MAKNA KENDUREN DURIAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG.

(1)

MAKNA KENDUREN DURIAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN

WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) Dalam Bidang Sosiologi

Oleh : MAMLU’AH NIM. B75212062

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

PERNYATAAN

PERTANGGUNG JAWABAII PENULISAN SKRIPSI

B is m il I ahirr ahmanirr ahim

Yang bertanda tangan di bawatr ini, saya: Nama

Nim

Program Studi Judul Skripsi

Mamlu'ah B7 s2r2062 Sosiologi

Makna Kenduren Durian Bagr Masyarakat Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1) Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan mana

pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

21 Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan

merupakan plagiasi atas karya orang lain.

3) Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai

hasil plagiasi, saya bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang

terjadi.

Surabaya, 18 Januari 2016 Yang menyatakan


(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah memeriksa dan memberikan aratran terhadap skripsi yang ditulis oleh:

Nama NIM

: Mamlu'ah :875212062

Program Studi : Sosiologi

Yang berjudul: "MAKNA KENDUREN DURIAI\ BAGI

MASYARAKAT KECAMATAII WONOSALAM KABUPATEN

JOMBANG", saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sbdah diperbaiki

dan dapat diujikan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial

dalam bidang Sosiologi

Surabaya, 18 Januari 2016

Pembimbing

Hj. Siti Azizah. S.Ag.. M.Si


(4)

PENGESAHAN

Skripsi oleh Mamlu'ah dengan judul : " Makna Kenduren Durian Bagi Masyarakat Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang" telah dipertahankan dan dinyatakan lulus di depan Tim Penguji Skri:psi padatanggal 3 Februari20l6.

TIM PENGUJI SKRIPSI Penguji I

Hj. Slti Azizah. S.Ag. M.Si

NrP. r97 7 03012007 I 02005 NIP. 19490728t967 I 2 I 00 l

Penguji III

'.WW

tr

Dr. I_{.Hammis Syafaq. M.FiH NIP. r97 51 0162002121001

Penguji IV

NIP. I 9840823201503 I 002

Surabaya, 3 Februari 2016

Mengesahkan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Sosial dan Ilmu Politik


(5)

ABSTRAK

Mamlu’ah, NIM. B75212062, 2016. Makna Kenduren Durian

Bagi Masyarakat Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.

Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

Kata kunci: Makna, Kenduren

Penelitian ini menggunakan rumusan masalah sebagai berikut. 1) Bagaimana pelaksanaan kenduren durian di kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang? 2) Apa makna kenduren durian bagi masyarakat di kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang? Untuk mengidentifikasikan masalah tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data pada penilitian ini menggunakana teknik wawancara secara mendalam kepada informan dan juga dengan teknik observasi seta dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi Alferd Schutz. Dimana teori fenomenologi Schutz tidak menempatkan pengalaman hidup seseorang sebagai sebagai kemandirian makna yang dikontruksikan oleh individu secara sadar. Pada hakikatnya makna dari pengalaman hidup seseorang berbeda-beda dan tidak bisa digeneralisasikan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa budaya kenduren durian yang ada di Wonosalam pertama kali digagas dari ide masyarakat setempat. Dan pada tahun 2011 adalah awal pertama kalinya kenduren durian tersebut dilaksanakan. Ada beberapa makna yang terkandung dalam acara tahunan kenduren durian Wonosalam yakni sebagai berikut 1) sebagai wujud rasa syukur masyarakat Wonosalam atas hasil panen buah durian yang melimpah 2) sebagai alat untuk mempererat solidaritas dan gotong royong antar warga Wonosalam 3) sebagai bentuk sedekah bumi masyarakat Wonosalam 4)ajang memperkenalkan potensi alam kawasan Wonosalam.


(6)

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR………..viii DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR………xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konseptual ... 10

F. Telaah Pustaka ... 10

G.Metode Penelitian ... 24

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 25

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 26

3. Pemilihan Subjek Penelitian ... 26

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 28

5. Teknik Pengumpulan Data... ... 30

6. Teknik Analisis Data... ... 31

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... ... 33

H.Sistematika Pembahasan ... 35


(8)

A. Teori Fenomenologi ... 37

B. Mengintip Fenomenologi Secara Umum ... 39

C. Empat Unsur Pokok dari Teori Fenomenologi ... 43

BAB

III

MAKNA KENDUREN DURIAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG ... 46

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 46

1. Letak Geografis Kecamatan Wonosalam ... 46

2. Karakteristik Binaan Kecamatan Wonosalam ... 49

B. Makna Kenduren Durian Bagi Masyarakat Kecamatan Wonosalam ... 55

1. Sejarah Kenduren Durian Di Kecamatan Wonosalam…………...55

2. Lokasi Kenduren Durian Wonosalam………59

3. Pelaksanaan Kenduren Durian ………..61

4. Makna Kenduren Durian Bagi Masyarakat Di Kecamatan Wonosalam Dalam Prespektif Teori Fenomenologi Alferd Schutz……….67

BAB IV PENUTUP ... 90

A.Kesimpulan ... 90

B.Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Pedoman wawancara 2. Dokumen lain yang relevan 3. Jadwal penelitian

4. Surat keterangan Biodata peneliti


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaanya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari beberapa kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut.

Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tersebar di pulau-pulau Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat Indonesia yang berbeda. Pertemuan- pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga mencerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman kelompok suku bangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks pradaban, tradisional hingga kemodern


(10)

2

dan kewilayahan. Dengan keanekaragaman kebudayaanya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok suku bangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada didunia.

Pengertian budaya sendiri adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari acara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Dalam arti cara hidup masyarakat itu kalau kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita sendiri. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam suatu kebudayaan. Kebudayaan sendiri juga merupakan hasil dari proses belajar. Kebudayaan merupakan cara berlaku yang dipelajari. Kebudayaan tidak tergantung dari transmisi biologis atau pewarisan melalui unsur genetis.1

Membincangkan budaya adalah membincangkan seluruh kehidupan manusia. Budaya mencakup cara manusia berpikir dan bertindak, serta benda-benda material yang bersama-sama membentuk seluruh kehidupan manusia. Budaya menunjuk pada kaitan dengan masa lalu dan petunjuk untuk masa depan.

1


(11)

3

Budaya memiliki dua bentuk utama: kebudayaan non material dan kebudayaan material. Kebudayaan nonmaterial berupa ide-ide yang diciptakan dan dikembangkan oleh anggota masyarakat. Sedang kebudayaan material berupa benda-benda fisik yang dibuat oleh anggota masyarakat. Melalui budaya, masyarakat dan kelompok-kelompok sosial mendefinisikan dirinya dan mencoba mengembangkan perilaku sesuai dengan nilai-nilai bersama. Cakupan budaya sangat luas, meliputi bahasa, kebiasaan, norma-norma, moral, aturan-aturan, alat-alat, produk-produk, teknologi, organisasi dan institusi. Kita dapat membedakan individu berdasarkan pada perilaku budaya yang dikembangkan, karena masing-masing individu cenderung mengembangkan perilaku yang conform (sesuai) dengan ukuran-ukuran perilaku yang berlaku dalam kebudayaan dimana dia berasal. Beberapa kebudayaan memiliki perilaku khas budaya yang sangat menonjol. Kita dapat dengan mudah membedakan orang Madura, orang Jawa atau orang Batak dari bahasa yang digunakan atau kalaupun bahasa Indonesia yang dipakai tak jarang logat Madura, Jawa dan Batak masih sangat kental tidak sulit dibedakan.

Jombang adalah salah satu kota yang beraada di provinsi Jawa Timur yang selama ini lebih dikenal dengan sebutan kota santri. Julukan tersebut sangatlah pantas jika melekat pada kota Jombang, karna kota Jombang sendiri merupakan salah satu pusat dari tumbuh dan berkembangnya pondok-pondok pesantren. Di kabupaten Jombang sendiri berdiri 4 pondok pesantren yang memberikan banyak pengaruh terhadap masyarakat Jombang. Di sebelah Jombang


(12)

4

berdiri pondok pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, sebelah timur Ada pondok pesantren Darul Ulum Peterongan, dan yang terakhir sebelah selatan ada pondok pesantren Tebu Ireng. Di pondok pesantren inipulah tumbuh dan berkembang Islam moderat dalam bingkai Nahdlatul Ulama yang dilahirkan oleh keluarga Hasyim Asyari. Tidak salah jika selama ini kabupaten ini terkenal sebagai alternatif tujuan wisata religi. Terlebih setelah meninggalnya KH. Abdurrahman Wahid atau lebih akrab di kenal Gus Dur, area pemakaman beliau menjadi tempat ziarah bagi banyak orang dari penjuru tanah air yang ingin berdoa di pusaran bapak pluralisme tersebut.

Namun siapa sangka Kabupaten Jombang juga mempunyai potensi wisata alam. Siapa yang tidak kenal Wonosalam? Salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Jombang ini terkenal dengan buah duriannya. Kecamatan ini terletak di dataran tinggi sebelah tenggara kota Jombang. Kecamatan Wonosalam merupakan penghasil buah durian yang perlu di perhitungkan. Selain itu kecamatan Wonosalam juga memiliki potensi untuk menjadi daerah wisata khususnya agrowisata karena mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani. Tidak hanya buah durian saja yang ada di kawasan Wonosalam, selain itu kawasan ini juga merupakan penghasil cengkeh, kopi dan pisang. Begitu banyak potensi yang ada di kawasan Wonosalam ini tidak hanya sekedar hasil pertaniannya saja, keindahan panorama alam yang dimilikii Wonosalam sungguh menakjubkan. Bila kita berkunjung ke Wonosalam banyak tempat-tempat wisata alam yang bisa kita datangi seperti air terjun tretes, gua sigolo-golo, kampung Jawi dan banyak lagi yang lainnya.


(13)

5

Mengenai kecamatan Wonosalam sendiri daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil buah durian terbesar di Jawa Timur. Kecamatan Wonosalam memiliki luas lahan sawah 707,94 Ha dan tegalan 3535,41 Ha. Dan sebagaian lahan di daerah Wonosalam banyak di manfaatkan sebagai perkebunan buah durian, jadi tidak heran jika kecamatan Wonosalam merupakan salah satu penghasil buah durian terbesar di Jawa Timur. Hasil buah durian daerah Wonosalam pun setiap tahunnya sangat melimpah. Dan hal itulah yang mungkin menjadi salah satu faktor utama daerah Wonosalam mempunyai acara tahunan kenduren Wonosalam.

Kenduren atau kenduri yang lebih dikenal dengan istilah selamatan atau Kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke nusantara. Dalam pratiknya kenduri merupakan sebuah acara berkumpul, yang umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang, dan acara tersebut dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian dibidang tersebut.

Pesta kenduren durian Wonosalam, setiap tahun Kecamatan Wonosalam

memiliki hajat besar yaitu adanya “Kenduren Wonosalam”. Kenduren Wonosalam

adalah sebuah acara makan duren gratis yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun sekali, sebagai upaya untuk mengenalkan sektor pariwisata di daerah

Wonosalam yang mereka sebut sebagai “Kenduren Wonosalam”. Kata kenduren di ambil dari kata “kenduri yang memiliki arti acara perjamuan makan untuk


(14)

6

memperingati sesuatu, dan duren sendiri yang berarti buah durian. Tetapi bukan acara hajatan seperti pada umummya seperi makan nasi dan lauk serta berbagai jajanan melainkan yang di makan adalah durian. Kenduren yang ternyata bermakna syukuran ini adalah syukurannya masyarakat Wonosalam. Kenduren ini sendiri salah satu bentuk syukur warga Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang akan hasil panen yang berlimpah dan diharapkan semakin membaik di tahun-tahun mendatang. Kenduren juga menjadi ajang adu kreativitas setiap desa di Wonosalam untuk unjuk kebolehan dengan menghias tumpeng segede pondok di kebun dengan buah durian beserta hasil panennya yang lain.

Yang paling menariknya lagi adalah antusiasme masyarakat untuk menghadiri festival tahunan ini. Mereka datang dari Jombang, luar Jawa Timur hingga Aceh pun ikut serta meramaikan kenduren dan rela berbecek-becek dan berpanas-panasan di tengah lapangan. Bila kita membicarakan acara ini banyak hal-hal yang menarik yang pasti akan ditemukan dalam acara tahunan yang ada di Wonosalam ini. Budaya yang mampu menarik banyak minat masyarakat Jombang khususnya, budaya yang hanya bisa kita jumpai di Kabupaten Jombang. Acara yang disuguhkan dalam budaya tersebut tidak hanya acara puncaknya saja tetapi juga ada acara-acara sebelumnya seperti pertunjukan seni kuda lumping, acara lomba hias dan lomba kualitas buah durian, orkes dangdut jalan sehat bersama masyarakat se kecamatan Wonosalam. Dan disitu dari pihak pemkab Jombang sendiri juga menggelar acara UMKM dan gelar minum susu bersama.

Dari situlah ketertarikan peneliti melakukan penelitian tentang kenduren durian Wonosalam. Karena mengingat durian sendiri adalah salah satu jenis buah


(15)

7

buahan yang memiliki nilai jual cukup tinggi dan pada umumnya banyak diminati oleh masyarakat kalangan menengah keatas. Adapun beberapa kalangan masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah seringkali membeli durian mungkin dengan jenis yang berbeda dan ukuran yang lebih kecil.

Acara Kenduren Wonosalam sendiri lagi ramai diperbincangkan oleh masyarakat luas akhir-akhir ini. Entah sejak kapan budaya tersebut dilakukan dan seperti apa budaya itu dilakukan nantinya peneliti akan mencoba menggali data sebanyak mungkin dari masyarakat sekitar yang ada di Wonosalam. Acara tersebut memang hanya digelar setiap tahun sekali setelah musim panen durian. Karena itulah info yang berkembang sering kali banyak pengunjung yang datang dari dalam maupun luar kota untuk dapat melihat secara langsung acara kenduren durian Wonosalam. Adapun biasanya pengunjung datang dari wilayah seperti Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, Surabaya dan Kediri.

Banyaknya masyarakat yang datang dari luar kota Jombang. Hal itu menunjukkan bahwa semangat dan antusias masyarakat untuk melestarikan budaya lokal masih sangat kuat, hal itu mereka tunjukan dengan suka rela menyempatkan waktu dan tenaga untuk ikut meramaikan dan melihat secara langsung proses berjalanya budaya kenduren durian Wonosalam. Potensi alam yang melimpah seakan akan menjadi aikon Wonosalam sebagai gudang durian. Hal tersebut sangat positif bilamana kedepanya nanti masyarakat Wonosalam mampu menjaga konsistensi penghasil durian terbesar diwilayah Jawa Timur, dan tidak menutup kemungkinan masyarakat mancanegara nantinya juga akan tertarik untuk melihat lebih dekat seperti apa budaya kenduren durian Wonosalam.


(16)

8

Dari pihak pemerintah kota Jombang sendiri sudah sepatutnya mendukung penuh budaya kenduren durian Wonosalam. Karena dengan adanya budaya tersebut Jombang bisa bukan hanya terkenal dengan kota santrinya namun juga dikenal masyarakat luas karena potensi alamnya. Potensi alam yang melimpah tanpa adanya dukungan pemerintah juga tidak akan bisa berkembang dengan baik, dengan adanya sokongan dari pemerintah budaya kenduren durian Wonosalam akan lebih diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan dari bermacam-macam daerah.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka penelitian ini mempunyai rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kenduren durian di kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang?

2. Apa makna kenduren durian bagi masyarakat di kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang?

C. Tujuan Penelitian

Dari beberaparumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Kenduren durian di kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang.

2. Untuk mengetahui makna dari Kenduren durian bagi masyarakat kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang.


(17)

9

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian ini di antaranya sebagai berikut

A. Manfaat Praktis

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai banyaknya ragam budaya yang ada di indonesia dan mengetahui lebih dalam tentang makna budaya kenduren durian bagi masyarakat Wonosalam.

2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai seperti apa sejarah, prosesi dan makna budaya kenduren durian wonosalam.

3. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu menjadi penggugah kesadaran masyarakat bahwa kenduren durian wonosalam merupakan salah satu acara tahunan yang patut dibanggakan oleh masyarakat indonesia.

B. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi Dosen, Mahasiswa Prodi sosiologi, dan peneliti sendiri, sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai masukan dalam meningkatkan belajar mahasiswa dapat mempengaruhi secara positif terhadap peningkatan prestasi.


(18)

10

E. Definisi Konseptual

Sebagai upaya untuk mempermudah pembahasan dan terarahnya penulisan., serta menghindari adanya perbedaan pendapat atau persepsi. Maka di pandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah dalam judul proposal dan skripsi.

1. Makna, kata makna menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menerangkan sesuatu yang memiliki arti atau maksud.2 2. Kenduren Durian (Kenduren Wonosalam). Kata kenduren di ambil

dari kata “kenduri yang memiliki arti acara perjamuan makan

untuk memperingati sesuatu, dan duren sendiri yang berarti buah durian. Tetapi bukan acara hajatan seperti pada umummya seperi makan nasi dan lauk serta berbagai jajanan melainkan yang kita makan adalah durian. Kenduren Wonosalam adalah sebuah acara makan duren gratis yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun sekali di kecamatan Wonosalam.

F.Telaah Pustaka

A. Penelitian Terdahulu

1. Muhammad Muslih Al Farid

“Makna ritual Budaya Malam 1 Syuro Masyarakat Desa Losari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto”. Fakultas Dakwah Program

2

Informasi di atas di akses melalui media online kamus besar bahasa Indonesia dengan memasukan kata kunci “makna”


(19)

11

Studi Sosiologi IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2008. Dan dalam penelitian sebelumnya lebih fokus membahas mengenai bagaimana bentuk-bentuk ruwatan malam 1 Syuro yang berupa acara pengajian dan sholawatan, seperti adanya tanggapan wayang yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengingatkan warga desa tersebut tentang warisan sejarah para leluhur mereka yang semakin terlupakan oleh kemajuan zaman. Acara tersebut dilaksanakan sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.3

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama membahas mengenai makna budaya yang ada dalam masyarakat. Yang memebedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada obyek penelitiannya masing-masing. Jika penelitian sebelumnya mengenai makna ritual budaya malam 1 Syuro masyarakat desa Losari kecamatan Mojosari kabupaten Mojokerto. Kemudian perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya juga terletak pada segi fokus permasalahan, maupun teori.

2. Fajar Sandy Darmawan

“Makna Budaya Mahabbahturrasul bagi masyarakat di Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang”. Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2014

3

Muhammad Muslih Al-Farid, Makna ritual Budaya Malam 1 Syuro Masyarakat Desa Losari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto, Skripsi, (Surabaya: Dakwah IAIN Sunan Ampel)


(20)

12

Dalam penelitian sebelumnya membahas mengenai makna budaya Mahabbaturrasul dan apa saja yang ada dalam budaya mahabbaturrasul dan bagaiaman proses ruwatan-ruwatan dalam acara tersebut.4

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama membahas mengenai Makna Budaya yang ada pada masyarakat. Dan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada arti tersendiri dari pemaknaan budayanya. Budaya Mahabaturrasul memiliki makna atau arti di masyarakat sebagai alat untuk mempererat ukhuwa islamiyah atau mempersatukan umat Islam, sebagai tempat untuk bersih desa atau biasa disebut Nyadran, kemudian meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dan Rasulnya, memberdayakan bidang sosial dan kesejahteraan masyarakat, melestarikan budaya yang Islami. Jika peneliti sebelumnya menegenai bentuk budaya Mahabaturrasul yang

dimulai dengan cara malam kerohanian, pawai ta’aruf, pengajian, lelangan

sumbangan masyarakat. Dan juga makna tersendiri yang ada dalam budaya Mahabaturrasul yakni mempererat ukhuwa islamiyah atau mempersatukan umat Islam. Kemudian beberapa perbedaannya dengan penelitian sebelumnya terletak pada segi fokus permasalahan, metode penelitian maupun teori.

4

Fajar Sandy Darmawan, Makna Budaya Mahabbahturrasul bagi masyarakat di Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang, Skripsi, (Surabaya: FISIP UIN Suman Ampel)


(21)

13

B. Kajian Pustaka Kenduren Durian

1. Definisi Kenduren/ Kenduri

Kenduren atau Kenduri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah dan sebagainya. Kenduri atau yang lebih dikenal dengan istilah selamatan atau Kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke nusantara. Dalam pratiknya kenduri merupakan sebuah acara berkumpul, yang umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang, dan acara tersebut dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian dibidang tersebut.

Pada umumnya kenduri dilakukan ba’da shalat Isya’, dan disajikan sebuah nasi tumpeng dan besek (tempat yang terbuat dari anyaman bambu bertutup bentuknya segi empat yang dibawah pulang oleh seseorang dari acara selamatan atau kenduri) untuk tamu undangan. Pada zaman sekarang, kenduri masih banyak dilakukan oleh segala lingkup masyarakat baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Karena kenduri merupakan sebuah mekanisme sosial untuk merawat keutuhan, dengan cara memulikan keretakan, dan meneguhkan kembali cita-cita bersama. Kenduri sebagai suatu


(22)

14

institusi sosial menampung dan merepresentasikan banyak

kepentingan. Dalam kenduri tiap orang menjadi “kita”. Kepala desa siapapun dia, apapun agama dan aliran politiknya, dia itu “kita”. Dan

karena itu maka dia wajib didukung, kelemahannya ditutup, kekurangannya ditambah, aibnya jangan dibeberkan kemana-mana.

Pada dasarnya pesan yang tersirat dalam tip jenis kenduri di desa adalah mengukuhkan makna kekitaan “kita”. Kesatuan sikap dan cita-citabersama diteguhkan kembali. Dan bila ada memang ada saja keretakan kecil antara hati dengan hati, maka melalui kenduri

persatuan diperketat. Dengan suapan nasi, bunyi dan isi do’a, dan

dengan salaman tangan yang tulus yang retak itu ditambal dan menjadi utuh kembali. Kenduri juga merupakan mekanisme sosial untuk merawat keutuhan, sekaligus melakukan kontrol sosial atas penyimpangan dari cita-cita bersama tadi. Kenduri juga sebagai salah satu institusi sosial menampung dan mempresentasikan banyak kepentingan. Dalam kenduri tak ada pihak yang kalah dan dikalahkan. Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat untuk yang didoakan dan keluarganya.5 Di beberapa daerah kenduren itu sendiri bisa ditemui dengan jenis yang bermacam-macam seperti:

1. Kenduren wetonan (wedalan) dinamakan wetonan karena tujuannya untuk selamatan pada hari lahir (weton, jawa) seseorang.

5Bocah. “Arrti kenduren dan maknanya.” Diakses 28 November 2015.

http://www. Bocah 1992.com/2013/06


(23)

15

2. Kenduren munggahan. Kenduren ini menurut cerita tujuannya untuk menaikkan para leluhur.

3. Kenduren likuran. Kenduren ini dilaksanakan pada tanggal 21 bulan Ramadhan, yang dimaksudkan untuk memperingati Nuzulul Qur’an.

4. Kenduren badan (lebaran/mudunan). Kenduren ini dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri, pada tanggal 1 Syawal. Tujuananya sama dengan kenduren likuran.

5. Kenduren Ujar. Kenduren ini dilakukan oleh keluarga tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu. Kenduren ini biasa dilakukan ketika seseorang telah memperoleh anugerah.

6. Kenduren Maulud. Kenduren ini dilakukan pada tanggal 12 pada bulan Maulud.

Dalam sebagian besar tradisi kenduren juga dilakukan di hari-hari besar Islam. Kerap kali kita jumpai dalam berbagai kesempatan di berbagai daerah mengenai ritual kenduri ini berbeda-beda, baik dalam bentuk nama, pelaksanaan, konsep yang di pakai bahkan menu sajiannya. Namun dari kesekian macam ritual tersebut mempunyai nilai subtansi yang sama, yaitu berdo’a. Baik untuk sang mempunyai hajat maupun orang lain.

Munajat do’a inilah yang dahulu konon diperoleh dari


(24)

16

Walisongo dalam menyebarkan dawai-dawai sabda ilahi melalui produk agama-Nya yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Fenomena sublimasi nilai ritual dan budaya ini jika ditinjau dari aspek sosio historis adalah dikarenakana munculnya tradisi kepercayaan di nusantara ini banyak dipengarui oleh pengungsi dari Campa yang beragama Islam.

Kenduren memangsebuah tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Meskipun terkesan sederhana, tradisi ini memang memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini juga positif secara sosial kemasyarakatan karena dapat memperkuat ikatan silaturrahmi satu sama lain. Tidak heran jika tradisi dan budaya ini dikatakan sebagai tradisi dan budaya yang sangat merakyat.

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba membahsa lebih dalam mengenai kenduren durian. Kenduren durian ini merupakan acara tahunan yang digelar di kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang. Jadi kenduren ini merupakan acara hajatan atau selamatan masyarakat Wonosalam. Acara ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat setempat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen/alam yang melimpah. Dan hidangan yang disuguhkan berupa buah durian jadi banyak masyarakat yang menyebut sebagai kenduren durian.


(25)

17

Membincangkan budaya adalah membincangkan seluruh kehidupan manusia. Budaya mencakup cara manusia berpikir dan bertindak, serta benda-benda material yang bersama-sama membentuk seluruh kehidupan manusia. Budaya menunjuk pada sebuah kaitan masa lalu dan petunjuk untuk masa depan.6 Berbeda dengan dunia binatang yang sudah jadi dan selesai, dunia tidaklah tetap. Ini dunia yang belum jadi dan manusialah yang diminta untuk membangunnya. Manusia terlahir dalam dunia yang telah disediakan untuk berubah dan dikelola. Tindakan-tindakan yang pada binatang bersifat instingtif, pada manusia dipikirkan ulang, dimaknai dan dirubah. Makan, minum, seksualitas dan reproduksi. Manusia tidak lagi instingtif, tapi reflegtif sehingga terus mengalami pergeseran makna dan perubahan dalam mengrkspresikannya dalam kehidupan manusia. Aktifitas manusia dalam membangun dunianya inilah yang disebut kebudayaan.

Kebudayaan merupakan aneka ragam tingkah laku, pola pikiran, pergaulan, dan keserasian dalam hidup yang diterima atau diperbuat oleh anggota masyarakat, sehingga mereka menjadi berbeda dari masyarakat lainnya. Termasuk juga dalam hal kecenderungan yang dilakukan oleh anggota masyarakat dan sesudah generasi-generasi berikutnya, dengan jalan adanya ikatan dan pengaruh sosial atau dengan cara memindahkan pengalaman-pengalaman tadi dari satu generasi kegenerasi lainnya. Bahkan terkadang mereka saling menukar pengalaman

6


(26)

18

tadi atau membenahinya sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi maupun kebutuhan-kebutuhan mereka. Akan tetapi yang penting dan perlu digaris bawahi, bahwa inti pengalaman tersebut tetap serasi. Namun ada pula satu pandangan lain yang mengatakan, bahwa kebudayaan itu adalah ungkapan tentang sesuatu bentuk yang memiliki unsur-unsur materi dan ide atau gagasan, dan kedua-duanya saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Setiap hari manusia senantiasa berhubungan dengan unsur-unsur tertentu dari kebudayaan yang berlaku didalam masyarakat.7 Kebudayaan itu hidup dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Demikian bahwa kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masyarakat, sebab kebudayaan hidup dan berkembang dengan subur ditengah-tengah masyarakat. Kebudayaan merupakan tata kelakuan dan hasil kelakuan manusia, sedangkan masyarakat merupakan tempat manusia untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan-perbuatan. Dengan kata lain, kebudayaan tanpa masyarakat tidak ada. Sebaliknya kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar sekali bagi manusia didalam masyarakat. Manusia didalam masyarakat memerlukan kepuasan, baik dibidang spiritual maupun dibidang material. Kebutuhan tersebut pada dasarnya bersumber dari kebudayaan yang telah dibentuk oleh manusia itu sendiri

7


(27)

19

Karena pengertian kebudayaan sangatlah luas, maka Koentjaraningrat merumuskan sedikitnya ada tiga wujud kebudayaa.

1. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan.

2. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah ide, sifatnya abstrak, tak dapat diraba lokasinya ada di kepala kita masing-masing. Wujud kedua adalah kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, misalnya manusia melakukan kegiatan berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut senantiasa berpola menurut pola-pola tersebut berdasarkan adat-istiadat. Wujud ketiga adalah hasil karya manusia. Wujud ini sifatnya paling kongkrit, nyata dapat diraba, dan dilihat. Wujud ketiga ini tidak perlu banyak keterangan lagi, sebab setiap orang bias melihat, meraba dan merasakannya.

Ketiga wujud kebudayaan diatas, apabila dirinci secara khusus kedalam unsur-unsurnya, maka kebudayaan tersebut sedikitnya ada tujuh unsur yakni:

1. Sistem religi dan upacara keagamaan 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan

4. Bahasa 5. Kesenian


(28)

20

6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Sistem teknologi dan peralatan

Wujud kebudayaan diatas mempunyai kegunaan yangsangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggota masyarakat, misalnya kekuatan alam, kekuatan didalam masyarakat sendiri yang tidak selalu baik bagi masyarakat. Kebudayaan yang merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat dapat digunakan untuk melindungi manusia dari anacaman. Di samping itu kebudayaan dapat dipergunakan untuk mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap manusia sebagai anggota masyarakat. Kemudian, tanpa kebudayaan, manusia tidak bias membentuk peradaban seperti apa yang kita punyai sekarang.8

Budaya memiliki dua bentuk utama yaikni kebudayaan nonmaterial dan kebudayaan material. Kebudayaan nonmaterial berupa ide-ide yang diciptakan dan dikembangkan oleh anggota masyarakat. Sedang kebudayaan material berupa benda-benda fisik yang dibuat oleh anggota masyarakat. Melaui budaya, masyarakat dan kelompok-kelompok sosial mendefinisikan dirinya dan mencoba mengembangkan perilaku sesuai dengan nilai-nilai bersama.9 Cakupan budaya sangat luas, meliputi bahasa, kebiasaan, norma-norma, moral, aturan-aturan, alat-alat, teknologi, produk-produk, organisasi dan institusi.10 Kita dapat membedakan

8

Wahyu M.S, Wawasan Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: 2000), 46.

9

Much. Ismail dkk., Pengantar Sosiologi (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 37.

10

George D. Zgourides dan Christie S. Zgourides, Sociology (Cliff’s Quick Review), New York: IDG Books Worldwide, Inc, 2000, 27.


(29)

21

individu berdasarkan pada perilaku budaya yang dikembangkan, karena masing-masing individu cenderung mengembangkan perilaku yang conform (sesuai) dengan ukuran-ukuran perilaku yang berlaku dalam kebudayaan dimana dia berasal. Beberapa kebudayaan memiliki perilaku khas budaya yang sangat menonjol. Kita dapat dengan mudah membedakan orang Madura, orang Jawa atau orang Batak dari bahasa yang digunakan.

Menurut Koentjaningrat, kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi

yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal

sedangkan kata “budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi” sehingga “budaya” yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa. Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu artinya sama saja.

E. B. Taylor dalam tahun 1871 pernah mencoba untuk memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut: Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan lain perkataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang


(30)

22

didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.11 Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardji merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan pada keperluan masyarakat.

Secara sosiologis tiap manusia dalam hidupnya senantiasa memiliki kebudayaan. Artinya konsep tentang kebudayaan hanya ada pada kelompok-kelompok pergaulan hidup individu dalam masyarakat. Dapat dijelaskan bahwa kebudayaan berfungsi mengatur agar manusia dapat memahami bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku, berbuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam masyarakat

Kebudayaan sebagaimana diterangkan diatas, akhirnya dapat dipandang sebagai suatu kumpulan pola-pola tingkah laku manusiayang bersandar sebagai daya cipta dan keyakinan untuk keperluan hidup dalam masyarakat

3. Karakteristik Kebudayaan

a. Berbasis pada simbol

Ekspresi kebudayaan selalu berupa ekspresi simbolik karena yang penting dari budaya itu bukan ekspresinya tapi makna yang terkandung dari

11


(31)

23

ekspresi budaya. Sisi penting dari simbol adalah makna yang ditunjuk oleh simbol itu, bukan simbol itu sendiri.12

b. Dimiliki Bersama

Kebudayaan diciptakan dan dikembangkan oleh satu komunitas masyarakat tertentu secara bersama-sama, bahkan kerja individual. Itu sebabnya suatu komunitas yang telah menetap disuatu wilayah tertentu dalam waktu yang relatif lama akan mengembangkan ekspresi budaya yang bersifat khas dan berbeda dengan komunitas masyarakat lain.

Kepemilikan bersama kebudayaan membuat budaya mampu melampaui ruang dan waktu. Dalam konteks ruang, ekspresi budaya yang muncul pada satu wilayah tertentu dapat saja berkembang dan diikuti oleh banyak orang di wilayah lain.

c. Dipelajarai dan Diwariskan

Kebudayaan dipelajari dan diwariskan melalui proses interaksi sosial. Proses ini disebut dengan sosialisasi. Sosialisasi menunjuk pada proses penyampaian nilai-nilai kebudayaan dari masyarakat pada individu-individu yang menjadi anggota masyarakat. Proses sosialisasi tersebut dilakukan oleh agen-agen sosialisasi. Agen sosialisasi terutama adalah orang-orang yang secara sosial dilegitimasi oleh masyarakat untuk menjadi penjaga nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Proses pewarisan kebudayaan ini menjamin kelestarian kebudayaan. Masyarakat memiliki kecenderungan

12“Culture”


(32)

24

untuk melestarikan kebudayaan yang dimilikinya sehingga dapat mencapai tingkat kemapanan tertentu.

d. Bersifat Adaptif

Kebudayaan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan. Tingkat kemampuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Ada masyarakat yang memiliki budaya dengan kemampuan adaptasi yang sangat tinggi. Ini karena nilai-nilai budaya yang dimiliki cenderung bersifat lentur dan terbuka.

Kebudayaan memang diwariskan dan dilestarikan, hanya saja manusia tidak sekedar menerima dan mewariskan kebudayaan tapi juga merubahnya. Perubahan itu dilakukan dalam rangka proses adptasi dengan kebutuhan masyarakat. Itu sebabnya, cerita tentang kebudayaan adalah cerita tentang perubahan-perubahan.13

G. Metode Penelitian

Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Metode merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang diinginkan.14 sedangkan definisi penelitian sosial sendiri adalah berasal

dari kata “research” (bahasa inggris) berasal dari kata “reserare” (bahasa latin) yang berarti mengungkapkan. Secara etimologis, kata “research” (penelitian, riset) berasal dari kata “re” dan “to search”. Re berarti

kembali dan to search berarti mencari. jadi, secara etimologis, penelitian

13

Much. Ismail dkk., Pengantar Sosiologi (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 40.

14


(33)

25

berarti mencari kembali. Namun makna yang terkandung dalam kata “research”jauh lebih luas dari pada sekedar mencari kembali atau mengungkapkan. Namun dari berbagai definisi yang ditawarkan, ada beberapa hal yang disepakati yaitu: penelitian adalah satu proses penyelidikan, sistematis dan metodis, penelitian sebagai solusi atas suatu masalah dan meningkatkan pengetahuan.15

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif karena, peneliti ingin menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan terperinci. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data berupa induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.16

Menurut Jane Richie penelitian kualitatif adalah upaya untuk untuk menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya didalam dunia, dari segi konsep, prilaku, presepsi,dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Kembali pada definisi disini dikemukakan tentang peranan penting apa

15

Ulber Silalahi, Metode Peneletian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), 2.

16


(34)

26

yang seharusnya diteliti yaitu konsep, prilaku, presepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti.17

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Adapun alasan penelitian yang menjadikan Kecamatan Wonosalam sebagai objek penelitian ialah, karena dari hasil pengamatan yang di lakukan oleh peneliti banyak menemukan hal-hal yang menarik untuk diteliti dan ditelusuri lebih dalam tentang Makna Budaya Kenduren Durian Wonosalam Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2015 sampai bulan Januari 2016.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Sekaran mengungkapkan pengertian populasi sebagai keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal-hal yang menarik bagi peneliti untuk ditelaah.18 Sedangkan sampel adalah himpunan bagian atau bagian dari populasi.19 Dengan demikian maka pemilihan subjek penelitian di sini peneliti berusaha mengambil informan dari warga Kecamatan Wonosalam. Yang terdiri dari tokoh masyarakat yang berpengaruh, seperti para kepala desa setempat yang ikut andil dalam pelaksanaan budaya kenduren durian Wonosalam. Dan warga sekitar selaku masyarakat yang berkecimpung

17

Lexi J. Moleong, Metode Penelitin Kuaitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 6.

18

Zulganef, Metodologi Penelitian Sosial dan Bisnis (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 133.

19


(35)

27

secara langsung didalam acara tahunan Kenduren Durian Wonosalam. Peneliti mengambil informan tokoh masyarakat, masyarakat sekitar dan para perangkat desa, karena informan tersebut lebih mengerti dan memahami tentang acara kenduren durian Wonosalam.

Dalam penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Data primer

Data primer diperoleh dari informasi yang diberikan oleh informan yang bersangkutan. Seperti dari hasil wawancara kepada masyarakat, dan masyarakat yang dianggap mampu memberikan jawaban yang tepat kepada peniliti. Adapun peneliti nantinya akan menggali informasi secara mendalam dari setiap warga desa mengenai budaya kenduren durian Wonosalam. Adapun beberapa informan dalam penelitian ini antara lain

1. Perangkat Desa setempat. 2. Tokoh masyarakat. 3. Masyarakat setempat.


(36)

28

Adapun beberapa nama-nama informan adalah sebagai berikut: No Nama Usia Jabatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Bapak Suparto Ibu Romelah Ibu Komaliyah Ibu Supiyah Bapak Ahmad Bapak Hasan Bapak Sholeh Ibu Sumi Saudara iril Bapak Slamet Ibu Rosmiati Bapak Siswanto Bapak Wagisan Bapak Samuki 48 tahun 53 tahun 40 tahun 35 tahun 54 tahun 45 tahun 63 tahun 47 tahun 24 tahun 38 tahun 34 tahun 54 tahun 57 tahun 44 tahun Tokoh Masyarakat Warga setempat Warga setempat Warga masyarakat Tokoh masyarakat Warga setempat Warga setempat Warga setempat Warga setempat Warga setempat Warga setempat Warga setempat Perangkat desa Perangkat desa

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang berasal dari hasil dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, misalnya lokasi berlangsungnya acara budaya kenduren durian Wonosalam dan proses wawancara ketika dengan masyarakat sekitar dan tokoh masyarakat. Peneliti juga melihat peta geografis kecamatan Wonosalam dan tata letak beberapa desa yang berada di kecamatan Wonosalam.

4. Tahap-Tahap Penelitian a. Tahap pra lapangan

Pada tahap pra-lapangan peneliti sudah membaca fenomena sosial yang menarik untuk diteliti. Penenliti mulai memberikan pemahaman bahwasannya fenomena sosial yang ada di suatu masalah sosial layak


(37)

29

untuk diteliti. Selain itu peneliti juga bisa memulai untuk melakukan prapengamatan terkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, merupakan proses berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk pada proses penelitian penting untuk dilakukan sebelum penelitian berlangsung adalah proses perizinan. Karena prosedur seorang penelitian adalah dengan adanya izin dari obyek yang akan diteliti. Setelah peneliti mulai melakukan penggalian data yang diinginkan dan sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dan langkah selanjutnya adalah terjun ke lapangan untuk menggali data yang akan dijadikan sebagai bahan laporan dalam hasil penelitian.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data kualitatif pengolaan data tidak menggunakan teknik statistika sehingga hasil analisis jawaban responden terdapat pertanyaan yang diajukan tidak terkait dengan skor, akan tetapi dideskripsikan dalam suatu penjelasan dalam bentuk kalimat. peneliti sudah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperoleh di lapangan. Setelah memperoleh data, maka langkah selanjutnya adalah menggola data-data tersebut. Peneliti menggunakan teknik untuk menganalisis dengan cara berfikir induktif. Cara berfikir induktif adalah pada prosedur


(38)

30

induktif proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru ).20

d. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan penelitian. Setelah komponen-komponen yang terkait data dan hasil analisis mencapai kesimpulan, peneliti akan memulai penulisan laporan penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan penelitian terkait dengan kelengkapan data.

5. Teknik Pengumpulan Data

Moh. Nazir, dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian

memberikan definisi mengenai pengumpulan data sebagai:

“Suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan

penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesis

yang telah dirumuskan”.21

Ada berbagai macam teknik pengumpulan data dalamproses penelitian, tetapi teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

20

Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode penelitian survei (Jakarta:pustaka: LP3es,2006), 36.

21


(39)

31

a. Metode pengamatan (observasi)

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik yang akan dilakukan penelitian dalam pencarian data pada penelitian kualitatif. Observasi adalah proses pengumpulan data dengan melakukan pengamatan hanya sekilas saja.

b. Metode wawancara (interview)

Wawancara atau interview adalah salah satu cara untuk melakukan data dalam penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan dengan subjek penelitian. Bertujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka dengan si responden. Dengan menggunakan panduan wawancara. Dalam proses wawancara ini, peneliti mengambil suasana terbuka atau tidak dalam forum resmi, dengan tujuan diharapkan subjek penelitian atau informan lebih nyaman dan mampu memberikan infromasi dengan jelas dan benar.

c. Metode dokumentasi

Dokumentasimerupakan cara pencarian data dilapangan yang berbentuk gambar, arsip dan data-data tertulis lainnya. dengan tujuan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning, analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan


(40)

32

diinterpretasikan.22 Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan miles dan huberman. Teknik –teknik data sebagai berikut:23 a. Data reduction.

Data reduction adalah merangkum dari hasil-hasil data yang didapatkan dalam penelitian. Langkah-langkah yang harus dilakukan yakni memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema. Dalam hal ini, peneliti harus segera melakukan analisa data melalui reduksi data, ketika peneliti memeproleh data dari lapangan dengan jumlah yang cukup banyak. Adapun hasil dari mereduksi data, peneliti telah memfokuskan pada study kasus Makna Budaya Kenduren Durian Wonosalam Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

b. Data display.

Langkah berikutnya yakni peneliti mendisplaikan data-data yang diperoleh dari lapangan. Data display yakni mengorganisir data, menyusun data dalam suatu pola hubungan sehingga semakin mudah difahami.

c. Conclusions drawing/verification.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yakni penarikan kesimpulan. Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, yakni berkaitan

22

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1989), 263.

23


(41)

33

denganMakna Budaya Kenduren Durian Bagi Masyarakat Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Ada beberapa teknik keabsahan data, namun peneliti menggunakan teknik keabsahan data melalui triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut.24

Peneliti menggunakan langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap tiangulasi sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan dilakukan untuk mencari dan menemukan ciri-ciri serta unsur lainya yang sangat relevan dengan persoalan penelitian dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Dalam hal ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu dalam upaya menggali data atau informasi untuk dijadikan obyek penelitian, yang pada akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk di teliti, yaitu Makna Budaya Kenduren Durian Bagi Masyarakat Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

b. Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti dalam pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa hasil wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa dokumendan peneliti peroleh dari Budaya Kenduren Durian

24

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), 178.


(42)

34

Bagi Masyarakat Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Sedangkan metode atau cara yang peneliti gunakan dalam pemeriksaan keabsahan data yaitu dengan menggunakan metode analisis domain. Artinya setelah data berhasil dikumpulkan, kemudian peneliti menyajikannya secara utuh tanpa melakukan penyimpangan dalam penyajiannya.

H. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam bab 1 ini juga menjelaskan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan penjelasan tentang teori fenomenologi yang akan digunakan dalam menganalisis masalah penelitian. Selain itu harus memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah penelitian.


(43)

35

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh kecamatan Wonosalam, baik data primer maupun data sekunder. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan menggunakan teori yang relevan.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran kepada para pembaca laporan penelitian ini.


(44)

37

BAB II

TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ

A. Teori Fenomenologi

Alfred Schutz lahir di Wina pada tahun 1899 dan meninggal di New York pada tahun 1959. Ia menyukai musik, pernah bekerja di bank mulai berkenalan dengan ilmu hukum dan sosial. Ia mengikuti pendidikan akademik di Universitas Vienna, Austria dengan mengambil bidang ilmu-ilmu hukum dan sosial. Gurunya yang sangat terkenal adalah Hans Kelsen (ahli hukum), Ludwig Von Mises (ekonom), dan Friedrich Von Wieser dan Othmar Spann (keduanya ahli sosiologi).

Pendidikan formal ini dijalankan Schutz setelah ia mengikuti Perang Dunia I. Selama kuliah ia menjadi sangat tertarik pada karya-karya Max Weber dan Edmund Husserl. Setelah lulus ilmu hukum, dia malah bekerja di bidang perbankan untuk jangka waktu yang sangat lama. Meskipun penghasilannya sangat besar tetapi dia merasa perbankan bukanlah tempat yang cocok baginya untuk mengaktualisasikan diri. Schutz akhirnya banting setir yang mulai mempelajari sosiologi khususnya fenomenologi yang dianggap memberi makna dalam pekerjaan dan hidup. Di tahun 1920-an meskipun bukan seorang Dosen, tetapi hampir seluruh temannya adalah dosen perguruan tinggi sehingga dia mulai terjun ke dunia akademik. Dia mulai mengajar dengan bantuan temannya dan bahkan memberikan kuliah di Perguruan Tinggi serta dapat berpartisipasi dalam diskusi dan seminar ilmiah. Setelah menerbitkan Der Sinnhafte


(45)

38

Aufbau der sozialen welt Schutz akhirnya berkenalan secara pribadi dengan Edmund Husserl yang menawarinya menjadi asisten tetapi Schutz menolaknya.

Dalam teori Schutz sangat kental pengaruh Weberian-nya khususnya karya-karya mengenai tindakan (action) dan tipe ideal (ideal type). Meskipun Schutz terkagum-kagum pada Weber tetapi ia beusaha mengatasi kelemahan yang ada di dalam karya Weber dengan menyatukan ide filsuf besar Edmund Husserl dan Henri Bergson. 1

Schutz sangat ingin mendirikan Sekolah Tinggi Ekonomi Austria dengan menggunakan paradigma theory of action yang bersifat subyektif tapi ilmiah. Keinginannya ini mempengaruhi dirinya menerbitkan buku yang sangat berharga di bidang sosiologi yang berjudul The Phenomenology of the social world yang diterbitkan tahun 1932 dalam bahasa Jerman. Buku ini baru diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris tahun 1967, sehingga karya Schutz baru mendapat perhatian serius dan penghargaan dari Amerika Serikat tiga puluh tahun sejak diterbitkan.

Dalam karir akademiknya tercatat di tahun 1943, Schutz mengajar di The New York School of Research yang sebelumnya bernama Alvin

Johnson’s University. Meski siang hari dia menjadi bankir namun di

malam hari dirinya mengabdikan diri untuk dunia pendidikan. Tapi tidak sampai tahun 1956 dia berhenti menjadi konsultan perbankan dan berkonsentrasi menjadi dosen di News School for Research.

1

Schutz, Alfred dalam John Wild dkk, The Phenomenology of the Social World. Illinois (Northon University Press, 1967), 67


(46)

39

Selain mengajar Schutz juga aktif menerbitkan tulisan-tulisan di jurnal penelitian Philosophy and Phenomenological Research. Schutz menjadi staf redaksi jurnal itu di tahun 1941. Di tahun 1952, Dia dinobatkan sebagai Guru Besar di News York School for Research dan mengajar di sana sampai dia meninggal di tahun 1959.

Meski Schutz telah tiada tetapi koleksi karya-karyanya diterbitkan dalam tiga jilid di tahun 1962, 1964 dan 1966. Bahkan Thomas Luckman seorang guru besar di Universitas Frankfurt mengumpulkan catatan dan tulisan Schutz dan membuatnya menjadi buku Die Strukturen der Lebenswelt yang dialibahasakan ke dalam bahasa Inggris di tahun 1970 dengan judul Reflection on the problem of relevance.

B. Mengintip Fenomenologi Secara Umum

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, Phainoai, yang berarti

‘menampak’ dan phainomenon merujuk pada ‘yang menampak’. Istilah

fenomenologi diperkenalkan oleh Johann Heirinckh. Meskipun demikian pelopor aliran fenomenologi adalah Edmund Husserl.

Jika dikaji lagi Fenomenologi itu berasal dari phenomenon yang berarti realitas yang tampak. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi fenomenologi adalah ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan dari realitas yang tampak. Fenomenologi berusaha mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep penting dalam kerangka intersubyektivitas (pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain).


(47)

40

Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengelaman-pengelamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengelaman pribadinya. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak dapat berdiri sendiri, karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran yang lebih lanjut. Tokoh-tokoh fenomenologi ini diantaranya Edmund Husserl, Alfred Schutz dan Peter. L Berger dan lainnya. Fenomenologi menerobos fenomena untuk dapat mengetahui makna hakikat terdalam dari fenomena tersebut untuk mendapatkan hakikatnya.

Tujuan dari fenomenologi, seperti yang dikemukakan oleh Husserl, adalah untuk mempelajari fenomena manusia tanpa mempertanyakan penyebabnya, realitas yang sebenarnya, dan penampilannya. Husserl

mengatakan, “Dunia kehidupan adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan.”2

Kita kerap memaknai kehidupan tidak secara apa adanya, tetapi berdasarkan teori-teori, refleksi filosofis tertentu, atau berdasarkan oleh penafsiran-penafsiran yang diwarnai oleh kepentingan-kepentingan, situasi kehidupan, dan kebiasaan-kebiasaan kita. Maka fenomenologi menyerukan zuruck zu de sachen selbst (kembali kepada benda-benda itu sendiri), yaitu upaya untuk menemukan kembali dunia kehidupan.

Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru menyangkut persoalan pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimanan

2

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Predana Media, 2008). 76


(48)

41

kehidupan bermasyarakat itu dapat terbentuk. Alfred Schutz memliki teori yang bertolak belakang dari pandangan Weber. Alfred berpendapat bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.

Pemahaman secara subyektif terhadap sesuatu tindakan sangat menentukan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor yang memberikan arti terhadap tindakannya sendiri maupun bagi pihak lain yang akan menerjemahkan dan memahaminya serta yang akan beraksi atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh aktor.

Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada satu bentuk dari subyektivitas yang disebutnya, antar subyektivitas. Konsep ini menunjuk kepada pemisahan keadaan subyektif atau secara sederhana menunjuk kepada dimensi dari kesadaran umum ke kesadaran khusus kelompok sosial yang sedang saling berintegrasi. Intersubyektivitas yang memungkinkan pergaulan sosial itu terjadi, tergantung kepada pengetahuan tentang peranan masing-masing yang diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi.

Banyak pemikiran Schutz ysng dipusatkan terhadap satu aspek dunia sosial yang disebut kehidupan dunia atau dunia kehidupan sehari-hari. Inilah yang disebut dunia intersubyektif. Dalam dunia intersubyektif ini orang menciptakan realitas sosial dan dipaksa oleh kehidupan sosial


(49)

42

yang telah ada dan oleh struktur kultural ciptaan leluhur mereka. Didalam dunia kehidupan itu banyak aspek kolektifnya, tetapi juga ada aspek pribadinya. Schutz membedakan dunia kehidupan antara hubungan tatap muka yang akarab dan hubungan interpersonal dan renggang. Sementara hubungan tatap muka yang intim sangat penting dalam kehidupan dunia, adalah jauh lebih mudah bagi sosiolog untuk meneliti hubungan interpersonal secara ilmiah. Meski Schuutz beralih perhatiannya dari kesadaran ke dunia kehidupan intersubyektif, namun ia masih mengemukakan hasil pemikirannya tentang kesadaran, terutama pemikirannya tentang makna dan motif tindakan individual.

Makna fenomenologi adalah realitas, tampak. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak berdiri sendiri. Karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran lebih lanjut. Fenomenologi menerobos fenomena untuk dapat mengetahui makna (hakikat) terdalam dari fenomena tersebut.3

Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologis. Yang pertama pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar. Kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengan pengalaman itu sendiri. Yang ke dua yakni makna benda terdiri dari kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Bagaimana kita berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi kita. Dan yang terakhir bahasa

3

Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 301-302


(50)

43

merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.

C. Empat unsur pokok dari teori Fenomenologi

Pertama, perhatian terhadap aktor. Persoalan dasar ini menyangkut metodologi. Bagaimana caranya untuk mendapatkan data tentang tindakan sosial itu subyektif mungkin. Penggunaan metode ini dimaksudkan pula untuk mengurangi pengaruh subyektivitas yang menjadi sumber penyimpangan, bias dan ketidaktepatan informasi. Menurut pandangan ahli ilmu alam hal seperti itu tidak mungkin dilakukan terhadap obyek studi sosiologi.

Sehingga dapat dikatakan naif kalau ada yang beranggapan bahwa seseorang akan dapat memahami keseluruhan tingkah laku manusia, hanya dengan mengarahkan perhatian kepada tingkah laku yang nampak atau yang muncul secara konkrit saja. Tantangan bagi ilmuwan sosial adalah untuk memahami makna tindakan aktor yang ditujukannya juga kepada dirinya. Bila pengamat menerapkan ukuran-ukurannya sendiri atau teori-teori tentang makna tindakan, dia tidak akan dapat menemukan makna yang sama di antara aktor itu sendiri. Dia tidak akan pernah menemukan bagaimanan realita sosial itu diciptakan dan bagaimanan tindakan berikutnya akan dilakukan dalam kontek pengertian mereka.

Posisi metodologis Schutz adalah diatur dalam tiga esai dalam Volume 1 dari Dikumpulkan karya-karyanya. Titik awal adalah bahwa penelitian sosial berbeda dari penelitian dalam ilmu fisika berdasarkan


(51)

44

fakta bahwa, dalam ilmu-ilmu sosial, seseorang berhadapan dengan 'obyek penelitian' yang menafsirkan sendiri dunia sosial yang kita, sebagai ilmuwan, juga ingin menafsirkan. Orang-orang terlibat dalam suatu proses terus-menerus untuk memahami dunia, dalam interaksi dengan sesama mereka dan kami, sebagai ilmuwan, yang berusaha memahami mereka rasa keputusan. Dalam melakukannya, kita pasti harus menggunakan metode yang sama penafsiran seperti halnya orang dalam 'akal sehat dunianya. Apa yang membedakan perusahaan ilmiah sosial, bagaimanapun, adalah bahwa ilmuwan sosial mengasumsikan posisi pengamat tertarik. Dia tidak terlibat dalam kehidupan yang diamati- kegiatan mereka bukan kepentingan praktis, tetapi hanya kepentingan kognitif.

Kedua, memusatkan perhatian kepada kenyataan yang penting atau yang pokok dan kepada sikap yang wajar atau alamiah (natural attitude). Alasannya adalah bahwa tidak keseluruhan gejala kehidupan sosial mampu diamati. Karena itu perhatian harus dipusatkan kepada gejala yang penting dari tindakan manusia sehari-hari dan terhadap sikap yang wajar. Proses terbentuk fakta sosial menjadi pusat perhatian dan jelas bukan bermaksud mempelajari fakta sosial secara langsung. Bedanya terletak pada bahwa sementara paradigma fakta sosial mempelajari fakta sosial sebagai pemaksa terhadap tindakan individu, maka fenomenologi


(52)

45

mempelajari bagaimana individu ikut serta dalam proses pembentukan dan pemeliharaan fakta sosial yang memaksa mereka itu.4

4

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Predana Media, 2008). 84


(53)

46

BAB III

MAKNA KENDUREN DURIAN BAGI MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG

A. Deskripsi Umum Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

1. Letak Greografis Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

Wonosalam merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Jombang. Kecamatan Wonosalam memiliki 9 desa yakni: Desa Sumberrejo, Wonokerto, Panglungan, Carangwulung, Wonosalam, Sambirejo, Wonomerto, Galangdowo, dan Jarak. Adapun batas-batas kecamatan Wonosalam yaitu:

a. Sebelah utara berbatsan dengan Kabupaten Mojokerto

b. Sebelah selatan berbatsan dengan Kabupaten Kediri

c. Sebelah timur berbatsaan dengan Kabupaten Malang

d. Sebelah barat berbatsan dengan Kecamatan Mojowarno dan Kecamatan Mojoagung


(54)

47

Gambar 3.1: Peta Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

Kondisi fisik dasar Kecamatan Wonosalam mencakup lima aspek, yaitu kondisi geografis, kondisi topografi, kondisi geologi, kondisi hidrologi dan iklim.

a. Kondisi Geografi

Kecamatan Wonosalam berada diujung dari Kabupaten Jombang dengan luas wilayah 121, 63 km2, dan pada tahun 2010 jumlah penduduknya mencapai 32.542 jiwa. Terletak pada 112 º 21 05 s.d 112 º 23 22 bujur timur dan 07 º 44 59 s.d 07 º 40 ‘ 01 lintang selatan.


(55)

48

b. Kondisi Topografi

Kecamatan Wonosalam berada di sekitar lereng Gunung Arjuna sehingga memiliki kondisi fisik yang berbukit. Ketinggian Wilayah Kecamatan dari permukaan laut adalah ± 500 m dpl. Dengan identifikasi bentuk wilayah:

Datar sampai berombak : 44 %

Berombak sampai berbukit : 56 %

Berbukit sampai bergunung : 0 %

c. Kondisi Geologi

Kondisi geologi Kecamatan Wonosalam adalah Holosen Alluvium dan sebagian Pistosen Fasein. Untuk jenis tanah Kecamatan Wonosalam bertekstur lempung, lempung pasir napal atau termasuk jenis tanah pada kompleks mediteran coklat kemerahan dan lisotol. Kecamatan Wonosalam sebagian besar lahannya sudah dimanfaaatkan untuk kegiatan permukiman yaitu seluas 1046, 43 Ha, sawah 707,94 Ha dan tegalan 3535,41 Ha.

d. Kondisi Hidrologi

Secara hidrologis Kecamatan Wonosalam tidak terlalu banyak dialiri sungai sehingga kegiatan irigasi di sektor pertanian perkebunan dan peternakan kurang memadai. Namun, kondisi air di Kecamatan


(56)

49

Wonosalam tidak mengandung kadar garam yang tinggi, sehingga memberikan kemudahan dalam pemilihan tanaman tropis yang lebih variatif.

e. Kondisi Iklim

Suhu maksimum/minimum di Kecamatan Wonosalam yang memiliki ketinggian ± 500m diatas permukaan laut adala berkisar antara: 30o C – 23o C. Dan curah hujannya adalah jumlah hari dengan curah hujan terbanyak : 93 hari, banyaknya curah hujan : 2239 mm/th. Kecamatan Wonosalam memiliki iklim tropis dan subtropis.

Untuk mengetahui Wonosalam lebih jauh peneliti mencoba menjelaskan dengan beberapa karakteristik yang berada di Kecamatan Wonosalam. Meliputi :

2. Karakteristik Binaan Kecamatan Wonosalam

Karakteristik binaan di Kecamatan Wonosalam meliputi lahan terbangun dan tak terbangun, sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Wonosalam.

Lahan Terbangun dan Lahan Tak Terbangun

Jika meninjau data dari Koordinator Statistik Kecamatan Wonosalam pada tahun 2009, menyatakan bahwa jumlah lahan terbangun


(57)

50

di Kecamatan Wonosalam adalah 1.046,43 Ha, sedangkan luas lahan tak terbangun sebesar 12.848,65 Ha.

Karakteristik Sarana dan Prasarana

Berdasarkan data monografi kecamatan Wonosalam menyatakan bahwa jumlah sarana dan prasarana baik umum maupun khusus adalah sebagai berikut.1

NO Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1 TK dan PAUD 4

2 SD/MI 6

3 SMP/MTS 2

4 SLTA/SMK 1

5 Pasar 1

6 Puskesmas 6

7 Posyandu 9

Sumber data: Buku Monografi Kecamatan Wonosalam tahun 2009

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Wonosalam kurang begitu memadai. Dimana jumlah tersebut jika dilihat untuk satu kecamatan sangat minim sekali. Mungkin hal itu di karenakan letak geografis dari kecamatan Wonosalam itu sendiri yang sulit untuk dijangkau.

1


(58)

51

Karakteristik Sosial Kependudukan Kecamatan Wonosalam

Jumlah penduduk Kecamatan Wonosalam pada tahun 2009 menurut koordinator statistika Kecamatan Wonosalam (regristrasi penduduk) adalah 32.542 jiwa.

NO Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-laki 16.158 2 Perempuan 16.384

Table diatas menunjukkan bahwa kecamatan Wonosalam memiliki jumlah penduduk yang hampir seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan.

Komposisi Penduduk Menurut Agama

Penduduk di kecamatan Wonosalam menganut beberapa kepercayaan yang berbeda-beda. Mayoritas penduduk disana beragama Islam.

NO Agama Jumlah

1 Islam 32502

2 Katolik 25

3 Kristen 15

4 Budha -

5 Hindu -

Sumber data: Buku Monografi Kecamatan Wonosalam tahun 2009

Table diatas menunjukkan bahwa agama Islam menjadi mayoritas agama warga di kecamatan Wonosalam. Kemudian untuk menampung


(59)

52

kegiatan bagi para penganut agama dan kepercayaan di kecamatan Wonosalam tersedia beberapa sarana dan prasarana tempat beribadah.

NO Jenis Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid 8

2 Mushalla 25

3 Gereja 1

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Penduduk di Kecamatan Wonosalam mempunyai mata pencaharian yang beraneka ragam. Akan tetapi banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam bidang ekonomi masyarakat.2

No Sektor Buruh Jumlah

1 Pertanian 2400 2471

2 Industri Pengolahan 1122 380

3 Bangunan 102 8

4 Pengangkutan dan Komunikasi 181 171 5 Keuangan, Persewaan Jasa 15 172

Tabel diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam bidang ekonomi masyarakat di Kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang. Tidak heran jika mayoritas penduduk di kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang berprofesi sebagai petani.

2


(60)

53

Terutama petani buah durian, dan hal ini salah satu yang menjadi faktor adanya acara budaya tahunan kenduren durian di Wonosalam.

Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Ti ngkat pendidikan di Kecamatan Wonosalam memiliki frekuensi yang berbeda-beda. Biasanya, tingkat pendidikan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Proses pembangunan desa akan berjalan dengan lancar jika masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.

NO Jenis Pendidikan Jumlah 1 Buta Huruf 1210 2 Belum Tamat SD 374 3 Tidak Tamat SD 1376

4 Tamat SD 1535

5 Tamat SLTP 1293 6 Tamat SLTA 1102 7 Tamat/Akademi/PT 131

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Wonosalam apabila di tinjau dari pendidikannya, maka terlihat bahwa jumlah yang tamat Sekolah Dasar lebih besar yaitu 1535 dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan dapat dipergunakan sebagai acuan lebih meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Kecamatan Wonosalam.


(61)

54

Karakteristik Ekonomi Kecamatan Wonosalam

Kecamatan Wonosalam memiliki karakteristik ekonomi yang beraneka ragam. Ditinjau dari mata pencaharian penduduk, masyarakat Kecamatan Wonosalam sebagian besar bekerja sebagai petani, baik petani pemilik tanah ataupun petani penggarap.

NO Luas Penggumaan Jenis Tanah Luas/ha 1

2 3 4 5 6

Tanah Sawah Irigasi Irigasi ½ tehnis Pekaranagan / bangunan

Tegalan / kebun

Tanah lain-lain (sungai, jalan, kuburan, saluran dan lain-lain)

3200 50 1000 2150 39430

5432

Hal ini menggambarkan sektor pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian Kecamatan Wonosalam. Mata pencaharian lain seperti buruh bangunan, buruh perkebunan, pedagang, peternak, dan pegawai negeri sipil juga mendominasi.3

Karakteristik Kelembagaan Kecamatan Wonosalam

Kecamatan Wonosalam memiliki 9 desa/kelurahan, yang terdiri dari 58 Rukun Warga/RW dan 195 Rukun Tetangga/RT. Kantor

3


(62)

55

Kecamatan Wonosalam memiliki beberapa jumlah pegawai dan jenis golongannya. Diantaranya sebagai berikut:

NO Jenis Pegawai Jumlah

1 Golongan II 9

2 Golongan III 13

3 Gol pegawai vertikal I 3 4 Gol pegawai vertikal II 96 5 Gol pegawai vertikal III 111 6 Gol pegawai vertikal IV 94

Sumber data: Buku Monografi Kecamatan Wonosalam tahun 2009

B. Makna Kenduren Durian Bagi Masyarakat Di Kecamatan Wonosalam

Kabupaten Jombang

1. Sejarah Kenduren Durian Di Kecamatan Wonosalam kabupaten

Jombang

Kenduren durian yang ada di kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang adalah sebuah acara tahunan yang dilakukan masyarakat di kecamatan Wonosalam, acara tersebut di selenggarakan oleh pemerintah kecamatan dan masyarakat Wonosalam sendiri. Dalam perkembangannya sendiri kenduren itu sudah ada sejak tahun 2011.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Suparto seorang tokoh masyarakat desa Wonosalam.

“Kalau seinget saya ya mbak, kenduren Wonosalam mulai ada tahun 2011, hampir 4 tahunan yang lalu, kalua tidak salah lo, saya juga sedikit lupa mbak. Lo rame mbak kalau ada acara itu, sampai ngelu mbak kepala kalau melihat pengunjung yang datang berjubel memenuhi jalanan. Yang datang ya dari banyak kota


(1)

90

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai Makna Kenduren Durian Bagi Masyarakat di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kenduren durian merupakan salah satu acara tahunan yang ada di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang, acara ini ada sejak tahun 2011. Kenduren durian ini pertama kalinya di gagas oleh pihak perangkat desa Wonosalam kemudian dimusyawarakan bersama dengan tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar. Dan akhirnya terciptanya kenduren durian Wonosalam tersebut. Pelaksanaan budaya kenduren Wonosalam ini di gelar di lapangan olahraga kecamatan Wonosalam. Biasanya pengunjung yang datang berasal dari luar kabupaten Jombang bahkan sampai ada yang datang dari luar Jawa Timur. Acara ini berlangsung ramai dan sangat meriah, dimana para pengunjung akan berebut buah durian yang ditata rapi membentuk tumpeng raksasa. Jika tidak berhati-hati pengunjung bisa terluka akibat terkena kulit durian yang sangat tajam. Biasanya pengunjung berebut secara anarkis dan hal itu yang menjadi salah satu penyebab utama adanaya korban yang terkena lemparan maupun tertimpa buah durian dari atas.


(2)

91

1. Sebagai wujud rasa syukur masyarakat Wonosalam atas hasil panen buah durian yang melimpah sepanjang tahun.

2. Sebagai alat untuk mempererat Solidaritas dan gotong royong antar warga Wonosalam.

3. Sebagai bentuk sedekah bumi masyarakat Wonosalam. 4. Ajang memperkenalkan potensi alam kawasan Wonosalam. Dari beberapa makna kenduren durian diatas diantaranya terdapat salah satu makna yakni sebagai bentuk sedekah bumi masyarakat Wonosalam. Hal ini sesuai yang diungkapkan dari perangkat desa Wonosalam yang mengungkapkan bahwa memang kenduren durian tersebut merupakan bentuk sedekah bumi masyarakat Wonosalam. Ditengah masyarakat saat ini yang sudah modern kenduren durian tersebut menurut mereka masih dianggap sebagai bentuk dari sedekah bumi mereka atau bisa dikatakan sebagai alat bersih desa. Mereka menganggap bentuk sedekah bumi dari kenduren durian tersebut masih berlaku atau relevan meskipun zaman sudah modern. Menurut salah satu dari informan mengatakan bahwa meskipun kenduren durian tersebut baru berjalan beberapa tahun ini tetapi sudah bisa menarik banyak masyarakat luas untuk datang ke Wonosalam. Meskipun jika dilihat pengunjung yang datang juga banyak yang menggunakan mobil, hal ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakatpun sangat kuat untuk ikut serta saat kenduren durian Wonosalam. Dan dari sisi lain para pengunjung yang datang saat kenduren durian Wonosalam sebenarnya mampu jika hanya sekedar membeli buah


(3)

92

durian tapi dengan adanya kenduren pengunjungpun seakan-akan terhipnotis oleh kenduren durian Wonosalam.

B.SARAN

Kenduren durian di kecamatan Wonosalam juga merupakan salah satu dari hasil cipta karya manusia yang memiliki dampak positif dan negatif, dan sepatutnya agar tradisi seperti ini tetap ada di tengah-tengah zaman yang semakin modern, maka terdapat beberapa saran bagi masyarakat, tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah yang berada di kecamatan Wonosalam.

1. Bagi masyarakat. Sebaiknya masyarakat Wonosalam maupun masyarakat dari luar kecamatan Wonosalam melestarikan budaya kenduren durian Wonosalam, saling menjaga ketertiban dan keamanan saat acara tersebut berlangsung. Saling menghargai antara masyarakat baik dari masyarakat Wonosalam sendiri maupun masyarakat yang dating dari luar.

2. Bagi tokoh masyarakat. Sebaiknya lebih menjaga dan mengembangkan lagi acara kenduren durian agar semakin tahun acara tersebut juga semakin meriah dan banyak menarik minat pengunjung yang datang dari luar Kecamatan Wonosalam. Dapat memmbantu menertibkan para pengunjung yang datang agar tidak menimbulkan keributan yang tidak diinginkan.


(4)

93

3. Bagi pemerintah setempat. Alangkah lebih baiknya lagi jika dari pihak pemerintahannya sendiri melestarikan dan memperkenalkan acara tahunan kenduren durian tersebut ke luar Wonosalam. Agar kenduren durian Wonosalam lebih banyak dikenal masyarakat luas. Dan bisa membawa nama Wonosalam menjadi lebih banyak di kenal masyarakat luas, kemudian Wonosalam juga lebih di kenal masyarakat sebagai salah satu daerah penghasil buah durian terbesar di Jawa Timur. Dari pihak pemerintah sebaiknya juga memberikan keamanan secara lebih, agar tidak terjadi kekisruhan, dan kekacauan saat berlangsungnya acara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar Wardi. Sosiologi Klasik Dari Comte Hingga Parson. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.

Bento Ted dan Craib Ian. Filsafat Ilmu Sosial Pendasaran Filosofis Bagi Pemikiran Sosial. Yogjakarta: Ladelaro, 2009.

Bryan S. Turner. Teori Sosial Dari Klasik Sampai Post Modern. Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Bungin Burhan.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Pustaka jaya, 2002.

Campbell Tom. Tujuh Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Fajar Sandy Darmawan. Makna Budaya Mahabbahturrasul bagi masyarakat di Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang, Skripsi. Surabaya: FISIP UIN Sunan Ampel, 2014.

George D. Zgourides dan Christie S. Zgourides, Sociology (Cliff’s Quick

Review), New York: IDG Books Worldwide, Inc, 2000.

Ismail Muh. dkk., Pengantar Sosiologi. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013.

Johnson, D.P. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia, 1986. Macionis J. John. Sociology. New Jersey: Pearson Education International,

2008.

Muhammad Muslih Al- Farid. Makna ritual Budaya Malam 1 Syuro Masyarakat Desa Losari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto, Skripsi. Surabaya: Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2008.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2008.

Nazir Moh. MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.


(6)

Ritzer, G dan Goodman Douglas J. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media, 2005.

Siahaan M Hotman. Sejarah dan Teori Sosiologi Klasik. Jakarta: Erlangga, 1986.

Silalahi Ulber. Metode Peneletian Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2010. Singarimbun Masri, Effendi Sofyan. Metode penelitian survai. Jakarta:

Pustaka LP3es, 2006.

Soekanto Sorjono. Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Soekanto Soerjono. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali, 1992.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010. Wahyu M.S. Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: 2000.

Weber Max. Sosiologi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009.