Perbandingan Agama Definisi Tujuan Metod
PERBANDINGAN AGAMA
(Pengertian, Tujuan, Sistem dan Metode serta Pokok-Pokok
Ajaran Agama)
Makalah
Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Perbandingan Agama
Semester Genap Tahun 2015
Dosen Pengampu: Dr. H. Ahmad Choiron, M.Ag.
Disusun Oleh :
1. Aida Nurul Chafidhoh
2. Ida Ainur Rokhmawati
3. Malichatin Ningsih
4. Devi Syilvia
: 112005
: 112016
: 112020
: 112024
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
TAHUN 2015
A. Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk yang tercipta sempurna dengan akal, hati,
dan perasaan dituntut untuk menjadi seorang khalifah di bumi. Kehidupan di
dunia yang dinamis membuat manusia berlalu lalang di dalamnya untuk
menjaga keeksisannya di dunia agar bisa survive dan terus mendayagunakan
akalnya agar tercipta kesejahteraan bagi dirinya dan lingkungannya. Ilmu dan
teknologi memang mampu mencapai segalanya yang di dunia, namun ketika
manusia sudah mencapai di titik jenuh ada satu naluri yang harus dicermati
dan dikaji lagi yaitu naluri beragama.
Manusia menurut fitrahnya adalah makhluk agama. Sifat itu pada
dasarnya dari naluri alamiahnya untuk menyembah atau menghamba pada
suatu objek atau wujud yang dipandangnya lebih tinggi darinya atau
menguasainya. Naluri ini sebagaimana ditegaskan oleh al-Qur’an merupakan
penyaluran dari dorongan yang berada jauh di alam bawah sadarnya, yaitu
dorongan kembali kepada Tuhan.1Quraish Shihab menuturkan bahwa tidak
mudah mendefinisikan agama ketika sekarang ini kita menemukan kenyataan
bahwa agama amat beragam. Pandangan seseorang terhadap agama,
ditentukan oleh pemahamannya terhadap ajaran agama itu sendiri.2
Tidak bisa dipungkiri, agama berperan penting dalam kehidupan
manusia. Ia memberikan ketenangan, solusi, pencerahan maupun kemajuan
yang pesat dalam peradaban manusia. Akan tetapi fakta bahwa agama yang
ada dunia sangat banyak sekali dan perbedaan antara yang satu dan yang
lainnya tidak dapat terbantahkan. Perbedaan inilah yang dapat menyebabkan
adanya ketidakcocokan diantara penganut dan pelaksana agama yang ada di
dunia. Dan terkadang, ketidakcocokan itu menimbulkan perpecahan yang
berujung dengan adu senjata. Ini memang ironis karena setiap agama secara
substantif mengajarkan kebaikan tanpa kekerasan dan kedamaian kepada
sesama manusia. Interpretasi dari para pengikut agama itulah yang
1 Budhy Munawar Rahman,. Islam Pluralis Wacana Kesetaraan Kaum Beriman. Raja
Grafindo Persada, Jkarta, 2004, hlm. 17.
2 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan
Umat, MIzan, Bandung, 1996, hlm. 366.
1
menjadikan secara visual agama khususnya Islam tampak radikal, fanatis dan
penuh pemberontakan yang berbau kekerasan.
Pada hakikatnya, antara agama yang satu dan yang lainnnya pasti
memiliki kesamaan dan perbedaan dari berbagai apseknya, mulai dari aspek
kepercayaan, peribadatan, tingkah laku, nilai-nilai, hingga aspek sosial yang
mengajarkan cara berinteraksi dengan sesama manusia. Walaupun demikian,
pemakalah merasa bahwa yang paling penting dari hal-hal yang telah
dipaparkan di atas adalah memandang substansi agama sebagai suatu
kesatuan, bukan monoteis, politeis, paganis, samawi, atau non-samawi.
Berangkat dari hal tersebut, disini pemakalah akan menjabarkan tentang ilmu
perbandingan agama secara keseluruhan ditinjau dari berbagai aspeknya serta
garis besar dari ajaran pokok beberapa agama.
B. Perrmasalahan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan pokok-pokok
permasalahan sebagai berikut:
1. Mengapa kita kuliah ilmu perbandingan agama?
2. Bagaimana
tujuan,
sistem
dan
metode
dalam
memahami
ilmu
perbandingan
agama?
3. Bagaimana pokok-pokok ajaran dari agama-agama besar di Indonesia?
C. Pembahasan
1. Pengertian Ilmu Perbandingan Agama
a. Pengertian Agama
Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna haluan,
peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan. Pendapat lain, agama
berasal dari dua kata yaitu a dan Gama (bahasa sansakerta) yang berarti
tidak kacau. Selanjutnya ada pula yang mengatakan bahwa Gama
berarti tuntunan.3 Bisa berarti agama merupakan tuntutan hidup yang
dapat menghindarkan manusia dari kekacauan.
3 Jirhanuddin, Perbandingan Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 1.
2
Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain religi, religion
(Inggris), religie (Belanda) religio/relegare (Latin) dan ad-din (Arab).
Kata religion (bahasa Inggris) dan religie (bahasa Belanda) adalah
berasal dari bahasa induk dari kedua bahasa tersebut, yaitu bahasa Latin
“religio” dari akar kata “relegare” yang berarti mengikat. 4 Maknanya
melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian
yang berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulangulang. Sedangkan dari bahasa Arab, ad-din mempunyai arti lebih dari
satu yaitu hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan,
keputusan, dan pembalasan. Dengan demikian, ad-din merupakan
pengabdian dan penyerahan mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan
dengan upacara dan tingkah laku tertentu sebagai manifestasi ketaatan
tersebut.5
Menurut Emile Durkheim, Agama diartikan sebagai suatu
kumpulan keyakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan
pribadi juga sebagai pola kepercayaan-kepercayaan, sikap-sikap
emosional dan praktik-praktik yang dipakai oleh sekelompok orang
untuk mencoba memecahkan masalah dalam kehidupan, agama juga
diartikan sebagai pengalaman dunia dalam diri seseorang tentang
ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan. E.B Tylor menambahkan
bahwa Religion is belief in spiritual being (agama adalah kepercayaan
terhadap kekuatan gaib).6
Dalam pengertian ilmu sosial dan sejarah agama, agama adalah
gejala sosial umum yang memiliki dua segi yaitu segi kejiwaan
(psychological state) dan segi objektif (objective state). Segi kejiwaan
disini ialah kondisi subjektif yang ada dalam jiwa manusia berupa
perasaan yang dirasakan oleh penganut agama. Kondisi ini disebut juga
kondisi agama yaitu kondisi patuh kepada Yang disembah. Sedangkan
4 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 13.
5 Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar Agama, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2003, hlm.
10.
6 Ibid.
3
kondisi objektif merupakan segi luar atau kejadian objektif yang dapat
dipelajari dengan dilihat dari luar menggunakan metode ilmu sosial.
Segi ini mencakup adat-istiadat, upacara keagamaan, bangunan, tempattempat peribadatan, kepercayaan, cerita maupun prinsip yang dianut
oleh suatu masyarakat.7
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa agama adalah suatu
kepercayaan, keyakinan, a way of life, ajaran, doktrin, ritual, sikapsikap emosional yang memposisikan dirinya sebagai rambu-rambu
dalam kehidupan manusia serta sebagai suatu fitrah atau naluri yang
dimiliki manusia yang dalam hal ini harus dipenuhi karena bisa
memberikan solusi bagi permasalahan yang ada pada manusia.
b. Pengertian Ilmu Perbandingan Agama
Ilmu perbandingan agama (al-Diraasat fii al-Diyaanat) merupakan
sebuah disiplin ilmu yang di dalamnya dilakukan perbandingan antara
berbagai agama, menyangkut sejarah ataupun doktrin, dengan
didasarkan pada asas tertentu. Bagi seorang Muslim, perbandingan
agama harus didasarkan pada asas semangat dan keyakinan atas
kebenaran Islam di atas semua agama.8
Ilmu perbandingan agama (comparative religion) merupakan salah
satu cabang ilmu yang mempelajari agama-agama (religiouswisseschaft). Cabang ilmu agama lainnya adalah sejarah agama-agama
dan filsafat agama. Secara singkat perbedaan dari ketiganya adalah
dalam bidang kajiannya. Jika dalam sejarah agama-agama dan filsafat
agama memakai metode sejarah dan filsafat maka ilmu perbandingan
agama terfokus pada pemahaman fenomena keagamaan dalam sudut
pandang kajian ilmiah, bukan filsafat maupun teologis.9
Ilmu perbandingan agama juga didefinisikan sebagi ilmu yang
dapat mengetahui dan memahami gejala-gejala keagamaan dari suatu
7Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu Perbandingan Agama,
Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm. 22.
8Ahmad Choiron, Perbandingan Agama Kajian Agama-agama dalam Perspektif
Komparatif, Stain Kudus, Kudus, 2009, hlm. 9.
9Ibid, hlm.11
4
kepercayaan dalam hubungannya dengan agama yang lain yang
meliputi persamaan dan perbedaannya.10
Lebih spesisifk lagi Hasbullah Bakri mendefinisikan ilmu
perbandingan agama sebagai ilmu yang mengajarkan tentang agamaagama baik yang ada penganutnya di Negara kita maupun tidak ada,
baik agama missionari maupun bukan agama missionari.11
Kata “perbandingan” sering menimbulkan salah paham. Maksud
dari kata tersebut bukan membanding-bandingkan agama, tetapi lebih
kepada mempelajari berbagai agama atau banyak agama. Selain itu kata
“agama” yang dimaksud adalah agama dalam arti universal, yang tidak
ditujukan pada salah satu agama saja.
2. Tujuan, Sistem dan Metode dalam Memahami Ilmu Perbandingan
Agama
a. Tujuan Ilmu Perbandingan Agama
Sebagai suatu ilmu, perbandingan agama mempunyai beberapa
tujuan dalam mempelajarinya yaitu antara lain:12
1) Dapat menimbulkan tenaga dan pikiran untuk membandingkan
ajaran-ajaran
setiap
agama,
kepercayaan
dan
aliran-aliran
peribadatan yang ada.
2) Dapat membedakan ajaran-ajaran setiap agama atau kepercayaan
yang berkembang di masyarakat sehingga mudah unutk memahami
kehidupan batin, alam pikiran dan kecenderungan hati pelbagai umat
beragama.
3) Sebagai alat untuk memahami fungsi dan ciri-ciri agama, suatu ciri
naluri manusia.
4) Untuk memberikan kemungkinan bagi seseorang yang melibatkan
diri dalam studi agama tenntang apa arti pengalaman keagamaan dan
ekspresi apa yang ditimbulkannya.
10 Moh Rifai, Perbandingan Agama, Wicaksana, Semarang, 1984, hlm. 11.
11 Jirhanuddin, Op Cit, hlm. 4.
12 Ibid hlm. 10-11
5
5) Ilmu perbandingan agama tidak bertujuan untuk memperkuat dan
mengajarkan suatu kepercayaan. Jadi bila ada orang yang tidak
beragama kemudian belajar ilmu perbandingan agama tidak akan
menambah keyakinannaya karena belajar ilmu ini.
Bagi umat Islam, Ilmu perbandingan agama memiliki tujuan
sebagai berikut:13
1) Ilmu ini berguna bagi setiap muslim untuk mencari segi-segi
persamaan antara agama Islam dengan agama yang non-Islam. Hal
ini sangat berguna untuk perbandingan, untuk mengetahui di
manakah segi-segi dari agama Islam yang melebihi agama lain. Ini
berguna juga untuk menunjukkan bahwa agama-agama lain yang
datang sebelum Islam adalah pengantar terhadap kebenaran yang
lebih luas dan lebih penting, yaitu agama Islam.
2) Dengan membandingkan agama Islam dengan agama-agama lain,
maka akan timbul tugas mengajarkan kepercayaan belum mendapat
petunjuk tentang kebenaran, dan dengan demikian akan timbul rasa
tanggung jawab untuk menyiarkan kebenaran yang terkandung
dalam agama Islam kepada masyarakat yang ramai.
3) Dengan membandingkan agama-agama lain, tidak jarang bahwa hal
itu akan menyingkapkan cahaya yang terang kepada elemen-elemen
yang vital terhadap agama Islam, memperdalam keyakinan kita
tentang kebenaran-kebenaran yang terkandung dalam agama Islam,
dan memperingatkan kembali nilai-nilai Islam yang selama ini
kadang-kadang terlupakan atau kurang mendapat perhatian.
b. Sistem dan Metode Ilmu Perbandingan Agama
Secara etimologi, Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
yang sinkron, berisi komponen-komponen yang saling berkaitan satu
sama lainnya.14 Jika demikian penjabaran tentang sistem agama, maka
agama dapat dianalogikan sebagai suatu sistem. Sebagai sebuah sistem,
agama tentunya mempunyai komponen atau unsur yang saling terkait.
13 Moh Rifai, Op Cit, hlm. 12
14 Geddes & Grosset Ltd, Webster’s New Dictionary and Thesaurus, New Lanark,
Scotland, 1990, hlm. 558.
6
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa
unsur pokok: 15
1) Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada
keraguan lagi
2) Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3) Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan TuhanNya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama
sesuai dengan ajaran agama
4) Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan
yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5) Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.
Berdasar pada unsur pokok yang telah dipaparkan di atas, sebuah
agama sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal pokok yang menjadi
ruang lingkup ajarannya, yaitu (1) sistem kepercayaan, (2) sistem
peribadatan, dan (3) sistem perilaku. Ketiganya merupakan satu kesatuan
yang disebut agama, bahkan menjadi tolok ukur apakah suatu agama layak
disebut agama.
1) Sistem kepercayaan
Dimensi pertama dari agama adalah sistem kepercayaan. Sistem ini
mengandung
ajaran
tentang
ketuhanan
yang
menjadi
pokok
kepercayaan dalam beragama. Yang dimaksud dengan kepercayaan
ialah suatu keyakinan atau pengakuan terhadap eksistensi Tuhan yang
menciptakan dan menguasai manusia beserta seluruh alam semesta.
Sistem kepercayaan merupakan substansi utama agama, bahkan
menjadi dasar dalam beragama, karenanya kepercayaan dalam agama
tanpa perlu penyelidikan terlebih dahulu akan kebenarannya. Hal Inilah
yang membedakan antara keagamaan dan keilmuan. Keagamaan
berdasar
dari
kepercayaan,
sedang
keilmuan
berdasar
dari
ketidakpercayaan yang kemudian diteliti kebenarannya. Oleh karena
15 http://id.wikipedia.org/wiki/Agama diakses pada tanggal 9 Maret 2015 pukul 10.35
WIB.
7
itulah sistem kepercayaan merupakan unsur utama agama, bahkan bisa
dikatakan bukan agama jika tidak mengajarkan kepercayaan terhadap
eksistensi Yang Maha Agung.
2) Sistem peribadatan
Dimensi kedua dari agama adalah sistem peribadatan. Sistem ini
merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan, karena di dalamnya
berisi peraturan dan pedoman tentang tata cara berhubungan dengan
Tuhan, seperti peraturan dan tata cara penyembahan, pemujaan atau
doa-doa kepada-Nya. Jadi sistem peribadatan lebih terfokus pada
pengaturan tentang hubungan vertikal antara manusia dengan
Tuhannya.
Sistem peribadatan juga merupakan substansi atau unsur agama, di
samping sistem kepercayaan. Karena itu agama juga merupakan sumber
dari segala sumber pengetahuan tentang tata cara peribadatan serta
kewajiban lain yang harus diemban manusia sebagai bentuk pengabdian
atau penghambaan terhadap Sang Maha Pencipta. Dengan demikian
suatu agama tidak layak disebut sebagai agama jika ajarannya tidak
mengandung sistem peribadatan.
3) Sistem perilaku
Dimensi ketiga dari agama adalah sistem perilaku (code of
conduct). Sistem ini mengatur tata hubungan manusia secara horizontal,
atau yang lebih dikenal dengan sebutan akhlak (ethics). Dalam sistem
ini, agama merupakan sumber pendidikan kemanusiaan, yang
mengajarkan norma-norma atau nilai-nilai tentang baik dan buruk yang
menjadi pedoman dalam bertingkah laku yang luhur, baik terhadap
dirinya sendiri, terhadap sesama manusia, terhadap makhluk lain dan
seluruh alam semesta.
Kesimpulannya, sistem perilaku (akhlak) juga merupakan substansi
agama, di samping sistem kepercayaan dan sistem peribadatan. Dengan
kata lain, bukan agama jika ajarannya tidak mengedepankan aspek
perilaku (akhlak), sebab akhlak merupakan pokok ajaran yang paling
8
vital dan fundamental bagi kehidupan umat manusia, karena dalam
sistem perilaku inilah terletak jatidiri manusia.
Berangkat dari ketiga substansi agama tersebut dapatlah dipahami,
bahwa agama adalah totalitas dari sistem kepercayaan, sistem peribadatan
dan sistem perilaku yang menjadi pedoman hidup untuk mencapai tujuan
hidup yang hakiki, yaitu keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Inilah hakikat agama sebagai sebuah sistem.
Sebagai suatu ilmu, perbandingan agama pasti mengandung metode
atau pendekatan yang berguna untuk memperoleh data atau informasi guna
memudahkan pemahaman.
Menurut Jumhurul Umami, metode yang digunakan dalam penelitian
agama yaitu:16
6) Metode Relevan
Penelitian agama adalah penelitian tentang agama dalam arti
ajaran, belief (sistem kepercayaan) atau sebagai fenomena budaya dan
agama dalam arti keberagamaan, perilaku beragama atau sebagai
fenomena sosial. Karena itu diperlukan teori ilmiah yang relevan untuk
penelitian agama.
7) Metode teologis
Istilah teologi lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah teologi
berasal dari bahasa Yunani, theos dan logos yang berarti ilmu
ketuhanan. Pendekatan teologi dalam studi agama adalah pendekatan
iman untuk merumuskan kehendak tuhan berupa wahyu yang
disampaikan kepada Nabi-Nya agar kehendak tuhan itu dapat dipahami
secara dinamis dalam konteks ruang dan waktu. Pendekatan ini disebut
juga pendekatan normatif. Secara umum metode teologis dalam studi
agama bersifat normatif idealistik.
8) Metode Sosiologis
Pendekatan ini menggunakan logika-logika dan teori sosiologi baik
teori klasik maupun modern untuk menggambarkan fenomena sosial
16 Ahmad Choiron, Op Cit, hlm.15
9
keagamaan serta pengaruh suatu fenomena terhadap lain. Menurut
Keith A. Robert ada tiga pokok yang dipelajari oleh peneliti agama
dengan metode sosiologis yaitu: Kelompok-kelompok dan lembaga
keagamaan, perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut, dan
konflik antar kelompok agama.
9) Metode Antropologi
Metode ini dilakukan dengan cara menggali data tidak hanya
digunakan untuk meneliti masyarakat primitive melainkan juga
masyarakat yang kompleks dan maju. Menganalisa simbolisme dalam
agama dan mitos, serta mencooba mengembangkan metode baru yang
lebih tepat untuk studi agama dan mitos. Khususnya tentang
kebiasaannya, peribadatan, dan kepercayaan dalam hubungan-hubungan
sosial.
10) Metode Psikologis
Psikologi agama ialah cabang psikologi yang menyelidiki sebabdan ciri psikologis dari sikap-sikap beragama atau pengalaman religious
dan berbagai fenomena dalam individu yang muncul dari atau penyertai
sikap dan pengalaman tersebut.
Metode ini dilakukan dengan mempelajari motif-motif dan
tanggapan-tanggapan, reaksi-reaksi dari psike manusia, pengalaman
dalam berkomunikasi.
11) Metode Sejarah
Metode ini menfokuskan penelitian pada tiga hal yaitu: tentang
tokoh berpengaruh dalam suatu agama atau gerakan keagamaan,
mengenai naskah atau buku, dan penelitian arsip.
3. Pokok-pokok Ajaran Agama
Di dunia ini banyak sekali agama yang muncul dan eksis dalam
kehidupan manusia. Ada agama primitif dan kontemporer, ada agama
samawi dan non samawi dan ada pula agama non samawi dan ada pula
agama missioari maupun non missionari. Dari banyak agama tersebut
beberapa diantaranya termasuk dalam agama yang jumlah pengikutnya
10
banyak dan ada pula agama yang muncul kemudian hilang karena banyak
pengikutnya yang berbondong-bondong pindah ke agama lain. Berikut
agama-agama yang menjadi popular di dunia dan pokok-pokok ajarannya.
a.
Islam
Agama Islam merupakan agama samawi yang dibawa oleh
Nabi Muhammad saw sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat
bagi seluruh alam semesta. Kitab sucinya adalah al Qur’an dan
pemuka agamanya disebut Ulama’. Berikut pokok-pokok ajarannya:17
1) Rukun iman adalah kepercayaan Islam yang bersendi pada 6 hal
yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikatNya, Iman
kepada Kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasulNya, Iman kepada
Hari Akhir dan Iman kepada Qadha’ dan Qadar.
2) Rukun Islam adalah 5 rukun yang wajib dijalani oleh seorang
muslim mukallaf yaitu Mengucapkan dua kalimat syahadat,
mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan dan mengerjakan haji bagi yang mampu.\
3) Syari’at Ialah cara atau aturan atau kita biasanya menyebutnya
dengan undang-undang Islam. Syari’at Islam Islam bersumber dari
al Qur’an dan Hadits, dan dari Ijma’ (kesepakatan ulama’) dan
qiyas. Dalam syari’at ada 5 hukum yaitu, wajib, sunnah, haram,
makruh dan mubah.
b.
Kristen dan Katolik
Kristen adalah agama yang dibawa oleh Nabi Isa as. Awal
mulanya agama ini juga disebut agama nasrani. Kitab sucinya adalah
injil atau perjanjiann lama dan sekarang kita mengenalnya dengan
Bijbel atau perjanjian baru. Sedangkan pemuka agamanya disebut
pendeta untuk Kristen dan pastur untuk Katolik. Berikut pokok-pokok
ajarannya:18
17 Moh Rifai, Op Cit, hlm. 142-145.
18 Ibid, hlm. 49.
11
1) Syahadat 12 (Credo para Rasul) diantaranya “aku percaya akan
Allah, Bapa yang maha kuasa, pencipta langit dan bumi”, “dan
akan Yesus Kristus, Puteranya yang tunggal Tuhan kita”, “yang
dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria”.
2) Trinitas (tritunggal) adalah ajaran tentang 3 itu 1 dan 1 itu 3
dimana Bapa Allah, Anak Allah dan Roh Kudus adalah Tuhan.
c.
Hindu
Hindu adalah agama yang berkembang di India yang sejatinya
adalah agama Brahma yang sudah bercampur dengan anasir-anasir
agama Budha kebudayaan Dravida. Kitab sucinya adalah Weda dan
pemuka agamnya disebut Resi. Berikut pokok-pokok ajarannya:19
1) Triwarsa atau tigav cita-cita hidup yaitu Darma (kewajiban
terhadap aturan), Artha (kepentingan untuk mencari nafkah),
Karma (kesenangan hidup) dan untuk aliran kebatinan ditambah
dengan Mokhsa (kelepasan).
2) Kasta atau golongan-golongan eksklusif yang berdiri sendiri dalam
tatanan sosial yang berdasarkan pada kelahiran atau keturunan.
Kasta ada 4 dari yang tertinggi yaitu Brahmana, Ksatrya, Waisya
dan Sudra.
d.
Budha
Budha merupakan agama yang dibawa oleh Sidharta Gautama.
Kitab sucinya adalah Tripitaka. Agama ini terkenal dengan
penderitaannya untuk hidup sangat sederhana yang pemuka agamnya
disebut Biksu. Berikut pokok-pokok ajarannya:20
1) Dharma atau syahadat yaitu “saya berlindung diri di bawah
Budha”, “saya berlindung diri di bawah Dharma”, dan “saya
berlindung diri di bawah Sangha”.
2) Kenyataan Utama Empat Caryastyani atau disebut dengan
kebenaran yaitu, manusia hidup disertai penderitaan, yang
19 Ibid, hlm. 84.
20 Ibid, hlm. 95.
12
menyebabkan penderitaan adalah keinginan, penderitaan dapat
hilang dengan memadamkan keinginan dan memadamkan
keinginan tercapai melalui delapan jalan atau asta arya margha.
D. Analisa
Agama dewasa ini sering disebut sebagai fenomena maupun sebagai
budaya. Isu-isu sosial seperti adanya perang, adanya kemiskinan dan berbagai
penderitaan memunculkan satu statement dari kaum pragmatis yaitu
kemanakah agama itu? Mengapa masih ada peperangan, kemiskinan dan
kerusuhan lainnya jika agama itu ada kenapa tidak mendamaikan,
menentramkan dan mensejahterakan?.
Terlepas dari isu sosial di atas pemakalah menyadari bahwa manusia
butuh sekali akan agama. Karena sebagai tuntunan dan pedoman manusia
untuk menuju ke arah yang lebih baik. Tanpa agama manusia bagaikan anak
kecil yang terlantar.
Mengenai konflik atau terjadinya perselisihan karena agama. Misalnya
adanya konflik internal dalam agama Islam yang sering menjadikan
kerusuhan bahkan perpecahan adalah disebabkan oleh kesalahpahaman yang
mendalam. Agama begitu dogmatis dan kadang pengikut dari agama itu
terlalu fanatik sampai melupakan aspek sosialnya. Dalam Islam sumber
ajarannya satu yaitu al Qur’an dan Hadits. Kedua sumber tadi sifatnya
tekstual dan ada yang sangat butuh untuk diinterpretasikan. Dan dalam
penafsiran tadi atau secara kontekstual terjadi perbedaan hasil mengingat
manusia dibekali potensi yang berbeda-beda. Maka untuk itu ada baiknya kita
memahami perbedaan ini sebagai suatu rahmat jangan dijadikan bahan untuk
diperdebatkan maupun diperselisihkan.
Menurut analisa pemakalah mengutip dari pendapat Budhy Munawar
dalam bukunya Islam Pluralis yaitu “those who know only their only their
own religion, know none, those who are not decisively committed to one faith,
know no others and to be religious today is to be interreligious”. Pada intinya
dengan mengetahui perbedaan dan perasamaan berbagai agama kita
mengetahui banyak hal dan akan sangat menghargai perbedaan itu sebagai
13
perdamaian dan persatuan. Dan dengan mengetahui agama lain kita akan
semakin memahami kebenaran agama kita yaitu Islam. Wallahu ‘alam.
E. Kesimpulan
1. Ilmu perbandingan agama (al-Diraasat fii al-Diyaanat) merupakan
sebuah disiplin ilmu yang di dalamnya dilakukan perbandingan antara
berbagai agama, menyangkut sejarah ataupun doktrin, dengan didasarkan
pada asas tertentu.
2. Tujuan mempelajarinya adalah agar mengetahui perbedaan dan
persamaan dari berbagai agama sehingga kita bisa lebih menghargai
perbedaan dengan memahami orang lain. Sistem dalam agama ada 3
yaitu sistem kepercayaan, sistem peribadatan dan sistem perilaku.
Sementara metode yang dapat digunakan dalam mempelajari ilmu ini
adalah metode relevan, metode teologis, metode sosiologis, metode
antropologi, metode psikologis dan metode sejarah.
3. Pokok-pokok ajaran agama Islam adalah rukun Iman dan rukun Islam,
dalam agama Kristen dan Katolik adalah Credo para Rasul dan Trinitas,
dalam agama Hindu adalah Triwarsa dan tingkatan kasta, dan terakhir
agama budha adalahh Dgarma dan Empat Caryastyani dan 8 jalan mulia.
F.
Daftar Pustaka
Choiron. 2009. Perbandingan Agama KAjian Agama-agama dalam
Perspektif Komparatif, Kudus: STAIN Kudus
Geddes & Grosset Ltd. 1990. Webster’s New Dictionary and Thesaurus.
Scotland: New Lanark
Jirhanuddin. 2010. Perbandingan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kahmad, Dadang 2000. Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu
Perbandingan Agama: Pustaka Setia: Bandung
. 2002. Sosiologi Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moh Rifai. 1984. Perbandingan Agama, Semarang: Wicaksana
M. Quraish Shihab, 1996. Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhui atas Pelbagai
Persoalan Umat. Bandung: Mizan
14
Rahman, Budhy Munawar. 2004. Islam Pluralis Wacana Kesetaraan Kaum
Beriman. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Yusuf, Syamsu. 2003. Psikologi Belajar Agama. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
15
(Pengertian, Tujuan, Sistem dan Metode serta Pokok-Pokok
Ajaran Agama)
Makalah
Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Perbandingan Agama
Semester Genap Tahun 2015
Dosen Pengampu: Dr. H. Ahmad Choiron, M.Ag.
Disusun Oleh :
1. Aida Nurul Chafidhoh
2. Ida Ainur Rokhmawati
3. Malichatin Ningsih
4. Devi Syilvia
: 112005
: 112016
: 112020
: 112024
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
TAHUN 2015
A. Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk yang tercipta sempurna dengan akal, hati,
dan perasaan dituntut untuk menjadi seorang khalifah di bumi. Kehidupan di
dunia yang dinamis membuat manusia berlalu lalang di dalamnya untuk
menjaga keeksisannya di dunia agar bisa survive dan terus mendayagunakan
akalnya agar tercipta kesejahteraan bagi dirinya dan lingkungannya. Ilmu dan
teknologi memang mampu mencapai segalanya yang di dunia, namun ketika
manusia sudah mencapai di titik jenuh ada satu naluri yang harus dicermati
dan dikaji lagi yaitu naluri beragama.
Manusia menurut fitrahnya adalah makhluk agama. Sifat itu pada
dasarnya dari naluri alamiahnya untuk menyembah atau menghamba pada
suatu objek atau wujud yang dipandangnya lebih tinggi darinya atau
menguasainya. Naluri ini sebagaimana ditegaskan oleh al-Qur’an merupakan
penyaluran dari dorongan yang berada jauh di alam bawah sadarnya, yaitu
dorongan kembali kepada Tuhan.1Quraish Shihab menuturkan bahwa tidak
mudah mendefinisikan agama ketika sekarang ini kita menemukan kenyataan
bahwa agama amat beragam. Pandangan seseorang terhadap agama,
ditentukan oleh pemahamannya terhadap ajaran agama itu sendiri.2
Tidak bisa dipungkiri, agama berperan penting dalam kehidupan
manusia. Ia memberikan ketenangan, solusi, pencerahan maupun kemajuan
yang pesat dalam peradaban manusia. Akan tetapi fakta bahwa agama yang
ada dunia sangat banyak sekali dan perbedaan antara yang satu dan yang
lainnya tidak dapat terbantahkan. Perbedaan inilah yang dapat menyebabkan
adanya ketidakcocokan diantara penganut dan pelaksana agama yang ada di
dunia. Dan terkadang, ketidakcocokan itu menimbulkan perpecahan yang
berujung dengan adu senjata. Ini memang ironis karena setiap agama secara
substantif mengajarkan kebaikan tanpa kekerasan dan kedamaian kepada
sesama manusia. Interpretasi dari para pengikut agama itulah yang
1 Budhy Munawar Rahman,. Islam Pluralis Wacana Kesetaraan Kaum Beriman. Raja
Grafindo Persada, Jkarta, 2004, hlm. 17.
2 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan
Umat, MIzan, Bandung, 1996, hlm. 366.
1
menjadikan secara visual agama khususnya Islam tampak radikal, fanatis dan
penuh pemberontakan yang berbau kekerasan.
Pada hakikatnya, antara agama yang satu dan yang lainnnya pasti
memiliki kesamaan dan perbedaan dari berbagai apseknya, mulai dari aspek
kepercayaan, peribadatan, tingkah laku, nilai-nilai, hingga aspek sosial yang
mengajarkan cara berinteraksi dengan sesama manusia. Walaupun demikian,
pemakalah merasa bahwa yang paling penting dari hal-hal yang telah
dipaparkan di atas adalah memandang substansi agama sebagai suatu
kesatuan, bukan monoteis, politeis, paganis, samawi, atau non-samawi.
Berangkat dari hal tersebut, disini pemakalah akan menjabarkan tentang ilmu
perbandingan agama secara keseluruhan ditinjau dari berbagai aspeknya serta
garis besar dari ajaran pokok beberapa agama.
B. Perrmasalahan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan pokok-pokok
permasalahan sebagai berikut:
1. Mengapa kita kuliah ilmu perbandingan agama?
2. Bagaimana
tujuan,
sistem
dan
metode
dalam
memahami
ilmu
perbandingan
agama?
3. Bagaimana pokok-pokok ajaran dari agama-agama besar di Indonesia?
C. Pembahasan
1. Pengertian Ilmu Perbandingan Agama
a. Pengertian Agama
Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna haluan,
peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan. Pendapat lain, agama
berasal dari dua kata yaitu a dan Gama (bahasa sansakerta) yang berarti
tidak kacau. Selanjutnya ada pula yang mengatakan bahwa Gama
berarti tuntunan.3 Bisa berarti agama merupakan tuntutan hidup yang
dapat menghindarkan manusia dari kekacauan.
3 Jirhanuddin, Perbandingan Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 1.
2
Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain religi, religion
(Inggris), religie (Belanda) religio/relegare (Latin) dan ad-din (Arab).
Kata religion (bahasa Inggris) dan religie (bahasa Belanda) adalah
berasal dari bahasa induk dari kedua bahasa tersebut, yaitu bahasa Latin
“religio” dari akar kata “relegare” yang berarti mengikat. 4 Maknanya
melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian
yang berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulangulang. Sedangkan dari bahasa Arab, ad-din mempunyai arti lebih dari
satu yaitu hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan,
keputusan, dan pembalasan. Dengan demikian, ad-din merupakan
pengabdian dan penyerahan mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan
dengan upacara dan tingkah laku tertentu sebagai manifestasi ketaatan
tersebut.5
Menurut Emile Durkheim, Agama diartikan sebagai suatu
kumpulan keyakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan
pribadi juga sebagai pola kepercayaan-kepercayaan, sikap-sikap
emosional dan praktik-praktik yang dipakai oleh sekelompok orang
untuk mencoba memecahkan masalah dalam kehidupan, agama juga
diartikan sebagai pengalaman dunia dalam diri seseorang tentang
ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan. E.B Tylor menambahkan
bahwa Religion is belief in spiritual being (agama adalah kepercayaan
terhadap kekuatan gaib).6
Dalam pengertian ilmu sosial dan sejarah agama, agama adalah
gejala sosial umum yang memiliki dua segi yaitu segi kejiwaan
(psychological state) dan segi objektif (objective state). Segi kejiwaan
disini ialah kondisi subjektif yang ada dalam jiwa manusia berupa
perasaan yang dirasakan oleh penganut agama. Kondisi ini disebut juga
kondisi agama yaitu kondisi patuh kepada Yang disembah. Sedangkan
4 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 13.
5 Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar Agama, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2003, hlm.
10.
6 Ibid.
3
kondisi objektif merupakan segi luar atau kejadian objektif yang dapat
dipelajari dengan dilihat dari luar menggunakan metode ilmu sosial.
Segi ini mencakup adat-istiadat, upacara keagamaan, bangunan, tempattempat peribadatan, kepercayaan, cerita maupun prinsip yang dianut
oleh suatu masyarakat.7
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa agama adalah suatu
kepercayaan, keyakinan, a way of life, ajaran, doktrin, ritual, sikapsikap emosional yang memposisikan dirinya sebagai rambu-rambu
dalam kehidupan manusia serta sebagai suatu fitrah atau naluri yang
dimiliki manusia yang dalam hal ini harus dipenuhi karena bisa
memberikan solusi bagi permasalahan yang ada pada manusia.
b. Pengertian Ilmu Perbandingan Agama
Ilmu perbandingan agama (al-Diraasat fii al-Diyaanat) merupakan
sebuah disiplin ilmu yang di dalamnya dilakukan perbandingan antara
berbagai agama, menyangkut sejarah ataupun doktrin, dengan
didasarkan pada asas tertentu. Bagi seorang Muslim, perbandingan
agama harus didasarkan pada asas semangat dan keyakinan atas
kebenaran Islam di atas semua agama.8
Ilmu perbandingan agama (comparative religion) merupakan salah
satu cabang ilmu yang mempelajari agama-agama (religiouswisseschaft). Cabang ilmu agama lainnya adalah sejarah agama-agama
dan filsafat agama. Secara singkat perbedaan dari ketiganya adalah
dalam bidang kajiannya. Jika dalam sejarah agama-agama dan filsafat
agama memakai metode sejarah dan filsafat maka ilmu perbandingan
agama terfokus pada pemahaman fenomena keagamaan dalam sudut
pandang kajian ilmiah, bukan filsafat maupun teologis.9
Ilmu perbandingan agama juga didefinisikan sebagi ilmu yang
dapat mengetahui dan memahami gejala-gejala keagamaan dari suatu
7Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu Perbandingan Agama,
Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm. 22.
8Ahmad Choiron, Perbandingan Agama Kajian Agama-agama dalam Perspektif
Komparatif, Stain Kudus, Kudus, 2009, hlm. 9.
9Ibid, hlm.11
4
kepercayaan dalam hubungannya dengan agama yang lain yang
meliputi persamaan dan perbedaannya.10
Lebih spesisifk lagi Hasbullah Bakri mendefinisikan ilmu
perbandingan agama sebagai ilmu yang mengajarkan tentang agamaagama baik yang ada penganutnya di Negara kita maupun tidak ada,
baik agama missionari maupun bukan agama missionari.11
Kata “perbandingan” sering menimbulkan salah paham. Maksud
dari kata tersebut bukan membanding-bandingkan agama, tetapi lebih
kepada mempelajari berbagai agama atau banyak agama. Selain itu kata
“agama” yang dimaksud adalah agama dalam arti universal, yang tidak
ditujukan pada salah satu agama saja.
2. Tujuan, Sistem dan Metode dalam Memahami Ilmu Perbandingan
Agama
a. Tujuan Ilmu Perbandingan Agama
Sebagai suatu ilmu, perbandingan agama mempunyai beberapa
tujuan dalam mempelajarinya yaitu antara lain:12
1) Dapat menimbulkan tenaga dan pikiran untuk membandingkan
ajaran-ajaran
setiap
agama,
kepercayaan
dan
aliran-aliran
peribadatan yang ada.
2) Dapat membedakan ajaran-ajaran setiap agama atau kepercayaan
yang berkembang di masyarakat sehingga mudah unutk memahami
kehidupan batin, alam pikiran dan kecenderungan hati pelbagai umat
beragama.
3) Sebagai alat untuk memahami fungsi dan ciri-ciri agama, suatu ciri
naluri manusia.
4) Untuk memberikan kemungkinan bagi seseorang yang melibatkan
diri dalam studi agama tenntang apa arti pengalaman keagamaan dan
ekspresi apa yang ditimbulkannya.
10 Moh Rifai, Perbandingan Agama, Wicaksana, Semarang, 1984, hlm. 11.
11 Jirhanuddin, Op Cit, hlm. 4.
12 Ibid hlm. 10-11
5
5) Ilmu perbandingan agama tidak bertujuan untuk memperkuat dan
mengajarkan suatu kepercayaan. Jadi bila ada orang yang tidak
beragama kemudian belajar ilmu perbandingan agama tidak akan
menambah keyakinannaya karena belajar ilmu ini.
Bagi umat Islam, Ilmu perbandingan agama memiliki tujuan
sebagai berikut:13
1) Ilmu ini berguna bagi setiap muslim untuk mencari segi-segi
persamaan antara agama Islam dengan agama yang non-Islam. Hal
ini sangat berguna untuk perbandingan, untuk mengetahui di
manakah segi-segi dari agama Islam yang melebihi agama lain. Ini
berguna juga untuk menunjukkan bahwa agama-agama lain yang
datang sebelum Islam adalah pengantar terhadap kebenaran yang
lebih luas dan lebih penting, yaitu agama Islam.
2) Dengan membandingkan agama Islam dengan agama-agama lain,
maka akan timbul tugas mengajarkan kepercayaan belum mendapat
petunjuk tentang kebenaran, dan dengan demikian akan timbul rasa
tanggung jawab untuk menyiarkan kebenaran yang terkandung
dalam agama Islam kepada masyarakat yang ramai.
3) Dengan membandingkan agama-agama lain, tidak jarang bahwa hal
itu akan menyingkapkan cahaya yang terang kepada elemen-elemen
yang vital terhadap agama Islam, memperdalam keyakinan kita
tentang kebenaran-kebenaran yang terkandung dalam agama Islam,
dan memperingatkan kembali nilai-nilai Islam yang selama ini
kadang-kadang terlupakan atau kurang mendapat perhatian.
b. Sistem dan Metode Ilmu Perbandingan Agama
Secara etimologi, Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
yang sinkron, berisi komponen-komponen yang saling berkaitan satu
sama lainnya.14 Jika demikian penjabaran tentang sistem agama, maka
agama dapat dianalogikan sebagai suatu sistem. Sebagai sebuah sistem,
agama tentunya mempunyai komponen atau unsur yang saling terkait.
13 Moh Rifai, Op Cit, hlm. 12
14 Geddes & Grosset Ltd, Webster’s New Dictionary and Thesaurus, New Lanark,
Scotland, 1990, hlm. 558.
6
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa
unsur pokok: 15
1) Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada
keraguan lagi
2) Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3) Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan TuhanNya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama
sesuai dengan ajaran agama
4) Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan
yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5) Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.
Berdasar pada unsur pokok yang telah dipaparkan di atas, sebuah
agama sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal pokok yang menjadi
ruang lingkup ajarannya, yaitu (1) sistem kepercayaan, (2) sistem
peribadatan, dan (3) sistem perilaku. Ketiganya merupakan satu kesatuan
yang disebut agama, bahkan menjadi tolok ukur apakah suatu agama layak
disebut agama.
1) Sistem kepercayaan
Dimensi pertama dari agama adalah sistem kepercayaan. Sistem ini
mengandung
ajaran
tentang
ketuhanan
yang
menjadi
pokok
kepercayaan dalam beragama. Yang dimaksud dengan kepercayaan
ialah suatu keyakinan atau pengakuan terhadap eksistensi Tuhan yang
menciptakan dan menguasai manusia beserta seluruh alam semesta.
Sistem kepercayaan merupakan substansi utama agama, bahkan
menjadi dasar dalam beragama, karenanya kepercayaan dalam agama
tanpa perlu penyelidikan terlebih dahulu akan kebenarannya. Hal Inilah
yang membedakan antara keagamaan dan keilmuan. Keagamaan
berdasar
dari
kepercayaan,
sedang
keilmuan
berdasar
dari
ketidakpercayaan yang kemudian diteliti kebenarannya. Oleh karena
15 http://id.wikipedia.org/wiki/Agama diakses pada tanggal 9 Maret 2015 pukul 10.35
WIB.
7
itulah sistem kepercayaan merupakan unsur utama agama, bahkan bisa
dikatakan bukan agama jika tidak mengajarkan kepercayaan terhadap
eksistensi Yang Maha Agung.
2) Sistem peribadatan
Dimensi kedua dari agama adalah sistem peribadatan. Sistem ini
merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan, karena di dalamnya
berisi peraturan dan pedoman tentang tata cara berhubungan dengan
Tuhan, seperti peraturan dan tata cara penyembahan, pemujaan atau
doa-doa kepada-Nya. Jadi sistem peribadatan lebih terfokus pada
pengaturan tentang hubungan vertikal antara manusia dengan
Tuhannya.
Sistem peribadatan juga merupakan substansi atau unsur agama, di
samping sistem kepercayaan. Karena itu agama juga merupakan sumber
dari segala sumber pengetahuan tentang tata cara peribadatan serta
kewajiban lain yang harus diemban manusia sebagai bentuk pengabdian
atau penghambaan terhadap Sang Maha Pencipta. Dengan demikian
suatu agama tidak layak disebut sebagai agama jika ajarannya tidak
mengandung sistem peribadatan.
3) Sistem perilaku
Dimensi ketiga dari agama adalah sistem perilaku (code of
conduct). Sistem ini mengatur tata hubungan manusia secara horizontal,
atau yang lebih dikenal dengan sebutan akhlak (ethics). Dalam sistem
ini, agama merupakan sumber pendidikan kemanusiaan, yang
mengajarkan norma-norma atau nilai-nilai tentang baik dan buruk yang
menjadi pedoman dalam bertingkah laku yang luhur, baik terhadap
dirinya sendiri, terhadap sesama manusia, terhadap makhluk lain dan
seluruh alam semesta.
Kesimpulannya, sistem perilaku (akhlak) juga merupakan substansi
agama, di samping sistem kepercayaan dan sistem peribadatan. Dengan
kata lain, bukan agama jika ajarannya tidak mengedepankan aspek
perilaku (akhlak), sebab akhlak merupakan pokok ajaran yang paling
8
vital dan fundamental bagi kehidupan umat manusia, karena dalam
sistem perilaku inilah terletak jatidiri manusia.
Berangkat dari ketiga substansi agama tersebut dapatlah dipahami,
bahwa agama adalah totalitas dari sistem kepercayaan, sistem peribadatan
dan sistem perilaku yang menjadi pedoman hidup untuk mencapai tujuan
hidup yang hakiki, yaitu keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Inilah hakikat agama sebagai sebuah sistem.
Sebagai suatu ilmu, perbandingan agama pasti mengandung metode
atau pendekatan yang berguna untuk memperoleh data atau informasi guna
memudahkan pemahaman.
Menurut Jumhurul Umami, metode yang digunakan dalam penelitian
agama yaitu:16
6) Metode Relevan
Penelitian agama adalah penelitian tentang agama dalam arti
ajaran, belief (sistem kepercayaan) atau sebagai fenomena budaya dan
agama dalam arti keberagamaan, perilaku beragama atau sebagai
fenomena sosial. Karena itu diperlukan teori ilmiah yang relevan untuk
penelitian agama.
7) Metode teologis
Istilah teologi lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah teologi
berasal dari bahasa Yunani, theos dan logos yang berarti ilmu
ketuhanan. Pendekatan teologi dalam studi agama adalah pendekatan
iman untuk merumuskan kehendak tuhan berupa wahyu yang
disampaikan kepada Nabi-Nya agar kehendak tuhan itu dapat dipahami
secara dinamis dalam konteks ruang dan waktu. Pendekatan ini disebut
juga pendekatan normatif. Secara umum metode teologis dalam studi
agama bersifat normatif idealistik.
8) Metode Sosiologis
Pendekatan ini menggunakan logika-logika dan teori sosiologi baik
teori klasik maupun modern untuk menggambarkan fenomena sosial
16 Ahmad Choiron, Op Cit, hlm.15
9
keagamaan serta pengaruh suatu fenomena terhadap lain. Menurut
Keith A. Robert ada tiga pokok yang dipelajari oleh peneliti agama
dengan metode sosiologis yaitu: Kelompok-kelompok dan lembaga
keagamaan, perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut, dan
konflik antar kelompok agama.
9) Metode Antropologi
Metode ini dilakukan dengan cara menggali data tidak hanya
digunakan untuk meneliti masyarakat primitive melainkan juga
masyarakat yang kompleks dan maju. Menganalisa simbolisme dalam
agama dan mitos, serta mencooba mengembangkan metode baru yang
lebih tepat untuk studi agama dan mitos. Khususnya tentang
kebiasaannya, peribadatan, dan kepercayaan dalam hubungan-hubungan
sosial.
10) Metode Psikologis
Psikologi agama ialah cabang psikologi yang menyelidiki sebabdan ciri psikologis dari sikap-sikap beragama atau pengalaman religious
dan berbagai fenomena dalam individu yang muncul dari atau penyertai
sikap dan pengalaman tersebut.
Metode ini dilakukan dengan mempelajari motif-motif dan
tanggapan-tanggapan, reaksi-reaksi dari psike manusia, pengalaman
dalam berkomunikasi.
11) Metode Sejarah
Metode ini menfokuskan penelitian pada tiga hal yaitu: tentang
tokoh berpengaruh dalam suatu agama atau gerakan keagamaan,
mengenai naskah atau buku, dan penelitian arsip.
3. Pokok-pokok Ajaran Agama
Di dunia ini banyak sekali agama yang muncul dan eksis dalam
kehidupan manusia. Ada agama primitif dan kontemporer, ada agama
samawi dan non samawi dan ada pula agama non samawi dan ada pula
agama missioari maupun non missionari. Dari banyak agama tersebut
beberapa diantaranya termasuk dalam agama yang jumlah pengikutnya
10
banyak dan ada pula agama yang muncul kemudian hilang karena banyak
pengikutnya yang berbondong-bondong pindah ke agama lain. Berikut
agama-agama yang menjadi popular di dunia dan pokok-pokok ajarannya.
a.
Islam
Agama Islam merupakan agama samawi yang dibawa oleh
Nabi Muhammad saw sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat
bagi seluruh alam semesta. Kitab sucinya adalah al Qur’an dan
pemuka agamanya disebut Ulama’. Berikut pokok-pokok ajarannya:17
1) Rukun iman adalah kepercayaan Islam yang bersendi pada 6 hal
yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikatNya, Iman
kepada Kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasulNya, Iman kepada
Hari Akhir dan Iman kepada Qadha’ dan Qadar.
2) Rukun Islam adalah 5 rukun yang wajib dijalani oleh seorang
muslim mukallaf yaitu Mengucapkan dua kalimat syahadat,
mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan dan mengerjakan haji bagi yang mampu.\
3) Syari’at Ialah cara atau aturan atau kita biasanya menyebutnya
dengan undang-undang Islam. Syari’at Islam Islam bersumber dari
al Qur’an dan Hadits, dan dari Ijma’ (kesepakatan ulama’) dan
qiyas. Dalam syari’at ada 5 hukum yaitu, wajib, sunnah, haram,
makruh dan mubah.
b.
Kristen dan Katolik
Kristen adalah agama yang dibawa oleh Nabi Isa as. Awal
mulanya agama ini juga disebut agama nasrani. Kitab sucinya adalah
injil atau perjanjiann lama dan sekarang kita mengenalnya dengan
Bijbel atau perjanjian baru. Sedangkan pemuka agamanya disebut
pendeta untuk Kristen dan pastur untuk Katolik. Berikut pokok-pokok
ajarannya:18
17 Moh Rifai, Op Cit, hlm. 142-145.
18 Ibid, hlm. 49.
11
1) Syahadat 12 (Credo para Rasul) diantaranya “aku percaya akan
Allah, Bapa yang maha kuasa, pencipta langit dan bumi”, “dan
akan Yesus Kristus, Puteranya yang tunggal Tuhan kita”, “yang
dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria”.
2) Trinitas (tritunggal) adalah ajaran tentang 3 itu 1 dan 1 itu 3
dimana Bapa Allah, Anak Allah dan Roh Kudus adalah Tuhan.
c.
Hindu
Hindu adalah agama yang berkembang di India yang sejatinya
adalah agama Brahma yang sudah bercampur dengan anasir-anasir
agama Budha kebudayaan Dravida. Kitab sucinya adalah Weda dan
pemuka agamnya disebut Resi. Berikut pokok-pokok ajarannya:19
1) Triwarsa atau tigav cita-cita hidup yaitu Darma (kewajiban
terhadap aturan), Artha (kepentingan untuk mencari nafkah),
Karma (kesenangan hidup) dan untuk aliran kebatinan ditambah
dengan Mokhsa (kelepasan).
2) Kasta atau golongan-golongan eksklusif yang berdiri sendiri dalam
tatanan sosial yang berdasarkan pada kelahiran atau keturunan.
Kasta ada 4 dari yang tertinggi yaitu Brahmana, Ksatrya, Waisya
dan Sudra.
d.
Budha
Budha merupakan agama yang dibawa oleh Sidharta Gautama.
Kitab sucinya adalah Tripitaka. Agama ini terkenal dengan
penderitaannya untuk hidup sangat sederhana yang pemuka agamnya
disebut Biksu. Berikut pokok-pokok ajarannya:20
1) Dharma atau syahadat yaitu “saya berlindung diri di bawah
Budha”, “saya berlindung diri di bawah Dharma”, dan “saya
berlindung diri di bawah Sangha”.
2) Kenyataan Utama Empat Caryastyani atau disebut dengan
kebenaran yaitu, manusia hidup disertai penderitaan, yang
19 Ibid, hlm. 84.
20 Ibid, hlm. 95.
12
menyebabkan penderitaan adalah keinginan, penderitaan dapat
hilang dengan memadamkan keinginan dan memadamkan
keinginan tercapai melalui delapan jalan atau asta arya margha.
D. Analisa
Agama dewasa ini sering disebut sebagai fenomena maupun sebagai
budaya. Isu-isu sosial seperti adanya perang, adanya kemiskinan dan berbagai
penderitaan memunculkan satu statement dari kaum pragmatis yaitu
kemanakah agama itu? Mengapa masih ada peperangan, kemiskinan dan
kerusuhan lainnya jika agama itu ada kenapa tidak mendamaikan,
menentramkan dan mensejahterakan?.
Terlepas dari isu sosial di atas pemakalah menyadari bahwa manusia
butuh sekali akan agama. Karena sebagai tuntunan dan pedoman manusia
untuk menuju ke arah yang lebih baik. Tanpa agama manusia bagaikan anak
kecil yang terlantar.
Mengenai konflik atau terjadinya perselisihan karena agama. Misalnya
adanya konflik internal dalam agama Islam yang sering menjadikan
kerusuhan bahkan perpecahan adalah disebabkan oleh kesalahpahaman yang
mendalam. Agama begitu dogmatis dan kadang pengikut dari agama itu
terlalu fanatik sampai melupakan aspek sosialnya. Dalam Islam sumber
ajarannya satu yaitu al Qur’an dan Hadits. Kedua sumber tadi sifatnya
tekstual dan ada yang sangat butuh untuk diinterpretasikan. Dan dalam
penafsiran tadi atau secara kontekstual terjadi perbedaan hasil mengingat
manusia dibekali potensi yang berbeda-beda. Maka untuk itu ada baiknya kita
memahami perbedaan ini sebagai suatu rahmat jangan dijadikan bahan untuk
diperdebatkan maupun diperselisihkan.
Menurut analisa pemakalah mengutip dari pendapat Budhy Munawar
dalam bukunya Islam Pluralis yaitu “those who know only their only their
own religion, know none, those who are not decisively committed to one faith,
know no others and to be religious today is to be interreligious”. Pada intinya
dengan mengetahui perbedaan dan perasamaan berbagai agama kita
mengetahui banyak hal dan akan sangat menghargai perbedaan itu sebagai
13
perdamaian dan persatuan. Dan dengan mengetahui agama lain kita akan
semakin memahami kebenaran agama kita yaitu Islam. Wallahu ‘alam.
E. Kesimpulan
1. Ilmu perbandingan agama (al-Diraasat fii al-Diyaanat) merupakan
sebuah disiplin ilmu yang di dalamnya dilakukan perbandingan antara
berbagai agama, menyangkut sejarah ataupun doktrin, dengan didasarkan
pada asas tertentu.
2. Tujuan mempelajarinya adalah agar mengetahui perbedaan dan
persamaan dari berbagai agama sehingga kita bisa lebih menghargai
perbedaan dengan memahami orang lain. Sistem dalam agama ada 3
yaitu sistem kepercayaan, sistem peribadatan dan sistem perilaku.
Sementara metode yang dapat digunakan dalam mempelajari ilmu ini
adalah metode relevan, metode teologis, metode sosiologis, metode
antropologi, metode psikologis dan metode sejarah.
3. Pokok-pokok ajaran agama Islam adalah rukun Iman dan rukun Islam,
dalam agama Kristen dan Katolik adalah Credo para Rasul dan Trinitas,
dalam agama Hindu adalah Triwarsa dan tingkatan kasta, dan terakhir
agama budha adalahh Dgarma dan Empat Caryastyani dan 8 jalan mulia.
F.
Daftar Pustaka
Choiron. 2009. Perbandingan Agama KAjian Agama-agama dalam
Perspektif Komparatif, Kudus: STAIN Kudus
Geddes & Grosset Ltd. 1990. Webster’s New Dictionary and Thesaurus.
Scotland: New Lanark
Jirhanuddin. 2010. Perbandingan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kahmad, Dadang 2000. Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu
Perbandingan Agama: Pustaka Setia: Bandung
. 2002. Sosiologi Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moh Rifai. 1984. Perbandingan Agama, Semarang: Wicaksana
M. Quraish Shihab, 1996. Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhui atas Pelbagai
Persoalan Umat. Bandung: Mizan
14
Rahman, Budhy Munawar. 2004. Islam Pluralis Wacana Kesetaraan Kaum
Beriman. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Yusuf, Syamsu. 2003. Psikologi Belajar Agama. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
15