Analisis Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidempuan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kemiskinan didefinisikan secara berbeda oleh para ahli karena kemiskinan
merupakan masalah yang multidimensi. Secara bahasa, kemiskinan berasal dari
kata dasar miskin yang artinya tidak memiliki harta benda dan serba kekurangan.
Pendapat lain mengatakan bahwa kemiskinan adalah orang atau kelompok orang
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup minimumnya (Kuncoro, 2010:9).
Besar dan kecilnya standar hidup minimum diukur dan tergantung dari
pendekatan mana yang akan digunakan. Dalam studi tentang kemiskinan terdapat
dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu menggunakan pendekatan objektif
atau menggunakan pendekatan subjektif (Rejekiningsih, 2011:13). Menggunakan
pendekatan objektif berarti mengukur kemiskinan berdasarkan ukuran yang telah
ditetapkan oleh pihak lain, baik oleh para ahli maupun oleh lembaga pemerintah.
Pengukurannya yaitu diukur dari tingkat kesejahteraan sosial sesuai dengan
standar kehidupan. Sedangkan menggunakan pendekatan subjektif berarti dalam
mengukur kemiskinan ditentukan oleh orang miskin itu sendiri, yaitu tingkat
kesejahteraan sosial orang miskin dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan
orang kaya yang ada di lingkungannya. Sehingga dalam mengukur kemiskinan
dengan pendekatan subjektif ini akan lebih luas dibandingkan dengan pendekatan

objektif karena akan banyak orang miskin apabila kemiskinan dinilai berdasarkan
pendapat atau pandangan orang miskin itu sendiri.

1
Universitas Sumatera Utara

2

Masalah kemiskinan selalu muncul terutama pada negara-negara yang
sedang berkembang maupun pada Negara miskin itu sendiri. Tingginya
kemiskinan menunjukkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu
Negara. Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi suatu Negara salah
satunya dilihat dari kemampuan dalam mengatasi masalah kemiskinan (Todaro &
Smith, 2006: 6).
Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang banyak dihadapi oleh
negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kemiskinan menyangkut suatu
kondisi kekurangan dari sebuah tuntutan kehidupan yang paling minimum,
khususnya dari aspek konsumsi, pendapatan, dan kebutuhan sosial. Kekurangan
dalam aspek konsumsi mencakup kekurangan pangan sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kekurangan dalam aspek kebutuhan sosial

adalah ketergantungan dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat termasuk dalam bidang pendidikan dan informasi.
Tabel. 1.1. Angka Kemiskinan Indonesia Periode Tahun 2012-2014
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
Tingkat Kemiskinan (%)
2012
29.136.778
11,96
2013
28.173.654
11,36
2014
28.289.512
11,46
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun,
yang diperlihatkan pada Tabel 1.1. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin
sebesar 29,13 juta orang (11,96%), pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin
sebesar 28,17 juta orang (11,36%) artinya ada penurunan sebesar 0,96 juta orang

(0,60%), kemudian pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin sebesar 28,28 juta

Universitas Sumatera Utara

3

orang (11,46%) yang artinya pada tahun 2014 terjadi lagi peningkatan jumlah
penduduk miskin sebesar 0,11juta orang (0,10%).
Tabel. 1.2. Angka Kemiskinan Provinsi Sumatera Utara Periode Tahun
2012-2014
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
Tingkat Kemiskinan (%)
2012
1.400.453
10,41
2013
1.416.490
10,39
2014

1.360.711
9,85
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.
Fluktuasi tersebut juga terjadi di Provinsi Sumatera Utara. Jumlah
penduduk miskin di sumatera Utara dari tahun 2012 sampai 2014 mengalami
penurunan.
Tabel. 1.3. Angka Kemiskinan Kota Padangsidempuan
Periode Tahun 2012-2014
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
Tingkat Kemiskinan (%)
2012
19.240
9,60
2013
18.443
9,04
2014
17.650
8,52

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Padangsidimpuan
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera
Utara, jumlah penduduk miskin di Kota Padangsidempuan pada tahun 2012
sebesar 19.240 jiwa dan menurun menjadi 18.443 jiwa pada tahun 2013. Pada
tahun 2014 angka tersebut mengalami penurunan lagi menjadi 17.650. Jika dilihat
secara persentase, ternyata tingkat kemiskinan di Kota Padangsidempuan relatif
rendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Sumatera Utara, dimana
angka kemiskinan penduduk kota Padangsidempuan menempati urutan ke 7 yang
mengenai kemiskinan penduduknya dari 33 kabupaten/kota yang terdapat di
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

4

Kemiskinan juga merupakan alasan rendahnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih
sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di
dunia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai salah satu indikator yang
digunakan dalam pengukuran kemiskinan diperkenalkan oleh United Nations

Development Programs (UNDP).
Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data
tahun 2002, angka Human Development Index (HDI) Indonesia adalah 0,692.
Kondisi IPM Indonesia berada pada urutan ke 111 dari 175 negara. Meningkat
satu peringkat dibandingkan kondisi IPM tahun 2003, yang menempatkan
Indonesia pada urutan 112, dari 175 negara. Posisi ini masih sangat jauh tertinggal
dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang lain. IPM Malaysia berada
pada urutan ke 59. Thailand pada posisi 76 bahkan Philipina yang diasumsikan
sebagai negara yang cukup miskin, menempati urutan 83, masih jauh di atas
Indonesia. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia hanya berada satu peringkat
di atas Vietnam, negara yang baru saja keluar dari konflik politik yang panjang
akibat perang saudara yang tidak berkesudahan.
Kota Padangsidimpuan sebagai salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara
menghadapi masalah yang tidak sederhana dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan Kota Padangsidimpuan memiliki
jumlah penduduk yang besar serta pengaruh migrasi dan urbanisasi. Jumlah
penduduk dapat menjadi beban dalam proses pembangunan.

Universitas Sumatera Utara


5

Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 kecamatan, yaitu kecamatan
Padangsidimpuan Utara, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Batunadua,
Padangsidimpuan

Hutaimbaru,

Padangsidimpuan

Tenggara,

dan

Padangsidimpuan Angkola Julu.
Menurut

data

BPS


Padangsidempuan,

jumlah

penduduk

Kota

Padangsidempuan pada tahun 2014 sebesar 209.796 jiwa.. Jumlah tersebut
mendiami wilayah seluas 114,66 km2 sehingga secara rata-rata kepadatan
penduduk Kota Padangsidempuan adalah 1.830 jiwa per km 2. Jumlah penduduk
yang besar berdampak dalam penyediaan infrastruktur serta lapangan pekerjaan
yang memadai. Selain itu, jumlah penduduk yang besar menjadi beban dalam
proses pembangunan jika berkualitas rendah karena akan meningkatkan
kemiskinan di Kota Padangsidempuan.
Antara pertumbuhan penduduk yang terus meningkat serta tersedianya
lapangan pekerjaan mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat
kaitannya. Faktor pertumbuhan penduduk berpengaruh pula terhadap penambahan
angkatan kerja sehingga kesempatan kerja menjadi lebih terbatas penyediannya.

Akibat yang dirasakan adalah timbulnya tenaga kerja yang menganggur atau
masalah pengangguran.
Angkatan kerja di Kota Padangsidempuan pada tahun 2014 mencapai
171.692 jiwa, sebanyak 120.579 jiwa (70,23%) diantaranya bekerja dan 51.116
jiwa (29,77%) menganggur. Diantara jumlah penduduk yang menganggur
sebanyak (7,2%) sedang mencari pekerjaan dan (18,6%) murni tidak bekerja

Universitas Sumatera Utara

6

karena alasan merasa tidak mungkin mendapatkan kerja dan alasan merasa sudah
cukup.
Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah dalam pembangunan di
Kota Padangsidempuan. Pemerintah Kota Padangsidempuan telah melakukan
beberapa kebijakan dalam proses penanggulangan kemiskinan tersebut. Beberapa
hal yang harus diketahui oleh pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan
adalah karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidempuan. Karakteristik
rumah tangga menjadi salah satu ukuran dalam melihat kemiskinan dan
mempermudah pemerintah dalam proses pembuatan kebijakan penanggulangan

kemiskinan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang kemiskinan rumah tangga dengan judul “Analisis Tingkat
Kemiskinan Rumah Tangga Di Kota Padangsidimpuan”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka ditentukanlah beberapa
permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana potret kemiskinan Kota Padangsidempuan berdasarkan
karakteristik rumah tangga miskin?
2. Bagaimana hubungan antara status kemiskinan dengan status pekerjaan di
Kota Padangsidempuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin?
3. Apa saja karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dan tidak
miskin di Kota Padangsidempuan berdasarkan karakteristik rumah tangga
miskin?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis potret kemiskinan
Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin.


Kota

Universitas Sumatera Utara

7

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara status kemiskinan
dengan status pekerjaan di Kota Padangsidempuan berdasarkan
karakteristik rumah tangga miskin.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik yang membedakan
rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Padangsidempuan
berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
1. Bagi pemerintah pusat dan Kota Padangsidempuan sebagai pembuat
kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan
pengentasan kemiskinan di Indonesia secara umum dan Kota
Padangsidempuan khususnya.
2. Bagi penulis berguna sebagai sarana untuk mendapatkan pengalaman
ilmiah dan sarana implementasi dari teori-teori yang diajarkan.
3. Sebagai bahan informasi, perbandingan, dan masukan bagi kalangan
akademisi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara