Paper TONSILITIS

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin waldeyer. Tonsilitis adalah infeksi dan inflamasi pada tonsil. Penyebaran
infeksi dapat melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman.1
Tonsilitis bisa disebabkan oleh beberapa

jenis bakteri dan virus.

Berdasarkan durasi waktu, tonsilitis dibagi menjadi tonsillitis akut dan tonsilitis
kronik.1 Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari
seluruh penyakit THT.2
Menurut WHO (World Health Organization), pola penyakit THT diberbagai
Negara berbeda-beda. Di Islamabad, Pakistan selama 10 tahun (Januari 1998Desember 2007) dari 68.488 kunjungan pasien didapati penyakit Tonsilitis Kronis
merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%)
penderita. Di Inggris, 100% dari pasien tonsilitis kronis dan adenoid yang datang
berobat ke rumah sakit harus dirawat inap. Dari konsultan rumah sakit didapati

42% adalah untuk laki-laki dan 58% adalah bagi perempuan. Usia rata-rata pasien
rawat inap adalah 15 tahun. Pasien yang berusia 15-59 tahun yang dirawat untuk
tonsilitis kronis dan adenoid adalah sebanyak 32%. Pasien yang mengalami
komplikasi abses sehingga diperlukan penanganan segera adalah sebanyak 94%.3
Di Indonesia berdasarkan data rekam medis tahun 2010 di RSUP
dr.M.Djamil, Padang bagian THT-KL sub bagian laring faring ditemukan tonsilitis
sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di poliklinik sub bagian laring faring. 2 Dari

1

data RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui jumlah penderita tonsilitis kronis
pada tahun 2010 berjumlah 978 dari 1365 jumlah kunjungan dan pada tahun 2011
berjumlah 789 dari 1144 jumlah kunjungan.2 Sedangkan penelitian di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makasar jumlah kunjungan baru dengan tonsilitis kronis
mulai Juni 2008 - Mei 2009 adalah sebanyak 63 orang.2
Menurut Manik dan kawan-kawan (2013), populasi penelitian seluruh
penderita tonsilitis kronis yang terdaftar di bagian rekam medis RSUP Haji Adam
Malik Medan sejak Januari 2012 -Desember 2012 dengan jumlah 86 penderita.
Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan jenis kelamin perempuan
sebanyak 66,3%, kelompok umur 1 -10 tahun sebanyak 29,1%, pekerjaan sebagai

pelajar/mahasiswa sebanyak 43%, keluhan utama berupa sakit tenggorok/sakit
menelan sebanyak 48,8%, ukuran tonsil T2 / T2 sebanyak 39,5%, penatalaksanaan
berupa medikamentosa sebanyak 73,3% .4
Penanganan tonsillitis dapat dengan cara medikamentosa dan operasi
tonsilektomi. Dilakukannya operasi tonsilektomi jika pembesaran tonsil yang
menyebabkan sumbatan jalan nafas atas,disfagia berat,gangguan tidur, abses
peritonsilar yang tidak respon terhadap pengobatan medik.5

2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi Tonsil
Tonsil merupakan suatu massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan

ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.6
Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina dan
tonsil lingual yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.

Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak didalam fosa tonsil. Pada
kutup atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa
kantong faring yang kedua. Kutup bawah tonsil biasanya melekat pada dasar
lidah.6
Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus.
Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas,
bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang
disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring sehingga
mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.6
Tonsil mendapatkan perdarahan dari a.palatina minor, a.palatina ascendens,
a.faring ascendens, cabang tonsil a. Maksilaris dan arteri lingualis dorsal. Tonsil
lingual terletak didasar lidah dan dibagi menjadi 2 oleh ligamentum
glosoepiglotika.6

3

Gambar 2.1 Anatomi Tonsil
2.2

Tonsilitis


2.2.1

Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat didalam rongga mulut antara lain, tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah) dan tonsil tuba
eustachius (lateral band dinding faring/Gerlach’s Tonsil).1
2.2.2

Faktor Risiko
Proses penyebaran infeksi timbul melalui udara (air borne droplets),

tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur terutama pada anak-anak.
a. Faktor usia, terutama pada anak.
b. Penurunan daya tahan tubuh.
c. Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu).
d. Higiene rongga mulut yang kurang baik. 1 7


4

2.2.3

Klasifikasi
1. TONSILITIS AKUT
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus. Tonsilitis akut merupakan suatu
inflamasi akut yang terjadi pada tonsilla palatina, yang terdapat pada daerah
orofaring disebabkan oleh adanya infeksi maupun virus.1
a. Tonsilitis Viral
Tonsilitis yang disebabkan oleh virus. Paling sering yaitu Epstein Barr
virus. Haemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Gejala
tonsilitis viral ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorokan.1 Jika terjadi infeksivirus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga
mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri
dirasakan pasien.7

b. Tonsilitis Bakterial
Peradangan akut tonsil yang dapat disebabkan oleh kuman grup A
stereptococcus

beta

hemoliticus

yang

dikenal

sebagai

strept

throat,

pneumococcus, streptococcus viridan dan streptococcus piogenes. Haemophilus
influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Infiltrasi bakteri pada

lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya
leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Masa inkubasi 2-4 hari.
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan dan nyeri saal
menelan, demam dengan suhu tubuh tinggi, rasa lesu, rasa nyeri pada sendi, tidak

5

nafsu makan dan rasa nyeri pada telinga (otalgia). Rasa nyeri pada telinga ini oleh
karena nyeri alih (reffered pain) melalui saraf n.glossofaringeus. pada
pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terutama detritus
berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan.1 8
2. TONSILITIS MEMBRANOSA
Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa adalah
tonsilitis difteri, tonsilitis septik, angina plaut vincent, penyakit kelainan darah
seperti leukimia akut, anemia pernisiosa, neutropenia maligna serta infeksi
mononukleosis.1
a. Tonsilitis Difteri
Tonsilitis ini disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Kuman
termasuk kedalam gram positif. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini

akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam darah. Titer
antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukupmemberikan dasar
imunitas. Gejalanya terbagi menjadi 3 golongan besar, umum, lokal dan gejala
akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu demam
subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan keluhan
nyeri menelan. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk
pseudomembran yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah. Gejala akibat endotoksin dapat menimbulkan kerusakan jaringan
tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensasi

6

kordis, pada saraf kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot
pernafasan, pesudomembran yang meluas ke faringolaring dapat menyebabkan
sumbatan jalan nafas atas yang merupakan keadaan gawat darurat serta pada
ginjal dapat menimbulkan albuminuria.1 8
b. Tonsilitis septik
Penyebab tonsilitis septik adalah Streptococcus hemoliticus yang terdapat
dalam susu sapi sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena itu di Indonesia

susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit
ini jarang ditemukan. 1
c. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi
vitamin C. 7
d. Penyakit keganasan
Pembesaran tonsil dapat merupakan manifestasi dari suatu keganasan
seperti limfoma maligna atau karsinoma tonsil. Biasanya ditemukan pembesaran
tonsil yang asimetris.1 8
3.TONSILITIS KRONIK
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan
fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.1 8
Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut akan tetapi kadangkadang kuman dapat berubah menjadi kuman golongan gram negatif. Tonsilitis

7

kronik terjadi karena proses radang berulang yang timbul dan epitel mukosa
jaringan limpoid yang terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan

limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga
kripti melebar. Secara klinik kripti ini diisi oleh detritus. Gejala dan tanda klinis
yaitu seperti ada benda asing ditenggorokan dan tonsil tampak besar dengan
permukaan tidak rata, kriptus melebar dan diisi oleh detritus, rasa ada yang
mengganjal ditenggorokan, tenggorok kering dan napas berbau. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan permukaan tidak rata (berbenjol-benjol) dan kripte
melebar. Kripte diisi oleh detritus.7 8
2.2.4

Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Tonsil

berperan sebagai filter yang menyelimuti bakteri ataupun virus yang masuk dan
membentuk antibody terhadap infeksi. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila
epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini
secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas,
suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis. Pada tonsilitis
akut dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien

hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga sakit menelan dan
demam. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sakit menelan,
tenggorokan akan terasa gatal.

8

Gambar2.2 Patofisiologi Tonsilitis
Pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang yang
menyebabkan epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan
mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh
detritus. Patofisiologi tonsilitis kronis dinyatakan bahwa adanya infeksi berulang
pada tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman
sehingga kuman kemudian menginfeksi tonsil. Pada keadaan inilah fungsi
pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi tempat infeksi (fokal infeksi).4 8

9

Gambar 2.3 Tonsilitis
2.2.5

Gejala Klinis
Gejala pada tonsillitis akut adalah rasa gatal/ kering ditenggorokan,

anoreksia, otalgia, tonsil membengkak. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang
ringan hingga menjadi parah, sakit menelan, kadang muntah.
Tanda klinisnya dijumpai tonsil membengkak dan meradang. Tonsila
biasanya bercak-bercak dan kadang-kadang diliputi oleh eksudat. Eksudat ini
mungkin keabu-abuan dan kekuningan. Eksudat ini dapat berkumpul, membentuk
membran dan pada beberapa kasus dapat terjadi nekrosis jaringan lokal8
Keluhan utama yang paling sering adalah sakit tenggorokan dan infeksi
saluran nafas atas. Penyebab utama yang paling banyak pada tonsilitis akut adalah
bakteri grup A streptococcus B hemoliticus, disamping itu penyebab terbanyak
biasanya disebabkan oleh virus 7

10

Gambar 2.4 Tonsilitis Akut
2.2.6

Diagnosis

1. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tenggorokan.
Gejala lainnya tergantung penyebab tonsilitis.
a. Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorokan,
kemudian berubah menjadi rasa nyeri di tenggorokan dan nyeri saat menelan.
Rasa nyeri semakin lama semakin bertambah sehingga anak menjadi tidak mau
makan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan
telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus
glossofaringeus (IX). Keluhan lainnya berupa demam yang dapat sangat tinggi
sampai menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan
lesu dan nafsu makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara
pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas.

11

Keadaan ini disebut plummy voice/ hot potato voice. Mulut berbau (foetor ex ore)
dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat
(ptialismus). Tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa
nyeri tenggorokan.
b. Pada tonsilitis kronik, pasien mengeluh ada penghalang/ mengganjal di
tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau (halitosis).
c. Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) gejala yang timbul
adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorokan,
badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. 1 7
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
a. Tonsilitis akut: pada pemeriksaan ditemukan tonsil yang udem (ukuran
membesar), hiperemis dan terdapat detritus yang memenuhi permukaan tonsil
baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran. Bentuk tonsillitis akut
dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis, bila bercak-bercak detritus
ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.
Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membran semu
(pseudomembran) yang menutupi ruang antara kedua tonsil sehingga tampak
menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak udem
dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus
mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan. 7

12

1. Tonsilitis viral
Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering. Jika terjadi infeksivirus
coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil
pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.
2. Tonsilitis bakterial
Peradangan akut tonsil yang dapat disebabkan oleh kuman grup A stereptococcus
beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus
viridan dan streptococcus piogenes. Haemophilus influenzae merupakan penyebab
tonsilitis akut supuratif. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga
terbentuk detritus. Masa inkubasi 2-4 hari.
b. Tonsilitis kronik: pada pemeriksaan fisik ditemukan tampak tonsil membesar
dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar, dan kriptus berisi detritus.
Tanda klinis pada Tonsilitis Kronis yang sering muncul adalah kripta yang
melebar, pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yang mengalami
perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripta yang
melebar dan pembesaran kelenjar limfe submandibular.
c. Tonsilitis Membranosa
1. Tonsilitis difteri: pada pemeriksaan ditemukan tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk
pseudomembran yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah.

13

2. Tonsilitis septik: Penyebab tonsilitis septik adalah Streptococcus hemoliticus
yang terdapat dalam susu sapi sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena itu di
Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum
maka penyakit ini jarang ditemukan.
3. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa): Penyebab penyakit
ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita
dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.
4. Penyakit keganasan
Pembesaran tonsil dapat merupakan manifestasi dari suatu keganasan seperti
limfoma maligna atau karsinoma tonsil. Biasanya ditemukan pembesaran tonsil
yang asimetris.
d. Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur
jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial
kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:
1. T0: tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat.
2. T1: 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas
medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih. 1 7 8

Gambar 2.5 Gradasi Pembesaran Tonsil
2.2.7

Penatalaksanaan

a. Istirahat cukup
b. Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang mengiritasi
c. Menjaga kebersihan mulut
d. Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur antiseptik
e. Pemberian obat oral sistemik
1. Pada tonsilitis viral istirahat, minum cukup, analgetika, antivirus diberikan
bila gejala berat.
2. Tonsilitis akibat bakteri diberikan antibiotik spektrum luas seperti
penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat kumur yang mengandung
desinfektan.

15

3. Pada tonsilitis difteri, Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu
hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur dan jenis
kelamin. Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari.
Antipiretik untuk simptomatis dan pasien harus diisolasi. Perawatan harus
istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.
4. Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) diberikan
antibiotik spektrum luas selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C serta
vitamin B kompleks.
Pengobatan tonsilitis kronik:
a. Diberikan obat-obatan simptomatik dan obat kumur yang mengandung
desinfektan. 1 7
b. Indikasi tonsilektomi.
The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
Clinical Indicators Compendium tahun1995 menetapkan indikasi tonsilektomi:


Serangan tonsilitis lebih dari 3x/tahun walaupun telah mendapat terapi
yang adekuat



Tonsil hipertropi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofasial



Sumbatan jalan napas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor
pulmunale



Rinitis dan sinusitis kronik, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil dengan pengobatan

16



Napas berbau dengan pengobatan yang tidak berhasil



Tonsilitis berulang oleh karena bakteri grup A



Hipertropi tonsil yang dicurigai adanya keganasan



Otitis media efusi/otitis media supuratif1

Indikasi Tonsilektomi Menurut Health Technology Assessment, Kemenkes tahun
2004, indikasi tonsilektomi, yaitu: 7
a. Indikasi Absolut:
1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran nafas, disfagia
berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmonar
2. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi
b. Indikasi Relatif:
1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik
adekuat
2. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi
medis
3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptococcus yang tidak membaik
dengan pemberian antibiotik laktamase resisten.
2.2.8

Komplikasi
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi kedaerah sekitarnya

berupa rinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkontanuitatum.

17

Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul
endokarditis, arttritis. Uveitis, dermatitis.1
2.2.9

Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam jika pengobatan adekuat dan kebersihan

mulut baik.7

18

BAB 3
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin waldeyer. Tonsilitis adalah infeksi dan inflamasi pada tonsil. Penyebaran
infeksi dapat melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman.1Tonsilitis bisa
disebabkan oleh beberapa jenis bakteri dan virus. Berdasarkan durasi waktu,
tonsilitis dibagi menjadi tonsillitis akut dan tonsilitis kronik. 1 Tonsilitis kronis
merupakan penyakit yang paling sering terjadi.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus.Tonsilitis Membranosa adalah tonsilitis
difteri, tonsilitis septik, angina plaut vincent, penyakit kelainan darah seperti
leukimia

akut,

anemia

pernisiosa,

neutropenia

maligna

serta

infeksi

mononukleosis.Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari
rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
Penatalaksanaan yang diberikan berupa Istirahat cukup, Makan makanan
lunak dan menghindari makan makanan yang mengiritasi, Menjaga kebersihan
mulut, Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur antiseptic, Pemberian
obat oral sistemik

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono, Efiaty AS. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
2. Vivit

S.Karakteristik

penderita

tonsilitis

kronis

yang

diindikasikan

tonsilektomi di bagian THT Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi pada
Bulan Mei-Juli 2013. Universitas Jambi 2013.
3. Epocrates. Tonsillitis epidemiology. Anthehealth Service[internet]. 2015
4. Anand B. Karakteristik penderita tonsilitis kronis di rsup H. Adam Malik.
Repository USU [internet].2014.
5. Raharjo SP. Infeksi leher dalam Edisi pertama, Yogyakata; Graha Ilmu. 2013.
6. Paulsen, F & Wascke J. 2012. Atlas Anatomi Manusi Sobotta. Jilid 3. Edisi
23. Jakarta. EGC
7. PMK, 2014. Tonsilitis. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
8. Adam, Boeis, Higler. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC;1995

20