Konstruksi citra Kabupaten Mojokerto melalui Herritage ‘Kampung Majapahit’.

(1)

KONSTRUKSI CITRA KABUPATEN MOJOKERTO MELALUI

HERRITAGE

‘KAMPUNG MAJAPAHIT’

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) Dalam Bidang Ilmu

Komunikasi

Oleh:

Deviza Tria Monica B06211005

Dosen Pembimbing:

Dr.Agoes Moefad, SH, M.Si

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI (PR)

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Deviza Tria Monica, B06211005, 2017. Konstruksi Citra Kabupaten Mojokerto Melalui Program Herritage Kampung Majapahit. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Konstruksi Citra, Humas Pemerintah, Herritage Kampung Majapahit.

Kabupaten Mojokerto adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa timur. Di Mojokerto terdapat kecamatan trowulan yang dipercaya oleh banyak arkeolog sebagai ibukota kerajaan majapahit. Salah satu kerajaan besar yang pernah ada di tanah Jawa. Terlihat dari banyaknya sisa peninggalan sejarah kerajaan tersebut dijumpai disana.Terilhami oleh kemashyuran majapahit dan potensi wisata purbakala yang demikian besar, maka sejak 2 tahun terakhir di beberapa titik kawasan trowulan sedang disulap menjadi kampung majapahit, dengan bangunan majapahit hal ini memberikan dampak tumbuhnya wisata budaya dan ekonomi kreatif masyarakat sekitar lokasi. Dengan adanya potensi wisata yang berkembang, suatu kota dapat membangun citra kota tersebut melalui ikon yang dapat dikenal oleh masyarat luas, seperti kerajaan majapahit ini.

Untuk mengungkap persoalan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif melalui data-data yang bersifat deskriptif, Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan interpretatif (kontruktif). Sesuai dengan persoalan tersebut maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, pengamatan melalui observasi dan dokumentasi.

Penelitian ini memfokuskan pada upaya konstruksi citra yang dilakukan pemerintah kabupaten Mojokerto lewat program kampung majapahit. Sebagai langkah untuk menarik masyarakat luas agar lebih mengenal Mojokerto dan warisan budaya Majapahitnya. Upaya pemerintah kabupaten Mojokerto ini didukung penuh oleh pemerintah pusat dan gubernur Jawa Timur melalui dana yang tidak sedikit.demi mengembangkan program ini serta untuk melestarikan warisan kerajaan majapahit.

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan untuk pemerintah Mojokerto memaksimalkan media komunikasi dalam proses penyebaran informasi tentang herritage kampung majapahit ini, memalui media elektronik seperti televisi yang dapat dilihat oleh masyarakat luas dari segala usia. Agar semakin banyak orang yang mengal kota Mojokerto sebagai warisan budaya majapahit. Dan agar kampung majapahit lebih di optimalkan potensi wisatanya. Baik dari segi fasilitas mau konsep hiburan apa yang disuguhkan bagi pengunjung, guna meingkatkan minat wisatawan yang datang.


(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAKSI ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN : A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Hasil Penelitian... 7

E. Penelitian Terdahulu ... 8

F. Definisi Konsep Penelitian ... 10

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 12

H. Metode Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka ... 23

1. Teori Citra... 23

2. Analisis Teori Citra... 25

3. Trend City Branding……….. 29 a.Effect Brand Terhadap sebuah Kota………. 34

b.Relasi antara Brand dan Citra……… 35

4. Memahami Peranan Humas dalam Instansi Pemerintah………. 37

a.Fungsi Humas dalam Instansi Pemerintah……….. 39

b.Tugas Humas dalam Instansi Pemerintah………... 40

5. Konstruksi Citra ... 41

a.Relasi antara Citra pemerintah dan Humas………... 41

6. Konstruksi Citra Melalui Program Herritage kampung majapahit….. 47

7. Manfaat dan Tahapan Pelaksanaan Program Herritage Kampung Majapahit……… 49

B. Kajian Teori ... … 51

1. Teori Citra...………. 51

BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN A. Deskripsi Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian ... 55

1. Subyek Penelitian ... 55

a. Deskripsi Divisi Humas Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto… 55 b. Deskripsi Bidang Kepariwisataan Disporabudpar Daerah Kabupaten Mojokerto……… 59

c. Gambaran Umum Herritage Kampung Majapahit……….. 62

d. Biodata Informan……….. 64


(8)

3. Lokasi Penelitian ... 69

a. Sejarah Kabupaten Mojokerto……… 69

b. Profil Kabupaten Mojokerto………. 75

c. Struktur Organisasi Disporabupar………. 81

B. Deskripsi Data Penelitian ... 82

1. Citra yang ingin di bangun kota Mojokerto sebagai warisan majapahit untuk memotivasi wisatawan menjadikannya destinasi wisata yang baru……… 82

2. Bentuk komunikasi dua arah pemerintah kabupaten Mojokerto tentang menjaga kearifan lokal kebudayaan melalui kampung majapahit ... 86

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN : A. Hasil Temuan Penelitian ... 92

1. Citra yang ingin di bangun kota Mojokerto sebagai warisan majapahit untuk memotivasi wisatawan menjadikannya destinasi wisata yang baru ... 92

a. Pembangunan desa wisata bertema kampung majapahit……… ... 94

b. Menjadikan rumah kampung majapahit sebagai homestay…... 95

2. Bentuk komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kearifan lokal kebudayaan melalui kampung majapahit….………... 95

a. Menggandeng beberapa komunitas dan lembaga pelestarian kebudayaan mendukung penuh pembangunan kampung majapahit…. 96

b. Mengadakan pertunjukan- pertunjukaan kebudayaan di lokasi kampung majapahit...……… 97

B. Konfirmasi dengan Teori……….. 97

BAB V PENUTUP : A. Simpulan………... 101

B. Saran………... 104 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pemerintah kabupaten Mojokerto tahun ini memiliki proyek kampung majapahit. Proyek ini berupa pemugaran tampilan luar rumah-rumah warga yang akan dipermak meniru arsitektur rumah zaman kerajaan majapahit. Pemerintah telah menetapkan 296 rumah yang akan disulap menjadi kampung majapahit. Rumah-rumah itu tersebar di tiga desa antara lain desa sentonorejo, bejijong, dan jatipasar, kecamatan trowulan.

Pembangunan kampung bernuansa majapahit ini mendapat dukungan penuh provinsi, termasuk anggarannya. Anggaran dari provinsi untuk mewujudkan kampung trowulan menjadi kampung majapahit sudah dianggarkan di APBD 2014. Setiap rumah berhak atas dana dari propinsi Rp 20 juta, dan dari kabupaten Mojokerto Rp 5 juta. Ini belum dukungan dari pemerintah pusat. Ratusan rumah itu akan direhab sebagian, terutama sisi depan dan atap. Selain itu tampilan pagar juga akan disesuaikan. Setiap rumah itu berhak atas dana Rp 25 juta. Mengenai standar bangunan dan model secara detail sudah ada tim khusus, termasuk di dalamnya dinas PU provinsi dan kabupaten. Kawasan di trowulan itu akan menjadi pusat herritage. Tiga desa ini termasuk bekas wilayah peninggalan Majapahit1.

Ketiga desa tersebut terpilih untuk pembangunan pertama kampung majapahit, karena lokasi strategis yang ramai pengunjung. Seperti desa sentonorejo yang sudah dikenal

1

m.detik.com/news/read/2015//01/14/091520/2802679/475/137-rumah-kampung-majapahit-senilai— rp-74-milyar-dibangun-di-trowulan. Diakses pada 23 februari 2016, 18. 30


(10)

sebagai wisata religi makan troloyo yang merupakan makam Syeih Jumadil Qubro. Didesa ini bagian kampung majapahit tidak langsung tampak didepan jalan utama, karena justru banyak rumah majapahit yang di bangun di setiap gang pemukiman warga.

Selain itu terdapat beberapa situs peninggalan majapahit yaitu candi kedaton merupakan sisa rumah dengan banyak petak kamar dan ruangan yang tersusun dari batu bata namun tak utuh lagi, disamping candi kedaton terdapat banyak sumur salah satunya sumur upas yang masih memiliki air sampai saat ini, situs umpak batu yang berupa umpak yang terbuat dari batu andhesit yang memiliki lubang kotak ditengahnya diduga sebagai pondasi sebuah pendopo dan lantai segi enam menyerupai paving yang terbuat dari tanah liat yang dibakar yang ditafsirkan beberapa arkeolog sebagai bekas tempat tinggal pada zaman majapahit.

Dibandingkan dengan lokasi kampung majapahit lainnya, desa ini sangat ramai pada hari biasa maupun liburan, tapi keberadaan rumah majapahit tidak mempengaruhi kunjungan wisatawan. Karena lokasi ini sudah sangat ramai jauh sebelum pembangunan kampung majapahit, di desa sentonorejo banyak ditemukan situs-situs yang menunjukkan bekas pemukiman. Sekitar 80% warisan masa silam kerajaan terbesar di Indonesia itu mulai terungkap di daerah ini. Khusus untuk kekunoan berupa rumah tinggal masyarakat majapahit bisa kita lihat keberadaannya di desa sentonorejo , selain itu dengan lokasi yang dekat dengan makam troloyo masyarakat sekitar sangat religius karena seluruhnya beragama islam2.

2


(11)

Desa kedua yang menjadi lokasi pertama pembangunan kampung majapahit adalah desa jatipasar, desa ini sangat diyakini termasuk wilayah kerajaan majapahit. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa situs majapahit seperti candi wringin lawang.

Kebanyakan sejarawan sepakat bahwa gapura ini adalah pintu masuk menuju kompleks bangunan penting di ibu kota majapahit. Di sepanjang jalan Surabaya-Madiun perumahan kampung majapahit akan tampak indah berderet. Sebelum dibangun kampung majapahit lokasi ini sudah cukup ramai karena menjadi lokasi kerajinan pahat patung disepanjang jalan raya Surabaya-Madiun.

Keunikan dari desa jatipasar dibandingkan dengan lokasi kampung majapahit yang lain adalah didesa ini terdapat sanggar seni Budaya Dwara Mukti. Masyarakatnya sangat mencintai seni budaya, salah satu agenda tahunannya adalah kirab budaya bulan ruwah dalam kalender Jawa. Sedangkan dalam kalender hijriyah, ruwah adalah bulan sya’ban. Pada bulan ini, suku Jawa terutama sesudah masa kerajaan majapahit, pasti menggelar sedekah. Berupa ruwatan yang digelar di candi wringin lawang desa Jatipasar. Para peserta kirab nantinya akan berjalan menempuh jarak sekitar 2 Km dari kediamannya menuju candi wringin lawang, salah satu candi yang diyakini sebagai pintu masuk gerbang kerajaan majapahit.

Gambaran tentang konsep kirab ini yaitu, kirab ini dipimpin seorang perempuan, yang menggambarkan kecantikan permaisuri raja majapahit terakhir yaitu prabu brawijaya kelima. Di belakang sang permaisuri dan ratu kerajaan majapahit, terdapat rombongan abdi dalem serta para hulubalang kerajaan. Mereka senantiasa setia terhadap raja dan permaisuri. Di bagian paling belakang, terdapat tumpeng berukuran besar yang terbuat dari hasil pertanian, dibawa keliling desa menuju candi wringin lawang. Tumpeng berukuran besar


(12)

hasil pertanian ini, melambangkan kesejahteraan rakyat di masa kerajaan majapahit, yang tak pernah kekurangan bahan pangan.

Seorang tetua desa yang akan berperan sebagai pendeta agama hindu, ia ikut berjalan sembari membacakan mantra memohon pada Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Rombongan kirab akan berakhir di depan candi wringin lawang. Di depan candi, warga setempat akan saling berdesakan berebut tumpeng hasil pertanian. Kirab ini dilakukan sebagai wujud kecintaan warga desa jatipasar pada kebudayaan kerajaan majapahit. terlebih desa jatipasar merupakan lokasi bekas pusat kebesaran majapahit. Bulan ruwah dipilih menjadi bulan kirab, karena diyakini bulan penuh berkah3.

Desa yang selanjutnya menjadi lokasi pertama pembangunan kampung majapahit adalah desa bejijong, di desa ini terdapat dua peninggalan bersejarah kerajaan majapahit, yaitu candi brahu dan makam siti inggil yang merupakan makam sang raja majapahit yaitu raden wijaya. Di desa ini juga terdapat Maha Vihara majapahit bejijong.

Sebelum dibangun kampung majapahit desa ini cukup ramai dilokasi Maha Vihara Budha tidur saja, kondisi pemukiman yang berdekatan dengan candi brahu dan makan siti inggil ramai di hari libur saja. Namun semenjak dibangun rumah majapahit dengan masyarakatnya yang memanfaatkannya untuk dijadikan toko maupun toko souvenir khas majapahit berupa patung ukiran kayu. Ataupun hanya sekedar memajang koleksi barang antik beberapa warga. Biasanya pengunjung juga melihat arsitektur rumah majapahit.

Hampir seluruh rumah warga dibangun menjadi rumah majapahit, namun ada juga beberapa yang hanya dibangun bagian pagar majapahitnya saja. Jadi ketika memasuki desa bejijong, kampung majapahit akan sangat terlihat disini. Keunikan desa bejijong ini adalah

3


(13)

warganya masih banyak yang mengkeramatkan lokasi peninggalan majapahit, seperti makam siti inggil dan sumur windu. Biasanya jika mereka mempunya hajat maka akan meletakkan sesaji di makam siti inggil dan sumur windu.

Terkadang beberapa pengunjung yang terlihat seperti sesepuh datang ke makam siti inggil untuk menembah, bisa disebut bersemedi dengan mengambil istilah islam seperti bertafakkur memohon kepada Gusti Alloh untuk menyampaikan hajat mereka. Para pengunjung harus menembah terlebih dahulu untuk memohon izin menyekar ke makam Raden Wijaya yang ada disini. Disinilah uniknya, mereka akan mengalami pengalaman spiritual masing-masing individu, ada yang mendengar suara ghaib mengijinkan mereka masuk dan ada yang mendapat tanda-tanda berupa cahaya terang menghampirinya.

Masyarakat bejijong sangat kental akan tradisi, mereka masih melaksanakan tradisi selametan, perayaan besar, tayuban merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat, bersih desa, dan berbagai upacara adat seperti pernikahan, kematian dan kelahiran. Terdapat organisasi kesenian juga di desa bejijong, seperti wayang kulit, kuda lumping, qosidah dan karawitan4.

Ketiga desa ini memiliki lokasi yang cukup berdekatan, dari yang paling selatan ada desa sentonorejo yang hanya berjarak 1,5 km menuju desa jatipasar yang berada di sebelah utara trowulan, dari desa ini menuju ke desa bejijong berjarak ± 1 km dan dari desa bejijong menuju desa sentonorejo berkisar 1,5 km. jadi memudahkan pengunjung yang ingin meneruskan perjalanan menikmati kampung majapahit di ketiga lokasi ini5.

4

Hasil wawancara dengan Ibu Sulinah, pada 20 April 2017, pukul 09.48 WIB

5

Hasil Observasi di desa sentonorejo, jatipasar dan bejijong kec. trowulan, pada 20 April 2017, pukul 13.48 WIB


(14)

Melalui program herritage kampung majapahit ini, kota Mojokerto mencoba membangun citra kota Mojokerto sebagai wajah kuno kerajaan majapahit untuk melengkapi situs-situs peninggalan majapahit yang sudah ditemukan. Dengan konsep di zaman itu, ruangan rumah hanya berfungsi sebagai tempat tidur, sementara aktivitas kehidupan lainnya dilakukan di luar rumah. Hanya saja atap yang ada sekarang sudah menggunakan desain modern. Sementara untuk rumah majapahit zaman dulu menggunakan atap sirap. Tujuannya supaya masyarakat luas mempunyai gambaran utuh tentang suasana kerajaan majapahit pada masa itu, sesuai penelitian-penelitian para arkeolog, bahwa kerajaan majapahit berlokasi di trowulan6.

Melalui program herritage kampung majapahit, pemerintah Mojokerto ingin mewujudkan konstruksi citra Mojokerto sebagai wajah kuno kerajaan majapahit kepada masyarakat luas. Tahapan bagian kepariwisataan Disporabudpar Mojokerto dalam program

herritage kampung majapahit:

a. Melaksanakan perencanaan konsep program herritage kampung majapahit yang

digagas gubernur Jawa timur Soekarwo kepada Pemkab Mojokerto, mulai dari sosialisasi ke desa lokasi pembangunan, mengumpulkan data warga yang bersedia direnovasi rumahnya menjadi rumah majapahit dan melakukan pengukuran luas bangunan.

b. Melakukan pembinaan selama proses pembangunan, pengontrolan secara berkala

langsung ke lokasi.

c. Melakukan pengembangan lebih lanjut kampung majapahit, langkah promosi untuk mendukung suksesnya pembangunan kampung majapahit dengan

6


(15)

mengoptimalkan media, seperti bekerja sama dengan portal berita online dan mengupdate informasi kampung majapahit melalui website resmi pemkab Mojokerto, penyampaian pidato bapak bupati mojokerto dalam setiap kesempatan, melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi kampung majapahit untuk mendukung pelaksanaan ini dengan memaksimalkan rumah majapahit nantinya dan beberapa komunitas seperti Save trowulan dan sanggar seni Budaya Dwara Mukti untuk ikut mendukung dan berkontribusi.

Agar tujuan bersama untuk membangun citra Mojokerto sebagai wajah kuno kerajaan majapahit, dan melestarikan warisan majapahit dapat tercapai7.

B.Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Bagaimana proses konstruksi citra pemerintah kabupaten Mojokerto melalui program

herritage KampungMajapahit ? C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa proses dari konstruksi citra yang dibangun melalui program ini. D.Manfaat Hasil Penelitian

Dalam pembahasan proposal ini, peneliti berharap ada manfaat yang dapat diambil oleh pihak-pihak terkait dalam penelitian ini

7


(16)

1. Dari segi teoritis Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi, khususnya mengenai kegiatan humas pemerintah serta strategi dalam membangun citra kota Mojokerto. 2. Manfaat praktis dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua bagian:

a. Bagi penulis, Penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pemahaman antara

hasil kenyataan dalam praktek dengan teori komunikasi yang dipelajari dibangku kuliah.

b. Bagi akademisi Penelitian ini mencoba memberikan kontribusi berupa

pemikian dan temuan data empiris, sehingga nantinya diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian.

E.Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang sistematika pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti berusaha mencari referensi artikel, jurnal maupun skripsi yang berkaitan dengan kontruksi citra kabupaten Mojokerto melalui program herritage kampung Majapahit ini :

Penelitian yang berjudul ” Analisis Pengaruh City Branding Kota Batam

Terhadap Brand Attitude” yang ditulis oleh Lily Purwianti & Yulianti Ratna Dewi. Penelitian ini membahas tentang Kota Batam karena letak geografis, Batam merupakan sebuah kota dengan letak sangat strategis, selain berada di jalur pelayaran internasional, kota ini memiliki jarak yang cukup dekat dengan Singapura dan Malaysia. Batam memiliki slogan “ Batam, Menuju Bandar Dunia Yang Madani”. Penyebutan Bandar dalam konteks bahasa Melayu ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kota Batam sebagai pusat perdagangan, ekonomi, sosial, budaya dan kemajuan peradaban di daerah paling muka negara republik Indonesia.


(17)

Pemerintah mengembangkan letak geografis Batam dengan ikon sebagai kawasan investasi dilengkapi dengan fasilitas pusat perdagangan.

Persamaannya adalah tujuan untuk membangun citra positif suatu kota terhadap khalayak luas melalui suatu produk atau kegiatan, perbedaannya terletak pada subyek dan obyeknya.

Judul berikutnya “Jurnal : Perancangan Branding Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo sebagai Upaya Melestarikan Produk Budaya Lokal” yang ditulis Ekky Fardhy Nugraha, M.Bahruddin, Abdul Aziz, tahun 2014 STIKOM. Penelitian ini membahas tentang kampung batik Jetis Sidoarjo yang menghasilkan batik jetis Sidoarjo. Kampung batik jetis Sidoarjo ini merupakan gagasan perancangan branding kota Sidoarjo, dengan menggunakan perencana untuk melestarikan produk budaya lokal batik tulis jetis sebagai ikon wisata kota Sidoarjo. Serta untuk menunjang sektor pariwisata, dengan pencitraan melalui kampung batik jetis kepada masyarakat luas sebagai lampung yang memiliki keunikan produk budaya lokal batik tulis.

Persamaannya upaya Public relation dalam membangun citra positif melalui program, aset budaya peninggalan leluhur, maupun produk yang diproduksi di kota tersebut.

Perbedaannya terletak pada strategi dalam membangun citra positif kota masing-masing.

Judul berikutnya “Konstruksi Branding Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam Acara Sambang Desa Perspektif Komunikasi pembangunan” di tulis oleh Alif Masykur Suparni Raharto, tahun 2015 Universitas Islam negeri Sunan Ampel. Penelitian ini membahas tentang upaya pemerintah untuk konstruksi branding pada acara sambang


(18)

desa melalui dialog interaktif. Melalui dialog interaktif, pemerintah dapat menyerap aspirasi pemerintah kabupaten Mojokerto, melalui opini masyarakat.

Persamaannya, konstruksi citra atau branding suatu kota agar mendapat opini yang positif dari masyarakat, sehingga membawa dampak bagi citra atau brand suatu kota.

Perbedaannya komunikasi yang digunakan berbeda, strategi pendekatannya berbeda.

F. Definisi Konsep Penelitian a) Citra

Keberhasilan suatu organisasi tidak hanya bergantung pada produk atau pelayanan yang dihasilkannya melainkan juga kemampuan pemerintah tersebut membangun citra publiknya. Oleh karena itu pemerintah perlu mengetahui dan membangun citra dimata publiknya. Berikut penulis paparkan beberapa definisi citra.

Citra merupakan gabungan informasi yang dimiliki individu dan pengetahuan budaya dari masyarakat. Citra berkembang karena interaksi pengalaman pemilik citra tersebut.dan pada tingkat masyarakat, citra dimiliki secara kolektif, suatu pengetahuan budaya yang sama8.

Definisi tersebut dapat diartikan bahwa citra adalah kesan atau pandangan terhadap pemerintah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dari publik itu sendiri. Pengalaman dan pengetahuan menjadi kunci bagi pemerintah ketika akan membentuk citranya dimata

8


(19)

publik. Pengalaman individu dalam berhubungan dengan sebuah organisasi akan mempengaruhi pendapat dan pengetahuan individu mengenai organisasi tersebut.

Rhenald Kasali mengemukakan “pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna.”

Citra adalah kesan, perasaan, gambaran, dari publik terhadap perusahaan atau organisasi; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari sebuah objek, orang, atau organisasi. Sedang menurut Jalaluddin Rahmat “citra adalah gambaran subjektif mengenai realitas, yang dapat membantu seseorang dalam menyesuaikan diri dengan realitas kongkret dalam pengalaman seseorang”.

Citra merupakan cara seseorang atau sekelompok orang untuk memandang dan menilai sesuatu, baik itu citra seseorang ataupun citra sebuah perusahaan atau sebuah organisasi. Seorang PR harus mampu membentuk citra positif dan mampu menjaga dan memelihara citra tersebut agar tetap baik di mata publiknya, baik publik internal maupun eksternal.

b) Konstruksi

Konstruksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan kata dalam kelompok kata9. Sedangkan menurut kamus komunikasi, definisi konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur10.

9

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) Hal. 390

10


(20)

c) Konstruksi Citra

Merupakan fakta dan nilai mengenai membentuk tingkah laku seseorang, karena manusia tidak hanya membincangkan citra dan berperilaku sesuai dengan citra yang ada, tetapi juga mempunyai daya untuk membentuk citra. Konstruksi citra merupakan tindakan menciptakan sebuah citra atau kesan secara terus menerus dan dialami bersama atau secara subyektif.

G.Kerangka Pikir Penelitian

Proses Konstruksi Citra Pemkab Mojokerto

Respon dan Citra positif Masyarakat

Gambar.1 Media online, pidato, presentasi

pimpinan, website, event

khusus

Peningkatan Wisata herritage

Bidang Kepariwisataan

Komunitas Save trowulan

dan sanggar seni Budaya Dwara Mukti

Warisan budaya majapahit dapat


(21)

Bagan kerangka konseptual berdasarkan bagan diatas, menjelaskan bahwa konstruksi citra wajah kuno kejayaan kerajaan majapahit melalui program herritage

kampung majapahit, yang dilaksanakan bidang kepariwisataan Disporabudpar memiliki tujuan untuk meningkatkan wisata herritage di Mojokerto, sehingga adanya peningkatan kunjungan wisata herritage atau sejarah. Hal tersebut didukung dengan media promosi, seperti bekerja sama dengan portal berita online dan penyampaian program ini oleh bapak bupati melalui berbagai kesempatan pidatonya.

Sedangkan bagi masyarakat penggiat warisan budaya majapahit seperti komunitas

Save Trowulan dan sanggar seni Budaya Dwara Mukti, mereka sebagai masyarakat yang peduli akan estetika budaya leluhurnya, berharap program ini menjadi langkah awal dalam melestarikan warisan majapahit. Sehingga semua masyarakat Mojokerto dapat ikut serta dalam menjaga warisan budaya kerajaan majapahit. Bidang kepariwisataan Disporabudpar dan masyarakat penggiat budaya majapahit memiliki tujuan sama yaitu memunculkan respon dari masyarakat mojokerto dan terbentuknya citra positif masyarakat luas bahwa program pemkab Mojokerto ini memiliki tujuan yang baik untuk memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat mojokerto dan budaya bagi masyarakat luas.

H.Metode penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memberi penjelasan mengenai kualitatif menurut Denzim dan Lincoln 1994 yang dikutip Lexy. J.Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan


(22)

jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Agar hasilnnya dapat di gunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif yaitu berbagai macam metode yang biasannya di manfaatkan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen11.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat sesuai fakta yang terjadi di dalam masyarakat. Serta menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Penelitian deskriptif lahir dari suatu kebutuhan. Yang melahirkan insight stimulating yaitu terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan teori. Penelitian deskriptif bukan hanya menjabarkan (analitis) tetapi juga memadukan (sintetis)12.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif adalah, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang yang diamati. Seperti yang dikemukakan oleh Moleo dengan mengutip pernyataan Bogdam dan taylor yakni prosedur Penelitian yang menghasilkan satu deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar individu secara Holistik dan memandangnya sebagai bagian yang aling berkaitan.

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian.

Subjek dalam penelitian ini adalah bapak H. Mustofa Kamal Pasa, S.E selaku Kepala Daerah Kabupaten Mojokerto, Bapak Hariyanto, selaku Kepala Dinas Pariwisata kabupaten Mojokerto, humas pemerintah kabupaten Mojokerto dan pengunjung situs

11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999 ). Hal 5 12 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2007), Hal 24-26


(23)

kampung majapahit. Penelitian ini bertempat di desa Bejijong, Sentorejo dan Jatipasar di tempat inilah yang menjadi obyek peneliti mengenai kontruksi citra kabupaten Mojokerto melalui program “HerritageKampung Majapahit”.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data

1.) Data Primer

Dari informasi yang diberikan oleh informan yang bersangkutan. Sumber data primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti13. Misalnya pernyataan yang dikemukakan oleh para masyarakat yang yang berada di ketiga desa yang menjadi lokasi pembangunan “Kampung Majapahit”, yaitu desa Bejijong, Sentorejo, Jatipasar serta pihak terkait.

2.) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat melalui pihak lain artinnya data itu tidak secara langsung didapat oleh peneliti dari subjek penelitian. Biasannya data sekunder berbentuk data dokumentasi atau laporan yang telah tersedia14.

b. Sumber data

Sumber data primer peneliti peroleh dari informasi yang diberikan informan yang bersangkutan atas penelitian ini, sedangkan data sekunder peneliti peroleh dari fenomena- fenomena yang terjadi ketika di lapangan. Serta sumber lain seperti buku-buku, dan beberapa informasi dari internet. Sehingga nantinya peneliti dapat menggambarkan dan

13

Burhan, Bungin, Metode Penelitian Sosial, (Surabaya : Airlangga Universitas Press, 2001) hal 29

14


(24)

memaparkan secara jelas apa saja hal-hal yang berkaitan dengan kontruksi citra kabupaten Mojokerto melalui program “Herritage Kampung Majapahit” dengan tetap mengacu pada metode penelitian yang baik dan sistematis.

4. Tahap – tahap Penelitian

a) Tahap pra Lapangan.

Dalam tahap pra lapangan ini peneliti membuat proposal penelitian, menemukan informasi, mengurus perizinan, mengumpulkan data dan keperluan yang berkaitan dengan persiapan- persiapan yang diperlukan sebelum penelitian dilaksanakan, penelitian disini sebagai penentu hal- hal yang berkaitan dengan persiapan sebelum memasuki lokasi penelitian di 3 desa yaitu, Bejijong, Sentonorejo dan Jatipasar.

b) Pekerjaan Lapangan.

Dalam tahapan pekerjaan lapangan ini di bagi atas bagian yaitu: pertama, memahami latar belakang dan persiapan diri untuk memasuki pekerjaan lapangan yang butuh persiapan diri dan mental baik secara fisik maupun non fisik. Sehingga memungkinkan peneliti benar-benar siap untuk melakukan penelitian. Kedua, memasuki lapangan. Dalam hal ini maka peneliti berperan dalam kegiatan yang ada di 3 desa Bejijong, Sentonorejo dan Jatipasar Kabupaten Mojokerto sehingga di kenali oleh masyarakat sehingga mudah untuk memperoleh informasi. ketiga, berperan serta sambil mengumpulkan data dan memperoleh informasi.


(25)

Proses analisis data ini peneliti mulai menelaah seluruh data yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu wawancara, pengamatan, dokumentasi dan data lainnya yang mendukung di kumpulkan, di klasifikasikan dan di analisis dengan analisis indiktif.

d) Tahap Penulisan Laporan

Menulis laporan ( getting Out ) tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian. Pada tahap penulisan laporan ini akan di ketahui kualitas hasil penelitian dari peneliti. Sehingga akan tampak hasil penelitian yang melalui prosedur baik dan yang tidak baik.

5. Teknik Pengmpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti untuk memperoleh data kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam (depth interview) pada Informan. Dimana informan dalam penelitian ini adalah warga desa Bejijong, Sentorejo, dan Jatipasar yang menjadi

lokasi proyek pembangunan kampung Majapahit” serta bapak bupati Mojokerto dan

bagian pariwisata Disporabudpar. Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini akan dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Setelah itu penulis akan mengumpulkan dan mengklasifikasikan data yang diperoleh.

2. Dokumentasi data primer, peneliti juga akan menggunakan teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi seperi barang barang tertulis, buku, majalah, dokumen-dokumen, dan barang elektronik seperti kamera, recorder, dll. Data


(26)

sekunder, mengenai hal hal yang berupa catatan dari Narasumber ataupun data-data dari Media komunikasi lainnya.

6. Teknik analisis data

Analisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan bahan- bahan lain dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah oleh diri sendiri maupun orang lain15.

Dalam penelitian ini , proses yang dilakukan peneliti adalah mencari data yang sebanyak mungkin mulai dari pengumpulan informasi- informasi dan memasukkanya ke dalam bentuk catatan kemudian peneliti memasukkan catatan tersebut ke dalam bentuk data. Kemudian peneliti melakukan pemilihan data-data yang tidak begitu penting dalam penilaian. Langkah selanjutnya peneliti melakukan kajian secara mendalam terhadap data- data yang telah dipilih dan siap untuk diolah dan disajikan dalam peneliti.

Menganalisis data merupakan suatu langka yang sangat kritis dalam penelitian. Analisis data, menurut Sugiono adalah proses untuk mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori, pola, dan suatu uraian dasar16.

Pada penelitian ini peneliti melakukan proses analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dai kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian

15

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2005) hal 89

16


(27)

hipotesis. Proses analisis data ini dilakukan dengan menelaah semua data yang didapat dari wawancara, catatan lapangan, pengamatan, dokumentasi dan sebagainya.

Seluruh data itu kemudian direduksi atau dikelompokkan untuk dipelajari dan ditelaah yang pada gilirannya nanti akan dianalisis dalam rangka memperoleh penemuan hasil dari penelitian ini. Proses analisis data bisa berupa pemilahan, mengklasifikasikan, mebuat ikhtisar, mensistesiskan, memberikan kode pada data-data yang diperoleh sehingga datanya dapat ditelusuru dengan baik, benar dan bermakna bagi proses penelitian.

7. Teknik Pemeriksaan keabsahan data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakana teknik keabsahan data yaitu : a. Perpanjangan keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi lebih memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada sebuah lokasi penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi :

1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks 2) Membatasi kekeliruan peneliti

3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian – kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.

Arti perpanjangan keikutsertaan yaitu peneliti itu guna berorientasi dengan situasi dan guna memastikan apakah konteks tersebut dipahami dan dihayati. Peneliti secara


(28)

berkelanjutan atau kontinyu mengadakan observasi dan wawancara dengan unsur yang terkait untuk mendapatkan data yang diperlukan. Perpanjangan keikutsertaan ini juga menuntut peneliti agar terjun kedalam lokasi dalam waktu yang cukup panjang dengan tujuan mendeteksi dan menggantungkan distorsi yang mungkin mempengaruhi data.

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri, keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.

Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, karena peneliti dengan perpanjangan keikutsertaan akan banyak mempelajari “fenomena yang ada”, dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun responden dan membangun subjek.

b. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan dimaksudkan adalah untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang berkembang dan di cari, kemudian memusatkan peneliti untuk memperoleh kedalaman data yang disesuaikan dengan masalah yang diteliti. Melakukan observasi secara terus- menerus dan sungguh – sungguh itu sangatlah penting, sehingga dengan itu peneliti akan semakin mendalami fenomena sosial yang diteliti seperti apa adannya. Teknik observasi boleh dikatakan merupakan suatu keharusan dalam melakukan penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan karena banyaknya fenomena sosial yang tersamar atau “kasat mata” yang sulit terungkap


(29)

bila mana hanya digali melalui wawancara. Ketekunan pengamatan dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi partisipan di lapangan17.

c. Pengecekan sejawat

Teknik ini dilakukan sekiranya data yang diperoleh memungkinkan untuk didiskusikan dengan teman, dosen, peneliti lainnya dan dosen pembimbing guna mendapatkan pandangan kritis demi hipotesis yang membantu lebih absahnya seebuah data.

Peneliti dalam hal ini melakukan konsultasi dengan teman dan dosen yang paham terkait dengan penelitian ini maupun dosen pembimbing.

d. Kecukupan referensi

Penyempurnaan atau kecukupan referensi sangat membantu untuk penguatan data lapangan agar tidak terjadi absurditas data. Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah memadukan refernsi buku dengan kajian lain seperti majalah, internet, koran dan lain sebagainya.

I. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan penelitian di butuhkan sistematika penelitian. pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian. Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut :

Bab pertama pendahuluan ini berisi tentang gambaran umum yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.

17


(30)

Pada bab kedua ini menguraikan tentang kajian kepustakaan ( makro ) dan ( mikro ) berupa landasan teoritis yang berkaitan dengan pola keberagaman serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Pada bab ketiga ini berisi pembahasan tentang pendekatan dan jenis penelitian, obyek penelitiann, jenis dan sumber data, tahap- tahap penelitian, tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisis data dan teknik pemeriksaan dan keabsahan data.

Pada bab keempat ini merupakan bagian terpenting karena memuat penyajian dan analisis data yang di peroleh dari tahapan- tahapan, baik yang sudah di jelaskan pada bab I, II dan III. Penyajian data ini meliputi setting penelitian, penyajian data, analisis data dan pemmbahasan yang terkait dengan data- data yang diperoleh dari objek penelitian.

Dalam bab kelima ini merupakan akhir dari penulisan penelitian yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Teori Citra

Public relation adalah sebuah sistem komunikasi untuk membangun sebuah perilaku yang baik. Untuk membangun sebuah citra, kesan yang baik sebuah lembaga kepada publiknya, maka yang dibutuhkan adalah memberikan informasi diantara lembaga dan publik agar tidak terjadi perbedaan pandangan. Informasi tersebut harus berdasarkan kenyataan lembaga tersebut meliputi :

a. Siapa yang menjadi publik bagi lembaga tersebut. b. Apa yang mereka ketahui tentang lembaga tersebut.

c. Bagaimana pandangan mereka terhadap lembaga tersebut.

d. Apa yang harus lembaga tersebut lakukan untuk publiknya.

e. Kenapa lembaga harus melakukan hal tersebut.

f. Apa perbedaan lembaga tersebut dengan lembaga lainnya.

Publik harus mendapat informasi tentang kebijakan yang sudah dilakukan oleh lembaga tersebut. Dan apa yang menjadi kebijakan tersebut. apakah kebijakan tersebut mendukung kenyamanan publik.

Lembaga membutuhkan citra untuk mendapat dukungan dari publiknya. Dan kegiatan yang dilakukan public relation berorientasi pada pembentukan citra dan pembentukan public internal. Langkah-langkah PR harus mengacu pada 6 pokok


(32)

rencana kerja PR. Acuan ini menggunakan proses komunikasi untuk mempengaruhi individu dan menghasilkan niat baik serta saling pengertian demi sebuah perubahan. Proses transfer perilaku ini dijelaskan dengan gambar berikut.

HOSTILITY SYMPATIC

PREJUDICE ACCEPTANCE

APATHY INTEREST

IGNORANCE KNOWLEDGE

Pola 6 pokok kerja PR sebagaimana dikemukakan Frank Jefkins sebagai berikut :

1. Appreciation of the situation, dalam tahap ini riset atau penelitian adalah bagian yang penting dalam proses ini. Riset yang dilaksanakan akan membantu untuk lebih memahamimasalah yang sedang terjadi lalu mencari solusi atas masalah tersebut. Setelah memahami masalah, praktis PR akan membuat perencanaan program yang terbaik untuk mengatasi masalah. Riset juga untuk melihat apakah program yang dibuat atau dilaksanakan itu membawa perubahan, identifikasi yang akurat membantu mengantisipasi masalah yang sama tidak terjadi lagi.

2. Definition of objectives, praktisi PR harus mengetahui sasaran program yang dibuat dan dapat memprioritaskan masalah yang perlu diselesaikan termasuk mempertimbangkan budget. Lalu praktisi PR tersebut menentukan tujuan yang ingin dicapai dengan cara mengubah situasi negatif menjadi positif.


(33)

3. Definition of public, pada tahap ini praktisi PR harus mampu mengerti karakteristik publik dengan siapa PR melakukan komunikasi. Dengan demikian tujuan yang telah dibuat pada tahap kedua tercapai.

4. Selection of media and techniques, praktisi PR memilih media yang tepat untuk berkomunikasi. Tercakup juga disini PR membuat strategi dan taktik komunikasi. Salah memilih media akan mengakibatkan tidak terselesaikannya masalah bahkan mungkinakan menimbulkan masalah baru baik bagi publik maupun bagi managemen.

5. Planning of budget, pelaksanaan strategi komunikasi yang telah tertuang dalam program-program memerlukan biaya. Seorang praktisi PR yang baik akan berusaha menjalankan program yang efektif tetapi menghabiskan biaya minimum.

6. Assesment of result, pada tahap akhir, praktisi PR harus mengevaluasi seluruh program yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibuat dengan menyebarkan angket, quesioner, atau bentuk survei lainnya1.

2. Analisis Teori Citra

Pemerintah kabupaten Mojokerto tahun ini memiliki proyek kampung majapahit. Proyek ini berupa pemugaran tampilan luar rumah-rumah warga yang akan dipermak meniru arsitektur rumah zaman kerajaan majapahit. Pemerintah telah menetapkan 296 rumah yang akan disulap menjadi kampung majapahit.

1


(34)

rumah itu tersebar di tiga desa antara lain desa sentonorejo, bejijong, dan jatipasar, kecamatan trowulan.

Menurut informasi yang peneliti dapatkan, pemerintah kabupaten dengan aset peninggalan kerajaan majapahit yang telah banyak ditemukan di kecamatan trowulan. Salah satu program yang di gadang akan melengkapi situs-situs warisan majapahit sehingga konstruksi citra Mojokerto sebagai wajah kuno kejayaan majapahit, adalah

herritage kampung majapahit. Dengan dukungan dana dari pemprov Jatim dan pemerintah pusat, dan pemerintah mojokerto sudah mulai menyelesaikan pembangunan kampung majapahit dibeberapa titik lagi wilayah segaran dan troloyo. Disini Pemerintah kabupaten Mojokerto menyerahkan pelaksanaannya kepada bagian kepariwisataan Disporabudpar.

Dengan menggunakan teori citra Frank Jefkins, peneliti menemukan beberapa hasil sebelum dan selama tahap penyelesaian pembangunan kampung majapahit.

Berdasarkan tahap-tahap dasar public relation dimulai dari sebelum tahap

pelaksanaan.

Ada Appreciation of the situation, dimana bagian kepariwisataan Disporabudpar.melakukan riset di titik mana lokasi kampung majapahit akan dibangun untuk pertama kali, dan akhirnya memilih desa sentonorejo, bejijong dan jatipasar. Hal tersebut dikarenakan ketiga titik tersebut adalah obyek wistaa yang terkenal di trowulan. Tahap Definition of objectives, dimana bagian pariwisata Disporabudpar menyusun keperluan adminstrasi pembangunan rumah majpahit dari batu bata press, kusen jendela dan pintu, genteng, ubin, ornamen lambang majpahit pada pagar dan lainnya. Dengan standar konsep pembangunan. Semua rumah akan


(35)

terlihat sama.sehingga per unit rumat digelontorkan dana sebesar Rp 25 juta rupiah. Selanjutnya Definition of public, dimana sebelum pelaksanaan pembangunan, dan bagian kepariwisataa Disporabudpar bekerjasama dengan jajaran desa setempat melakukan pendataan rumah warga yang bersedia di renovasi. Berikutnya Selection of media and techniques, selama proses penyelesaian beberapa portal berita online telah memuat berita pembangunan kampung majpahit kepda khalayak luas, hal tersebut sangat membantu promosi Pemerintah Mojokerto nantinya selain itu berbagai informasi seputar proses dan planning pembangunan kampung majapahit di posting di website resmi Pemerintah kabupaten Mojokerto dan Disporabudpar, bahkan di beberapa kesempatan bapak bupati sendiri menyampaikan dlam pidatonya, dengan bangga menceritakan prmbangunan kampung majapahit ini.

Tahap selanjutnya Planning of budget, dengan budget Rp 25 juta per unit membuat bagian kepariwisataan Disporabudpar sangat hati-hati dalam proses pembangunannya. Sehingga selalu mengontrol secara berkala ke lokasi pembangunan kampung majapahit.langkah terakhir Assesment of result, melakukan survei setelah pembangunan selesai. Bagian kepariwisataan Disporabudpar menyaring berita baik online maupun cetak perihal antusiasme warga setelah adanya kampung majapahit, serta memantau perkembangan lonjakaan pengunjung ketitik kampung majapahit.

Dan berikut beberapa hasil yang peneliti temukan dilapangan, dengan 6 pola tersebut, sebagian pengunjung yang datang ke desa sentonorejo tetap tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pasca rumah majapahit berdiri disana. Karena lokasi tersebut merupakan wisata religi dengan pengunjung yang banyak dihari libur maupun hari-hari tertentu. Karena belum terlihat dampaknya, jadi harus


(36)

dilakukan riset lebih mendalam. Untuk penyususnan anggaran perlu adanya survei ke setiap lokasi kampung majpahit, karen rumah majpahit yang sudah jadi tidak mengacu pada standar awal konsep rumah majpahit, bahkan banyak yang memiliki perbedaan satu sama lain, dari luas dan penggabungan dengan rumah induk menjadi maslahnya, padahal standar awal terpisah dari rumah induk, dan beberapa rumah memiliki luas yang berbeda-beda. Sehingga ditemukan budget yang meledak tidak sesuai dana awal per unit. Informasi terkait perkembangan pembangunan kurang di update, terakhir berita sekitar tahun 2015, dan amsih banyak portal berita yang tidak digandeng untuk memberitakan perkembangan stelah kampung majpahit hampir rampung. Survei karakteristik warga dan sosialisasi dirasa peneliti masih kurang, karena beberapa warga tidak mengetahui rencana pembnagunan kampung majapahit ini, sebagaian mengaku tidak di arahkan untuk apa rumah ini setelah selsai, sehingga sebagian ada yang menjadikannya toko, untuk memajang koleksi antik dan beberap sudah mulai menjual barang-barang kerajinan dirumah majapahit.

Jika riset karakteristik warga sekitar lokasi dilakukan dan komunikasi dilakukan secara mendalam, beberapa point transfer perilaku mungkin akan terjadi, seperti hostility merupakan perbedaan persepsi atau pandangan tentang tujuan pembangunan sebenarnya pembangunan kampung majapahit, sebagian warga menganggap ada dampak positif karena pengunjung semakkin banyak dan mereka dapat berjualan beberapa barang, dan sebagian juga ada yang menganggap pembangunan ini masih belum berdampak pada mereka, beberapa waktu didesa bejijong dekat dengan Vihara Budha tidur sangat ramai bahkan setelah ada kampung majapahit, namun di bagian desa lainnya tidak terpengaruhi dampak tersebut.


(37)

Akhirnya mereka hanya membiarkan begitu saja setelah rumah dibangun, jika perilaku tersebut bertrasfer menjadi simpathy, maka warga akan menyambut atau mengapresiasi upaya pemerintah kabupaten Mojokerto denga memaksimalkan rumah majapahit untuk meningkatkan ekonomi mereka. Sehingga hal semacam prejudice

tidak akan ditampakkan masyarakat, justru mereka akan acceptance atau menerima dan mendukung pemerintah Mojokerto, dan Apathy atau ketidakpedulian mereka menjadi kepuasaan atas upaya pemerintah kabupaten Mojokerto untuk meningkatkan ekonomi serta melestarikan warisan leluhur mereka. Dengan semua informasi terkait kebijakan pemerintah Mojokerto untuk masyarakat luas, akan menghilangkan

ignorance atau ketidak tahuan akan informasi menjadi pengetahuan terkait bagaimana menyikapi kebijakan pemerintah kabupaten Mojokerto pada setiap programnya.

3. Trend City Branding

Pariwisata dapat dikatakan sebagai industri yang semakin berkembang pesat. Hampir semua negara di dunia berlomba-lomba untuk mengembangkan obyek wisata mereka. Dewasa ini industri pariwisata dipandang memiliki prospek cerah dan cukup menjanjikan serta banyak mendatangkan keuntungan, antara lain menambah devisa negara, menambah pendapatan daerah, membuka lapangan kerja baru, dan mensejahterakan masyarakat sekitar.

Upaya memperkenalkan potensi daerah kepada daerah lain (dunia luar) adalah dengan pemberian merek (branding). Dalam ilmu pemasaran, branding dianggap


(38)

sebagai alat yang ampuh untuk memberikan ciri khas yang dapat membedakan suatu produk dengan produk lainnya. Saat ini pemberian merek tidak hanya terbatas untuk

tangible produk saja, sektor jasa (intangible) juga sudah banyak memanfaatkan peran merek. Pemberian merek untuk suatu lokasi atau tempat memang merupakan hal yang cukup baru dalam ilmu pemasaran. Lokasi atau tempat dapat diberi merek yang secara relatif pasti berasal dari nama sebenarnya lokasi tersebut. Pemberian merek sebuah kota dimaksudkan agar khalayak sadar atau tahu akan keberadaan lokasi tersebut dan kemudian menimbulkan keinginan untuk mengasosiasikannya2. Karena suatu kota merupakan daerah atau lokasi yang juga berkepentingan untuk memiliki merek yang biasa disebut dengan city branding, sehingga bisa terlihat berbeda dari daerah lain.

Saat ini trend city branding sangat berkembang di beberapa kota di Indonesia, hal ini merupakan peluang dari sektor wisata yang ditangkap pemerintah daerah untuk menarik perhatian wisatawan. Beberapa kota tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan sektor pariwisata, namun juga memiliki efek proyeksi brand dapat menghubungkan antara sejarah dan warisan budaya. Perkembangan sektor wisata yang melesat ini, dapat menjadi strategi dalam pengenalan kota, daerah dan Negara. Karena telah menjadi sesuatu hal yang bersifat sangat dinamis, kompetitif dan banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Kota, daerah dan negara menyadari bahwa perlunya

brand strategy.

2

Kevin, Lane Keller.1998. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. NJ: Prentice Hall.


(39)

Brand strategy akan memberikan banyak manfaat dan keuntungan bagi daerah itu sendiri. Lokasi geografis, seperti produk, budaya bahkan hal ironi seperti musibah menjadi brand strategy yang terbangun melalui masyarakat3. Contoh kota Sidoarjo dikenal sebagai kota batik, udang dan belanja

Dalam pengelolaan kawasan diperlukan adanya kegiatan komunikasi pemasaran untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pembeli dan penjual dan merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih menyadarkan pihak-pihak untuk berbuat lebih baik4. Sehingga dalam komunikasi pemasaran dalam bidang pariwisata merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh produsen pariwisata untuk menyampaikan informasi tentang keberadaan suatu obyek wisata kepada khalayak umum, sehingga calon wisatawan mengetahui, tertarik, dan mau datang ke kota wisata yang dimaksud.

Batik Indonesia sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi. Indonesia sebagai Negara penghasil budaya yang beragam dikenal juga sebagai penghasil batik. Namun tidak semua batik di berbagai daerah di Indonesia dikenal baik oleh masyarakat luas. Salah satunya adalah kampung batik Jetis Sidoarjo yang menghasilkan batik jetis Sidoarjo. Kampung batik jetis Sidoarjo ini merupakan gagasan perancangan branding kota Sidoarjo, dengan menggunakan perencana untuk melestarikan produk budaya lokal batik tulis jetis sebagai ikon wisata kota Sidoarjo. Serta untuk menunjang sektor pariwisata, dengan

3

Lily Purwianti&Yulianti Ratna Dewi, Analisis Pengaruh City Branding Kota Batam Terhadap Brand Attitude, 2014

4


(40)

pencitraan melalui kampung batik jetis kepada masyarakat luas sebagai lampung yang memiliki keunikan produk budaya local batik tulis5.

Emma wood menyebutkan bahwa citra adalah persepsi dan eksis didalam pikiran penerima. Untuk memformulasikan satu citra, public menginterpretasikan suatu identitas dalam konteks dan dengan kerangka referensi yang lebih luas. Dari formulasi ini ada 4 hal yang tidak terpisahkan, yaitu identitas, persepsi, interpretasi, dan citra. Untuk mendapatkan citra, maka persepsi di dalam masyarakat harus memiliki kerangka pemikiran terhadap apa yang diterimanya. Pemberian focus pada konteks yang akan diterima masyarakat akan lebih efektif untuk pencitraan6.

Saat ini dikenal sebagai kota lapindo karena musibah yang menimpa akibat kesalahan teknis sebuah perusahaan migas beberapa waktu lalu saat pengeboran. Bahkan saat ini lapindo menjadi obyek wisata lokal masyarakat setempat maupun domestik7.

Tempat wisata lapindo merupakan wisata yang sangat ironi, bagaimana tidak bencana lumpur lapindo ini bermula dari menyemburnya material lumpur panas dilkasi pemboran Lapindo Barantas lnc di desa renokenongo, kecamatan porong, kabupaten Sidoarjo, Jawa timur. Menurut para ahli penyebabnya karena beberapa kemungkinan yaitu kombinasi dari gempa dan kesalahan teknis dalam pemboran. Dan hingga saat ini belum juga teratasi, bahkan dalam beberapa kesempatan masih sering terjadi ancaman luberan atau tanggul jebol, dan juga dampak gas metannya

5

Ekky Fardhy Nugraha, M.Bahruddin, Abdul Aziz, (Jurnal : Perancangan Branding Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo sebagai Upaya Melestarikan Produk Budaya Lokal, 2014)

6

Widyaningsih, (jurnal :Keterbukaan informasi dan pencitraan, 2012)

7

Ilzha Bimantara, Kabupaten Sidoarjo, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sidoarjo, 20 Januari 2016, 19.49


(41)

juga berbahaya. Namun kenyataannya lokasi bencana tersebut tidak pernah sepi dari wisatawan, terlebih pada hari libur. Lokasinya sangat mudah di akses karena berada dipinggir jalan utama jalan raya dari Surabaya ke Malang atau Pasuruan8.

Musibah yang ironi itu kini menarik perhatian pemerintah daerah yang memiliki gagasan melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk membangun wisata geologi disebelah utara semburan lumpur panas PT.Lapindo seluas 83 hektare dan tak jauh dari kawasan pesisir utara Kabupaten Sidoarjo, dengan menyiapkan dana Rp. 273 miliar9.

Tidak hanya Sidoarjo yang memiliki ikon tersendiri untuk menjadi image kota tersebut. Kota Batam adalah kota terbesar di Kepulauan Riau dan merupakan kota dengan populasi terbesar ketiga di wilayah Sumatera setelah Medan dan Palembang. Karena letak geografis, Batam merupakan sebuah kota dengan letak sangat strategis, selain berada di jalur pelayaran internasional, kota ini memiliki jarak yang cukup dekat dengan Singapura dan Malaysia. Batam memiliki slogan “ Batam, Menuju Bandar Dunia Yang Madani”. Penyebutan Bandar dalam konteks bahasa Melayu ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kota Batam sebagai pusat perdagangan, ekonomi, sosial, budaya dan kemajuan peradaban di daerah paling muka Negara Republik Indonesia.

Pemerintah mengembangkan letak geografis Batam dengan ikon sebagai kawasan investasi dilengkapi dengan fasilitas pusat perdagangan, kawasan industri

8

Ilzha Bimantara, Wisata lumpur Lapindo Sidoarjo Jawa timur,

https://www.caralengkap.com/2012/04/wisata-lumpur-lapindo-sidoarjo-jawatimur, 20 Januari 2016,20.49

9Edy M. Yakub, Empat Tahun lumpur Lapindo Hanya jadi “Wisata”,

http://m/antaranews.com/berita/188714/empat-tahun-lumpur-lapindo-hanya-jadi-wisata, 20 Januari 2016, 21.00


(42)

besar, menengah kecil, koperasi, usaha rumah tangga, industry pariwisata, pusat perbelanjaan dan kuliner, hiburan, pengelolaan sumber daya kelatan mapun kerja

sama dengan pengelola kawasan dan pemangku kepentingan pembangunan lainnya10.

City branding awalnya difokuskan untuk city brand image. Namun, bergeser tidak hanya sebagai pemasaran kota, namun menunjukkan bagaimana proyeksi merek dapat merangkul sejarah dan warisan budaya untuk pengenalan kota, daerah atau Negara tersebut.

Menurut Anholt mendefinisikan city branding sebagai manajemen citra suatu destinasi melalui strategis serta koordinasi ekonomi, komersial, sosial, cultural dan peraturan pemerintah. City branding dapat diartikan sebuah proses pembentukan merek kota atau suatu daerah yang menghasilkan sebuah image atau citra, agar dikenal oleh target pasar (investor, tourist, talent, event) kota tersebut dengan menggunakan ikon, slogan, eksibisi, serta positioning yang baik, dalam berbagai bentuk media promosi.

Akan Ada beberapa kerangka teoritis yang digunakan

Beberapa hal tersebut dapat dijadikan acuan untuk membuat brand dengan menciptakan dan mengkomunikasikan identitas bagi suatu lokasi yang bersangkutan contohnya seperti

10

Lily Purwianti&Yulianti Ratna Dewi,Analisis Pengaruh City Branding Kota Batam Terhadap Brand Attitude, (Jurnal :2014)


(43)

a. Effect Brand Terhadap sebuah Kota

Branding mencoba memberikan identitas yang berbeda pada sebuah kota sehingga dapat dibedakan antara kota yang satu dengan kota-kota lain. Sebuah merek yang kuat berarti merek tersebut dapat dibedakansehingga akan berakibat peningkatan investasi, bisnis, pengunjuung dan penduduk. Sebuah merek yang kuat pertama-tama akan meningkatkan kesadaran keberadaan tempat itu. Kedua, merek tersebut akan membuat pelanggan potensial kota menganggap kualitas dari sebuah kota lebih baik dari kota-kota lainnya. Akhirnya sebuah merek yang baik memungkinkan untuk mengontrol bagaimana sebuah kota dijalankan.

Tujuan utama dari city branding dan hasil yang diinginkan oleh pemerintah sebuah kota adalah meningkatkan citra kota tersebut, sehingga meningkatkan arus

masuk wisatawan dan investor. Branding kota memungkinkan pengetahuan lokal dan

kreatifitas yang akan digunakan untuk pendekatan yang lebih efisien untuk perencanaan public dan perkotaan pengembangan, dan dapat digunakan sebagai alat penting dalam regenerasi perkotaan dengan pencitraan.

Strategi city branding merupakan srategi umum yang banyak dilakukan di

antara kota-kota dimana pemerintah berusaha untuk mengembangkan merek “kota”

sebagai strategi pencitraan milik daerah itu sendiri11.

11

Lily Purwianti&Yulianti Ratna Dewi, Analisis Pengaruh City Branding Kota Batam Terhadap Brand Attitude, (Jurnal :2014)


(44)

b. Relasi antara Brand dan Citra

Brand itu tidak sekedar sebuah nama, bukan sekedar juga sebuah logo dan simbol. Membangun merek juga tidak melulu melalui iklan yang tidak terhitung jumlahnya. Merek adalah “intagible asset”, yang berarti kepercayaan, reputasi dan janji sebuah produk atau jasa terhadap konsumennya. Merek juga hubungan emosi saling membutuhkan antara produk/jasa dengan konsumennya.

Upaya membranding suatu produk sebagai antisipasi dalam menghadapi ketatnya persaingan. Jadi mempertahankan suatu “merek” bukan hanya dengan gencar melakukan berbagai promosi tetapi bagaiman agar usaha anda membangun “brand” menjadi optimal dan mendapatkan manfaat, tidak sekedar memiliki brand

yang kuat tetapi mendapat tempat dihati masyarakat dan memperoleh harga yang tinggi. Merek dibangun melalui penerapan strategy, tactic, value yang tepat melalui kreatifitas dalam menentukan segmentasi dan targeting.

Merek adalah bagaimana perusahaan dapat meningkatkan keunggulan merek yang dimilikinya, ada beberapa kunci utama bagaiamana merek di kelola dapat menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan yang ada.

Untuk melakukan komunikasi merek pemerintah harus merancang strategi komunikasi yang efektif sehingga apa yang mereka lakukan tidak sia-sia dan dapat mencapai target yang telah di tentukan.

Dalam aktifitas sehari-hari, proses komunikasi dapat terjalin jika ada pihak yang menyampaikan pesan kepada pihak lain dengan tujuan tertentu, sebagai contoh pemerintah yang mengkomunikasikan merek kota Mojokerto sebagai kota cagar budaya ke masyarakat. Singkatnya, komunikasi hanya bisa terjadi kalau ada


(45)

pihak yang terlibat didalamnya atau sering disebut sebagai unsur-unsur komunikasi, yang terdiri atas sumber, pesan, media, penerima dan umpan balik, serta faktor lingkungan.

Hal tersebut dimaksudkan agar produk atau image yang dilempar ke masyarakat bukan saja bertindak sebagai sarana membangun hubungan yang erat dan jika memungkinkan juga sarana mengukuhkan citra merek dan pemerintah itu sendiri. Suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah dari satu rencana konprehensif yang mengevaluasi peran strategi dari disiplin komunikasi, misalnya, iklan umum, respon langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat dan menggabungkan berbagai disiplin te rsebut guna memberikan kejelasan, konsistensi, serta dampak komunikasi maksimal.12

Hal tersebut memusatkan perhatiannya pada proses pengunaan seluruh bentuk promosi untuk mencapai dampak atau efek komunikasi yang maksimal, untuk menjadikan seluruh kegiatan pemasaran dan promosi pemerintah dapat menghasilkan citra atau image yang bersifat satu konsisten bagi masyarakat.13

Brand image adalah representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Masyarakat yang memiliki citra positif.

12

Morissan, M.A. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta: Kencana pranada Media Group, 2010) hlm.08

13


(46)

4. Memahami Peranan Humas dalam Instansi Pemerintah

Peranan hubungan masyarakat atau humas dan public relation dewasa ini dibutuhkan oleh hampir sema bentuk organisasi atau lembaga, baik profit maupun non profit, dari perusahaan industri, organisasi profesi, insitusi pendidikan, organisasi sosial budaya sampai pemerintahan. Secara garis besar peranan humas adalah sebagai komunikator sebuah organisasi atau lembaga dan perusahan, baik dari publik internal maupun publik eksternal. Karena itu humas merupakan salah satu ujung tombak dari organisasi, perusahaan mapun lembaga untuk bersaing dalam era globalisasi. Humas dibutuhkan untuk menjalin komunikasi dengan para gstakeholders ataupun ntuk mengkomunikasikan visi, misi dan program organisasi-organisasi tersebut kepada publik.

Humas dan media massa merupakan mitra pemerintah dalam menyampaikan informasi disemua sektor, termasuk menyangkut masalah pembangunan disegala bidang. Karena humas dan media massa dalam menyampaikan informasi memiliki peranan yang cukup tinggi14.

Humas Mengidentifikasi yang menyangkut opini, persepsi, tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi untuk tujuan dan manfaat bersama. Menciptakan komunikasi dua arah atau

14


(47)

timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi pesan badan/organisasi dalam menyampaikan informasi terkait lembaga kepada khalayak atau masyarakat15.

Untuk mendapatkan tanggapan, atau opini positif publik terkait badan/lembaga. Dan peranan ini turut menentukan sukses dan tidaknya misi dan visi tujuan bersama dari lembaga/ organisasi.

Rosady Ruslan dalam buku Manajemen Humas dan Komunikasi Konsepsi

dan Persepsi mengemukakan peranan humas dalam manajemen perusahaan adalah : a. Communicator

Kemampuan sebagai komunikator secara langsung, melalui media elektronik cetak atau elektronik dan lisan (spoke person) dan sebagainya. Disamping itu juga bertindak sebagai mediator dan persuader. Komnkasi manajemen dalam prakteknya, bersifat komnikasi vertikal, horizontal dan eksternal.

b. Relationship

Adalah kemampuan peran humas membangun hubungan yang positif antara lembaga yang mewakilinya dengan publik internal dan eksternal. Beruapaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerjasama dan toleransi antara keda belah pihak tersebut.

c. Back up management

Melaksanakan dukungan atau menunjang kegiatan lain, seperti bagian manajemen promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya ntuk

15

I ketut Ardhana, Komunika majalah ilmiah komunikasi, (Jakarta: yayasan obor Indonesia, 2003) Hal. 37-38


(48)

mencapai tujuana bersama dalam suatu kerangka tjan pokok perusahaan atau organisasi.

d. Good image maker

Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi, dan sekaligus menjadi utama bagi aktivitas humas dalam melaksanakan manajemen kehumasan untuk membangun citra baik lembaga atau organisasi yang diwaklinya16.

a. Fungsi Humas dalam Instansi Pemerintah

Menurut F. Rachmadi dalam bukunya Public Relation, menyebutkan humas pemerintahan memiliki beberapa fungsi :

1) Membina dan menyelenggarakan publikasi dan penerangan

2) Membina dan menyelenggarakan hubungan dengan masyarakat melalui pers dan media lainnya.

3) Mengadakan analisis dan evaluasi berita dan menyampaikan rekomendasi.

4) Menyelenggarakan dokumetasi atas kegiatan- kegiatan departemen17

b. Tugas Humas dalam Instansi Pemerintah Pada dasarnya tugas humas adalah :

a. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada masyarakat tentang

kebijakan, langkah-langkah serta tindakan-tindakanpemerintah. Serta

16

Ibid.

17


(49)

memberikan pelayanan keoada masyarakat berupa informasi yang diperlukan secara terbuka, jujr dan obyektif.

b. Memberikan bantuan kepada media berita berupa bahan-bahan informasi mengenai kebijakan, langkah-langkah, serta tindakan pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada media berita untuk acara-acara resmi yang penting. Pemerintah merupakan sumber informasi yang penting bagi media. Karena ituu sifat keterbukaan informasi sangat penting.

c. Mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan kebudayaan dan

telah dicapi oleh bangsa kepada khalayak didalam negeri maupun diluar negeri.Memonitor kebijakan umum tentang pemerintah. Selanjutnya

menyampaikan tanggapan masyarakat berbentuk feedbacak kepada

pimpinan instansi-instansi pemerintah yang bersangktan sebagai input18. Cara dan teknik melaksanakanya sudah tentu bisa berbeda karena ruang lingkupnya yang berbeda. Misalnya humas di ibukota provinsi di Indonesia dalam banyak hal akan berbeda dengan humas di kabupaten atau kotamadya yang bukan ibu kota provinsi. Di kota-kota besar terdapat media massa, baik media cetak maupun elektronik, serta fasilitas fasilitas publikasi lainnya, yang sungguh penting bagi kegiatan humas dalam mencapai khalayak. Sebaliknya, di kabupaten kabupaten, karena tidak terdapat media massa, metode dan teknik penyebaran informasi dilakukan dengan media nirmassa, misalnya poster, spanduk, folder, dan lain-lain,

18


(50)

atau secara tetap muka dengan penduduk dalam bentuk rapat umum, anjangsono, dan sebagainya.

5. Konstruksi Citra

Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relation, Pembentukan citra antara lain:

Pembentukan citra menurut Frank Jefkins mengungkapkan bahwa citra dari organisasi secara keseluruhan jadi bukan citra atas produk atau pelayanan. Citra ini terbentuk dari banyak hal. Hal yang dapat meningkatkan citra pemerintah adalah sejarah atau riwayat pemerintah yang gemilang. Keberhasilan dibidang pembangunan fasilitas umum dan publik, hubungan yang baik dengan stakeholdernya, reputasi yang baik, dan masih banyak lagi.

a. Relasi antara Citra pemerintah dan Humas

Citra adalah apa yang diinginkan oleh sebagian besar masyarakat terhadap suatu subyek berdasarkan atas apa yang telah dipelajari oleh perusahaan atau organisasi, atau konsultan public relations dari hasil diskusi, komentar, iklan, penilaian kata-kata dan sumber lain. Citra berkaitan erat dengan persepsi.

Bagaimana orang mempersepsi kita adalah citra kita dimata orang tersebut. Dan selanjutnya persepsi berakibat pada tingkat kepercayaan dan dapat berakibat pada tindakan yang tidak menguntungkan bila kita dipersepsi negatif. Untuk mendapatkan citra yang diinginkan, maka harus jelas dulu rumusan identity atau identitas apa yang hendak dikomunikasikan (karena identitas itulah nanti yang akan dipersepsi oleh public melalui interprestasinya sendiri).


(51)

Citra adalah persepsi public tentang perusahaan menyangkut pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau perilaku individu-individu dalam perusahaan dan lainnya. Pada akhirnya persepsi akan mempengaruhi sikap publik, apakah mendukung, netral atau memusuhi.

Citra dimulai dari identitas korporat sebagai titik pertama yang tercermin melalui nama perusahaan (logo) dan tampilan lainnya seperti laporan tahunan, brosur, kemasan produk, profil perusahaan, interior kantor, seragam karyawan, newsletter, iklan, pemberitaan media, materi tertulis maupun audio-visual.

Citra perusahaan “Corporate Image” bukan hanya dilakukan seorang “Public Relations” saja, tapi perilaku seluruh unsur perusahaan (karyawan, manajer, dan lainnya) ikut hadir dalam pembentukan citra ini, baik disadari atau tidak. Dengan kata lain, citra korporat “corporate image” adalah citra keseluruhan yang dibangun dari

semua komponen perusahaan, yaitu kualitas produk, keberhasilan ekspor, kesehatan keuangan, perilaku karyawan, tanggung jawab sosial terhadap lingkungan serta pengalaman konsumen yang menyenangkan atau menyedihkan tentang pelayanan perusahaan.

Citra positif merupakan langkah penting menggapai reputasi perusahaan dimata khalayak. Ada 4 lapis reputasi yang dikelolah “public relations” yakni :

reputasi personal para eksekutif dan karyawan (personan branding), reputasi produk dan jasa yang ditawarkan (product branding) reputasi korporat (corporate branding)

dan reputasi industri(industrial branding).

Dari definisi di atas, public relations merupakan sebuah system yang memiliki tugas dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Tentunya tugas ini


(52)

dilakukan dengan berdasarkan atas nilai-nilai kemanusiaan dan atas kepentingan bersamaan.

Dalam struktur keorganisasian atau perusahaan, pembentukan citra dilakukan oleh department of public relations. Tugas public relations secara utuh dapat dilihat dari beberapa definisi berikut Suatu kegiatan komunikasi dan penafsiran, serta komunikasi dan gagasan-gagasan dari suatu lembaga kepada publiknya, dan pengkomunikasian informasi, gagasan- gagasan, serta pendapat dari publiknya itu kepada lembaga tadi dalam usaha yang jujur untuk menumbuhkan kepentingan bersama sehingga dapat tercipta suatu persesuaian yang harmonis dari lembaga itu dengan masyarakatnya.

Identitas tersebut memancarkan citra kepada publik antara lain citra di mata konsumen, komunitas, media, investor dan karyawan sendiri sehingga jadilah citra korporat.

Aktivitas public relations biasanya didesain untuk membangun atau menjaga citra positif sebuah perusahaan dan hubungan baik dengan berbagai pihak. Pihak internal perusahaan seperti pemegang saham, karyawan, buruh dan juga pihak eksternal perusahaan seperti konsumen, prospek, warga setempat, maupun pemerintah.

Dengan argumentasi seperti diatas, kita dapat memahami bahwa sebenarnya fungsi public relations adalah sebagai jembatan antara perusahaan dengan masyarakat. Untuk itu, apapun informasi yang dikelola oleh public relations di desain dalam rangka menciptakan citra positif di mata masyarakat. Untuk mempertegas fungsi dan public relations, berikut adalah ulasannya.


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan atas penyajian data dan analisis dari penelitian tentang Konstruksi Citra Kabupaten Mojokerto melalui Herritage Kampung Majapahit peneliti menyimpulkan

bahwa ;

1. Citra yang ingin di bangun kota Mojokerto sebagai warisan majapahit untuk memotivasi wisatawan menjadikannya destinasi wisata yang baru.

Dengan dibangunnya rumah majapahit di kawasan trowulan ternyata berdampak bagi pelestarian budaya majapahit di bidang arsitektur dan bangunan mendapatkan jalan untuk terus dilakukan dan ditingkatkan. Perkembangan pembangunan yang bernuansa majapahit yang semakin hari semakin banyak menjadikan kabupaten Mojokerto sebagai latar kebesaran majapahit semakin terlihat. Jati diri kabupaten Mojokerto dengan bangunan majapahitnya memberikan dampak tumbuhnya wisata budaya dan ekonomi kreatif.

Pemerintah daerah kabupaten Mojokerto dalam menjalankan program herritage kampung majapahit mendapat beberapa temuan yang dapat di pertanggung jawabkan disertai dengan kebutuhan masyarakat Mojokerto. Hal ini meliputi, apakah dengan adanya program ini masyarakat mendapat manfaat yang lebih seperti ; tersedia lapangan usaha kreatif bagi para generasi muda, dan peluang bagi para pengusaha home industry, serta peluang memperkenalkan karya para seniman patung pahat maupun gerabah dari kuningan, serta ajang untuk memunjukkan seni pertunjukkan drama maupun tari tradisional majapahit. Serta upaya menyuarakan pada masyarakat terutama Mojokerto agar mendukung pemerintah untuk melestarikan warisan budaya.


(2)

Tentu saja hal ini tidak lepas dari strategi humas pemerintah kabupaten Mojokerto untuk membangun citra positif di masyarakat, melalui program dan kegiatan-kegiatan kehumasan atau public relation.

Beberapa hal dilakukan pemerintah kabupaten mojokerto untuk mengoptimalkan konstruksi citra melalui kampung majapahit :

a. Pembangunan desa wisata bertema kampung majapahit.

Total ada 296 rumah yang dibangun, sebanyak 200 rumah ada di desa bejijong, 46 di desa sentonorejo, dan 50 rumah lainnya di desa jatipasar. Rumah-rumah itu dibangun agar bisa mengesankan sebuah desa masa zaman kerajaan majapahit.

b. Menjadikan rumah kampung majapahit sebagai homestay.

Untuk mengajak pengunjung yang menginap rumah majapahit, sehingga semakin mendapat suasana majapahit pada zaman dahulu. Dengan konsep di zaman itu, ruangan rumah hanya berfungsi sebagai tempat tidur, sementara aktivitas kehidupan lainnya dilakukan di luar rumah.

2. Bentuk komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kearifan lokal kebudayaan melalui kampung majapahit.

Bahkan pemerintah daerah jawa Timur mendukung penuh pembangunan kampung majapahit ini. Karena selain untuk mencapai sasaran promosi destinasi wisata yang tepat, pemerintah kabupaten Mojokerto menyisipkan kampanye kepada masyarakat terutama Mojokerto untuk menjaga dan mendukung pemerintah dalam melestarikan warisan budaya, seperti aset peninggalan kerajaan majapahit.

Langkah pemerintah untuk mengoptimalkan aksi lestarikan dan mencintai budaya salah satunya adalah:

a. Menggandeng beberapa komunitas dan lembaga pelestarian kebudayaan mendukung penuh pembangunan kampung majapahit ini.


(3)

Dukungan mereka memberikan dampak positif bagi tujuan pemerintah kabupaten Mojokerto untuk menyuarakan pelestarian budaya dan aset-aset peninggalan kerajaan majapahit. Mereka adalah sekelompok masyarakat yang mencintai dan berusaha tetap melestarikan kebudayaan dengan cara mereka sendiri.

b. Mengadakan pertunjukan- pertunjukaan kebudayaan di lokasi kampung majapahit, upaya memperkenalkan dan mempromosikan warisan budaya majapahit.

Seperti Mengembangkan makanan lokal mojokerto sebagai makanan khas, mengadakan festival budaya yang menampilkan berbagai seni budaya majapahit, mewadahi

pengerajin cor kuningan, tembikar serta patung pahat dalam sebuah bazar budaya.

B. SARAN

1. Bagi Pemerintah kabupaten Mojokerto untuk memaksimalkan media komunikasi dalam proses penyebaran informasi tentang pembangunan kampung majapahit. Maupun kegiatan kehumasan lainnya. Tidak hanya menyebarkan informasi melalui web dan media cetak saja, pemerintah kabupaten Mojokerto juga dapat merangkul kawula muda, generasi muda untuk lebih mencintai dan mengagumi warisan budaya majapahit, karena dengan berkembangnya teknologi masakini. penyebaran informasi melalui akun facebook ataupun twitter, instagram atau bahkan radio atau televisi lokal dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi tanpa batas. Dan banyak lagi orang dapet selalu mengupdate informasi seputar kegiatan atau program pemerintah kabupaten Mojokerto.

2. Pihak prodi komunikasi, peneliti merekomendasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut hususnya terkait dengan ilmu-ilmu komunikasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Masykur Alif Supani Raharto, 2015, Konstruksi Branding Pemerintah kabupaten Mojokerto dalam Acara Sambang Desa (Perspektif Komunikasi Pembangunan) Skripsi, Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

Fardhy, Ekky Nugraha, M.Bahruddin, Abdul Aziz, 2014, Jurnal : Perancangan

Branding Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo sebagai Upaya Melestarikan Produk Budaya Lokal.

Widyaningsih, 2012, jurnal :Keterbukaan informasi dan pencitraan.

Lina Sinatra, dan Darmastuti, Rini, 2008, Kajian Peran Public Relations Dalam

Meningkatkan Citra Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Tengah, Jurnal SCRIPTURA

Purwianti, Lily & Yulianti Ratna Dewi, 2014, Analisis Pengaruh City Branding

Kota Batam Terhadap Brand Attitude.

Soemirat, Soleh dan Ardianto Elvinaro, 2009, Dasar-Dasar Public Relation, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Dewi, Fitriana Utami, 2013, Public Speaking Kunci Sukses Bicara di Depan Publik :

Teori dan Praktik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ruslan, Rosady, 2011, Etika Kehumasan: Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Prof. Drs. Widjaja, H.A.W, 2010, Komunikasi dan hubungan Masyarakat, Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Salim, RS Hairus, 2004, Kelompok Paramiliter NU, Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.

Jefkins, Frank, 1994, Public Relation Techniques, Jakarta: Erlangga, Public Service Communication, 2010 UMM Press Malang.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003, Jakarta: Balai Pustaka.

Uchjana Effendy, Onong, 1989, Kamus Komunikasi, Bandung: Mandar Maju,

K.T, Berg, & K , Gibson, 2011, Hired guns and moral torpedoes: Balancing the

competing moral duties of the public relations professional. Prism 8(1)..

Lexy J. Moleong, 1999, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

M.SC , DRS. Rahmat Jalaludin, 2007 , Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Bungin Burhan, 2001, Metode Penelitian Sosial, Surabaya : Airlangga Universitas Press.

Azwar, Saifudin, 1998, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sugiono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta.

Lane Keller, Kevin, 1998, Strategic Brand Management: Building, Measuring, and

Managing Brand Equity, NJ: Prentice Hall.

Sutisna, 2003, Perilaku dan Komunikasi Pemasaran, Bandung : Remaja Rosdakarya.

M.A, Morissan, 2010, Periklanan:Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jakarta: Kencana

pranada Media Group.

Rachmadi , F, 1992, Public Relation, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ardhana, I ketut, 2003, Komunika majalah ilmiah komunikasi, Jakarta: yayasan obor Indonesia.

Efendy, Onong Uchjana, 2006, Hubungan Masyarakat:Suatu studi komunikasi,

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Kusumastuti, Frida, 2004, Dasar-dasar Humas, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Ardianto, Drs.Elvinaro, M.Si, Komala, Dra.Lukiati, 2011, Suatu Pengantar

Komunikasi Massa, Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Dowling, Grahame Robert, 2002, creating, corporate: reputation, identity, image and

performance, New york.

Raffles, Thomas Stamford, 1817, History of Java, Yogyakarta : Narasi.

Bullough, Nigel, 1995, Historic East Java: Remains in Stone Indonesian 50th

independence day commemorative), Jakarta: ADLine Communications Prawira.

http://www.ayogitabisa.com/news/kerajinan-perak-mojokerto-rutin-ekspor-ke-jerman.html, diakses pada tanggal 24 oktober 2016 pukul 14.45 WIB.

Bimantara, Ilzha, Kabupaten Sidoarjo, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sidoarjo, diakses pada 20 Januari 2016 pukul 12.01 WIB.

Bimantara, Ilzha, Wisata lumpur Lapindo Sidoarjo Jawa timur,

https://www.caralengkap.com/2012/04/wisata-lumpur-lapindo-sidoarjo-jawatimur, diakses

pada 20 Januari 2016 pukul 12.01 WIB.

http://www.prismjournal.org/homepage.html, diakses pada 11 Desember 2015 pukul pukul 16.16 WIB.

m.detik.com/news/read/2015//01/14/-rumah-kampung-majapahit-senilai—


(6)

http://mojokertokota.go.id/picture/peraturan/1241747676.pdf, diakses pada 21 Maret 2016 Pukul 08.24 WIB.

Koran Memo,

googleweblight.com/?lite_url=http://koranmemo.com/gubernur-tinjaukampung-majapahit, diakses pada 21 maret 2016, pukul 11.20 WIB.

http://kampungmajapahit.com/sejarah/sejarah-kampung-majapahit/dampak-pembangunan-kampung-majapahit, diakses pada 24 Agustus 2016, pukul 16.30 WIB.

http://lifestyle.liputan6.com/read/2413895/tahun-2016-disbudpar-jawa-timur-targetkan-50-juta-wisatawan, diakses pada 18 Maret 2016 pukul 17.25 WIB.

Suara Mojosari, googleweblight.com/?lite_url=http://sraksruk. blogspot.com/2012/11/

sejarah- kab-mojokerto-jawatimur.html, diakses pada 28 Agustus 2016 pukul 15.56 WIB. Wikipedia.com.,https://googleweblight.com/?lite_url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_ Mojokerto, diakses 27 Februari 2016, 05.46 WIB.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/SitusTrowulan, diakses pada 24 Agustus 2016 pukul 17.54 WIB.

https://swaramajapahit.wordpress.com/membangun-mojokerto-membangkitkan-majapahit, diakses pada 24 Agustus, pukul 18.00 WIB.

Yakub, Edy M., Empat Tahun lumpur Lapindo Hanya jadi “Wisata”,

http://m/antaranews.com/berita/188714/empat-tahun-lumpur-lapindo-hanya-jadi-wisata, diakses pada 20 Januari 2016 pukul 21.00.