Sesi 2 3 ATP WTP PBPU Syamsu Hidayat dan Vini Aristianti KPMAK
Berapa ATP dan WTP Masyarakat kurang
Mampu? Peran Pemerintah Daerah dalam
Memperluas Cakupan Kepesertaan
Annual Scientific Meeting
Sabtu, 25 Maret 2017
Latar Belakang
Cakupan Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (Tahun 2016)
Peserta 156,79 juta jiwa
PBPU,
14.96,
9.54%
Trend Peningkatan Peserta PBPU
Peningkatan
Peserta PBPU
Sebesar 65%
Non
PBPU;
141,83 ;
90,46%
Missmatch
Pendapatan Iuran
Rp.52,78 Triliun
Non PBPU;
48103;
91,14%
PBPU
4675
8,86%
Beban Jaminan Kesehatan Rp
57,08 Triliun
Non PBPU;
40.405 ;
70,78%
PBPU
16.678
29,22%
LATAR BELAKANG
Sektor Formal
•
Dibiayai melalui pajak pendapatan
atau asuransi wajib bagi pekerja
sektor formal dan keluarganya
‘Missing middle’
1. BESAR IURAN/PREMI PBPU
2. ATP/WTP PBPU KURANG MAMPU
3. KESADARAN DALAM PERLINDUNGAN
TERHADAP RISIKO KESEHATAN
4. Faktor Kemauan membayar
•
•
Pekerja sektor informal/wirausaha
dan keluarganya
Tingkat kepesertaan asuransi yang
rendah serta permasalahan adverse
selection
Masyarakat Miskin
•
Dibiayai oleh pemerintah melalui
APBN / APBD
TUJUAN PENELITIAN
• .
Tersedianya
gambaran kemauan
dan
kemampuan
membayar iuran dari
peserta
PBPU
kurang mampu.
Tersedianya faktorfaktor
yang
mempengaruhi
kemauan
dan
kemampuan peserta
PBPU
kurang
mampu
dalam
membayar iuran
Tersedianya
gambaran kemauan
Pemerintah Daerah
dalam mengalokasi
dana
untuk
pemberian subsidi
iuran.
Tersedianya model
pemberian subsidi
iuran bagi peserta
PBPU
kurang
mampu
JKN
Jamkesda
Metode pengambilan sampel melalui multistage random sampling. Besar sampel setiap
kabupaten/kota sebanyak 50 responden, setiap provinsi sebanyak 150 responden,
sampel responden nasional sebanyak 1.800 responden. Sampel daerah responden juga
memperhatikan Pemkot/Pemkab yang belum melakukan integrasi Jamkesda dengan
program Jaminan Kesehatan Nasional.
LOKASI KAJIAN
Sumatera
Utara
Riau
Kalimanta
n Barat
Kalimanta
n Timur
Sulawesi
Utara
Papua
Barat
Sulawesi
Tengah
Papua
Banten
Jawa
Timur
Bali
NTT
-
Provinsi dengan Fiskal Rendah
-
Provinsi dengan Fiskal Sedang
-
Provinsi dengan Fiskal Tinggi
-
Provinsi dengan Fiskal Sangat Tinggi
Karakteristik Responden
Proporsi Usia Responden
4%
10% 13%
Proporsi Jenis Kelamin
25 kebawah
26-35
20%
26%
27%
36-45
46-55
47%
53%
56-65
66 keatas
Sebagian besar responden pada
kajian ini adalah masyarakat
pada usia produktif (15-64
tahun) ((95,62%)
Sebagian besar responden
pada kajian ini berjenis
kelamin perempuan (53%)
Karakteristik Responden
Pekerjaan Utama Responden PBPU
Pendidikan
S3
0,17
S2
0,29
5,93
S1
3,28
D1/D2/D3
45,51
SMA
17,68
SMP
18,95
SD
8,18
tidak sekolah/tamat SD
-
10,00
20,00
30,00
40,00
Sebagian besar responden
(45,51%)
mempunyai
tingkat pendidikan tamat
SMA
50,00
11,23
supir/ojek
tidak bekerja
rohaniawan
IRT
wiraswasta/pedagang
pegawai swasta
honorer
tukang
Percent
nelayan
tani
pensiunan
buruh
kaki lima
2,93
0,35
2,34
25,69
14,92
3,86
6,20
2,17
Percent
17,67
2,17
8,19
2,28
-
5,00 10,0015,0020,0025,0030,00
Pekerjaan responden dalam sampel
sebagian besar adalah wiraswasta/
pedagang (25,69%) diikuti petani
(17,67%)
Karakteristik responden dalam kajian
Gambaran ATP
ATP berdasarkan kapasitas fiskal
20.000
17.497
18.000
18.097
16.571
16.000
14.000
13.489
12.000
10.000
ATP
8.000
6.000
4.000
2.000
-
Diagram menunjukkan bahwa rata-rata potensi kemampuan membayar rumah
tangga (POPB) terhadap premi JKN sebesar Rp 16.571,-.
Rata-rata kemampuan membayar yang paling tinggi (18.097,-) berada pada
daerah fiskal tinggi.
Gambaran WTP
WTP berdasarkan kapasitas fiskal
16.000
14.493
14.000
12.000
12.415
9.886
12.485
10.000
8.000
WTP
6.000
4.000
2.000
Fiskal rendah
Fiskal sedang
Fiskal tinggi
Nasional
Diagram menunjukkan bahwa rata-rata kemauan membayar rumah tangga
(POPB) terhadap premi JKN sebesar Rp 12.485,-.
Rata-rata nilai kemauan membayar yang lebih tinggi (14.493,-) berada
pada daerah fiskal sedang.
Kemauan Membayar
40
35
30
25
20
Percent
15
10
5
0
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Sebesar 35,99% responden menyatakan bersedia ikut BPJS Kesehatan dengan
kemauan membayar sebesar Rp 0,- (nol rupiah) atau gratis. Sekitar 23,64%
bersedia membayar iuran sebesar Rp 28.000,- dan 10% mau membayar sebesar
Rp 23.000
Variabel
Premi Kelas III
Nilai
25,500
ATP Kajian
16,571
ATP Susenas 2015
22,775
Terlihat bahwa rata-rata kemampuan membayar rumah tangga
POPB dari hasil kajian dan berdasarkan susenas tahun 2015
masih berada dibawah premi JKN saat ini
Perbandingan ATP, WTP dan Premi Kelas III JKN
30.000
25.000
25.500
25.500
25.500
17.497
18.105
20.000
15.000
10.000
13.489
14.493
12.415
Premi Kelas III
ATP
WTP
9.886
5.000
0
Fiskal Rendah
Fiskal Sedang
Fiskal Tinggi
Grafik menunjukkan secara keseluruhan kemampuan membayar rumah
tangga di Indonesia (POPB) berada dibawah premi kelas III saat ini, baik di
daerah kapasitas fiskal rendah, sedang dan tinggi
Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP
Alasan
mendaftar
BPJS
Ability
to Pay
Pendapatan
per kapita
Desa
Kota
Usia
Willingness to
Pay
Kepuasan
di Dokter
Keluarga
Jumlah
ART
Utilisasi
RI RS
Utilisasi
RI
Klinik
Utilisasi RJ
Puskesmas
Lima Faktor yang paling berpengaruh terhadap williness to pay adalah : Kemampuan membayar (ATP)
(3,92%), pendapatan per kapita (1,33%), alasan daftar BPJS (0,90%), usia (0,87%), utilisasi rawat inap di
klinik (0,79%)
Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap
WTP dari hasil kajian ini
No.
Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP
Sumbangan Efektif
1
ATP
3.92%
2
Pendapatan perkapita
1.33%
3
Alasan daftar BPJS
0.90%
4
Usia
0.87%
5
Utilisasi rawat inap di klinik
0.79%
6
Klasifikasi desa/kota
0.73%
7
Utilisasi rawat jalan di puskesmas
0.39%
8
Banyaknya anggota rumah tangga
0.21%
9
Utilisasi rawat inap di RS
0.11%
10
Kepuasan pelayanan di dokter keluarga
0.06%
Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP
• Kenaikan pendapatan dan ATP akan berpengaruh terhadap
kenaikan kemauan masyarakat untuk membayar premi JKN.
• Usia responden mempunyai hubungan negatif terhadap
WTP responden
sesuai dengan hasil penelitian di
Vietnam dan Nigeria hal ini disebabkan program jaminan
kesehatan di kedua negara tersebut, seperti juga JKN di
Indonesia, merupakan program baru. Sementara golongan
usia tua cenderung bersifat hati-hati terhadap hal dan
inovasi baru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
WTP
• Responden yang puas terhadap pelayanan dokter keluarga dan rumah sakit
mempunyai pengaruh yang lebih kecil terhadap kemauan membayar
responden dibandingkan dengan mereka yang tidak puas.
• Utilisasi rawat jalan di puskesmas dan rawat inap di klinik menurunkan
kemauan responden dalam membayar premi.
• Kemauan membayar premi untuk responden yang tinggal di kota
cenderung lebih besar dibandingkan dengan yang tinggal di kabupaten.
• Persepsi responden yang jelas terhadap manfaat JKN mempengaruhi
kemauan membayar premi yang lebih besar dibandingkan dengan
responden yang mendaftar karena ada keluarga yang sakit atau yang
sekedar ‘ikut-ikutan’
Alasan Menunggak
Alasan Menunggak
Persentase
pendapatan tidak menentu
38
malas mengantri
4
kecewa terhadap pelayanan
13
fasilitas kesehatan
kecewa terhadap pelayanan
8
BPJS-Kesehatan
kesulitan akses membayar
13
lupa membayar
14
Lainnya
10
Model Subsidi I
Rp
Rp 25,500
Premi Kelas III
Perlu Subsidi Rp. 8.929
Rp 16,571
Ability to Pay
Rp 12,485
Willingness To
Pay
Subsidi Rp. 13,015
Kesimpulan
1. ATP peserta PBPU Kelas III yang menunggak membayar iuran
sebesar Rp 16.571 POPB, nilai ini masih dibawah besar iuran kelas
III saat ini.
2. WTP peserta PBPU Kelas III yang menunggak membayar iuran
rata-rata sebesar Rp 12.485,- dengan 35,99% menjawab mau
membayar Rp 0 (nol rupiah atau gratis)
3. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kemauan membayar ini
adalah Kemampuan membayar (ATP) (3,92%), Pendapatan per
kapita (1,33%), Alasan mendaftar BPJS (0,90%), Usia (0,87%),
dan utilisasi rawat inap di klinik (0,79%)
Kesimpulan
4. Semua Pemda Memiliki Pandangan positif terhadap Program JKN
dan sebagian besar memiliki komitmen untuk mengintegrasikan
Jamkesda ke program Jaminan Kesehatan Nasional
5. Bentuk komitmen pemerintah daerah diwujudkan dengan
penyusunan Memorandum of Understanding (MoU) dengan BPJS
Kesehatan, alokasi anggaran dan peraturan kepala daerah
6. Alasan Pemda belum mengintegrasikan jamkesda ke JKN adalah
belum ada mekanisme sistem pendataan yang valid, tidak ada aturan
terkait kewajiban integrasi pada tahun 2017, serta kemampuan
fiskal daerah yang memang rendah
Rekomendasi
•
•
•
•
•
•
Pemerintah memang perlu memberikan subsidi bagi kelompok masyarakat pekerja bukan
penerima upah terutama kelompok yang kurang mampu, karena memang ability dan
willingness to pay masyarakat berada dibawah besar iuran kelas III JKN saat ini.
Edukasi terhadap masyarakat terutama kelompok pekerja bukan penerima upah, sangat
diperlukan dari setiap stakeholder baik di pusat dan daerah, hal ini akan meningkatkan
pemahaman dan kesadaran penanggulangan sebuah risiko sakit di masyarakat.
Perlu disusun pedoman integrasi jamkesda ke JKN sebagai panduan pemerintah daerah
dalam integrasi jamkesda
Validitas data menjadi kunci penting keinginan pemda untuk integrasi Jamkesda ke JKN
Tetap memberikan peran peran pemerintah daerah dalam JKN seperti untuk validitas data
dan penggunaan dana desa untuk mendukung JKN
Pemerintah pusat perlu menyusun aturan bagi pemerintah daerah terkait “partial subsidy”
bagi PBPU kurang mampu
TERIMA KASIH
Mampu? Peran Pemerintah Daerah dalam
Memperluas Cakupan Kepesertaan
Annual Scientific Meeting
Sabtu, 25 Maret 2017
Latar Belakang
Cakupan Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (Tahun 2016)
Peserta 156,79 juta jiwa
PBPU,
14.96,
9.54%
Trend Peningkatan Peserta PBPU
Peningkatan
Peserta PBPU
Sebesar 65%
Non
PBPU;
141,83 ;
90,46%
Missmatch
Pendapatan Iuran
Rp.52,78 Triliun
Non PBPU;
48103;
91,14%
PBPU
4675
8,86%
Beban Jaminan Kesehatan Rp
57,08 Triliun
Non PBPU;
40.405 ;
70,78%
PBPU
16.678
29,22%
LATAR BELAKANG
Sektor Formal
•
Dibiayai melalui pajak pendapatan
atau asuransi wajib bagi pekerja
sektor formal dan keluarganya
‘Missing middle’
1. BESAR IURAN/PREMI PBPU
2. ATP/WTP PBPU KURANG MAMPU
3. KESADARAN DALAM PERLINDUNGAN
TERHADAP RISIKO KESEHATAN
4. Faktor Kemauan membayar
•
•
Pekerja sektor informal/wirausaha
dan keluarganya
Tingkat kepesertaan asuransi yang
rendah serta permasalahan adverse
selection
Masyarakat Miskin
•
Dibiayai oleh pemerintah melalui
APBN / APBD
TUJUAN PENELITIAN
• .
Tersedianya
gambaran kemauan
dan
kemampuan
membayar iuran dari
peserta
PBPU
kurang mampu.
Tersedianya faktorfaktor
yang
mempengaruhi
kemauan
dan
kemampuan peserta
PBPU
kurang
mampu
dalam
membayar iuran
Tersedianya
gambaran kemauan
Pemerintah Daerah
dalam mengalokasi
dana
untuk
pemberian subsidi
iuran.
Tersedianya model
pemberian subsidi
iuran bagi peserta
PBPU
kurang
mampu
JKN
Jamkesda
Metode pengambilan sampel melalui multistage random sampling. Besar sampel setiap
kabupaten/kota sebanyak 50 responden, setiap provinsi sebanyak 150 responden,
sampel responden nasional sebanyak 1.800 responden. Sampel daerah responden juga
memperhatikan Pemkot/Pemkab yang belum melakukan integrasi Jamkesda dengan
program Jaminan Kesehatan Nasional.
LOKASI KAJIAN
Sumatera
Utara
Riau
Kalimanta
n Barat
Kalimanta
n Timur
Sulawesi
Utara
Papua
Barat
Sulawesi
Tengah
Papua
Banten
Jawa
Timur
Bali
NTT
-
Provinsi dengan Fiskal Rendah
-
Provinsi dengan Fiskal Sedang
-
Provinsi dengan Fiskal Tinggi
-
Provinsi dengan Fiskal Sangat Tinggi
Karakteristik Responden
Proporsi Usia Responden
4%
10% 13%
Proporsi Jenis Kelamin
25 kebawah
26-35
20%
26%
27%
36-45
46-55
47%
53%
56-65
66 keatas
Sebagian besar responden pada
kajian ini adalah masyarakat
pada usia produktif (15-64
tahun) ((95,62%)
Sebagian besar responden
pada kajian ini berjenis
kelamin perempuan (53%)
Karakteristik Responden
Pekerjaan Utama Responden PBPU
Pendidikan
S3
0,17
S2
0,29
5,93
S1
3,28
D1/D2/D3
45,51
SMA
17,68
SMP
18,95
SD
8,18
tidak sekolah/tamat SD
-
10,00
20,00
30,00
40,00
Sebagian besar responden
(45,51%)
mempunyai
tingkat pendidikan tamat
SMA
50,00
11,23
supir/ojek
tidak bekerja
rohaniawan
IRT
wiraswasta/pedagang
pegawai swasta
honorer
tukang
Percent
nelayan
tani
pensiunan
buruh
kaki lima
2,93
0,35
2,34
25,69
14,92
3,86
6,20
2,17
Percent
17,67
2,17
8,19
2,28
-
5,00 10,0015,0020,0025,0030,00
Pekerjaan responden dalam sampel
sebagian besar adalah wiraswasta/
pedagang (25,69%) diikuti petani
(17,67%)
Karakteristik responden dalam kajian
Gambaran ATP
ATP berdasarkan kapasitas fiskal
20.000
17.497
18.000
18.097
16.571
16.000
14.000
13.489
12.000
10.000
ATP
8.000
6.000
4.000
2.000
-
Diagram menunjukkan bahwa rata-rata potensi kemampuan membayar rumah
tangga (POPB) terhadap premi JKN sebesar Rp 16.571,-.
Rata-rata kemampuan membayar yang paling tinggi (18.097,-) berada pada
daerah fiskal tinggi.
Gambaran WTP
WTP berdasarkan kapasitas fiskal
16.000
14.493
14.000
12.000
12.415
9.886
12.485
10.000
8.000
WTP
6.000
4.000
2.000
Fiskal rendah
Fiskal sedang
Fiskal tinggi
Nasional
Diagram menunjukkan bahwa rata-rata kemauan membayar rumah tangga
(POPB) terhadap premi JKN sebesar Rp 12.485,-.
Rata-rata nilai kemauan membayar yang lebih tinggi (14.493,-) berada
pada daerah fiskal sedang.
Kemauan Membayar
40
35
30
25
20
Percent
15
10
5
0
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Sebesar 35,99% responden menyatakan bersedia ikut BPJS Kesehatan dengan
kemauan membayar sebesar Rp 0,- (nol rupiah) atau gratis. Sekitar 23,64%
bersedia membayar iuran sebesar Rp 28.000,- dan 10% mau membayar sebesar
Rp 23.000
Variabel
Premi Kelas III
Nilai
25,500
ATP Kajian
16,571
ATP Susenas 2015
22,775
Terlihat bahwa rata-rata kemampuan membayar rumah tangga
POPB dari hasil kajian dan berdasarkan susenas tahun 2015
masih berada dibawah premi JKN saat ini
Perbandingan ATP, WTP dan Premi Kelas III JKN
30.000
25.000
25.500
25.500
25.500
17.497
18.105
20.000
15.000
10.000
13.489
14.493
12.415
Premi Kelas III
ATP
WTP
9.886
5.000
0
Fiskal Rendah
Fiskal Sedang
Fiskal Tinggi
Grafik menunjukkan secara keseluruhan kemampuan membayar rumah
tangga di Indonesia (POPB) berada dibawah premi kelas III saat ini, baik di
daerah kapasitas fiskal rendah, sedang dan tinggi
Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP
Alasan
mendaftar
BPJS
Ability
to Pay
Pendapatan
per kapita
Desa
Kota
Usia
Willingness to
Pay
Kepuasan
di Dokter
Keluarga
Jumlah
ART
Utilisasi
RI RS
Utilisasi
RI
Klinik
Utilisasi RJ
Puskesmas
Lima Faktor yang paling berpengaruh terhadap williness to pay adalah : Kemampuan membayar (ATP)
(3,92%), pendapatan per kapita (1,33%), alasan daftar BPJS (0,90%), usia (0,87%), utilisasi rawat inap di
klinik (0,79%)
Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap
WTP dari hasil kajian ini
No.
Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP
Sumbangan Efektif
1
ATP
3.92%
2
Pendapatan perkapita
1.33%
3
Alasan daftar BPJS
0.90%
4
Usia
0.87%
5
Utilisasi rawat inap di klinik
0.79%
6
Klasifikasi desa/kota
0.73%
7
Utilisasi rawat jalan di puskesmas
0.39%
8
Banyaknya anggota rumah tangga
0.21%
9
Utilisasi rawat inap di RS
0.11%
10
Kepuasan pelayanan di dokter keluarga
0.06%
Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP
• Kenaikan pendapatan dan ATP akan berpengaruh terhadap
kenaikan kemauan masyarakat untuk membayar premi JKN.
• Usia responden mempunyai hubungan negatif terhadap
WTP responden
sesuai dengan hasil penelitian di
Vietnam dan Nigeria hal ini disebabkan program jaminan
kesehatan di kedua negara tersebut, seperti juga JKN di
Indonesia, merupakan program baru. Sementara golongan
usia tua cenderung bersifat hati-hati terhadap hal dan
inovasi baru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
WTP
• Responden yang puas terhadap pelayanan dokter keluarga dan rumah sakit
mempunyai pengaruh yang lebih kecil terhadap kemauan membayar
responden dibandingkan dengan mereka yang tidak puas.
• Utilisasi rawat jalan di puskesmas dan rawat inap di klinik menurunkan
kemauan responden dalam membayar premi.
• Kemauan membayar premi untuk responden yang tinggal di kota
cenderung lebih besar dibandingkan dengan yang tinggal di kabupaten.
• Persepsi responden yang jelas terhadap manfaat JKN mempengaruhi
kemauan membayar premi yang lebih besar dibandingkan dengan
responden yang mendaftar karena ada keluarga yang sakit atau yang
sekedar ‘ikut-ikutan’
Alasan Menunggak
Alasan Menunggak
Persentase
pendapatan tidak menentu
38
malas mengantri
4
kecewa terhadap pelayanan
13
fasilitas kesehatan
kecewa terhadap pelayanan
8
BPJS-Kesehatan
kesulitan akses membayar
13
lupa membayar
14
Lainnya
10
Model Subsidi I
Rp
Rp 25,500
Premi Kelas III
Perlu Subsidi Rp. 8.929
Rp 16,571
Ability to Pay
Rp 12,485
Willingness To
Pay
Subsidi Rp. 13,015
Kesimpulan
1. ATP peserta PBPU Kelas III yang menunggak membayar iuran
sebesar Rp 16.571 POPB, nilai ini masih dibawah besar iuran kelas
III saat ini.
2. WTP peserta PBPU Kelas III yang menunggak membayar iuran
rata-rata sebesar Rp 12.485,- dengan 35,99% menjawab mau
membayar Rp 0 (nol rupiah atau gratis)
3. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kemauan membayar ini
adalah Kemampuan membayar (ATP) (3,92%), Pendapatan per
kapita (1,33%), Alasan mendaftar BPJS (0,90%), Usia (0,87%),
dan utilisasi rawat inap di klinik (0,79%)
Kesimpulan
4. Semua Pemda Memiliki Pandangan positif terhadap Program JKN
dan sebagian besar memiliki komitmen untuk mengintegrasikan
Jamkesda ke program Jaminan Kesehatan Nasional
5. Bentuk komitmen pemerintah daerah diwujudkan dengan
penyusunan Memorandum of Understanding (MoU) dengan BPJS
Kesehatan, alokasi anggaran dan peraturan kepala daerah
6. Alasan Pemda belum mengintegrasikan jamkesda ke JKN adalah
belum ada mekanisme sistem pendataan yang valid, tidak ada aturan
terkait kewajiban integrasi pada tahun 2017, serta kemampuan
fiskal daerah yang memang rendah
Rekomendasi
•
•
•
•
•
•
Pemerintah memang perlu memberikan subsidi bagi kelompok masyarakat pekerja bukan
penerima upah terutama kelompok yang kurang mampu, karena memang ability dan
willingness to pay masyarakat berada dibawah besar iuran kelas III JKN saat ini.
Edukasi terhadap masyarakat terutama kelompok pekerja bukan penerima upah, sangat
diperlukan dari setiap stakeholder baik di pusat dan daerah, hal ini akan meningkatkan
pemahaman dan kesadaran penanggulangan sebuah risiko sakit di masyarakat.
Perlu disusun pedoman integrasi jamkesda ke JKN sebagai panduan pemerintah daerah
dalam integrasi jamkesda
Validitas data menjadi kunci penting keinginan pemda untuk integrasi Jamkesda ke JKN
Tetap memberikan peran peran pemerintah daerah dalam JKN seperti untuk validitas data
dan penggunaan dana desa untuk mendukung JKN
Pemerintah pusat perlu menyusun aturan bagi pemerintah daerah terkait “partial subsidy”
bagi PBPU kurang mampu
TERIMA KASIH