TERAPI SHALAT TAHAJUD DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SEORANG SANTRI DI PONDOK PESANTREN BAITUL JANNAH SURABAYA.
TERAPI SHALAT TAHAJUD DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SEORANG SANTRI DI PONDOK PESANTREN
BAITUL-JANNAH SURABAYA SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: Rhodiyah NIM. B53212092
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
ABSTRAK
Rhodiyah (B53212092), Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana proses pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Pesantren Baitu Jannah Surabaya?, (2)Bagaimana hasil akhir Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya ?
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam meningkatkan Kedisiplinan seorang Santri di Baitul Jannah Surabaya serta membandingkan keadaan konseli sebelum dan sesudah mendapatkan konseling melalui pendekatan tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dokumen hasil observasi dan wawancara dari konseli serta informan.
Adapun proses pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam meningkatkan kedisiplinan seorang santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya yakni dengan langkah-langkah seperti identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, treatment/ terapi dan follow up. Kemudian pada treatment/ dilakukan suatu pendekatan yaitu Terapi Shalat Tahajud yang didalamnya ada tahap persiapan yakni dalam hal ini konselor membangunkan konseli pada jam 03.30 malam, dan
memberikan buku yang berisi do’a kepada konseli, tahap proses yakni dalam hal
ini shalat tahajud dilakukan dua roka’at atau satu salam, dan yang terakhir adalah
tahap konseling dan refleksi. Kemudian diadakan evaluasi yang berupa diskusi hasil proses konseling antara konselor dan konseli dan dilanjutkan dengan tindak lanjut. Berdasarkan proses tersebut, dalam penelitian ini konseli mengalami kegagalan dalam mematuhi peraturan dan tanggung jawab serta tata tertib yang berlaku di pondok pesantren baitul jannah Surabaya. Setelah mendapatkan terapi, konseli telah menunjukkan tanda ada sedikit perubahan meskipun belum maksimal.
Hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini adalah kurang berhasil dengan prosentase 66%, yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan gejala yang awalnya 6 gejala yang tampak menjadi 4 gejala yang dapat ditinggalkan, dan 2 yang menjadi kadang-kadang ditinggalkan.
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Masalah ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional ... 9
F. Metode Penelitian ... 12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 12
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 13
3. Jenis dan Sumber Data ... 13
4. Tahap-Tahap Penelitian ... 15
5. Teknik Pengambilan Data ... 16
6. Teknik Analisis Data ... 18
7. Teknik Keabsahan data ... 19
G. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II: SHALAT TAHAJUD DAN KEDISIPLINAN A. Shalat Tahajud... 21
1. Pengertian Shalat Tahajud ... 21
2. Dasar Hukum Shalat Tahajud ... 22
3. Keutamaan Shalat Tahajud ... 24
4. Adab Bangun Malam ... 29
5. Tata Cara Shalat Tahajud ... 34
6. Faktor-faktor yang memudahkan mengerjakan Shalat Tahajud ... 38
7. Kisah Seputar Pengamal Shalat Tahajud ... 42
8. Hubungan Shalat Tahajud Dengan Pembentuka Karakater ... 42
9. Hubungan Shalat Tahajud dan Pembinaan Kedisiplinan ... 48
B. Kedisiplinan ... 51
1. Pengertian Kedisiplinan ... 51
2. Jenis-jenis Kedisiplinan ... 54
3. Tujuan Diadakannya Disiplin ... 56
(9)
BAB III: TERAPI SHALAT TAHAJUD DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SEORANG SANTRI DI PONDOK PESANTREN BAITUL JANNAH SURABAYA
A. Deskripsi Umum Pondok Pesantren Baitul Jannah... 59
1. Profil Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabay ... 59
a. Visi ... 60
b. Misi ... 60
c. Tujuan ... 61
d. Kegiatan Pondok Pesantren Baitul Jannah ... 62
e. Tata Tertib Pondok Pesantren Baitul Jannah ... 62
f. Struktur Kepengerusan Pondok Pesantren Baitul Jannah ... 64
2. Deskripsi Konselor... 65
a. Profil Konselor ... 65
b. Latar Belakang Pendidikan Konselor ... 65
c. Pengalam Konselor ... 65
3. Deskripsi Konseli ... 66
a. Profil Konseli ... 66
b. Latar Belakang Pendidikan Konseli ... 67
c. Latar Belakang Keluarga Konseli ... 67
d. Lingkup Pergaulan ... 68
4. Masalah Konseli... 68
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
1. Proses Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya... 69
a. Identifikasi Masalah ... 70
b. Diagnosa ... 72
c. Prognosa ... 73
d. Treatment (Terapi) ... 74
e. Evaluasi dan Follow Up ... 82
2. Deskripsi Hasil Akhir Proses Terapi Shalat Tahajud Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri Baitul Jannah Surabaya ... 84
BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Baitul Jannah Surabya ... 87
B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri Baitul Jannah Surabaya ... 99
BAB V: PENUTUP A. KESIMPULAN ... 103
B. SARAN ... 104 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kondisi Konseli Sebelum Dilakukan Konseling Untuk
Meningkatkan Kesiplinan dengan Pendekatan Terapi Shalat
Tahajud ... 72
Tabel 1.2 Deskripsi Shalat Tahajud selama satu bulan ... 77
Tabel 1.3 Kondisi Konseli Sesudah Dilakukan Konseling dengan Pendekatan
Terapi Shalat Tahajud ... 85
Tabel 1.4 Perbandingan Data Teori dan Data Empiris ... 88
Tabel 1.5 Kondisi Konseli Sebelum dan Sesudah Dilakukan Konseling
(11)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Disiplin diri merupakan substansi di era global untuk dimiliki dan dikembangkan oleh anak (santri) karena dengannya dia dapat memiliki kontrol internal untuk berperilaku yang senantiasa taat moral. Dengan demikian, anak tidak hanyut oleh arus globalisasi, tetapi sebaliknya ia
mampu mewarnai dan mengakomodasi.1
Menurut Malayu, kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tanggung jawabnya. Dan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan
lembaga, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.2
Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi kelompok. Tata tertib itu bukan buatan binatang, tetapi buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu
1
Moh Shochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 12.
2
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 193-194.
(12)
2
ketaatan kepatuhan kepada peraturann tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin
berarti menaati (mematuhi) tata tertib.3
Ary Ginanjar mengungkapkan bahwa kunci dari prinsip “keteraturan”
adalah sebuah disiplin. Disiplinlah yang akan mampu menjaga dan memelihara sebuah sistem yang terbentuk. Dan kedisiplinan yang akan mampu menciptakan sebuah sistem dan sebuah kepastian. Tanpa sebuah kedisiplinan maka sebuah tatanan akan hancur. Sebaliknya kedisiplinan akan
menciptakan sebuah tatanan yang akan menghasilkan sebuah keberhasilan.4
Kedisiplinan merupakan bagian penting dalam pendidikan, baik dalamkonteks pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Disiplin sangat diperlukan dalam kehidupan, karena disiplin adalah kunci utama
meraih sukses.5 Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan
disiplin dalam berbagai aspek baik dalam beribadah, belajar dan kehidupan lainnya. Perintah untuk berlaku disiplin secara implisit termaktub dalam
firman Allah SWT dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
3
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hal. 17.
4
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual
(ESQ) (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), hal. 202.
5
(13)
3
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
(Q.S. An-Nisā/4: 59).6
Dengan disiplin yang kuat, maka itulah orang yang pada dirinya akan tumbuh sifat iman yang kuat pula. Dan orang yang beriman adalah orang yang pada dirinya atau tumbuh sifat yang teguh dalam berprinsip, tekun dalam usaha dan pantang menyerah dalam kebenaran. Disiplin adalah kunci
kebahagiaan, dengan disiplin ketenangan hidup akan tercapai.7
Imam Santoso mengatakan “kecenderungan di masyarakat yang
tampak pada akhir-akhir ini adalah tingkah laku yang mau senang sendiri, ketidak patuhan pada hukum dan hukum dan pelanggaran-pelanggaran
terhadap tata tertib yang berlaku”. Hal ini oleh para ahli dinyatakan sebagai
kecenderungan bahwa kedisiplinan manusia indonesia menurun.8
Hal tersebut senada dengan fenomena tersebut si atas ditemukan oleh peneliti di lapangan yaitu di pondok pesantren Baitul Jannah Surabaya. Setiap santri Pondok Pesantren Baitu Jannah (PPJB) dalam kesehariannya diwajibkan mengikuti peraturan dan ketentuan serta kegiatan-kegiatan yang
sudah ditetapkan. Kegiatan yang wajib diikuti antara lain: sholat barjama’ah )maghrib, isya’ subuh), mengaji kitab )setelah isya’ dan subuh), membaca Sholawat/diba’an )seminggu sekali) dan khitobah (senin malam) serta khataman dan dzikir bersama(sebulan sekali). Bagi santri yang memang
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit J-ART,
2004), hal. 87.
7
Agoes Soejanto, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hal. 74.
8Zahrotus Sunnah Juliya, “Hubungan Antara Kedisiplinan Menjalankan Shalat Tahajud
dengan Kecerdasan Emosional Santri Pondok Pesantren Jawahirul Hikmah Basuki Tulungangung” (Skripsi, fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrohim Malang, 2014), hal. 1.
(14)
4
udzur atau ada halangan dalam mengikuti kegiatan, diwajibkan untuk izin kepada pengurus yang menangani kegiatan tersebut. Santri yang tidak
mengikuti shalat berjama’ah harus izin ke pengurus yang menangani shalat
berjama’ah )seksi Ubudiyah). Bagi mereka yang tidak bisa mengikuti
pengajian, maka wajib izin/lapor kepada seksi pendidikan dan begitupun seterusnya. Adapun bagi mereka yang melanggar peraturan, mereka harus berani menanggung sangsi yang sudah ditetapkan, biasanya sangsinya berupa hukumam yang mendidik dari pengurus dan pengasuh.
Namun meskipun demikian masih ada salah satu santri yang melanggar peraturan peraturan yang sudah ditetapkan. Dalam kasus ini adalah seorang santri bernama Farida (nama samaran). Dalam kesehariannya, yang bersangkutan sering melanggar peraturan pondok. Di antara beberapa
peraturan yang dilanggar anatar lain tidak mengikuti sholat berjama’ah )maghrib, isya’ dan subuh), tidak masuk ketika waktu mengaji kitab (setelah
isya’ dan subuh), tidak piket ketika jadwal bagiannya piket, serta sering tidak
memperhatikan ustadnya ketika sedang menjelaskan.9
Pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang dimungkinkan terjadi karena beberapa faktor seperti: 1) Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya maka seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan perilaku yang tidak pantas. 2) Sikap mental yang tidak sehat membuat orang tidak pernah merasa bersalah atau menyesali
9
(15)
5
perilakunya yang dianggap tidak baik. 3) Lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku seseorang. Biasanya orang akan mengikuti dan beradaptasi dengan lingkungan pergaulannya walaupun
itu sudah termasuk perilaku yang tidak baik.10
Perilaku yang di tampakkan Farida merupakan kecenderungan dari
perilaku rendahnya disiplin diri. Karena kegagalannya dalam mematuhi peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku. Padahal Suatu lembaga baik lembaga pendidikan (sekolah, pondok) ataupun lembaga kerja (perusahaan) seorang individu sangatlah dituntut untuk selalu mempunyai kedisiplinan diri, hal tersebut sangat diperlukan untuk tercapainya semua tujuan yang diharapkan dari suatu lembaga tersebut.
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang shalatnya kokoh, maka bisa dipastikan dia akan semakin kokoh memegang kewajiban yang lain. Shalat sebagai sarana munajat kepada Allah SWT yang menciptakan alam semesta. Shalat juga merupakan bentuk penghambaan paling hakiki sebagai mahluk kepada sang Khalik. Dalam hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:
Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.11
Dengan shalat seseorang bisa mengungkap segala bentuk kebutuhan, kesulitan yang mendera dirinya, bahkan mendapatkan manfaat sehat, baik
10
Elly M. Setiadi, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 215-224.
11
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung:CV Penerbit J-ART, 2004), hal. 523.
(16)
6
sehat jasmani maupun sehat rohani. Shalat membuat manusia tidak lupa diri yang dapat menghancurkan dirinya sendiri. Shalat juga menumbuhkan kepercayaan diri, menghalau kekhawatiran dan rasa takut, menjaga keseimbangan jiwa, memberikan harapan yang terus ada, dan memunculkan ketenagan pada dirinya.
Shalat adalah sarana untuk melatih sebuah kedisiplinan. Waktu telah ditentukan dengan pasti sehingga orang yang mampu melakukan shalat secara disiplin, niscaya akan menghasilkan pula pribadi-pribadi yang memiliki disiplin yang tinggi. Kemampuan untuk melakukan shalat tepat waktu, adalah suatu jaminan bahwa orang tersebut disamping bisa dipercaya juga memiliki kesadaran akan arti penting sebuah waktu yang harus ditepati. Isi dari shalat pun harus tertib dan teratur, dimulai dari wudhu, niat, takbiratul ihram hingga salam. Semua dilakukan secara beraturan dan sangat teratur. Ini menggambarkan betapa suatu keteraturan itu dimulai dari cara berfikir )do’a shalat) sampai dengan pelaksanaan fisiknya. Ini pelatihan kedisiplinan yang
sesungguhnya, langsung diberikan oleh Allah.12
Peneliti lebih memilih shalat tahajjud dalam penelitiannya, tidak memilih shalat-shalat sunah yang lain yang sudah dibiasakan oleh santri di pondok pesantren Baitul Jannah Surabaya Karena beberapa alasan yaitu secara spiritual shalat tahajjud mempunyai kenikmatan tersendiri yang tidak
dapat dirasakan pada shalat shalat sunah lainnya. Pertama, dilaksanakan
setelah tidur sehingga tubuh berada dalam keadaan fresh (segar) dan fikiran
12
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual
(17)
7
berada dalam keadaan plong. Kedua, tidak ada gangguan berat, yang bisa
terjadi sebab orang orang disekitar sedang terlelap,yang ada hanyalah kita dan
tuhan. Ketiga, dilaksanakan dalam waktu yanng cukup panjang dan
berkesinambungan sehingga memungkinkan terjadinya konsentrasi dan
kontempasi yang cukup Intens.13
Berangkat dari hal inilah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan upaya meningkatkan kedisilinan melalui terapi shalat tahajjud. Adapun judul penelitian ini adalah: Terapi Shalat Tahajjud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri Baitul Jannah Surabaya. (Studi
Kasus di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana proses terapi shalat tahajjud dalam meningkatkan kedisiplinan
pada seorang santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya?
2. Bagaimana hasil terapi shalat tahajjud dalam meningkatkan ke disiplinan
pada seorang santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya? C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti uraikan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
13
Muhammad Rusli Malik, Puasa ; Menyelami arti Kecerdasan Spiiritual dan
(18)
8
1. Untuk mengetahui bagaimana proses shalat tahajjud dalam meningkankan
kedisiplinan pada seorang santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya.
2. Untuk mengetahui bagaimana hasil akhir dari terapi shalat tahajjud dalam
meningkatkan kedisiplinan pada seorang santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian mempunyai beberapa manfaat antara lain adalah :
1. Manfaat teoritis,
a. Menambah khazanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam dalam
hal meningkatkan kedisiplinan dengan terapi shalat tahajjud.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan proses konseling dalam hal disiplin diri.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi
khususnya kepada orang tua, konselor, guru, dan pengurus pesantren dalam upaya membimbing dan memotivasi para santri untuk meningkatkan kedisiplinan dalam mengikuti kegiatan yang sudah ditetapkan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam
menangani kasus yang sama dengan menggunakan dimensi-dimensi yang ada pada terapi Shalat Tahajjud.
(19)
9
E. Definisi Operasional
1. Terapi Shalat tahajjud
Shalat tahajud ialah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu malam: sedikitnya dua rokaat dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas.
Waktunya sesudah shalat isya’ sampai terbit fajar. Shalat diwaktu malam hanya dapat disebut shalat tahajud dengan syarat apabila dilakukan sesudah bangun dari tidur malam, sekalipun tidur itu hanya sebentar. Jadi apabila dikerjakan tanpa tidur sebelumnya, maka ini bukan shalat tahajud,
tetapi shalat-shalat sunah saja seperti witir dan sebagainya.14
Shalat tahajud dilakukan secara individual dalam keheningan di penghujung malam ketika orang-orang terlelap tidur. Hal itu bisa meninggikan jiwa manusia dan mendekatkannya kepada Allah. Manusia merasakan kehadiran tuhan dalam hatinya dan dalam lubuk jiwa yang paling dalam sehingga tercipta kesadaran untuk mengagungkan dan
mengimani kehadiran Allah.15 Ayat berikkut menegaskan masalah ini:
“Hai orang yang berselimut (muhammad), bangunlah (untuk
shalat) dimalam hari, kecuali sedikit(dari padanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Daan bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami kan
14Moh. Rifa’I,
Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT Karya Putra, 2014), hal.
88.
15
Muhammad Imron, Munajat Kemulyaan Anugerah dan Kebahagiaan Shalat Tahajud
(20)
10
menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan (QS. Al-Muzzammil, [574]: 1-6.16
Sementara terapi adalah usaha atau pengobatan untuk memulihkan kesehatan seseorang yang sedang sakit baik fisik ataupun mental. Jadi terapi shalat tahajjud adalah cara atau usaha untuk menyembuhkan seseorang yang sedang sakit fisik ataupun mental dengan cara melakukan sholat dimalam hari setelah bangun dari tidur. Dimana pada malam itu seorang hanba bisa mengungkapkan segala keinginanannya terhadap tuhannya yang maha agung, karena pada waktu itu Allah berjanji akan mengabulkan segala doa atau permintaan dari hambanya.
2. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata dasar “disiplin’ yang mendapat
awalan ke – dan akhiran –an. Dalam kamus besar bahasa indonesia kata
disiplin berarti ketaatan (kepatuhan) kepada Peraturan (tata tertib).17
Disiplin yaitu ketaatan atau kepatuhan kepada tata tertib dan sebagainya. disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk mentaati tata tertib tersebut.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kedisiplinan adalah tata tertib, yaitu ketaatan, kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan
sebagainya. Berdisiplin berarti menaati(mematuhi) tata tertib.18
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-Hikmah (Bandung: CV Diponegoro, 2014), hal. 574.
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 268.
18
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hal. 17.
(21)
11
Menurut F. W Foerster dalam bukunya Doni Koesoema yang
berjudul Pendidikan Karakter, disiplin merupakan keseluruhan ukuran
bagi tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan. Sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu. Adanya
kedisiplinan, dapat menjadi semacam tindakan preventif dan
menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kaum muda.19
Sedangkan menurut W.J.S. Purwadarminta, disiplin memiliki dua arti, yaitu latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala
perbuatannya selalu mentaati tata tertib.20 Jadi, disiplin dapat diartikan
sebagai sikap dan patuh terhadap aturan dan tata tertib yang sudah ditentukan. Selanjutnya Henry Clay Lindgren juga mendefinisikan
pengertian disiplin di dalam bukunya yang berjudul EducationalPsycology
in the Classroom bahwa “The meaning of discipline is control by
enforcing obedience or orderly conduct”.21
Artinya: Definisi dari disiplin adalah mengontrol dengan cara mematuhi peraturan/perilaku baik.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kedisiplinan tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa kedisiplinan merupakan perilaku taat dan patuh terhadap tata aturan yang berlaku yang didasarkan atas kesadaran diri terhadap tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan.
19
Doni Koesoema, A., Pendidikan Karakter ( Strategi Mendidik Anak di Zaman Global)
(Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 233-236
20
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 254.
21
Henry Clay Lindgren, Educational Psycology in the Classroom (Tokyo: Charles E.Tuttle Company, 1960), hal. 305.
(22)
12
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.22
Jadi, pendekatan kualitatif yang peneliti gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh konseli secara menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi secara umum.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Penelitian studi kasus (case study) adalah penelitian tentang status subyek
penelitian yang berkenan dengan suatu kejadian mengenai perseorangan
dari keseluruhan personalitas.23
2. Sasaran dan lokasi penelitian
a. Sasaran penelitian
22
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 6.
23
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hal. 76.
(23)
13
Sasaran penelitian adalah pihak yang berperan dalam penelitian ini yaitu farida sebagai konseli, sedangkan Rhodiyah berperan sebagai Konselor.
b. Lokasi penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil lokasi yang merupakan tempat tinggal konseli, yaitu pondok pesantren Baitul Jannah Surabaya.
3. Jenis dan sumber data
a. Jenis data
Sehubung dengan penelitian yang sifatnya study kasus yang hanya melibatkan satu klien, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel ataupun populasi. Jadi pengetahuan diri klien dengan cara observasi dan interview mengenai perkembangan klien secara rinci yang diperoleh dari klien.
Adapun jenis data ini dikelompokkan menjadi data primer dan sekunder, sebagai berikut:
1) Data primer
Data primer yaitu data paling utama dan paling penting yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data primer dalam penelitian ini antara lain: Bagaimana cara shalat Tahajudnya konseli, berapa kali shalat tahajud dilakukan oleh konseli. Pada jam berapa shalat tahajud dilakukan oleh konseli, bagaimana
(24)
14
proses shalat tahajud yang dilakukan oleh konseli, bagaimana hasil akhir dari proses pelaksanaan shalat tahajud.
2) Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung kelengkapan
penelitian.24 Data ini diperoleh dari gambaran lokasi penelitian
dan keadaan lingkungan sekitar pondok pesantren Baitul Jannah. Adapun data skunder dalam penelitian ini antara lain: data tentang keluarga klien, data pendidikan klien, pergaulan konseli, serta masalah konseli.
b. Sumber data
Untuk mendapatkan sumber data tertulis, peneliti mendapatkannya dari sumber data. Adapun sumber data pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Sumber data primer
Sumber data primer yaitu sumber utama yang menjadi tempat
untuk mendapatkan data.25 Adapun yang menjadi sumber
primernya dalam penelitian ini adalah Farida (konseli), disini peneliti melakukan wawancara dan observasi langsung pada konseli (Farida).
2) Sumber data sekunder
24
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Unair, 2011), hal. 129.
25
(25)
15
Sumber data sekunder adalah sumber data yang dapat
melengkapi data dari sumber utama.26 Adapun yang menjadi
sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah informan yakni dalam hal ini adalah guru konseli, pengurus pondok dan teman konseli.
4. Tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap berikut disusun dan digunakan untuk rancangan penelitian supaya proses penelitian lebih sistematis dan bisa dipertanggung jawabkan validitasnya. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut:
a. Tahap pra lapangan
1) Menyusun rancangan penelitian
2) Memilih lapangan penelitian
3) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
4) Memilih dan memanfaatkan informan
5) Menyiapkan perlengkapan penelitian
6) Persoalan etika penelitian
b. Tahap pekerjaan lapangan
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
2) Memasuki lapangan
3) Berperan serta sambil mengumpulkan data
26
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format- format Kuantitatif dan Kualitati
(26)
16
4) Tahap analisis data
5. Tehnik pengambilan Data
Tahap analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan megurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan, peneliti mengadakan pengecekan atau melakukan proses analisis terhadap hasil temuan guna menghasilkan pemahaman terhadap data. Peneliti menganalisis data yang dilakukan dan dikerjakan secara intensif.
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu tahap penting dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam serta dokumentasi sebagai penguat data secara tertulis.
a. Observasi
Definisi observasi adalah pengamatan, pengawasan,
peninjauan, penyelidikan, penelitian.27 Sedangkan menurut
Cartwright dalam Hardiansyah Haris mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, mencermati serta merekam prilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model observasi partisipatif atau partisipan. Karena dengan observasi ini, maka data yang akan diperoleh oleh peneliti akan lebih lengkap,
27
(27)
17
tajam, dan sampai mengetahui makna pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Peneliti akan melakukan pengamatan dilokasi yang menjadi tempat penelitian. Peneliti akan menggali data berdasarkan apa yang ada di lapangan.
Peneliti melakukan observasi terhadap konseli (Farida) tentang bagaimana cara shalat tahajudnya konseli, pada jam berapa konseli melakukan shalat tahajud, bagaimana proses shalat tahajudnya konseli, bagaimana pengaruh shalat tahajud terhadap perubahan sikap keseharian konseli.
b. Wawancara
Sudjana dalam sugiyono bahwa wawancara adalah roses
pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewer). Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara lansung oleh interviewer kepada yang diwawancarai. Peneliti akan mencari data secara langsung bertemu dengan informan.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersumber dari konseli (farida), guru konseli, Pengurus pondok PPBJ teman terdekatnya. Isi pertanyaan dalam wawancara Terkait dengan bagaimana perasaan konseli setelah melakukan shalat tahajud, bagaimana perilaku keseharian konseli setelah melakukan shalat
(28)
18
tahajud, bagaimana sikap konseli terhadap guru atau teman setelah melakukan shalat tahajud. dan lain sebagainya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode untuk mencari data mengenai
hal-hal yang berupa catatan, notulen, agenda, dan sebaginya.28
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang penelitian dan data-data tentang latar belakang konseli.
Data yang diperoleh melalui metode ini adalah data berupa gambaran umum tentang lokasi penelitian, yang meliputi dokumentasi tempat tinggal konseli, identitas konseli, masalah konseli, serta data lain yang menjadi data pendukung seperti foto dan absen pondok dan lain lain.
6. Tehnik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milih menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.29
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan pelaksanaan
28
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 225
29
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 248.
(29)
19
praktek konseling dengan kriteria keberhasilan secara teoritik, membandingkan kondisi awal konseli sebelum proses konseling dengan kondisi setelah pelaksanaan proses konseling.
7. Keabsahan Data
Di dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua teknik keabsahan data, antara lain:
a) Perpanjangan keikut sertaan
Yaitu lamanya waktu keikutsertaan peneliti pada latar penelitian dalam pengumpulan data serta dalam meningkatkan derajat kepercayaan data yang dilakukan dalam waktu kurun yang relative panjang.
b) Tringulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan juga dapat di artikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang ada.30
30
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011) hal. 241.
(30)
20
G. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika dalam pembahasan ini terbagi menjadi
beberapa bab dan pada tiap babnya terdapat sub-sub sebagaimana uraian berikut ini:
BAB I adalah pendahuluan yang berisi tentang latara belakang masalah, rumusan masalah, tunuan peneelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II berisi tentang kajian teori, meliputi 1) pengertian sholat tahajud, dasar hukum, keutamaan, tata cara, faktor yang memudahkan mengerjakan sholat tahajud beserta kisah seputar pelaksana shalat tahajud, hubungan shalat tahajud terhadap pembentukan karakter serta hubungan shalat tahajud dan pembinaan kedisiplinan. 2) pengertian kedisiplinan, jenis-jenis, beserta tujuan diadakannya disiplin.
BAB III berisi tentang Penyajian data, di dalam penyajian data meliputi tentang deskripsi berisi yang dipaparkan secukupnya agar pembaca mengetahui objek yang akan dikaji dan deskripsi lokasi penelitian, meliputi hasil penelitian. Pada bagian ini dipaparkaan mengenai data dan fakta objek penelitian, terutama yang terkait dengan perumusan masalah yang diajukan.
BAB IV berisi tentang penyajian dan analisis data, di dalamnya membahas tentang pengujian data dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari keseluruhan penelitian, serta saran dan rekomendasi.
(31)
21
BAB II
SHALAT TAHAJUD DAN KEDISIPLINAN A. Shalat Tahajud
1. Pengertian Shalat Tahajud
Tahajud berasal dari kata tahajjada yang sama artinya seperti
istaiqazha, yang berarti terjaga, sengaja bangun, atau sengaja tidak tidur. Hal itu tentu saja dilakukan pada waktu malam, sehingga dinamakan
“Shalatullail atau qiyamullail” yang diterjemahkan dengan shalat malam.1 Sedang menurut Moh. Sholeh, shalat tahajud artinya bangun dari tidur. Shalat tahajud artinya shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari dan dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu walaupun tidurnya
hanya sebentar.2
Sementara shalat tahajud adalah shalat sunnah yang dikerjakan di sepertiga malam yang terakhir, dimana orang yang terbiasa dengannya mendapatkan predikat sebagai orang yang shalih, sedangkan tujuan dari shalat tahajjud adalah untuk melengkapi ibadah, berdoa, dan bermunajat kepada Allah SWT terhadap berbagai kebutuhan dan keperluan seseorang sebagai manusia.
Abdullah bin Umar menjelaskan bahwa shalat tahajud
dilaksanakan setelah bangun tidur. Menurut Imam Syafi’i, shalat tahajud
bisa dilaksanakan sebelum atau sesudah tidur. Meskipun shalat ini
1
Sudirman Abbas, The Power Of Tahajud (Jakarta: Qultum Media, 2007), hal. 1.
2
Moh. Sholeh, Terapi Shalat Tahajjud; Menyembuhkan Berbagai Penyakit (Jakarta: Hikmah, 2006), hal. 130.
(32)
22
hukumnnya sunnah, namun Nabi SAW menjelaskan shalat ini mempunyai
keutamaan setelah shalat lima waktu. Sebuah hadis menyebutkan: dari
Abu Hurairah-semoga rida Allah tercurah padanya-dari Rasulullah
bahwasanya beliau pernah ditanya, “Apakah shalat yang lebih utama sesudah shalat lima waktu?” Beliau menjawab, “Shalat malam.” (H.R. Muslim)
Nabi SAW bersabda, “Hai sekalian manusia ! Sebarkan ucapan salam,
berilah makanan dan lakukan shalat malam dikala orang sedang terlelap tidur, niscaya kalian akan masuk surga Tuhanmu dengan damai dan
tenang.” (H.R. Tirmidzi)3
Para pelaku shalat malam adalah mereka yang mencapai pertolongan dalam pengucilan, karena shalat tahajud merupakan shalat paling utama setelah shalat wajib. Begitu banyak keutamaan sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
2. Dasar Hukum Shalat Tahajud
Shalat tahajud merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Adapun yang menjadi perintah dalam
melaksanakan shalat tahajud tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-isra’/17
ayat 79 yang berbunyi:
3
Sulaiman Al-Kumayi, Shalat Penyembahan & Penyembuhan (Semarang: Erlangga, 2007), hal.147-148.
(33)
23 Artinya: “Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkatmu ke tempat yang terpuji”. (Q.S. al-Isra/17: 79).4
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian malam bangun
dan bertahajudlah denganya, yakni dengan bacaan Al-qur’an itu, dengan
kata lain lakukanlah shalat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan kewajiban. Atau sebagai tambahan ketinggian derajat bagimu, mudah-mudahan dengan ibadah-ibadah ini tuhan pemelihara dan pembimbingmu
mengangkatmu di hari kiamat nanti ke tempat yang terpuji.5
Menurut M. Quraish shihab dalam bukunya yang berjudul Tafsir
Al-Misbah, kata (
ىسع
) „asa berarti harapan, tetapi tentu saja harapan tidakmenyentuh Allah SWT. Karena harapan mengandung makna
ketidakpastian, sedang tidak ada sesuatu yang tidak pasti bagi-Nya. Atas dasar itu harapan bagi mitra bicara. Dalam ayat ini Rasulullah diperintahkan untuk melaksanakan tuntunan diatas disertai dengan harapan
kiranya Allah menganugerahkan beliau maqaman mahmuda.
Sedangkan kata (
اد حا ا
)
“maqoman mahmudan” dapat berartikebangkitan yang terpuji, bisa juga ditempat yang terpuji bertemu. Ayat ini menjelaskan apa sebab pujian dan siapa yang memuji. Ini berarti yang memujinya semua pihak, termasuk semua mahluk. Mahluk memuji karena mereka merasakan keindahan dan manfaat yang mereka peroleh bagi diri mereka. Dari sekian banyak riwayat dan dari berbagai sumber yang
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-Hikmah (Bandung: CV Diponegoro, 2014), hal. 290.
5
(34)
24
menyatakan bahwa maqam terpuji itu adalah syafaat terbesar Nabi
Muhammad SAW pada hari kebangkitan.
Ayat di atas menegaskan bahwa yang dinamakan shalat tahajjud adalah shalat yang dikerjakan pada malam hari. Maka shalat sunnah yang dikerjakan di siang hari tidak disebut dengan shalat tahajud. Ayat tersebut juga menegaskan bahwa salah satu fungsi dari shalat tahajjud, yakni sebagai ibadah tambahan bagi manusia.
3. Keutamaan Shalat Tahajud
Keutamaan shalat tahajud dapat dilihat dari ayat-ayat Al-Qur’an
dan beberapa hadist yang menjelaskan bahwa shalat sunah yang paling utama adalah shalat tahajud.
a. Keutamaan Shalat malam menurut Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan tentang keutamaan
shalat malam. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, ada beberapa ayat yang
menganjurkan kepada orang-orang shalat agar mengisi waktu malam dengan beribadah kepada Allah SWT.
artinya: sesunguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. sesungguhnya mereka sebelum itu ada di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. di dunia mereka
(35)
25
sedikit sekali tidur di waktu malam dan selalu memohon ampunan di waktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz-Dzariyat [51]:15-18).6
Dan ayat Al-Qur’an yang lain adalah:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka. Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari. (QS. al-Insan 23-26).7
Habib Idrus menjelaskan makna ayat „Bersabarlah kamu untuk
melaksanakan ketetapan Tuhanmu’ dengan cara menjalankan perintah
dan anjuran Allah swt. dengan ikhlas dan senang hati. Amalan yang dilakukan dengan ikhlas tidak memberatkan bagi pelakunya. Jika seseorang merasa nyaman dan nikmat dalam beribadah kepada Tuhan, maka tidak akan ada rasa malas untuk bangkit, rukuk dan sujud kepada-Nya.
Dikatakan pula hendaknya orang-orang menyebut nama Tuhan di pagi dan petang. Bahkan di malam hari dianjurkan untuk bersujud maupun bertasbih. Sesungguhnya Allah tahu betul kesibukan
6
Asy-Syifa, Al-qur’an dan Terjemahannya, hal. 1104.
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-Hikmah (Bandung: CV Diponegoro, 2014), hal. 580.
(36)
26
Nya dalam menjalani kehidupan di siang hari. Maka dia menyediakan waktu di malam hari untuk istirahat dan selebihnya untuk menghadap kepadaNya dengan penuh konsentrasi. Bangun di tengah malam yang sunyi terlepas dari gangguan-gangguan dari luar sehingga bisa
memusatkan pikiran dan perhatian hanya kepada Allah.8
b. Keutamaan shalat malam menurut As-Sunnah
, ا ع با ا ثدح: ديعس ب بيتق يثدح
,رشب يا ع
دبع ب ديم يا ع
, ر حا مرلا
ع
, اي لا ضفا: يملسو هيلع ها ىلص ها سر اق: اق ه ع ها يضر ر ر يا
, اض ر دعب
, رح هار ش
, ا لا ضفاو
, ض رفلا دعب
ملس هاور ي.) يللا اص
Artinya: telah bercerita kepadaku Qutaibah bin Said: telah bercerita kepada kita Abu awanah, dari Abi Bisrin, dari Humaidi bin abdirrahman himyari, dari Abu Hurairah RA. Berkata: Nabi
Muhammad SAW bersaba “sebaik-baik puasa setelah (puasa)Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram, dan
sebaik-baik shalat setelah shalat Fardhu adalah shalat malam.” HR. Muslim).9 Rasulullah SAW bersabda,
يل ّ ك اع و راب ا ّبر
: يف رخأا يّللا ثلث ى ب نح ,اي ّدلا ءا ّسّلا ا ل
. هلرفغأف يرغتس ,هيطعأف يلأس ,هل يجتسأف ي عد
10
“Tuhan kita yang maha mulia dan maha tinggi pada setiap malam
turun turun kelangit dunia ketika sepertiga malam terakhir. Dia
berfirman, „Orang yang berdo’a kepad-Ku akan aku kabulkan. Orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan aku beri. Orang yang memohon ampun-Ku akan aku ampuni.
Rasulullah SAW bersabda: “Dua rakaat shalat yang dilakukan hanba
pada tengah malam adalah lebih baik dari pada dunia dan seisinya.
8
Habib Idrus Al-Hamid, Keajaiban Shalat Tahajud (Surabaya: Pustaka Media, 2009), hal. 42-43.
9
Al- Imam Muslim Ben Al-Hajjaj, Sahih Muslim (Lebanon: Dar Al- Kutub Al- Ilmiyah, 2008), hal. 484.
10
Adnan Tharsyah, Rahasia & Keutamaan Shalat Subuh (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), 71.
(37)
27
Kalau saja tidak akan memberatkan umatku, niscaya aku wajibkan
kepada mereka.”11
لا اي ب م يلع
,مأا ع ا و ها ا برق يللا ايق او ,م لبق نحا لا أد ه أف يل
دس ا ع ءادلل درط و ا يسلل رف و
.
“Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam, karena ia merupakan
tradisi orang-orang saleh sebelum kalian. Shalat malam itu adalah kedekatan kepada Allah Azza wa Jalla, penebusan dosa, pengusir pennyakit dari tubuh, dan pencegah perbuatan dosa.12
Semasa hidupnya Rasulullah SAW, beliau tidak pernah meninggalkan ibadah malam. Sebagian waktu malam beliau gunakan untuk menegakkan shalat malam. Shalat tahajud merupakan shalat yang diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu dan sekarang shalat tahajud merupakan shalat
yang sangat dianjurkan kepada manusia untuk dilaksanakan.13
: لاق ا ع ها يضر شئاع عو
رّطفت ىّتح يّللا مّلسو ها ىّلص ه سر اك
افأ (( : اق ؟ رّخأ ا و ب ل رفغدقو ها سر ا ا ع م : هل ل ف ,ها دق
.هيلع قفّت )) اٌر ش اٌدبع كأ
1ض
dari Aisyah, Nabi Muhammad SAW tegak shalat malam hingga kedua kakinya merekah, lalu aku tanyakan kepadanya: “kenapa engkau beribadah sedemikan rupa, bukankan Allah telah mengampuni dosa=dosamu yang terdahulu dan yang akan datang? jawabnya:
“tiada patutkah aku berbuat sebagai hanba yang pandai bersyukur?.
(demikian perbuatan seorang hamba yang pandai bersyukur kepada
tuhannya). “HR. Bukhari Muslim).15
12
Imam al-Ghazali, Keagungan Shalat (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 111.
13
Abu Sattar, Kekuatan Maha Dahsyat Ibadah-Ibadah Malam (Yokyakarta: Araska, 2011),hal. 16-17.
14
Syaih Imam Yahya, Riyadus-Sholihin (Surabaya: Darul Abidin, ), hal.353.
15
Al-Hafidz dan Masrap Suhaemi, Terjemah Riyadlus Shalihin (Surabaya: Mahkota,1986), hal. 608.
(38)
28
Di ceritakan dari Abdullah bin Salam r.a bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda:
ا شفأ اّلا ا ّا (( : اق مّلسو ها ىّلص ىّيبّلا ّ ا ه ع ها يضر اس ب ها دبع عو
اّسلاب
. ي رّتلا هاور )) اسب ّ ا ا لخد , اي اّلاو يّللاب ا ّلصو , اعّطلا ا عطأو ,
16
“Wahai sekalian manusia, sebarluaskanlah ucapaan salam, berikanlah
makanan dan shalatlah kamu pada malam sewaktu manusia sedang tidu:niscaya kamu sekalian akan masuk surga dengan selamat”. (HR Tirmidzi).17
Menurut hadist Rasulullah SAW yang lain adalah.
“Siapa shalat malam dengan sebagus-bagusnya, maka Allah SWT, memulyakan Sembilan perkara. Lima macam didunia dan empat
macam diakhirat. Radlatul „Ulama).18 Adapun lima keutamaan di dunia adalah:
1) akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana
2) tanda ketaatannya akan kelihatan di mukanya
3) akan dicintai para hamba Allah yang shalih dan dicintai oleh semua
manusia
4) akan dijadikan orang yang bijaksana, yakni diberi pemahaman
dalam agama.
5) Allah menjadikannya sebagai orang yang bijak. Yakni dia
dianugerahi oleh Allah sebagai orang yang alim. Sedangkan empat keutamaan di akhirat adalah:
16
Syaih Imam Yahya, Riyadus-Sholihin (Surabaya: Darul Abidin, ), hal. 354.
17
Muslich Shabir, Terjemah Riyadlus Shalihin (Semarang: PT Karya Thoha, 1981), hal. 156.
18
(39)
29
1) wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur dihari pembalasan .
2) akan mendapatkan keringanan ketika dihisab.
3) ketika menyeberangi jembatan Shiratal Mustaqim. bisa
melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4) catatan amalnya akan diberikan ditangan kanan.19
secara umum keutamaan shalat tahajud dapat disebutkan, diantaranya:
1) orang yang selalu melaksanakan shalat tahajud, ia akan mendapat
pahala shalat yang paling utama setelah shalat fardhu
2) orang yang selalu melaksanakan shalat tahajud akan menjadi orang
yang paling dekat dengan Allah SWT.
3) orang yang selalu melaksanakan shalat tahajud akan menjadi orang
yang senantiasa selalu dicintai Allah SWT.
4. Adab Bangun Malam
Adab-adab bangun malam yakni yang pertama :
a. Berwudhu’ sebelum tidur dan berniat hendak bangun malam
Berkaitan dengan ini Al-Barra’ bin „Azib r.a.meriwayatkan bahwa
Nabi Saw. Bersabda,
ءاّض تف عجض خا ا ا اق مّلسو هيلع ها ىّلص ها سر ّ ا اع ب ءاّرلا يثّدح
فو يلا ي جو لسا يّا ّم للا , ق ّم مأا ّش ىلع عجّطا ّم اّ لل ء ضو
ض
ا يلا ّاا اج او أجل ا يلا ب رو بغر يلا ر ظ ا او يلا ر ا
19
Abdul Manan bin Muhammad Sobari, Rahasia Shalat Sunnah (Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), hal. 41.
(40)
30
ّ تليل ّ اف اك رخا ّ لعجاو لسرا ّلا ّيب بو ل ا ّلا بات ب
. رطفلا ىلع او
Artinya: “ Diceritakan oleh Al-Barra’ bin „Azib, Seseungguhnya Nabi
Muhammad bersabda, “Jika kamu hendak tidur, berwudhulah terlebih
dahulu seperti ketika hendak shalat. Berbaringlah paada sisi badan
sebelah kanan, lalu berdoalah, „Ya Allah, kupasrahkan diriku kepada -Mu, kuhadapkan wajahku -Mu, kuserahkan urusanku kepada-Mu karena harap dan takut kepada-kepada-Mu. Tiada tempat bernaung dan tiada tempat berlindung dari-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman pada Kitab-Mu yang engkau turunkan kepada Nabi-Mu yang engkau
utus.’Jika kamu meninggal pada malam itu ditetapkan bagimu
kematian diatas fitrah(kesucian) dan doa itu menjadi kata-kata terakhir
yang kamu ucapkan.”20
Tidur dalam keadaan berwudhu adalah sesuatu yang istimewa
dalam kehidupan muslim. Dengan berwudhu dan berdo’a sebelum
tidur, dia memaknai hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Inilah tujuan penciptaan seluruh mahluk. Sungguh tidurnya dalam keadaan berdzikir kepada Allah dan bangunnya pun dalam keadaan berdzikir kepada-Nya. Dengan demikian, dzikir menjadi ruh kehidupannya dan
kehidupan ruhnya.21
b. Berzikir kepada Allah ketika Bangun Malam
„Ubadah bin Al-Shamit r.a. meriwayatkan bahwa Nabi Saw.
Bersabda, “barang siapa bangun pada malam hari, lalu membaca: la ilaha illahu wahdah, la syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa
huwa „ala kulli syai’in qadir. Alhamdu lillah, subhanallah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar, wala hawla wa la quwwata illa billahil- „aliyil
20
Muhammad Shaleh Ali Abdillah Ishaq, Bersujud di Keheningan Malam (Yogyakarta: Mitrapusaka, 2007), hal. 177.
21
Sallamah Muhammad Abul Kamal, Mukjizat Shalat Malam (Bandung: Mizania, 2008), hal. 135-136.
(41)
31 „azhim. Lalu membaca : Allahummaghfir li (ya Allah, ampunilah aku) atau berdoa apa saja, niscaya dikabulkan. Jika dia berwudhu dan shalat,
niscaya shalatnya diterima “ )HR Al-Bukhari:[2/68], Al-Tirmidzi
[3414], Ibn Majah [3878], Al-Darimi [2/291], Ahmad [5/313]).22
c. Menyikat Gigi Setelah Bangun Tidur
Menyikat gigi setelah bangun tidur ditegaskan oleh Nabi Saw. Jabir
r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “Jika seseorang
bangun tidur untuk shalat malam, hendaklah dia menyikat gigi. Sebab, jika seseorang membaca Al-Qur’an dalam shalatnya, malaikat menempelkan mulutnya kemulut orang ini dan apapun yang keluar dari
mulut malikat itu masuk kedalam mulutnya” (Albani, Shahih
Al-Jami’ no. 733).
Menurut Abdul Aziz bin Abi Rahimahullah, ada dua akhlak mulia yang merupakan akhlak seorang muslim, yaitu tahajud pada malam hari
dan rajin menykat gigi.23
d. Membaca Al-Qur’an dengan suara sedang
Tentang adab ini, Allah Swt. Berfirman, dan janganlah kamu
mengeraskkan suaramu dalam shalatmu dan jannganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara kedua itu (QS.
Al-Isra’ [17]: 110).
e. Memulai Shalat Malam dengan shalat Dua Rakaat yang pendek
22
Sallamah Muhammad Abul Kamal, Mukjizat Shalat Malam (Bandung: Mizania, 2008), hal. 137.
23
Muhammad Shaleh Ali Abdillah Ishaq, Bersujud di Keheningan Malam (Yokyakarta: Mitrapusaka, 2007), hal. 439-440.
(42)
32
Rasulullah Saw. Bersabda, “Jika seseorang bangun malam,
hendaklah dia memulai shalat tahajudnya dengan mengerjakan shalat
dua rakaat dengan bacaan yang pendek” (HR Muslim [198] dan Ibn Khuzaimah [1150]).
f. Merenungkan dan menghayati bacaan Al-Qur’an
Menurut beberapah hadist shahih, seseorang hanya memperoleh pahala dari shalatnya jika menyadari apa yang dilakukannya dengan
sepenuh hati. Karena itu, menghayati makna Al-Qur’an yang dibaca
pada shalat malam adalah sesuatu yang penting.24
g. Membayangkan kehadiran Allah
Ketika anda melaksanakan shalat malam, bayangkanlah bahwa anda akan menjemput kehadiran Allah. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, pada sepertiga malam terakhir, Allah turun kelangit dunia dalam keadaan yang pantas bagi keagungan dan kemuliaanNya dan
berfirman, “Adakah orang yang memohon ampunan sehingga aku
mengampuninya? Adakah orang yang bertobat sehingga aku menerima taubatnya? Adakah orang yang berdoa sehingga aku mengabulkannya?
Adakah orang yang melakukan ini dan itu…?” (HR Al-Bukhari 2/66, dan Muslim [168-172]).
h. Mandi, Memakai parfum, dan mengenakan baju yang Bagus
Rasulullah Saw, memakai parfum dengan kesturi dan ambar. Ibn
Mas’ud r.a. seneng memakai baju bagus dan bersih serta memakai
24
Sallamah Muhammad Abul Kamal, Mukjizat Shalat Malam (Bandung: Mizania, 2008), hal.138-139.
(43)
33
parfum jika hendak shalat. Al-Mughirah bin Hakim Al-Shan’ani
memakai baju yang palin bagus dan menggunakan parfum ketika
hendak shalat tahajud. „Abdullah bin Zakariyya dan sahabat-sahabatnya bahkan mandi setiap malam untuk beribadah.
i. Ikhlas dan Menghindari Rasa Bangga Diri
Jika engkau senang bangun malam, hal itu merupakan tanda bahwa Allah mencintaimu. Karena itu raihlah mahkota cinta-Nya dengan keikhlasan. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (menuluskan) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS Al-Bayyinah [98]:5). Terhindar dari riya dan kemunafikan
dikalangan para ulama dan para pembaca Al-Qur’an lebih mulia dari
pada al-kibrit al-ahmar (kesadaran spiritual yang sangat tinggi).25
Al-Fudhail bin „Iyadh berkata, “betapa indah ucapan Muthrif bin „Abdullah, “tidur pada malam hari lalu menyesal pada pagi hari lebih
aku sukai dari pada bangun malam dan membanggakan diri pada pagi
hari, bahwa aku bangun sementara orang-orang tertidur” )Hilyah
Al-Auliya’, jil.2,h.300).
Rasulullah saw. Memberitahukan kepada kita bahwa orang yang melakukan ketaatannya hanya untuk mendaptkan dunia materi, atau
25
Sallamah Muhammad Abul Kamal, Mukjizat Shalat Malam (Bandung: Mizania, 2008), hal.140.
(44)
34
untuk riya’ dan agar didengar orang, ia akan mendapat hukuman yang
keji dan hukuman itu selalu menantinya.26
j. Berdoa dengan doa Rasulullah kala bangun tidur
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia mengatakan: Rasulullah saw. Bersabda:
أوو دسج ي ي افاعو يحور ّيلع ّدر ّلا ه د حا : يلف مكدحا ظ يتسا ا ا
.هرك ب
“Jika diantara kalian bangun dari tidur hendaknya mengucaapkan:
“Segala puji bagi Allah, yang telah mengembalikan nyawaku
kepadaku, memberi kesejahteraan pada jasadku, dan memberi izin
kepadaku untuk mengingat-Nya.” 27
5. Tatacara Shalat Tahajud
a. Waktu Shalat Tahajud
Para ulama’ menjelaskan bahwa shalat tahajud bisa dikerjakan
dipermulaan, dipertengahan, dan penghabisan malam. Keterangan ini didasarkan atas riwayat sahabat sebagai berikut :
“Kapan saja kita ingin melihat Nabi SAW shalat malam, ketika itu
pula kita pasti dapat melihatnya; dan kapan saja kita ingin melihat tidurnya Nabi SAW, disaat itu pula kita dapat melihatnya; bila beliau berpuasa, terus dilakukannya sampai-sampai kita akan mengira bahwa beliau tidak pernah pernah buka. Namun, kalau sudah berbuka,
26
Muhammad Shaleh Ali Abdillah Ishaq, Bersujud di Keheningan Malam (Yokyakarta: Mitrapusaka, 2007), hal. 20.
27
Muhammad Shaleh Ali Abdillah Ishaq, Bersujud di Keheningan Malam (Yokyakarta: Mitrapusaka, 2007), hal. 328.
(45)
35
sampai kita akan berkata bahwa beliau tidak pernah berpuasa.” )H.R.
Ahmad, Bukhari, dan Nasa’i).28
Dalam Al-Qur’an dijelaskan juga tentang waktu shalat tahajud:
“Hai orang yang berselimut (muhammad), bangunlah (untuk shalat)
dimalam hari, kecuali sedikit(dari padanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Daan bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan. (QS. Al-Muzzammil, [574]: 1-4)
Firman Allah ini menegaskan kepada Nabi SAW dan tentu saja kepada umat beliau untuk memilih waktu shalat tahajud yang tepat dan sesuai dengan kelonggaran yang pada beliau dan umatnya.
Keterangan Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW apabila
diinterpretasikan menurut waktu indonesia, ssepertiga malam itu kira-kira pukul 22.00 WIB sampai pukul 23 WIB, seperdua malam diperkirakan kira-kira pukul 00. WIB sampai 01.00 WIB, dan dua pertiga malam sekitar pukul 02.00 WIB atau pukul 03.00 WIB sampai sebelum fajar atau masuk shalat subuh.
Namun, menurut hadis yang shahih, sebaik-baik waktu untuk menjalankan shalat tahajud adalah pada sepertiga malam yang terakhir, yaitu pukul 02.00 WIB atau pukul 03.00 WIB sampaai sebelum fajar atau masuk shalat subuh.
28
Sulaiman Al-Kumayi, Shalat Penyembahan & Penyembuhan (Semarang: Erlangga, 2007), hal.171.
(46)
36
(1)“Tuhan kita, Azza wa Jalla, tiap malam turun kelangit dunia pada sepertiga malam yang terakhir. Pada saat itulah Allah SWT
berfirman: „Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, pasti Kukabulkan,
barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku, paasti
Kuampuni.”)H.R. Jamaah)
(2)“Pada saat manakah shalat malam yang lebih utama? “ Abu Dzar
menjawab, “Saya pernah menanyakan demikian kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda: „Pada tengah malam yang terakhir, tapi sedikit sekali yang suka mengerjakannya.”)H.R. Ahmad)
(3)Nabi SAW bersabda, “Sedekat-dekatnya hamba kepada Allah SWT
ialah ditengah malam yang terakhir, maka jika engkau termasuk golongan orang yang berdzikir kepada Allah SWT pada waktu itu
usahakanlah.” )H.R. Al-Hakim).29
b. Cara Shalat Tahajud
Berniat untuk melakukan Shalat Tahajud, adapun bunyi niatnya adalah:
ربْكَا ها . ىَلاع ِهلِل ِ يتعْكر ِدج تلا َ س ىِلصُا
Artinya : “Aku niat shalat tahajud dua roka’at karena Allah Ta’ala. Allahu akbar.”
Rokaat pertama setelah membaca Fatihah membaca surat Al-Kafirun, adapun rokaat kedua setelah membaca Al-Fatihah, membaca surah Al-Ikhlas. Kemudian dilanjutkan dengan salam.
29
Sulaiman Al-Kumayi, Shalat Penyembahan & Penyembuhan (Semarang: Erlangga, 2007), hal.172-173.
(47)
37
Adapun jumlah rokaat pada shalat tahajud tidak terbatas, mulai dari dua rokaat, empat rokaat dan lain sebagainya.
c. Bacaan Shalat Tahajud
Sebenarnya tidak ada bacaan doa tertentu yang dikerjakan setelah shalat tahajud, bisa berdoa sesuai dengan keinginan. Namun bila melihat dengan kebiasaan Rasulullah SAW, baginda Rasul membaca
do’a sebagai berikut:
ا سلا يق ا د حا ل م لّلَا
د حا لو ,ّ يف و رأو
ا سلا ل ا
, رأو ا سلا ر ا د حا لو ,ّ يف و رأو
ءا لو ّقحا ا د حا لو
,ّقح ّ او ّقح ل قو ّقح
راّلاو
,ّقح
,ّقح ّيبّلاو
,ّقح مّلسو هيلع ها ىّلص دّ حو
,ّقح عاّسلاو
, لسا ل ّم ّللا
, ا بو
يلعو
, ص اخ بو ب ا يلاو لّك
, كاح يلاو
ا رفغاف
ا و, ّدق
ا و رّخا
, ررسا
ا و
او ّد ما ا لعا
رّخؤما
ّاا هلاا
او ا
او حاو رغ هلا
ا ّ ق
ّا
هاب
.
Artinya: “Ya Allah bagiMu segala puji. Engkaulah penegak langit dan
bumi, dan alam semesta segala isinya. Bagi-Mulah segala puji. Engkau raja penguasa langit dan bumi. Bagi-Mulah segala puji. pemancar cahaya langut dan bumi. Bagi-Mulah segala puji, Engkaulah yang hak, dan janji-Mu adalah benar, dan perjumpaan-Mu itu adalah hak, dan firman-Mu adalah benar, dan syurga adalah hak, dan neraga adalah hak, dan nabi-nabi itu adalah hak, dan Nabi Muhammad SAW. Adalah benar, dan saat hari kiamat itu benar. Ya allah kepa-daMulah kami berserah diri (Bertawakkal), pada Engkau jualah kami kembali, dan kepada-Mulah kami rindu, dan kepada Engkaulah kami berhukum. Ampunilah kami atas kesalahn yang sudah kami lakukan dan yang kemudian, baik yang kami sembunyikan maupun yang kami nyatakan. Engkaulah tuhan yang terdahulu dan Tuhan yang terakhir. Tidak ada tuhan melainkan engkau atau tidak ada tuhan selain Engkau. Tiada
daya dan kekuatan melainkan dengan Allah.”30
6. Faktor-faktor yang memudahkan mengerjakan shalat Tahajud
a. Faktor Lahir :
30
Sulaiman Al-Kumayi, Shalat Penyembahan & Penyembuhan (Semarang: Erlangga, 2007), 168-169.
(1)
104
mendengarkan guru saat pelajaran, terlihat bersemangat serta tidak membantah guru. Jika dikategorikan maka kebiasaan yang berubah dari konseli ini masuk dalam kategori disiplin diri yang tinggi. Kemudian ada kebiasaan yang masih kadang-kadang dilakukan oleh konseli yakni kadang-kadang tidak mengikuti sholat berjamaah serta kadang-kadang tidak mengerjakan piket saat jadwal bagiannya piket yang masuk kategori disiplin sedang.
B.SARAN
1. Kepada konseli
Untuk konseli agar selalu meningkatkan rasa peduli terhadap kedisiplinan waktu, kedisiplinan mengerjakan kegiatan dan peraturan pondok yang sudah ditentukan, konseli juga diharapkan mampu mendisiplinkan pertanggung jawabannya menjadi seorang santri sekaligus mahasiswa yang aktif diharapkan sedikit demi sedikit tumbuhnya sikap tawadhu’ pada dirinya untuk selalu menghargai setiap ilmu yang diajarkan oleh guru dan juga mematuhi segala nasihat guru.
2. Kepada teman konseli
Untuk selalu mendorong mengajak dan memotivasi konseli agar selalu mendisiplinkan semua hal dalam bentuk disiplin waktu, kegiatan ataupun yang lainnya. senantiasa berdisiplin dalam segala hal terutama disiplin dalam menjalankan kegiatan, dan seorang teman supaya dapat menjadi pengaruh baik terhadap sosialnya si konseli.
(2)
105
3. Kepada guru konseli
Untuk selalu memantau konseli dan memberlakukan ta’zir (hukuman) dengan tegas lagi terhadap santri yang melanggar peraturan-peraturan yang
berlaku di pesantren agar santri khususnya konseli tidak
menyepelekannya. 4. Kepada konselor
Dapat memberikan inovasi-inovasi baru agar konseli lebih disiplin dalam bentuk apapun, memberikan motivasi dan semangat dalam melakukan segala hal yang bernilai positif bagi dirinya maupun orang lain. serta diharapkan bagi konselor untuk menambah pengetahuan dan wawasannya terutama dalam bidang konseling, supaya dalam memberikan bantuan terhadap konseli baik remaja atau dewasa dapat terlaksana dengan lebih baik lagi dan memberikan pengaruh baik terhadap konseli.
5. Kepada pemabaca dan peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada para pembaca, untuk mengembangkan proses pelaksanaan konseling dengan terapi yang sesuai, tepat, dan spesifik dalam menangani masalah untuk meningkatkan kedisiplinan diri seseorang atau pun masalah yang lain.
Bagi peneliti yang akan datang diharapkan dapat mengembangkan penelitian selanjutnya serta lebih memanfaatkan terapi shalat tahajud untuk mengatasi problema yang lainnya,
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual (ESQ), Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ Way 165 Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman 5 Rukun Islam,
Jakarta: Penerbit Arga, 2005
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1998
Abul Kamal, Sallamah Muhammad, Mukjizat Shalat Malam, Bandung: Mizania, 2008
Abbas, Sudirman, The Power Of Tahajud, Jakarta: Qultum Media, 2007
Al-Kumayi, Sulaiman, Shalat Penyembahan & Penyembuhan, Semarang: Erlangga, 2007
Al-Hamid, Habib Idrus , Keajaiban Shalat Tahajud, Surabaya: Pustaka Media, 2009 al-Ghazali, Imam, Keagungan Shalat, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Ali Abdillah Ishaq, Muhammad Shaleh, Bersujud di Keheningan Malam,
Yogyakarta: Mitrapusaka, 2007
Agama RI, Departemen, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit J-ART, 2004
Agama RI, Departemen, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-Hikmah, Bandung: CV Diponegoro, 2014
Basuki Tulungangung”, Skripsi, fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrohim Malang, 2014
Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Surabaya: Unair, 2011
Cahyo, Agus N, Penjelasan-penjelasan Ilmiah tentang Dahsyatnya Manfaat Ibadah-ibadah Harian untuk Kesehatan Jiwa dan Fisik Kita, Yogyakarta: Diva Press, 2011
(4)
Djamarah, Syaiful Bahri , Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008
Dian Andayani, dan Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012
Gie, The Liang, Kamus Administration, Jakarta: Gunung Agung, 1972
Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Hasan, Moh Syamsi, Terjemah Durotun Nasihin, Surabaya: Amelia, 2008
Hurlock, B, Elizabeth, Perkembangan Anak, Alih Bahasa Med. Maitasari Tjandra, dalam Child Development, Jakarta: PT Erlangga, 2003
Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta:
BPFE,2008
Imron, Muhammad, Munajat Kemulyaan Anugerah dan Kebahagiaan Shalat
Tahajud, Bandung: Pustaka Madani, 1998.
Juliya, Zahrotus Sunnah, “Hubungan Antara Kedisiplinan Menjalankan Shalat
Tahajud dengan Kecerdasan Emosional Santri Pondok Pesantren Jawahirul Hikmah
Setiadi, M. Elly, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Kencana, 2011 Khoiri, Imam, Ortu & Guru Baca Buku Ini, Jakarta: Salaris, 2014
Koesoema, A. Doni, Pendidikan Karakter, ( Strategi Mendidik Anak di Zaman Global), Jakarta: Grasindo, 2010
Lindgren, Henry Clay, Educational Psycology in the Classroom, Tokyo: Charles E.Tuttle Company, 1960
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009
(5)
Muslim Ben Al-Hajjaj, Al- Imam , Sahih Muslim, Lebanon: Dar Al- Kutub Al- Ilmiyah, 2008
Marilyn Cheryl, dan Jane Elizabeth Allen, Disiplin Positif, terj. Imam Machfud, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2005
Masrap Suhaemi, dan Al-Hafidz,Terjemah Riyadlus Shalihin, Surabaya:
Mahkota,1986
Nasional, Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007
Purwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976
Priyodarminto, Soegeng, Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: Pradnya Paramita, 1994
Partanto, Pius A, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:Arkola 2001
Rifa’I, Moh, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang: PT Karya Putra, 2014 Shochib, Moh, Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Disiplin Diri, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998
Soejanto, Agoes, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2009 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2011
Sholeh, Moh, Terapi Shalat Tahajjud; Menyembuhkan Berbagai Penyakit, Jakarta: Hikmah, 2006
(6)
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jilid. 7, Jakarta: Lentera Hati, 2006
Sattar, Abu, Kekuatan Maha Dahsyat Ibadah-Ibadah Malam, Yokyakarta: Araska, 2011
Shabir,Muslich, Terjemah Riyadlus Shalihin, Semarang: PT Karya Thoha, 1981 Sobari, Abdul Manan bin Muhammad, Rahasia Shalat Sunnah, Bandung: Pustaka
Hidayah, 2006
Sholikhin, Muhammad, The Miracle of Shalat, Jakarta: Erlangga, 2011
Sholeh, Moh, Terapi Shalat Tahajud Bagi Penyembuhan Kanker, Yokyakarta: Mitra Pustaka, 2010
Sholihin, M. Terapi Sufistik : Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Persfektif Tasawuf,
Bandung: Pustaka Setia, 2004
Sutrisno, Edi, Manejemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana, 2014
Schaefer, Charles, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak (Jakarta: Mitra Utama, 1996
Tobing, Josephine, Kiat Menjadi Supervisor Andal, Jakarta: Erlangga, 2011
Tharsyah, Adnan, Rahasia & Keutamaan Shalat Subuh, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006
Unaradjan, Dolet, Manajemen disiplin, Jakrta: PT Gramidia Widiasarana Indonesia, 2003
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1989