MAKNA BAHASA SLOGAN PADA BAK TRUK : ANALISIS SEMIOTIKA MODEL ROLAND BARTHES.

(1)

MAKNA BAHASA SLOGAN PADA BAK TRUK

(Analisis Semiotika Model Rolan Barthes)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh: ABDUR ROHIM

NIM. B06212039

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Abdur Rohim, NIM: B06212039 Tahun 2017. “Makna Bahasa Slogan Pada

Bak Truk (Analisis Semiotika Model Roland Barthes).”

Kata Kunci : Makna Bahasa Slogan, Bak Truk, Analisis Semiotika Model Roland Barthes

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa kita dapat mengetahui apa yang sedang dialami oleh penutur bahasa itu sendiri.

Adapun penelitian ini mengangkat bahasa slogan pada bak truk sebagai objek penelitian, menjadi hal yang menarik bagi peneliti. Karena pada truk ini merupakan media yang memiliki tanda visual yang berhubungan dengan tanda yang ada di kehidupan masyarakat. Tiap tanda memiliki relasi, sehingga menghasilkan makna yang tergantung dari sudut pandang pembaca teks. Bahasa slogan tersebut menurut peneliti memiliki nilai yang terdapat dalam tanda-tanda seperti makna bahasa slogan yang berkaitan dengan kehidupan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik dan simbolik dengan menggunakan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari makna terhadap bahasa slogan pada bak truk. Studi mengenai tanda atau semiotika ini, peneliti menggunakan analisis Roland Barthes tentang Signified, Signifier, denotatif dan konotatif. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari makna bahasa slogan pada bak truk.Penelitian ini menemukan temuan-temuan sebagai berikut: bahasa slogan sebagai pesan suatu harapan, bahasa slogan adalah bentuk penolakan, bahasa slogan sebagai pesan moral, bahasa slogan sebagai representasi tentang kehidupan, dan bahasa slogan sebagai ekspresi diri.. Makna makna ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang bisa mengambil sudut positif dari makna itu sendiri. Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dari peneliti yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian semiotika selanjutnya adalah tentang mengkaji makna yang terdapat pada bahasa slogan truk dan mencari motif apa yang membuat bahasa itu ada pada bak truk.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN HALAMAN JUDUL ...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PEBGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO & PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Penelitian Terdahulu ... 5

F. Definisi Konsep Penelitian ... 7

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 11

H. Metode Penelitian ... 13

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 13

2. Unit Analisis ... 14

3. Jenis dan Sumber Data ... 14

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 14

5. Tahapan Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Teknik Analisis Data ... 17

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 20


(8)

1. Bahasa ... 20

a. ... A sal Usul Bahasa ... 20

b... H akikat Bahasa ... 20

c. ... F ungsi Bahasa ... 23

d... K arakteristik Bahasa ... 25

e. ... R agam Bahasa ... 27

f. ... T indak Tutur ... 29

2. Slogan ... 32

B. Kajian Teori ... 34

1. Analisis Semiotik ... 34

2. Analisis Semiotik Roland Barthes ... 37

3. Teori Makna ... 48

BAB III PENYAJIAN DATA ... 49

A. Deskripsi Subyek, Obyek, dan Wilayah Penelitian ... 49

1. Deskripsi Subyek, Obyek ... 49

a. ... S ejarah Truk ... 49

b.... J enis dan Ukuran Bak Truk ... 51

c. ... M akna Bahasa Slogan Menurut Salah Satu Sopir ... 53

2. Wilayah Penelitian ... 57

B. Deskripsi Data Penelitian ... 60

BAB IV ANALISIS DATA ... 71

A. Temuan Penelitian ... 71

1. Bahasa Slogan Sebagai Pesan Suatu Harapan ... 76

2. Bahasa Slogan Sebagai Bentuk Penolakan ... 78

3. Bahasa Slogan Sebagai Pesan Moral ... 80

4. Bahasa Slogan Sebagai Representasi Kehidupan ... 82

5. Bahasa Slogan Sebagai Ekspresi Diri ... 84

B. ... K onfirmasi Temuan dengan Teori ... 86

BAB V PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92


(9)

DAFTAR PUSTAKA ... BIODATA PENULIS ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(10)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN Gambar 3.1 ... 56


(11)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1.1 ... 5

Tabel 1.2 ... 5

Tabel 1.3 ... 6

Tabel 1.4 ... 6

Tabel 3.1 ... 62

Tabel 3.2 ... 62

Tabel 3.3 ... 65

Tabel 3.4 ... 66

Tabel 3.5 ... 68

Tabel 3.6 ... 69

Tabel 4.1 ... 76

Tabel 4.2 ... 78

Tabel 4.3 ... 80

Tabel 4.4 ... 82

Tabel 4.5 ... 83


(12)

DAFTAR BAGAN

HALAMAN Bagan 1.1 ... 11 Bagan 2.1 ... 41 Bagan 4.1 ... 74


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap waktu, manusia tak pernah luput dari berkomunikasi. Dari unit terkecil, kelompok orang-orang yang hidup berdekatan seperti keluarga, kemudian keluar berhubungan dan interaksi dengan lingkungannya. Shannon dan Weaver mengungkapkan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.1

Pada komunikasi terdapat pesan yang akan ditujukan kepada komunikannya. Pesan dapat berupa bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dan berbicara mengenai apa saja. Bahasa sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan. Dalam ilmu dan teknologi bahasa berfungsi sebagai sasaran untuk berkomunikasi.

Dari rentetan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi dapat juga digunakan cara lain misalnya isyarat, lambang-lambang gambar, atau kode-kode tertentu lainya serta komunikasi juga

1 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,


(14)

2

memerlukan alat sebagai penyalur pesan. Bak truk merupakan bak besar yang berada di belakang yang digunakan untuk mengangkut barang. Bak truk berupa kotak tertutup dan berpintu. Bak truk telah menjelma tidak saja menjadi alat transportasi namun juga media komunikasi visual seiring dengan semakin banyaknya iklan yang memanfaatkan media ini dalam mempromosikan suatu produk. Namun perjalanan bak truk menjadi media promosi diawali oleh tulisan ungkapan slogan yang memanfaatkan bak truk yang semula kosong di sisi kanan, kiri maupun belakang truk. Ungkapan slogan banyak dipakai sebagai objek untuk menghias bak truknya. Tulisan yang terdapat pada truk memiliki keunikan dan kekhasan dalam menampakkan bahasanya, yaitu bentuk yang singkat tapi mengena ketujuan yang ingin dicapai. Setiap hari apabila kita berada di jalan saat kita menghindari sepeda motor atau mobil, setiap kali pula di temui bermacam tulisan yang berada di bak truk. Biasanya tulisan itu terdapat pada bak truk. Tulisannya beragam, umumnya berisi tentang peringatan kepada pengendara di belakangnya untuk berhati-hati, selain ungkapan-ungkapan lucu, ungkapan-ungkapan-ungkapan-ungkapan kasar, terdapat juga gambar-gambar yang aneh, sampai kalimat-kalimat nasihat. Tulisan yang berada pada bak truk tersebut bisa membuat orang yang membacanya tersenyum. Karena lucu dan menimbulkan inspirasi serasa memunculkan ide, tetapi tidak jarang juga tulisan tersebut membuat orang yang membacanya jengkel karena tulisan tersebut norak.

Kemenarikan slogan yang digunakan dalam ungkapan yang terdapat pada bak truk tersebut bebas dan beragam. Dimana seseorang yang


(15)

3

menulis ungkapannya tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan masing-masing sesuai imajinasinya. Berdasarkan fakta yang ada di sekitar kita, maka ungkapan yang terdapat pada bak truk ini memiliki banyak pesan, bahasa, dan makna. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk menganalisis makna bahasa slogan yang terdapat pada bak truk. Peneliti meneliti ungkapan bahasa pada bak truk di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dengan analisis semiotika ini digunakan untuk mengetahui bagaimanakah makna yang terkandung dalam slogan di bak truk, serta mengetahui bagaimanakah tujuan yang terkandung dibalik slogan yang ada pada bak truk di kawasan Tanjung Perak Surabaya. Peneliti tertarik meneliti penelitian ini karena slogan tersebut menarik untuk dikaji. Kemenarikan itu terdapat pada macam-macam slogan yang berbeda-beda atas dasar itulah penulis melakukan penelitian yang berjudul “Makna Bahasa Slogan pada Bak Truk (Analisis Semiotika Model Roland Barthes)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka peneliti akan menjabarkan pokok permasalahan yang akan dijabarkan dalam fokus penelitian adalah bagaimana makna bahasa slogan pada bak truk di Kawasan Tanjung Perak Surabaya ?


(16)

4

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian atau dalam rumusan masalah selalu memiliki tujuan. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai yaitu Mengupas dan mendeskrpisikan makna bahasa slogan pada bak truk di Kawasan Tanjung Perak Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis dan praktis, yaitu :

1. Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti untuk mengetahui makna bahasa slogan pada bak truk, yang ingin menganalisa bahasa slogan dengan menggunakan metode semiotik dan kualitatif dalam mengupas kandungan bahasa slogan serta mengetahui keterkaitan dengan kehidupan supir.

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai kebahasaan yang digunakan dalam berkomunikasi dalam Prodi Komunikasi. Penelitian ini juga dapat diharapkan menjadi sumber informasi tentang makna bahasa slogan yang terkandung pada bak truk yang masih belum diketahui sebelumnya oleh masyarakat umum.


(17)

5

E. Penelitian Terdahulu

Dalam penyusunan suatu penelitian tidak lepas dengan adanya suatu hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian yang disusun oleh peneliti. Adapun kajian terdahulu yang dipilih oleh peneliti yaitu :

Tabel 1.1

Nama Peneliti Muhammad Thoyib Anshori Jenis Karya Skripsi

Tahun 2014

Judul

Representasi Pria Dalam Iklan Vaseline For Men Versi Ariel Noah (Analisis Semiotika Roland Barthez)

Perbedaan

Penelitian ini berfokus pada kehidupan pria masa kini pada umumnya dan media yang diambil adalah iklan.

persamaan

Sama-sama menggunakan analisi semiotika Roland Barthes.

Tabel 1.2 Nama Peneliti Anifah

Jenis Karya Skripsi


(18)

6

Judul

Makna Hijab Dalam Program Miss Muslimah 2013 di ANTV

Perbedaan

Objek yang diambil adalah tentang sifat yang melekat pada wanita muslimah. Penelitian ini lebih kearah religius.

persamaan

Sama-sama menggunakan unsur gambar dalam menganalisis semiotika dengan model Roland Barthes.

Tabel 1.3 Nama Peneliti Yudi Alfan

Jenis Karya Skripsi

Tahun 2015

Judul

Makna Perlawanan Dalam film Dokumenter Setitik Asa Dalam Lumpur (Analisis Semiotik Model Roland Barthes)

Perbedaan

Media yang diambil pada penelitian ini terdapan unsur audio dan gerak.

persamaan

Sama-sama menggunakan analisis semiotika Model Roland Barthes.

Tabel 1.4 Nama Peneliti Maylani Nursita Dewi


(19)

7

Tahun 2014

Judul

Tindak Tutur Pada Ungkapan Bak Truk Di Sepanjang Ringroad Solo-Sragen (Tinjauan Pragmatik)

Perbedaan

Teori yang digunakan adalah teori tindak tutur dan berfokus pada keguruan dan pendidikan. Pemilihan gambar-gambar yang dituju.

persamaan

Objek yang dituju yaitu gambar yang ada pada bak truk.

F. Definisi Konsep Penelitian

Untuk memperoleh pemahaman tentang penelitian yang dilakukan ini, maka peneliti perlu menjelaskan definisi konsep sesuai judul. Definisi konsep dalam penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari judul yang diteliti dan untuk menghindari salah penafsiran ttentang inti persoalan yang diteliti. Definisi konsep dari penelitian ini yaitu tentang makna bahasa slogan, kehidupan supir, bak truk, kawasan Tanjung Perak. 1. Makna Bahasa Slogan

Makna ada dalam diri manusia, kata DeVito. Menurutnya makna tidak terletak pada kata-kata melainkan manusia. Tetapi, kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang dimaksudkan.2 Makna, sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar,


(20)

8

sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti, dalam keseluruhannya memiliki tiga tingkat keberadaannya. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi abstraksi dalam kegiatan bernalar secara logis sehingga membuahkan proposisi yang benar. Tingkat kedua makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan. Tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu. Ada tiga hal yang dicoba jelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna, yaitu : menjelaskan makna kata secara alamiah, mendeskripsikan kalimat dengan alamiah, menjelaskan makna dalam proses komunikasi.dalam kaitan ini Kempson berpendapat untuk menjelaskan istilah makna makna harus dilihat dari segi kata, kalimat, dan apa yang pembicara untuk berkomunikasi.3

Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Batasan pengertian bahasa yang lazim diberikan, yaitu bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakansuatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengintenfikasi diri.beberapa hal menarik yang dari batasan pengertian itu adalah (a) bahasa merupakan suatu sistem, (b) sebagai sistem, bahasa bersifat arbitrer, dan (c) sebagai sistem arbitrer bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri.4

3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.

256.

4 Aminuddin, Semantik pengantar studi tentang makna (Bandung: Sinar Baru


(21)

9

Pengertian slogan menurut situs ensiklopedia online terbesar Wikipedia adalah sebuah frase, kata-kata, kalimat atau motto yang digunakan individu maupun kelompok dalam berbagai macam konteks seperti politik, komersial, agama, pendidikan, lingkungan dan lain sebagainya sebagai ekspresi sebuah ide dan tujuan yang mudah diingat. Perlu diketahui bersama bahwa kata "slogan" berasal dari kata "sluagh-ghairm" (bahasa Gaelik) yang artinya teriakan bertempur.

Dari rentetan istilah diatas dapat diketahui makna bahasa slogan adalah suatu istilah yang terkandung dalam ucapan pikiran atau perasaan manusia yang berbentuk kalimat atau kata-kata sebagai ekspresi sebuah ide dan tujuan yang mudah diingat. Umumnya kita melihat sebuah bahasa slogan dalam bentuk iklan, dimana penjual atau produsen membuat slogan untuk menjelaskan dan mempromosikan produk dan jasanya kepada masyarakat luas. Saat ini penggunaan slogan sudah meluas kepada hal-hal lain seperti kampanye anti korupsi, kampanye anti narkoba, dan salah satunya pada penelitian ini yaitu bak truk.

2. Bak Truk

Bak adalah kotak besar.5 Sedangkan truk adalah alat transportasi

pengangkutan barang.6 Jadi bak truk adalah alat transportasi

pengangkut barang dengat kotak besar dibelakangnya. Truk yamg besar pada umumnya mengangkut barang dari kota ke kota, bahkan ada yang sampai luar pulau.

5 http://kamusbahasaindonesia.org/bak/mirip 6 http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-truk/


(22)

10

Bak truk berupa kotak tertutup dan berpintu. Bak truk telah menjelma tidak saja menjadi alat transportasi namun juga media komunikasi visual seiring dengan semakin banyaknya iklan yang memanfaatkan media ini dalam mempromosikan suatu produk. Namun perjalanan bak truk menjadi media promosi diawali oleh tulisan ungkapan bahasa yang memanfaatkan bak truk yang semula kosong di sisi kanan, kiri maupun belakang truk. Ungkapan bahasa banyak dipakai sebagai objek untuk menghias bak truknya.

3. Kawasan Tanjung Perak

Tanjung Perak merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia, yang berfungsi sebagai kolektor dan distributor barang dari dan ke Kawasan Timur Indonesia, termasuk Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh dataran gigir atau hinterland yang potensial maka Tanjung Perak juga merupakan Pusat Pelayaran Interinsulair Kawasan Timur Indonesia.

Tanjung Perak merupakan pelabuhan tersibuk kedua di Indonesia setelah Tanjung Priok di Jakarta. Pelabuhan ini juga menjadi pelabuhan utama di wilayah Indonesia Timur.Pada awal mulanya, untuk meningkatkan arus lalu lintas perdagangan, kargo dan transportasi, fasilitas yang tersedia di Pelabuhan waktu itu tidak memadai. Oleh karena itu pada tahun 1875 Ir. W. de Jonght merencanakan untuk membangun Tanjung Perak untuk kegiatan bongkar muat tanpa menggunakan tongkang dan perahu. Sayangnya, rencana ini ditolak karena membutuhkan banyak dana. Selama


(23)

11

dilaksanakan pembangunan, ternyata banyak sekali permintaan untuk menggunakan kade yang belum seluruhnya selesai itu, dengan demikian maka dilaksanakanlah perluasannya. Sejak saat itulah, Pelabuhan Tanjung Perak telah memberikan suatu kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi dan memiliki peranan yang penting tidak hanya bagi peningkatan lalu lintas perdagangan di Jawa Timur tetapi juga di seluruh Kawasan Timur Indonesia.Setelah tahun 1910, pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak pun dimulai.7

G. Kerangka Pikir Penelitian

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan dua Teori, antara lain Teori Analisis Semiotika dan Teori Makna.

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

7 http://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/tanjung-perak.html

Slogan Pada Truk

ANALISIS ROLAND BARTHES (Sign, Signifier, Signified)

Kandungan Makna Bahasa Slogan

Teori Makna


(24)

12

Kerangka diatas menggambarkan proses penelitian pada teori pertama yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Proses pertama pada kerangka ini ialah observasi dan meneliti truk-truk berslogan yang ada dikawasan Tanjung Perak Surabaya yang merupakan objek kajian dalam penelitian ini. Kemudian beranjak ke proses kedua yaitu teori Roland Barthes yang memuat aspek sign (tanda), signifier (penanda), dan signified (pertanda). Di proses kedua ini, peneliti mulai mengaitkan sign

(tanda) yang ada pada truk-truk berslogan dengan signifier (penanda) dan signified (pertanda) yang ada di masyarakat. Sign (tanda) yang diamati

pada truk-truk berslogan ini ialah kaitan dengan nilai kehidupan yang ada. Maka diproses terakhir, akan ditemukan kaitan nilai kehidupan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif semiotika. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena semiotika berfokus pada studi mengenai tanda, atau cara-cara tanda digunakan dalam menafsirkan peristiwa-peristiwa. Semiotika melihat pada cara pesan disusun, jenis-jenis, tanda yang digunakan, dan makna dari tanda-tanda yang dimaksudkan dan dipahami oleh produsen dan konsumen. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yang berfokus pada pengungkapan bahasa slogan pada truk. Sedangkan teori yang digunakan dalama penelitian ini adalah teori makna. Pengujian teori tidak dimaksudkan untuk mengujinya, melainkan sebagai dasar pijakan atau kerangka dalam mengkaji makna pesan yang terkandung dalam bahasa slogan pada bak truk.


(25)

13

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Deskiptif artinya melukiskan variabel demi variabel satu demi satu. Metode ini mengumpulkan data secara univerian yang dititik beratkan pada observasi dan suasana ilmiah.8 Data yang diperoleh

bersumber dari deskripsi yang luas serta mengandung penjelasan tentang proses yang terjadi dilingkungan setempat.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Roland Barthes. Dalam penelitian ini untuk jenisnya, penulis akan menggunakan penelitian analisis isi dengan model analisis semiotik Ronald Barthes. Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang dan bahasa atau teks. Penelitian yang menggunakan analisis isi umumnya melalui tahap-tahap : (1) perumusan masalah, (2) perumusan hipotesis, (3) penarikan sampel, (4) pembuatan alat ukur atau koding, (5) pengumpulan data, (6) analisis data.9 Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna

yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan. Roland Barthes

8 Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi (Surabaya: Jaudar Press, 2012), hlm. 31.

9 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja


(26)

14

berpendapat bahasa adalah sebuah system tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.10

2. Unit Analisis

Subyek dari penelitian ini adalah bak truk yang terdapat bahasa slogan. Obyek penelitian ini adalah kajian semiotik bahasa slogan yang terdapat pada bak truk. Untuk wilayah penelitian, peneliti akan meneliti di kawasan Tanjung Perak, dimana disana adalah tempat pemberhentian truk-truk, jalan tol dan banyak tempat-tempat ekspedisi.

3. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

Adalah data pokok atau utama. Dalam penelitian ini yang termasuk data utama adalah hasil dari observasi dan dokumentasi dilapangan.

b. Data Sekunder

Adalah data tambahan. Dalam penelitian ini data tambahan yang digunakan yaitu literatur buku, jurnal, internet, dan lain-lain yang bersangkutan dengan tema penelitian.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian analisis semiotik ini, antara lain :

10 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.


(27)

15

a. Mencari Topik Yang Menarik

Mencari topik yang menarik merupakan langkah awal yang dilakukan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk mengeksplorasi topik yang dianggap menarik sehingga peneliti memutuskan untuk mengungkap makna bahasa slogan pada bak truk.

b. Membangun Kerangka Konseptual.

Salah satu komponen penting dalam penelitian adalah adanya kerangka teoritik. Kerangka teoritis adalah kumpulan teori dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. c. Merumuskan Masalah.

Masalah dirumuskan berdasarkan sisi menarik topik yang akan dikaji oleh peneliti beserta dengan kehendak yang akan dicapai.

d. Merumuskan manfaat .

Manfaat dirumuskan berdasarkan dua pandangan, yakni pandangan teoritis dan praktis. Manfaat teoritis pada penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan studi media khususnya mengenai makna bahasa slogan. Sedangkan, manfaat praktis penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai makna bahasa slogan pada bak truk dengan menggunakan analisis semiotik.


(28)

16

Pada tahap ini penulis memutuskan metode yang sesuai dengan fenomena yang akan dikaji. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian analisis semiotik. Dikarenakan tujuan dari penulis adalah untuk mengetahui makna bahasa slogan pada bak truk.

f. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini pengumpulan data melalui buku, artikel, dokumentasi, jurnal, dan lain-lain.

g. Menganalisis data

Analisis data dilakukan dengan cara peneliti sebagai instrumen riset memberi makna kepada data berdasarkan tingkat rehabilitas dan validitas data menggunakan cara berpikir induktif yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal khusus (empiris) menuju hal-hal umum (tataran konsep).

h. Menarik kesimpulan.

Menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian yang sudah di analisis dan disusun sistematis.

5. Tahapan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi literatur, dengan meneliti sejumlah literatur yang relevan berkaitan dengan makna bahasa slogan pada bak truk.


(29)

17

b. Observasi lapangan, melakukan pengamatan, dokumentasi dan pencatatan secara langsung untuk mencari gejala atau fenomena yang diselidiki dan untuk memperoleh data yang valid.

c. Penelusuran data online, menelusuri data dari media online seperti internet, sehingga peneliti dapat memanfaatkan data informasi online secepat dan semudah mungkin.

6. Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan untuk menarik kesimpulan data. Untuk menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneneliti menggunakan teknis analisa data deskriptif kualitatif, yang digunakan untuk menganalisa data, baik data dari hasil observasi, interview, maupun dokumentasi, dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul.

Analisis data pada penelitian ini lebih menggunakan analisis semiotik. Analisis semiotik merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam tentang sistem tanda atau isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.

Analisis semiotik dapat digunakan untuk menganalisis segala bentuk komunikasi Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain.

Pada penelitian ini analisa data pada obyek yaitu tentang makna bahasa slogan peneleliti mengunakan analisis semiotik Roland Barthes. Analisis yang dikemukanan oleh Roland Barthes berfokus pada signifikasi dua tahap. Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan


(30)

18

antara signifier dan signified didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda.11 Sedangkan tahap kedua Signifikasi disebut dengan

konotasi, bagaimana menggambarkan tanda tersebut.


(31)

19

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan penelitian, untuk mudah memahami penulisan penelitian ini, maka disusun sistematika pembahasan :

BAB I : Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi konsep penelitian, kerangka pikir penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II : Kajian teoritis, berisikan kajian pustaka, kajian teori. BAB III : paparan data penelitian, berisikan profil data dan deskripsi

hasil.

BAB IV : Interpretasi hasil penelitian, berisikan analisis data dan konfirmasi dengan teori.


(32)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Bahasa

a. Asal Usul Bahasa

Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal. Teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial. Bahasa ucap bergantung pada perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara tepat diberbagai lokasi dalam sistem milik manusia yang memungkinkannya membuat berbagai suara kontras yang

diperlukan untuk menghasilkan ucapan.12 Sekitar 5000 tahun yang

lalu manusia melakukan transisi komunikasi dengan memasuki era tulisan, sementara bahasa lisan pun terus berkembang. Transisi paling dini dilakukan oleh bangsa Sumeria dan bangsa Mesir Kuno, lalu juga bangsa Maya dan bangsa Cina yang mengembangkan tulisan mereka secara independent.13

b. Hakikat Bahasa

Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga entitas yang erat berpadu. Ketiadaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang

12 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 ), hlm. 263.

13 Deddy Mulyana,

Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ( Bandung: PT. Remaja


(33)

21

lainnya. Didalam wadah masyarakat pasti hadir entitas bahasa. Demikian pula, entitas bahasa itu pasti akan hadir kalau masyarakatnya ada. Dalam arti luas, bahasa dapat ditafsirkan sebagai suatu penukaran (komunikasi) tanda-tanda (dan ini berlaku baik bagi bahasa menurut arti sempit: bahasa kata-kata, maupun mengenai tanda-tanda lainnya).14

Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.15

Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Batasan pengertian bahasa yang lazim diberikan, yaitu bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakansuatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengintenfikasi diri. Beberapa hal menarik yang dari batasan pengertian itu adalah (a) bahasa merupakan suatu sistem, (b) sebagai sistem, bahasa bersifat arbitrer, dan (c) sebagai sistem arbitrer bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri.16 Hal ini menonjolkan beberapa segi berikut :

14 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ), hlm. 275

15 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 ), hlm. 260.

16 Aminuddin, Semantik pengantar studi tentang makna ( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008 ), hlm. 28.


(34)

22

1) Sistem bahasa itu sukarela. Sistem berlaku secara umum, dan

bahasa merupakan peraturan yang mendasar. Sebagai contoh: ada beberapa bahasa yang memulai kalimat dengan kata benda seperti Bahasa Inggris, dan ada bahasa yang mengawali kalimatnya dengan kata kerja. Dan seseorang tidak dapat menolak aturan-aturan tersebut baik yang pertama maupun yang kedua. Jadi tidak tunduk kepada satu dialek tertentu. 2) Bahasa itu pada dasarnya adalah bunyi, dan manusia sudah

menggunakan bahasa lisan sebelum bahasa lisan seperti halnya anak belajar berbicara sebelum belajar menulis. Di dunia banyak orang yang bisa berbahasa lisan, tetapi tidak dapat menuliskannya. Jadi bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan (berbicara), adapun menulis adalah bentuk bahasa kedua. Dengan kata lain bahasa itu adalah ucapan dan tulisan itu merupakan lambang bahasa.

3) Bahasa itu simbol. Bahasa itu merupakan simbol-simbol

tertentu. Misalnya kata ”rumah” menggambarkan hakikat sebuah rumah. Jadi bahasa itu adalah lambang-lambang tertentu. Pendengar atau pembaca meletakkan simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut secara proporsional.

4) Fungsi bahasa adalah mengekspresikan pikiran dan perasaan. Jadi tidak hanya mengekspresikan pikiran saja. Peranan bahasa terlihat jelas dalam mengekpresikan estetika, rasa sedih senang dalam interaksi sosial. Dalam hal ini mereka mengekspresikan


(35)

23

perasaan dan bukan pikiran. Karena itu bahasa itu mempunyai peranan sosial, emosional disamping berperan untuk mengemukakan ide.

c. Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Penamaan adalah dimensi utama bahasa dan basis bahasa, dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang lalu menjadi konvensi. Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi yaitu: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha

mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain.17

Bahasa merupakan satu bagian yang sangat esensial dari manusia untuk menyatakan dirinya maupun tentang dunia yang nyata. Adalah keyakinan yang naif kalau kita menyederhanakan fungsi bahasa yang seolanh-olah menjadi alat untuk melambangkan pikiran dan perasaan saja, yang lebih penting dari bahasa adalah bagaimana memaknakan simbol atau tanda yang telah

17 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 ), hlm. 266.


(36)

24

diorganisasikan dalam sistem kebahasaan.menurut Saussure, bahasa merupakan sistem tanda dimana tanda-tanda ini akan saling

berhubungan membentuk struktur.18

Komunikasi dengan menggunakan bahasa bersifat umum dan universal. Adapun fungsi dari bahasa adalah sebagai berikut:19

1) Untuk tujuan praktis, yaitu komunikasi antar manusia dalam pergaulan.

2) Untuk tujuan artistik, yaitu ketika manusia mengolah bahasa guna menghasilkan ungkapan yang seindah-indahnya seperti dalam cerita, kisah, syair, puisi, gambar, lukisan, musik, dan pahatan-pahatan.

3) Untuk tujuan filologis, yaitu ketika kita mempelajari naskah-naskah kuno, latar belakang sejarah, kebudayaan, adat istiadat manusia, serta perkembangan bahasa.

4) Untuk menjadi kunci dalam mempelajari

pengetahuan-pengetahuan lainnya.

Dalam buku Filsafat Ilmu menjelaskan fungsi bahasa sebagai berikut (a) Adanya bahasa memungkinkan kita untuk memikirkan sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun obyek yang kita pikirkan tersebut tidak berada didekat kita, (b) dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain, (c) dengan bahasa kita juga dapat mengekspresikan sikap dan

18 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 4.

19 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 303.


(37)

25

perasaan kita, (d) dan dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yaknipengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.20

d. Karasteristik Bahasa

Bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.

1) Bahasa Bersifat Abritrer

Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.

20 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Putaka Sinar Harapan, 2003), hlm. 176-177.


(38)

26

2) Bahasa Bersifat Produktif

Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

3) Bahasa Bersifat Dinamis

Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.

4) Bahasa Bersifat Beragam

Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta.


(39)

27

Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.

5) Bahasa Bersifat Manusiawi

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

e. Ragam Bahasa

Mengingat fungsi dan situasi yang berbeda-beda dalam setiap komunikasi antarmanusia, terdapat bermacam-macam ragam bahasa.

Pertama, dari segi pembicara/penulis, ragam bahasa dapat dirinci berdasarkan daerah, pendidikan, dan sikap.21

1) Ragam daerah lebih dikenal dengan nama logat atau dialeg. Faktor aksen, kosakata, dan variasi gramatikal, umpamanya, sering kali berpengaruh sebagai pembeda ragam dialek.

2) Ragam bahasa ditimjau dari segi pendidikan

pembicara/penulis. Pembedaan ini diadasarkan pada tingkat pendidikan formal dan nonformal pembicara/penulis.

21 Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia: Tanggapan Penutur dan Pembacanya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.127.


(40)

28

3) Ragam bahasa ditinjau dari segi sikap pembicara/penulis

bergantung kepada sikap terhadap lawan komunikasi. Ragam ini dipengaruhi oleh pokok pembicaraan, tujuan dan arah pembicaraan, sikap pembicaraan, dan sebagainya.

Kedua, dari segi pemakaiannya ragam bahasa diperinci

berdasarkan pokok persoalan, sarana, dan gangguan campuran.22

1) Ragam bahasa ditinjau dari segi pokok persoalan berhubungan

dengan lingkungan yang dipilih dan dikuasai, begantung pada luasnya pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran, pengalaman, dan sebagainya. Pemilihan ragam bahasa yang menyangkut pokok persoalan sering menyangkut hal pemilihan kata, ungkapan khusus dan kalimat khusus.

2) Ragam bahasa ditinjau dari segi sarananya dibedakan menjadi

ragam lisan dan tulisan. Unsur-unsur aksen, tinggi rendah dan panjang-pendeknya suara, serta irama kalimat sulit dilambangkan dengan ejaan ke dalam bahasa tulisan. Itulah sebabnya, ragam tulisan harus selalu mengingat keutuhan dalan kelengkapan fungsi gramatikal.

3) Ragam bahasa dalam pemakaiannya sering terjadi gangguan

undur daerah maupun asing. Antara bahasa daerah dan bahasa indonesia terjadi kontak aktif yang mempengaruhi perkembangan kosakata, demikian juga pengaruh bahasa asing terhadap bahasa indonesia.

22 Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia: Tanggapan Penutur dan Pembacanya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.129.


(41)

29

f. Tindak Tutur

Tindak tutur atau tindak ujaran termasuk kedalam salah satu ungkapan bahasa dari penutur. Tutur adalah tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung 3 tindak yang saling berhubungan.23 Pertama adalah tindak lokusi, merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Kedua adalah tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Ketiga adalah tindak perlokusi yaitu bergantung pada keadaan, Anda akan menuturkan dengan asumsi bahwa pendengar akan mengenali akibat yang akan ditimbulkan.

Tindak tutur merupakan fenomena pragmatik penyelidikan linguistik klinis yang sangat menonjol. Kondisi-kondisi dimana kapasitas seseorang untuk memulai komunikasi belum berkembang secara normal atau terus menerus mengalami kerusakan, pemroduksian tindak tutur merupakan indikator penting bagi fungsi pragmatik. Tindak tutur adalah kategori yang kaya akan fenomena-fenomena pragmatik untuk dikaji oleh para ahli linguistik klinis.24

Tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.25

23 George Yule, Pragmatik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 83.

24 Louise Cummings, Pragmatik sebuah perspektif multidisipliner (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 363.

25 Rohmadi & Wijana, Analisis Wacana Pragmatik kajian Teori dan Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 27.


(42)

30

1) Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung

Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untk memberikan suatu (informasi), kalimat tanya untukmenanyakan sesuatu dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan.

Kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan seuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan sebagainya. Tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act). Disamping itu untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang dierintah tidak merasa diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuk tindak tutur tidak langsung (indirect speech act).

2) Tintak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak Tutur Literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnnya.


(43)

31

Sistem klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang ditunjukkan oleh tindak tutur, sebagai berikut:26

1) Deklaratif adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.

2) Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.

3) Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan.

4) Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran.

5) Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur

untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan- tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, ikrar.


(44)

32

2. Slogan

Pengertian slogan menurut situs ensiklopedia online terbesar Wikipedia adalah sebuah frase, kata-kata, kalimat atau motto yang digunakan individu maupun kelompok dalam berbagai macam konteks seperti politik, komersial, agama, pendidikan, lingkungan dan lain sebagainya sebagai ekspresi sebuah ide dan tujuan yang mudah diingat. Perlu diketahui bersama bahwa kata "slogan" berasal dari kata "sluagh-ghairm" (bahasa Gaelik) yang artinya teriakan bertempur.

Ada beberapa pengertian slogan, diantaranya adalah :27

a. Sebuah kata atau kalimat pendek, menarik dan mudah untuk diingat yang digunakan untuk memberitahukan atau menyampaikan suatu informasi.

b. Sebuah kata atau kalimat pendek dan menarik, mencolok, serta mudah diingat yang digunakan untuk menjelaskan ideologi organisasi tertentu misalnya perusahaan atau partai politik, dsb. c. Motto yang dipakai dalam berbagai konteks seperti politik, sosial,

agama, komersial, dan lainnya sebagai ekpresi sebuah ide atau tujuan.

Sama halnya dengan sesuatu yang lain, slogan pun memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan yang lain. Adapun ciri-ciri-ciri-ciri slogan adalah sebagai berikut:

a. Menjelaskan tentang sesuatu, apakah itu suatu produk atau

layanan masyarakat.

27 http://web-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-ciri-ciri-dan-contoh-slogan.html


(45)

33

b. Umumnya adalah sebuah perkataan yang menarik dan mudah

diingat.

c. Slogan juga bisa berupa frase, klausa, kalimat ataupun motto.

d. Slogan juga bisa berupa semboyan sebuah organisasi atau

masyarakat.

Pembuatan slogan tentu ada maksud dan tujuan tertentu, dan dibawah ini adalah beberapa maksud dan tujuan dari dibuatnya sebuah poster yang umum kita lihat:28

a. Menyampaikan informasi.

b. Mempengaruhi orang lain.

c. Menghimbau orang lain.

d. Memotivasi orang lain.

e. Menyadarkan masyarakat.

Umumnya kita melihat sebuah slogan dalam bentuk iklan, dimana penjual atau produsen membuat slogan untuk menjelaskan dan mempromosikan produk dan jasanya kepada masyarakat luas. Saat ini penggunaan slogan sudah meluas kepada hal-hal lain seperti kampanye anti korupsi, kampanye anti narkoba, dll.

Ada beberapa jenis slogan yang dapat ditemukan sehari-hari antara lain:

a. Slogan Kesehatan, adalah slogan yang mengajak untuk hidup sehat, contoh: didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

28 http://artikelmateri.blogspot.co.id/2016/03/slogan-pengertian-ciri-tujuan-macam-contoh-gambar.html


(46)

34

b. Slogan Pendidikan, slogan ini berisi tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan pendidikan, contoh: budayakan membaca

sejak dini.

c. Slogan Kebersihan, sebuah ajakan untuk hidup sehat dengan menjaga lingkungan, contoh: kebersihan adalah sebagian dari iman.

d. Slogan Produk, berisi tentang ajakan untuk membeli produk atau

menikmatinya dengan kata lain promosi tentang produk itu, contoh: pria punya selera.

e. Slogan Lingkungan, slogan ini menghimbau untuk menjaga

lingkunagan sekitar, contoh: hijaulah alamku lestarilah

lingkunganku.

f. Slogan Motivasi, slogan yang bersifat memotivasi, contoh:

merdeka atau mati.

B. Kajian Teori

1. Analisis Semiotik

Semiotika merupakan salah satu pendekatan yang sedang diminati oleh para ahli sastra dewasa ini, tidak terkecuali para peminat sastra di Indonesia. Akhir-akhir ini semakin banyak tulisan yang menggunakan model-model konsep dari semiotika. Sementara itu , di Indonesia seperti juga di bagian dunia lainnya banyak orang belum mengerti

benar apa yang dimaksud dengan semiotika.29

29 Panuti Sudjiman & Aart Zoest, Serba-serbi Semiotika (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1991), hlm. 1.


(47)

35

Semiotika atau semiologi merupakan terminology yang merujuk kepada makna yang sama. Istilah ‘semiotika’ lebih lazim digunakan ilmuan Amerika, sedangkan ‘semiologi’ sangat kental dengan nuansa Eropa (khususnya Perancis). Semiologi lebih dikenal di Eropa yang mewarisi tradisi linguistic Saussurean, yang oleh Barthes dibela matimatian dan dipilih sebagai bidangnya.30

Sementara istilah ‘semiotika’ cenderung dipakai oleh para penutur bahasa Inggris atau mereka yang mewarisi tradisi Peircian. Namun demikian seiring perkembangan zaman, istilah ‘semiotika’ lebih popular dari istilah ‘semiologi’ sehingga, para penganut Seassure

pun sering menggunakannya.31

Secara etimologis istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti ’tanda’ atau seme, yang berarti ”penafsir tanda”. Semiotika kemudian didefinisikan sebagai studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.

Van Zoest, mengartikan semiotika sebagai ilmu tanda atau sign dan segala yang behubungan dengannya, mulai dari cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, penerimaannya oleh mereka yang menggunakan.32 Sementara itu, berbeda dengan para pakar sastra, salah satu tokohnya, semisal Teew memberi batasan semiotika adalah tindakan komunikasi.

30 Anthon Freddy Susanto, Semiotika Hukum; Dari Dekontruiksi teks Menuju

Progresivitas Makna (Bandung : PT Refika Aditama, 2005), hlm. 23.

31 Ibid, hlm 23.


(48)

36

Sedangkan Dick Hartoko memberi batasan semiotika adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang.33 Secara elementer, terjadinya komunikasi berarti suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada pihak lain sebagai komunikannya. Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, yakni pesannya (the content of the message) dan lambang (symbol). Isi pesan komunikasi merupakan pikiran, termasuk juga perasan seseorang. Lambang yang digunakan sebagai media pada umumnya adalah bahasa (verbal). Symbol lainnya dapat berbentuk gambar, warna, mimic muka, isyarat, kial (gesture), dan lain

sebagainya yang dapat menimbulkan makna atau arti.34

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsi tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan adalah sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut benda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkah bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap. Bicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk bersudut

33 Ibid, hlm. 96.

34 Rosady Ruslan, Etika Kehumasan; Konsepsi dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Peersada, 2001) hlm. 23-24.


(49)

37

tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan semuanya itu dianggap sebagai tanda.35

Pemaknaan simbol dapat menggunakan denotatif dan konotatif atau nilai-nilai ideologis (atau mitologi dalam istilah Roland Barthes) dan kultural. Melalui analisis semiotika dapat dikupas tanda dan makna yang diterapkan pada sebuah naskah pidato, iklan, novel, film, dan naskah lainnya. Hasil analisis rangkaian tanda itu akan dapat menggambarkan konsep pemikiran yang hendak disampaikan oleh komunikator, dan rangkaian tanda yang terinterpretasikan menjadi suatu jawaban atas pertanyaan nilai-nilai ideologi dan kultural yang berada di balik sebuah naskah.

Berkenaan dengan studi semiotika, menurut John Fiske terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yakni: a) Tanda itu sendiri. Berkaitan dengan tanda yang beragam. Tanda buatan manusia dan hanya dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya. b) Kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun. c) Kebudayaan dimana kode atau lambang beroperasi.

2. Analisis Semiotik Roland Barthes

Roland Barthes sebagai salah satu tokoh pakar semiotik. Ia berasal dari daratan eropa, maka sangat wajar jika ia sangat kagum terhadap Ferdinand de Saussure. Oleh karena itu, teori semiotikanya pun tidak akan lepas dari pemikiran Ferdinand de Sassure. Meskipun ada berbagai perubahan-perubahan dalam memaknai tentang tanda.

35 http://mandala991.wordpress.com/2012/06/11/analisis-semiotik-mitos-roland-barthes/, di akses pada 16 okt 2013 pukul 10.43.


(50)

38

Namun demikian pada prinsipnya sama, yaitu melalui proses struktur.36

Roland Barthes merupakan salah satu pemikir strukturalis yang getol mempraktekkan semiologi Saussurian. Ia juga intelektual Perancis dalam bidang kritik sastra yang ternama, eksponen strukturalisme dan semiotika dalam studi sastra. Roland Barthes juga bisa disebut tokoh yang memiliki peranan sentral dalam strukturalisme di era 60-an hingga 70-an.37

Barthes lahir pada tahun 1915 dari kalangan kelas menengah protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kesil dekat pantai Atlantik di sebelah Barat Daya Perancis. Ayahnya seorang perwira angkatan laut dan meninggal dalam pertempuran di Laut Utara sebelum usia Barthes genap satu tahun. Sepeninggal ayahnya itu,

kemudian Barthes diasuh oleh kakek, ibu dan neneknya.38

Sedangkan dalam sejarah pendidikannya, Barthes merajutnya setelah ia beusia Sembilan tahun, yaitu saat ia pindah ke Paris. Namun sayangnya saat di kota ini, ia mengalami sakit tuberkulosa atau TBC. Dalam masa istirahatnya itulah, ia banyak membaca buku-buku tentang banyak hal, sehingga ia dapat menerbitkan artikel pertamanya tentang Nadre Gide.39

Saat ia sakit selama satu tahun ini, kemudian ia kembali ke Paris dan melanjutkan sekolahnya ke Universitas Sorbonne dengan

36 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 63. 37 Ibid, hlm 63.

38 Ibid, hlm 63. 39 Ibid, hlm. 64.


(51)

39

mengambil studi mata kuliah Sastra Perancis dan Klasik. Pada waktu perang tahun 1939, Barthes dibebastugaskan dari pekerjaannya di Lycees dan di Biaritz dan Paris. Sehingga memaksa dia tinggal di Sanatorium Alps. Setelah itu, ia kemudian mengaku menjadi Marxian dan Sartrean.40

Kejayaan intelektual Barthes itu tidak hanya sampai disini, namun ia juga sempat mengajar bahasa dan sastra Perancis di Bukarest (Romania) dan di Kairo (Mesir). Namun setelah mengajar di kedua lembaga itu, kemudian ia kembali ke Perancis dan mengabdikan dirinya dalam lembaga penelitian di Center National de Rechererche Scientifique. Di Perancis inilah, Barthes menapaki kejayaannya dengan menerima gelar profesor untuk semiologi literer di College de France. Selanjutnya pada tahun 1980 ia meninggal dalam usia 64 tahun akibat kecelakaan mobil di Paris sebulan kemudian.41

Ada banyak karya yang dihasilkan oleh Roland Barthes selama ia menapaki dalam sejarah pendidikannya. Karya yang cukup monumental yang dihasilkan Roland Barthes yaitu, Le degre zero de Tcriture (1953/atau Nol Derajat di Bidang Menulis). Setahun kemudian Barthes menerbitkan Michelet (1954). Kemudian menulis buku, Mythologies (mitologi-motologi). Lalu terbit pula Critical Essays (1964). Selanjutnya, Barthes juga menghasilkan karya yang berjudul Element de Semiologi (Beberapa Unsur Semiologi). Kemudian juga menghasilkan karya, Sistem de La Mode (Sistem

40 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 64. 41 Ibid, hlm. 64.


(52)

40

Mode) selain itu, Empire Des Signes (Kekaisaran Tanda-Tanda) dan yang terakhir adalah Roland Barthes Pare Roland Barthes (Roland Barthes oleh Roland Barthes).

Semiotik menjadi pendekatan penting dalam teori media pada akhir tahun 1960-an, sebagai hasil karya Roland Barthes. Dia menyatakan bahwa semua obyek kultural dapat diolah secara tekstual. Menurutnya, semiotik adalah “ ilmu mengenai bentuk”. Studi ini mengkaji signifikasi yang terpisah dari isinya. Semiotik tidak hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka, yang berhubungan secara keseluruhan. Teks yang dimaksud Roland Barthes adalah dalam arti luas. Teks tidak hanya berarti berkaitan dengan aspek linguistik saja. Semiotik dapat meneliti teks di mana tanda-tanda terkodifikasi dalam sebuah sistem. Dengan demikian, semiotik dapat meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi, dan drama.42

Dalam pembahasan mengenai semiotika, Barthes juga mengemukakan asumsi bahwa bahasa adalah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu, walaupun merupaka sifat asli tanda membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tentang tataran kedua, yang di bangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan


(53)

41

konotatif, yang di dalam buku mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.

Hubungan antara signifier dan signified ini dibagi tiga, yaitu: a) Ikon adalah tanda yan memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta. b) Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api. c) Simbol adalah sebuah tanda dimana hubungan antara signifier dan signified semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan.

Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. fokus perhatian Barthes lebih tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification) seperti terlihat pada Tabel berikut:

Bagan 2.1

signifikasi dua tahap Roland Barthes

Pertandaan (signification) merupakan hubungan antara penanda dan petanda. Penanda (signifier) adalah citraan atau kesan mental dari sesuatu yang bersifat verbal atau visual, seperti suara, tulisan, atau

Konotasi

Mitos Denotasi

Signifier Signified


(54)

42

benda. Sedangkan petanda (signified) adalah konsep abstrak atau makna yang dihasilkan oleh tanda.43

Dari peta Barthes diatas dapat dijelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif.44

Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak hanya sekedar memiliki makna tambahan melainkan juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Tanda konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya dengan mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Mekanisme kerja mitos dalam suatu ideologi adalah sebagai naturalisasi sejarah. Suatu mitos akan menampilkan gambaran dunia yang seolah terberi begitu saja (alamiah). Nilai ideologis dari mitos muncul ketika mitos tersebut menyediakan fungsinya untuk mengungkap dan membenarkan nilai-nilai dominan yang ada dalam masyarakat.45 Mitos merupakan tipe

43 Yasraf A. Piliang, Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang

Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme (Bandung: Penerbit Mizan, 1998), hlm. 19.

44 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 128. 45 Jurnal ilmu komunikasi, vol. 1, No.2, Oktober 2011, hlm 239.


(55)

43

wicara. Sebab mitos merupakan sistem komunikasi, yakni sebuah pesan. Hal ini membenarkan seseoranguntuk berprasangka bahwa mitos tidak bisa menjadi sebuah obyek, konsep atau ide: mitos adalah cara pemaknaan sebuah bentuk. Sebab mitos adalah tipe wicara, maka segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana.46

Didalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu system yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah juga suatu system pemaknaan tataran kedua. Didalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.

Pada dasarnya semua hal bisa menjadi mitos. Satu mitos timbul untuk sementara waktu dan tenggelam untuk waktu yang lain karena digantikan oleh berbagai mitos lain. Mitos menjadi pegangan atas tanda-tanda yang hadir dan menciptakan fungsinya sebagai penanda pada tingkatan yang lain.

Mitos oleh karenanya bukanlah tanda yang tidak berdosa, netral, melainkan menjadi penanda untuk memainkan pesan-pesan tertentu yang boleh jadi berbeda sama sekali dengan makna asalnya. Kendati demikian, kandungan makna mitologis tidaklah dinilai sebagai sesuatu yang salah („mitos‟ diperlawankan dengan „kebenaran‟). Cukuplah dikatakan bahwa praktik penandaan seringkali memproduksi mitos. Produksi mitos dalam teks membantu pembaca untuk menggambarkan

46 Arthur Asa Berger, Tanda-tanda dalam Kedubayaan Kontemporer, terjemahan Dwi


(56)

44

situasi sosial budaya, mungkin juga politik yang ada disekelilingnya. Bagaimanapun mitos juga mempunyai dimensi tambahan yang disebut naturalisasi. Melaluinya sistem makna menjadi masuk akal dan diterima apa adanya pada suatu masa, mungkin tidak untuk masa yang lain.

Menurut John Fiske, semua kode memiliki sejumlah sifat dasar antara lain:47

a. Kode mempunyai sejumlah unit (atau kadang-kadang satu unit) sehingga seleksi dapat dilakukan. Inilah dimensi paradigmatik. Unit-unit tersebut mungkin bisa dipadukan berdasarkan aturan atau konvensi. Inilah dimensi sintagmatik.

b. Semua kode menyampaikan makna. Unit-unit kode adalah

tanda-tanda yang mengacu pada sesuatu di luar dirinya sendiri melalui berbagai sarana.

c. Semua kode bergantung pada kesepakatan dikalangan para

penggunanya dan bergantung pada latar belakang budaya yang sama. Kode dan budaya berinterelasi secara dinamis.

d. Semua kode menunjukkan fungsi sosial atau komunikatif yang

dapat diidentifikasi.

e. Semua kode bisa ditranmisikan melalui media atau saluran

komunikasi yang tepat.

47 John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling


(57)

45

Sedangkan ada lima kode yang diteliti oleh Barthes :48

a. Kode Hermeneutik (kode teka-teki), berkisar pada harapan

pembaca untuk mendapatkan ”kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks.

b. Kode Semik (makna konotatif), banyak menawarkan banyak sisi.

Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. c. Kode Simbolik , merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling

khas bersifat struktural.

d. Kode Paraoretik (logika tindakan), kode tindakan/lakuan dianggap

sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang; artinya semua teks bersifat naratif.

e. Kode Gnomik (kode cultural), merupakan acuan teks ke

bendabenda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya. Tatanan Pertandaan (Order of Signification) Roland Barthes terdiri dari:49

a. Denotasi, makna kamus dari sebuah kata atau terminology atau objek.

b. Konotasi, makna-makna kultural yang melekat pada sebuah

terminologi.

c. Metafora, mengomunikasikan dengan analogi.

48 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 65.

49 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta:


(58)

46

d. Simile, subkategori metafor dengan menggunakan kata-kata

”seperti”. Metafora berdasarkan identitas, sedangkan simile berdasarkan kesamaan.

e. Metonimi, mengomunikasikan dengan asosiasi. Asosiasi dibuat

dengan cara menghubungkan sesuatu yang diketahui dengan sesuatu yang lain.

f. Synecdoche, subkategori metonimi yang memberikan makna

”keseluruhan” atau ”sebaliknya”, artinya sebuah bagian digunakan untuk mengasosiasikan keseluruhan bagian tersebut.

g. Intertextual, hubungan antar teks (tanda) dan dipakai untuk memperlihatkan bagaimana teks saling bertukar satu dengan yang lain, sadar ataupun tidak sadar. Parodi merupakan contoh intertextual dimana sebuah teks (prilaku seseorang misalnya) meniru prilaku orang lain dengan maksud humor.

3. Teori Makna

Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada teori yang berkaitan dengan judul yang diambil, yaitu Makna Bahasa Slogan dalam Kehidupan Sopir memfokuskan dua teori, adapun teori yang diajukan dalam peneliti ini dalam rumusan masalah yang telah dituliskan sebelumnya.

Pengujian teori ini tidak dimaksudkan untuk mengujinya, melainkan sebagai dasar pijakan atau kerangka dalam mengkaji makna pesan yang terkandung dalam Bahasa Slogan pada Bak Truk. Adapun teori yang digunakan peneliti ini antara lain: pertama, teori acuan Teori


(59)

47

Acuan (Referential Theory) dan Teori Ideasi (Ideasional Theory).50 Menurut Alston, teori acuan/teori referensial ini merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali dan mengidentifikasi makna suatu ungkapan dengan apa yang diacuanya atau dengan hubungan acuan itu.51 Acuan atau referensi dalam hal ini dapat berupa dalam berbagai bentuk benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Sebagai contohnya dolar Amerika Serikat, maka lambang yang umumnya digunakan ialah $, tentu lambang $ akan diketahui sebagai lambang dari dolar Amerika Serikat apabila orang yang melihat lambang tersebut sudah ’akrab’ melihat atau menggunakan lambang tersebut.

Secara praktis ini memudahkan siapa saja dalam memaknai suatu kejadian, gambar, ataupun teks yang terdapat di berbagai media. Bagi peneliti teori ini dianggap tepat untuk merangkai pemahaman akan makna pesan yang terkandung dalam Bahasa Slogan pada Bak Truk, mengingat teori ini mampu memberikan suatu jawaban atau pemecahan yang sederhana serta mudah diterima karena teori ini mengakomodasi peneliti berdasarkan cara-cara berfikir alamiah tentang permasalahan peneliti; disamping itu juga teori ini mendasarkan diri pada hubungan antara istilah atau ungkapan itu dengan sesuatu yang diacunya.

Teori ideasional, teori ini menyatakan bahwa makna atau ungkapkan berhubungan dengan ide atau representasi psikis sebagai akibat dari timbulnya penggunaan kata atau ungkapan tersebut. dengan

50 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 259 51 Ibid, hlm. 259.


(60)

48

kata lain teori ini berusaha membantu peneliti dalam mengidentifikasi makna ungkapan dengan gagasan-gagasan yang berkaitan dengan ungkapan tersebut.


(61)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Obyek, dan Wilayah Penelitian 1. Deskripsi Subyek, Obyek

Dalam penelitian ini, subyek merupakan sasaran penelitian yang diteliti dan bersifat jelas sesuai dengan tema penelitian ini. Subyek dari penelitian ini adalah truk yang terdapat bahasa slogan dikawasan Tanjung Perak Surabaya. Obyek penelitian ini adalah kajian semiotika tentang bahasa slogan pada bak truk.

a. Sejarah Truk

Kata "truk" sendiri berasal dari arti kata "roda kecil" atau dari Inggris pertengahan yakni trokell, pada gilirannya dari bahasa Latin troklea. Penjelasan lain adalah bahwa ia datang dari bahasa Latin dengan arti "ring besi". Pada gilirannya, baik kembali ke Yunani trokhos yang berarti "roda" dari trekhein (untuk menjalankan).

Penggunaan pertama yang diketahui "truk" adalah pada tahun 1611 saat itu menunjuk ke roda kuat kecil di kereta meriam kapal. Dalam penggunaannya kemudian di perpanjang dan mengacu pada gerobak untuk membawa beban berat, arti yang dikenal sejak 1771. Kemudian berubah lagi menjadi "motor bertenaga pembawa beban", yang telah digunakan sejak 1930, kemudian dipersingkat dari "truk motor" tahun 1916.


(62)

50

"Lorry" memiliki asal lebih pasti, tapi mungkin berakar dalam kereta api industri, di mana kata tersebut diketahui telah digunakan pada 1838 untuk merujuk kepada jenis truk (sebuah mobil angkutan seperti yang di gunakan di Inggris, bukan bogie di Amerika), khususnya gerobak datar besar. Mungkin juga berasal dari kata kerja lurry (menarik, menariknya) asal tidak pasti. Dengan arti "self-propelled kendaraan untuk membawa barang-barang" telah di gunakan sejak tahun 1911.

Truk tertua dibangun pada tahun 1896 oleh Gottlieb Daimler. Kebanyakan truk kecil seperti kendaraan sport (SUV) atau pickup di Amerika Utara dan Rusia menggunakan mesin bensin, tapi banyak bermesin diesel model sekarang sedang diproduksi. Kebanyakan truk berat menggunakan empat stroke mesin diesel dengan turbocharger dan aftercooler. Mesin diesel menjadi mesin pilihan untuk truk mulai dari kelas 3 sampai 8 GVWS.

Amerika Utara memproduksi truk jalan raya yang rata-rata hampir selalu menggunakan mesin yang dibangun oleh pihak ketiga, seperti CAT , Cummins , atau Detroit Diesel. Pengecualian dalam hal ini hanyalah Volvo dan anak perusahaannya Mack Truk , yang tersedia dengan mesin mereka sendiri. Freightliner Truck, Sterling Truck, anak perusahaan dari Daimler AG , yang tersedia dengan Mercedes-Benz dan Diesel Detroit mesin. Truk dan bus dibangun oleh Navistar Internasional biasanya juga berisi mesin Internasional. Di Uni Eropa, semua mesin truk baru harus sesuai dengan Euro 5 peraturan emisi.


(63)

51

b. Jenis dan Ukuran Bak Truk

Truk merupakan sebuah kendaraan yang sering kali kita lihat. Truk merupakan sebuah kendaraan sebagai alat angkut muatan barang. Truk juga bisa dikatakan sebagai salah satu alat transportasi sebagai penunjang perekonomian.

Setiap jenis truk mempunyai ukuran dan fungsional yang berbeda, hal itu juga mempengaruhi jenis dan kapasitas muatan yang dimiliki. Berikut ini beberapa jenis truk dan ukuran bak truk:

1) Truck Pick Up

Truk pick up merupakan jenis truk ukuran kecil untuk angkutan barang dengan volume kurang lebih 7 kubik dengan detail ukuran bak : panjang berkisar 2 sampai 3 meter untuk lebar antara 1 sampai 1,8 meter untuk tingginya 1 sampai 1,8 meter.

2) Truck Colt Diesel

Truk colt diesel merupakan mobil truk ukuran sedang dengan berat muatan maksimal 2 sampai 3 ton. truk ini biasa ditambahkan roda menjadi enam roda agar berat muatan maksimal nya bertambah. untuk ukuran bak: panjang berkisar 4 meter dengan lebar sekitar 2 meter dengan tinggi sekitar 1,9 meter denan volume sekitar 14 sampai 15 kubik tergantung jenis truk box atau truk bak terbuka.

3) Truck Fuso Engkel

Truk fuso adalah salah satu jenis truk dengan ukuran sedang. Untuk ukuran ba nya memiliki panjang 6 sampai 7 meter dengan


(64)

52

lebar 2,3 sampai 2,5 meter dan utuk tingginya 2 sampai 2,5 meter dengan volume 29 kubik.

4) Truck Tronton

Jenis truk tronton ini memiliki ukuran yang lebih besar karena memakai 3 sumbu, tentunya jenis truk ini memiliki daya angkut yang lebih besar pula. Truk ini biasa dipakai dalam berbagai fungsi seperti truk dump, truk sampah, dll. Untuk detail ukuran bak truk tronton panjang 7 sampai 9 meter dengan lebar 2,2 sampai 2,5 meter serta untuk tingginya bekisar 2,3 sampai 2,5 meter.

5) Truk Trailer/Container

Merupakan jenis truk yang biasa dipakai untuk peti kemas atau kontainer. ada truk kontainer 20 feet dan 40 feet. Ukuran dalam truk container 20 feet panjang 5,9 sampai 6 meter, lebar 2,3 sampai 2,6 meter untuk tingginya 2,5 sampai 2,7 meter dengan volume 33 kubik. Sedangkan untuk truk container 40 feet lebar dan tingginya sama perbedaan terletak pada panjang dan volumenya saja. Untuk panjangnya sekitar 12 meter dengan volume 66 kubik.

6) Truk Molen

Truk molen atau bisa disebut juga truk mixer truk ini dikhususkan untuk muatan cor beton. Biasanya truk molen ini hanya digunakan untuk perjalanan jarak dekat saja karena muatan cor yang dibawanya akan mengeras setelah 2 jam. Untuk volume truk molen ada dua varian yaitu untuk ukuran standar 7 m dan untuk ukuran mini maksimal 4 m.


(65)

53

7) Truk Wing Box

Merupakan truk dengan size yang besar dengan ukuran box dalam panjang 8,85 meter dengan lebar 2,4 meter serta tinggi 2,1 meter untuk volumenya kurang lebih 34 kubik.

c. Makna Bahasa Slogan Menurut Salah Satu Sopir

Untuk mendapatkan informasi yang aktual tentang makna bahasa slogan peneliti melakukan wawancara langsung dengan sopir truk, berikut hasil wawancara peneliti dengan sopir truk.

Ngadenan adalah nama dari seorang sopir berkelahiran tahun 1965. Ia merupakan warga asli kelahiran Blorah, Jawa Tengah. Pria tamatan SD ini menikah dengan gadis asal Ponorogo. Pada tahun 1987, Ia dikarunia seorang anak laki-laki yang sekarang sudah menikah dan memberikan cucu untuknya yang saat ini berumur 5 tahun.

Bosan menjadi seorang petani di desanya, ia memutuskan untuk hijrah pekerjaan menjadi seorang sopir. Karena sakit hati yang diterima dan gaji yang kurang memadai Pak Ngadenan memutuskan untuk mengundurkan diri bekerja pada tetangganya. Ia berpindah di Jombang dan mengontrak rumah disana untuk mencari pekerjaan lain. Seorang teman mengajaknya untuk bekerja di Surabaya.

Pada Tahun 83-an, ia bekerja sopir di ekspedisi Podo Hasil, Surabaya. Ekspedisi yang berdiri pada tahun 1981 ini memberikan pekerjaan kernet truk selama 3 tahun lalu menjadikannya sopir untuk menggantikan sopir lama yang telah keluar. Ia mengungkapkan:

“ekspedisi ini didirikan oleh seorang keturunan Cina asal Surabaya le. Dulunya ia adalah bakol warkop, lalu ia ingin


(1)

91

Penulis menyimpulkan bahwa menurut Barthes faktor penting dalam konotasi adalah penanda dalam tahapan pertama. Penanda pertama itu merupakan tanda konotasi. Sementara unsur-unsur pembentuk dalam mitos harus diarahkan pada asal-usul atau pembentukan sistem semiotik tingkat dua dengan melihat unsur (konotator) sebagai unsur pembentuk makna.

Roland Barthes mengungkapkan tentang mitos yaitu sebuah sistem komunikasi yang dengan demikian dia adalah pembentuk makna. Mitos terletak pada sistem tanda penanda dan petanda terbentuk, tanda tersebut akan menjadi tanda baru. Kontruksi penandaan pertama bahasa, sedangkan kontruksi penandaan kedua adalah mitos. Kontruksi penandaan tingkat kedua ini dipahami Barthes sebagai Metabahasa.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti tentang Makna Bahasa Slogan pada Bak Truk (Analisis Semiotika Model Roland Barthes) maka peneliti dapat menyimpulkan.

Makna pada bahasa slogan dalam kehidupan sopir yang dimana peneliti merumuskan sebuah masalah bahwa apa makna bahasa slogan pada bak truk. Dalam bahasa slogan yang tertera pada bak truk menggambarkan tentang rasa dari sebuah kehidupan yang dialami oleh sopir pada umumnya. Hidup yang dijalani sopir dengan keras penuh dengan resiko membuatnya memanfaatkan media komunikasi bak truk dengan mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya lewat bahasanya di bak truk.

Pada umumnya masyarakat hanya menilai bahasa slogan yang tertulis pada bak truk hanyalah sebuah parodi atau guyonan belaka. Namun, semua itu memiliki makna yang mendalam, entah dari pribadinya atau kehidupan orang sekitarnya yang diluapkan lewat status pada bak truk. Layaknya manusia biasa sopir yang terlihat dengan wajah seram, sopir juga memiliki hati. Itu terbukti dari bahasa yang dituliskan pada bak truknya. Adapun makna dari bahasa slogan dari temuan penelitian ini adalah bahasa slogan sebagai pesan suatu harapan, bahasa slogan adalah bentuk penolakan, bahasa


(3)

93

slogan sebagai pesan moral, bahasa slogan sebagai representasi tentang kehidupan, dan bahasa slogan sebagai ekspresi diri.

Bahasa slogan yang diluapkan lewat bak truknya membuktikan bahwa sopir pun juga ingin meluapkan isi hatinya sama halnya dengan anak-anak muda yang berpegangan gadget yang meluapkan isi hatinya lewat sosial medianya. Perbedaannya hanya sopir meluapkan isi hatinya lewat bahasa slogan yang dituliskan pada bak truk.

B. Saran

Dari kesimpulan hasil analisis semiotika terhadap makna bahasa slogan pada bak truk, peneliti berkontribisa dalam mengungkapkan saran sebagai berikut:

1. Untuk peneliti sendiri, peneliti menyadari bahwa penelitian analisis semiotika ini sangat memungkinkan peneliti juga turut memasukkan subjektifitasnya. Sehingga tidak heran apabila pandangan peneliti dengan pandangan orang lain dapat berbeda ketika melihat sebuah teks. Teks dapat diartikan bermacam-macam dengan orang yang berbeda-beda dan inilah yang menjadi kelemahan penelitian ini. Untuk mengatasinya disarankan untuk membagikannya kedalam kelompok sehingga didapat makna yang lebih objektif seperti penelitian kualitatif pada umumnya tidak mempunyai ukuran yang pasti tentang batas benar dan salah, semua tergantung dari nilai, etika dan moral yang dianut peneliti.


(4)

94

sebuah kandungan karya yang dari berbagai sudutnya mempunyai pengaruh dan tujuan tersendiri. Peneliti juga berharap bagi masyarakat yang memiliki nilai negatif untuk para sopir mampu menjunjungkan nama baiknya lagi karena jasa yang telah diberikan dalam pengiriman distribusi seperti sandang dan pangan serta berhati-hati ketika dijalanan yang terdapat truk sedang melintas karena pekerjaan yang berat dijalani sopir dengan jangka waktu yang ditentukan dan jarang tidurnya membuatnya kadang kelelahan dijalanan.

3. Untuk penelitian selanjutnya tentang bahasa yang tertulis pada bak truk, peneliti bersaran agar dapat mencari makna-makna yang lebih objektif dan menambahkan lagi tentang motif dalam penulisan bahasa slogan pada bak truk.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Piliang, Yasraf. 1998. Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan

Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme. Bandung:

Penerbit Mizan.

Aminuddin. 2008. Semantik pengantar studi tentang makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Asa Berger, Arthur. 2000. Tanda-tanda dalam Kedubayaan Kontemporer, terjemahan Dwi Marianto dan Sunarto. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Asa Briggs, Peter Burke. 2006. Sejarah Sosial Media. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik sebuah perspektif multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Hafied, Cangara. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Morissan. 2014. Teori Komunikasi:Individu Hingga Massa. Jakarta: Prenadamedia Group.

Mudjiono, Yoyon. 2012. Ilmu Komunikasi. Surabaya: Jaudar Press.

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Panuti Sudjiman & Aart Zoest. 1991. Serba-serbi Semiotika. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(6)

Rohmadi & Wijana. 2010. Analisis Wacana Pragmatik kajian Teori danAnalisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ruslan, Rosady. 2011. Etika Kehumasan; Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

S. Suriasumantri, Jujun. 2003. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Putaka Sinar

Sobur, Alex. 2006 Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugihastuti. 2009. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia: Tanggapan Penutur dan

Pembacanya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Anthon Freddy. 2005. Semiotika Hukum; Dari Dekontruiksi teks Menuju Progresivitas Makna. Bandung : PT Refika Aditama.

West, Richard dan H. Tunner, Lynn. 2014. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Website

http://arti-definisi-pengertian.info

http://artikelmateri.blogspot.co.id/2016/03/slogan-pengertian-ciri-tujuan-macam-contoh-gambar.html

http://indotrucker.com/merek-truck-yang-ada-di-indonesia/

http://jimmyandrio.blogspot.co.id/2013/09/bahasa-indonesia-hakikat-fungsi-dan.html

http://kamusbahasaindonesia.org

http://mandala991.wordpress.com/2012/06/11/analisis-semiotik-mitos-roland-barthes/

http://web-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-ciri-ciri-dan-contoh-slogan.html