PERANAN GURU PKn TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL SISWA DI SMP NEGERI 10 PALU | AMIRUDDIN | EDU CIVIC 6171 20422 1 PB

(1)

PERANAN GURU PKn TERHADAP PEMBENTUKAN

MORAL SISWA DI SMP NEGERI 10 PALU

Oleh: AMIRUDDIN

A 321 07 045

“Program studi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan , Jurusan pendidikan ilmu pngetahuan sosial Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan , Universitas tadulako”

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Palu dengan fokus utama penelitian adalah bagaimana peran guru PKn dalam pembentukan moral siswa dan apa faktor penghambatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan guru PKn terhadap pembentukan moral siswa. Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam bentuk observasi, wawancara, penyebaran angket dan pengumpulan data dokumen sekolah. Data yang diambil dari penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data diperoleh dari hasil observasi aktifitas guru dan siswa wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini dilasanakan dengan jumlah sampel 66 orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa dalam pembelajaran PKn guru selalu memberikan contoh moral yang baik kepada siswa untuk diteladani sebagai suatu moral yang baik. Contoh dari moral yang ditunjukan oleh guru PKn dalam pembelajaran diantaranya adalah guru selalu disiplin, selalu memberi nasehat kepada siswa, memperlihatkan cara berpakaian yang baik, menekankan saling menghargai sesama siswa dan menghargai kepada guru dan lain sebagainya. Dengan contoh moral seperti tersebut yang dipraktekan dan ditekankan guru PKn dalam pembelajaran, maka siswa menjadi terbentuk moralnya. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan guru PKn yang menjelaskan bahwa siswa di SMP Negeri 10 Palu sudah memiliki moral yang baik walaupun belum secara keseluruhan namun sudah sebagian besar. Dengan demikian hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa guru PKn dalam pembelajaran di dalam kelas memiliki peranan dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu.

Kata Kunci: Peran Guru PKn, dan Pembentukan Moral.

A. Latar Belakang

Penetapan pendidik (dalam hal ini guru) sebagai tenaga profesional telah dirumuskan dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, Pasal 3, yaitu:

“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak yang muliah, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratif dan bertanggung jawab”.


(2)

nilai-nilai moral. Hal ini sangat penting karena mata pelajaran PKn berisikan materi yang diharapkan dapat menjadikan siswa lebih memiliki nilai dan moral yang tinggi. Oleh karena itu, suatu kegiatan belajar mengajar sangat bergantung kepada kemampuan guru dalam menyampaikan dan mengorganisasikan bahan pelajaran dan pengelolaan kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas pada dasarnya merupakan keberhasilan belajar siswa yang didukung oleh keberhasilan mengajar guru.

Menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa merupakan tanggung jawab semua guru di sekolah, hal ini perlu ditegaskan karena sering kali muncul anggapan yang paling berperan dan bertanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai moral pada siswa adalah guru Agama dan guru PKn. Memang tidak dipungkiri bahwa mata pelajaran Agama dan PKn banyak mengandung materi nilai-nilai moral, namun menyangkut penanaman nilai-nilai moral pada siswa tidak hanya dibebankan pada guru tertentu saja melainkan harus dilaksanakan oleh semua guru, sebab tanggung jawab menanamkan nilai-nilai moral merupakan tanggung jawab bersama, semua guru, keluarga, dan masyarakat dituntut menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa.

Selain guru, peran orang tua sangat penting dalam membentuk moral anaknya. Secara umum, dikenal bahwa yang memiliki disiplin yang tinggi di sekolah berasal dari orang tua yang demokratis dan otoriter, sedangkan siswa yang memiliki disiplin yang rendah dari orang tua yang permisif. Akan tetapi hal tersebut tidak selamanya benar karena ada juga beberapa siswa memiliki moral yang tinggi di sekolah, padahal ia berasal dari orang tua yang permisif serta ada pula beberapa siswa yang memiliki moral yang rendah padahal ia berasal dari orang tua otoriter dan demokratis.

Peran guru dalam membentuk moral siswa SMP Negeri 10 Palu di harapkan mampu memahami keadaan jiwa peserta didiknya dan dapat membantunya dalam mengatasi berbagai kesulitan yang dialami sehingga kualitas belajar dan hasil belajarnya meningkat. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan judul peranan guru PKn terhadap pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut, bagaimana peran guru PKn terhadap pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu? Dan apa yang menjadi faktor penghambat guru PKn terhadap pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu?

B. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

1. Tugas Guru

Di dalam supervisi pendidikan, guru mempunyai tiga tugas pokok yang harus diemban oleh guru yaitu sebagai berikut:

a. Tugas professional, menjadikan guru memiliki peranan professional. b. Tugas personal, yakni melihat dirinya sebagai pemberi contoh. c. Tugas sosialyakni “seorang guru sebagai pencerah pada zaman.

Berdasarkan penjelasan tentang tugas guru yang telah dikemukakan berdasarkan supervisi pendidikan di atas, maka dapat dipahami bahwa tugas pokok guru yang harus diperankannya antara lain tugas professional, tugas personal dan tugas sosial. Ketiga tugas pokok tersebut harus dapat dijalankan dengan tidak mementingkan salah satu diantaranya, karena tiga tugas pokok tersebut menjadi satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan dalam kerangka ideal tugas guru.

2. Tanggung Jawab Guru

Tanggung jawan guru selalu berhubungan dengan tugasnya. Tugas guru adalah mengajar, artinya guru bertanggung jawab lebih banyak pada aspek kognitif. Namun demikian, guru bukan


(3)

hanya tanggung jawab kedisiplinan kelas, di sini guru memainkan perannya di samping mengajar juga menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memberi suport terhadap iklim belajar pada keterampilan mengajar yang efektif.

Memahami tugas dan tanggung jawab guru seperti yang dijelaskan di atas, maka Oemar Hamalik (2007:127-133) mengemukakan beberapa tanggung jawan guru yang harus dilakukan sebagai berikut:

1) Guru menuntut murid-murid belajar, 2) Turut serta membina kurikulum sekolah; 3) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa 4) Memberikan bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal dirinya sendiri, 5) Melakukan diaknosis atas kesulitan-lesulitan belajar dan mengadakan penelitian kemajuan belajar siswa; 6) Menyelenggarakan penelitian; 7) Mengenal masyarakat dan ikut seta aktif; 8) Menghayati, mengamalkan dan menanamkan nilai pancasila; 9) Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaina dunia; 10) Turut mensukseskan pembangunan; 11) Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru.

C. Kedudukan, Fungsi dan Peranan Guru

Kedudukan guru dalam suatu bangsa sangatlah penting apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih dari kelangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang semakin canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri (Moh. Uzer Usman, 2002:5).

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dan proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan yang harus berperan aktif dalam menempatkan peranannya sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik dan juga sekaligus pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan hal itu, guru memiliki peran yang sangat unik dan kompleks di dalam proses pembelajaran untuk mengantarkan peserta didik ke taraf yang dicita-citakan sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya (Moh. User Usman, 2002:17).

Peran guru sebagai tugas pendidikan meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti mengurus dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembankan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Peran guru dalam menjalankan tugas di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua ke dua dan mampu menarik simpati para siswa sehingga pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motifasi bagi siswanya dalam mengajar. Bila seorang dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah Ia tidak dapat menenemkan benih pengajaranya pada siswanya, para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik


(4)

sehingga pelajaran tidak dapat diserap dengan baik dan setiap lapisan masyarakat dapat mengerti bila menghadapi guru (Moh. Uzer Usman, 2002:6).

D. Peran dan Fungsi Guru PKn

Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki tugas dan peran yang lebih dari guru mata pelajaran lain, hal ini berkaitan dengan tanggung jawab untuk membentuk perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara yang baik. Tugas guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bukan hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi juga mentransfer nilai-nilai yang diharapkan dapat dipahami, disadari, dan diwujudkan dalam perilaku baik siswa. Oleh karena itu, guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan keras yang lebih baik.

Ada beberapa peran dan tugas guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) seperti yang dikemukakan oleh Mcleod (1999:188) sebagai berikut:

1) Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain 2) Melatih keterampilan jasmani pada orang lain

3) Menenamkan nilai-nilai moral dan keyakinan kepada orang lain

4) Mampu dan dapat menguasai/mengembangkan materi-materi bahan ajaranya 5) Berkomunikasi dengan baik serta dapat bertanggung jawab

6) Dapat bekerja sama dengan lingkungan sekitarnya.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan (mengacu pada mata pelajaran PKn) guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus menjalankan tugas dan peranannya sebagai guru yang baik, paling tidak seperti peran dan tanggung jawab yang telah dikemukakan di atas. Namun, dalam menjalankan tugas dan peranannya tersebut guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak hanya terbatas sebagai pelaksana proses pembelajaran saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab moral dalam pengembangan sikap siswa ke arah yang lebih baik. Hal ini seperti dijelaskan dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 Bab II Pasal III bahwa guru memiliki peran dan fungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan peradaban bangsa (Dharma Kusuma dkk 2011:6) sebagai berikut:

Fungsi pertama, “Mengembangkan kemampuan” dapat dipahami bahwa pendidikan nasional

menganut aliran Konstruktivisme, yang mempercayai bahwa peserta didik adalah manusia yang potensial dan dapat dikembangkan secara optimal melalui proses pendidikan. Artinya setiap layanan pendidikan yang ada di Indonesia harus dipersepsi secara sama bahwa peserta didik itu memiliki potensi yang luar biasa dan perlu difasilitasi melalui proses pendidikan

untuk mengembangkan potensinya. Fungsi kedua, “membentuk watak” mengandung makna bahwa bahwa pendidikan nasional harus diarahkan pada pembentukan watak. Pendidikan yang berorientasi pada watak peserta didikmerupakan suatu hal yang tepat, tetapi perlu

diperjelas mengenai istilah perlakuan terhadap “watak” apakah watak itu harus “dikembangkan”, “dibentuk”, atau “difasilitasi”. Fungsi ketiga, “peradaban bangsa” dalam

spektrum pendidikan nasional dapat dipahami bahwa pendidikan itu selalu dikaitkan dengan pembangunan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa.


(5)

E. Peran Pembentukan Moral

Sebelum memahami peran pembentukan moral terlebih dahulu kita mengerti arti dari moral itu sendiri. Kata moral berasal dari bahasa Latin, yaitu; kata mores yang terdiri atas suku katamos. Kata mores mengandung pengertian tentang adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak, dan akhlak (Hamid Darmadi, 2007:50). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah moral disamakan dengan

kata “akhlak, budi pekerti atau susila” (Anton Moelyono, 1989:592). Sedangkan pengertian moral adalah kesusilaan yang terdiri atas kesopanan serta tata cara seseorang yang bertingkah laku secara beradab (Daedji Darmodiharjo,1983:70) . Berdasarkan pendekatan etimologis di atas dapat ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan moral tidak lain adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi pekerti, akhlak dan susila.

Dalam mendidik moral peserta didik, guru antara lain bertugas sebagaimana dikemukakan oleh Roestiyah NK (1998:32-33) adalah sebagai berikut:

1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman

2. Membentuk kperibadian anak yang harmonis sesuai dengan cita-cita dan dasar negara kita pancasila

3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik 4. Sebagai perantara dalam belajar

5. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak ke arah kedewasaan 6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat

7. Sebagai penegak disiplin

8. Guru sebagai administrator dan maneger 9. Pekerjaan guru sebagai profesi

10. Guru sebagai perencana kurikulum 11. Guru sebagai pekerja yang memimpin

12. Guru sebagai seponsor dalam kegiatan anak-anak

Berkaitan dengan tugas mendidik ini salah satu aspek yang perlu dilakukan adalah membentuk moral siswa. Membentuk moral siswa merupakan komponen mendidik yang seharusnya dilakukan setiap guru. Prinsip pendidikan kita bukan hanya bertujuan untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas, pintar secara intelektual dan terampil tapi juga harus dilengkapi dengan kematangan pribadi, akhlak yang mulia. Sehubungan dengan itu, seorang pembentuk moral dalam menjalankan peranannya perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam pembentukan moral.

F. Kendala-kendala dalam Pembentukan Moral

Fungsi guru sebagai “pengajar”, “pendidik” dan “pembimbingan”, maka diperlukan adanya berbagai peran pada diri guru. Menurut Sardiman (2005:143) “tanpa peran yang dimiliki oleh guru tidak akan menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi guru, baik


(6)

Namun demikian harus diakui bahwa kegiatan informal semacam ini belum banyak dikembangkan. Di samping itu perlu juga diingat adanya hambatan-hambatan tertentu. Misalnya masih adanya sikap otoriter dari guru. Sikap tertutup dari guru, siswa yang pasif, jumlah siswa yang terlalu besar, sistem pendidikan, keaadan dan latar belakang guru sendiri maupun siswa (Sardiman, 2005:148). Untuk mengatasi itu semua perlu dikembangkan sikap demokratis dan terbuka dari para guru. Oleh sebab itu, guru perlu ada keaktifan dan bersikap manusiawi, begitu pun dari pihak siswa juga harus bersikap sopan, saling hormat menghormati, bila perlu saling mengetahui sikap dan latar belakang baik guru muaupun siswa. Apabila hal tersebut dapat terpenuhi, maka akan terciptalah suatu komunikasi yang selaras antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

G. Metode Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang sifatnya deskriptif. Adapun yang menjadi objek atau sasaran lokasi penelitian adalah SMP Negeri 10 Palu yang terletak di jalan Cumi-cumi No.40, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat Kota Palu.

Adapun subjek yang diteliti ialah guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMP Negeri 10 Palu berjumlah 3 orang dan siswa yang ada yaitu berjumlah 612 orang, serta informan yaitu kepala sekolah SMP Negeri 10 Palu. Maka penentuan sampel peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi yang ada, sehingga jumlah sampel peneliti adalah sebanyak 66 orang. Guru PKn jumlahnya 3 orang, guru BK 1 orang, dan kepala sekolah serta siswanya 61 orang.

Untuk memperoleh data penulis mempergunakan cara, yaitu penelitian lapangan (fied research). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Observasi, Wawancara, Angket, Dokumentasi

Selanjutnya data yang diperoleh melalaui wawancara dianalisis dengan cara : reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi data Milles dan Huberman (1992: 16).

H. Hasil Penelitian

1. Peran Guru PKn Terhadap Pembentukan Moral Siswa di SMP Negeri 10 Palu.

Penelitian ini merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang berkaitan dengan peran guru PKn terhadap pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu dengan melalui wawancara terhadap guru PKn dan beberapa orang yang berkompeten dalam memberikan informasi tentang data yang dimaksud. Selain itu, data juga diperoleh melalui penyebaran angket kepada siswa. Sehingga secara singkat data hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut.

Peran guru PKn terhadap pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu berdasarkan hasil

wawancara bersama wakil kepala sekolah diungkapkan bahwa “peran guru PKn dalam

pembentukan moral siswa dalam pembelajaran di kelas tidak diragukan lagi kemampuannya untuk

melakukan hal tersebut” (wawancara, 9 Juni 2012). Selain itu, dikemukakan lebih lanjut oleh wakil

kepala sekolah bahwa “guru PKn menjadi teladan bagi siswa karena disiplin ilmunya adalah PKn

sehingga Ia benar-benar menguasai dan mengaplikasikan ilmu tersebut secara baik” (wawancara, 9 Juni 2012). Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Pkn dijelaskan bahwa “guru

dalam memberikan keteladanan kepada siswa setiap pembelajaran di kelas dengan cara berbicara dengan santun dan menerapkan kedisiplinan dengan tata tertib yang ada di sekolah, sehingga siswa


(7)

dapat mencontoh” (wawancara, 10 Juni 2012). Namun memberikan keteladanan kepada siswa

bukan hanya menerapkan kedisplinan saja di sekolah, tetapi menurut Bapak Jaya Mandiri selaku

guru PKn di SMP Negeri 10 Palu bahwa “guru selalu memberikan keteladanan misalnya : disiplin, berpakaian rapi, saling menghargai, dan memberi sikap adil terhadap siswa dalam setiap

melaksanakan pembelajaran”(wawancara, 11 Juni 2012). Hal ini didukung degan hasil angket yang disebarkan kepada siswa.

Berdasarkan angket yang telah disebarkan ke siswa, maka hasil angket tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

Bahwa siswa yang menyatakan guru PKn memperlihatkan keteladanan moral dalam pembinaan moral, siswa mempunyai tanggapan yang berbeda yaitu 21 orang siswa atau 34% menyatakan sangat baik, 40 orang siswa atau 66% menyatakan baik dan tidak ada yang menyatakan kurang baik atau tidak baik. Tanggapan Siswa Terhadap Cara Berpakaian Guru PKn, maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa contoh yang ditunjukan oleh guru dalam hal berpakaian dalam pembelajaran terdapat tanggapan yang berbeda dari siswa yaitu 24 orang siswa atau 39% menyatakan sangat baik, 36 orang siswa atau 59% menyatakan baik dan 1 orang siswa atau 2% menyatakan kurang baik dan tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak baik. Hal ini menberikan penekanan bahwa guru PKn selalu berpakain rapi dalam pembelajaran.

Tanggapan Siswa Terhadap Kerapian Rambut Guru PKn, maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa guru PKn memberi contoh dalam hal kerapian rambut terdapat tanggapan yang berbeda-beda yaitu 19 orang siswa atau 31% menyatakan sangat rapi dan 40 orang siswa atau 66% menyatakan rapi, 2 orang siswa atau 3% menyatakan kurang rapi dan tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak rapi. Hal ini dapat menjelaskan bahwa Guru PKn dalam pembelajaran di kelas selalu memberikan contoh dalam hal kerapian rambut. Tanggapan Siswa Terhadap Ketepatan Waktu Pemberian Tugas , maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam memberikan tugas kepada siswa harus diselesaikan dengan tepat waktu mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 36 orang siswa atau 59% menyatakan sangat sering, 23 orang siswa atau 38% menyatakan sering dan 2 orang siswa atau 3% menyatakan jarang serta tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak ada.

Tanggapan Siswa Terhadap Kedisiplinan Guru dalam Pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam setiap pembelajaran masuk dan keluar kelas tepat waktu mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 8 orang siswa atau 13% menyatakan sangat disiplin, 48 orang siswa atau 79% menyatakan disiplin dan 5 orang siswa atau 8% menyatakan kurang disiplin serta tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak ada. Hal ini dapat diperkuat lagi dengan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bahwa, guru PKn sudah masuk dan keluar kelas sesuai dengan jadwal jam pelajaran yang telah dijadwalkan karena telah di atur

oleh kepala sekolah” (wawancara pada tanggal 9 Juni 2012). Tanggapan Siswa Terhadap Guru Memberikan Tugas Kelompok, maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam memberikan tugas harus dikerjakan secara berkelompok mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 19 orang siswa atau 31% menyatakan sangat sering, 39 orang siswa atau 64%


(8)

menyatakan sering dan 3 orang siswa atau 5% menyatakan jarang serta tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak ada.

Tanggapan Siswa Terhadap Guru dalam Pemberian Sanksi Kedisiplinan dalam Pembelajaran PKn, maka dapat diketahui siswa yang menyatakan bahwa guru dalam memberikan nasehat dan sanksi ketidak disiplinan dalam pembelajaran PKn, mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 14 orang siswa atau 23% menyatakan sangat sering, 47 orang siswa atau 77% menyatakan sering dan tidak ada tanggapan terhadap pilihan jarang dan tidak pernah. Hal ini menjelaskan bahwa Guru PKn dalam pembelajaran di kelas terlihat memberikan nasehat dan memberikan sanksi terhadap siswa yang melakukan pelanggaran. Hal ini pun dapat diperkuat dengan hasil wawancara bersama

guru BK SMP Negeri 10 Palu yang menyatakan bahwa “guru PKn di sekolah ini selalu menekankan

kepada para siswa untuk memiliki moral yang baik, dan hal ini terbukti dengan berkurangnya jumlah yang harus ditangani oleh guru BK terhadap siswa yang melanggar kedisiplinan di sekolah, peran guru PKn dalam mendidik moral siswa sangat besar di sekolah ini (wawancara, 11 Juni 2012).

Tanggapan Siswa Terhadap Guru untuk Menekankan Saling Menghargai Dalam Pembelajaran PKn, maka dapat diketahui siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam pembelajaran selalu menekankan siswa untuk saling menghargai, terdapat tanggapan yang berbeda-beda yaitu 29 orang siswa atau 47% menyatakan sangat sering, 31 orang siswa atau 51% menyatakan sering, 1 orang siswa atau 2% menyatakan jarang dan tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak ada. Keterkaitan antara mata pelajaran PKn dengan moral siswa berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn

dinyatakan: “dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) moral siswa dapat membentuk moral siswa karena materi Pendidikan Kewarganegaraan banyak menyangkut tentang kehidupan sehari-hari yang sangat erat kaitannya dengan moral siswa (wawancara, 11 Juni 2012).

Tanggapan Siswa Terhadap Pemberian Nasehat oleh Guru PKn, maka dapat diketahui siswa yang menyatakan bahwa guru PKn selalu memberi nasehat dalam pembelajaran di kelas, mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 22 orang siswa atau 36% menyatakan sangat sering, 34 orang siswa atau 56% menyatakan sering, 5 orang siswa atau 8 % menyatakan jarang dan tidak ada tanggapan terhadap pilihan tidak ada. Hal ini dapat diperkuat dengan hasil wawancara

dengan guru PKn “bahwa tugas dan tanggung jawab guru terhadap pembinaan moral siswa olehya

guru harus selalu memberi contoh keteladanan, selalu memberikan bimbingan dan nasehat kepada para siswa baik di dalam maupun di luar kelas. (wawancara, 11 Juni 2012). Hal ini juga dapat didukung dengan hasil pengamatan langsung peneliti di dalam kelas bahwa dalam pembinaan moral siswa dalam pembelajaran di kelas guru selalu memberi nasehat kepada siswa misalnya tentang kedisiplinan, pentingnya pendidikan, sikap dan tingkah laku yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan agama, (Pengamatan, 10 Juni 2012).

Tanggapan Siswa Terhadap Guru untuk Menekankan Menghargai Guru, maka dapat diketahui siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam pembelajaran selalu menekankan siswa untuk menghargai guru, terdapat tanggapan yang berbeda-beda yaitu 36 orang siswa atau 59% menyatakan sangat sering, 25 orang siswa atau 41% menyatakan sering, dan tidak ada tanggapan yang menyatakan jarang dan tidak ada. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di


(9)

sekolah bahwa peran guru PKn dalam pembinaan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu selama ini sudah memiliki peran yang cukup baik. Siswa sudah memiliki sikap saling menghargai dan menghormati guru, sudah mematuhi tata tertib sekolah, walaupun tetap masih saja ada para siswa yang melanggar (wawancara, 10 Juni 2012).

2. Faktor Penghambat Guru PKn terhadap Pembentukan Moral Siswa di SMP Negeri 10 Palu Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan Peneliti bersama guru-guru PKn di SMP Negeri 10 Palu ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat guru dalam pembentukan moral siswa. beberapa faktor penghambat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Hambatan pembentukan moral siswa yang dirasakan oleh guru PKn dalam pembelajaran adalah kurangnya kedisplinan para siswa pada saat pembelajara dilaksanakan. Hambatan kedisiplinan yang ada pada proses pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu pada prinsipnya tidak secara keseluruhan dilakukan semua siswa, ketidak disiplinan yang sering terjadi hanya dilakukan oleh beberapa orang siswa yang pada dasarnya siswa tersebut memang belum memahami dengan baik arti pentingnya sikap-sikap moral seperti kedisiplinan tersebut.

Harus diakui bahwa keberhasilan suatu proses pembentukan moral siswa bergantung juga pada kehadiran dan kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Karena dengan kedisiplinan tersebut, para siswa bisa memperhatikan dan menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru khususnya guru PKn secara baik dan sempurna. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan dengan disiplin tersebut, para siswa dapat melihat, mendengarkan, memahami dengan baik apa yang diperlihatkan dan disampaikan oleh guru yang di dalamnya terdapat nasehat dan contoh yang baik. Tanpa kedisiplinan dari siswa, maka keberhasilan pembentukan moral akan susah diwujudkan dengan maksimal.

Hambatan yang cukup mendasar lainya dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu adalah kurangnya kerja sama yang produktif antara guru PKn dengan orang tua siswa. Kerja sama yang produktif di sini maksudnya adalah adanya peran aktif secara bersama-sama dalam hal membentuk moral baik siswa, guru melaksanakannya di sekolah dan orang tua siswa melaksanakan pembimbingan dan kontrol saat siswa berada di rumah. Apabila proses pembentukan moral hanya dilakukan oleh guru PKn di lingkungan sekolah saja, akibatnya keberhasilan pendidikan dan pembimbingan khusus pada moral siswa tidak dapat berjalan dengan prisnsip berkesinambungan antara lingkungan sekolah dan lingkungan kelurga. Dengan kondisi demikian banyak ditemukan kenakalan remaja yang terjadi di luar sekolah salah satunya disebabkan oleh kurangnya kerja sama tersebut.

Komunikasi dan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua siswa merupakan hal yang perlu dilakukan, karena tanggung jawab pembentukan moral bukanlah satu-satunya tanggung jawab dan kewenangan guru PKn di sekolah, namun peran aktif orang tua di lingkungan keluarga sangat diharapkan agar proses pembentukan moral tidak saja berlangsung secara terbatas di sekolah tetapi berlanjut dan terkontrol dalam lingkungan keluarga masing-masing oleh orang tua siswa.

Selain hambatan di atas, hambatan yang lain yang harus mendapatkan perhatian secara bersama-sama antara guru, orang tua siswa dan lingkungan masyarakat adalah adanya Warung Internet


(10)

(WARNET). Pada dasarnya dengan tersedianya WARNET yang ada di seputar lingkungan SMP Negeri 10 Palu merupakan media yang sangat mendukung untuk proses pemantapan pendidikan yang dapat dilakukan secara otodidak oleh para siswa karena dengan pasilitas layanan internet tersebut banyak informasi edukasi yang bisa disaksikan dan dipelajari guna kebutuhan informasi dan tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi peningkatan prestasi pendidikan para siswa. Namun hal ini belum mampu dipahami dengan baik oleh para siswa. Sehingga kondisi tersebut dirasakan oleh guru PKn sebagai suatu hambatan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak.

Idealnya sebuah proses pendidikan adalah adanya kerja sama yang baik pada tiga tempat yang dapat berlangsungnya pendidikan baik formal, informal maupun non formal. Kerja sama tersebut harus bisa terjalin antara lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Tanpa jalinan kerja sama yang baik ditiga lingkungan tersebut proses pendidikan akan mengalami berbagai kendala serius, secara khusus pada pembentukan moral siswa seperti yang dilakukan oleh para guru PKn di SMP Negeri 10 Palu. Keberhasilan pembentukan moral siswa sangat bergantung pada adanya pembimbingan dan pengarahan yang intens baik saat berada di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

I. Pembahasan

Penelitian ini memiliki tujuan utuk mengetahui peran guru PKn terhadap pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru PKn memiliki peran terhadap pembentukan moral siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peran yang dilakukan oleh guru PKn dalam pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa seperti proses pembelajaran di kelas guru memantau proses belajar siswa dengan memberi bimbingan kepada siswa dalam mengerjakan tugas kelompok, selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan benar. Pemantauan yang dilakukan oleh guru PKn pada saat pembelajaran berlangsung yang disertai dengan proses pembimbingan terhadap kegiatan belajar siswa merupakan aktivitas yang sangat berarti bagi pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran dalam pembentukan moral siswa. Bentuk moral yang ditekankan memalui proses tersebut adalah mengenai kerjasa antara sesama teman dalam menyelesaikan tugas kelompok, proses pembiasaan diri siswa untuk mengemukakan pendapat dengan bahasa lisan atau tulis yang baik dan benar.

Indikator lainya yang menunjukan bahwa guru PKn memiliki peranan dalam pembentukan moral siswa yaitu bahwa guru PKn setiap pembelajaran di kelas sudah menerapkan kedisiplinan yaitu masuk dan keluar kelas selalu sesuai dengan jam pelajaran yang telah dijadwalkan. Mengenai kedisiplinan guru PKn sebagai wujud peranannya dalam memberikan contoh tentang kedisiplinan yang baik bagi siswa, dijelaskan oleh wakil kepala sekolah SMP Negeri 10 Palu bahwa guru PKn sudah memberikan contoh moral yang baik dengan masuk dan keluar kelas sesuai dengan jadwal jam pelajaran yang telah dijadwalkan (wawancara, pada tanggal 9 Juni 2012). Sikap kedisiplinan dari guru PKn tersebut mencerminkan seorang pendidik yang selalu memberikan contoh moral yang baik yang pantas diteladani oleh para siswa.


(11)

Berkaitan dengan peran guru PKn dalam pembentukan moral siswa, bahwa pimpinan (kepala sekolah) selalu memberikan arahan kepada setiap guru menyangkut tugas seorang guru selain mengajar juga adalah sebagai pendidik, pembina dan pembimbing siswa sehingga dapat menjadi contoh teladan yang baik apakah itu dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Wrightman dalam Uzer Usman (1994:1) sebagai

berikut: “peranan guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam

situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan, perubahan tingkah laku, perkembangan siswa

yang menjadi tujuan”. Pembimbingan dan pembinaan moral siswa yang dilakukan oleh guru PKn di

SMP Negeri 10 Palu merupakan proses sadar dan terencana yang selalu disesuikan dengan perkembangan siswa, sehingga siswa dengan moral baik yang telah dibentuk tersebut memiliki daya penyesuaian dengan perkembangan zaman dan pola kehidupan mereka. Karena harus disadari bahwa banyak siswa yang kadang kesusahan menyesuaikan pola sikap dan tingkah laku dengan perkembangan yang ada, akibatnya banyak siswa yang rusak moralnya pada saat berada dalam kondisi zaman yang maju. Di SMP Negeri 10 Palu dengan pola pembentukan moral siswa yang dilakukan dengan pembinaan, pembimbingan salah satunya diorientasikan kepada adanya daya tahan moral siswa ketika menghadapi perkembangan zaman.

Hal yang penting diperhatikan oleh guru menyangkut pembentukan moral siswa yaitu guru harus memahami dan menempatkan siswa sesuai dengan perkembangan kedewasaaanya dan sebagai pendidik harus mampu menempatkan diri sebagai teladan bagi siswanya. Teladan dalam hal kedisiplinan, bersikap adil, berpakain rapi dan selalu memberi nasehat kepada siswa untuk saling menghargai. Guru harus bisa berlaku terbuka dan dapat menghidarkan diri dari perbuatan tercelah serta menjauhkan diri dari tingkah laku yang akan menjatuhkan martabat seorang guru dan seorang pendidik. Hal demikian telah diperankan oleh guru-guru PKn di SMP Negeri 10 Palu bahwa setiap pembelajaran selalu memberikan contoh teladan kepada siswa misalnya berpakain rapi, bersikap adil, dan selalu memberikan nasehat kepada siswa tentang kedisiplinan, pentingnya pendidikan dan saling menghargai sesama. Hal ini juga diperkuat dengan hasil angket yaitu tanggapan siswa terhadap guru memperlihatkan keteladanan atau contoh yang baik dalam membentuk moral.

Bukti berikutnya yang bisa dikemukakan untuk menunjukan bahwa guru PKn telah menjalankan peranannya dalam pembentukan moral siswa dengan memberi apresiasi/penghargaan terhadap hasil kerja siswa, melatih siswa untuk selalu bekerja sama, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, dan menunjukan sikap adil kepada siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung dengan melihat keaktifan siswa dalam kelas.

Penghargaan terhadap hasil kerja para siswa yang dilakukan oleh guru PKn merupakan bentuk moral yang memiliki efek positif terhadap perkembangan kognisi dan afeksi siswa. Kerjasama dan partisipasi aktif dalam pembelajaran merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi perkembangan kedewasaan siswa yang nantinya berguna dalam kehidupan mereka, karena dengan kerjasama dan sikap aktif akan dapat menghasilkan berbagai karya dan prestasi yang baik. Sikap adil yang perankan oleh guru PKn sejak awal, khusus dalam pembelajaran PKn akan memberi bekas dalam diri para siswa tentang pentingnya bersikap adil kepada siapa saja. Sehingga hal-hal tersebut


(12)

lingkungan mereka kelak. Proses-proses yang demikian tersebut menunjukan bahwa guru PKn telah memiliki peran dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang guru khususnya dalam pembentukan moral siswa.

Berdasarkan hasil ini bahwa peran guru PKn dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu selama ini sudah memiliki peran yang cukup baik. Siswa sudah memiliki sikap saling menghargai dan menghormati guru, sudah mematuhi tata tertib sekolah, walaupun tetap masih saja ada para siswa yang melanggar (wawancara, 10 Juni 2012). Walaupun dalam pembentukan moral siswa dapat dikatakan cukup baik tetapi guru PKn tetap saja mendapatkan hambatan-hambatan. Hambatan yang ditemukan oleh guru dalam pembentukan moral siswa melalui kegiatan pembelajan Pendidikan Kewarganegaraan antara lain adalah kurangnya kesadaran beberapa siswa terhadap pentingnya sikap disiplin, kurangnya komunikasi dan kerjasama antara guru dan oran tua di rumah, serta belum ada kerja sama sekolah dengan lingkungan masyarakat khsusnya para pemilik Warung Internet (WARNET).

J. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan analisis data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Peran guru PKn dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu secara umum adalah sudah sangat berperan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai perhatian, dan keseriusan yang diperankan dalam pembelajaran di kelas. Keseluruhan hal yang dilakukan oleh guru PKn dalam kelas menunjukan adanya perannya dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu.Faktor penghambat dihadapi oleh guru PKn dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu antara lain adalah kurangnya kesadaran beberapa orang siswa untuk disiplin dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), kurangnya kerjasama antara orang tua dan guru PKn dan kurangnya kerjasama antara pihak sekolah dan lingkungan (pengelolah warnet).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim ,Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bandung: Fokus Media.

Darmadi, Hamid. 2007.Dasar-dasar Pendidikan Moral.Bandung: Alfabeta.

Darmodihardjo, Daedji. 1983. Sekitar Pendidikan Moral Pancasila. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Askara.

Kusuma, Darma, dkk. 2011.Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mcleod. 1999.Guru dan Administrasi Pendidikan.Jakarta: Balai Pustaka Indonesia. Milles dan Huberman. 1992. Anlisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Moelyono, Anton. 1989.Kamus Besar Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Roestiya NK. 1998.Didaktik Metodik.Jakarta:Bumi Askara.

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional,Bandung:Remaja Rosdakarya.


(1)

dapat mencontoh” (wawancara, 10 Juni 2012). Namun memberikan keteladanan kepada siswa

bukan hanya menerapkan kedisplinan saja di sekolah, tetapi menurut Bapak Jaya Mandiri selaku

guru PKn di SMP Negeri 10 Palu bahwa “guru selalu memberikan keteladanan misalnya : disiplin, berpakaian rapi, saling menghargai, dan memberi sikap adil terhadap siswa dalam setiap

melaksanakan pembelajaran”(wawancara, 11 Juni 2012). Hal ini didukung degan hasil angket yang disebarkan kepada siswa.

Berdasarkan angket yang telah disebarkan ke siswa, maka hasil angket tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

Bahwa siswa yang menyatakan guru PKn memperlihatkan keteladanan moral dalam pembinaan moral, siswa mempunyai tanggapan yang berbeda yaitu 21 orang siswa atau 34% menyatakan sangat baik, 40 orang siswa atau 66% menyatakan baik dan tidak ada yang menyatakan kurang baik atau tidak baik. Tanggapan Siswa Terhadap Cara Berpakaian Guru PKn, maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa contoh yang ditunjukan oleh guru dalam hal berpakaian dalam pembelajaran terdapat tanggapan yang berbeda dari siswa yaitu 24 orang siswa atau 39% menyatakan sangat baik, 36 orang siswa atau 59% menyatakan baik dan 1 orang siswa atau 2% menyatakan kurang baik dan tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak baik. Hal ini menberikan penekanan bahwa guru PKn selalu berpakain rapi dalam pembelajaran.

Tanggapan Siswa Terhadap Kerapian Rambut Guru PKn, maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa guru PKn memberi contoh dalam hal kerapian rambut terdapat tanggapan yang berbeda-beda yaitu 19 orang siswa atau 31% menyatakan sangat rapi dan 40 orang siswa atau 66% menyatakan rapi, 2 orang siswa atau 3% menyatakan kurang rapi dan tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak rapi. Hal ini dapat menjelaskan bahwa Guru PKn dalam pembelajaran di kelas selalu memberikan contoh dalam hal kerapian rambut. Tanggapan Siswa Terhadap Ketepatan Waktu Pemberian Tugas , maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam memberikan tugas kepada siswa harus diselesaikan dengan tepat waktu mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 36 orang siswa atau 59% menyatakan sangat sering, 23 orang siswa atau 38% menyatakan sering dan 2 orang siswa atau 3% menyatakan jarang serta tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak ada.

Tanggapan Siswa Terhadap Kedisiplinan Guru dalam Pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam setiap pembelajaran masuk dan keluar kelas tepat waktu mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 8 orang siswa atau 13% menyatakan sangat disiplin, 48 orang siswa atau 79% menyatakan disiplin dan 5 orang siswa atau 8% menyatakan kurang disiplin serta tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak ada. Hal ini dapat diperkuat lagi dengan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bahwa, guru PKn sudah masuk dan keluar kelas sesuai dengan jadwal jam pelajaran yang telah dijadwalkan karena telah di atur

oleh kepala sekolah” (wawancara pada tanggal 9 Juni 2012). Tanggapan Siswa Terhadap Guru Memberikan Tugas Kelompok, maka dapat diketahui bahwa siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam memberikan tugas harus dikerjakan secara berkelompok mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 19 orang siswa atau 31% menyatakan sangat sering, 39 orang siswa atau 64%


(2)

menyatakan sering dan 3 orang siswa atau 5% menyatakan jarang serta tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak ada.

Tanggapan Siswa Terhadap Guru dalam Pemberian Sanksi Kedisiplinan dalam Pembelajaran PKn, maka dapat diketahui siswa yang menyatakan bahwa guru dalam memberikan nasehat dan sanksi ketidak disiplinan dalam pembelajaran PKn, mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 14 orang siswa atau 23% menyatakan sangat sering, 47 orang siswa atau 77% menyatakan sering dan tidak ada tanggapan terhadap pilihan jarang dan tidak pernah. Hal ini menjelaskan bahwa Guru PKn dalam pembelajaran di kelas terlihat memberikan nasehat dan memberikan sanksi terhadap siswa yang melakukan pelanggaran. Hal ini pun dapat diperkuat dengan hasil wawancara bersama

guru BK SMP Negeri 10 Palu yang menyatakan bahwa “guru PKn di sekolah ini selalu menekankan

kepada para siswa untuk memiliki moral yang baik, dan hal ini terbukti dengan berkurangnya jumlah yang harus ditangani oleh guru BK terhadap siswa yang melanggar kedisiplinan di sekolah, peran guru PKn dalam mendidik moral siswa sangat besar di sekolah ini (wawancara, 11 Juni 2012).

Tanggapan Siswa Terhadap Guru untuk Menekankan Saling Menghargai Dalam Pembelajaran PKn, maka dapat diketahui siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam pembelajaran selalu menekankan siswa untuk saling menghargai, terdapat tanggapan yang berbeda-beda yaitu 29 orang siswa atau 47% menyatakan sangat sering, 31 orang siswa atau 51% menyatakan sering, 1 orang siswa atau 2% menyatakan jarang dan tidak ada tanggapan yang menyatakan tidak ada. Keterkaitan antara mata pelajaran PKn dengan moral siswa berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn

dinyatakan: “dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) moral siswa dapat membentuk moral siswa karena materi Pendidikan Kewarganegaraan banyak menyangkut tentang kehidupan sehari-hari yang sangat erat kaitannya dengan moral siswa (wawancara, 11 Juni 2012).

Tanggapan Siswa Terhadap Pemberian Nasehat oleh Guru PKn, maka dapat diketahui siswa yang menyatakan bahwa guru PKn selalu memberi nasehat dalam pembelajaran di kelas, mempunyai tanggapan yang berbeda-beda yaitu 22 orang siswa atau 36% menyatakan sangat sering, 34 orang siswa atau 56% menyatakan sering, 5 orang siswa atau 8 % menyatakan jarang dan tidak ada tanggapan terhadap pilihan tidak ada. Hal ini dapat diperkuat dengan hasil wawancara

dengan guru PKn “bahwa tugas dan tanggung jawab guru terhadap pembinaan moral siswa olehya

guru harus selalu memberi contoh keteladanan, selalu memberikan bimbingan dan nasehat kepada para siswa baik di dalam maupun di luar kelas. (wawancara, 11 Juni 2012). Hal ini juga dapat didukung dengan hasil pengamatan langsung peneliti di dalam kelas bahwa dalam pembinaan moral siswa dalam pembelajaran di kelas guru selalu memberi nasehat kepada siswa misalnya tentang kedisiplinan, pentingnya pendidikan, sikap dan tingkah laku yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan agama, (Pengamatan, 10 Juni 2012).

Tanggapan Siswa Terhadap Guru untuk Menekankan Menghargai Guru, maka dapat diketahui siswa yang menyatakan bahwa guru PKn dalam pembelajaran selalu menekankan siswa untuk menghargai guru, terdapat tanggapan yang berbeda-beda yaitu 36 orang siswa atau 59% menyatakan sangat sering, 25 orang siswa atau 41% menyatakan sering, dan tidak ada tanggapan yang menyatakan jarang dan tidak ada. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di


(3)

sekolah bahwa peran guru PKn dalam pembinaan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu selama ini sudah memiliki peran yang cukup baik. Siswa sudah memiliki sikap saling menghargai dan menghormati guru, sudah mematuhi tata tertib sekolah, walaupun tetap masih saja ada para siswa yang melanggar (wawancara, 10 Juni 2012).

2. Faktor Penghambat Guru PKn terhadap Pembentukan Moral Siswa di SMP Negeri 10 Palu Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan Peneliti bersama guru-guru PKn di SMP Negeri 10 Palu ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat guru dalam pembentukan moral siswa. beberapa faktor penghambat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Hambatan pembentukan moral siswa yang dirasakan oleh guru PKn dalam pembelajaran adalah kurangnya kedisplinan para siswa pada saat pembelajara dilaksanakan. Hambatan kedisiplinan yang ada pada proses pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu pada prinsipnya tidak secara keseluruhan dilakukan semua siswa, ketidak disiplinan yang sering terjadi hanya dilakukan oleh beberapa orang siswa yang pada dasarnya siswa tersebut memang belum memahami dengan baik arti pentingnya sikap-sikap moral seperti kedisiplinan tersebut.

Harus diakui bahwa keberhasilan suatu proses pembentukan moral siswa bergantung juga pada kehadiran dan kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Karena dengan kedisiplinan tersebut, para siswa bisa memperhatikan dan menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru khususnya guru PKn secara baik dan sempurna. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan dengan disiplin tersebut, para siswa dapat melihat, mendengarkan, memahami dengan baik apa yang diperlihatkan dan disampaikan oleh guru yang di dalamnya terdapat nasehat dan contoh yang baik. Tanpa kedisiplinan dari siswa, maka keberhasilan pembentukan moral akan susah diwujudkan dengan maksimal.

Hambatan yang cukup mendasar lainya dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu adalah kurangnya kerja sama yang produktif antara guru PKn dengan orang tua siswa. Kerja sama yang produktif di sini maksudnya adalah adanya peran aktif secara bersama-sama dalam hal membentuk moral baik siswa, guru melaksanakannya di sekolah dan orang tua siswa melaksanakan pembimbingan dan kontrol saat siswa berada di rumah. Apabila proses pembentukan moral hanya dilakukan oleh guru PKn di lingkungan sekolah saja, akibatnya keberhasilan pendidikan dan pembimbingan khusus pada moral siswa tidak dapat berjalan dengan prisnsip berkesinambungan antara lingkungan sekolah dan lingkungan kelurga. Dengan kondisi demikian banyak ditemukan kenakalan remaja yang terjadi di luar sekolah salah satunya disebabkan oleh kurangnya kerja sama tersebut.

Komunikasi dan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua siswa merupakan hal yang perlu dilakukan, karena tanggung jawab pembentukan moral bukanlah satu-satunya tanggung jawab dan kewenangan guru PKn di sekolah, namun peran aktif orang tua di lingkungan keluarga sangat diharapkan agar proses pembentukan moral tidak saja berlangsung secara terbatas di sekolah tetapi berlanjut dan terkontrol dalam lingkungan keluarga masing-masing oleh orang tua siswa.

Selain hambatan di atas, hambatan yang lain yang harus mendapatkan perhatian secara bersama-sama antara guru, orang tua siswa dan lingkungan masyarakat adalah adanya Warung Internet


(4)

(WARNET). Pada dasarnya dengan tersedianya WARNET yang ada di seputar lingkungan SMP Negeri 10 Palu merupakan media yang sangat mendukung untuk proses pemantapan pendidikan yang dapat dilakukan secara otodidak oleh para siswa karena dengan pasilitas layanan internet tersebut banyak informasi edukasi yang bisa disaksikan dan dipelajari guna kebutuhan informasi dan tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi peningkatan prestasi pendidikan para siswa. Namun hal ini belum mampu dipahami dengan baik oleh para siswa. Sehingga kondisi tersebut dirasakan oleh guru PKn sebagai suatu hambatan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak.

Idealnya sebuah proses pendidikan adalah adanya kerja sama yang baik pada tiga tempat yang dapat berlangsungnya pendidikan baik formal, informal maupun non formal. Kerja sama tersebut harus bisa terjalin antara lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Tanpa jalinan kerja sama yang baik ditiga lingkungan tersebut proses pendidikan akan mengalami berbagai kendala serius, secara khusus pada pembentukan moral siswa seperti yang dilakukan oleh para guru PKn di SMP Negeri 10 Palu. Keberhasilan pembentukan moral siswa sangat bergantung pada adanya pembimbingan dan pengarahan yang intens baik saat berada di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

I. Pembahasan

Penelitian ini memiliki tujuan utuk mengetahui peran guru PKn terhadap pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru PKn memiliki peran terhadap pembentukan moral siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peran yang dilakukan oleh guru PKn dalam pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa seperti proses pembelajaran di kelas guru memantau proses belajar siswa dengan memberi bimbingan kepada siswa dalam mengerjakan tugas kelompok, selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan benar. Pemantauan yang dilakukan oleh guru PKn pada saat pembelajaran berlangsung yang disertai dengan proses pembimbingan terhadap kegiatan belajar siswa merupakan aktivitas yang sangat berarti bagi pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran dalam pembentukan moral siswa. Bentuk moral yang ditekankan memalui proses tersebut adalah mengenai kerjasa antara sesama teman dalam menyelesaikan tugas kelompok, proses pembiasaan diri siswa untuk mengemukakan pendapat dengan bahasa lisan atau tulis yang baik dan benar.

Indikator lainya yang menunjukan bahwa guru PKn memiliki peranan dalam pembentukan moral siswa yaitu bahwa guru PKn setiap pembelajaran di kelas sudah menerapkan kedisiplinan yaitu masuk dan keluar kelas selalu sesuai dengan jam pelajaran yang telah dijadwalkan. Mengenai kedisiplinan guru PKn sebagai wujud peranannya dalam memberikan contoh tentang kedisiplinan yang baik bagi siswa, dijelaskan oleh wakil kepala sekolah SMP Negeri 10 Palu bahwa guru PKn sudah memberikan contoh moral yang baik dengan masuk dan keluar kelas sesuai dengan jadwal jam pelajaran yang telah dijadwalkan (wawancara, pada tanggal 9 Juni 2012). Sikap kedisiplinan dari guru PKn tersebut mencerminkan seorang pendidik yang selalu memberikan contoh moral yang baik yang pantas diteladani oleh para siswa.


(5)

Berkaitan dengan peran guru PKn dalam pembentukan moral siswa, bahwa pimpinan (kepala sekolah) selalu memberikan arahan kepada setiap guru menyangkut tugas seorang guru selain mengajar juga adalah sebagai pendidik, pembina dan pembimbing siswa sehingga dapat menjadi contoh teladan yang baik apakah itu dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Wrightman dalam Uzer Usman (1994:1) sebagai

berikut: “peranan guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam

situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan, perubahan tingkah laku, perkembangan siswa

yang menjadi tujuan”. Pembimbingan dan pembinaan moral siswa yang dilakukan oleh guru PKn di

SMP Negeri 10 Palu merupakan proses sadar dan terencana yang selalu disesuikan dengan perkembangan siswa, sehingga siswa dengan moral baik yang telah dibentuk tersebut memiliki daya penyesuaian dengan perkembangan zaman dan pola kehidupan mereka. Karena harus disadari bahwa banyak siswa yang kadang kesusahan menyesuaikan pola sikap dan tingkah laku dengan perkembangan yang ada, akibatnya banyak siswa yang rusak moralnya pada saat berada dalam kondisi zaman yang maju. Di SMP Negeri 10 Palu dengan pola pembentukan moral siswa yang dilakukan dengan pembinaan, pembimbingan salah satunya diorientasikan kepada adanya daya tahan moral siswa ketika menghadapi perkembangan zaman.

Hal yang penting diperhatikan oleh guru menyangkut pembentukan moral siswa yaitu guru harus memahami dan menempatkan siswa sesuai dengan perkembangan kedewasaaanya dan sebagai pendidik harus mampu menempatkan diri sebagai teladan bagi siswanya. Teladan dalam hal kedisiplinan, bersikap adil, berpakain rapi dan selalu memberi nasehat kepada siswa untuk saling menghargai. Guru harus bisa berlaku terbuka dan dapat menghidarkan diri dari perbuatan tercelah serta menjauhkan diri dari tingkah laku yang akan menjatuhkan martabat seorang guru dan seorang pendidik. Hal demikian telah diperankan oleh guru-guru PKn di SMP Negeri 10 Palu bahwa setiap pembelajaran selalu memberikan contoh teladan kepada siswa misalnya berpakain rapi, bersikap adil, dan selalu memberikan nasehat kepada siswa tentang kedisiplinan, pentingnya pendidikan dan saling menghargai sesama. Hal ini juga diperkuat dengan hasil angket yaitu tanggapan siswa terhadap guru memperlihatkan keteladanan atau contoh yang baik dalam membentuk moral.

Bukti berikutnya yang bisa dikemukakan untuk menunjukan bahwa guru PKn telah menjalankan peranannya dalam pembentukan moral siswa dengan memberi apresiasi/penghargaan terhadap hasil kerja siswa, melatih siswa untuk selalu bekerja sama, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, dan menunjukan sikap adil kepada siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung dengan melihat keaktifan siswa dalam kelas.

Penghargaan terhadap hasil kerja para siswa yang dilakukan oleh guru PKn merupakan bentuk moral yang memiliki efek positif terhadap perkembangan kognisi dan afeksi siswa. Kerjasama dan partisipasi aktif dalam pembelajaran merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi perkembangan kedewasaan siswa yang nantinya berguna dalam kehidupan mereka, karena dengan kerjasama dan sikap aktif akan dapat menghasilkan berbagai karya dan prestasi yang baik. Sikap adil yang perankan oleh guru PKn sejak awal, khusus dalam pembelajaran PKn akan memberi bekas dalam diri para siswa tentang pentingnya bersikap adil kepada siapa saja. Sehingga hal-hal tersebut menjadi bekal yang baik yaitu bekal moral yang sangat tinggi nilainya bagi mereka, kehidupan, dan


(6)

lingkungan mereka kelak. Proses-proses yang demikian tersebut menunjukan bahwa guru PKn telah memiliki peran dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang guru khususnya dalam pembentukan moral siswa.

Berdasarkan hasil ini bahwa peran guru PKn dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu selama ini sudah memiliki peran yang cukup baik. Siswa sudah memiliki sikap saling menghargai dan menghormati guru, sudah mematuhi tata tertib sekolah, walaupun tetap masih saja ada para siswa yang melanggar (wawancara, 10 Juni 2012). Walaupun dalam pembentukan moral siswa dapat dikatakan cukup baik tetapi guru PKn tetap saja mendapatkan hambatan-hambatan. Hambatan yang ditemukan oleh guru dalam pembentukan moral siswa melalui kegiatan pembelajan Pendidikan Kewarganegaraan antara lain adalah kurangnya kesadaran beberapa siswa terhadap pentingnya sikap disiplin, kurangnya komunikasi dan kerjasama antara guru dan oran tua di rumah, serta belum ada kerja sama sekolah dengan lingkungan masyarakat khsusnya para pemilik Warung Internet (WARNET).

J. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan analisis data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Peran guru PKn dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu secara umum adalah sudah sangat berperan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai perhatian, dan keseriusan yang diperankan dalam pembelajaran di kelas. Keseluruhan hal yang dilakukan oleh guru PKn dalam kelas menunjukan adanya perannya dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu.Faktor penghambat dihadapi oleh guru PKn dalam pembentukan moral siswa di SMP Negeri 10 Palu antara lain adalah kurangnya kesadaran beberapa orang siswa untuk disiplin dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), kurangnya kerjasama antara orang tua dan guru PKn dan kurangnya kerjasama antara pihak sekolah dan lingkungan (pengelolah warnet).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim ,Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bandung: Fokus Media.

Darmadi, Hamid. 2007.Dasar-dasar Pendidikan Moral.Bandung: Alfabeta.

Darmodihardjo, Daedji. 1983. Sekitar Pendidikan Moral Pancasila. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Askara.

Kusuma, Darma, dkk. 2011.Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mcleod. 1999.Guru dan Administrasi Pendidikan.Jakarta: Balai Pustaka Indonesia. Milles dan Huberman. 1992. Anlisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Moelyono, Anton. 1989.Kamus Besar Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Roestiya NK. 1998.Didaktik Metodik.Jakarta:Bumi Askara.

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional,Bandung:Remaja Rosdakarya.