Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Isolasi Senyawa Flavonoid dari Fraksi Etilasetat Daun Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)
Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2.Bagan pembuatan serbuk simplisia
Daun gaharu
Dicuci
Ditiriskan lalu ditimbang
Dikeringkan
Ditimbang
Simplisia
Diserbuk
Pemeriksaan makroskopik
Serbuk simplisia daun gaharu
Skrining
Fitokimia
- Alkaloida
- Flavonoida
- Saponin
- Tanin
- Glikosida
- Antrakuinon
- Steroida/
Triterpenoida
Karakterisasi
simplisia
Pembuatan
ekstrak
- Pemeriksaan mikroskopik
- Penetapan: - kadar air
- kadar sari yang larut dalam etanol
- kadar sari yang larut dalam air
- kadar abu total
- kadar abu yang tidak larut dalam asam
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan pembuatan ektrak
550 g serbuk simplisia
Direndam selama 3 jam
Dimasukkan ke dalam alat perkolator
Dituangkan cairan penyari etanol secukupnya
sampai simplisia terendam
Ditutup mulut tabung
Dibiarkan selama 24 jam
Dibuka kran dan dibiarkan tetes ekstrak mengalir
20 tetes/menit
Perkolat
Ampas
Dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 50oC
Dilakukan freeze dryer
Ekstrak kental etanol
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan kromatografi kolom
Ekstrak etanol
Difraksinasi dengan n-heksana
Fraksi n-heksana
Fraksi air
Fraksi kloroform
Fraksi air
Difraksinasi dengan
etilasetat
Fraksi etilasetat
Fraksi air
Dikromatografi kolom dengan fase
gerak n-heksana-etilasetat dan fase
diam silika gel 60 H
Eluat (226 vial)
Dikromatografi lapis tipis dengan fase
gerak terbaik n-heksana etilasetat (40:
60) dan fase diam silika gel F254
Eluat yang sama digabung
E1
vial 1-150
E2
vial 151-190
E3
vial 152-226
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan KLT preparatif
E3
vial 152-226
Di KLT peparatif dengan fase gerak
terbaik n-heksana etilasetat (40:
60) dan fase diam silika gel F254
Dikerok pita 3 dengan harga Rf = 0,57
Direndam dengan metanol
Residu
Filtrat
Diuapkan
Isolat
Dicuci dengan metanol dingin
Diuji kemurnian menggunakan KLT 1 arah
dengan fase gerak etilasetat, etilasetat: metanol
(90:10), toluen: etilasetat (70:30), n-heksana:
etilasetat (80:20) dan fase diam silika gel F254
Satu noda
Diamati di bawah sinar tampak, sinar UV 254
nm dan 366 nm
Isolat murni
UV dan IR
Spektrum
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagian makroskopik tumbuhan gaharu (Aquilaria malaccencis
Lamk.)
Pohon gaharu
Daun segar gaharu
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (Lanjutan)
Daun segar gaharu
Daun kering gaharu
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (Lanjutan)
Serbuk simplisia daun gaharu
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagian mikroskopik daun gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)
Stomata tipe anomositik
Penampang membujur daun segar gaharu
Epidermis atas
Berkas pembuluh dengan penebalan spiral
Epidermis bawah
Berkas pengangkut
Trikoma
Penampang melintang daun segar gaharu
Xilem
Floem
Sklerenkim tipe extraxiler
Penampang melintang daun segar gaharu yang ditambahkan floroglusin HC
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
1
2
3
4
Keterangan:
1. Resin
2. Trikoma
3. Berkas pembuluh kayu dengan dinding penebalan spiral
4. Stomata tipe anomositik
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Kromatogram dan harga Rf dari fraksi etilasetat daun gaharu
(Aquilaria malaccencis Lamk.)
bp
tp
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil a asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, penampakan secara visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90
0:100
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, penampakan seacar visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 254 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90 0:100
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 254 nm.
Fase gerak
(n-heksana:etilasetat)
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90
0:100
Harga Rf
0,52
0,09; 0,87
0,08; 0,61; 0,87
0,05; 0,12; 0,87
0,15; 0,87
0,07; 0,16; 0,28; 0,88
0,07; 0,15; 0,31; 0,65; 0,87
0,11; 0,33; 0,87
0,19; 0,61; 0,87
0,2; 0,87
0,25; 0,67; 0,87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 366 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90
0:100
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 366 nm.
Fase gerak
(n-heksana:etilasetat)
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90
0:100
Harga Rf
0,87
0,93
0,93
0,88
0,92
0,87
0,89
0,85
0,75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kromatogram hasil Kromatografi Kolom
bp
tp
E1 (vial 1-150)
E2 (vial 151-190)
E3 (vial 191-226)
Keterangan: Fase diam F254 gerak n-heksana:etil asetat (40:60), tp=titik penotolan,
bp=batas pengembangan, penampakan secara visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
bp
tp
E1 (vial 1-150)
E2 (vial 151-190)
E3 (vial 191-226)
Keterangan: Fase diam F254 gerak n-heksana:etil asetat (40:60), tp=titik penotolan,
bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 254 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
bp
tp
E1 (vial 1-150)
E2 (vial 151-190)
E3 (vial 191-226)
Keterangan: Fase diam F254 gerak n-heksana:etil asetat (40:60), tp=titik penotolan,
bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 366 nm.
Fase gerak
E1 (vial 1-150)
E2 (vial 151-190)
E3 (vial 191-226)
Visual
0,07
0,41;
0,79
Harga Rf
Sinar UV 254nm
0,47
0,19; 0,41; 0,6;
0,83
0,13; 0,29; 0,51;
0,79
Sinar UV 366nm
0,4
0,13, 0,25; 0,41;
0,67; 0,95
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Kromatogram hasil KLT Preparatif dari E3 (vial 191-226)
bp
tp
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana: etil asetat
(40:60), tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan,
penampakan secara visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
bp
Pita 6 = 0,85
Pita 5 = 0,79
Pita 4 = 0,58
Pita 3 = 0,45
Pita 2 = 0,23
Pita 1 = 0,17
tp
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana: etil asetat
(40:60), tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah
sinar UV 254 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
bp
Pita 5 = 0,89
Pita 4 = 0,8
Pita 3 = 0,57
Pita 2 = 0,25
Pita 1 = 0,19
tp
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat
(40:60), tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah
sinar UV 366 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Kromatogram KLT uji kemurnian isolat
bp
tp
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak (a) = etilasetat , fase gerak (b) =
etilasetat:metanol (90:10), fase gerak (c) = toluen:etilasetat (70:30),
fase gerak (d) = n-heksana-etilasetat (80:20), tp=titik pentotolan,
bp=batas pengembangan pertama, penampakan secara visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)
bp
tp
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak (a) = etilasetat , fase gerak (b) =
etilasetat:metanol (90:10), fase gerak (c) = toluen:etilasetat (70:30),
fase gerak (d) = n-heksana-etilasetat (80:20) , tp=titik pentotolan,
bp=batas pengembangan pertama, di bawah sinar UV 254 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)
bp
tp
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak (a) = etilasetat , fase gerak (b) =
etilasetat:metanol (90:10), fase gerak (c) = toluen:etilasetat (70:30),
fase gerak (d) = n-heksana:etilasetat (80:20) , tp=titik pentotolan,
bp=batas pengembangan pertama, di bawah sinar UV 366 nm.
Fase Gerak
Etilasetat
Etilasetat:metanol (90:10)
Toluen:etilasetat (70:30)
n-heksana:etilasetat (80:20)
Harga Rf
0,75
0,81
0,69
0,38
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan hasil penetapan kadar
a. Perhitungan hasil penetapan kadar air
Kadar air =
volume air (ml)
berat sampel (g)
1. Sampel 1
� 100%
Berat sampel
=5g
Volume air
= 0,15 ml
Kadar air
=
2. Sampel 2
0,15
5
x100%
= 3% v�b
Berat sampel
=5g
Volume air
= 0,18 ml
Kadar air
=
3. Sampel 3
0,18
5
x100%
= 3,6 % v�b
Berat sampel
=5g
Volume air
= 0,2 ml
Kadar air
=
Kadar air rata – rata
0,2
5
x100%
= 4 % v�b
=
3% + 3,6% + 4%
3
= 3,53% v�b
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)
b. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air
Kadar sari yang larut dalam air =
berat sari
berat simplisia
x
100
20
x 100%
1. Kadar sari yang larut dalam air I
Berat sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,117 g
Kadar sari yang larut dalam air
=
0,117
5,005
x
100
20
x 100%
= 11,69 %
2. Kadar sari yang larut dalam air II
Berat sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,128 g
Kadar sari yang larut dalam air
=
0,128
5,005
x
100
20
x 100%
= 12,79 %
3. Kadar sari larut dalam air III
Berat sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,118 g
Kadar sari yang larut dalam air
=
0,118
5,005
x
100
20
x 100%
= 11,79 %
Kadar sari yang larut dalam air rata – rata =
11,69%+12,79%+11,79%
3
= 12,09%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)
c. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
berat sari
berat simplisia
100
x
20
x 100%
1. Kadar sari yang larut dalam etanol I
Berat Sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,097 g
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
0,097
5,005
x
100
20
x 100%
= 9,69 %
2. Kadar sari yang larut dalam etanol II
Berat Sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,098 g
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
0.098
5,005
x
100
20
x100%
= 9,79 %
3. Kadar sari yang larut dalam etanol III
Berat Sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0.092 g
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
0,092
5,005
x
100
20
x 100%
= 9,19 %
Kadar sari yang larut dalam etanol rata-rata =
9,69%+9,79%+9,19%
3
= 9,56 %
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)
d. Perhitungan hasil penetapan kadar abu total
Kadar abu total
=
berat abu
berat simplisia
x 100%
1. Sampel I
Berat simplisia
= 2,005 g
Berat abu
= 0,152g
Kadar abu total
=
0,152
2,005
x100%
= 7,58 %
2. Sampel II
Berat simplisia
= 2,003 g
Berat abu
= 0,146g
Kadar abu total
=
0,146
2,005
x100%
= 7,29 %
3.Sampel III
Berat simplisia
= 2,001 g
Berat abu
= 0,125g
Kadar abu total
=
0,125
2,001
x100%
= 6,25 %
Kadar abu total rata-rata
=
7,58%+7,29%+6,25%
3
= 7,04%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)
e. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam
Kadar abu tidak larut dalam asam
=
berat abu
berat simplisia
x100%
1. Sampel I
Berat simplisia
= 2,005 g
Berat abu
= 0,014g
Kadar abu tidak larut asam=
0,014
2,005
x 100%
= 0,70 %
2. Sampel II
Berat simplisia
= 2,003 g
Berat abu
= 0,012g
Kadar abu tidak larut asam=
0,012
2,003
x 100%
= 0,60 %
3.Sampel III
Berat simplisia
= 2,001 g
Berat abu
= 0,011g
Kadar abu tidak larut asam=
0,011
2,001
x 100%
= 0,55 %
Kadar abu tidak larut asam rata-rata =
0,70%+0,60%+0,55%
3
= 0,62 %
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2.Bagan pembuatan serbuk simplisia
Daun gaharu
Dicuci
Ditiriskan lalu ditimbang
Dikeringkan
Ditimbang
Simplisia
Diserbuk
Pemeriksaan makroskopik
Serbuk simplisia daun gaharu
Skrining
Fitokimia
- Alkaloida
- Flavonoida
- Saponin
- Tanin
- Glikosida
- Antrakuinon
- Steroida/
Triterpenoida
Karakterisasi
simplisia
Pembuatan
ekstrak
- Pemeriksaan mikroskopik
- Penetapan: - kadar air
- kadar sari yang larut dalam etanol
- kadar sari yang larut dalam air
- kadar abu total
- kadar abu yang tidak larut dalam asam
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan pembuatan ektrak
550 g serbuk simplisia
Direndam selama 3 jam
Dimasukkan ke dalam alat perkolator
Dituangkan cairan penyari etanol secukupnya
sampai simplisia terendam
Ditutup mulut tabung
Dibiarkan selama 24 jam
Dibuka kran dan dibiarkan tetes ekstrak mengalir
20 tetes/menit
Perkolat
Ampas
Dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 50oC
Dilakukan freeze dryer
Ekstrak kental etanol
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan kromatografi kolom
Ekstrak etanol
Difraksinasi dengan n-heksana
Fraksi n-heksana
Fraksi air
Fraksi kloroform
Fraksi air
Difraksinasi dengan
etilasetat
Fraksi etilasetat
Fraksi air
Dikromatografi kolom dengan fase
gerak n-heksana-etilasetat dan fase
diam silika gel 60 H
Eluat (226 vial)
Dikromatografi lapis tipis dengan fase
gerak terbaik n-heksana etilasetat (40:
60) dan fase diam silika gel F254
Eluat yang sama digabung
E1
vial 1-150
E2
vial 151-190
E3
vial 152-226
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan KLT preparatif
E3
vial 152-226
Di KLT peparatif dengan fase gerak
terbaik n-heksana etilasetat (40:
60) dan fase diam silika gel F254
Dikerok pita 3 dengan harga Rf = 0,57
Direndam dengan metanol
Residu
Filtrat
Diuapkan
Isolat
Dicuci dengan metanol dingin
Diuji kemurnian menggunakan KLT 1 arah
dengan fase gerak etilasetat, etilasetat: metanol
(90:10), toluen: etilasetat (70:30), n-heksana:
etilasetat (80:20) dan fase diam silika gel F254
Satu noda
Diamati di bawah sinar tampak, sinar UV 254
nm dan 366 nm
Isolat murni
UV dan IR
Spektrum
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagian makroskopik tumbuhan gaharu (Aquilaria malaccencis
Lamk.)
Pohon gaharu
Daun segar gaharu
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (Lanjutan)
Daun segar gaharu
Daun kering gaharu
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (Lanjutan)
Serbuk simplisia daun gaharu
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagian mikroskopik daun gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)
Stomata tipe anomositik
Penampang membujur daun segar gaharu
Epidermis atas
Berkas pembuluh dengan penebalan spiral
Epidermis bawah
Berkas pengangkut
Trikoma
Penampang melintang daun segar gaharu
Xilem
Floem
Sklerenkim tipe extraxiler
Penampang melintang daun segar gaharu yang ditambahkan floroglusin HC
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. (Lanjutan)
1
2
3
4
Keterangan:
1. Resin
2. Trikoma
3. Berkas pembuluh kayu dengan dinding penebalan spiral
4. Stomata tipe anomositik
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Kromatogram dan harga Rf dari fraksi etilasetat daun gaharu
(Aquilaria malaccencis Lamk.)
bp
tp
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil a asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, penampakan secara visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90
0:100
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, penampakan seacar visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 254 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90 0:100
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 254 nm.
Fase gerak
(n-heksana:etilasetat)
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90
0:100
Harga Rf
0,52
0,09; 0,87
0,08; 0,61; 0,87
0,05; 0,12; 0,87
0,15; 0,87
0,07; 0,16; 0,28; 0,88
0,07; 0,15; 0,31; 0,65; 0,87
0,11; 0,33; 0,87
0,19; 0,61; 0,87
0,2; 0,87
0,25; 0,67; 0,87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 366 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
bp
tp
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90
0:100
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat, tp=titik
penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 366 nm.
Fase gerak
(n-heksana:etilasetat)
100:0
90:10
80:20
70:30
60:40
50:50
40:60
30:70
20:80
10:90
0:100
Harga Rf
0,87
0,93
0,93
0,88
0,92
0,87
0,89
0,85
0,75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kromatogram hasil Kromatografi Kolom
bp
tp
E1 (vial 1-150)
E2 (vial 151-190)
E3 (vial 191-226)
Keterangan: Fase diam F254 gerak n-heksana:etil asetat (40:60), tp=titik penotolan,
bp=batas pengembangan, penampakan secara visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
bp
tp
E1 (vial 1-150)
E2 (vial 151-190)
E3 (vial 191-226)
Keterangan: Fase diam F254 gerak n-heksana:etil asetat (40:60), tp=titik penotolan,
bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 254 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
bp
tp
E1 (vial 1-150)
E2 (vial 151-190)
E3 (vial 191-226)
Keterangan: Fase diam F254 gerak n-heksana:etil asetat (40:60), tp=titik penotolan,
bp=batas pengembangan, di bawah sinar UV 366 nm.
Fase gerak
E1 (vial 1-150)
E2 (vial 151-190)
E3 (vial 191-226)
Visual
0,07
0,41;
0,79
Harga Rf
Sinar UV 254nm
0,47
0,19; 0,41; 0,6;
0,83
0,13; 0,29; 0,51;
0,79
Sinar UV 366nm
0,4
0,13, 0,25; 0,41;
0,67; 0,95
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Kromatogram hasil KLT Preparatif dari E3 (vial 191-226)
bp
tp
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana: etil asetat
(40:60), tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan,
penampakan secara visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
bp
Pita 6 = 0,85
Pita 5 = 0,79
Pita 4 = 0,58
Pita 3 = 0,45
Pita 2 = 0,23
Pita 1 = 0,17
tp
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana: etil asetat
(40:60), tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah
sinar UV 254 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
bp
Pita 5 = 0,89
Pita 4 = 0,8
Pita 3 = 0,57
Pita 2 = 0,25
Pita 1 = 0,19
tp
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak n-heksana:etil asetat
(40:60), tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan, di bawah
sinar UV 366 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Kromatogram KLT uji kemurnian isolat
bp
tp
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak (a) = etilasetat , fase gerak (b) =
etilasetat:metanol (90:10), fase gerak (c) = toluen:etilasetat (70:30),
fase gerak (d) = n-heksana-etilasetat (80:20), tp=titik pentotolan,
bp=batas pengembangan pertama, penampakan secara visual.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)
bp
tp
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak (a) = etilasetat , fase gerak (b) =
etilasetat:metanol (90:10), fase gerak (c) = toluen:etilasetat (70:30),
fase gerak (d) = n-heksana-etilasetat (80:20) , tp=titik pentotolan,
bp=batas pengembangan pertama, di bawah sinar UV 254 nm.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)
bp
tp
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak (a) = etilasetat , fase gerak (b) =
etilasetat:metanol (90:10), fase gerak (c) = toluen:etilasetat (70:30),
fase gerak (d) = n-heksana:etilasetat (80:20) , tp=titik pentotolan,
bp=batas pengembangan pertama, di bawah sinar UV 366 nm.
Fase Gerak
Etilasetat
Etilasetat:metanol (90:10)
Toluen:etilasetat (70:30)
n-heksana:etilasetat (80:20)
Harga Rf
0,75
0,81
0,69
0,38
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan hasil penetapan kadar
a. Perhitungan hasil penetapan kadar air
Kadar air =
volume air (ml)
berat sampel (g)
1. Sampel 1
� 100%
Berat sampel
=5g
Volume air
= 0,15 ml
Kadar air
=
2. Sampel 2
0,15
5
x100%
= 3% v�b
Berat sampel
=5g
Volume air
= 0,18 ml
Kadar air
=
3. Sampel 3
0,18
5
x100%
= 3,6 % v�b
Berat sampel
=5g
Volume air
= 0,2 ml
Kadar air
=
Kadar air rata – rata
0,2
5
x100%
= 4 % v�b
=
3% + 3,6% + 4%
3
= 3,53% v�b
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)
b. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air
Kadar sari yang larut dalam air =
berat sari
berat simplisia
x
100
20
x 100%
1. Kadar sari yang larut dalam air I
Berat sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,117 g
Kadar sari yang larut dalam air
=
0,117
5,005
x
100
20
x 100%
= 11,69 %
2. Kadar sari yang larut dalam air II
Berat sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,128 g
Kadar sari yang larut dalam air
=
0,128
5,005
x
100
20
x 100%
= 12,79 %
3. Kadar sari larut dalam air III
Berat sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,118 g
Kadar sari yang larut dalam air
=
0,118
5,005
x
100
20
x 100%
= 11,79 %
Kadar sari yang larut dalam air rata – rata =
11,69%+12,79%+11,79%
3
= 12,09%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)
c. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
berat sari
berat simplisia
100
x
20
x 100%
1. Kadar sari yang larut dalam etanol I
Berat Sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,097 g
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
0,097
5,005
x
100
20
x 100%
= 9,69 %
2. Kadar sari yang larut dalam etanol II
Berat Sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0,098 g
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
0.098
5,005
x
100
20
x100%
= 9,79 %
3. Kadar sari yang larut dalam etanol III
Berat Sampel
= 5,005 g
Berat sari
= 0.092 g
Kadar sari yang larut dalam etanol
=
0,092
5,005
x
100
20
x 100%
= 9,19 %
Kadar sari yang larut dalam etanol rata-rata =
9,69%+9,79%+9,19%
3
= 9,56 %
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)
d. Perhitungan hasil penetapan kadar abu total
Kadar abu total
=
berat abu
berat simplisia
x 100%
1. Sampel I
Berat simplisia
= 2,005 g
Berat abu
= 0,152g
Kadar abu total
=
0,152
2,005
x100%
= 7,58 %
2. Sampel II
Berat simplisia
= 2,003 g
Berat abu
= 0,146g
Kadar abu total
=
0,146
2,005
x100%
= 7,29 %
3.Sampel III
Berat simplisia
= 2,001 g
Berat abu
= 0,125g
Kadar abu total
=
0,125
2,001
x100%
= 6,25 %
Kadar abu total rata-rata
=
7,58%+7,29%+6,25%
3
= 7,04%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)
e. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam
Kadar abu tidak larut dalam asam
=
berat abu
berat simplisia
x100%
1. Sampel I
Berat simplisia
= 2,005 g
Berat abu
= 0,014g
Kadar abu tidak larut asam=
0,014
2,005
x 100%
= 0,70 %
2. Sampel II
Berat simplisia
= 2,003 g
Berat abu
= 0,012g
Kadar abu tidak larut asam=
0,012
2,003
x 100%
= 0,60 %
3.Sampel III
Berat simplisia
= 2,001 g
Berat abu
= 0,011g
Kadar abu tidak larut asam=
0,011
2,001
x 100%
= 0,55 %
Kadar abu tidak larut asam rata-rata =
0,70%+0,60%+0,55%
3
= 0,62 %
Universitas Sumatera Utara