PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE EKSPERIMEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HOME DAN CLASSROOM SCIENCE PROCESS SKILL DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN RASA INGIN TAHU | Suparmi | BIOEDUKASI 5528 11843 1 SM

BIOEDUKASI
Volume 6, Nomor 2
Halaman 28-45

ISSN : 1693-2654
Agustus 2013

PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE EKSPERIMEN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN HOME DAN CLASSROOM
SCIENCE PROCESS SKILL DITINJAU DARI SIKAP
ILMIAH DAN RASA INGIN TAHU
Lilis Rahmawati1, Suciati Sudarisman 2, Suparmi 3
1

2,3

SMP Muhammadiyah 8 Surakarta
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
E-mail : rahma_lilis@ymail.com
Diterima 02 Juni 2013, Disetujui 21 Juli 2013


ABSTRAK-Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen menggunakan
pendekatan Home dan Classroom Science Process Skill, sikap ilmiah, rasa ingin tahu dan
interaksinyaterhadap prestasi belajar Biologi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen,
populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran
2011/2012. Sampel diperoleh dengan teknik cluster random sampling terdiri dari 2 kelas IX E
dan IX G. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes untuk mendapatkan data
prestasi belajar kognitif, metode angket untuk mendapatkan informasi rasa ingin tahu, sikap
ilmiah dan prestasi belajar afektif dan psikomotor, serta observasi untuk pendukung prestasi
afektif dan psikomotor. Data dianalisis menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial
2 x 2 x 2 dan frekuensi sel tidak sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. metode
eksperimen menggunakan pendekatan Home dan Classroom Science Process Skill
memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar; 2. tidak ada pengaruh antara sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar; 3. tidak ada pengaruh antara rasa ingin tahu terhadap prestasi
belajar; 4. tidak ada interaksi antara pendekatan Home dan Classroom Science Process Skill
dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar; 5. tidak ada interaksi antara pendekatan dengan
rasa ingin tahu dengan prestasi belajar; 6. tidak ada prestasi interaksi antara sikap ilmiah dan
rasa ingin tahu terhadap prestasi belajar; 7. tidak ada interaksi antara metode eksperimen,
pendekatan Home dan Classroom Science Process Skill, sikap ilmiah, dan rasa ingin tahu
terhadap prestasi belajar.


Kata kunci : metode eksperimen, pendekatan Home Science Process Skill, Classroom
Science Process Skill, materi ekskresi.

terus mengejar kualitas dan keunggulan,

Pendahuluan

menuntut manusia bercirikan kreatif kritis,

Laju perkembangan IPTEK dan era
globalisasi menuntut prasyarat kemampuan
manusia

untuk

memperoleh

peluang


partisipasi di dalamnya. Menurut Tilaar
(1999: 53) masyarakat masa depan yang

fleksibel,

terbuka,

inovatif,

tangkas

(“dexterity”), kompetitif, peka terhadap
masalah, menguasai informasi, mampu
bekerja dalam “team work” lintas bidang,

dan

mampu

beradaptasi


terhadap

perubahan.

mengembangkan

pemahaman

tentang

berbagai macam gejala alam, konsep dan

Pendidikan adalah suatu proses yang

prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat

di dalamnya seseorang mengembangkan

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)


kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap

tingkah laku lainnya di masyarakat dan

positif, dan kesadaran terhadap adanya

dipengaruhi oleh lingkungan terpilih dan

hubungan

terkontrol sehingga yang bersangkutan

antara IPA, lingkungan, teknologi dan

mengalami perkembangan secara optimum.

masyarakat, (4) melakukan inquiry ilmiah


Tujuan akhir dari pendidikan nasional

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

adalah berkembangnya peserta didik agar

berpikir

menjadi

berkomunikasi,

manusia

yang

beriman

dan


yang

dan

saling

bertindak
(5)

mempengaruhi

ilmiah

serta

meningkatkan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,


kesadaran untuk berperan serta memelihara,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

menjaga dan melestarikan lingkungan serta

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara

sumber daya alam, (6) meningkatkan

yang demokratis dan serta bertanggung

kesadaran untuk menghargai alam dan

jawab.

segala keteraturannya sebagai salah satu

Mengembangkan


kemampuan

peserta didik sehingga memiliki kecakapan,

ciptaan

kreatif, mandiri dan bertanggung jawab

pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA

diperlukan adanya serangkaian langkah

sebagai

nyata

pendidikan ke jenjang selanjutnya.

dalam


membentuknya

(Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20, 2003: 11)

Tuhan,
dasar

(7)
untuk

meningkatkan
melanjutkan

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam
adalah ilmu yang pokok yang konsepnya

Pendidikan yang berkualitas perlu


adalah alam dengan segala isinya. Obyek

didukung oleh pembelajaran yang bermutu.

yang dipelajari dalam sains adalah sebab-

Sesuai dengan Permendiknas Nomor 22

akibat, hubungan kausal dari kejadian-

Tahun 2006 (2006: 377) disebutkan bahwa

kejadian yang terjadi di alam. Carin and

mata pelajaran IPA (Fisika dan Biologi)

Sund (dalam Wenno, 2008: 2) menyatakan

untuk SMP/MTs bertujuan agar peserta

bahwa science is the system of knowing

didik

about the universe throught data collected

memiliki

meningkatkan
kebesaran

kemampuan
keyakinan

Tuhan

(1)

terhadap
Maha

by

observation

and

controlled

Esa

eksperimentation. As data are collected,

berdasarkan keberadaan, keindahan dan

theories are advanced to explain and

keteraturan

account for what has been observed.

alam

Yang

:

ciptaanNya,

(2)

Dengan demikian IPA Biologi sebaiknya

yang

diajarkan

penyelidikan ilmiah. Sains juga bermanfaat

sesuai

dengan

hakikat

diperlukan

untuk

melakukan

pembelajaran yang mengacu pada produk,

untuk

proses dan sikap ilmiah.

motorik, jika dalam pengajaran sains anak-

Sains dipandang sebagai produk
yaitu

merupakan

pengetahuan

yang

mengembangkan

anak dilibatkan dalam

ketrampilan
kegiatan kerja

laboratorium. Sains merupakan salah satu

sistematis atau tersusun secara teratur,

pelajaran

berlaku umum, dan berupa kumpulan data

membentuk sikap, dan ketrampilan motorik

hasil observasi dan eksperimen. Aktivitas

siswa. Dengan mempelajari sains siswa

dalam sains selalu berhubungan dengan

diharapkan dapat berkembang menjadi anak

percobaan-percobaan yang membutuhkan

yang sehat jasmani rohani, cerdas dan

ketrampilan dan kerajinan. Sains pada

berbudi pekerti luhur.

dasarnya mencari hubungan kausal antara

Ditinjau

yang

diperlukan

dari

untuk

karakteristik

gejala-gejala alam yang diamati. Sains

materinya,

dipandang sebagai suatu proses artinya

karakteristik yang khas dan berbeda dengan

pembelajaran sains Biologi di sekolah harus

materi pembelajaran lainnya. Materi IPA

dapat memberikan suatu pengalaman nyata

Biologi

bagi peserta didik.

berkaitan

menjadikan

otak

Pengalaman dapat
bekerja

membangun

IPA

Biologi

mengkaji

berbagai

dengan

berbagai

memiliki

hal

yang

fenomena

makhluk hidup pada berbagai tingkat

persepsi dan kemampuan memecahkan

organisasi

masalah. Untuk itu guru sains dituntut

dengan lingkungan dengan cara mencari

mampu

proses

tahu tentang alam yang sistematis, bukan

memberikan

hanya penguasaan kumpulan konsep saja,

pengalaman yang bermakna bagi peserta

maka belajar sains bukan hanya penguasaan

didik. Lingkungan belajar harus dirancang

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

sedemikain

didik

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

berlatih

saja, tetapi juga merupakan suatu proses

menciptakan

pembelajaran

memiliki

yang

rupa

dapat

agar

kesempatan

memecahkan

sebuah

masalah

peserta
untuk
yang

dilakukan

penemuan.

kehidupan

Proses

dan

interaksinya

pembelajarannya

melalui aktivitas nyata, sehingga peserta

menekankan pada pemberian pengalaman

didik

sendiri

langsung

untuk

sebagai

kompetensi

untuk

dapat

pengetahuan.

menemukan
Sains

dipandang

mengembangkan
menjelajahi

dan

sikap ilmiah artinya sains merupakan sarana

memahami alam sekitar secara ilmiah

bagi siswa untuk mengembangkan dan

(scientific inquiry) untuk menumbuhkan

menerapkan ketrampilan proses ilmiah

kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap

ilmiah

serta

mengkomunikasikannya

Surakarta. Berdasarkan data hasil observasi

sebagai aspek penting dalam kecakapan

terhadap proses pembelajaran, tampaknya

hidup.

pembelajaran IPA Biologi

Dengan

demikian

penciptaan

masih belum

lingkungan belajar sains khususnya Biologi

efektif. Hal ini terbukti dari kurang aktifnya

hendaknya disesuaikan dengan karakteristik

siswa dalam kegiatan pembelajaran baik

materi pelajaran dan cara memperoleh

ditinjau dari aspek kognitif, afektif maupun

pengetahuan tersebut.

psikomotorik,

sehingga

berpengaruh

Namun demikian, penguasaan sains

terhadap hasil belajar peserta didik. Nilai

pelajar Indonesia secara umum masih

Biologi peserta didik cenderung di bawah

rendah. Hal ini ditunjukkan dalam data

kriteria ketuntasan minimal (KKM)

TIMSS

ditetapkan sekolah yaitu 72. Hal tersebut

(Trends

in

International

Mathematics and Science Study, 2003),

dapat dilihat pada Tabel 1.

meskipun hasilnya lebih baik dari studi
sebelumnya,

oleh guru, sehingga siswa cenderung pasif

(untuk siswa SMP) di Indonesia mengalami

dan hanya sekedar mendengarkan. Guru

penurunan skor yaitu dari 488 menjadi 474.

dalam proses kegiatan pembelajaran masih

Hampir tidak ada siswa SMP Indonesia

menggunakan

yang mencapai predikat sangat tinggi, dan

(ceramah). Kurangnya penekanan pada

hanya sekitar 4% yang mendapat predikat

kegiatan

tinggi. Sisanya, sebanyak 25% berpredikat

pengamatan, pengukuran, pengelompokan,

sedang,

kesimpulan, yang disebabkan keterbatasan

61%

penguasaan

Proses pembelajaran didominasi

sains

dan

namun

yang

rendah.

Sementara

metode

konvensional

eksperimen/percobaan

seperti:

berdasarkan nilai tes yang diraih, siswa

waktu

peserta PISA (Programme for International

ketrampilan proses sains. Akibatnya, siswa

Student Assessment, 2006) dari Indonesia

hanya akan mampu menguasai aspek

hasilnya 50,5%, berada di bawah Tingkatan

kognitif saja, sementara aspek afektif dan

1, 27,6% lainnya berada di Tingkatan 1,

psikomotor kurang berkembang. Siswa

dan tidak ada yang berada di Tingkatan 6.

kurang dilibatkan dalam proses penemuan,

Data tahun 2006 hasil pengukuran PISA

pengamatan, pengelompokan, pengukuran,

dari 57 negara yang disurvei, Indonesia

analisis. Akibat dari guru tersebut interaksi

menempati peringkat ke-38 untuk bidang

antar peserta didik dan guru kurang,

IPA.

motivasi peserta didik rendah, minat dalam
Rendahnya penguasaan IPA Biologi

oleh

guru

untuk

menerapkan

pembelajaran IPA Biologi kurang, rasa

tersebut juga dialami oleh sekolah sekolah

percaya

pada umumnya, khususnya di SMP N 6

pembelajaran

diri

yang
siswa

rendah,

dalam

cenderung

pasif.

Sehingga

pembelajaran

IPA

Biologi

menjadi tidak menarik dan membosankan.

menyajikan

berbagai

materi.

Hal

ini

dilakukan agar proses pembelajaran yang
berlangsung baik dikelas benar-benar dapat

Tabel 1 Nilai Rata-rata Ulangan Harian
Biologi Materi Sistem Ekskresi
Kelas IX Semester I SMP Negeri
6 Surakarta Tahun Pelajaran
2010/2011
Kelas

K
IX IX IX IX IX IX IX R K
M
A B C D E F G

% siswa
nilai ≥ 72 70 75 65 70 68 75 68 71 7
% siswa
nilai< 72

30 25 35 30 32 25 32 29 2

Sumber : Leger SMP Negeri 6 Surakarta tahun
2010/2011.

berjalan

dengan

sehingga

efektif

tujuan

dan

efisien,

pembelajaran

dapat

tercapai sesuai dengan target. Beberapa
pendekatan

pembelajaran

yang

dapat

dilakukan oleh guru sains dikelas, yaitu :
pendekatan sains teknologi masyarakat,
pembelajaran

kooperatif,

ekspositori,

inquiry, keterampilan proses sains (Science
Process

Skill

keterampilan

Approach).
proses

Pendekatan

sains

(KPS)

merupakan pendekatan pembelajaran yang

Pembelajaran sains akan efektif jika

berorientasi pada proses IPA. Pendekatan

guru membawa perhatian siswa pada materi

ini memandang bahwa belajar sains harus

pelajaran yang diorganisasi dengan baik,

mencerminkan bagaimana para ilmuwan

serta

dan

bekerja. Dengan kata lain, KPS memandang

macam

bahwa siswa belajar untuk menguasai dan

pendekatan dan metode mengajar untuk

menerapkan KPS baik KPS Dasar maupun

menyesuaikan

KPS Terintegrasi. KPS Dasar meliputi:

mampu

mengendalikan

menerapkan
berbagai

kebutuhan

pembelajaran

siswa. Metode pembelajaran merupakan

observasi,

klasifikasi,

bagian yang penting dalam proses belajar

komunikasi,

menyimpulkan,

mengajar yang menentukan keberhasilan

identifikasi

proses belajar mengajar yang berkaitan

Terintegrasi

dengan tujuan pembelajaran. Salah satu

hipotesis,

usaha yang dilakukan untuk mencapai

investigasi,

tujuan

experimentasi (Susanto, 1992 : 21)

pembelajaran

adalah

dengan

variabel,

pengukuran,
prediksi,

sementara

meliputi:

penyusunan

pengontrolan
definisi

KPS

variabel,
operasional,

Penggunaan KPS dimaksudkan untuk

memilih pendekatan dan metode yang tepat.
mengajar

mengetahui cara menjawab pertanyaan-

dalam proses pembelajaran tidak lepas dari

pertanyaan tentang dunia sains. KPS tidak

pendekatan pembelajaran.

hanya berguna dalam ilmu pengetahuan,

Penggunaan

metode-metode

Pendekatan

dalam

proses

pembelajaran merupakan teknik guru dalam

tetapi

dalam

situasi

apapun

yang

membutuhkan pemikiran kritis. Melalui

KPS

siswa

itu

sendiri,

diberi

jika rasa ingin tahu terhadap pelajaran

kesempatan untuk terlibat langsung dalam

rendah, dapat berdampak pada respon yang

kegiatan-kegiatan

kurang positif dan cenderung acuh dalam

dan/atau

siswa

pengalaman-

pengalaman yang tak berbeda dengan apa

menerima

yang dialami oleh ilmuwan. Kegiatan KPS

menurunkan prestasi belajar dan pada

tidak selalu dapat dilakukan secara formal

akhirnya

(sekolah), tetapi juga dapat dilakukan

tercapai.

secara informal seperti di lingkungan
sekitar, rumah.

pelajaran
tujuan

sehingga

dapat

pembelajaran

tidak

Demikian juga variasi sikap ilmiah
perlu

diperhatikan

oleh

guru

dalam

Home Science Process Skill adalah

pembelajaran, karena dapat berpengaruh

keterampilan proses yang terjadi secara

terhadap keberhasilan pembelajaran. Sikap

alami, spontan di pikiran, dalam situasi

ilmiah diharapkan siswa mampu menggali

apapun yang akan menuntun langkah-

pengetahuan melalui penyelidikan, mampu

langkah

mengkomunikasikan

berpikir.

Untuk

menjawab

pengtahuannya,

pertanyaan-pertanyaan tentang dunia sains

mengembangkan

dapat menggunakan KPS. KPS tidak hanya

serta mampu mengembangkan sikap dan

berguna dalam ilmu pengetahuan, tetapi

nilai ilmiah, sehingga tercapai tujuan

dalam situasi apapun yang membutuhkan

pembelajaran Biologi.

pemikiran kritis.

keterampilan

Berdasarkan

uraian

berpikir,

tersebut

dan

Pembelajaran IPA dipengaruhi oleh

dalam rangka meningkatkan prestasi belajar

faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor

siswa, sekaligus sebagai solusi terhadap

eksternal salah satunya adalah pendekatan

permasalahan pembelajaran siswa di SMP

dan metode pembelajaran yang digunakan,

N 6 Surakarta, maka perlu dilakukan

sedangkan faktor internal antara lain sikap

penelitian dengan judul Pembelajaran IPA

ilmiah dan rasa ingin tahu siswa yang dapat

Menggunakan Metode Eksperimen Dengan

mempengaruhi hasil belajar siswa. Rasa

Pendekatan Home dan Classroom Science

ingin tahu menjadi salah satu unsur pribadi

Process Skill Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan

peserta didik yang sangat berpengaruh

Rasa Ingin Tahu Siswa.

terhadap keberhasilan belajar. Dahar (1989:

Tujuan

yang

akan

dicapai

dari

104) mengemukakan bahwa “rasa ingin

penelitian ini adalah untuk mengetahui

tahu merupakan suatu respon terhadap

pengaruh pembelajaran pendekatan Home

ketidaktentuan dan kesangsian” . Tanpa ada

dan Classroom Science Process Skill, sikap

rasa ingin tahu peserta didik tidak akan

ilmiah dan rasa ingin tahu terhadap prestasi

memiliki motivasi untuk belajar. Tentu saja

belajar siswa.

pendekatan Home Science Process Skill dan

Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN 6

Classroom Science Process Skill. Instrumen

Surakarta. Waktu penelitian dimulai dari

pengambilan data digunakan tes, lembar

bulan November tahun 2011 sampai Januari

observasi, dan angket. Pengujian hipotesis

tahun

dilakukan dengan uji anava menggunakan

2012.

Peneltian

ini

termasuk

penelitian kuasi eksperimen. Kelompok I

bantuan SPSS 16.

menggunakan pendekatan Home Science

Hasil dan Pembahasan

Process

dan

Skill

menggunakan

kelompok

pendekatan

II

Hasil uji Anava dengan langkah

Classroom

General Linear Model (GLM) baik prestasi
kognitif, afektif dan psikomotorik tersaji

Science Process Skill.
Rancangan penelitian yang digunakan

pada Tabel 2

adalah rancangan anava 3 jalan dengan
rancangan faktorial 2 x 2 x 2. Teknik

Tabel 2 Rangkuman Uji Anava

pengambilan sampel yang digunakan dalam

P-value

penelitian

ini

adalah

cluster

random

NO

SOURCE

sampling. Sampel yang digunakan dalam

Prestasi
Kognitif
Afektif

penelitian ini ada 2 kelas, yaitu kelas IX E
sebagai kelas eksperimen I dan kelas IX G
sebagai kelas eksperimen II.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan: (1) metode tes,
digunakan

untuk

menentukan

metode

angket,

digunakan

1
2
3

prestasi

belajar siswa dilihat dari aspek kognitif, (2)

Pendekatan
Sikap Ilmiah
Rasa

4

memperoleh data sikap ilmiah, rasa ingin

Ilmiah
5

dan

(3)

metode

observasi,

6

dalam penelitian ini berupa silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

0,717

0,475

0,838

0,25
3
0,81
1
0,78
8
0,32
1
0,39
6
0,92
8

0,000
0,834
0,238

0,821

0,204

0,453

Pendekatan*

psikomotor.
penelitian

0,623

Tahu

siswa dalam ranah afektif dan ranah
pelaksanaan

0,314

Sikap Imiah
*Rasa Ingin

digunakan untuk mengetahui kemampuan

Instrumen

Media*Rasa
Ingin Tahu

setelah proses kegiatan belajar mengajar

0,000

Pendekatan
*Sikap

selesai,

Ingin

Tahu

untuk

tahu dan data aspek afektif dan psikomotor

Psikomotor

7

Sikap
Ilmiah*Rasa
Ingin Tahu

0,853

0,87
0

0,476

1.

Pendekatan

Hipotesis Pertama

Mean

Hasil perhitungan statistik anava tiga
jalan dengan sel tidak sama pembelajaran

Home Science Process

pendekatan Home dan Classroom Science

Skill

Process Skill, Pendekatan = 0,000 < 0,05,

Classroom Science

maka

Process Skill

Ho

(pendekatan

berpengaruh

Std.
Error

79,90

5,734

73,62

5,985

terhadap prestasi kognitif) ditolak dan
untuk aspek afektif diperoleh P-value.
Pendekatan = 0,253 > 0,05, maka Ho

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui

(pendekatan tidak berpengaruh terhadap

bahwa means (rata-rata) aspek kognitif

prestasi afektif) diterima. Sedangkan untuk

kelompok siswa dengan menggunakan

aspek

P-value.

pendekatan Home Science Process Skill =

= 0.000 < 0,05, maka Ho

79,90 lebih besar dari pada rata-rata aspek

psikomotor

Pendekatan

diperoleh

(pendekatan berpengaruh terhadap prestasi

kognitif

psikomotor) ditolak. Dengan demikian

pendekatan

dapat

Science Process Skill = 73,62.

disimpulkan

bahwa

pendekatan

berpengaruh secara signifikan terhadap
prestasi

belajar

sedangkan

kognitif,

prestasi

psikomotor,

afektif

tidak

berpengaruh terhadap pendekatan.
Untuk

mengetahui

Untuk

mengetahui

79,90

Classroom
pendekatan

disajikan hasil rerata seperti ditunjukkan

Tabel 4. Tabel Estimated Marginal Means
terhadap Pendekatan
Pendekatan

Tabel 3. Tabel Estimated Marginal Means
terhadap Pendekatan

Skill

pembelajaran

berpengaruh pada aspek psikomotor maka

pada Tabel 3.

Mean

menggunakan

pendekatan

disajikan hasil rerata seperti ditunjukkan

Home Science Process

yang

pada Tabel 4.

berpengaruh pada aspek kognitif maka

Pendekatan

siswa

Std.
Error
5,734

Home Science Process
Skill
Classroom Science
Process Skill

Mean

Std.
Error

58,66

5,881

52,79

5,341

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
bahwa means (rata-rata) aspek psikomotor

kelompok siswa dengan menggunakan

Home Science Process Skill mempunyai

pendekatan Home Science Process Skill =

rataan prestasi kognitif, psikomotor lebih

58,66 lebih besar dari pada rata-rata aspek

tinggi di bandingkan pendekatan Classroom

psikomotor

menggunakan

Science Process Skill. Jadi berdasarkan uji

Classroom

lanjut anava pendekatan Home Science

siswa

pendekatan

yang

pembelajaran

Science Process Skill = 52,79.
Pemilihan
memilki

salah

efek

yang

satu

Process
pendekatan

lebih

baik

daripada

pendekatan Classroom Science Process

terhadap

Skill. Hal ini disebabkan karena dalam

pencapaian prestasi belajar Biologi. Dengan

pendekatan Home Science Process Skill

waktu

pembelajaran seluruh jalannya percobaan

yang

berbeda

Skill

cukup

siswa

dapat

membuktikan teori yang terdapat dalam

dilakukan peserta didik

materi dengan melalui

adanya pendampingan dari guru. Mereka

percobaan dan

sendiri

tanpa

referensi yang ada. Hasil penelitian ini

hanya

sesuai dengan penelitian oleh Duran,

disediakan oleh guru yang dibuat secara

Özdemir

lebih rinci sehingga mudah dipahami oleh

(2010)

berdasarkan

dipandu

dengan

LKS

yang

kesimpulannya menyatakan, pembelajaran

siswa

sains yang dilakukan melalui kegiatan

informal, selain hal tersebut siswa sendiri

penemuan dan pengetahuan dengan bahan

juga harus mennyiapkan peralatan yang

yang

prestasi

terdapat disekitar lingkungan mereka. Pada

belajar yang maksimal, selain itu juga

proses eksperimen siswa didorong untuk

mengembangkan

berpikir mandiri, merangkai

sederhana

menghasilkan
sikap-sikap

positif

dan

dilakukan

di

lingkungan

percobaan,

terhadap orang tua, teman sebaya, dan

mengamati, mengukur, dan menganalisa

sains. Ausubel (1968) yaitu siswa yang

serta menyimpulkan, sehingga siswa dapat

belajar harus mengarahkan pada belajar

menemukan

bermakna bukan belajar hafalan. Belajar

pengalaman langsung.

bermakna

melalui

Hasil di atas sesuai dengan teori

menggunakan

belajar Kontruktivis bahwa Proses belajar,

ketrampilan proses sains. Sedangkan belajar

hasil belajar, cara belajar, dan strategi

hafalan siswa hanya dapat menulis definisi

belajar akan mempengaruhi perkembangan

dan

tata pikir dan skema berpikir seseorang.

daftar,

yang

tetapi

siswa

konsep

mempunyai

pengetahuan

pada

sebuah

luas

siswa

tidak

dapat

memecahkan masalah

Sebagai upaya memperoleh pemahaman

Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4

atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi”

menjelaskan bahwa untuk siswa yang

atau membangun pemahamannya terhadap

mendapat perlakuan dengan pendekatan

fenomena

yang

ditemui

dengan

menggunakan

pengalaman,

struktur

menyertainya, menghasilkan pengetahuan

kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.

yang

Dengan

mempermudah

demikian,

pengetahuan

dapat

pemahaman
dikatakan

atau
bersifat

benar-benar

digunakan

bermakna.

Untuk

penyampaian
metode

materi

pembelajaran

subyektif oleh karena sesuai dengan proses

eksperimen

yang

sehingga pada saat pembelajaran siswa

digunakan

seseorang

untuk

mengkonstruksi pemahaman tersebut.

mendapatkan

Pemikiran Piaget dalam pembelajaran

dengan

pendekatan

pengalaman

KPS

langsung.

Berdasarkan penjelasan dapat disimpulkan

sains bahwa belajar akan lebih berhasil

bahwa

apabila

tahap

Science Process Skill dapat menumbuhkan

didik.

rasa ingin tahu dan melahirkan sikap ilmiah

Menurut perkembangan kognitif Piaget,

serta kemandirian siswa dalam belajar dari

peserta didik tingkat SMP berada pada

pada

masa transisi dari tahap konkrit menuju ke

Process Skill pada materi sistem ekskresi

arah operasi formal. Oleh karena itu dalam

terhadap prestasi

pembelajaran

kognitif dan psikomotor.

disesuaikan

perkembangan

dengan

kognitif

sains,

megkonkritkan

peserta

untuk

materi

membantu

pelajaran

yang

2.

menuntut

ketrampilan
keterlibatan

pendekatan

pendekatan

Home

Classroom

Science

belajar siswa aspek

Hipotesis Kedua

bersifat abstrak diperlukan penggunaan
pendekatan

penggunaan

Berdasarkan hasil perhitungan pada

proses

yang

analisis tiga jalan dengan sel tak sama

langsung

siswa

aspek kognitif diperoleh P-value = 0,314 >

dalam kegiatan belajar sehingga tercipta

0,05,

interaksi antara sesama peserta didik dalam

berpengaruh

kegiatan

siswa) diterima. Aspek afektif, diperoleh

belajar

mengajar

dengan

keterampilan proses.

maka

Ho

(sikap

terhadap

ilmiah

prestasi

tidak

kognitif

P-value = 0,811 > 0,05, Ho (sikap ilmiah

Materi sistem ekskresi merupakan

tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif

materi yang sarat dengan konsep, dari

siswa) diterima. Sedangkan untuk aspek

konsep yang sederhana sampai konsep yang

psikomotor, diperoleh P-value = 0,834 >

lebih kompleks yang bersifat terapan. Hal

0,05

ini sejalan dengan teori belajar Bruner

berpengaruh terhadap prestasi psikomotor

belajar penemuan sesuai dengan pencarian

siswa)

pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

dengan sendirinya menghasilkan hasil yang

antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah

lebih baik. Berusaha sendiri untuk mencari

rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek

pemecahan masalah serta pengetahuan yang

kognitif, afektif, dan psikomotor.

maka

H0

diterima.

(sikap

ilmiah

Sehingga

tidak
dapat

Pendekatan ketrampilan proses sains
merupakan

pembelajaran

yang

Berdasarkan hasil perhitungan pada

lebih

analisis tiga jalan dengan sel tak sama

menekankan pada proses belajar sehingga

aspek kognitif diperoleh P-value = 0,623 >

siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah

0,05, maka H0 (rasa ingin tahu tidak

untuk

berpengaruh

mengembangkan

ketrampilan-

terhadap

prestasi

kognitif

ketrampilan yang mendasar sehingga dalam

siswa) diterima. Aspek afektif, diperoleh

proses

dapat

P-value = 0,788 > 0,05, H0 (rasa ingin tahu

memahami konsep yang dipelajari. Sikap

tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif

ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil

siswa) diterima. Sedangkan untuk aspek

dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk

psikomotor, diperoleh P-value = 0,238 >

mencapai

0,05 maka H0 (rasa ingin tahu tidak

pembelajaran

hasil

Pengembangan

siswa

yang

dan

diharapkan.

penguasaan

sikap

berpengaruh terhadap prestasi psikomotor

ilmiah serta ketrampilan proses sains juga

siswa)

menjadi salah satu tujuan penting dalam

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

pembelajaran. Sikap ilmiah siswa dapat

antara rasa ingin tahu tinggi dan rasa ingin

ditingkatkan dengan penciptaan proses

rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek

pembelajaran yang memungkinkan siswa

kognitif, afektif, dan psikomotor.

dapat menggali dan meningkatkan Sikap
Ilmiah

sehingga

dapat

meningkatkan

prestasi belajar siswa.

diterima.

Sehingga

dapat

Rasa ingin tahu merupakan faktor
internal yang memotivasi untuk belajar dan
melakukan penyelidikan, sesuai dengan

Pada penelitian ini tidak terdapat

hasil penelitian Engelhard dan Judith

pengaruh yang signifikan antara sikap

(1988), serta menurut Alkiyumi (2009)

ilmiah dengan prestasi belajar, hal ini dapat

bahwa rasa ingin tahu muncul apabila siswa

terjadi karena sistem pembelajaran yang

dihadapkan pada situasi yang menarik yaitu

diterapkan

oleh

menggunakan

situasi yang realistis dan mencerminkan

pendekatan

ketrampilan

proses

kehidupan sehari-hari. Rasa ingin tahu

mendorong

siswa

guru
untuk

yang

melakukan

berkembang

karena

aktivitas

yang

pembelajaran

materi

percobaan seperti pengamatan, perancangan

dilakukan

alat dan bahan, percobaan dan membuat

sistem ekskresi masih asing bagi siswa,

kesimpulan melalui lembar kerja siswa

pada umumnya siswa hanya merasakan

telah terkonsep dengan baik pada diri setiap

hasil dari proses ekskresi dan untuk sistem

siswa.

anatominya siswa hanya melihat di buku.

3.

Penyajian

Hipotesis Ketiga

dalam

menyebabkan

materi
siswa

yang

berbeda,

merasa

tertarik.

Ketertarikan tersebut mengakibatkan faktor

eksperimen,

internal siswa berkembang, salah satunya

Keterampilan tersebut merupakan tahap

adalah rasa ingin tahu.

dari rangkaian upaya mengkonstruksi suatu

Rasa ingin tahu merupakan awal bagi
peserta

didik

untuk

mengamati

dan

bertanya.

pengetahuan.

memperoleh

Rasa ingin tahu merupakan dasar dari

pengetahuan, karena rasa ingin tahu adalah

belajar, artinya jika peserta didik memiliki

proses pencarian makna. Sains merupakan

rasa ingin tahu yang tinggi maka ia akan

produk yang diperoleh melalui suatu proses

memiliki dorongan yang kuat untuk belajar.

yang sistematis diawali dari rasa ingin tahu

Sebaliknya

terhadap fenomena alam.

menjadikan

rasa ingin tahu yang rendah
semangat

utuk

belajar,

Demikian juga dalam pembelajaran

menyelidiki, memecahkan masalah, dan

sains, pengetahuan dibangun oleh peserta

hasrat untuk mengetahui juga rendah.

didik melalui serangkaian proses sains dan

Peserta didik tersebut

rasa ingin tahu menjadi salah satu jalan

kemauan yang kuat untuk mengeksplorasi

untuk menyusun suatu prediksi tentang

dan

makna dari sebuah pengetahuan yang

Pengetahuannya terbatas pada apa yang

belum diketahui

semata-mata diterimanya saja, serta tidak

Selama proses pembelajaran sistem
ekskresi

pada

manusia,

peserta

memecahkan

tidak memiliki
suatu

masalah.

memiliki dorongan untuk belajar lebih jauh.

didik

Pada dasarnya rasa ingin tahu mendorong

dengan rasa ingin tahu tinggi memiliki

peserta didik untuk menyelidiki sesuatu dan

keinginan yang kuat untuk mengetahui

menumbuhkan kemauan untuk belajar yang

segala sesuatu yang belum diketahui. Hal

pada

ini dapat dilihat dari tingginya antusias

ketarampilan proses yang lebih baik.

peserta didik dalam melakukan kegiatan

4.

akhirnya

memiliki

prestasi

dan

Hipotesis Keempat

eksperimen dan mengajukan pertanyaan

Berdasarkan hasil perhitungan pada

kepada teman maupun guru. Kemauan

analisis tiga jalan dengan sel tak sama

eksperimen,

aspek kognitif diperoleh P-value = 0,717 >

mengamati

dan

bertanya

tersebut menunjukkan bahwa peserta didik

0,05, maka H0 (pendekatan

memiliki

ilmiah tidak berpengaruh terhadap prestasi

hasrat

yang

kuat

untuk

dan sikap

mengetahui sesuatu yang baru maupun

kognitif siswa) diterima.

sesuatu yang sudah diketahui tetapi belum

diperoleh

jelas. Jadi dengan rasa ingin tahu yang

(pendekatan

dimiliki,

berpengaruh terhadap prestasi afektif siswa)

peserta

didik

dapat

mengembangkan keterampilan proses sains

diterima.

Aspek afektif,

P-value = 0,321 > 0,05, H0
dan

sikap

Sedangkan

ilmiah
untuk

tidak
aspek

psikomotor, diperoleh P-value = 0,821 >

sedangkan untuk attitude yang kedua

0,05 maka H0 (pendekatan dan sikap ilmiah

mengacu pada sikap yang melekat setelah

tidak

prestasi

mempelajari sains. Sikap dapat membatasi

psikomotor siswa) diterima. Sehingga dapat

atau mempermudah peserta didik untuk

disimpulkan bahwa tidak ada interaksi

menerapkan ketrampilan dan pengetahuan

antara penggunaan pendekatan dengan rasa

sendiri yang sudah dikuasai. Peserta didik

ingin tahu siswa terhadap prestasi belajar

tidak akan berusaha untuk memahami suatu

siswa

konsep jika dia tidak memiliki kemauan

berpengaruh

aspek

terhadap

kognitif,

afektif,

dan

psikomotor.

untuk itu. Oleh karena itu, sikap seseorang

KPS

perlu

dikembangkan

untuk

terhadap mata pelajaran sangat berpengaruh

menanamkan sikap ilmiah pada siswa.

pada keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Sebagaimana disebutkan Semiawan dalam

Pandangan Vigotsky adalah peserta didik

kajian teori bahwa terdapat empat alasan

dapat berinteraksi dalam kelompoknya

mengapa pendekatan ketrampilan proses

selama ber KPS. Melalui interaksi yang

sains diterapkan dalam proses belajar

terjadi

mengajar

berpengaruh kepada keberhasilan peserta

sehari-hari,

Perkembangan

ilmu

teknologi

berlangsung

sehingga

tidak

yaitu

:

(a)

pengetahuan

dan

semakin

mungkin

lagi

selama

didik.

proses

Interaksi

belajar,

dapat

akan

mengubah

cepat

kemampuan dan bakat alamiah menjadi

guru

pengalaman belajar yang bermanfaat bagi

mengajarkan semua konsep dan fakta pada

dirinya dan orang lain.

siswa. (b) adanya kecenderungan bahwa

Pada penelitian ini tidak terdapat

siswa lebih memahami konsep-konsep yang

interaksi antara Pembelajaran Pendekatan

rumit dan abstrak jika disertai dengan

Home dan Classroom Science Process Skill

contoh yang konkret. (c) Penemuan dan

dengan sikap ilmiah siswa. Walaupun tidak

perkembangan

terdapat

ilmu

pengetahuan

dan

interaksi

langsung

antara

teknologi tidak bersifat mutlak 100%, tapi

pendekatan pembelajaran dengan sikap

bersifat relatif. (d) Dalam proses belajar

ilmiah,

mengajar, pengembangan konsep tidak

pembelajaran tidak memiliki hubungan

terlepas dari pengembangan sikap dan nilai

timbal balik dengan sikap ilmiah siswa.

dalam

yang

Adanya sikap ilmiah pada siswa dapat

dikembangkan dalam sains adalah sikap

mendukung perolehan pengetahuan dalam

ilmiah yang disebut dengan attitude to

diri siswa.

scientific of science. Attitude yang pertama

5.

diri

mengacu

anak

pada

didik.

sikap

Sikap

terhadap

sains

bukan

Hipotesis Kelima

berarti

pendekatan

Berdasarkan hasil perhitungan pada

terdapat

interaksi

langsung

antara

analisis tiga jalan dengan sel tak sama

pendekatan pembelajaran dengan sikap

aspek kognitif diperoleh P-value = 0,475 >

ilmiah,

0,05, maka H0 (pendekatan dan rasa ingin

pembelajaran tidak memiliki hubungan

tahu tidak berpengaruh terhadap prestasi

timbal balik dengan rasa ingin tahu. Hal

kognitif siswa) diterima.

Aspek afektif,

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

P-value = 0,396 > 0,05, H0

Selama kegiatan pembelajaran rasa ingin

(pendekatan dan rasa ingin tahu tidak

tahu terhadap pendekatan cenderung hanya

berpengaruh terhadap prestasi afektif siswa)

sebatas

diterima.

penasaran selama proses pembelajaran,

diperoleh

Sedangkan

untuk

aspek

bukan

pada

pendekatan

ketertarikan

0,05 maka H0 (pendekatan dan rasa ingin

mengetahui pesan belajar apa yang terdapat

tahu tidak berpengaruh terhadap prestasi

di dalamnya. Dengan demikian interaksi

psikomotor siswa) diterima. Sehingga dapat

antara pendekatan Home dan Classroom

disimpulkan bahwa tidak ada interaksi

Science Process Skill dengan rasa ingin

antara penggunaan pendekatan dengan rasa

tahu

ingin tahu siswa terhadap prestasi belajar

terhadap prestasi Biologi, baik pada aspek

siswa

kognitif, afektif, dan psikomotor pada

afektif,

dan

psikomotor.
Pendekatan pembelajaran baik Home
Science Process Skill maupun pendekatan

memiliki

yang kuat

rasa

bukan

kognitif,

hasrat

dan

psikomotor, diperoleh P-value = 0,204 >

aspek

pada

berarti

pengaruh

yang

untuk

sama

materi sistem ekresi untuk siswa kelas IX
SMPN

6

Surakarta

tahun

pelajaran

2011/1012.

Classroom Science Process Skill dan rasa

Namun,

hasil

penelitian

yang

ingin tahu tidak saling mempenguhi prestasi

diperoleh bertolak belakang dengan teori

belajar secara bersama-sama. Pendekatan

sebagaimana yang diuraikan di atas. Hasil

jika diterapkan pada peserta didik dengan

penelitian menunjukkan bahwa pendekatan

rasa ingin tahu tinggi, maka prestasi yang

dan keingintahuan tidak mempengaruhi

dihasilkan tetap tinggi. Sementara itu,

hasil

pendekatan jika diterapkan pada peserta

meskipun jika secara terpisah berpengaruh.

didik dengan rasa ingin tahu rendah, maka

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa

prestasi yang dihasilkan tetap rendah.

faktor. Selama kegiatan pembelajaran rasa

belajar

secara

bersama-sama

Pada penelitian ini tidak terdapat

ingin tahu terhadap pendekatan cenderung

interaksi antara pendekatan pembelajaran

hanya sebatas pada ketertarikan dan rasa

Home dan Classroom Science Process Skill

penasaran selama proses pembelajaran,

dengan rasa ingin tahu. Walaupun tidak

bukan

pada

hasrat

yang kuat

untuk

mengetahui pesan belajar yang terdapat di

yang memiliki sikap ilmiah rendah dan rasa

dalamnya.

ingin tahu tinggi masing-masing untuk

6.

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

Hipotesis Keenam
Berdasarkan hasil perhitungan pada

adalah 77,60; 71,00; dan 55,60. Sedangkan

analisis tiga jalan dengan sel tak sama

rata-rata nilai prestasi siswa yang memiliki

aspek kognitif diperoleh P-value = 0,838 >

sikap ilmiah rendah dan rasa ingin tahu

0,05, maka H0 (sikap ilmiah dan rasa ingin

rendah

tahu tidak berpengaruh terhadap prestasi

kognitif, afektif, dan psikomotor adalah

kognitif siswa) diterima.

75,75; 70,69; dan 54,94.

diperoleh

Aspek afektif,

P-value = 0,928 >

masing-masing

untuk

aspek

0,05, H0

Berdasarkan perbandingan rata-rata

(sikap ilmiah dan rasa ingin tahu tidak

tersebut di atas menunjukkan bahwa dengan

berpengaruh terhadap prestasi afektif siswa)

sikap ilmiah tinggi akan memperoleh nilai

diterima.

aspek

prestasi yang lebih tinggi dari pada siswa

psikomotor, diperoleh P-value = 0,453 >

yang memiliki kemampuan sikap ilmiah

0,05 maka H0 (sikap ilmiah dan rasa ingin

rendah. Sedangkan siswa yang memiliki

tahu tidak berpengaruh terhadap prestasi

rasa ingin tahu rendah dengan rasa ingin

psikomotor siswa) diterima. Sehingga dapat

tahu tinggi memperoleh nilai lebih tinggi

disimpulkan bahwa tidak ada interaksi

dari pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi

antara penggunaan sikap ilmiah dengan rasa

dengan rasa ingin tahu tinggi. Hal ini

ingin tahu siswa terhadap prestasi belajar

menunjukkan sikap ilmiah dan rasa ingin

siswa

tahu

Sedangkan

aspek

kognitif,

untuk

afektif,

dan

psikomotor.
Berdasarkan

mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan terhadap prestasi belajar Biologi
hasil

analisa

data

khususnya pada materi Sistem Ekskresi

penelitian sebagai berikut: rata-rata nilai

untuk siswa kelas IX SMPN 6 Surakarta

prestasi belajar untuk siswa yang memiliki

tahun pelajaran 2011/2012.

sikap ilmiah tinggi dan rasa ingin tahu

7.

Hipotesis Ketujuh

tinggi masing-masing untuk aspek kognitif,

Berdasarkan hasil perhitungan pada

afektif, dan psikomotor adalah 76,93;

analisis tiga jalan dengan sel tak sama

72,64; dan 55,14. Rata-rata nilai prestasi

aspek kognitif diperoleh P-value = 0,853 >

belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah

0,05, maka H0 (pendekatan, sikap ilmiah

tinggi dan rasa ingin tahu rendah masing-

dan rasa ingin tahu tidak berpengaruh

masing untuk aspek kognitif, afektif, dan

terhadap prestasi kognitif siswa) diterima.

psikomotor adalah 76,85; 72,46; dan 57,46.

Aspek afektif, diperoleh P-value = 0,870 >

Sedangkan rata-rata nilai prestasi siswa

0,05, H0 (pendekatan, sikap ilmiah dan rasa

ingin tahu tidak berpengaruh terhadap

sistem ekskresi. Artinya sikap ilmiah, rasa

prestasi afektif siswa) diterima. Sedangkan

ingin tahu dan penggunaan pendekatan

untuk aspek psikomotor, diperoleh P-value

Home dan Classroom Science Process Skill

= 0,476 > 0,05 maka H0 (pendekatan, sikap

mempunyai

ilmiah

tidak

terhadap prestasi belajar Biologi. Hal ini

berpengaruh terhadap prestasi psikomotor

dimungkinkan karena banyak faktor yang

siswa)

dapat

dapat mempengaruhi proses pencapaian

disimpulkan bahwa tidak ada interaksi

prestasi belajar baik dalam maupun luar diri

antara penggunaan sikap ilmiah dengan rasa

siswa

ingin tahu siswa terhadap prestasi belajar

pembelajaran, sikap ilmiah dan rasa ingin

siswa

tahu

dan

rasa

ingin

diterima.

aspek

tahu

Sehingga

kognitif,

afektif,

dan

psikomotor.

pengaruh

diluar

penggunaan

siswa

penelitian

sendiri-sendiri

yang

ini,

pendekatan

digunakan

dalam

masih

banyak

serta

Pada penelitian ini dapat dijelaskan

keterbatasan dalam penelitian ini sehingga

bahwa hasil statistik menunjukkan siswa

peneliti tidak dapat mengontrol faktor-

mendapat perlakuan dengan pembelajaran

faktor tersebut di luar kegiatan belajar

menggunakan pendekatan Home Science

mengajar.

Process

Skill

nilai

rata-rata

prestasi

kognitif, afektif maupun psikomotor lebih

Kesimpulan

baik dibandingkan siswa yang mendapat
perlakuan

dengan

menggunakan

pembelajaran

pendekatan

Classroom

Science Process Skill. Demikian pula siswa
dengan sikap ilmiah tinggi nilai rata-rata
prestasi

kognitif,

afektif

maupun

psikomotor lebih baik dari pada siswa
dengan sikap ilmiah rendah, dan juga siswa
dengan rasa ingin tahu tinggi nilai rata-rata
prestasi kognitif dan afektif

maupun

psikomotor lebih tinggi dari siswa dengan
rasa ingin tahu rendah.
Kesimpulannya

Berdasarkan
pembahasan

di

hasil
atas

penelitian
maka

dan
dapat

disimpulkan bahwa: 1) Ada pengaruh
prestasi belajar antara pembelajaran dengan
metode

eksperimen

menggunakan

pendekatan Home dan Classroom Science
Process Skill pada aspek kognitif dan
psikomotor. Sedangkan untuk aspek afektif
tidak

terdapat

pengaruh

terhadap

pembelajaran dengan pendekatan Home dan
Classroom Science Process Skill dengan
prestasi belajar Biologi; 2) tidak ada

bahwa

interaksi

antara pendekatan, sikap ilmiah dan rasa
ingin tahu tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi belajar materi

pengaruh prestasi belajar antara peserta
didik dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah
pada

prestasi

belajar

kognitif,

afektif

maupun psikomotor; 3) tidak ada pengaruh

dengan baik agar proses pembelajaran

prestasi belajar antara peserta didik dengan

berakhir dengan tepat waktu. Bagi peneliti

rasa ingin tahu tinggi dan rendah pada

lain,

prestasi belajar kognitif, afektif maupun

moderator yang lain seperti: motivasi

psikomotor; 4) tidak ada interaksi antara

belajar, kreativitas, kemampuan verbal, dan

pendekatan Home dan Classroom Science

kemampuan

Process Skill serta tinggi rendahnya sikap

pembelajaran

ilmiah peserta didik terhadap prestasi

pendekatan ini. Bagi sekolah, sebaiknya

belajar Biologi; 5) tidak ada interaksi antara

memberikan fasilitas

pendekatan home dan Classroom Science

laboratorium

Process Skill serta tinggi rendahnya rasa

proses

ingin tahu terhadap prestasi belajar Biologi;

pendekatan ini.

sebaiknya

menggunakan

berpikir

abstrak

yang

yang

variabel

dalam

menggunakan
seperti:

peralatan

mendukung

pembelajaran

dalam

penggunaan

6) tidak terdapat interaksi sikap ilmiah dan
rasa ingin tahu terhadap prestasi belajar
baik kognitif, afektif maupun psikomotor;
dan 7) tidak terdapat interaksi antara
pendekatan Home dan Classroom Science
Process Skill,sikap ilmiah dan rasa ingin
tahu terhadap prestasi belajar baik kognitif,

Daftar Pustaka
Depdiknas. (2006). Permendiknas Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Depdiknas.
, (2003) UU RI No 20

afektif maupun psikomotor.
Berdasarkan hasil penelitian ini bagi

Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.

guru disarankan untuk dapat menggunakan

Jakarta, Biro Hukum dan Organisasi

pendekatan pembelajaran dengan persiapan

Sekjen Depdiknas.

sebaik-baiknya,

sehingga

dapat

lancar

berjalan

pembelajaran
sesuai

dengan

rencana. Beberapa hal yang perlu disiapkan
dalam penggunaan pendekatan ini antara
lain: 1) semua perlengkapan pembelajaran
seperti charta, alat dan bahan eksperimen
serta LKS, 2) kuasai materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan,
membuat

kelompok

yang

3) sebaiknya
heterogen

sehingga terjadi interaksi siswa, dan 4)
sebaiknya mengatur manajemen waktu

Hamzah.

(2008).

Teori

Belajar

Kontruktivisme.http://
akhmadsudrajat.wordpress.com
Meltem Duran, Oguz Azdemir. (2010). The
effect of scientific Process skills
based Science Teaching on Student’
Attitudes toward Science. US-China
Education Review. (2010: 17 – 28).

Pudyo

Susanto.

(1992).

Strategi

Pembelajaran Biologi di Sekolah
Menengah. Malang: F MIPA UM
Ratna Wilis Dahar. (1989). Teori-teori
Belajar. Jakarta: Erlangga.
Tilaar, H. A. R. (1999). Beberapa Agenda
Reformasi

Pendidikan

Nasional

dalam Perspektif Abad 21. Magelang:
Tera Indonesia.
Talib, Alkiyuni M. (2009). Instructional
Strategies Of Intrinsic Motivation
And

Curiosity

For

Developing

Creative Thinking. 14th International
Conference

on

(2009

thingking

Malaysia). Malaysia: University Sains
Malaysia
Wenno, LH. (2008). Strategi Belajar
Mengajar

Sains

Kontekstual.

Yogyakarta:

Media.

Berbasis
Inti