Apakah Indonesia berdasarkan UUD 1945 me

NAMA
NIM

: MUHAMMAD MUBARAK CHADYKA PUTRA
: B111 13 071

Pertanyaan : Apakah Indonesia berdasarkan UUD 1945 menganut sistem
pemisahan kekuasaaan atau pembagian kekuasaan?
Jawaban :
sumber : http://masnurmarzuki.blogspot.com/2011/12/pemisahan-kekuasaandan-prinsip-checks.html
http://id.scribd.com/doc/66036820/Sistem-Pemerintahan-Negara-RepublikIndonesia
Huda Ni’matul. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo.
Menurut UUD 1945
Menurut UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan Negara Republik
Indonesia tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan atau separation of power
(Trias Politica) murni sebagaimana yang diajarkan Montesquieu, akan tetapi
menganut sistem pembagian kekuasaan (distribution of power). Dalam sidangsidang BPUPKI 1945 misalnya, Soepomo menegaskan bahwa UUD 1945 tidak
menganut doktrin Trias politica dalam arti paham pemisahan kekuasaan,
melainkan menganut sistem pembagian kekuasaan. Hal-hal yang mendukung
argumentasi tersebut, karena Undang-Undang Dasar 1945:
a. Tidak membatasi secara tajam, bahwa tiap kekuasaan itu harus dilakukan

oleh suatu organisasi/badan tertentu yang tidak boleh saling campur
tangan.
b. Tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas 3 bagian saja dan juga tidak
membatasi kekuasaan dilakukan oleh 3 organ saja.
c. Tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan MPR, pasal 1 ayat
2, kepada lembaga-lembaga negara lainnya.
Menurut Jimly Asshidiqie dan Ni’Matul Huda
Seiring perubahan konstitusi lewat amandemen UUD 1945, terjadi pula
pergeseran konsep pembatasan kekuasaan Indonesia. Menarik untuk mencermati
pendapat Jimly Asshiddiqie yang mengatakan bahwa pasca perubahan UUD 1945

selama empat kali, dapat dikatakan sistem konstitusi Indonesia telah menganut
doktrin pemisahan kekuasaan secara nyata. Beberapa yang mendukung hal itu
antara lain adalah :

1. adanya pergeseran kekuasaan legislatif dari tangan Presiden ke DPR.
2. diadopsinya sistem pengujian konstitusional atas undang-undang sebagai
produk legislatif oleh Mahkamah Konstitusi. Dimana sebelumnya undangundang tidak dapat diganggu gugat, hakim hanya dapat menerapkan
undang-undang dan tidak boleh menilai undang-undang.
3. diakui bahwa lembaga pelaksana kedaulatan rakyat itu tidak hanya MPR,

melainkan semua lembaga negara baik secara langsung atau tidak
langsung merupakan penjelmaan kedaulatan rakyat.
4. MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, namun
sebagai lembaga negara yang sederajat dengan lembaga negara lainnya
seperti BPK.
5. hubungan-hubungan antar lembaga negara itu bersifat saling
mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip checks and balances.

Senada dengan Jimly, Ni’matul Huda juga berpendapat bahwa Indonesia
kini menganut sistem pemisahan kekuasaan. Ni’matul Huda
mengilustrasikan pemisahan kekuasaan di Indonesia lewat pergeseran
kewenangan membentuk undang-undang yang menjadi domain DPR untuk
mendapat persetujuan bersama Presiden sebagai langkah penjabaran lebih
jauh dari kesepakatan untuk memperkuat sistem presidensial.
Saya berpendapat bahwa tidak sepenuhnya benar mengatakan bahwa
Indonesia secara mutlak menganut sistem pemisahan kekuasaan
(separation of power). Sebab, dalam hal tertentu masih terkandung pula
sistem pembatasan kekuasaan meskipun dalam format lain. Artinya, di
samping menganut sistem pemisahan kekuasaan, Indonesia ternyata masih
menganut sistem pembagian kekuasaan (distribution of power). Memang

dalam konteks tertentu bisa dikatakan konstitusi Indonesia menekankan
lebih dominannya warna dan doktrin pemisahan kekuasaan ketimbang

pembagian kekuasaan. Namun demikian tidak berarti doktrin pembagian
kekuasaan
itu
tidak
ada
sama
sekali.
Doktrin pembagian kekuasaan tersebut terlihat pada kekuasaan membentuk
undang-undang. Di negara yang menganut sistem presidensial, fungsi
pembentukan undang-undang (legislasi) menjadi domain legislatif.
Kewenangan membentuk undang-undang yang menjadi domain DPR untuk
mendapat persetujuan bersama Presiden sebagai langkah penjabaran lebih
jauh dari kesepakatan untuk memperkuat sistem presidensial justeru
mengandung makna bahwa yang ada bukanlah pemisahan kekuasaan
namun tercipta pembagian kekuasaan khususnya dalam pembentukan
undang-undang.


Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

THE TRANSLATION PROCEDURES IN ‘THE 1945 CONTITUTION OF REPUBLIC OF INDONESIA’ DOCUMENT

11 91 45

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157