Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Bio-Matrixpriming Pratanam Terhadap Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merill) T1 512011014 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mutu fisiologis benih kedelai mengalami penurunan (deteriorasi) mutu yang
cepat selama masa simpan menuju musim tanam berikutnya. Hal ini dikarenakan
benih kedelai tidak memiliki masa dormansi tetapi memiliki kandungan protein
tinggi. Sebagai contoh, kedelai varietas Grobogan memiliki kandungan protein
hingga hampir setengah berat keringnya dan mutu fisiologis benih ini hanya dapat
bertahan sekitar 90 hari (Balitkabi, 2012).
Mutu fisiologis benih yang rendah akan berdampak pada rendahnya kualitas
perkecambahan dan ketahanan terhadap penyakit di awal budidaya. Salah satu
penyakit tersebut adalah rebah kecambah kedelai karena Fusarium sp. Penyakit ini
dapat mengurangi daya berkecambah benih kedelai hingga 40% (Begum, dkk., 2007).
Fusarium sp. sendiri dapat terbawa benih, mudah menyebar, dan sejauh ini belum
diketahui solusi tepat untuk mengendalikannya.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian agar benih kedelai tetap memiliki mutu
fisiologis dan ketahanan penyakit yang baik saat ditanam pada musim tanam
berikutnya. Sucahyono, dkk. (2013) telah membuktikan perlakuan matrixpriming
dengan media arang sekam dapat berpengaruh positif terhadap mutu fisiologis benih
kedelai hitam saat benih ditanam. Akan tetapi, perbaikan mutu fisiologis benih belum

menjamin benih tersebut tahan penyakit. Karenanya, bio-matrixpriming benih pratanam diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat. Bio-matrixpriming pada dasarnya
merupakan gabungan antara matrixpriming dengan mikroorganisme tertentu.
Mikroorganisme seperti Trichoderma harzianum dan mikroorganisme dalam EM4
diketahui dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman dan mampu
berperan ganda sebagai biokontrol patogen tanaman (Cleland, 1972, Gultom, 2008,
dan

Wididana,

2014).

Akan

tetapi,

penelitian

bio-matrixpriming

dengan


menggunakan kedua mikroorganisme potensial ini masih sangat terbatas. Dengan
demikian, pengaruh perlakuan bio-matrixpriming menggunakan T. harzianum dan
EM4 terhadap mutu fisiologis benih kedelai perlu diteliti lebih lanjut.

1

Aplikasi T. harzianum diharapkan melekat pada permukaan benih dan
bertumbuh di media tempat benih ditanam sehingga dapat meningkatkan mutu
fisiologis benih dengan menstimulasi pertumbuhan sekaligus ketahanan terhadap
patogen serta memberi perlindungan tambahan terhadap patogen termasuk Fusarium
sp.

Bio-matrixpriming

menggunakan

EM4

diharapkan


dapat

menstimulasi

pertumbuhan dan memberi pertahanan tambahan pada benih kedelai yang ditanam.
Di samping itu, bio-matrixpriming yang memadukan EM4 dengan T. harzianum
diharapkan dapat membuat benih kedelai menjadi paling vigor. Hal ini berdasar
dugaan terjadinya interaksi yang sinergis sehingga EM4 dan T. harzianum dapat
hidup bersama serta melekat pada permukaan benih sehingga keduanya dapat
memberi stimulasi pertumbuhan sekaligus memberi pertahanan tambahan pada benih.

1.2 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh bio-matrixpriming terhadap mutu fisiologis benih
kedelai.
2. Mengetahui perlakuan bio-matrixpriming yang paling baik meningkatkan mutu
fisiologis benih kedelai.
1.3 Signifikansi Penelitian
1. Dari segi ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
dan pengetahuan tentang pemanfaatan bio-matrixpriming untuk meningkatkan

mutu fisiologis benih kedelai pra-tanam.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
petani untuk melakukan perlakuan pra-tanam terhadap benih kedelai.
1.4 Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda, maka dalam penelitian ini
terdapat batasan-batasan sebagai berikut:
1. Bio-matrixpriming

pra-tanam

yang

dilakukan

adalah

matrixpriming

menggunakan media arang sekam dan air yang kemudian dilanjutkan dengan
penggunaan T. harzianum dan EM4 sebelum benih ditanam.

2. T. harzianum yang digunakan adalah T. harzianum yang dipasarkan dalam
bentuk kultur di media jagung.
3. EM4 yang digunakan adalah EM4 pertanian yang telah beredar di pasaran.
2

4. Benih kedelai (Glycine max (L.) Merill) yang digunakan adalah benih kedelai
kuning varietas Grobogan. Benih yang digunakan adalah benih yang dipanen
pada bulan Januari 2015.
5. Mutu fisiologis benih yang dimaksud adalah viabilitas dan vigor benih
termasuk ketahanan terhadap penyakit akibat Fusarium sp.
1.5 Model Hipotetik
X

Y

Keterangan :
X = Perlakuan bio-matrixpriming pra-tanam benih kedelai
Y = Mutu fisiologis benih kedelai
Gambar 1.1 Model Hipotetik


3

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan Pemberian Pupuk Cair

1 64 86

Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. (Merill)) di Lahan Kering Terhadap Pemberian Berbagai Sumber N

0 48 104

Tanggap Tanaman Kedelai (Glycine mca L. Merill.) Terhadap Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dan Rhizobium Pada Tanah Ultisol

1 22 102

Penapisan Varietas Kedelai Toleran (Glycine max (L) Merill)

0 23 85

Seleksi Massa Kedelai (Glycine max L. Merrill) Hasil Radiasi Sinar Gamma Pada Generasi M4

2 51 105

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Bio-Matrixpriming Pratanam Terhadap Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merill) T1 512011014 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Bio-Matrixpriming Pratanam Terhadap Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merill) T1 512011014 BAB IV

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Bio-Matrixpriming Pratanam Terhadap Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merill) T1 512011014 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Bio-Matrixpriming Pratanam Terhadap Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merill)

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Bio-Matrixpriming Pratanam Terhadap Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merill)

0 0 5