Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Bio-Matrixpriming Pratanam Terhadap Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merill)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan
a. Kadar air perkecambahan
b. Kadar air matrixpriming dengan perbandingan benih kedelai, media arang sekam,
dan air adalah 3 : 10 : 3 (b/b/v) selama 1,5 hari
c. Kadar air matrixpriming dengan perbandingan benih kedelai, media arang sekam,
dan air adalah 3 : 10 : 3 (b/b/v) selama 3 hari
Catatan: Ketika benih dikecambahkan secara UKDdp, perkecambahan benih
terhambat karena ada pertumbuhan Aspergillus sp. yang terbawa benih.
51
Lampiran 2. Kriteria Kecambah Normal dan Abnormal (Sutopo, 1984)
a. Kecambah Normal
1. Kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar
primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal, maka akar
ini tidak boleh kurang dari dua.
2. Perkembangan akar baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringannya.
3. Pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hujau dan tumbuh baik, di dalam
atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan tinggi yang sempurna dengan kuncup
yang normal.
4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah monokotil dan dua bagi dikotil.
5. Kekurangan yang ditolerir sebagai kecambah normal:
- Untuk kecambah Pisum, Vicia faba, Phaseolus, Lupinus, Vigna, Glycine,
Arachis, Gossypium, Zea, dan Cucurbitaceae, tanpa akar primer atau dengan
akar primer yang pendek ditambah dua akar seminal yang kuat. Akar boleh
memperlihatkan sedikit kerusakan atau kebusukan yang terbatas asal jaringan
penting tidak terganggu fungsinya.
- Untuk dikotil yang kehilangan satu kotiledonnya
- Kecambah yang busuk karena infeksi oleh kecambah lain masih dianggap
normal, kalau jelas bahwa sebelumnya bagian-bagian penting dari kecambah
itu semua ada.
b. Kecambah Abnormal
1. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah, dan akar primer yang
pendek.
2. Kecambah yang bentuknya cacat, perkembangannya lemah atau kurang seimbang
dari bagian-bagian yang penting. Plumula yang terputar, akar, tinggi, kotiledon yang
membengkok, akar yang pendek. Koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun,
kecambah yang kerdil.
3. Kecambah yang tidak membentuk klorofil.
4. Kecambah yang lunak.
52
Lampiran 3. Kecambah Kedelai Normal Setelah 3 Hari + 2 Hari (Sutopo, 1984)
Lampiran 4. Kecambah Kedelai Abnormal Setelah 3 Hari + 2 Hari
(Sutopo, 1984)
53
Lampiran 5. Kecambah Kedelai Vigor, Less Vigor, dan Non Vigor
(Sutopo, 1984)
Lampiran 6. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Kecambah Normal Per Etmal
Pada Uji Viabilitas dan Vigor Benih
Rata-Rata Pertambahan Jumlah Kecambah Normal
Perlakuan
K
M
E
T
ET
1 X 24
jam
2 x 24
jam
3 X 24
jam
4 X 24
jam
5 X 24
jam
6 X 24
jam
7 X 24
jam
8 X 24
jam
0
2.4
8.2
3.2
3.2
9.8
10.6
9
7
1.4
1.4
0.8
0.8
0.2
0.4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Lampiran 7. Komponen Kecambah Normal Pada Pengamatan Hari Ke-5
Perlakuan
Rata-Rata Jumlah Kecambah
Normal
Vigor
Kurang Vigor
K
11.2
1.20
10.00
M
13.6
1.80
11.80
E
18
7.40
10.60
T
10.6
3.40
7.20
5
0.80
4.20
ET
54
55
Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan
a. Kadar air perkecambahan
b. Kadar air matrixpriming dengan perbandingan benih kedelai, media arang sekam,
dan air adalah 3 : 10 : 3 (b/b/v) selama 1,5 hari
c. Kadar air matrixpriming dengan perbandingan benih kedelai, media arang sekam,
dan air adalah 3 : 10 : 3 (b/b/v) selama 3 hari
Catatan: Ketika benih dikecambahkan secara UKDdp, perkecambahan benih
terhambat karena ada pertumbuhan Aspergillus sp. yang terbawa benih.
51
Lampiran 2. Kriteria Kecambah Normal dan Abnormal (Sutopo, 1984)
a. Kecambah Normal
1. Kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar
primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal, maka akar
ini tidak boleh kurang dari dua.
2. Perkembangan akar baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringannya.
3. Pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hujau dan tumbuh baik, di dalam
atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan tinggi yang sempurna dengan kuncup
yang normal.
4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah monokotil dan dua bagi dikotil.
5. Kekurangan yang ditolerir sebagai kecambah normal:
- Untuk kecambah Pisum, Vicia faba, Phaseolus, Lupinus, Vigna, Glycine,
Arachis, Gossypium, Zea, dan Cucurbitaceae, tanpa akar primer atau dengan
akar primer yang pendek ditambah dua akar seminal yang kuat. Akar boleh
memperlihatkan sedikit kerusakan atau kebusukan yang terbatas asal jaringan
penting tidak terganggu fungsinya.
- Untuk dikotil yang kehilangan satu kotiledonnya
- Kecambah yang busuk karena infeksi oleh kecambah lain masih dianggap
normal, kalau jelas bahwa sebelumnya bagian-bagian penting dari kecambah
itu semua ada.
b. Kecambah Abnormal
1. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah, dan akar primer yang
pendek.
2. Kecambah yang bentuknya cacat, perkembangannya lemah atau kurang seimbang
dari bagian-bagian yang penting. Plumula yang terputar, akar, tinggi, kotiledon yang
membengkok, akar yang pendek. Koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun,
kecambah yang kerdil.
3. Kecambah yang tidak membentuk klorofil.
4. Kecambah yang lunak.
52
Lampiran 3. Kecambah Kedelai Normal Setelah 3 Hari + 2 Hari (Sutopo, 1984)
Lampiran 4. Kecambah Kedelai Abnormal Setelah 3 Hari + 2 Hari
(Sutopo, 1984)
53
Lampiran 5. Kecambah Kedelai Vigor, Less Vigor, dan Non Vigor
(Sutopo, 1984)
Lampiran 6. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Kecambah Normal Per Etmal
Pada Uji Viabilitas dan Vigor Benih
Rata-Rata Pertambahan Jumlah Kecambah Normal
Perlakuan
K
M
E
T
ET
1 X 24
jam
2 x 24
jam
3 X 24
jam
4 X 24
jam
5 X 24
jam
6 X 24
jam
7 X 24
jam
8 X 24
jam
0
2.4
8.2
3.2
3.2
9.8
10.6
9
7
1.4
1.4
0.8
0.8
0.2
0.4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Lampiran 7. Komponen Kecambah Normal Pada Pengamatan Hari Ke-5
Perlakuan
Rata-Rata Jumlah Kecambah
Normal
Vigor
Kurang Vigor
K
11.2
1.20
10.00
M
13.6
1.80
11.80
E
18
7.40
10.60
T
10.6
3.40
7.20
5
0.80
4.20
ET
54
55