T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Romantisme dalam Drama Korea terhadap Ekspektasi Berpacaran: studi pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana penonton serial d

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Drama Korea “Descendant of the Sun”
Drama korea ini merupakan drama yang ditulis oleh Kim Eun Seok dan Kim
Won Seok dengan latar militer dan medis serta ditayangkan di stasiun televisi Korea
KBS2 dengan keseluruhan 16 episode. “Descendant of the Sun” menjadi salah satu
drama yang paling diantisipasi dan ramai diperbicangkan sejak belum dimulai proses
syutingnya. Saat drama ini mulai tayang, drama ini menyedit perhatian dan bahkan
mampu meraih rating diatas 20% pada episode ke-3 penayangannya dan semakin
meningkat disetiap episodenya.1
Drama ini mengusung genre romance-action-comedy dan menceritakan kisah
cinta antara seorang kapten kesatuan, Yoo Si-Jin dan seorang dokter handal, Kang
Mo-Yeon yang dipertemukan takdir di rumah sakit. melihat kecantikan Kang Mo
Yeon, Yoo Si-Jin langsung jatuh hati dan berusaha untuk memdekatinya saat itu juga.
Sejak itu pendekatan diantara mereka dimulai hingga mereka berpisah sebelum resmi
berpacaran, karena Kang Mo-Yeon tidak bisa mengerti pekerjaan Yoo Si-Jin yang
sebenarnya hingga mereka akhirnya dipertemukan kembali disebuah negara bernama
Uruk sampai mereka menjadi dekat dan menjadi sepasang kekasih.

4.2 Karakteristik Responden
Sebelum peneliti melakukan analisis data, pertama akan dipaparkan mengenai

karakteristik responden untuk mengetahui gambaran umum tentang responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Karakteristik responden ini meliputi jenis
kelamin dan pendidikan.
4.2.1

Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini peneliti melibatkan 60 responden yang berjenis kelamin
perempuan, karena rata-rata perempuan lebih fokus terhadap perasaannya dan
reaktif terhadap gambar-gambar yang bersifat emosinal.2 Hal ini terbukti
bahwa rata-rata mahasiswi perempuan FISKOM yang menyukai drama Korea

1

http://www.ceritakorea.com/2016/05/15/descendants-of-the-sun-drama-review/ (diakses pada 22 maret
2017 pukul 18.42)
2
htpp://detik.com/health/read/2015/10/08/090731/3039048/763/terbukti-ternyata-wanita-emosinya-lebihsensitif-dibandingkan-pria (diakses pada 22 maret 2017 pukul 17.27)

37


sudah menonton serial “Descendant of the Sun” karena memiliki pemeran
yang mendukung dan cerita yang bagus. Berbeda dengan pendapat mahasiswa
pria FISKOM yang didapatkan dari hasil pra-surey tentang drama korea. Ratarata dari mereka mengatakan bahwa drama Korea selalu didominasi oleh
pemeran laki-laki yang tampan dibanding pemeran perempuannya, karena
menurut mereka drama korea dibuat untuk memuaskan hasrat penonton
perempuan bukan untuk pria. Selain itu menurut mereka pemain pria dalam
drama korea wajahnya tidak kalah cantik dengan pemeran perempuannya dan
kurang macho. Pendapat yang lain menurut mereka adalah menonton drama
Korea bisa mengurangi kemachoan seorang pria dan lebih menyukai film
bergenre action atau laga yang dibintangi oleh aktor ternama daripada
menonton drama Korea yang hampir seluruh judul nya mempunyai genre film
yang romantis yang bercerita tentang dua orang yang jatuh cinta dengan cara
berlebihan dan tidak realitistis bisa terjadi di dunia nyata.
4.2.2

Pendidikan
Berdasarkan pendidikan dari responden sudah jelas bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi aktif fakultas Ilmu Sosial
dan Komunikasi (FISKOM) Universitas Kristen Satya Wacana yang sedang
menempuh pendidikan strata satu (S1) sesuai dengan segmentasi drama Korea

“Descendant of the Sun” yang ditargetkan untuk anak remaja.

4.3 Karakteristik Variabel X (Menonton Adegan Romantis Serial “DOTS”)
Variabel X dalam penelitian ini meliputi dari tiga indikator, yaitu Intensitas
menonton, Isi Tayangan dan Daya Tarik. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil
pengukuran indikator menonton adegan romantis “DOTS” ini, maka digunakan empat
kategori yang menunjukan kesetujuan dan ketidaksetujuan terhadap setiap item
pernyataan yang digunakan yaitu sangat Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan
Sangat Tidak Setuju. Analisis yang digunakan dalam indikator Intensitas menonton
menggunakan analisis statistik deskriptif karena data yang terdapat bersifat rasio atau
terbuka. Sementara indikator isi pesan dan daya tarik dianalisis dengan menggunakan
skala indeks likert karena data bersifat ordinal.

38

4.3.1

Analisis Intensitas Menonton
a. Durasi Menonton Serial Drama Korea “Descendant of the Sun”
Dalam teori Kultivasi milik Gerbner yang dipaparkan pada bab

sebelumnya dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat dua karakteristik
penonton yaitu, (1) Heavy Viewer yaitu mereka yang menonton lebih dari
4 jam setiap harinya; (2) Light Viewer yaitu mereka yang menonton
kurang dari 4 jam setiap harinya.
Dari jumlah sampel penelitian ini yaitu 60 responden penonton drama
Korea “Descendant of the Sun”, menurut tingkat frekuensi dalam
menonton drama Korea “DOTS” adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menonton
No.

Tingkat Keseringan

Frekuensi

Persentase (%)

Menonton
1


Heavy Viewer

45

75%

2

Light Viewer

15

25%

Jumlah

60

100%


Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Dari 60 responden, sebanyak 45 orang (75%) memiliki tingkat
lamanya menonton drama Korea “DOTS” lebih dari 4,5 jam perhari nya
dan sisanya 15 orang (25%) memiliki tingkat lamanya menonton drama
Korea “DOTS” lebih rendah kurang dari 4 jam per hari. Menurut Jee Hyun
Moon seorang peneliti dari Mirae Asset Daewoo, Korea alasan yang
membuat orang menonton drama Korea hingga berjam-jam lamanya
adalah drama Korea memiliki durasi episode yang sedikit yang berkisar
dari 16-20 episode, serta dimainkan oleh artis yang mendukung dan
berakting memukau dan membuat penonton sangat menikmati aliran emosi
yang terjadi selama ditayangkan. Emosi naik turun seperti itu yang
menjadi efek samping yang justru menimbulkan ketagihan. Selain itu
beberapa dialog yang dalam dan menyentuh atau kisah yang tragis yang

39

memiliki kesamaan di dunia nyata dapat menjadi faktor kenapa drama
Korea sangat digemari.3
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata mahasiswi

FISKOM menonton drama Korea “DOTS” pada tingkat Heavy Viewers
yaitu menonton drama lebih dari empat jam dalam sehari. Dan dapat
disimpulkan sebagian mahasiswi FISKOM yang dijadikan responden
dalam penelitian ini sangatlah kecanduan dalam menonton serial drama
Korea “DOTS” dan karena mereka semua adalah mahasiswi mereka
mempunyai banyak waktu untuk menonton dalam sehari.
b. Frekuensi Menonton Serial Drama Korea “Descendant of the Sun”
Berdasarkan data yang diperoleh data, hasil frekuensi menonton drama
Korea “DOTS” para responden dalam seminggu adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Frekuensi Menonton dalam Seminggu

Kategori
Heavy
1
2
1 hari
4,4%
2
12

2 hari
26,6%
3
16
3 hari
35,5%
4
7
4 hari
15,5%
5
5
5 hari
11,1%
6
1
6 hari
2,2%
7
2

7 hari
4,4%
45
TOTAL
100%
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
No.

Frekuensi menonton
dalam Seminggu

Kategori
Light
4
26,6%
4
26,6%
4
26,6%
3

20%
15
100%

3

http://www.koreaboo.com/buzz/expert-explains-korean-dramas-addictive/ diakses pada 26 Februari 2017
pukul 17.12

40

Dari hasil pengisian kuisiner terhadap 60 responden, dapat dilihat bahwa
rata-rata penonton dalam tipe Heavy Viewer menonton drama “DOTS” 3 hari
dalam seminggu dengan durasi lebih dari 4 jam dalam seminggu, dan rata-rata
penonton dalam Light Viewer menonton 2-4 hari dengan durasi kurang dari 4
jam dalam seminggu. Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswi FISKOM ratarata menonton drama Korea 2-4 hari dalam seminggu.
4.3.2

Analisis Indikator Isi Pesan dan Daya Tarik
Dalam indikator Isi Tayangan dan Daya Tarik terdiri dari delapan item

pernyataan. Untuk mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata, digunakan
interval sebagai berikut :
= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum
Jumlah Kategori
= 32 – 8
4

=6

Tabel 4.3
Interval Kategori Jawaban Indikator Likert Variabel X

Tingkat Interval
Skala

Interpretasi

Frekuensi

Presentase
(%)

1

8 - 14

Sangat Tidak
Setuju

0

0%

2

15 - 21

Tidak Setuju

0

0%

3

22 - 28

Setuju

10

16,6%

4

29 - 32

Sangat Setuju

50

83,3%

60

100%

TOTAL
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Pada indikator likert variabel X menunjukkan responden setuju dengan
pertanyaan-pertanyaan tentang isi tayangan dan daya tarik drama korea yang
ditunjukkan dengan jumlah 60 responden. Hal itu menunjukkan pada indikator
Isi Pesan responden sangat memiliki ketertarikan saat menonton drama
“Descendant of the Sun”. Selain itu juga menunjukkan pada indikator Daya
41

Tarik, responden sangat menyetujui bahwa mereka tertarik menonton
tayangan drama “DOTS” karena dimainkan oleh artis yang terkenal dan
memiliki paras yang rupawan serta responden juga mengerti dan menyukai
alur cerita yang ditayangkan dalam serial “DOTS” begitu pula juga adeganadegan romantis yang ditayangkan yang mereka anggap bersifat realitis.
4.4 Karakteristik Variabel Y (Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM)
Variabel Y atau ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM dalam peneliti ini
terdiri dari tiga indikator yaitu Goal, Agency Thinking, dan Pathway Thinking. Dalam
indikator Y terdiri dari 37 butir pernyataan. Untuk mengetahui tingkat skala
perhitungan rata-rata, digunakan interval sebagai berikut :
= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum
Jumlah Kategori
= 148 – 37
4

= 27,7
Tabel 4.4
Interval Kategori Jawaban Variabel Y

Tingkat
Skala

Interval

1

37 – 64,7

Sangat Tidak
Setuju

0

0%

2

64,8 – 92,5

Tidak Setuju

5

8,3%

3

92,6 – 120,3

Setuju

15

25%

4

120,4 - 148

Sangat Setuju

40

66,6%

60

100%

Interpretasi

Frekuensi

Presentase
(%)

TOTAL
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Pada indikator variabel Y (Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM)
menunjukkan rata-rata responden sebanyak 55 orang setuju dengan pernyataanpernyataan yang diberikan. Hal ini menujukkan pada indikator Goal, rata-rata
responden setuju bahwa setelah mereka menonton adegan romantis dalam “DOTS”
mereka menjadi membayangkan untuk berpacaran seperti adegan-adegan yang
42

mereka lihat tersebut. Selain itu mereka juga menjadi membayangkan seorang pria
atau kekasih yang melakukan hal-hal yang romantis seperti yang dilakukan aktor
dalam serial drama korea “DOTS” tersebut. Contohnya ketika terdapat adegan saat
aktor dalam “DOTS” mengucapkan kata-kata yang romantis, menonton film berdua,
belanja bersama, menatap sang kekasih dengan tatapan yang romantis, menyandarkan
kepala dipundak kekasih, melindungi kekasih dari bahaya, mengikatkan tali sepatu
kekasih, memelu kekasih dari belakang untuk meminta maaf, mencium kening,
memasangkan kalung dileher perempuan, liburan berdua di tempat yang romantis,
camping berdua, selfie berdua dengan pose yang lucu, mengikat rambut kekasihnya,
dan melihat bintang berdua diatas kapal mereka menjadi beranggapan dan
membayangkan adegan-adegan tersebut dapat terjadi.
Pada indikator Agency Thinking, menunjukkan bahwa rata-rata responden
setuju bahwa setelah menonton adegan romantis dalam “DOTS” mereka menjadi
berpekspektasi untuk bisa berpacaran seperti adegan romantis yang mereka lihat
karena mereka akan merasa senang apabila memiliki kekasih yang memperlakukan
seperti dalam adegan romantis yang mereka tonton. Selain itu rata-rata responden
yakin bisa berpacaran seperti dalam adegan romantis dalam serial drama “DOTS”
karena mereka setuju adegan romantis dalam serial “DOTS” bisa

terjadi dalam

kehidupan nyata.
Pada indikator Pathway Thinking menunjukkan bahwa rata-rata responden
setuju bahwa setelah menonton adegan romantis dalam serial drama “DOTS” mereka
akan mencari strategi agar adegan romantis yang mereka tonton tersebut dapat terjadi,
seperti menyuruh kekasihnya agar bisa melakukan hal-hal yang serupa seperti dalam
serial drama “DOTS” karena responden juga setuju akan merasa nyaman dengan
perlakuan dari kekasih apabila hal tersebut dapat terwujudkan. Selain itu rata-rata
responden sangat setuju untuk melakukan romantisme yang serupa dalam serial yang
mereka tonton tersebut seperti akan mengatakan kata-kata romantis, mengajak makan
berdua, menonton film berdua, menyadarkan kepalanya dipundak, memberikan
kejutan kecil dengan datang tiba-tiba, camping berdua, selfie dengan pose yang lucu,
melihat bintang berdua ditempat romantis kepada kekasihnya.

43

4.5 Analisis Tabulasi Silang
Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara durasi menonton dengan
ekspektasi berpacaran dengan mengkategorikan tipe penonton menurut teori
Kultivasi milik Gerbner, yaitu Heavy Viewer dan Light Viewer , maka data akan
diolah dengan menggunakan analisis tabulasi silang yaitu metode untuk
mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu tabel. Dan hasil
tabulasi silang dengan menggunakan aplikasi SPSS 17 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5
Tabulasi Silang antara Durasi Menonton Light Viewer dan Heavy Viewer
terhadap Ekspektasi Berpacaran

Kultivasi
Ekspektasi
Sangat Rendah

Rendah

Tinggi

Sangat Tinggi

Total

DURASI MENONTON
Light Viewer

Heavy Viewer

0

0

0%

0%

2

3

13,3%

6,7%

4

11

26,7%

24,4%

9

31

60%%

68,9%

15

45

100%

100%

Total

0
0%
5
8,3%
15
25%
40
66,7%
60
100%

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang memiliki ekspektasi yang
tinggi dalam berpacaran setelah menonton serial drama Korea ”DOTS” adalah
sebanyak 42 responden (93,3%) yang berada pada kategori tipe Heavy Viewers. Hal
tersebut membuktikan bahwa teori Kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner
mengenai tipe Heavy Viewer yaitu khalayak yang menonton lebih dari 4 jam dalam
sehari dan lebih terpengaruh kepada realitas yang dibentuk oleh media dibandingkan
44

dengan kepercayaannya terhadap realitas secara langsung. Hal tersebut terjadi dalam
penelitian ini dimana responden yang tergolong ke dalam kategori Heavy Viewer
memiliki ekspektasi yang lebih besar dibandingkan dengan responden Light Viewer
yang menonton kurang dari 4 jam dalam sehari.
Hal ini juga menunjukkan kuatnya daya tarik tayangan serial drama Korea
“DOTS” pada responden dengan menunjukkan adanya efek kuatnya media massa
dalam memberikan terpaannya kepada perubahan perilaku seseorang dalam
ekspektasi berpacarannya. Tayangan drama Korea “DOTS” memberikan peran yang
aktif dan menarik perhatian khalayaknya dalam memberikan suatu hiburan yang tak
terlepas dari kreatifitas pengemasan serial dalam bentuk audiovisual, karakter yang
mendukung, cerita yang menarik, serta adegan romantis yang menarik untuk membuat
khalayaknya untuk tetap mengikuti dan menonton serial drama ini hingga episode
terakhir.

45

4.6 Uji Prasyarat Hipotesis
Sebelum peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan aplikasi pengolah
data SPSS 17, peneliti membuat hipotesis yang telah dicantumkan dibab
sebelumnya. Hipotesis tersebut adalah:
H0: Tidak terdapat pengaruh dari adegan romantis dalam drama Korea
“DOTS” terhadap ekspektasi mahasiswi FISKOM dalam berpacaran.
H1: Terdapat pengaruh dari adegan romantis dalam drama Korea “DOTS”
terhadap ekspektasi mahasiswi FISKOM dalam berpacaran.
Kemudian untuk mengetahui adanya pengaruh antara adegan romantis dalam drama
Korea “DOTS” dengan ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM sebelumnya
peneliti akan melakukan uji asumsi klasik terhadap data yang didapat melalui
kuisioner

yang meliputi

4 tahap,

yaitu

(1.) Uji

Normalitas;

(2.)

Uji

Heteroskedastisitas; (3.) Uji multikolineritas, dan (4.) Uji Autokorelasi. Apabila
pengujian tersebut dinyatakan lolos, selanjutnya peneliti akan menganalis data
menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan menggunakan aplikasi
statistik SPSS 17 untuk mengetahui hasil penelitian ini.

46

4.6.1

Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Kolmogorov – Smirnov. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas

dengan teknik Kolmogorov – Smirnov adalah jika nilai signifikasi lebih besar
dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai
signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.4

Tabel 4.6
Tabel Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardi
zed Residual
N

60

Normal
Parametersa,,b

Mean

Most Extreme
Differences

Absolute

.142

Positive

.076

Negative

-.142

Std. Deviation

.0000000
11.9994679
0

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

1.103
.176

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0.176 >
0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti
berdistribusi normal dan tidak terkena masalah normalitas.
4.6.2

Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke

4

http://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-normalitas-kolmogorov-smirnov-spss.html diakses pada 22
Februari 2017 pukul 01.17

47

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual itu tetap, maka disebut
Homoskedastisitas, dan apabila varians dari residual itu berbeda, disebut
Heteroskedastisitas.

Model

Heteroskedastisitas

dan

regresi
dasar

yang

baik

pengambilan

adalah

tidak

keputusan

terjadi

pada

uji

Heteroskedastisitas yaitu:
1. Jika nilai signigikansi > 0,05 berarti tidak terjadi Heteroskedastisitas.
2. Jika nilai signigikansi < 0,05 berarti terjadi Heteroskedastisitas.
Dalam uji Heteroskedastisitas ini dilakukan dengan teknik uji Glejser
dimana teknik ini mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual
terhadap variabel independen dengan persamaan regresi dengan rumus:
Ut= a +BXt + vt
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser pada SPSS 17 adalah
sebegai berikut:
Tabel 4.7
Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas Glejser
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Standardized
Coefficients

Std. Error

34.951

10.521

-.922

.368

DOTS

Beta

-.313

t

Sig.

3.322

.002

-2.507

.015

a. Dependent Variable: RES2

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan output diatas diketahui bahwa nilai signifikasi variabel X atau
“DOTS” sebesar 0,015 dan lebih besar dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan
bahwa variabel yang diuji tidak terjadi Heteroskedastisitas.

4.6.3

Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
48

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (tidak terjadi
Multikolinieritas). Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabelvariabel tidak ortogonal.
Dasar pengambilan keputusan pada uji Multikolinieritas dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
1. Melihat nilai Tolerance
-

Jika nilai Tolerance > 0,10 = tidak terjadi Multikolinieritas pada
data yang diuji.

-

Jika nilai Tolerance < 0,10 = terjadi Multikolinieritas pada data
yang diuji.

2. Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
-

Jika nilai VIF < 10,00 = tidak terjadi Multikolinieritas pada data
yang diuji

-

Jika nilai VIF > 10,00 = terjadi Multikolinieritas pada data yang
diuji

Dan setelah melakukan olah data pada SPSS, hasil outputnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Tabel Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
B
e
r
d

Unstandardized
Coefficients

Standardiz
ed
Coefficient
s

a
Model
B
Std. Error
Beta
t
s
1
(Constan -16.672
16.236
-1.027
at)
r
DOTS
4.997
.567
.756 8.808
k
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
a

Collinearity
Statistics
Sig.

Toleran
ce

VIF

.309
.000

1.000

1.000

n tabel diatas diketahui bahwa nilai tolerance variabel X atau “DOTS” 1,000
lebih besar dari 0,10; dan nilai VIF menunjukkan pada angka 1,000 lebih kecil
49

dari 10,00. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak terjadi
Multikolinieritas.
4.6.4

Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui gangguan data yang
bersifat time series (data berdasarkan waktu). Model regresi seharusnya bebas
dari autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih data asli dengan data
hasil regresi) bersifat bebas untuk tiap nilai X (variabel independen).
Dalam pengolahan dengan SPSS, deteksi adanya autokorelasi dapat
dilihat dari besarnya angka DURBIN-WATSON (D-W). Secara umum
pedoman besaran D-W adalah:
1. Jika angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Jika angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada korelasi.
3. Jika angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Setelah melakukan uji autokorelasi pada SPSS 17, hasil outputnya adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.9
Tabel Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model

R

1

.756a

R Square

Adjusted R
Square

.572

Std. Error of
the Estimate

.565

12.102

DurbinWatson
1.798

a. Predictors: (Constant), DOTS
b. Dependent Variable: EKSPEKTASI
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan hasil tabel diatas diketahui bahwa besarnya angka D-W adalah
sebesar 1,798 dan berada diantara -2 sampai +2. Hal ini berarti menunjukkan
bahwa penelitian ini tidak terjadi adanya autokorelasi.

Dilihat dari uji asumsi klasis yang di analisis, yaitu Uji Normalitas, Uji
Heteroskedastisitas, Uji Multikolinieritas, dan Uji Autokorelasi diketahui bahwa semua tahap
dalam uji asumsi tersebut dikatakan lolos, sehingga setelah melakukan uji asumsi peneliti
dapat melakukan analisis regresi sederhana.
50

4.6.5

Uji Hipotesis Penelitian
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis regresi linear
sederhana, dan hasil dari SPSS 17 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.10
Tabel Korelasi Menonton Adegan Romantis “DOTS”
dengan Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM
Model Summaryb
Model

R

1

.756a

R Square

Adjusted R
Square

.572

Std. Error of
the Estimate

.565

12.10247

a. Predictors: (Constant), DOTS
b. Dependent Variable: EKSPEKTASI
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel diatas (Tabel Model
Summary) diketahui bahwa korelasi parsial antara menonton adegan romantis
serial “DOTS” dan Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM dengan
korelasi product moment by pearson didapat nilai r hitung sebesar 0,756 dan
berarti nilai korelasi tersebut tergolong sangat kuat (>0,750) dan memiliki
nilai positif (arah korelasi positif) dan dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi responden menonton adegan romantis dalam drama Korea “DOTS”
maka ekspektasi berpacaran yang terjadi semakin tinggi.
Berdasarkan uji tabel korelasi tersebut, koefisien determinasinya (R
square) yang ditemukan yaitu seberar 0,572 atau sebesar 57,2% (R2 x 100%).
Artinya dalam penelitian ini pengaruh menonton adegan romantis dalam
“DOTS” (Variabel X) terhadap ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM
(Variabel Y) sebesar 57,2% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain
diluar penelitian ini.
Kemudian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh romantis dalam
drama Korea “DOTS” terhadap ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM,
maka dapat dilihat pada tabel ANOVA sebagai berikut:

51

Tabel 4.11
Tabel ANOVA
D
aModel

Sum of
Squares

l1

Regression

a

Residual

df

Mean Square

11362.087

1

11362.087

8495.247

58

146.470

Total
19857.333
m
a. Predictors: (Constant), DOTS

59

F
77.573

Sig.
.000a

ab.Dependent Variable: EKSPEKTASI
n
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
a
lisis ANOVA ini dasar pengambilan keputusan dilihat berdasarkan:
-

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

-

Jika probabilitas < 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0: Tidak terdapat pengaruh dari adegan romantis dalam drama Korea
“DOTS” terhadap ekspektasi mahasiswi FISKOM dalam
berpacaran.
H1: Terdapat pengaruh dari adegan romantis dalam drama Korea
“DOTS” terhadap ekspektasi mahasiswi FISKOM dalam
berpacaran.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat probabilitas sebesar
0,000 yang nilainya lebih kecil dari alpha 0,05. Jadi H1 diterima dan H0
ditolak dan artinya adegan romantis dalam drama Korea “Descendant of the
Sun” mempengaruhi ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM.

52

Tabel 4.12
Tabel Model Persamaan Regresi
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B
(Constant)
DOTS

Standardized
Coefficients

Std. Error

-16.672

16.236

4.997

.567

Beta

t

.756

Sig.

-1.027

.309

8.808

.000

a. Dependent Variable: EKSPEKTASI
Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas persamaan regresi sederhana linier yang diperoleh
berdasarkan perhitungan diatas adalah sebagai berikut:
Y= a + bX
YEkspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM = -16,672 + 4,997 Menonton Adegan Romantis “DOTS”


Konstanta sebesar -16,672 menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai
variabel tingkat Menonton adegan romantis, maka besarnya nilai



Ekspektasi berpacaran adalah -16,672.
Koefisien regresi sebesar 4,997 pada variabel Menonton Adegan
Romantis, artinya bahwa setiap penambahan 1 nilai variabel menonton
adegan romantis, maka akan meningkatkan ekspektasi berpacaran sebesar
-11,675.
Selain menggambarkan persamaan regresi output ini, peneliti juga

akan menampilkan uji signifikasi dengan uji t yang bertujuan untuk
mengetahui apakan ada pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap
variabel Y.
Dari output model persamaan regresi pada tabel 4.12, model
persamaan regresi diketahui bahwa nilai t hitung = 8,808 dengan nilai
signifikasi 0,000. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
-

Jika nilai probabilitas > 0,05, H0 diterima dan H1 ditolak

-

Jika nilai probabilitas < 0,05, H0 ditolak dan H1 diterima

53

Jadi kesimpulannya adalah berdasarkan probabilitasnya menunjukkan
bahwa variabel Menonton adegan romantisme “DOTS” secara signifikan
mempengaruhi terhadap Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM (0,000 <
0,05)
4.7 Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara menonton adegan romantis pada
drama korea “DOTS” dengan ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM.
Variabel Menonton adegan romantis “DOTS” yang dimaksud dalam penelitian ini
di ukur dengan tiga indikator yang meliputi Intensitas tayangan dalam drama
Korea, Isi Tayangan, dan daya tarik. Sedangkan ekspektasi berpacaran mahasiswi
FISKOM dalam penelitian ini diukur menggunakan tiga indikator yaitu Goal,
Agency Thinking, dan Pathway Thinking. Dari kedua variabel tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel (X) menonton adegan
romantis serial “DOTS” dengan variabel (Y) ekspektasi berpacaran mahasiswi
FISKOM. Signifikansi hubungan antara variabel X dengan variabel Y dibuktikan
dengan uji hipotesis yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
menonton adegan romantis “DOTS” dengan ekspektasi berpacaran.
Berdasarkan indikator pada variabel Ekspektasi berpacaran mahasiswi
FISKOM (Y) menunjukkan sikap responden setelah menonton adegan romantis
dalam serial drama korea “DOTS” menjadi lebih membayangkan untuk
berpacaran seperti adegan-adegan romantis yang ditayangkan dalam “DOTS”
(Goal) dan berusaha atau memotivasi diri sendiri (Agency Thinking)

untuk

mendapatkan jalan atau strategi agar romantisme yang mereka tonton tersebut
dapat direalisasikan (Pathway Thinking). Saat para responden menonton terdapat
aliran emosi yang tanpa disadari muncul dari responden, dimana responden
menjadi terhanyut dalam cerita tayangan drama “DOTS” dan menjadi terbawa
perasaan saat melihat adegan romantis tersebut. Hal tersebut terjadi karena,
semakin responden menyukai cerita dalam serial “DOTS” tersebut maka mereka
menjadi terbawa perasaannya dalam serial tersebut. Hal itu ditunjukkan pada
tabel karakteristik variabel Y (tabel 4.4) dimana rata-rata responden setuju
dengan adanya ekspektasi berpacaran dan motivasi untuk di realitaskan. Sebagai
contoh, ketika terdapat adegan saat aktor dalam serial “DOTS” menguncirkan
54

rambut kekasihnya. Secara goal karena responden menjadi setuju menjadi sangat
emosional melihat adegan tersebut, mereka menjadi menginginkan sosok kekasih
yang mau melakukan hal seperti adegan romantis tersebut. Lalu dalam Agency
Thinking mereka akan memotivasi diri sendiri bahwa mereka yakin bahwa hal

tersebut dapat terjadi ketika dia mencari cara atau strategi agar mempunyai sosok
pacar yang mau melakukan adegan tersebut (Agency Thinking).
Berdasarkan uji hipotesis, nilai korelasi r hasil adalah 0,756 dan nilai korelasi
ini tergolong sangat kuat serta memiliki arah korelasi yang positif dan searah.
Artinya semakin sering mahasiswi FISKOM menonton adegan romantis dalam
serial drama “Descendant of the Sun”, maka akan semakin besar ekspektasi
berpacaran yang terjadi dan begitu pula sebaliknya, semakin jarang orang melihat
adegan romantis dalam “DOTS”, maka ekspektasi berpacarannya akan semakin
kecil. Ini berarti responden yang menonton serial drama korea “DOTS” lebih dari
4 jam dalam sehari (heavy viewer) cenderung mempunyai dampak yang lebih
besar untuk terjadinya ekspektasi berpacaran dibandingkan dengan responden
yang menonton serial drama korea “DOTS” kurang dari empat jam dalam sehari
(Light Viewers) dengan adanya hasil ini, semakin memperkuat dugaan bahwa ada

dampak secara nyata antara menonton adegan romantis dalam “DOTS” terhadap
ekspektasi berpacaran.
Besarnya dampak menonton adegan romantis dalam serial drama korea
“DOTS” terhadap ekspektasi berpacaran adalah sebesar 57,2% dan sisanya 42,8%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar tayangan drama korea “DOTS”. Ini artinya
dengan menonton adegan romantis dalam serial drama korea “DOTS” dapat
mempengaruhi responden untuk terjadinya ekspektasi berpacaran sebesar 57,2%.
Sedangkan 42,8% nya dipengaruhi oleh faktor lain diluar tayangan drama korea
“DOTS”. Untuk mengetahui beberapa faktor lain yang mempengaruhi responden
dalam ekspektasi berpacaran, peneliti melibatkan lima responden dari 60
responden sebelumnya untuk mengetahui faktor lain tersebut. Hasil dari
wawancara menunjukkan bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi ekspektasi
berpacaran selain melihat adegan romantis yang di tayangkan lewat drama Korea
“DOTS” adalah pertama, keromantisan yang ditunjukan oleh seorang
artis/selebgram dalam sosial media melalui foto atau video berdua; kedua,
tayangan-tayangan variety show yang membahas mengenai keromantisan tentang
55

berpacaran, seperti tayangan talkshow “weekly idol” dari Korea; ketiga,
kematangan usia pasangan yang menunjukkan kedewasaan; keempat, peran orang
tua dalam memberikan saran dalam memilih seorang pacar; dan kelima,
kepercayaan atau janji dari pasangan untuk mempunyai hubungan yang bertahan
terus.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya
yang meneliti tentang tayangan drama Korea. Seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ivan Ibnu Salam (Universitas Padjadjaran) 2012, Tentang
Hubungan antara Terpaan Drama Korea di Televisi dengan Gaya Hidup Penonton
yang diperoleh hasil yang cukup berarti antara daya tarik dalam tayangan Korea
dengan gaya hidup penonton. Semakin bagus daya tarik drama Korea tersebut,
maka akan semakin tinggi tingkat perubahan gaya hidup penonton.
Begitu juga dengan

hasil penelitian oleh Dewi Ayu Ambar Rani yang

berjudul “Pengaruh Terpaan Drama Korea Terhadap Tingkat Pengetahuan
Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tentang Budaya Korea”
(Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) 2013 yang diperoleh hasil terdapat
hubungan yang cukup kuat antara terpaan drama Korea dengan tingkat
pengetahuan mahasiswa tentang budaya Korea dengan nilai korelasi sebesar
54,3% dan tingkat regresi pada pengaruh sebesar 29,5% dan sisanya diperoleh
dari faktor lain.
Televisi sebagai media informasi dengan berbagai kelebihannya telah mampu
mempengaruhi khalayak yang melihatnya untuk ikut meniru dan memotivasi para
khalayaknya, ditambah lagi dengan kuatnya daya tarik serial drama Korea
“Descendant of the Sun” dan semakin banyaknya serial drama Korea yang
menarik dan menyuguhkan berbagai adegan romantis yang sudah ditontonkan
hampir diseluruh dunia, terutama di Indonesia dalam memberikan sebuah
fenomena baru yang memberikan efek kuatnya media massa terhadap responden
dalam memberikan sebuah terpaan yang menyebabkan terjadinya perubahan
kepada penontonnya yaitu meningkatkan sikap dan ekspektasi berpacaran
terhadap terpaan tersebut. Media sangatlah berperan aktif untuk dapat menarik
perhatian khalayak khususnya serial drama “DOTS” itu dalam memberikan suatu
hiburan yang tidak luput dari daya tarik dari tayangan tersebut dalam bentuk
56

audiovisual, karakter yang menarik, serta adegan-adegan romantis yang membuat

emosi penontonnya menjadi terhanyut dalam romantisme tersebut.
Dalam analisis teori Kultivasi milik Gerbner dinyatakan bahwa teori tersebut
memfokuskan pada proses penanaman nilai media bagi khalayak, seperti halnya
media sebagai alat ukur utama untuk menanamkan pandangan terhadap dunia.
Manusia menjadi percaya bahwa hal tersebut adalah realitas terhadap keseharian
nya dengan memandang realitas yang sudah kita lihat dalam sebuah media.
Dalam peneliti ini peneliti menggolongkan kelas Heavy Viewer dan Light Viewer .
Efek kultivasi ini pun mempunyai pengaruh yang kuat pada responden baik pada
tipe penonton Heavy Viewer . Hal itu ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa
heavy viewer mempunyai ekspektasi berpacaran yang lebih besar sebesar 93,3%

daripada light viewer yang memiliki ekspektasi sebesar 49,2%. Hal tersebut sudah
membuktikan bahwa teori kultivasi milik Gerbner yang mengatakan bahwa
khalayak yang menonton televisi lebih dari 4 jam (Heavy Viewer) lebih percaya
terhadap realitas yang dibentuk oleh media, dan light viewer memiliki akses
media yang lebih luas sehingga sumber informasi mereka lebih variatif. Dan dari
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin sering mereka menonton adegan
romantis tersebut, semakin besar pula ekspektasi atau keinginan mereka untuk
mengikuti dan berusaha untuk mewujudkan apa yang mereka lihat didalam media
tersebut menjadi sebuah realitas dalam dunia nyata.
Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa terjadi sebuah komunikasi lintas
budaya yang menunjukkan adanya interaksi antar budaya Korea Selatan dengan
budaya Indonesia yang diperlihatkan melalui media audio visual, yaitu drama
Korea “DOTS”. Pengaruh Korean Wave disini memberikan pengaruh yang besar
pada responden dalam penelitian ini pada segi kultural budaya Indonesia. Drama
Korea menunjukkan adanya penyebaran budaya mereka melalui drama Korea
yang kemudian ditonton oleh para responden, sehingga membuat budaya bangsa
sendiri menjadi memudar dan tergeser oleh sebuah trend masa kini yaitu yang
ditunjukkan melalui drama Korea.
Tidak hanya terpengaruh dalam bahasa ataupun pengetahuan lain mengetahui
budaya Korea yang ditunjukkan melalui penelitian sebelumnya, namun dalam
penelitian ini responden pun diketahui ingin meniru bentuk berpacaran seperti apa
57

yang mereka lihat dari drama Korea tersebut. Mereka menilai bahwa adegan
romantis ala Korea yang mereka lihat adalah suatu bentuk yang menarik dan
variatif, yang lalu menjadikan mereka termotivasi untuk bisa mewujudkan adegan
romantis tersebut dalam kesehariannya dan melupakan budaya mereka sendiri.
Meskipun budaya Korea dan budaya Indonesia mempunyai norma estetika
kesopanan yang hampir sama, tapi tidak semua apa yang dilakukan dalam adegan
romantis drama Korea tersebut dianggap sopan di budaya Indonesia sendiri,
seperti adegan ciuman maupun tidur berdua yang di Indonesia sendiri hal itu
masih dianggap tabu dan kurang sopan.

58

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24