ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA NELAYAN OBOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA NELAYAN OBOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

FADILAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA NELAYAN OBOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Fadilah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pendapatan rumah tangga, (2) Pengeluaran pangan dan non pangan, dan (3) Tingkat kemiskinan nelayan obor di Kota Bandar Lampung. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan di Kota Bandar Lampung pada Bulan Maret-Mei 2013. Pengambilan sampel nelayan obor berdasarkan snowball sampling. Jumlah responden sebanyak 43 orang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif tentang analisis pendapatan rumah tangga, analisis pengeluaran konsumsi, dan analisis tingkat kemiskinan berdasarkan kriteria Sajogyo (1983).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pendapatan rumah tangga nelayan obor bersumber dari kegiatan perikanan sebesar Rp 18.286.552,00/tahun dan luar perikanan sebesar Rp 7.113.024,00/tahun sehingga didapat rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan obor adalah sebesar Rp 25.399.576,00/tahun,

(2) Pengeluaran konsumsi nelayan masih banyak pada pengeluaran pangan sebesar 63,35 persen dibandingkan dengan pengeluran non panga 36,65 persen, (3) Berdasarkan kriteria Sajogyo, sebesar 2,33 persen, miskin sebesar 9,33 persen, dan tidak miskin sebesar 88,37 persen.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang dan Masalah... 1

B.Tujuan Penelitian... ... 5

C.Kegunaan Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

A.Tinjauan Pustaka ... 7

a. Konsep Kemiskinan ... 7

b. Pengeluaran Konsumsi ... 9

c. Teori Pendapatan... ... 15

d. Nelayan... ... 18

B.Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

C.Kerangka Pemikiran... 24

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A.Konsep Dasar ... 28

B. Definisi Operasional ... 30

C.Metode Penentuan Lokasi dan Responden... . 33

D.Metode Pengumpulan Data... ... 35

E. Metode Analisis... ... 35

a. Pendapatan Rumah Tangga Nelayan ... 36

b. Pengeluaran Konsumsi ... 37


(6)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 39

A.Keaadaan Umum Kota Bandar Lampung………. 39

B.Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 41

C.Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 42

a. Letak dan Luas Daerah ... 42

b. Keadaan Penduduk ... 43

c. Potensi Perikanan ... 44

d. Sarana dan Prasarana ... 45

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A.Keadaan Umum Nelayan Responden ... ... 47

a. Umur Responden... 47

b. Tingkat Pendidikan Responden ... 48

c. Pengalaman Kerja Nelayan Obor ... 49

d. Pekerjaan Sampingan Nelayan Obor ... 49

e. Jumlah Anggota dan Pengeluaran Rumah Tangga ... 50

f. Suku ... 51

B. Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Obor ... ... 52

a. Usaha Penangkapan Ikan ... 52

b. Pendapatan Nelayan Obor di Luar Perikanan ... 57

c. Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Obor ... 59

C.Pengeluaran Konsumsi Pangan dan Non Pangan ... 61

D.Tingkat Kemiskinan ... 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya terkandung kekayaan hayati sumberdaya ikan, yang apabila potensi tersebut dikelola dengan baik, seharusnya dapat mensejahterakan masyarakat perikanan, khususnya nelayan sebagai pelaku utama dalam pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar masyarakat pesisir masih merupakan masyarakat tertinggal dibandimg komunitas masyarakat lain. Hal ini disebabkan karena tingkat

pendidikan mereka masih rendah. Pendidikan merata dan bermutu baik melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah akan berdampak pada kecerdasan dan kesejahteraan nelayan (Syandri, 2007).

Tingkat pendidikan nelayan yang rendah dapat dilihat pada hasil

penelitian Pratama, Iwang, dan Ine (2012) di Kabupaten Belitung Timur yaitu dari 50 nelayan responden diketahui 44 persen tidak tamat SD, 36 persen SD, 14 persen SLTP dan 3 persen SMA dan hasil penelitian Hendrik (2011) di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau yaitu rata-rata nelayan dengan tingkat pendidikan 1-6 tahun merupakan


(8)

menamatkan pendidikan tingkat sekolah dasar (SD), sedangkan tingkat pendidikan 10-12 tahun merupakan tingkat pendidikan terkecil 2,78 persen atau hanya menamatkan pendidikan SLTP.

Provinsi lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi cukup besar untuk sumber daya perikanan laut dengan Bandar Lampung sebagai kota yang memiliki potensi perikanan ketiga dengan jumlah 23.665,84 ton/tahun setelah Kabupaten Lampung Selatan sebesar 35.476,26 ton/tahun dan Lampung Timur sebesar 37.520,67 ton/tahun ( Badan Pusat statistik, 2012).

Nelayan yang terdapat di kota Bandar Lampung memiliki areal

penangkapan yang berbeda-beda berdasarkan armada yang dimilki oleh setiap para nelayan. Areal penangkapan ikan di lakukan di sekitar Teluk Lampung menggunakan armada perahu tanpa motor sedangkan areal penangkapan ikan yang dilakukan di sekitar perairan Selat Sunda, Laut Jawa dan Samudra Hindia menggunakan kapal bermotor (motor tempel dan kapal motor) (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung, 2011). Data jumlah nelayan per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah nelayan per kecamatan di Kota Bandar Lampung 2011 Kecamatan

Nelayan penangkapan

Nelayan

Pengolah Pemasar

Teluk Betung Barat Teluk Betung Selatan Panjang

7.268 7.560 3.668

895 - -

182 468 -


(9)

Jumlah nelayan di daerah Teluk Betung Selatan merupakan jumlah

nelayan yang paling banyak dibandingkan di daerah lain. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan kepemilikan alat tangkap, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Dari ketiga kelompok ini, kemiskinan nelayan cenderung dialami oleh nelayan perorangan dan nelayan buruh karena kedua jenis kelompok itu jumlahnya mayoritas dan citra kemiskinan melekat pada kehidupannya (Sopakua, 2008). Nelayan-nelayan kecil/tradisional seperti nelayan perorangan sangat bergantung dengan sumber pendapatan langsung dari laut yang dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Sehingga setiap pendapatan harian dari laut merupakan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga pada hari itu. Tidak mendapatkan

penghasilan dari laut tiap mereka melaut berarti tidak mendapatkan hasil untuk memenuhi kebutuhan keluarga pada hari itu (Samosir, 2009).

Nelayan obor termasuk dalam jenis nelayan tradisional yaitu nelayan perorangan yang dalam kegiatan menangkap ikan tidak membutuhkan bantuan orang lain, serta menggunakan alat tangkap dan perahu yang masih sederhana (tradisional). Jika dilihat dari tempat tinggal nelayan obor yang semi permanen, rumah tangga nelayan obor termasuk miskin dan belum sejahtera. Menurut Kusnadi (2003), kemiskinan dan rendahnya derajat kesejahteraan sosial menimpa sebagian besar nelayan tradisional


(10)

dan nelayan buruh yang merupakan kelompok sosial terbesar dalam populasi masyarakat nelayan.

Kecamatan Teluk Betung Selatan dipilih sebagai lokasi penelitian karena bukan saja jumlah nelayannya yang banyak tetapi juga karena merupakan salah satu kecamatan yang tingkat rumah tangga pra sejahteranya tinggi, yaitu berjumlah 8.181 kepala keluarga dibandingkan dengan Teluk Betung Barat 4.669 kepala keluarga dan Panjang sebesar 4.991 kepala keluarga (BPS, 2011b). Keluarga prasejahtera terjadi karena belum dapat

terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan dasar bagi anak usia sekolah. Belum terpenuhinya kebutuhan dasar ini

bergantung terhadap tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan nelayan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Syechalad dan Rachmad (2009), faktor harga ikan memiliki pengaruh paling dominan bila dibandingkan dengan modal kerja, jam kerja melaut, dan teknologi.

Ikan yang biasa didapat oleh nelayan obor ialah jenis ikan tanjan dengan harga rata-rata (Rp 8.400,00/kg) dan bleberan dengan harga rata-rata (Rp 7.700,00/kg). Harga ini dibandingkan dengan harga jenis ikan lain termasuk paling murah, sedangkan jenis ikan yang biasa didapat oleh kapal motor besar seperti tongkol dengan harga rata-rata (Rp

13.400,00/kg), kembung dengan harga rata-rata (Rp 18.260,00/kg) dan bentong dengan harga rata-rata (Rp 25.800,00/kg). Harga ikan ini adalah rata-rata harga di tingkat produsen ikan di Kota Bandar Lampung lima


(11)

tahun terakhir (BPS, 2012). Harga ikan yang rendah dan produksi yang terbatas menyebabkan pendapatan nelayan obor atau perahu motor tempel lebih rendah dibandingkan dengan kapal motor besar yang jumlah

produksinya lebih besar.

Pendapatan rumah tangga nelayan akan menentukan pengeluaran konsumsi dan tingkat kemiskinan akan tetapi sampai saat ini belum diketahui seberapa besar pendapatan rumah tangga, pengeluaran konsumsi serta tingkat kemiskinan nelayan obor. Oleh sebab, itu dibutuhkan suatu kajian yang ditujukan untuk mengetahui besaran pendapatan rumah tangga nelayan obor. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat pendapatan rumah tangga nelayan di Kota Bandar Lampung?

2. Bagaimana pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan di Kota Bandar Lampung?

3. Bagaimana tingkat kemiskinan rumah tangga nelayan di Kota Bandar Lampung?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian mengenai pendapatan, pengeluaran konsumsi dan tingkat kemiskinan rumah tangga nelayan adalah sebagai berikut :


(12)

(2) Menganalisis pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan di Kota Bandar Lampung

(3) Menganalisis tingkat kemiskinan rumah tangga nelayan di Kota Bandar Lampung

C. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi rumah tangga nelayan dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

2. Sebagai pertimbangan pemerintah dalam membantu meningkatkan produksi perikanan untuk dapat mengurangi tingkat kemiskinan rumahtangga.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis atau kelanjutannya di masa yang akan datang.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

a. Konsep Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebab-kan oleh adanya kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, atau pun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan (Retnowati, 2011). Defenisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural, dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang (Sudantoko, 2009).

Penyebab kemiskinan nelayan menurut Kusnadi (2003) dibagi menjadi dua yaitu


(14)

(1) Internal

Kemiskinan yang bersifat internal berkaitan dengan sumber daya nelayan dan aktivitas kerja.

a. Keterbatasan kualitas sumber daya manusia nelayan.

b. Keterbatasan kemam-puan modal usaha dan teknologi penangkapan. c. Hubungan kerja dalam organisasipenangkapan yang seringkali kurang

menguntungkan buruh.

d. Kesulitan melakukan diversifikasi usahapenangkapan. e. Ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut.

f. Gaya hidup yang dipandang boros,sehingga kurang berorientasi ke masa depan.

(2) Eksternal

a. Kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dan parsial.

b. Sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara.

c. Kerusakan ekosistem pesisir dan lautkarena pencemaran dari wilayah darat, praktek penangkapan ikan dengan bahan kimia, peusakan terumbu karang,dan konversi hutan bakau di kawasan pesisir. d. Penggunaan peralatan tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan. e. Penegakan hukum yang lemah terhadap perusak lingkungan. f. Terbatasnya teknologi pengolahan pasca panen.


(15)

g. Terbatasnya peluang kerja di sektor non perikanan yang tersedia di desa nelayan.

h. Kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun.

i. Isolasi geografis desa nelayan yang mengganggu mobilitas barang, jasa, modal dan manusia.

b. Pengeluaran Konsumsi

Dumairy (2004) mengatakan konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa. Pembelanjaan atas makanan, pakaian, dan barang-barang-barang-barang kebutuhan lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan memenuhi kebutuhan dinamakan barang konsumsi. Badan Pusat Statistik (2007b) mendefinisikan pola konsumsi rumah tangga sebagai proporsi pengeluaran rumah tangga yang dialokasikan untuk kebutuhan pangan dan non pangan. Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga/keluarga. Selama ini berkembang pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat

memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut.

Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rumah tangga/keluarga akan semakin sejahtera


(16)

bila persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran untuk non makanan (BPS, 2011a).

Pengeluaran konsumsi kelompok makanan terdiri dari:

a. Makanan, yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan dan udang segar dan sejenisnya, ikan dan udang yang diawetkan dan sejenisnya, daging segar, daging yang diawetkan, hasil ikutan daging, telur dan susu, sayur-sayuran,kacang-kacangan, buah-buahan, bahan minuman, bumbu-bumbuan, dan konsumsi bahan makanan lainnya.

b. Makanan dan minuman jadi.

c. Tembakau dan sirih, yang meliputi rokok putih, rokok kretek, cerutu dan tembakau.

Pengeluaran untuk kelompok bukan makanan terdiri dari: a. Perumahan, bahan bakar, air dan penerangan.

b. Aneka barang dan jasa.

c. Pakaian, alas kaki dan tutup kepala. d. Pajak dan asuransi.

e. Keperluan untuk pesta dan upacara (BPS, 2011a).

Pada umumnya pola konsumsi makanan di Indonesia masih mengandalkan sebagian besar dari konsumsi makanan pada makanan pokok. Makanan pokok yang umumnya digunakan adalah seperti beras, jagung,umbi-umbian

(singkong dan ubi jalar), dan sagu. Disamping makanan pokok, penduduk Indonesia juga memakan lauk, sayuran, dan buah-buahan. Pada lauk hewani,


(17)

penduduk Indonesia relatif lebih banyak makan ikan daripada dagingdan telor (Almatsier,2006).

Rumahtangga yang mempunyai pendapatan tinggi akan mempunyai

kesempatan lebih besar untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu, jumlah, dan ragam baik barang maupun jasa yang akan dibeli rumah tangga sedangkan untuk rumah tangga yang mempunyai pendapatan yang rendah, sebagian besar pendapatannya akan dialokasikan untuk membeli barang kebutuhan primer (pokok) dan hanya sebagian kecil untuk membeli barang kebutuhan sekunder (Anggraeni dan Retno, 2005).

Pola konsumsi khususnya konsumsi pangan rumahtangga merupakan salah satu faktor penentu tingkat kesehatan dan kecerdasan serta produktivitas rumah tangga. Dari sisi norma gizi terdapat standar minimum jumlah makanan yang dibutuhkan seorang individu agar dapat hidup sehat dan aktif beraktivitas. Enerji dan protein yang dibutuhkan oleh setiap individu per hari adalah sebesar 2200 Kkal/kapita/hari dan 46,2 gram/kapita/hari. Kekurangan konsumsi bagi seseorang dari standar minimum umumnya akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan aktivitas serta produktivitas kerja. Dalam jangka panjang kekurangan konsumsi pangan dari sisi jumlah dan kualitas (terutama pada anak balita) akan berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia (Rachman dan Supriyati, 2004).

Secara umum kebutuhan konsumsi/pengeluaran rumah tangga berupa kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangan, dimana kebutuhan keduanya berbeda. Pada kondisi pendapatan yang terbatas, lebih dahulu mementingkan


(18)

kebutuhan konsumsi pangan, sehingga dapat dilihat pada kelompok

masyarakat dengan pendapatan rendah, sebagian besar pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Namun demikian, seiring dengan pergeseran dan peningkatan pendapatan, proporsi pengeluaran untuk makan akan menurun dan meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan non pangan (Sugiarto, 2008).

Kebutuhan manusia itu berjenjang yang artinya, jika kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan yang ke dua. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga seterusnya sampai tingkat kebutuhan yang kelima (Setiadi, 2003).

Menurut Setiadi (2003) teori kebutuhan Maslow adalah bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah ialah kebutuhan fisiologis dan tingkat tertinggi ialah kebutuhan akan

perwujudan diri (self-actualization needs). Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain:

a. Kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit. b. Keselamatan dan keamanan yaitu kebutuhan akan kebebasan dari

ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lingkungan. c. Rasa memiliki, sosial dan cinta yaitu kebutuhan akan teman, afiliasi,

interaksi, dan cinta.

d. Harga diri yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.


(19)

e. Perwujudan diri (yaitu kebutuhan akan memenuhi diri sendiri dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian, dan potensi (Setiadi, 2003).

Menurut Rahardja dan Mandala (2008) banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut di klasifikasikan menjadi tiga besar yaitu

(1) Faktor-faktor ekonomi

Empat faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi yaitu a. Pendapatan rumah tangga

Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi, karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.

b. Kekayaan rumah tangga

Kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (rumah, tanah, dan mobil) dan finansial (deposito berjangka panjang, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan.


(20)

c. Perkiraan tentang masa depan

Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Oleh karena itu, pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin buruk, mereka pun mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi.

(2) Faktor-faktor demografi

Menurut Suwarman (2003), ada beberapa faktor demografi yang mempengaruhi konsumsi masyarakat, yaitu

a. Jumlah anggota rumah tangga

Jumlah anggota rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu produk atau jenis makanan tertentu. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan mengkonsumsi beras, daging, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan yang lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit.

b. Usia

Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap jenis makanan tertentu. Anak-anak akan

memiliki selera yang berbeda dari orang dewasa, sehingga para ibu akan lebih banyak menyajikan makanan sesuai dengan selera anggota rumah tangga. Semakin banyak jenis yang harus dihidangkan, maka tingkat konsumsi suatu rumah tangga akan semakin tinggi.


(21)

c. Pendidikan dan pekerjaan

Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima.

Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang.

(3). Faktor-faktor non ekonomi

Dalam faktor-faktor non ekonomiterdapat faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang, seperti lingkungan sosial budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang tersebut atau faktor pribadi, seperti preferensi terhadap makanan tertentu,

pengetahuan gizi dan status kesehatan (Rahardja dan Mandala, 2008).

c. Teori Pendapatan

Menurut Hernanto (1994), analisis pendapatan terhadap usahatani penting dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap

usahatanidengan berbagai pertimbangan dan motivasinya. Pada Soekartawi (2003), pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha, lebih lanjut Soekartawi


(22)

mengemukakan bahwa ada beberapa pengertian yang perlu diperhatikan dalam menganalisis pendapatan antara lain:

a. Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar.

b. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan produksi.

c. Pendapatan bersih adalah penerimaan kotor yang dikurangi dengan total biaya produksi atau penerimaan kotor dikurangi dengan biaya variabel dan biaya tetap.

Pendapatan rumah tangga usaha perikanan dapat bersumber dari pendapatan atau penerimaan yang berasal dari sektor perikanan dan dari luar sektor perikanan dan dari penerimaan lainnya. Pendapatan dari sektor perikanan dapat dibedakan menjadi dua yaitu dari sub sektor perikanan dan dari luar subsektor perikanan. Pendapatan dari luar sektor perikanan meliputi pendapatan yang bersumber dari industri, perdagangan dan angkutan. Sedangkan pendapatan atau penerimaan lainnya bersumber dari penerimaan pendapatan seperti pensiun, bunga, tabungan, transfer. Setiap sumber

pendapatan dapat diperoleh dari dua jenis status kegiatan atau pekerjaan yaitu sebagai kegiatan usaha atau sebagai buruh usaha (BPS, 2011b).

Lebih lanjut menurut BPS (2011b), pendapatan rumah tangga nelayan

merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan dalam kegiatan perikanan dan pendapatan dari luar sektor perikanan. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut.


(23)

Dimana:

Prt = Jumlah pendapatan rumah tangga nelayan. Pp = Jumlah pendapatan dari kegiatan perikanan.

Pnp = Jumlah pendapatan dari kegiatan luar perikanan (BPS,2011b). Pendapatan usaha tangkap adalah selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya. Jadi:

Pp = TR – TC

Di mana:

Pp = Pendapatan nelayan. TR = Total penerimaan.

TC = Total biaya (Soekartawi, 2003).

Soekartawi (1995) membagi biaya usaha tangkap berdasarkan sifatnya menjadi 2, yaitu

1. Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali proses produksi contohnya kapal dan alat tangkap.

2. Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar kecilnya produksi dan habis dalam satu kali proses produksi contohnya bahan bakar minyak, es, dan bekal makanan.

Peningkatan pendapatan orang kaya (golongan menegah ke atas), seperti tuan tanah, politisi, pimpinan perusahaan, dan kaum elit lainnya akan digunakan untuk dibelanjakan pada barang-barang mewah, emas, perhiasan, rumah yang mahal, bepergian ke luar negeri, dan atau menyimpan kekaayan di luar negeri


(24)

dalam bentuk pelarian modal (capital flight). Sementara golongan menengah ke bawah yang memiliki karakteristik miskin, kesehatan gizi dan pendidikan yang rendah, peningkatan pendapatan ini juga dapat meningkatkan dan memperbaiki kesejahteraan mereka. Peningkatan pendapatan ini juga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan seluruh perekonomian (Todaro dan Stephen, 2003).

d. Nelayan

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air/ tanaman. Orang yang hanya

melakukanpekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut

alat-alat/perlengkapan kedalamperahu/kapal, mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011).

Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain:

1. Dari segi mata pencaharian. Nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

2. Dari segi cara hidup. Komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak. Seperti saat berlayar. Membangun rumah atau tanggul penahan gelombang di sekitar desa.


(25)

3. Dari segi ketrampilan. Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua. Bukan yang dipelajari secara professional. 4. Dari bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdiri atas komunitas

yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah dijangkau secara transportasi darat. Sedangkan yang homogen terdapat di desa-desa nelayan terpencil biasanya mengunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga produktivitas kecil. Sementara itu, kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah mereka (Sastrawidjaya, 2002).

Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan nelayan dapat dibedakan dalam dua katagori, yaitu nelayan moderen dan nelayan tradisional. Nelayan moderen menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional (Imron, 2003). Secara lebih rinci menurut Kusnadi (2003), ciri-ciri usaha nelayan tradisional yaitu

1. Teknologi penangkapan bersifatsederhana dengan ukuran perahu yang kecil, daya jelajah terbatas, daya muat perahu sedikit, dayajangkau alat tangkap terbatas, dan perahu dilajukan dengan layar, dayung, atau mesin ber –PK kecil.


(26)

3. Jumlah anggota organisasi penangkapan kecil antara 2-3 orang, dengan pembagian peran bersifat kolektif (non -spesifik), dan umumnya berbasis kerabat, tetangga dekat, dan atau teman dekat.

4. Orientasi ekonomisnya terutama diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.

Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis nelayan, yaitu nelayan pengusaha, nelayan campuran dan nelayan penuh. Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekerjaan pokoknya sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan lama atau tradisional (Mubyarto, 2003).

Tingkat pendidikan khususnya bagi nelayan tradisional, untuk bekal kerja mencari ikan dilaut, latar belakang seorang nelayan memang tidak penting artinya karena pekerjaan sebagai merupakan pekerjaan kasar yang lebih banyak mengandalkan otot dan pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan nelayan itu tidaklah memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam melaut. Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika seorang nelayan ingin berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit nelayan tadisional memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain menjadi nelayan(Kusnadi, 2002).


(27)

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011) nelayan diklasifikasikan berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi

penangkapan, antara lain:

1. Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air.

2. Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanyadigunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Di samping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan kategori ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain. 3. Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu

kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan.

Nelayan tradisional adalah orang perorangan yang pekerjaannya melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan perahu dan alat tangkap yang

sederhana (tradisional). Dengan keterbatasan perahu maupun alat tangkapnya, maka jangkauan wilayah penangkapannya pun menjadi terbatas biasanya hanya berjarak 6 mil laut dari garis pantai. Nelayan tradisonal ini biasanya adalah nelayan yang turun-temurun yang melakukan penangkapan ikan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Nelayan kecil pada dasarnya berasal dari nelayan tradisional hanya saja dengan adanya program modernisasi/motorisasi perahu dan alat tangkap maka mereka tidak lagi semata-mata mengandalkan perahu tradisional maupun alat tangkap yang konvensional saja melainkan juga


(28)

menggunakan diesel atau motor, sehingga jangkauan wilayah penangkapan agak meluas atau jauh (Retnowati, 2011).

Besarnya pendapatan nelayan tergantung pada hasil penangkapan dan pemasaran. Sedangkan penangkapan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh macam jenis perahu dan alat penangkapan, musim ikan dan keadaan alam khususnya angin dan bulan purnama. Pada musim hujan penangkapan ikan sukar dilakukan, sedangkan pada musim kemarau penangkapan ikan mudah dilakukan. Demikian juga pada saat bulan purnama ikan menyebar (terutama ikan-ikan permukaan), tetapi pada saat bulan gelap ikan dipasar sangat banyak, maka harga ikan menjadi murah sehingga pendapatan nelayan juga rendah (Kusnadi, 2000).

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu mengenai pendapatan, pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan, dan tingkat kemiskinan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan rumah tangga nelayan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman sebagai

nelayan, modal kerja, teknologi, harga ikan, dan jam kerja melaut. Hal ini berarti bahwa semakin banyak modal kerja yang mereka habiskan untuk usaha penangkapan ikan, dan semakin lama jam kerja melaut yang

dihabiskan untuk menjalankan usaha nelayan, semakin tinggi harga penjualan ikan, dan semakin baik teknologi, armada tangkap dan peralatan yang


(29)

Tabel 2. Penelitian mengenai pendapatan, pengeluaran konsumsi, dan tingkat kemiskinan

No Peneliti Alat Analisis Hasil Penelitian yang Relevan

1. Sugiarto (2008) Nilai Tukar Petani (NTP) dan

pengeluaran konsumsi.

Dari aspek pengeluaran, jenis komoditas bahan makanan lebih besar dalam anggaran pengeluaran rumahtangga dibanding bahan bukan makanan.

2. Syechalad dan Rachmad (2009)

Statistik regresi linier dan uji beda rata-rata (uji Z).

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan adalah modal kerja, jam kerja melaut, harga ikan, dan teknologi. Rendahnya pendapatan yang diperoleh nelayan disebabkan sebagian besar nelayan di Kota Banda Aceh tergolong nelayan buruh. 3. Munparidi (2010) Analisis pola konsumsi dan pengeluaran pangan dan non pangan.

Proporsi alokasi pengeluran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan total keluarga, artinya semakin besar pendapatan total keluarga maka proporsi alokasi untuk konsumsi pangan semakinberkurang.

4. Agunggunanto (2011)

Model regresi OLS dan model regresi logit.

Pengalaman sebagai nelayan dan jumlah anggota keluarga yang bekerja berpengaruh terhadap pendapatan keluarga.

5. Rahim (2011) Model Unit Output Price Cobb-Douglas Profit Function

(UOP-CDPF) yang disusun dalam persamaan multiple linear regression

Besar-kecilnya pendapatan usaha tangkap nelayan perahu motor per trip di wilayah pesisir Sulawesi Selatan dipengaruhi secara positif oleh harga minyak tanah,

produktivitas usaha tangkap, umur, dan alat tangkap jenis rawai tetap, sedangkan pendapatan usaha tangkap per tahun

dipengaruhi secara positif oleh harga minyak tanah, dan produktivitas usaha tangkap 6. Retnowati

(2011)

Kualitatif Dari sisi ekonomi pendapatan nelayan masih sangat rendah, sehingga mereka miskin, hal ini dikarenakanketerbatasan modal, skill, adanya tekanan dari pemilik modal (sistem bagi hasil perikanan yang tidak adil), sistem perdagangan atau pelelangan ikan yang tidak transparan (tidak ada regulasi yang tepat dan lemahnya otoritas atau pemerintah), budaya kerja yang masih tradisional atau

konvensional.Kemiskinan yang dialami nelayan Indonesia menjadikan nelayan lemah baik di sektor sosial, maupun politik.


(30)

Pendapatan nelayan yang rendah disebabkan oleh keterbatasan modal, skill, adanya tekanan dari pemilik modal, sistem perdagangan atau pelelangan ikan yang tidak transparan, budaya kerja yang masih tradisional atau konvensional.

Pendapatan yang didapat nelayan pun berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi. Pendapatan rumahtangga nelayan yang lebih tinggi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan jumlah, mutu dan ragam barang dan jasa yang akan dikonsumsinnya.

C. Kerangka Pemikiran

Provinsi Lampung memiliki kekayaan laut yang beraneka ragam, baik berupa sumber daya alam yang dapat pulih dan sumber daya alam yang tak dapat pulih. Salah satu sumber daya yang dapat pulih dan merupakan potensi yang dimiliki oleh Provinsi Lampung adalah perikanan.

Pendapatan nelayan dari usaha penangkapan tidak menentu karena berbagai faktor seperti modal kerja, jam kerja melaut, harga ikan, dan teknologi berpengaruh positif terhadap pendapatan nelayan (Syechalad dan Hardiyanto, 2009). Jumlah anggota keluarga yang bekerja juga mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga nelayan (Agunggunanto, 2011). Semakin meningkatnya harga ikan, belum tentu menjadi jaminan pendapatan nelayan akan

meningkat, karena kenaikan harga ikan juga dipengaruhi oleh biaya produksi serta kebutuhan nelayan yang juga meningkat.


(31)

Nelayan akan berusaha untuk meningkatkan pendapatan rumah tangganya dengan cara diversifikasi pendapatan. Diversifikasi pendapatan rumah tangga dapat bersumber dari pendapatan atau penerimaan yang yang berasal dari sektor perikanan dan dari luar sektor perikanan dan dari penerimaan lainnya. Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu dari sub sektor perikanan dan dari luar subsektor perikanan.

Peningkatan dalam jumlah pendapatan rumah tangga tersebut untuk

memberikan kesempatan pada rumah tangga memperbaiki dan meningkatkan mutu, jumlah, dan ragam baik barang maupun jasa yang mereka beli. Selain itu rumah tangga yang pendapatannya meningkat diharapkan dapat menyusun anggaran belanjanya sesuai dengan kebutuhan ( Anggareni dan Lantarsih, 2009).

Konsumsi merupakan salah satu kegiatan ekonomi rumah tangga dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Dari barangdan jasa yang dikonsumsi itulah rumah tangga akan mempunyai kualitas hidup

tersendiri. Oleh karena itu, konsumsi seringkali dijadikan salah satu indikator kesejahteraan keluarga. Makin besar pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, maka makin tinggi tahap kesejahteraan keluarga tersebut (Munparidi, 2010).

Konsumsi yang dikeluarkan oleh rumah tangga berkaitan dengan kemiskinan. Menurut Retnowati (2011) definisi kemiskinan adalah keadaan dimana

terjadi ketidak mampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.


(32)

Kemiskinan dapat disebabkan oleh adanya kelangkaan alat pemenuh

kebutuhan dasar, atau pun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Nelayan miskin mengalami ketidakpastian dalam kecukupan pangan (food sufficiency) dan jaminan pangan (food security) serta keberlanjutan pangan (food sustainability). Hal ini karena secara struktural, nelayan miskin juga mengalami kondisi dalam posisi ketiadaan akses pada pilihan-pilihan dan hak-hak yang seharusnya melekat di bidang sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, dan lingkungan hidup (Setiawan, 2010).


(33)

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kemiskinan rumah tangga nelayan obor di Kota Bandar Lampung.

Pendapatan Rumah Tangga Nelayan

Pengeluaran Konsumsi (Pangan dan Non Pangan)

Nelayan Obor

Pendapatan

Pendapatan non perikanan Pendapatan Perikanan

Tingkat Kemiskinan


(34)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Konsep Dasar

Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air/ tanaman.

Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakcukupan/kekurangan akan aset-aset penting dan peluang-peluang dimana setiap manusia berhak

memperolehnya.

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari istri, dan anak, serta orang lain yang turut serta dalam keluarga berada atau hidup dalam satu rumah dan makan bersama yang menjadi tanggungan kepala keluarga.

Tingkat pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal.


(35)

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau kemungkinan yang akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali proses produksi contohnya kapal dan alat tangkap.

Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar kecilnya produksi dan habis dalam satu kali proses produksi contohnya bahan bakar,minyak tanah, es, dan bekal makanan.

Nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

Nelayan obor adalah nelayan perorangan tradisional yang menggunakan alat tangkap sederhana, beroperasi pada malam hari, dan menggunakan petromak sebagai alat penerang.

Waktu operasional adalah waktu yang dilalui oleh nelayan dalam melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan.

Trip penangkapan adalah kegiatan operasi penangkapan yang dihitung mulai/sejak perahu/kapal penangkap meninggalkan pangkalan pendaratan ikan menuju daerah operasi, melakukan penangkapan ikan, kemudian kembali lagi ke pangkalan pendaratan.


(36)

Jumlah trip penangkapan dari suatu unit penangkapan adalah banyaknya trip penangkapan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu

B. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian pendapatan dan tingkat kemiskinan rumah tangga nelayan dapat di lihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Definisi operasional pendapatan rumah tangga nelayan

No Nama Variabel Definisi Operasional Satuan Sumber

1 Pendapatan

rumah tangga

Pendapatan yang didapatkan dari usaha perikanan ditambah pendapatan dari usaha non perikanan

Rp/Bln Nelayan

a.Pendapatan

usaha perikanan

Besarnya penghasilan yang dinilai dengan uang yang diperoleh rumah

tangga dari usaha perikanan seperti usaha penangkapan ikan dan pengolahan ikan

Rp/Bln Nelayan

b.Pendapatan dari

usaha non perikanan

Besarnya penghasilan dinilai dengan uang yang diperoleh rumah tangga di luar perikanan seperti buruh, berdagang, ngojek dsb.

Rp/Bln Nelayan

c.Pendapatan

usaha penangkapan

Pendapatan bersih yang didapatkan dari selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya dalam proses penangkapan ikan

Rp/Thn Nelayan

d.Penerimaan

usaha penangkapan

Jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar.

Rp Nelayan

e.Total

Penerimaan

Seluruh jumlah hasil penerimaan Rp Nelayan

7 Harga jual ikan Harga jual adalah sejumlah uang yang

diterima oleh nelayan karena menjual ikan

campuran.

Rp/Kg Nelayan

8 a. Biaya tetap

pemeliharaan kapal

Biaya tetap yang dikeluarkan nelayan untuk pemeliharaan kapal yang besar kecilnya tidak bergantung dari produksi dan tidak habis dalam satu kali proses produksi


(37)

b. Biaya tetap pemeliharaan mesin

Biaya tetap yang dikeluarkan nelayan untuk pemeliharaan mesin yang besar kecilnya tidak bergantung dari produksi dan tidak habis dalam satu kali proses produksi.

Rp/Unit Nelayan

c. Biaya tetap

penyusutan

Biaya tetap yang dikeluarkan nelayan untuk penyusutan alat-alat seperti perahu, jaring dan mesin yang besar kecilnya tidak bergantung dari produksi dan tidak habis dalam satu kali proses produksi.

Rp/Thn Nelayan

9 a.Biaya

pembelian bahan bakar

Biaya variabel yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar kapal yang habis dalam satu kali proses produksi.

Rp/Liter Nelayan

b.Biaya pembelian

es

Biaya variabel yang dikeluarkan untuk pembelian es yang habis dalam satu kali proses produksi.

Rp/Buah Nelayan

c.Biaya pembelian

makanan

Biaya variabel yang dikeluarkan untuk pembelian bekal makanan yang habis dalam satu kali proses produksi.

Rp/Bungkus Nelayan

d.Biayapembelian

rokok

Biaya variabel yang dikeluarkan untuk pembelian rokok yang habis dalam satu kali proses produksi.

Rp/Bungkus Nelayan

e.Biaya

pembeliaan kaos lampu

Biaya variabel yang dikeluarkan nelayan untuk pembelian kaos lampu yang habis dalam satu kali proses produksi.

Rp/Unit Nelayan

f.Biaya TKDK Biaya variabel yang dikeluarkan nelayan

untuk biaya tenaga kerja yang habis dala satu kali proses produksi.

Rp/Orang

11 Total biaya Penjumlahan antara biaya variabel

ditambah dengan biaya tetap

Rp Nelayan

Tabel 4. Definisi operasional pengeluaran konsumsi

No Variabel Definisi Operasional Satuan Sumber

1 Pengeluaran total

rumah tangga

Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga yang meliputi pengeluaran pangan dan non pangan.

Rp/Thn Nelayan

2 Pengeluaran

pangan

Besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang dinilai dengan uang untuk konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota rumah tangga. Pengeluaran pangan meliputi

Rp/Tln Nelayan


(38)

Pengeluaran padi-padian

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi padi-padian seluruh anggota rumah tangga.

Rp/Kg Nelayan

a. Pengeluaran

Umbi-umbian

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi umbi-umbian seluruh anggota rumah tangga

Rp/Kg Nelayan

b. Pengeluaran

kacang-kacangan

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi kacang-kacangan seluruh anggota rumah tangga.

Rp/kg Nelayan

c. Pengeluaran

daging dan hasil olahannya

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi daging dan hasil olahannya seluruh anggota rumah tangga.

Rp/Kg Nelayan

d. Pengeluaran

telur dan susu

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi telur dan susu seluruh anggota rumah tangga

Rp/Kg Nelayan

e. Pengeluran

ikan kering dan hasil olahannya

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi ikan, ikan kering dan hasil olahannya seluruh anggota rumah tangga.

Rp/Kg Nelayan

f. Pengeluaran

sayur-sayuran

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi sayur-sayuran seluruh anggota rumah tangga.

Rp/Kg Nelayan

g. Pengeluaran

buah-buahan

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi buah-buahan seluruh anggota rumah tangga.

Rp/Kg Nelayan

h. Pengeluaran

lemak dan minyak

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi lemak dan minyak seluruh anggota rumah tangga

.

Rp/Kg Nelayan

i. Pengeluaran

bahan minuman

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi bahan minuman seluruh anggota rumah tangga.

Rp/Kg Nelayan

j. Pengeluaran

bumbu-bumbuan

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi bumbu-bumbuan seluruh anggota rumah tangga


(39)

k. Pengeluaran makanan dan minuman jadi

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi makanan dan minuman jadi seluruh anggota rumah tangga.

Rp/Bun gkus

Nelayan

l. Pengeluaran

rokok

Besarnya uang yang dikeluarkan dan dinilai dengan uang untuk konsumsi rokok anggota rumah tangga.

Rp/Bun gkus

Nelayan

3 Pengeluaran non

pangan

Besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang dinilai dengan uang, bukan untuk konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota rumah tangga.

Rp/Thn Nelayan

a. Pengeluran

perumahan dan fasilitas RT

Besarnya uang yang dikeluarkan untuk pengeluaran perumahan dan fasilitas rumah tangga

Rp/Thn Nelayan

b. Aneka barang

dan jasa

Besarnya uang yang dikeluarkan untuk pengeluaran aneka barang dan jasa untuk seluuh anggota keluarga

Rp/unit Nelayan

c. Pengeluaran

pelayanan dan pengobatan

Besarnya uang yang dikeluarkan untuk pengeluaran pelayanan dan pengobatan untuk seluuh anggota keluarga

Rp Nelayan

d. Pengeluaran

biaya pendidikan

Besarnya uang yang dikeluarkan untuk pengeluaran pendidikan untuk seluuh anggota keluarga

Rp Nelayan

e. Pengeluaran

pakaian

Besarnya uang yang dikeluarkan untuk pengeluaran pakaian untuk seluruh anggota rumah tangga

Rp Nelayan

f. Pengeluaran

pajak,

Besarnya uang yang dikeluarkan untuk pengeluaran pajak

Rp/Thn Nelayan

C. Metode Penentuan Lokasi dan Responden

Penelitian dilakukan di Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan – pertimbangan tertentu (purposive). Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas

pertimbangan bahwa Kota Bandar Lampung meupakan daerah perkotaan dengan jumlah produksi penangkapan ikan menempati urutan ketiga setelah Lampung Selatan dan Lampung Timur selain itu juga belum ada penelitian


(40)

menyangkut pendapatan dan tingkat kemiskinan di Kota Bandar Lampung. Di Kota Bandar Lampung daerah penangkapan ikan terdapat di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, dan Panjang. Pemilihan Kecamatan Teluk Betung Selatan didasarkan atas pertimbangan karena jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan lebih banyak dibandingkan dengan Kecamatan Teluk Betung Barat dan Panjang. Data jumlah penduduk menurut pekerjaan per kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan dapat dilihat pada lampiran. Dari data diketahui bahwa jumlah nelayan paling banyak adalah di Kelurahan Kangkung. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung.

Kriteria nelayan yang menjadi sampel penelitian adalah nelayan obor yaitu nelayan perorangan penangkap ikan yang bertempat tinggal di Kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Nelayan tradisional dipilih karena kemiskinan dan rendahnya derajat

kesejahteraan sosial menimpa sebagian besar nelayan tradisional dan nelayan buruh yang merupakan kelompok sosial terbesar dalam populasi masyarakat nelayan. Nelayan tradisional dengan kepemilikan kemampuan peralatan tangkap dan modal usaha yang terbatas harus bersaing dengan nelayan bermodal besar dalam memperoleh hasil tangkapan (Kusnadi, 2003).

Jumlah populasi nelayan obor tidak diketahui maka digunakan metode snowball sampling untuk penemuan responden. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dilakukan secara berantai, makin lama sampel menjadi semakin besar, seperti bola salju yang menuruni lereng gunung


(41)

(Siagian dan Sugiarto,2000). Jumlah responden yang didapat yaitu sebanyak 43 orang dengan kriteria bahwa mereka merupakan nelayan obor. Responden ditentukan berdasarkan Arikunto (1993) yang menyatakan apabila jumlah subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013.

D. Metode Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan meliputi identitas responden, identitas anggota keluarga, investasi alat, analisis penerimaan dan biaya, kegiatan diluar usaha penangkapan ikan, dan pengeluaran konsumsi yang disediakan secara langsung untuk nelayan obor yang berada di Kelurahan Kangkung. Data sekunder berupa data yang diambil dari berbagai dinas/instansi seperti Dinas Perikanan,Badan Pusat Statistik, dan data-data lainnya berupa literatur-literatur (buku, catatan, jurnal laporan, artikel) yang terkait dengan penelitian

E. Metode Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah análisis deskriptif

kuantitatif. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan komputerisasi. Data yang diperoleh disederhanakan dalam bentuk tabulasi yang selanjutnya akan diolah secara komputerisasi.


(42)

a. Pendapatan Rumah Tangga Nelayan

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama ialah analisis desktiptif kuantitatif . Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan keluarga yang berasal dari menangkap ikan dan pendapatan keluarga yang yang berasal dari luar penangkapan ikan, dengan rumus sebagai berikut:

Dimana :

Prt = Jumlah pendapatan rumah tangga nelayan Pp = Jumlah pendapatan dari kegiatan perikanan Pnp = Jumlah pendapatan dari kegiatan non perikanan

(BPS, 2011b)

Pendapatan dari usaha penangkapan ikan digunakan rumus sebagai berikut :

Pp = TR – TC

Dimana:

Pp = Pendapatan nelayan. TR = Total penerimaan.


(43)

b. Pengeluaran Konsumsi

Pengeluaran rumah tangga dianalisis secara deskriptif tabulasi. Tabulasi ini meliputi data pengeluaran konsumsi kelompok pangan dan non pangan. Analisis deskriptif adalah analisis untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka , yang jika ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang (Danim, 2002). Tabel-tabel analisis ini meliputi data pengeluaran konsumsi kelompok makanan dan bukan makanan. Pengeluaran untuk konsumsi makanan dihitung selama seminggu yang lalu, sedangkan konsumsi bukan makanan dihitung dari sebulan yang lalu (BPS, 2011a).

c. Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemiskinan rumah tangga nelayan ialah analisisis deskriptif kuantitatif menggunakan kriteria kemiskinan Sajogyo dalam Suratmin (1983).

Pengeluaran rumah tangga per/kapita per tahun adalah total pengeluaran rumah tangga petani baik pengeluaran untuk pangan maupun non pangan dalam setahun dibagi jumlah tanggungan rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga/kapita per tahun ini kemudian dikonversikan ke dalam ukuran setara beras per kilogram untuk mengukur tingkat kemiskinan rumah tangga. Secara matematis tingkat pengeluaran per kapita per


(44)

tahun pada rumah tangga petani dan tingkat pengeluaran per kapita per tahun setara beras dapat dirumuskan :

Pengeluaran/Kapita RT/ = Pengeluaran RT/tahun (Rp)

Tahun (Rp) Jumlah tanggungan keluarga Pengeluaran/Kapita Keluarga/ = Pengeluaran/kapita RT/tahun (Rp)

Setara beras (Kg) Harga beras (Rp/Kg)

Menurut klasifikasi Sajogyo (1983), melakukan stratifikasi kemiskinan dengan membagi golongan penduduk menjadi tiga strata yaitu paling miskin, miskin sekali, dan miskin. Pembagian strata kemiskinan dimaksudkan agar dapat diketahui berat ringannya situasi kemiskinan, serta untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dalam mengatasi masalah kemiskinan dari waktu ke waktu.

Penggolongan kemiskinan menurut Sajogyo dibagi berdasarkan dua daerah yaitu

(1) Daerah perkotaaan

a. Paling miskin = <240 kg setara beras/kapita/tahun. b. Miskin sekali = 240-360 kg setara beras/kapita/tahun. c. Miskin = 360-480 kg setara beras/kapita/tahun.

(2) Daerah pedesaan

a. Paling miskin = <180 kg setara beras/kapita/tahun. b. Miskin sekali = 180-240 kg setara beras/kapita/tahun. c. Miskin = 240-320 kg setara beras/kapita/tahun.


(45)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan, dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5020’sampai dengan 5030’ Lintang Selatan dan 1050 28’ sampai dengan 105037’ Bujur Timur. Ibukota Propinsi Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera.

Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 Km2 yang terdiri dari 13 kecamatan dan 98 kelurahan. Secara administratif Kota Bandar

Lampung dibatasi oleh:

(1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

(2) Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.

(3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

(4) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.


(46)

Tabel 5. Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

No Kecamatan Jumlah Kelurahan (Buah)

1 Teluk Betung Barat 8

2 Teluk Betung Selatan 11

3 Panjang 7

4 Tanjung Karang Timur 11

5 6 7 8 9 10 11 12 13

Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Seneng Sukarame Sukabumi 10 11 6 7 8 4 4 5 6

Total 98

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011a

Jumlah penduduk tahun 2010 adalah sebesar 881.801 jiwa terdiri dari 445.959 jiwa (50,57%) penduduk laki-laki dan 435.842 jiwa (49,43%) penduduk perempuan dengan sex ratio sebesar 102%.

Tabel 6. Komposisi jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

No Keterangan Jumlah Satuan

1 Jumlah penduduk keseluruhan

881.801 Jiwa

2 Jumlah penduduk laki-laki 445.959 Jiwa

3 Jumlah penduduk perempuan

435.842 Jiwa

4 Kepadatan penduduk 4.471 Jiwa/ Km2

5 Sex Ratio 102 % jiwa


(47)

B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kecamatan Teluk Betung Selatan adalah merupakan sebagian wilayah Kota Bandar Lampung, dengan luas wilayah 1.023 Ha, dan berbatasan dengan: (1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Utara dan

Kecamatan Tanjung Karang Timur.

(2) Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung. (3) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Panjang.

(4) Sebelah barat berbatsan dengan Kecamatan Teluk Betung Barat.

Kecamatan Teluk Betung Selatan Secara Administratif dibagi menjadi 11 Kelurahan, yaitu Gedung Pakuon, Talang, Pesawahan, Teluk Betung,

Kangkung, Bumi Waras, Pecoh Raya, Sukaraja, Garuntang, Way Lunik, dan Ketapang. Kecamatan Teluk Betung Selatan secara geografis merupakan wilayah pantai yang membujur dari timur kearah barat pantai Teluk Lampung.

Berdasarkan angka proyeksi tahun 2010 jumlah penduduk Kecamatan Teluk Betung Selatan mencapai 92.156 jiwa penduduk tetap berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki mencapai 47.123 jiwa lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yang mencapai 45.033 jiwa, sedangkan jumlah rumah tangga di Kecamatan Teluk Betung Selatan mencapai 20.228 KK. Di wilayah Kecamatan Teluk Betung Selatan adat istiadat pada kalangan masyarakat tidak mengikat, dikarenakan penduduk di wilayah Kecamatan Teluk Betung Selatan terdiri dari bermacam-macam suku, bangsa, dan agama.


(48)

Agama yang dianut oleh masyarakat Kecamatan Teluk Betung Selatan sebagian besar adalah Agama Islam yaitu sebesar 77.479 jiwa atau 84,5% dari jumlah penduduk. Jumlah tempat ibadah yang ada di Kecamatan Teluk Betung Selatan yaitu: 39 bangunan masjid, 131 bangunan musholla, 5 bangunan gereja, 9 bangunan vihara, dan 1 bangunan pure.

Prasarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Teluk Betung Selatan terdiri dari 27 tenaga kesehatan, 6 poliklinik, 2 puskemas, 11 puskeskel, 5 rumah bersalin, 23 tempat dokter praktek. Adapun pasar tradisional yang terdapat di Kecamatan Teluk Betung Selatan yaitu, Pasar Kangkung (Kliwon), Pasar Gudang Lelang, dan Pasar Cimeng.

C. Keadaan Umum Daerah Penelitian


(49)

Kelurahan Kangkung merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan. Luas daerah Kelurahan Kangkung, yaitu 30,7 hektar. Tinggi rata-rata Kelurahan Kangkung dari permukaan laut yaitu 0.50 meter dari permukaan laut. Jarak antara Kelurahan Kangkung dengan ibukota kecamatan, yaitu 3 km dan jarak dengan Ibukota Bandar Lampung, yaitu 5 km. Batas daerah Kelurahan Kangkung yaitu:

(1) Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Betung. (2) Sebelah selatan berbatasan dengan Laut.

(3) Sebelah timur berbatasan dengan Bumi Waras. (4) Sebelah barat berbatasan dengan Pesawahan.

2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Kangkung pada tahun 2011, yaitu sebesar 12.100 jiwa terdiri dari 6.142 jiwa (50,8%) penduduk laki-laki dan 5.958 (49,2%) penduduk perempuan, sedangkan jumlah rumah tangga di Kelurahan kangkung sebesar 2.900 KK. Dengan demikian maka angka ketergantungan hidup sebesar 4 orang

Tabel 7. Jumlah penduduk Kelurahan Kangkung menurut pendidikan .

No. Pendidikan Umum/Khusus Jumlah (jiwa)

1. Sarjana 63

2. SLTA 1.992

3. 4. 5. 6. 7.

SLTP SD TK

Belum sekolah Buta hurup

2.380 2.142 505 1.023 56 Sumber: Buku Monografi Kelurahan Kangkung, 2011.


(50)

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan maka jumlah penduduk terbanyak adalah tamat sekolah lanjutan tingkat pertama, yaitu 2.380 jiwa.

Walaupun Kelurahan Kangkung termasuk salah satu kelurahan yang ada di Kotamadya Bandar Lampung namun karena Kelurahan kangkung merupakan daerah pantai adalah yang penduduknya sebesar 12,51 persen adalah nelayan yang pola hidupnya kurang mementingkan pendidikan. Jumlah penduduk Kelurahan Kangkung menurut pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.

Mata pencahariaan penduduk daerah Kelurahan Kangkung sangat beragam hal ini disebabkan daerah Kelurahan Kangkung merupakan daerah perkotaan yang merupakan pusat kegiatan ekonomi.

Tabel 8. Jumlah penduduk Kelurahan Kangkung menurut mata pencaharian

No. Mata Pencaharian Pokok Jumlah (jiwa) %

1 Pegawai Negeri Sipil/PNS

30 0,37

2 Dagang 1.035 12,65

3 Nelayan 1.023 12,51

4 Buruh 1.020 12,47

5 Lain-lain 5.071 62,00

Sumber: Buku Monografi Kelurahan Kangkung, 2011.

3. Potensi perikanan

Kelurahan Kangkung memiliki sumberdaya alam potensial dalam hal hasil perikanan. Keadaan ini didukung dari wilayah Kangkung yang terletak di pinggiran garis pantai. Beberapa jenis ikan yang dihasilkan


(51)

Tabel 9. Jenis ikan yang dihasilkan di Kelurahan Kangkung.

No Jenis ikan Produksi (ton/tahun)

1 Tongkol/Cakalang 200

2 Kakap 75

3 Tenggiri 150

4 Jambal 40

5 Belanak 50

6 Cumi-cumi 75

7 Bawal 125

8 Baronang 50

9 Kembung 200

10 Ikan ekor kuning 100

11 Kerapu/Sunuk 75

12 Cucut 20

13 Layur 20

14 Ayam-ayam 40

15 Udang/Lobster 50

16 Tembang 25

Tabel 9 menunjukkan bahwa jenis ikan yang paling banyak dihasilkan yaitu tongkol/cakalang dan kembung sebesar 200 ton/tahun dan yang paling sedikit yaitu ikan layur dan cucut sebesar 20 ton/tahun.

4. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Kangkung terdiri dari sarana dan prasarana transportasi, komunikasi, pengairan, pemerintahan, peribadatan, olahraga, kesenian, pendidikan, dan industri. Rincian sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.


(52)

Tabel 10. Sarana dan prasarana di Kelurahan Kangkung.

No Sarana dan Prasarana Jenis Keterangan Sarana

1 Air Bersih a.Sumber pompa 15 unit

15Sumur gali 20 unit

20Hidrant Umum 10 unit

1 MCK 2unit

3 Jamban keluarga 2.800 KK

4 Saluran drainase 3 unit

Prasarana

2 Transportasi darat a. Ojek 10 unit

b. Becak 20 unit

3 Komunikasi a. Telefon 150 orang

dan Informasi b. TV 370 unit

c. Parabola 10 unit

4 KUD a. Unit usaha simpan pinjam

b. Unit usaha pelelangan ikan

c. Unit usaha bahan bakar

minyak

d. Unit Waserda

e. Unit Sewaan Ruko

f. Unit pengadaan alat tangkap

nelayan

5 Kios a. Perlengkapan alat tangkap

b. Bahan bakar

c. Es

d. Makanan dan Minuman

6 Irigasi a. Panjang saluran sekunder 1.000 meter

b. Panjang saluran tersier 2.500 meter

7 Peribadatan a. Masjid 5 unit

b. Musholla 11 unit

c. Gereja katolik 1 unit

8 Kesehatan a. Puskesmas pembantu 1 unit

b. Puskeskel 1 unit

c. Rumah bersalin 1 unit

d. Posyandu 7 unit

e. Apotek 1 unit

f. Dokter swasta 1 unit

9 Pendidikan a. SD 1 unit

10 Penerangan a. Listrik PLN Ada


(53)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Pendapatan rumah tangga nelayan obor bersumber dari kegiatan perikanansebesar Rp 18.286.552,00/tahun dan di luar perikanan Rp 7.113.024,00/tahun sehingga didapat rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan obor adalah sebesar Rp 25.399.576/tahun.

2. Pengeluaran konsumsi nelayan masih banyak pada pengeluaran pangan 63,35 persen atau Rp 16.090.893,00/tahun dibandingkan dengan

pengeluaran non pangan 36,65 persen atau sebesar Rp 9.308.683,00 /tahun.

3. Tingkat kemiskinan rumah tangga nelayan obor sebagian besar masuk dalam kategori miskin sekali sebesar 2,33 persen, miskin sebesar 9,33 persen, dan tidak miskin sebesar 88,37 persen.


(54)

B. Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi pemerintah hendaknya dapat mensosialisasikan pentingnya

pendidikan, sehingga dengan meningkatnya kesadaran orang tua tentang pendidikan akan dapat mendorong anak-anak untuk bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Jenjang pendidikan anak-anak nelayan obor masih banyak berpendidikan SD (55,81 %). Peningkatan pendidikan diharapkan akan dapat meningkatkan keterampilan anak-anak dibidang lain selain keterampilan menjadi nelayan.

2. Bagi peneliti lain, agar dapat menyempurnakan penelitian ini dengan memasukkan hal-hal yang belum dibahas, misalnya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan dan kemiskinan nelayan di Kota Bandar Lampung.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Agunggunanto, E.Y. 2011. Analisis Kemiskinan dan Pendapatan Keluarga Nelayan Kasus di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Jawa Tengah Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, Volume 1, No 1, 50-58.

Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Amalia, D.R. 2012. Analisa Pendapatan Rumah Tangga Anak buah Kapal (ABK)

Nelayan Pancing Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung

Anggraeni, R dan R, Lantarsih. 2005. Pendapatan dan Pola Konsumsi Rumah Tangga Tani di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Jurnal Agros, 6, 83-92. Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.

Jakarta

Badan Pusat Statistik . 2012. Lampung Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Jakarta. Indonesia

__________________. 2011a. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta __________________. 2011b. Statistik Pendapatan Rumah Tangga Usaha Perikanan

2010. Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. Bandar Lampung

__________________. 2007a. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Propinsi 2007. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta

. 2007b. Pola Konsumsi Penduduk Indonesia 2007. Badan Pusat Statistik. Jakarta


(56)

Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kuallitatif. CV. Pustaka Setia. Bandung Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung. 2011. Laporan Hasil

Pendataan Nelayan di Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung Tahun 2011. Kota Bandar Lampung

Dumairy. 2004. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta Hernanto, F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Imron, M. 2003 Kemiskinan dalam Masyarakat Nelayandalam Jurnal masyarakat dan budaya. PMB –LIPI. Jalaluddin.2002.Teknologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia. 2010. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Jakarta

Kusnadi.2003. Akar Kemiskinan Nelayan. LKiS.Yogyakarta

_______.2002. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam. LKiS. Yogyakarta

_______.2000. Nelayan Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humanoira Utama Press. Bandung

Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Mubyarto. 2003. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta Muflikhati, I., dkk. 2010. Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan

Keluarga Kasus di Wilayah Pesisir Jawa Barat. JurnalIlmu Keluarga. & Konsumsi,Volume 3, No 1, 1-10.

Munparidi. 2010. Pengaruh Pendapatan dan Ukuran keluarga Terhadapa pola konsumsi Studi Kasus Desa Ulak Kerbau Lama kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Ilmiah Volume 2, No 3.

Pratama, D. S., I. Gumilar., dan I. Maulina. 2012. Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Pancing Ulur Di Kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur. Jurnal Perikanan dan Kelautan, Volume 3, No 3, 107-116.


(57)

Rachman, H. P. S., dan Supriyati. 2004. Pola Konsumsi dan Pengeluaran

Rumahtangga Kasus Rumahtangga di Pedesaan Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Jurnal Agro-Ekonomika, No 2, Tahun 34, 17-44.

Rahardja, P., dan M. Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Rahim, A. Analisis Pendapatan Usaha Tangkap Nelayan Dan Faktor – Faktor Yang mempengaruhinya Di Wilayah Pesiisir Pantai Sulawesi Selatan. Jurnal Sosek, Volume 6, No 2, 2011.

Retnowati, E. 2011. Nelayan Indonesia Dalam Pusaran Kemiskinan Struktural Perspektif Sosial, Ekonomi dan Hukum. Jurnal Perspektif , Volume 16 No 3, 149-159.

Samosir, S. 2009. Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan Nelayan Buruh Kapal Bermotor <5 GT Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan

Sastrawidjaya. 2002. Nelayan Nusantara. Pusat Riset Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen. Prenada Media. Jakarta.

Setiawan, B. 2010. Konsep dan Analisis Isue Kemiskinan dan Ketahanan pangan Masyarakat Pesisir.Makalah dalam Pelatihan metodologi Riset. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Siagian, D dan Sugiarto. 2000. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali. Jakarta

_________. 1995. Analisis Usahatani. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sopakua S. 2008. Kemiskinan dan Ketidakberdayaan Nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. http://polapikirmalukutenggarabarat.blogspot.com/2008/03 /kemiskinan-ketidakberdayaan-nelayan-mtb.html Di akses tanggal 8 November


(58)

Sudantoko, D dan H, Muliawan. 2009. Dasar-Dasar Pengantar Ekonomi Pembangunan. PT. PP. Mardi Mulya. Jakarta.

Sudarso. 2007. Tekanan Kemiskinan Struktural Kemiskinan Nelayan Tradisional Di Perkotaan. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik,Volume 20, No 2, 13-28. Airlangga University Press

Sugiarto. 2008. Analisis Pendapatan, Pola Konsumsi dan Kesejahteraan Petani Padi pada Basis Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi di Perdesaan. Departemen Pertanian. Bogor

Supardi dan A. R. Nurmanaf. 2006. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Pedesaan dan Kaitannya dengan Tingkat Kemiskinan. Jurnal Socio-Economic of Agriculturre and Agribusiness Volume 6, No 3 November 2006.

Suratmin. 1983. Prof. Dr. Ir. Sayogyo Hasil Karya dan Pengabdiannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1983 - 153 halaman.

http://books.google.co.id/books?ei=gOHuUvHTDYfBrAflvYGIDQ&hl=id&id=M rQhAAAAMAAJ&dq=sayogyo&focus=searchwithinvolume&q=miskin+270. Diakses pada 3 Februari 2014.

Suwarman, U. 2003. Perilaku Konsumsi : Teori dan Penerapan dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta

Syandri, H. 2007. Nelayan Cerdas Nelayan Mandiri. http://www.bunghatta.ac.id /artikel/175/nelayan-cerdas-nelayan-mandiri.html. Diakses 9 Desember 2012 Syechalad, M. N dan R Hardiyanto. 2009. Analisis Faktor-Faktor

yanhuyhiiiiiMempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kota Banda Aceh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,Volume 8, No 2, 106-120.

Todaro, M.P., dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Wardani, N. A.P.K., S. Supardi., dan R. W. Rahayu. 2013. Konsumsi Rumah Tangga Pada Keluarga Sejahtera Dan Pra Sejahtera Di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karang Anyar. Jurnal Agrista, Edisi 1, Volume 1


(59)

Tabel 23. Jumlah penduduk menurut pekerjaan per kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan Tahun 2010.

No Kelurahan PNS TNI/Polri Pedagang Petani/Nelayan Tukang Buruh Pensiun Lain-lain

1 Gedung Pakuon 73 10 668 2 495 651 19 2.053

2 Talang 108 24 695 58 520 3.260 130 2.865

3 Pesawahan 316 26 3.767 - 190 1.878 265 4.307

4 Teluk Betung 76 3 493 - 45 492 130 2.945

5 Kangkung 170 3 1.987 1.050 82 3.200 137 8.016

6 Bumi Waras 107 12 3.237 - 515 5.231 65 4.164

7 Pecoh Raya 194 10 664 130 202 1.458 134 2.591

8 Sukaraja 80 7 1.266 884 81 3.394 37 6.402

9 Garuntang 153 15 274 120 277 1.232 60 3.515

10 Ketapang 62 12 253 435 28 2.384 26 1.295

11 Way Lunik 95 6 1.043 34 16 2.922 21 3.613

1.434 141 14.344 2.703 2.451 26.102 1.024 41.830


(60)

Tabel 24. Identitas Responden Nelayan Obor Di Kelurahan Kangkung

No. Nama Umur Jenis Suku Pendidikan Pekerjaan Pekerjaan Pengalaman Tanggungan

(tahun)Kelamin Terakhir Utama Sampingan

Sebagai

Nelayan Keluarga (Tahun)

1 Jubaidi 53 L Cirebon SD Nelayan Obor Ketua RT 40 2

2 Baidi 45 L Cirebon SD Nelayan Obor - 25 4

3 Amirudin 41 L Cirebon SD Nelayan Obor Buruh Bangunan 10 4

4 Hasan Basri 40 L Cirebon SD Nelayan Obor Buruh Bangunan 12 5

5 Sono 30 L Brebes SD Nelayan Obor - 20 2

6 Robidin 36 L Brebes SD Nelayan Obor Buruh Bangunan 20 4

7 Naryo 40 L Brebes SD Nelayan Obor Buruh Bangunan 25 5

8 Roni 40 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor - 10 4

9 Abdul hamid 30 L Cirebon SD Nelayan Obor Buruh Bangunan 15 4

10 Na'im 37 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor - 25 3

11 Toyib 60 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor 20 5

12 Toni 35 L Cirebon Tidak Sekolah Nelayan Obor - 25 2

13 Kursen 40 L Cirebon SD Nelayan Obor Berdagang Buah 20 4

14 Sutirno 40 L Cirebon SD Nelayan Obor - 10 8

15 Sanusi 31 L Cirebon SD Nelayan Obor - 25 3

16 Miftah 35 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor Buruh Nelayan 25 3

17 Pendi 51 L Cirebon Tidak Sekolah Nelayan Obor - 37 3

18 Burhan 44 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor - 32 5

19 Mashrudi 42 L Cirebon SMP Nelayan Obor - 30 6

20 Dasuki 32 L Cirebon SD Nelayan Obor - 17 4

21 Hamim 50 L Cirebon SD Nelayan Obor - 30 4

22 Abdul Somad 40 L Cirebon SD Nelayan Obor - 7 5

23 Wartono 40 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor - 10 3

24 Rosidin 41 L Cirebon SD Nelayan Obor Berdagang nasi 32 7

25 Fadil 39 L Cirebon SD Nelayan Obor - 19 3

26 Tardi 35 L Cirebon SD Nelayan Obor - 11 3

27 Pardi 40 L Cirebon SD Nelayan Obor Buruh Bangunan 25 4

28 Ruswandi 60 L Cirebon SMP Nelayan Obor - 30 4

29 Tarjani 29 L Semarang SD Nelayan Obor - 20 3

30 Ikwan 35 L Cirebon SD Nelayan Obor - 25 3

31 Warsad 40 L Cirebon SD Nelayan Obor - 20 4

32 Uwarnadi 37 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor - 22 3

33 Iwan 25 L Cirebon SMP Nelayan Obor - 12 1

34 Tarwin 55 L Cirebon SD Nelayan Obor - 30 3

35 Kosim 30 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor - 10 5

36 Talen 50 L Cirebon Tidak Sekolah Nelayan Obor - 35 4

37 Sawal 50 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor - 35 3

38 Abidin 30 L Cirebon SD Nelayan Obor - 15 2

39 Sarwan 45 L Cirebon SD Nelayan Obor - 20 4

40 Darsim 39 L Cirebon SD Nelayan Obor - 25 3

41 Iyan 41 L Cirebon SD Nelayan Obor Buruh bangunan 15 2

42 Atim 45 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor 30 4

43 Bakri 60 L CirebonTidak Tamat SD Nelayan Obor - 30 3

Jumlah 1758 951 160


(61)

Tabel 25. Rata-rata nilai penyusutan peralatan nelayan obor di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung

No Perahu Mesin

Res Jumlah Harga Umur Penyusutan Jumlah Harga Umur Penyusutan

(Buah) (Rp) (Th) (Rp) (Buah) (Rp) (Th) (Rp)

1 1 5.000.000 5 1.000.000 1 2.000.000 3 666.667

2 1 5.000.000 5 1.000.000 1 1.050.000 2 525.000

3 1 5.000.000 10 500.000 1 2.600.000 4 650.000

4 1 3.000.000 5 600.000 1 800.000 3 266.667

5 1 5.000.000 10 500.000 1 1.700.000 3 566.667

6 1 5.000.000 10 500.000 1 1.700.000 5 340.000

7 1 3.000.000 5 600.000 1 1.000.000 5 200.000

8 1 4.500.000 10 450.000 1 2.500.000 5 500.000

9 1 3.000.000 5 600.000 1 1.500.000 5 300.000

10 1 3.000.000 5 600.000 1 1.500.000 3 500.000

11 1 3.000.000 5 600.000 1 1.000.000 3 333.333

12 1 3.000.000 5 600.000 1 2.000.000 6 333.333

13 1 2.000.000 5 400.000 1 2.000.000 3 666.667

14 1 7.000.000 10 700.000 2 875.000 5 350.000

15 1 10.000.000 10 1.000.000 2 2.000.000 2 2.000.000

16 1 3.000.000 5 600.000 1 2.000.000 3 666.667

17 1 3.000.000 5 600.000 1 700.000 2 350.000

18 1 1.000.000 5 200.000 1 450.000 2 225.000

19 1 2.000.000 5 400.000 1 600.000 1 600.000

20 1 5.000.000 10 500.000 1 3.500.000 5 700.000

21 1 5.000.000 10 3.500.000 1 3.500.000 3 1.166.667

22 1 7.000.000 10 700.000 1 3.500.000 3 1.166.667

23 1 6.000.000 10 600.000 1 2.700.000 5 540.000

24 1 3.500.000 5 700.000 1 3.000.000 5 600.000

25 1 5.000.000 6 833.333 1 3.000.000 5 600.000

26 1 3.000.000 5 600.000 1 1.500.000 2 750.000

27 1 5.000.000 5 1.000.000 1 2.600.000 4 650.000

28 1 15.000.000 7 2.142.857 1 5.000.000 5 1.000.000

29 1 1.700.000 5 340.000 1 700.000 5 140.000

30 1 5.000.000 5 1.000.000 1 1.300.000 3 433.333

31 1 1.500.000 5 300.000 1 100.000 5 20.000

32 1 4.500.000 7 642.857 1 900.000 2 450.000

33 1 2.500.000 5 500.000 1 450.000 3 150.000

34 1 3.000.000 10 300.000 1 1.500.000 5 300.000

35 1 4.500.000 10 450.000 1 1.200.000 5 240.000

36 1 2.000.000 5 400.000 1 3.000.000 2 1.500.000

37 1 3.000.000 5 600.000 1 1.500.000 2 750.000

38 1 5.000.000 10 500.000 1 1.700.000 3 566.667

39 1 5.000.000 10 500.000 1 3.500.000 5 700.000

40 1 1.700.000 5 340.000 1 700.000 5 140.000

41 1 5.000.000 6 833.333 1 3.000.000 5 600.000

42 1 1.500.000 5 300.000 1 100.000 5 20.000

43 1 3.000.000 6 500.000 1 1.000.000 3 333.333

Jumlah 43 178.900.000 292 29.532.381 45 76.925.000 160 23.556.667


(62)

Tabel 25. Lanjutan

Jaring Tangkap Lampu Total Biaya

No

Jumlah Harga Umur Penyusutan Jumlah Harga Umur Penyusutan Penyusutan

(Buah) (Rp) (Th) (Rp) (Buah) (Rp) (Th) (Rp)

1 1 1.500.000 2 750.000 1 200.000 5 40.000 2.456.667

2 1 4.000.000 5 800.000 1 200.000 5 40.000 2.365.000

3 2 2.500.000 10 500.000 1 300.000 5 60.000 1.710.000

4 1 2.000.000 5 400.000 1 300.000 5 60.000 1.326.667

5 2 1.900.000 10 380.000 1 300.000 5 60.000 1.506.667

6 2 2.000.000 3 1.333.333 1 300.000 5 60.000 2.233.333

7 3 1.500.000 5 900.000 1 300.000 5 60.000 1.760.000

8 2 4.500.000 5 1.800.000 1 200.000 5 40.000 2.790.000

9 2 2.500.000 4 1.250.000 1 250.000 5 50.000 2.200.000

10 2 2.000.000 3 1.333.333 1 200.000 3 66.667 2.500.000

11 2 1.500.000 5 600.000 1 100.000 5 20.000 1.553.333

12 1 1.000.000 5 200.000 1 200.000 5 40.000 1.173.333

13 2 1.500.000 3 1.000.000 1 250.000 5 50.000 2.116.667

14 1 3.000.000 3 1.000.000 1 100.000 5 20.000 2.070.000

15 2 2.000.000 2 2.000.000 1 150.000 2 75.000 5.075.000

16 2 1.500.000 2 1.500.000 1 300.000 5 60.000 2.826.667

17 2 1.500.000 2 1.500.000 1 100.000 5 20.000 2.470.000

18 2 225.000 3 150.000 1 200.000 3 66.667 641.667

19 2 700.000 2 700.000 1 80.000 1 80.000 1.780.000

20 1 2.500.000 5 500.000 1 250.000 3 83.333 1.783.333

21 2 2.000.000 1 4.000.000 1 150.000 3 50.000 8.716.667

22 1 1.260.000 1 1.260.000 1 250.000 3 83.333 3.210.000

23 2 1.250.000 1 2.500.000 1 100.000 5 20.000 3.660.000

24 2 1.000.000 1 2.000.000 1 150.000 2 75.000 3.375.000

25 2 1.000.000 2 1.000.000 1 250.000 2 125.000 2.558.333

26 2 2.000.000 5 800.000 1 200.000 5 40.000 2.190.000

27 2 2.500.000 10 500.000 1 300.000 5 60.000 2.210.000

28 3 2.000.000 3 2.000.000 1 200.000 5 40.000 5.182.857

29 3 2.200.000 2 3.300.000 1 150.000 2 75.000 3.855.000

30 3 2.400.000 3 2.400.000 1 150.000 5 30.000 3.863.333

31 1 1.000.000 3 333.333 1 150.000 5 30.000 683.333

32 3 2.000.000 2 3.000.000 1 150.000 3 50.000 4.142.857

33 1 800.000 2 400.000 1 150.000 5 30.000 1.080.000

34 2 1.500.000 3 1.000.000 1 250.000 3 83.333 1.683.333

35 3 1.666.667 3 1.666.667 1 125.000 3 41.667 2.398.333

36 1 3.000.000 2 1.500.000 1 200.000 5 40.000 3.440.000

37 2 2.000.000 3 1.333.333 1 200.000 5 40.000 2.723.333

38 2 1.900.000 10 380.000 1 300.000 5 60.000 1.506.667

39 1 2.500.000 5 500.000 1 250.000 3 83.333 1.783.333

40 3 2.200.000 2 3.300.000 1 150.000 2 75.000 3.855.000

41 2 1.000.000 2 1.000.000 1 250.000 2 125.000 2.558.333

42 1 1.000.000 3 333.333 1 150.000 5 30.000 683.333

43 2 1.500.000 5 600.000 1 100.000 5 20.000 1.453.333

Jml 81 79.501.667 158 53.703.333 43 8.605.000 175 2.358.333 109.150.714


(1)

F. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA

n Jenis Pengeluaran Jumlah kg, liter (satuan) Harga/satuan Frekuensi pembelian/bln

Total pengeluaran

(Rp/Bln) Membeli Produksi

sendiri MAKANAN

A PADI-PADIAN Beras

Tepung terigu Jagung Lainnya

B UMBI-UMBIAN Ubi jalar

Ketela pohon/singkong Sagu

Kentang Lainnya

C KACANG-KACANGAN Tahu

Tempe Oncom Kacang tanah Kacang hijau Lainnya

D DAGING Dan Hasil Olahannya

Daging Ayam Daging Sapi Daging Kambing Daging unggas lainnya Daging lainnya Hati

Jeroan

E TELUR DAN SUSU Telur ayam kampung Telur ayam ras Susu kental manis Susu bubuk Susu bayi Lainnya

F IKAN KERING, UDANG, dan Hasil Olahannya Ikan tongkol

Ikan ekor kuning Ikan bawal


(2)

Ikan selar Ikan patin Ikan kembung Ikan bandeng Ikan teri Ikan asin Udang Lobster Cumi-cumi Kepiting Rajungan Kerang Lainnya

G SAYUR-SAYURAN Sayur sop/capcay Sayur asam / lodeh Daun singkong Bayam Kangkung Daun pepaya Wortel Kubis/kol Tomat/rampai Kacang panjang Buncis

Labu siam Sawi hijau Sawi putih Ketimun Lainnya

H BUAH-BUAHAN Pisang

Pepaya Mangga Nanas Jeruk Apel Melon Pir

Juice buah, sebutkan jenis buah...

Lainnya

I LEMAK dan MINYAK Minyak goreng

Mentega Lainnya


(3)

Gula pasir Gula merah/aren Teh

Kopi (bubuk, biji, instan) Sirup

Coklat

Air minum/bersih Lainnya

K BUMBU-BUMBUAN Bawang merah Bawang putih Cabai Garam

Bumbu penyedap/vetsin Lada

Merica Kecap Lainnya

L MAKANAN DAN MINUMAN JADI Makanan Jadi Mie instan Nasi uduk Nasi goreng Kue kering Kue basah Roti manis Roti tawar Bakso Mie ayam Soto

Empek-empek Sate

Ayam (goreng, bakar, dsb) Ikan (goreng, bakar, pepes, pindang, dsb)

Makanan jadi lainnya

Air kemasan Air gallon Air teh kemasan Sari buah kemasan


(4)

Minuman lainnya

TEMBAKAU DAN SIRIH Rokok kretek filter

Rokok kretek tanpa filter Rokok putih

Tembakau Sirih/pinang Lainnya

NON MAKANAN

A PERUMAHAN DAN FASILITAS RT Status penguasaan bangunan tempat tinggal Sewa

Kontrak Listrik Minyak tanah Gas

Bensin solar Kayu bakar

Lainnya (korek api, obat nyamuk,bola lampu dsb) Pos dan Telekomunikasi Pulsa Hp, nomor perdana Rekening telepon rumah Lainnya (warnet, internet dll)

B Aneka Barang dan Jasa Barang kecantikan Bedak

Lipstik Parfum Handbody Lainnya

Peralatan kebersihan Sabun mandi

Pasta gigi Shampo

Deterjen/sabun cuci Lainnya


(5)

Biaya pelayanan pengobatan/kuratif Rumah sakit pemerintah Praktek dokter

Praktek petugas kesehatan (bidan, perawat, mantri) Biaya obat

Biaya pembelian kacamata, kursi roda dll

Biaya pelayanan pencegahan (Preventif) Periksa hamil

Imunisasi

Keluarga berencana Lainnya

Biaya sekolah

Sumbangan pembangunan sekolah (uang pangkal) Uang sekolah (SPP) dan iuran BP3/ POMG Iuran sekolah lainnya (keterampilan, les, dsb) Buku pelajaran, fotocopy bahan pelajaran

Alat-alat tulis (pulpen, pensil, penggaris dll) Uang kursus

Bahan bakar, perbaikan ringan dan pemeliharaan kendaraan bermotor Bensin/pertamax Solar

Minyak pelumas Perbaikan ringan

Transportasi/ pengangkutan umum (bis, kereta api, angkot dsb)

Jasa Lainnya (KTP, SIM, Akte kelahiran (dsb) C Pakaian, Alas Kaki dan

Tutup Kepala

Pakaian jadi untuk lelaki dewasa (jas, seragam, kemeja, jaket dll) Pakaian jadi untuk perempuan dewasa (jas, seragam, kemeja, jaket dll) Pakaian jadi untuk


(6)

anak-anak (jas, seragam, kemeja, jaket dll)

Alas kaki (Sepatu, sandal, kaos kaki)

Tutup kepala (topi, kerudung, kopiah dsb) Lainnya (handuk, ikat pinggang, dasi dsb) D Barang Tahan Lama

Meubel (kursi, tempat tidur, lemari dsb)

Peralatan rumahtangga (kipas angin, mesin cuci, lemari es dsb)

Prelengkapan perabot rumahtangga (kasur, bantal, selimut dsb)

Perkakas rumahtangga (seterika, sapu, gunting, pisau dsb)

Alat-alat dapur (rak piring, kompor, penggorengan, gelas, mixer, dsb) Barang-barang hiasan HP dan aksesoris Arloji, jam kamera dsb Kendaraan

E Pajak, Pungutan dan Asuransi

Pajak bumi dan bangunan (PBB)

Pajak kendaraan bermotor(STNK)

Pungutan/retribusi (sampah, kemanan, kuburan dsb) Asuransi kesehatan F Keperluan Pesta dan

Upacara/Kenduri Perkawinan

Khitatanan dan ulang tahun Perayaan hari agama Upacara Agama Biaya pemakaman