampak

- Keberlanjutan dari
setiap kegiatan (untuk
kegiatan dimasa yang
akan datang, bukan
acara yang mengikuti
selanjutnya)
- Pedoman evaluasi
tidak disusun baik
untuk tingkat paroki
sehingga memudahkan
dalam persiapan
kepanitiaan
selanjutnya.

Lampersari
- Keberlanjutan
kurang dipikirkan.
- Ada kemungkinan
terputus komunikasi
terhadap yang
dijalankan di
kegiatan yang satu
dengan kegiatan
yang lainnya.
- Keberlanjutan dari
setiap kegiatan
(untuk kegiatan
dimasa yang akan
datang, bukan acara
yang mengikuti
selanjutnya)
- Pedoman evaluasi
tidak disusun baik
untuk tingkat paroki
sehingga
memudahkan dalam
persiapan
kepanitiaan
selanjutnya.

Randusari-Katedral

- Ada kemungkinan
terputus komunikasi
terhadap yang
dijalankan di kegiatan
yang satu dengan
kegiatan yang lainnya.

- Keberlanjutan dari
setiap kegiatan (untuk
kegiatan dimasa yang
akan datang, bukan
acara yang mengikuti
selanjutnya)
- Pedoman evaluasi
tidak disusun baik
untuk tingkat paroki
sehingga memudahkan
dalam persiapan
kepanitiaan
selanjutnya.

Pelaksanaan proses evaluasi pengendalian internal memiliki cara yang
berbeda-beda di tiap paroki diKebon Dalem diadakan dalam rapat yang mana
disana bersama dengan seluruh panitia mengevaluasi dan melakukan pembubaran
panitia. Di Lampersari, RS menerapkan pola evaluasi dijalankan terpisah dari
pembubaran panitia dan dilakukan dalam suatu kegiatan pertemuan sehingga
didengarkan orang lain. Di Randusari, evaluasi dilakukan bersama dengan panitia
serta bidang yang terkait ditambah oleh pastor pendampingnya. Perbedaan cara
dan pola ini bukan berdasarkan agenda dari romo paroki melainkan melihat secara
kontekstual permasalahan yang ada diparoki sehingga proses ini berkembang
sesuai dengan kebutuhan.
Keberlanjutan dari paroki memang perlu dipikirkan dari bahan evaluasi ini/
Evaluasi dijalankan bukan untuk mengevaluasi pada saat ini saja melainkan juga
memikirkan keberlanjutan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam paroki.
Secara garis besar, kurang dipikirkan keberlanjutan dari setiap kegiatan yang
dijalankan khusus dokumen-dokumen yang bisa diperoleh untuk menunjang
kinerja yang baik bagi panitia selanjutnya. Proses ini menjadi catatan dalam
penerapan konsep serta pengembangan pengendalian internal secara lebih
mendetail dimasa yang akan datang.

Kesimpulan
Dari hasil kesimpulan diatas, berikut kesimpulan dari kesimpulan dari
penyelesaian masalah yang ada.
1.

2.

3.

4.

Persepsi pengendalian internal, gereja memaknai pengendalian internal
sebagai suatu usaha yang digunakan baik oleh pastor paroki maupun uskup
guna menyelaraskan kegiatan yang dijalankan di paroki maupun dikeuskupan
agar sejalan dengan yang sudah direncanakan atau arah dasar yang sudah
ditetapkan. Tujuan akhir dari pengendalian internal ini adalah keselamatan
dari Tuhan yang mana dipenuhi dari setiap pengendalian yang dilakukan dan
dijalankan. Pengendalian internal ini diharapkan mampu mengarahkan
menuju tujuan tersebut. Pola penerapan dan pendampingan menjadi pola yang
berbeda dari setiap paroki maupun keuskupan.
Penerapan SPI beberapa hal yang menjadi pertimbangan terhadap
penyesuaian pola adalah luas wilayah, demografi umat, Luas wilayah juga
mengakibatkan perbedaan struktur ini. Penyesuaian secara kontekstual yang
diterapkan oleh pastor kepala paroki menjadi hal yang penting disini, karena
berbeda paroki akan menerapkan pengendalian internal yang berbeda. Dalam
hal penerapan inilah paroki memiliki warna sendiri sehingga secara
konseptual tidak dapat dirumuskan dan di samakan antara paroki satu dengan
paroki yang lain.
Pengawasan SPI dan pelaksanaan kegiatan, tidak ada masalah dalam
penerapannya. Masing-masing pastor paroki sudah menjalankan secara
mendetail. Menjadi catatan saja mengenai pola yang diterapkan pada setiap
paroki. Perlunya peningkatan pengawasan pada sektor-sektor yang dianggap
rawan tidak dilakukan khususnya di Kebon Dalem dan Lampersari sehingga
perlu menjadi perbaikan kedepan.
Evaluasi SPI, secara garis besar, kurang dipikirkan keberlanjutan dari setiap
kegiatan yang dijalankan khusus dokumen-dokumen yang bisa diperoleh
untuk menunjang kinerja yang baik bagi panitia selanjutnya. Proses ini
menjadi catatan dalam penerapan konsep serta pengembangan pengendalian
internal secara lebih mendetail dimasa yang akan datang.

Keterbatasan dan Saran
Rekomendasi dan Saran
Mengenai penerapan pengendalian ini, ada beberapa rekomendasi dan saran
untuk perbaikan
Paroki Kebon Dalem dan Paroki Lampersari
Penerapan yang dijalankan perlu ada pedoman yang mengatur. Pedoman ini
bukanlah harga mati yang mana menemani baik dewan paroki, maupun panitia

maupun tim-tim yang berkaitan guna memperbaiki kinerja agar bisa terukur
dengan jelas. Pedoman yang diperlukan antara lain adalah :
a. Pedoman Kepanitiaan
b. Pedoman pencarian dan pertanggungjawaban dana
Pedoman ini berfungsi untuk memberi rel kepada dewan paroki serta panitia
sehingga yang dikerjakan dan dijalankan sesuai dengan harapan. Perubahan untuk
pedoman ini perlu dilakukan dalam jangka waktu 2-3 tahun agar terupdate baik
dan kontekstual di paroki maupun kegiatan yang dilaksanakan.
Asas kepercayaan bagi beberapa bidang juga perlu diberi ukuran yang jelas
dan tertulis secara rinci dalam pedoman kekaryawanan. Selama ini pedoman
kekaryawanan sudah dibuat hanya saja tidak berfungsi secara maksimal dalam
mengatur kekaryawanan. Sinergisasi dengan dewan paroki juga harus dijalankan
khususnya bersama dengan karyawan dalam hal asas kepercayaan ini.
Paroki Randusari – Katedral
Penerapan pedoman serta yang sudah dilaksanakan beserta dengan tim
menjadi baik apabila bisa pedoman tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada
di paroki. Perbaikan ini khususnya mengenai kondisi dilapangan yang sudah
dilaksanakan selama ini. Pengukuran juga sudah dilaksanakan hanya saja tidak
secara kontekstual dan objektif setiap kegiatan maupun acara yang dijalankan.
Masih pada prinsip subjektifitas pada setiap pelaksanaan kegiatan yang
dijalankan.
Mengenai pengawasan pengendalian internal ini, ada beberapa rekomendasi
dan saran untuk perbaikan
Paroki Kebon Dalem dan Paroki Lampersari
Mengenai pengawasan baik di Kebon Dalem maupun di Lampersari sudah
berjalan dengan baik. Perbaikan diperlukan untuk semakin memberdayakan kaum
awam dalam proses pengawasan sehingga bukan lagi romosentris melainkan
paguyuban bersama dengan seluruh umat.
Paroki Randusari – Katedral
Keterlibatan semua imam yang berkarya disini menunjukkan kerjasama
yang baik antar imam ini. Hal ini memiliki kelemahan yaitu keterbatasan
informasi yang diterima imam yang ssatu dengan imam yang lain. Baik adanya
apabila semua imam bisa ikut terlibat dalam bidang tidak hanya dalam satu bidang
tertentu sehingga imam sendiri juga belajar banyak hal dalam hal
penggembalaan.Keikutsertaan awam juga perlu ditingkatkan agar memudahkan
gerak penggembalaan yang memberdayakan kaum awam.

Mengenai evaluasi terhadap pengendalian internal, ada beberapa
rekomendasi dan saran untuk perbaikan untuk ketiga paroki adalah perlu adanya
aturan untuk mengatur konsep keberlanjutan baik panitia kegiatan maupun dewan
paroki baik dalam bentuk tim maupun dalam bentuk aturan tertulis sehingga apa
yang menjadi PR (khususnya bagi Dewan Paroki) dapat terselesaikan pada
periode selanjutnya dan evaluasi yang pada kegiatan mapun kepanitiaan
sebelumnya bisa diperbaiki dan menjadi catatan bagi kepanitiaan selanjutnya.
Proses ini diperlukan agar gereja bisa terus berjalan bukan pada asas kepercayaan
melainkan profesionalitas, transparan dan terpercaya.
Keterbatasan
Beberapa keterbatasan masalah yang dialami oleh peneliti dalam melakukan
penelitian ini, yaitu : Ada pergantian pastor kepala paroki, khususnya dari
Kebon Dalem dan Lampersari. Hal ini berdampak pada perubahan penerapan
pengendalian internal di paroki. Ada pergantian dewan paroki di Paroki
Lampersari dan paroki Randusari. Perubahan Dewan Paroki yang terjadi
hampir seluruhnya, baik kabid maupun anggota dewan harian lainnya. Sehingga
data tidak bisa diperoleh secara maksimal dan menyeluruh karena dewan yang
baru terpilih adalah orang baru yang akan menjalankan fungsinya.menjalankan
fungsinya. Keterbatasan ruang lingkup pada paroki pembanding sehingga
masalah yang dipecahkan hanya masalah paroki tidak sampai pada masalah
wilayah dan lingkungan. Akibatnya, msalah untuk lingkungan dan wilayah di
paroki kebon dalem tidak ada pembandingnya dan belum bisa menyeluruh. Perlu
penelitian lebih lanjut dikarenakan data pembanding yang diambil dari parokiparoki ini tidak menggambarkan warna paroki yang ada di Keuskupan Agung
Semarang.

DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A, RJ. Elder, M.S. Beasly. 2012. Auditing An Integrated Approach,
Fourteenth ed. and Fifteenth ed., Essex : Pearson Education Limited.
Asmara, Benedictus Setya Budi, S.E., QIA. 2012. Tata Kelola Keuangan
Lingkungan. Penerbit Kanisius:Yogyakarta
Asosiasi Auditor Internal, 2011. Peran Siginifikan Auditor Internal Dalam
Perguruan Tinggi. Modul Pelatihan
Badan Pemeriksaan Kuangan, 2007. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
diunduh dari http://www.bpk.go.id/page/standar-pemeriksaan-keuangannegara.
Bidang Penelitian dan Pengembangan Paroki Kebon Dalem. 2006. Pedoman
Dasar Dewan Paroki St. Franciscus Xaverius Kebon Dalem Semarang.
Semarang.
Bidang Penelitian dan Pengembangan Paroki Mater Dei. 2010. Pedoman Dasar
Dewan Paroki Mater Dei Lampersari Semarang. Semarang.
Bidang Penelitian dan Pengembangan Paroki Randusari. 2009. Pedoman Dasar
Dewan Paroki Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Katedral
Randusari. Semarang.
Chrismastuti, Agnes Advensia, dkk. 2009. “Evaluasi Implementasi Program
Aplikasi Akuntansi “GL” pada paroki-paroki di Keuskupan Agung
Semarang.” Laporan Penelitian Pengabdian (tidak dipublikasikan). Unika
Soegijapranata:Semarang.
Dewan Karya Pastoral. 2011. Nota Pastoral tentang Pedoman Pelaksanaan Arah
Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011-2015. Pastoran Sanjaya Muntilan.
Dewan Karya Pastoral.2013. Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung
Semarang 2013 dan penjelasannya. Pastoran Sanjaya Muntilan.
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis – Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman ed. 5. Penerbit BPFE:Yogyakarta
Hastuti, Theresia Dwi, dkk. 2009. Survey sistem pengendalian internal di ParokiParoki Keuskupan Agung Semarang Laporan Penelitian Pengabdian (tidak
dipublikasikan).
Laporan
Penelitian
Pengabdian.
Unika
Soegijapranata:Semarang.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat :
Jakarta.

Keuskupan Agung Semarang, Ketetapan Uskup Keuskupan Agung Semarang, No.
0010/C/I/a-4/2008. Semarang.
Konfrensi Waligereja Indonesia, 2006. Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris
Canonici), Edisi Resmi bahasa Indonesia.Penerbit KWI:Jakarta.
Malan, R. M., Fountain Jr, J.R., Arrowsmith, D.S. and Lockridge II, R.L. (1984)
Performance Auditing in Local Government, Chicago, Illinois: Government
Finance Officers Association.
Mardiasmo, 2012. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi:Yogyakarta
Peraturan
Menteri
Negara
Pemberdayaan
Aparatur
Negara
No.
PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit
Aparat
Pengawasan
Intern
Pemerintah.
Diunduh
dari
http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/Peraturan%20
Menteri/Permenpan%20No_%20PER-05-M_PAN-03-2008%20STANDAR%20AUDIT%20APIP.pdf.
Prasetya, Laurentius, Pr. 2010. Menjadi Pengurus Lingkungan: Enjoy Aja!!!.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta
Sawyer B, Lawrence, Ditenhofer A. Mortimer. 2003. Internal Auditing. Fifth
Edition. The Institute of Internal Auditors, Florida.
Sihombing, Ranto P., dan St. Lily I, S.E., M.M., Akt. 2014., Evaluasi Sistem
Pengendalian Internal Perusahaan, Amara Books:Yogyakarta
Tim Akuntansi Keuskupan. 2008. Pedoman Teknis Keuangan dan Akuntansi
Paroki. Penerbit Kanisius:Yogyakarta.
Tim Kerja Komunikasi Sosial Paroki Kebon Dalem. 2013. Sejarah Gereja Kebon
Dalem. Diunduh dari http://semarangkota.com/02/sejarah-gereja-kebondalem/ dikutip dari www.kebondalem.com.
Tim Penyusun Buku Kenangan 75 Tahun. 2011. Buku Kenangan 75 Tahun
Gereja St. Franciscus Xaverius Kebon Dalem Semarang “Bersama St.
Franciscus Xaverius Mewujudkan Hidup Beriman yang Mendalam dan
Tangguh.”. Semarang.
U.S. Goverment Accountability Office. 2011. Goverment Auditing Standards.
Diunduh darihttp://www.gao.gov/assets/590/587281.pdf.
Wignyosumarto, Sukendar,Pr. 2008. Spiritualitas Pengelolaan Harta Benda &
Keuangan
Gereja.
diunduh
dari
http://fxsukendar.blogdetik.com/2008/11/16/spiritualitas-pengelolaan-hartabenda-keuangan-gereja/.

SURVEY AWAL
1. Nama Lingkungan / Kelompok Kategorial

2. Kegiatan yang ada di Lingkungan
a. Macam kegiatan

b. Sumber pendanaan kegiatan

c. Kolekte/uang yang didapatkan bagaimana

d. Laporan pelaksanaan kegiatan atau pun keuangan ke paroki

e. Subsidi dari paroki / KPG

3. Kolekte dan dana lain yang didapat dari umat
a. Siapa pengelolanya

b. Bagaimana pencatatannya

c. Buku kas ?

d. Manual atau sudah komputerisasi

e. Sudah pernah laporan ke paroki mengenai keuangan lingkungan ?
Bulan apa saja ?

4. Pengelolaan aset lingkungan
a. Siapa pengelolanya ?

b. Bentuk aset

c. Apakah ada bukti peminjaman apabila dipinjam ?

5. Pertanyaan lain ?

Reviewer

Tanggal

Narasumber 1

Tanggal

Narasumber 2

Tanggal

Daftar Pertanyaan
Evaluasi Pengendalian internal
terhadap Tim Kerja, Lingkungan, Wilayah, Kelompok Kategorial, Unit Kerja Paroki
Dewan Paroki________________________, Semarang
Nama :
Jabatan :
1 Mengenai RAPB dan RAI dan juga Program Kerja
a Apakah diminta menyusun ?
b Apakah ada sosialisasi bentuk dan cara penyusunan ?
c Apakah ada pendampinagn sesudah sosialisasi tersebut ?
d Apakah ada pengawasan terhadap pelaksanaan program
e Apakah ada evaluasi dari pelaksanaan prgram ?
f Apakah ada bentuk perhatian untuk kegiatan di lingkungan ?
g Apa bentuk perhatian yang diberikan ?

h

Apakah ada bentuk perhatian (mengenai keuangan) untuk membantu pelaksanaan
program

2 Mengenai Keuangan dan Laporan kegiatan
a Apakah ada yang mengajukan ?
b Apa yang dilakukan oleh ketika pengajuan program itu ?

c Apakah ada pengawasan terhadap program kerja tersebut ?
d Apakah pernah dilakukan sosialisasi format untuk laporan kegiatan ?
e Apakah pernah dilakukan sosialisasi format untuk laporan keuangan ?
f Apakah ada pendampingan dalam penyusunan laporan keuangan ?
g Apakah ada pendampingan dalam penyusunan laporan kegiatan ?
h Apakah ada evaluasi yang dilakukan dalam setiap kegiatan ?
i Apakah dana yang diberikan untuk mendanai program ?
j Apakah dana yang ada cukup untuk mendanai program ?
k Apakah dana tersebut dipertanggungjawabkan mengenai penggunaannya ?

Daftar Pertanyaan
Evaluasi Pengendalian internal
terhadap Tim Kerja, Lingkungan, Wilayah, Kelompok Kategorial, Unit Kerja Paroki
Dewan Paroki________________________, Semarang
l Dana yang digunakan kemana apabila sisa ?
aturannya
Kenyatanya

3 Koordinator Wilayah
a Fungsinya apa ?

b Tugas yang dilakukan sampai dimana ?

c Apakah ada pengawasan yang dilakukan terhadap lingkungan yang ada diwilayahnya ?
d Apakah ada bentuk perhatian yang dilakukan terhadap wilayahnya ?
e Apakah ada pertemuan KorWil ?
f Apa yang diibahas ?

g Apakah ada pengawasan dari Dewan untuk kegiatan ini ?
h Apakah perhatian itu berpengaruh terhadap lingkungan ?

4 Kabid dan Koordinator Kelompok Kategorial
a Fungsinya apa ?

Daftar Pertanyaan
Evaluasi Pengendalian internal
terhadap Tim Kerja, Lingkungan, Wilayah, Kelompok Kategorial, Unit Kerja Paroki
Dewan Paroki________________________, Semarang
b Tugas yang dilakukan sampai dimana ?

c Apakah ada pengawasan yang dilakukan terhadap tim kerja yang ada diwilayahnya ?
d Apakah ada bentuk perhatian yang dilakukan terhadap tim kerjanya ?
e Apakah ada pertemuan Bidang ?
f Apa yang diibahas ?

g Apakah ada pengawasan dari Dewan untuk kegiatan ini ?
h Apakah perhatian itu berpengaruh terhadap tim kerja ?
i mengenai pengajuan anggaran, bagaimana prosedurnya ?

j mengenai pelaporan kegiatan dan keuangan, bagaimana prosedurnya ?

k Apakah ada pengawasan ?
l Apakah ada evaluasi yang juga dilakukan oleh bidang ?

Pewawancara

Tgl.

nama

Reviewer

Tgl.

nama

Daftar Pertanyaan
Evaluasi Pengendalian internal
terhadap Tim Kerja, Lingkungan, Wilayah, Kelompok Kategorial, Unit Kerja Paroki
KEUSKUPAN dan KEVIKEPAN
Nama :
Jabatan :

1 Monitoring dan Evaluasi
a Fungsinya apa ?

b Tugasnya apa ?

2 Mengenai RAPB dan RAI dan juga Program Kerja
a Apakah RAPB dan RAI serta Program Kerja diminta dilaporkan ?
b

Mengenai RAPB dan RAI yang dilaporkan, apa yang dibuat dengan dikumpulkannya RAPB
dan RAI tersebut ?

c Apakah ada pendampingan dalam penyusunan RAPB, RAI dan Program Kerja ?
d Apa yang dilakukan dalam pendampingan itu ?

e Apa hasil yang didapat dari pendampingan itu ?

Daftar Pertanyaan
Evaluasi Pengendalian internal
terhadap Tim Kerja, Lingkungan, Wilayah, Kelompok Kategorial, Unit Kerja Paroki
KEUSKUPAN dan KEVIKEPAN
f Apa yang diharapkan dari hasil pendampingan itu ?

g

Apakah ada kemungkinan program yang diusulkan dan sudah disahkan oleh paroki
dibatalkan oleh keuskupan ?

h mengenai keuangan, apakah diperhatikan terkait dengan defisit dan surplusnya ?
i mengenai keuangan yang dilaporakn, digunakan untuk apa ?

j Apakah diijinkan paroki mengajukan proposal ke keuskupan ?
k Apakah ada catatan yang diberikan untuk keuangan dari paroki ?
l Apakah ada pengawasan yang dilakukan ?
m Mengenai pengawasan tersebut, bagaimana cara pengawasannya ?

n Apakah ada supervisi yang dilakukan kepada paroki ?
o Mengenai supervisi, apa yang ditanyakan dan dibahas disana ?

p Supervisi yang dilakukan apakah terjadwal ?
q Supervisi yang dilakukan dalam waktu berapa bulan/tahun sekali ?
r Apakah merekomendasikan hal-hal yang dirasa kurang untuk diparoki tersebut ?
s Apakah ada tindak lanjut dari hasil rekomendasi tersebut ?
t Apakah ada pendampingan dalam proses pelaksanaan rekomendasi ?

Pewawancara

Tgl.

nama

Reviewer

Tgl.

nama

Daftar Pertanyaan
Evaluasi Pengendalian internal terhadap Paroki
Keuskupan dan Kevikepan
Nama :
Jabatan :
1 Pengendalian Internal
a definisinya (secara kontekstual di Paroki)

b Bentuknya apa saja yang dilakukan ?

c Siapa pelaksananya ? Apak sendiri/dibantu ? Oleh siapa ?

d Fungsi Pengendalian Internal

e Apakah ada aturan yang sudah dibuat ? Baik oleh Keuskupan maupun Paroki ?

f Permodelan pengendalian internal yang dibuat bagaimana ?

2 Mengenai RAPB dan RAI dan juga Program Kerja
a Apakah RAPB dan RAI serta Program Kerja diminta dilaporkan ?
b

Mengenai RAPB dan RAI yang dilaporkan, apa bentuk pengendalian internal yang
dilakukan oleh paroki ?

Daftar Pertanyaan
Evaluasi Pengendalian internal terhadap Paroki
Keuskupan dan Kevikepan
c Apakah ada pendampingan dalam penyusunan RAPB, RAI dan Program Kerja ?
d Apa yang dilakukan dalam pendampingan itu ?