Tinjauan hukum Islam terhadap wakaf uang untuk anak yatim piatu: studi kasus di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP WAKAF UANG UNTUK
ANAK YATIM PIATU
(Studi Kasus di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur
Cabang Babat)

SKRIPSI
Oleh :
Ani Rachmawati
NIM. C02213011

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum Islam
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah
(Mu’amalah)
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan obyek penelitian KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat, dengan topik
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Wakaf Uang Untuk anak Yatim Piatu (Studi Kasus

di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat)”.
Skripsi ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dituangkan dalam dua
rumusan masalah yaitu: mengapa wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat tidak menggunakan istilah infak atau
sedekah jariyah dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap wakaf uang di KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, menggunakan metode penelitian kualitatif yang
pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan studi kepustakaan
kemudian diolah dengan cara editing, organizing dan kemudian menganalisis dengan
menggunakan kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang berkaitan dengan teknik deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur
Cabang Babat ini ditemukan bahwa praktik wakaf uang yang hanya Rp. 10.000
memiliki manfaat cukup besar dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan dengan wakaf
uang Rp. 10.000 dapat menjangkau seluruh kalangan dalam masyarakat secara merata.
Pengelolaan wakaf uang menggunakan model dana abadi. Jika praktik ini dianalisis
dengan hukum Islam, maka wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat telah sesuai dengan hukum Islam.
Pengelolaan wakaf uang adalah dengan dibuat modal usaha. Setelah itu hasil atau
manfaat dari pengelolaan secara produktif tersebut disalurkan kepada anak yatim

piatu, fakir miskin dan lain-lain. Dengan seperti itu wakaf uang tersebut telah dikelola
dan dikembangkan tanpa merubah nilai pokoknya.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka hendaknya pihak BMT harus
mensosialisasikan lagi tentang wakaf uang agar masyarakat semakin banyak yang
tertarik untuk menyisihkan rezekinya dengan berwakaf uang dan meningkatkan lagi
pengelolaan wakaf uang secara produktif maupun non-produktif, supaya lebih banyak
lagi masyarakat yang merasakan manfaat dari wakaf uang tersebut.

Keyword : Wakaf Uang, Dana Abadi, KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat

v

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii
PENGESAHAN ........................................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... x
DAFTAR TRANSLITERASI .................................................................................. xi
BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................... 6
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
D. Kajian Pustaka ............................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 12
F. Kegunaan dan Hasil Penelitian ................................................... 12
G. Definisi Operasional ................................................................... 13
H. Metode Penelitian ....................................................................... 14
I. Sistematika Pembahasan ............................................................ 18

BAB II

WAKAF DALAM HUKUM ISLAM ............................................... 20
A. Definisi Wakaf ............................................................................ 20

B. Dasar Hukum Wakaf................................................................... 21
C. Macam-macam Wakaf ................................................................ 24
D. Rukun dan Syarat Wakaf ............................................................ 25
E. Wakaf Tunai ............................................................................... 29
1. Pengertian wakaf tunai ......................................................... 29

viii

2. Sejarah wakaf tunai .............................................................. 30
3. Konsep dan strategi pengembangan wakaf tunai ................. 34
BAB III

GAMBARAN UMUM KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA
KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT ....... 37
A. Gambaran Umum KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat ............................. 37
B. Praktik Wakaf Uang di BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat ............................. 49
1. Latar belakang wakaf uang di BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat ....................... 49

2. Proses dan penyaluran wakaf uang ....................................... 50

BAB IV

ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI
SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR
CABANG BABAT ........................................................................... 57
A. Analisis Wakaf Uang Di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat ............................. 57
B. Praktik Wakaf Uang Di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat dalam
Perspektif Hukum Islam ............................................................. 61
1. Jenis uang .............................................................................. 62
2. Jenis wakaf uang ................................................................... 62
3. Prosedur wakaf uang ............................................................. 63

BAB V

PENUTUP......................................................................................... 67
A. Kesimpulan ................................................................................. 67

B. Saran ........................................................................................... 68

ix

DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 1 Profil BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur ................... 38
Tabel 2 Kantor Cabang BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur .... 42
Tabel 3 Data sebagian Wāqif di BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa
Timur Cabang Babat .................................................................................. 53
Tabel 4 Data wakaf uang pada tahun 2016 di BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat ............................................ 53
Tabel 5 Data Santunan Anak Yatim Piatu dan Fakir Miskin KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur ..................................... 56

x

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan tidak
bisa hidup sendiri. Sedangkan Islam telah mengatur tentang bagaimana seorang
hamba berinteraksi dengan Allah dan berinteraksi dengan sesama manusia
lainnya (mu’amalah). Islam juga memberikan panduan dalam menjalankan
aktivitas ekonomi, meskipun begitu kehidupan ini tidak lepas dari masalah yang
ditimbulkan oleh masyarakat.
Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan
kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi
sangat strategis. Di samping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang
berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya
kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial).1
Di zaman Islam wakaf dimulai bersamaan dengan kenabian Muhammad
saw., di Madinah yang ditandai dengan pembangunan masjid Quba>’, yaitu masjid
yang dibangun atas dasar takwa sejak dari pertama, agar menjadi wakaf

Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2007), 2.

1

1

2

pertama dalam Islam untuk kepentingan agama. Peristiwa ini terjadi setelah
Nabi hijrah ke Madinah dan sebelum pindah ke rumah pamannya yang berasal
dari Banī al- Najjār.2
Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan masjid al-Nabawī yang
dibangun di atas tanah anak yatim dari Banī al- Najjār setelah dibeli oleh
Rasulullah saw., dengan harga delapan ratus dirham. Dengan demikian
Rasulullah telah mewakafkan tanah untuk pembangunan masjid. Para sahabat
juga telah membantu beliau dalam menyelesaikan pembangunan ini.3
Dalam peristilahan syarak secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian
yang pelaksaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal, lalu
menjadikan manfaatnya berlaku umum. Namun para ahli fikih dalam tataran
pengertian wakaf yang lebih rinci saling bersilang pendapat. Sehingga mereka
berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri, baik ditinjau dari
aspek ikrar, benda wakaf, pola pemberdayaan dan pemanfaatan harta wakaf.4

Para Fukaha mendefinisikan wakaf dengan beragam, menurut mazhab
Hanafi wakaf berarti menahan benda yang statusnya masih tetap milik wāqif
(orang yang mewakafkan hartanya), sedangkan yang disedekahkan adalah
manfaatnya. Menurut mazhab Maliki wakaf berarti menjadikan manfaat benda
yang dimiliki, baik berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan kepada yang
Abu Azam Al Hadi, Hukum Perwakafan Islam dan di Indonesia (Surabaya: Pena Salsabila, Cetakan
Kedua, 2015), 1.
3
Ibid.
4
Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan wakaf, Paradigma Baru Wakaf…, 2.
2

3

berhak dengan penyerahan berjangka waktu sesuai dengan kehendak wāqif.
Menurut mazhab Syafi>‘i wakaf berarti menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya disertai dengan kekekalan benda dan harta itu lepas dari penguasaan

wāqif, serta dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama.

Menurut Hanabilah wakaf berarti menahan kebebasan pemilik harta dalam
membelanjakan hartanya yang bermanfaat disertai dengan kekekalan benda serta
memutus semua hak wewenang atas benda itu, sedangkan manfaatnya
dipergunakan dalam hal kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Allah.5
Dasar hukum wakaf memang tidak secara khusus terdapat dalam Alquran
dan hadis. Namun, secara umum banyak ditemukan ayat-ayat yang menjelaskan
agar orang yang beriman menyisihkan sebagian hartanya untuk digunakan
kepentingan agama dan sosial. Adapun firman Allah:
                
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran : 92).6
              

              
 

A. Faishal Haq, Hukum Perwakafan di Indonesia (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2014), 2-3.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Marwah, Alquran Terjemah dan Tafsir Untuk
Wanita, (Jakarta: Jabal Raudhoh Jannah, 2009), 62.

5

6

4

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Al-Baqarah : 267).7
Wakaf telah berkembang dari zaman ke zaman, banyak masyarakat yang
belum mengetahui perkembangan wakaf. Pengetahuan mereka hanya terbatas
pada wakaf tanah saja. Sedangkan sekarang sudah ada wakaf produktif, wakaf
uang, wakaf tunai, wakaf jalan, wakaf sekolah dan masih banyak lagi.
Masalah wakaf merupakan masalah yang sampai saat ini kurang dibahas
secara intensif. Hal ini disebabkan karena umat Islam hampir melupakan
kegiatan-kegiatan yang berasal dari lembaga perwakafan. Beberapa tahun
terakhir ini muncul kembali minat umat Islam untuk menggiatkan kembali
kehidupan lembaga perwakafan. Munculnya minat tersebut seiring dengan
kesadaran orang untuk mencari Sistem Ekonomi Syari’ah (SES) sebagai
alternatif dari sistem ekonomi kapitalis dimana pelaksanaan sistem yang terakhir
ini telah terbukti tidak memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia.8
Pada masa sekarang, lembaga keuangan Islam memiliki peran yang sangat
penting dalam wakaf. Karena jika wakaf dikelola dengan baik oleh lembaga
keuangan maka manfaat yang sangat besar akan dirasakan oleh semua orang.
7

Ibid., 45.
Achmad Djunaidi, Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif (Depok: Mumtaz Publishing,
Cetakan keempat, 2007), 79-80.
8

5

Bukan hanya dalam hal yang bernilai ibadah, namun wakaf juga memiliki arti
dalam nilai sosial dan ekonomi. Peran wakaf dalam aspek ekonomi adalah
bergerak menjadi roda pembangunan ekonomi masyarakat.
Salah satu lembaga keuangan Islam yang mengelola dan menyalurkan wakaf
uang adalah Koperasi BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur
Cabang Babat. Koperasi BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur dengan nama
Pendirian Koperasi BMT Kube Sejahtera Unit 023 berdiri pada tanggal 03 April
2005 yang merupakan lembaga keuangan Syari’ah yang menggabungkan dua
bidang keuangan yaitu bidang Baitul Māl dan bidang Tamwil. Pada tanggal 20
Oktober 2011 beralih bina ke Provinsi Jawa Timur dengan nama Koperasi BMT
Mandiri Sejahtera Jawa Timur (P2T/39/09.06/X/2011).9
KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang
Babat merupakan lembaga keuangan non bank yang menyalurkan dan mengelola
wakaf uang dari nasabah untuk orang yang membutuhkan. Di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat, ada batas
nominal uang yang akan diwakafkan yaitu senilai Rp. 10.000,-. Setiap orang
yang mampu berhak melakukan wakaf uang tersebut. Akan tetapi ada yang wajib
membayar wakaf uang itu yaitu nasabah yang baru saja membuka rekening di
KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat dan
nasabah yang mengajukan pembiayaan. Penggunaan hasil wakaf uang digunakan

9

www.bmtmandirisejahtera.com/tentang-kami/profil-bmt, “diakses pada 10 September 2016”.

6

untuk santunan anak yatim piatu, fakir miskin, biaya pendidikan anak yatim
piatu, pendidikan fakir miskin, keagamaan, sosial dan kesehatan.
Secara ekonomi, wakaf uang memiliki potensi yang besar untuk di
kembangkan. Pihak yang diberikan amanah harus bisa mengelola dan
mengembangkan dengan produktif dan profesional. Nilai pokok wakaf uang
harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan diwariskan.
Sehingga manfaat dari wakaf uang tersebut bisa digunakan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat banyak.
Namun, di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur
Cabang Babat memiliki batasan nominal wakaf uang. Dampak baiknya banyak
masyarakat yang mewakafkan uangnya karena jumlah nominal yang tidak
memberatkan yaitu Rp. 10.000,-. Akan tetapi timbul pertanyaan, jika seperti itu
apa perbedaan antara wakaf uang tersebut dengan infaq dan shadaqah jariyah.
Berdasarkan latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
tentang wakaf uang dengan judul “Tinjuan Hukum Islam terhadap Wakaf Uang
untuk Anak Yatim Piatu (Studi Kasus di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat)”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan

pemaparan

yang

ada

pada

latar

belakang,

penulis

mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul dari praktik wakaf uang di

7

KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat
adalah sebagai berikut:
1. Praktik wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring
Jawa Timur Cabang Babat
2. Hukum wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring
Jawa Timur Cabang Babat
3. Syarat dan rukun wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat
4. Pengelolaan dan pemberdayaaan wakaf uang secara maksimal oleh KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat
5. Proses wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa
Timur Cabang Babat
6. Penyaluran wakaf uang yang dilakukan oleh KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat
7. Tinjauan hukum Islam terhadap praktik wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, demi menghasilkan penelitian
yang lebih fokus pada judul di atas, penulis membatasi penelitian ini meliputi:
1. Penamaan wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring
Jawa Timur Cabang Babat

8

2. Tinjauan hukum Islam terhadap penyaluran wakaf uang di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat

C. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan masalah yang telah penulis batasi, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Mengapa wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring
Jawa Timur Cabang Babat tidak menggunakan istilah infak atau sedekah
jariyah?
2. Bagaiamana tinjauan hukum Islam terhadap wakaf uang di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat?

D. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga terlihat jelas
bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
penelitian yang sudah ada10. Dalam penelusuran awal, sampai saat ini penulis
menemukan beberapa penelitian terkait wakaf produktif, wakaf tunai dan wakaf
uang diantaranya:

10

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, “ Petunjuk Teknis

Penulisan Skripsi”, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 8.

9

1. Judul skripsi pada tahun 2008 yakni “Studi Tentang Pengelolaan Wakaf
Tunai Pada Lembaga Amil Zakat di Kota Yogyakarta”, ditulis oleh Nuzula
Yustisia. Skripsi ini menjelaskan tentang manajemen pengelolaan wakaf
tunai pada Lembaga Amil Zakat di Kota Yogyakarta. Pengelolaan wakaf
tunai pada LAZIS Masjid Syuhada’ dan LAZ Bina Umat Peduli terjaga nilai
pokok wakafnya dan masih termasuk kategori wakaf produktif karena dapat
mensejahterakan umat. Fungsi perencanaan pada kedua LAZ yang menjadi
objek penelitian telah dilaksanakan dengan baik. Fungsi pengorganisasian
yang dilaksanakan oleh LAZ tercermin dengan adanya struktur organisasi
atau penetapan struktur peran melalui penentuan tugas-tugas yang
dibutuhkan dalam masing-masing LAZ tersebut. Fungsi pengarahan sangat
dipengaruhi oleh tugas kepemimpinan yang mempunyai latar belakang
pendidikan agama Islam. Fungsi pengawasan pada LAZ dilakukan oleh
bagian tersendiri yakni bagian Pengawas Manajemen dan Syari’ah.
Penerimaan wakaf tunai pada Lembaga Amil Zakat di Kota Yogyakarta
belum sesuai dengan konsep penerimaan wakaf tunai pada Lembaga
Keuangan Syari’ah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) yang terdapat dalam
UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf dan PP RI No. 42 Tahun 2006 tentang
pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf.11

Nuzula Yustisia, “Studi Tentang Pengelolaan Wakaf Tunai Pada Lembaga Amil Zakat di Kota
Yogyakarta”, (Skripsi -- Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga, Yogyakarta, 2008), 96-97.
11

10

2. Judul skripsi pada tahun 2010 yakni “Strategi Pengelolaan Wakaf Uang
Secara Produktif Pada Baitul Māl Muamalat”, ditulis oleh Badru Rochmat.
Skripsi ini menjelaskan strategi pengelolaan wakaf uang secara produktif
pada Baitul Māl Muamalat, dengan cara wāqif

melepaskan kepemilikan

harta yang semula dimilikinya, untuk dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat
dan dikelola oleh nāz̩ir secara produktif. prosedur penyetoran wakaf uang
pada Baitul Māl Muamalat dilakukan dengan berbagai tahap yaitu mengisi
data diri dan persyaratan yang ditentukan oleh Baitul Māl Muamalat.12
3. Judul skripsi pada tahun 2011 yakni “Potensi Wakaf Produktif Menurut
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada Masjid-Masjid Kecamatan
Sukajadi Pekanbaru)”, ditulis oleh Marzuki. Skripsi ini menjelaskan potensi
wakaf produktif pada masjid-masjid Kecamatan Sukajadi dapat berupa koskosan, rumah kontrakan dan berupa ruko yang dikontrakkan. Hal ini baru
masjid Al-Falah II, Al-Kahirat, Baitul Mukminin dan dakwah yang
melaksanakannya. Sedangkan masjid lainnya dalam bentuk wakaf langsung.
Hasil dari pengelolaan wakaf produktif rata-rata diperuntukkan untuk
operasional Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA). Pelaksanaan wakaf
produktif pada masjid-masjid Kecamatan Sukajadi masih bersifat sederhana

Badru Rochmat, “Strategi Pengelolaan Wakaf Uang Secara Produktif Pada Baitul Māl Muamalat”,
(Skripsi -- Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010), 59.
12

11

dan tradisional. Tinjauan ekonomi Islam terhadap wakaf produktif di masjidmasjid Kecamatan Sukajadi tidak bertentangan dengan syari’at Islam.13
4. Judul skripsi pada tahun 2012 yakni “Pengelola Wakaf Produktif di Yayasan
Perguruan Tinggi nahdlatul Ulama’ Surakarta”, ditulis oleh Mulyani. Skripsi
ini menjelaskan tentang pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan
Tinggi nahdlatul Ulama’ Surakarta yang dioperasikan pada tahun 2009.
Wakaf produktif di Yapertinus dengan luas tanah 1,5 ha dimanfaatkan
dengan perincian antara lain, sebuah gedung serbaguna, 2 ruko dan ditambah
23 kios. Selain pemanfaatan dalam bentuk bangunan, tanah yang masih
kosong agar dapat memberikan hasil maka ditanami pohon jati, mahoni,
sengon dan dibuat kolam ikan. Pemanfaatan hasil dari pengelolaan wakaf
produktif di Yayasan Perguruan Tinggi nahdlatul Ulama’ Surakarta memiliki
tujuan utama sebagai proyek percontohan. Selain itu terdapat tujuan lain
yakni untuk kemajuan pendidikan, namun sampai tahun 2012 hal tersebut
belum bisa direalisasikan.14
Dengan adanya kajian pustaka di atas, hal ini jelas sangat berbeda dengan
penelitian yang akan penulis lakukan dengan judul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Wakaf Uang Untuk Anak Yatim Piatu (Studi kasus di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat). Dalam
Marzuki, “Potensi Wakaf Produktif Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada MasjidMasjid Kecamatan Sukajadi Pekanbaru)”, (Skripsi -- Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim,
Riau, 2011), 76.
14
Mulyani, “Pengelola Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi nahdlatul Ulama’ Surakarta”,
(Skripsi -- Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Salatiga, 2012), 80.
13

12

penelitian ini penulis ingin memfokuskan tentang praktik penyaluran wakaf uang
oleh KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang
Babat selaku nāz̩ir kepada anak yatim piatu.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dalam melakukan penelitian
ini penulis memiliki tujuan:
1. Mengetahui penamaan wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat
2. Mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap wakaf uang di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat

F. Kegunaan dan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara umum, kegunaan penelitian yang dilakukan
penulis ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1. Tinjauan teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas
wawasan ilmu pengetahuan di bidang hukum Islam, terutama pada bidang
wakaf uang dalam praktik penyalurannya di KSPPS BMT Mandiri sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat.

13

2. Dari sisi praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam kegiatan bermuamalah yang sesuai dengan aturan
– aturan hukum Islam bagi objek penelitian, serta dapat dijadikan bahan
untuk memperbaiki penerapan praktik penyaluran wakaf uang di KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur cabang Babat, yang sesuai dengan
hukum Islam.\

G. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami beberapa istilah yang
ada didalam penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan atau definisi
dari wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa
Timur Cabang Babat. Wakaf Uang (Cash Waqf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf
yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam
bentuk uang tunai.15
KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang
Babat merupakan lembaga keuangan non bank yang menyalurkan dan mengelola
wakaf uang dari nasabah untuk orang yang membutuhkan. Di KSPPS BMT

15

Lihat Keputusan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Wakaf Uang yang dikeluarkan
tanggal 11 Mei 2002, ditandatangani K. H. Ma’ruf Amin (sebagai ketua) dan Drs. Hasanuddin, M.
Ag. (sebagai sekretaris).

14

Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat, ada batas
nominal uang yang akan diwakafkan yaitu senilai Rp. 10.000,-.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, yakni tentang tinjauan
hukum Islam terhadap wakaf uang untuk anak yatim piatu (studi kasus di KSPPS
BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat).
1. Data yang dikumpulkan
Adapun data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini diantaranya:
a. Tentang profil KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa
Timur Cabang Babat yang meliputi sejarah pendirian, visi, misi, nilainilai perusahaan, struktur organisasi dan perkembangan KSPPS BMT.
b. Data tentang praktik penyaluran wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat.
2. Sumber data
Data dalam penelitian ini akan didapatkan dari beberapa sumber, antara
lain:
a. Sumber primer
Sumber primer yaitu subjek penelitian yang dijadikan sebagai
sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau

15

pengambilan data secara langsung atau yang dikenal dengan istilah

interview (wawancara).16
Dalam hal ini sumber primer penelitian yang dimaksud adalah pihak
kepala cabang dan pegawai seperti kasir, account officer, admin dan
nasabah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur
Cabang Babat yang secara langsung melakukan kegiatan sehari-hari di
kantor.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada baik
dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu.17 Data
sekunder merupakan data yang memberikan penjelasan terhadap data
primer. Data sebagian besar merupakan literatur yang berkaitan dengan
konsep hukum Islam. Data bersumber dari buku-buku, jurnal atau
dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini,
yaitu:
1) Wahbah Az-Zuhaili, Fikih al-Islam wa Adillatuhu
2) Sayyid Syabiq, Fikih Sunnah
3) Achmad Djunaidi, Menuju Era Wakaf Produktif
4) Abu Azam Al-Hadi, Hukum Perwakafan Islam dan di Indonesia
16
17

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Cetakan VIII (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), 91.
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 93.

16

5) A. Faishal Haq, Hukum Perwakafan di Indonesia
6) Sudirman Hasan, Wakaf Uang
7) Dr. Muhammad Abid Bdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf
8) Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subul As-Salam

Syarah Bulughul Maram
9) Kementrian Agama (Direktorat Pemberdayaan Wakaf), Pedoman

Pengelolaan Wakaf Tunai
10) Muhammad Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mal wat-

Tamwil (BMT)
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala alam dengan pengamatan dan pencatatan.18
Penulis akan mengamati praktik penyaluran wakaf uang di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat yang
dilakukan setiap satu bulan sekali selama dua bulan penelitian.
b. Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara bertanya
secara langsung kepada pihak terkait dengan masalah yang akan dibahas.
Pada penelitian ini, penulis melakukan tanya jawab dengan ketua cabang,

18

Ibid., 212

17

admin, kasir, account officer dan narasumber di KSPPS BMT Mandiri
sejahtera

Karangcangkring

Jawa

Timur

Cabang

Babat

untuk

mendapatkan informasi tentang wakaf uang.
c. Studi Kepustakaan adalah mengumpulkan data dengan cara memperoleh
dari kepustakaan, di mana penulis mendapatkan teori-teori dan pendapat
ahli serta beberapa buku referensi yang ada hubungannya dengan
penelitian ini.19
4. Teknik pengolahan data
Adapun teknik pengolahan data yang digunakan untuk mempermudah
dalam menganilis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Editing, adalah memeriksa kelengkapan data yang telah dikumpulkan
atau memeriksa kembali informasi yang telah diterima oleh peneliti.
b. Organizing, adalah menyusun dan mensistematika data tentang proses
awal sampai akhir wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat.
c. Analizing, adalah tahapan analisis data yang telah diperoleh dari
penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang
ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan
masalah.20

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya:
Airlangga university Press, 2001), 136.
20
Ibid., 246
19

18

5. Teknik analisis data
Analisis data adalah mengorganisasikan data yang terkumpul yang
meliputi catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen
dengan demikian analisis data mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberikan kode dan mengorganisasikan data.21
Data penelitian yang telah berhasil dikumpulkan selanjutnya akan
dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu bertujuan mendeskripsikan
masalah yang ada pada wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera
Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat. Tujuan dari metode ini adalah
membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara
sistematis, faktual dan akurat.
Setelah itu praktik wakaf uang tersebut dianalisis dengan nilai-nilai
yang ada dalam hukum Islam, berupa dalil-dalil dan istinbat hukum tentang
wakaf.

I. Sistematika Pembahasan
Bab pertama berisi pendahuluan yaitu terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, metode penelitian, definisi operasional dan
sistematika pembahasan.

21

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 290.

19

Bab kedua membahas tentang wakaf dalam hukum Islam yang berkaitan
dengan studi ini, yaitu mengenai teori wakaf tunai, pengertian wakaf, dasar
hukum wakaf, macam-macam wakaf, rukun dan syarat wakaf.
Bab ketiga memaparkan mengenai praktik wakaf uang di KSPPS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat, yang
menguraikan:

Gambaran

umum

KSPPS

BMT

Mandiri

Sejahtera

Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat. Selanjutnya dilengkapi dengan
gambaran

praktik

wakaf

uang

di

KSPPS

BMT

Mandiri

Sejahtera

Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat.
Bab keempat berisi tentang analisis wakaf uang di KSPPS BMT Mandiri
Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat.
Bab kelima merupakan bagian akhir dari skripsi ini atau penutup yang berisi
tentang kesimpulan serta saran-saran.

BAB II
WAKAF DALAM HUKUM ISLAM

A. Definisi Wakaf
Secara etimologi, wakaf berarti menahan, mencegah, selama, tetap, paham,
menghubungkan, mencabut, meninggalkan dan lain sebagainya.1 Contoh kata
wakaf yang diartikan dengan menahan dan mencegah adalah:

‫وقْف الدَارأَى حبسها يِ سبيي يل ي‬
‫ال‬
ْ َ ْ َ َ ََ ْ َ َ َ
Ia mewakafkan rumahnya, maksudnya ia menahan rumahnya untuk
(kepentingan) agama Allah.

‫َوقَ َفه َع ين ال َش يئ أَي َمَ َعه َعْه‬
Ia mewakafkannya dari sesuatu, maksudnya ia mencegahnya dari sesuatu.
Para ulama berbeda pendapat tentang arti wakaf secara istilah. Mereka
mendefinisikan wakaf dengan definisi yang beragam sesuai dengan perbedaan
madhab yang mereka anut.2 Arti yang banyak ini mempengaruhi para mujtahid
dalam membuat definisi tentang wakaf, sebagaimana di bawah ini: 3

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2010), 505.
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika dan
IIMaN, 2004), 38.
3
A. Faishal Haq, Hukum Perwakafan di Indonesia (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2014), 2-3.
1

2

20

21

1. Menurut mazhab Hanafi
Menahan benda yang statusnya masih tetap milik wāqif (orang yang
mewakafkan hartanya), sedangkan yang disedekahkan adalah manfaatnya.
2. Menurut mazhab Maliki
Menjadikan manfaat benda yang dimiliki, baik berupa sewa atau
hasilnya untuk diserahkan kepada yang berhak, dengan penyerahan berjangka
waktu sesuai dengan kehendak wāqif.
3. Menurut mazhab Syafi’i
Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya disertai dengan
kekekalan benda, dan harta itu lepas dari penguasaan wāqif, serta
dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama.
4. Menurut mazhab Hambali
Menahan kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya yang
bermanfaat disertai dengan kekekalan benda serta memutus semua hak
wewenang atas benda itu, sedangkan manfaatnya dipergunakan dalam hal
kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

B. Dasar Hukum Wakaf
Dasar hukum wakaf secara khusus tidak ditemukan dalam Alquran dan
hadis, tapi secara umum banyak ditemukan ayat yang menyebutkan agar orangorang beriman bersedia menyisihkan sebagian hartanya untuk digunakan sebagai

22

kepentingan agama dan sosial dengan tujuan sebagai salah satu cara pendekatan
diri kepada Allah.4
1. Dasar hukum Alquran
                
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali
Imran : 92).5
              

              
 
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang burukburuk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Al-Baqarah :
267).6
2. Dasar hukum hadis

‫اَ اَْيْْ َسان‬
َ ‫َع ْن أيَِ َريْ َرَة رضي ال ع ه أَ َن َرس‬
َ َ‫ول اَللَ يه صلى ال عليه وسلم ق‬
َ ‫ال ِي ََا َم‬
‫ي‬
ٍ
ٍ
‫يي‬
‫ي‬
ٍ ٍ
‫ي‬
) ‫صا ٍََ يَ ْدعو لَه‬
َ ‫ أ َْو َولَد‬،‫ أ َْو ع ْل ٍم ي ْتَ َفع ِه‬، ‫ص َدقَة َجا يريَة‬
َ ‫اْ َقطَ َع َعْه َع َمله ِيََ م ْن ثَََث‬
‫َرَوا م ْسليم‬

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 3 (Beirut: Dār Ibnu Kathīr, 2007), 423.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Marwah, Alquran Terjemah dan Tafsir Untuk
Wanita, (Jakarta: Jabal Raudhoh Jannah, 2009), 62.
6
Ibid., 45.
4

5

23

Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Apabila ada
orang meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal, yaitu:
Sedekah jariyah (yang mengalir), atau ilmu yang bermanfaat, atau anak
shaleh yang mendoakan untuknya". (HR. Riwayat Muslim) (Hadith Nomor
951)
Hadis di atas disebutkan Imam Muslim dalam bab wakaf, karena para
ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf. Setiap pahala seseorang
terputus bila dia meninggal dunia, kecuali tiga perkara tersebut yang akan
selalu mengalir pahalanya setelah dia meninggal dunia. Para ulama
mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena amal itu bersumber dari usaha
sendiri. Ilmu yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan
mendatangkan kebahagiaan bagi yang mengamalkannya termasuk dalam
kategori ilmu yang bermanfaat. Doa anak sholeh akan sampai kepada kedua
orang tuanya, demikian juga sedekah jariyah.7

‫ي‬
‫ي‬
‫ي‬
‫صلَى ال َعلَْي يه َو َسلَ َم‬
َ َ‫َو َع ْن اِْ ين ع َمَر ق‬
َ َ‫ال أ‬
َ ‫ب‬
َ ‫ص‬
َ َ‫ فأَتَى ال‬،‫اب ع َمر َرضي ال َعْه أَْرضابَْيبَ َر‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ب َماَ قَط َو أَْ َفس يعْ يد ْي يمْه‬
َ ‫يَ ْستَأْيمر فيْي َها فَ َق‬
َ َ‫ال يَ َارس ْو َل ال ِي ِّ أ‬
ْ ‫صْبت أَْرضا بَْيبَ َر َلْ أص‬
‫ي‬
‫ي‬
ََ‫ َو‬،‫صل َها‬
َ َ‫ق‬
َ َ‫ ق‬،‫ت يبَا‬
ْ َ‫ص َد َق بَا ع َمر اََْه ََي بَاع أ‬
َ ْ‫ص َدق‬
ْ َ‫ت أ‬
َ ‫ت َحبَ ْس‬
َ ‫ال ِي ْن شْئ‬
َ َ‫صلَ َها َو ت‬
َ َ‫ال فَت‬
‫ي‬
‫ ويِ الْقرَب ويِ الِرقَ ي‬,‫اعلَى اْلف َقر ياء‬
‫ َواِْ ين‬،‫ َويِ َسبيْي يل الي‬،‫اب‬
َ َ‫ ق‬.‫ َوََ ي ْوَ ب‬،‫ي ْوَرث‬
َ َ‫ص َد َق ب‬
َ َ‫ال فَت‬
َ ْ َ َ
‫ي ي‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ وال َ ي‬،‫ال َسبيْي يل‬
‫ي ي‬
‫ص يديْقا َغْي َر‬
َ ‫اح َعلَى م ْن َوليَ َها أَ ْن يَأْك َل مْ َها ِالْ َم ْعرْوف أَْو يطْع َم‬
َ َ‫ ََ ج‬،‫ضْيف‬
َ
‫ي‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ي‬
ٍ
‫ي‬
ٍ
‫صل َها َوََ ي ْوَ ب َولَك ْن‬
ْ َ‫ص َد ْق ِيأ‬
َ َ‫ َويِ يرَوايَة ل ْلب َخا يري ت‬.‫ متَ َفق َعلَْيه َوالَل ْفظ لم ْسل ٍم‬.َ‫متَ َم َول َما‬
8.‫ت فق الثمرة‬
َََ َ ْ
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subul As-Salam Syarah Bulughul Maram, Cetakan
kesebelas (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2015), 541.
8
Jami’u H{uququ T{obi’i, Da>rus Sala>mi Linnashri wa-Attauzi>’i, Cetakan keempat (Riyadh: Darus
Salam, 1429), 2620.
7

24

Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Umar ra memperoleh bagian tanah di
Khaibar, lalu menghadap Nabi Saw untuk meminta petunjuk dalam
mengurusnya. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku memperoleh sebidang
tanah di Khaibar, yang menurutku, aku belum pernah memperoleh tanah
yang lebih baik dari padanya. Beliau bersabda, “Jika engkau mau,
wakafkanlah pohonnya dan sedekahkanlah hasilnya (buahnya)”. Ibnu Umar
berkata, “Lalu Umar berkata, mewakafkannya dengan syarat pohonnya tidak
boleh dijual, diwariskan dan diberikan. Hasilnya disedekahkan kepada kaum
fakir, kerabat, hamba sahaya, orang yang berada di jalan Allah, musafir yang
kehabisan bekal dan tamu. Pengelolaannya boleh memakannya dengan
sepantasnya dan memberikan makan sahabat yang tidak berharta.” (HR.
Muttafaq ‘Alaihi dan lafazhnya dari riwayat Muslim. Menurut riwayat AlBukhori, “Wakafkanlah pohonnya dengan syarat tidak boleh dijual dan
dihibahkan namun disedekahkan buahnya”). (hadith nomor 2396).

C. Macam-macam Wakaf
Wakaf itu terkadang untuk anak cucu atau karib kerabat dan selanjutnya
setelah mereka itu, yaitu untuk orang-orang fakir.9 Secara umum pembagian
wakaf jika dikaitkan dengan pihak yang menerima dan memanfaatkan wakaf,
maka wakaf dibagi menjadi dua macam yaitu wakaf al-Dhurrī (wakaf keluarga)
dan wakaf al-Khayrī (wakaf umum).
1. Wakaf al-Dhurrī
Wakaf al-Dhurrī adalah wakaf yang diperuntukkan bagi orang-orang
yang tertentu yang umumnya terdiri atas keluarga atau anggota keluarga dan
keturunan orang yang mewakafkan. Oleh karena itu, wakaf jenis ini seringkali
disebut wakaf Ahl̄ yang secara bahasa berarti wakaf untuk keluarga.10

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah..., 423.
Abu Azam Al Hadi, Hukum Perwakafan Islam dan di Indonesia (Surabaya: Pena Salsabila, Cetakan
Kedua , 2015), 40.
9

10

25

2. Wakaf al-Khayrī
Wakaf al-Khayrī adalah suatu bentuk wakaf yang diikrarkan oleh orang
yang mewakafkan untuk kepentingan umum. Wakaf inilah yang sejalan
dengan jiwa amalan wakaf yang amat digembirakan dalam ajaran Islam, yang
pahalanya akan terus mengalir, meskipun orang yang mewakafkan telah
meninggal dunia. Selama harta wakaf masih tetap dapat dimanfaatkan. Wakaf

al-Khayrī adalah benar-benar dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat secara
luas dan merupakan salah satu sarana untuk menyelenggarakan kesejahteraan
masyarakat, baik dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan
kepentingan umat Islam.

D. Rukun dan Syarat Wakaf
Wakaf

adalah

suatu

perbuatan

hukum,

oleh

karena

itu

dalam

pelaksanaannya harus diperhatikan tentang syarat dan rukunnya. Jumhur ulama
menyatakan bahwa rukun wakaf ada 4 (empat):11
1. Wa>qif (Orang yang mewakafkan hartanya)
Orang yang mau memberikan wakaf haruslah memiliki kecakapan
hukum dan memenuhi 4 kriteria:

11

Wahbah Zuhayli, Fiqih Al-Islami wal Qad̩aya al-Mu’ās̩irah (Damaskus: Dār al-Fikr, 2010), 157.

26

a. Berakal, bahwa wāqif haruslah berakal dalam pelaksanaan akad wakaf
agar wakafnya dianggap sah. Begitu pula dalam hal pengelolaannya,
untuk itu tidak sah jika wakaf diberikan oleh orang gila.
b. Dewasa (balig), tidak sah hukumnya wakaf berasal dari anak-anak yang
belum baligh. Sebab, jika dia belum dapat membedakan sesuatu. Tidak
ada pengecualian, baik itu anak kecil yang telah diberi izin dalam
perniagaan ataupun tidak.
c. Tidak dalam tanggungan karena boros dan bodoh. Bahwasannya wakaf
dari orang yang boros dan bodoh yang masih dalam tanggungan
(perwalian) adalah tidak sah. Sebab hal itu ditakutkan akan
mendatangkan bahaya pada diri wāqif.
d. Kemauan sendiri, bukan atas tertekan atau paksaan dari pihak manapun.
Ulama telah sepakat bahwa wakaf dari orang yang dipaksa tidak sah
hukumnya.
e. Merdeka, tidak ada satu madhab pun yang menentangnya kecuali
sebagian pengikut mazhab Zahiri. Syarat ini ditetapkan dengan
pertimbangan bahwa budak atau hamba sahaya tidak memiliki apapun.12
Para fukaha berbeda pendapat dalam memberikan syarat wāqif sebagai
berikut:
a. Menurut mazhab Hanafi

12

Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf..., 219-230.

27

“Wāqif hendaknya orang yang cakap bertabarru‘, yaitu orang yang
merdeka, dewasa dan berakal. Oleh karena itu, wakaf anak kecil baik
mumayiz atau tidak, orang gila dan orang yang idiot, batal (tidak sah)
wakafnya, karena tidak cakap bertabarru‘”.
b. Menurut mazhab Maliki
“Wāqif disyaratkan: orang dewasa, berakal, rela, sehat, tidak berada di
bawah pengampuan dan sebagai pemilik harta yang diwakafkannya”.
c. Menurut mazhab Syafi‘i
“Wāqif hendaknya orang yang cakap bertabarru‘, maka dari itu tidak sah
wakaf anak kecil, orang gila, orang bodoh/boros dan budak mukatab”.
d. Menurut mazhab Hambali
“Pertama: Pemilik harta, maka dari itu tidak sah wakaf orang yang
mewakafkan hak milik orang lain, tanpa seizin pemiliknya. Kedua: Orang
yang diperbolehkan membelanjakan hartanya, oleh karena itu tidak sah
wakaf orang yang berada di bawah pengampuan dan orang gila. Ketiga:
Orang yang mengatasnamakan orang lain, seperti orang yang menjadi
wakil orang lain”.13

13

A. Faishal Haq, Hukum Perwakafan..., 9.

28

2. Mauquf (Harta yang diwakafkan)
Harta yang diwakafkan dipandang sah, bila harta tersebut memenuhi
lima syarat14, yaitu:
a. Harta wakaf memiliki nilai (harga)
b. Harta wakaf berupa benda tidak bergerak (Uqar) atau benda bergerak
(Manqul)
c. Harta wakaf diketahui kadar dan batasannya
d. Harta wakaf milik wāqif
e. Harta wakaf harus terpisah dari harta perkongsian atau milik bersama
3. Mauquf ‘alaih (Tujuan wakaf atau orang yang diserahi untuk mengelola harta
wakaf)
Bila yang dimaksud dengan mauquf ‘alaih adalah tujuan wakaf, maka
tujuan wakaf itu harus mengarah pada pendekatan diri kepada Allah, yaitu
untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan
ajaran agama Islam. Sedangkan bila yang dimaksud dengan mauquf ‘alaih
adalah Nadzir (pengelola harta wakaf), maka menurut UU Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa: Nadzir adalah pihak
yang menerima harta benda wakaf dari wāqif

untuk dikelola dan

dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.15

Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum Positif, dan Manajemen (Malang: UINMALIKI PRESS, 2011), 4.
15
A. Faishal Haq, Hukum Perwakafan..., 18.
14

29

4. Sighat (Pernyataan wāqif untuk mewakafkan hartanya)
Pernyataan wakaf (sighat) sangat menentukan sah atau batalnya suatu
pewakafan. Oleh karena itu, pernyataan wakaf harus tegas,16 jelas kepada
siapa ditujukan dan untuk keperluan apa.
Dari definisi-definisi wakaf sebagaimana tersebut di atas, dapat diambil
pengertian bahwa sighat harus:
a. Jelas tujuannya
b. Tidak dibatasi dengan waktu tertentu
c. Tidak tergantung pada suatu syarat, kecuali syarat mati
d. Tidak mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali wakaf yang
sudah dilakukan.

E. Wakaf Tunai
1. Pengertian wakaf tunai
Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang,
dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.17 Wakaf tunai juga
disebut dengan istilah wakaf uang, wakaf uang hanya boleh disalurkan dan
digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syariat dan nilai pokok

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah..., 427.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Cetakan Keempat (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2007), 3.
16
17

30

wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan,
dan/atau diwariskan.18
Dalam pengertian lain wakaf tunai dapat juga diartikan mewakafkan
harta berupa uang atau surat berharga yang dikelola oleh institusi perbankan
atau lembaga keuangan syari’ah yang keuntungannya akan disedekahkan
tetapi modalnya tidak bisa dikurangi untuk sedekahnya. Sedangkan dana
wakaf yang terkumpul selanjutnya dapat digulirkan dan diinvestasikan oleh
Nadzir ke dalam berbagai sektor usaha yang halal dan produktif, sehingga
keuntungannya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan umat dan bangsa
secara keseluruhan.19 Wakaf dengan sitem tunai membuka peluang untuk
melakukan investasi baik dibidang keagamaan, pendidikan maupun sosial.

2. Sejarah wakaf tunai
Dalam sejarah peradaban Islam dapat diketahui bahwa wakaf pertama
kali dilakukan oleh Rasulullah ketika membangun masjid Quba>’ di Madinah.
Menurut versi yang berbeda wakaf pertama adalah wakaf yang dilakukan
Rasulullah ketika setelah mengambil alih kepemilikan tujuh buah kebun
milik seorang Mukhairiq (orang Yahudi yang terbunuh ketika perang Uhud
dan berpihak kepada Muslim). Peristiwa wakaf ini kemudian diikuti oleh
Umar bin Khatab serta sahabat-sahabat lain. pada periode Abbasiyah, harta
18
19

Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Wakaf Uang, 11 Mei 2002.
A. Faishal Haq, Hukum Perwakafan..., 86.

31

wakaf dan hasil-hasilnya tidak ditampung di Baitul Ma>l khusus untuk
pengelolaan wakaf.20
Selain memanfaatkan wakaf untuk kesejahteraan masyarakat seperti
para ulama, dinasti Ayyubiyah juga memanfaatkan wakaf untuk kepentingan
politiknya dan misi alirannya. Dinasti Ayyubiyah juga menjadikan harta
milik negara yang berada di baitul māl sebagai modal untuk diwakafkan
demi pengembangan mazhab Sunni untuk menggantikan mazhab Syi’ah yang
dibawa dinasti sebelumnya, dinasti Fatimiyah.21
Pada mas

Dokumen yang terkait

Tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad ijarah pada pembiayaan pendidikan di KSPPS muamalah Berkah Sejahtera.

0 0 89

Pengaruh promotion mix dan product knowledge terhadap intensi nasabah untuk mengajukan pembiayaan murabahah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Shariah (KSPPS) BMT Mandiri Sejahtera Cabang Sekapuk Gresik.

1 1 131

Pengaruh kelompok referensi, pengetahuan produk, dan kepercayaan terhadap preferensi produk simpanan nasabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Gresik.

0 1 133

ANALISIS PEMBERDAYAAN UMKM MELALUI AKAD QARD AL HASAN DI BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING DUKUN GRESIK.

0 0 106

Pengaruh syariah marketing melalui kepuasan nasabah terhadap kecenderungan pembiayaan ulang pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Dukun Gresik.

2 13 128

Analisis hukum Islam terhadap penerapan kebijakan wakaf Uang dalam pembiayaan murabahah di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera cabang Kranji Paciran.

0 0 90

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM PEMBIAYAAN MULTIJASA AKAD IJĀRAH DI KOPERASI BMT MUDA JAWA TIMUR KANTOR CABANG BUNGAH GRESIK.

0 0 89

TINJAUAN FATWA DSN TERHADAP UJRAH TALANGAN HAJI YANG MELEBIHI TEMPO DI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA CABANG DUKUN GRESIK JAWA TIMUR.

0 0 107

BAB V PEMBAHASAN A. Manajemen Fundraising Wakaf Uang pada Yatim Mandiri - MANAJEMEN FUNDRAISING WAKAF UANG PADA YATIM MANDIRI TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 16

2. Sejarah Berdirinya KSPPS BMT Bina Ummat Sejahtera - IMPLEMENTASI PENANGANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DI KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG MIJEN KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 1 39