docslide.com.br bedah pra prostodontik

PERAWATAN BEDAH PROSTETIK
Bedah Preprostetik adalah suatu operasi yang bertujuan untuk mengeliminasi lesi atau
abnormalitas tertentu dari jaringan keras dan lunak dari rahang, sehingga peletakan piranti
prostetik dapat berhasil, misalnya alveoloplasti, pembedahan exostoses, frenektomi, dan lainlain.
Tujuan dilakukannya bedah pra-prostodontik :
1. Memperbaiki kondisi yang menghambat fungsi prostodontik yang optimal.


Jaringan hiperplastik menyeluruh atau setempat di atas tulang alveolar yang
telah mengalami resorpsi berat.



Epulis fisuratum.



Papilomatosis.




Lokasi perlekatan frenulum yang kurang baik.



Tuberositas maksilar yang besar dan menggantung.



Tonjolan tulang, ceruk dan puncak alveolar yang tajam.



Ukuran rahang yang tidak seimbang.



Tekanan berat pada foramen mentale.

2. Pembesaran dari daerah pendukung gigi tiruan.



Vestibuloplasti.



Cangkok alveolar.

3. Pemasangan pengganti akar gigi dengan implan dental yang terintegrasi dengan
tulang.
4. Menyediakan ridge yang adekuat yang dapat mendukung serta menjadi retensi bagi
gigi tiruan.
5. Memperbaiki fungsi fonetik.
6. Memberikan penampilan yang baik terhadap pasien.
7. Membuang kelainan yang ada pada jaringan lunak dan keras serta undercut.
8. Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan dadri tekanan gigi tiruan pada ridge
alveolar yang sempit/dangkal dan tidak terdukung.
Indikasi bedah preprostetik :
1. Edentolous sebagian atau penuh yang baru saja mengalami kehilangan gigi.
2. Terjadi reduksi natural dari residual bony ridge.


 Artrofi rahang
 Artrofi mukosa
 Perubahan interarch (vertikal, antero/posterior, transverse)
 Terjadi reduksi dibawah area gigi tiruan
 Muscle hypotonia
 Perubahan pada facial.
3. Nyeri
 Mukositis (rasa terbakar pada membran mukosa)
 Neuropathy (mengubah sensasi dari bibir)
 Ulserasi lokal yang berulang
 Nyeri TMJ
 Akar gigi atau gigi tidak erupsi.
4. Disfungsi
 Mastikasi
 Fonetik
5. Pertumbuhan dari rahang atau tulang fasial yang tidak proporsional yang dapat
menyebabkan kesulitan melakukan mastikasi dan sulit untuk mendapatkan retensi
pada GT. Kelainan bentuk tulang mungkin dapat berupa:
 Class II atau relative mandibular retrusion/maksila protrusi
 Class III atau relative mandibular proturion/ maksila returi.

6. Kelainan pada craniofacial yang merupakan hasil dari pertumbuhan abnormal dari
tengkorak dan tulang facial.
7. Dapat memberikan refleks muntah- pasien yang memiliki rasa sangat sensitif terhadap
palatum molle.
8. Oligodontia, anodontia- proses natural yang terjadi akibat kegagalan perkembangan
benih gigi.

PERTIMBANGAN SEBELUM PROSEDUR BEDAH PROSTETIK


Evaluasi medis

Pada lansia harus diperhatikan terutama pada penyakit pada sistem kardiovaskuler dan
pulmonari, karena insiden penyakit kardiopulmonary meningkat seiring dengan usia.
Data mengenai beberapa obat yang dikosumsi juga penting. Pada pasien yang akan
menjalan pembedahan, pertanyaan mengenai intake aspirin dan medikasi lain yang
dapt mempengaruhi mekanisme pembekuan darah diindikasikan. Selain itu pada
kelompok lansia, evaluasi asupan nurtrisi juga penting karena insidensi infeksi dan
penyembuhan yang buruk lebih banyak pada pasien yang terganggu asupan
nutrisinya. Penyakit yang berkaitan dengan gangguan sistem imun jarang pada

kelompok lansia, tetapi pertanyaan umum mengenai sistem imun dapat diterima.
Beberapa penyakit yang umum pada lansia :
 Penyakit kardiovaskuler
Gangguan

kardiovaskuler

dapat

bermanifestasi

pada

beberapa

cara : penyempitan arteri koroner, kelainan katup, hipertensi, dan gagal
jantung kongestif merupakan penyakit yang paling umum.
 Penyakit pulmonari
Yang paling umum adalah chronic obstructive pulmonary disease (COPD),
yang terbagai menjadi dua komponen yang paling umum yaitu bronchitis dan

emphysema.
 Seizure disorder (kejang-kejang).
 Kelainan mental.
 Penyakit endokrin.
 Penyakit gagal ginjal.



Penggunaan anastesi
Lidokain 2% dengan epinefrin 1/100.000 akan menyediakan anastesi yang
cukup untuk 60-90 menit. Untuk prosedur yang lebih lama atau untuk kontrol
rasasakit setelah operasi, bupivakain 0,5% dengan epinefrin 1/200.000 atau
etidocaine1% dengan epinefrin 1/200.000 menyediakan anastesi lokal sampai dengan
7 jam. Untuk pasien dengan gangguan kardiak, maksimum 0,4 mg epinefrin, yang
ditemukan dalam pengenceran dua catridge 1/100.000 atau empat catridge 1/200.000,
sebaiknya digunakan. Bila epinefrin harus dihindari (sebagai contoh, pasien
mengkonsumsi monoamine oxidase inhibitor atau antidepresan trisiklik),kemudian

mepivacaine 3% atau prilocaine 4% dapat digunakan, menyediakan anastesia untuk
45-60 menit.

Untuk sedasi, maka benzodiazepine dapat cukup berguna karena mereka
memiliki efek cardiorespiratory depressant yang minimal. Dosis pada lansia
umumnya satu-setengah dosis untuk dewasa muda. Flurazepam (Dalmane), 15 mg
secara oral pada saat akan tidur, mengatasi insomnia yang berkaitan dengan
kegelisahan untuk banyak pasien. Diazepam (Valium), 2,5-5 mg secara oral 1 jam
sebelum pembedahan, secara umum efektif ketika premedikasi oral diindikasikan.
Sedasi dengan inhalasi menggunakan nitrous oxide dengan menggunakan
nasal mask paling tepat untuk sedasi intraoperatif untuk lansia, karena onset
dan penyembuhannya cepat (5-10 menit). Fungsi cardiorespiratory tidak tertekan pada
konsentrasi standar yaitu 30-40%. Selain itu nitrous oxide memiliki kandungan
analgesik. Kemudian mengikuti penyelesaian sedasi nitrous oxide, oksigen 100%
harus diberikan untuk 5-10 menit untuk menghindari difusi hipoksia.
Sedasi intravenous secara sadar diindikasikan utnuk prosedur yang panjang
untuk pasien yang cemas. Diazepam mungkin merupakan agen yang paling aman,
tetapi dosisnya harus dikurangi, karena pasien lansia terkadang agak sensitif pada
efeknya. Dua sampai lima mg diberikan perlahan (1 mg per 30 detik) biasanya efektif
untuk kelompok ini. Midazolam mempunyai keuntungan untuk kerjanya lebih pendek
(waktu paruhnya sekitar 3 jam) dan tidak menunjukkan reaksi sekunder pada
peningkatan konstrasi plasma dan menghasikan kembalinya perasaan mengantuk 6-8
jam kemudian seperti yang terlihat pada diazepam. Tetapi pada lansia harus

digunakan dengan hati-hati pada lansia, karena tiga kali lebih poten daripada
diazepam. Flumazenil tersedia pada kasus oversedasi.
Barbiturates dapat juga digunakan untuk sedasi intravena tetapi dapat
menekan baik sistem kardiak dan respirasi. Penggunaan narkotik intravena
(meperidine 25 mg) dapat berguna sebagai agen tambahan tetapi juga mempunyai
resiko

yang

signifikan

untuk

penekanan

cardiorespiratori.

Narkotik

harus


dihindari pada pasien dengan gangguan paru-paru dan juga pada yang mengkonsumsi
trisiklik, phenothiazine dan monoamine oxidase inhibitors.
Kebanyakan pasien lansia sebaiknya menerima anastesi lokal atau sedasi
dalam keadaan sadar pada klinik gigi, dengan pemesanan general anastesi
untuk prosedur mayor pada ruang operasi rumah sakit.

PERAWATAN PADA KASUS YANG DAPAT DILAKUKAN


Lingir yang tajam dapat dilakukan alveoloktomi dan alveoloplasti.
Alveoloktomi :
Indikasi dari

prosedur ini jarang tetapi

mungkin berharga

ketika projeksi


anterior yang luas dari tepi pada area premaksila rahang atas mungkin merupakan
masalah untuk estetik gigi tiruan kedepannya atau stabilitasnya. Maloklusi Klas II
divisi I paling mungkin diuntungkan dari operasi ini.
Manajemen alveoloktomi:
 Alveolektomi termasuk reduksi pada tinggi dan lebar dari ridge dan umumnya
disempurnakan

dengan

reduksi

dari

labial

plate.

Mukoperiosteum

paling bagus diangkat dengan insisi bentuk ‘U’ untuk memberikan akses.

Bone rongeur atau bur akrilik yang lebih besar dapat digunakan untuk
mereduksi ketinggian labial plate dan juga interdental septae. Tepi tulang
kemudian dihaluskan dengan file dan luka ditutup dengan jahitan.
 Transeptal atau interseptal alveolektomi mengurangi ketinggian labial tetapi
memelihara tinggi ridge. Ekstraksi sebelumnya dari gigi insisivus dan kaninus,
septum interdentalnya sudah dihilangkan diantara tiap soket dan labial plate
kemudian dipatahkan ke dalam dengan tekanan kuat dengan jari. Potongan
vertikal mungkin diperlukan diatas prominen kaninus pada labial untuk
mematahkan.
Alveoloplasti :
Lingir yang halus/licin perlu untuk pembuatan gigi tiruan dengan baik. Selama mengkontour lingir, perlu diingat semakin besar eksisi tulang, maka akan semakin besar
resorpsi. Prosedur meng-kontour harus dibatasi pada eksisi dari lingkir tajam yang
iregular dan undercut yang tidak disukai yang tidak sesuai untuk konstruksi gigi
tiruan.

Alveoloplasti

adalah

menghaluskan

dan

menghilangkan

tulang

alveolar labiobukal tulang bersaja dengan beberapa tulang interdental dan
interradikular, dan biasanya dikerjakan pada saat pencabutan gigi.
Indikasi alveoloplasti :
 Pasien dengan tulang alvolar menonjol dan padat yang menjalani pencabutan
gigi.
 Dilakukan sebagai prosedur sebelum konstruksi gigi tiruan immediate.

Tujuan alveoloplasti :
 Untuk menyediakan kontur lingir yang optimal dengan cepat.
 Alveolar ridge harus ditinggal seluas mungkin untuk distribusi maksimum dari
tekanan mastikasi.
 Lingir tidak perlu terlalu halus/licin tetapi semua bagian yang irregular dan
tajam harus dihilangkan, dan semua sudut harus membulat.
 Mukosa yang menutupi tulang sebaiknya mempunyai ketebalan, densitas, dan
kemampuan

kompresibilitas

yang

seragam

untuk

transmisi

tekanan

mastikasi pada tulang di bawahnya.
 Pada pasien muda, jumlah tulang yang dihilangkan lebih sedikit karena
resorpsi yang terjadi lebih untuk lebih banyak tahun daripada pada pasien tua.


Torus dapat di bedah atau dapat dibiarkan saja.
Torus maksila :
Indikasi operasi torus maksila:
 Trauma terus-menerus
 Ketika diinginkan postdam seal yang baik atau memiliki undercut yang
besar yang interfere dengan teknik impresi
 Halangan berbicara
 Fobia psikological atau pasien takut adanya keganasan
 Torus yang halus/licin dapat dibiarkan tetapi ketika dia iregular, besar, dan
meluas sampai di belakang pertemuan palatum keras dan lunak dan
menggangu postdam dan seal maka harus dihilangkan.
Evaluasi radiografi sebaiknya dilakukan untuk menentukan kedekatan dengan kavitas
nasal dan sinus maksila. Radiografi lateral akan memberikan informasi secara umum.
Satu kemungkinan komplikasi dari prosedur ini adalah terbukanya kavitas nasal,
menghasilkan komunikasi oronasal.
Manajemen pembedahan torus maksila :
Untuk menghilangkan lesi secara operasi, sebuah insisi dibuat sepanjang garis tengah
palatal, yang terdiri dari dua insisi oblique pada anterio dan posterior. Insisinya
didesain untuk menghindari dari melukai cabang dari arteri palatal, tetapi juga untuk
mendapatkan visualisasi yang adekuat dan akses ke area operasi tanpa tegangan dan
manipulasi luka selama prosedur. Setelah reflesi, kemudian flap ditahan menggunakan

bantuan jahitan atau periosteal elevator yang lebar. Setelah lesi berhasil dibuka,
kemudian dibagi dengan dissure bur dan kemudian bagian-bagiannya dihilangkan
dengan menggunakan monobevel chisel. Lebih spesifiknya, chisel diposisikan pada
dasar dari eksostosis dengan bevel berkontak dengan tulang palatal dan setelah itu
setiap bagian dari lesi dihilangkan setelah sedikit pukulan dengan mallet. Setelah
penghalusan permukaan tulang, jaringan lunak yang berlebih dipotong dan setelah
irigasi dengan larutan saline, flap dikembalikan posisinya dan dijahit dengan jahitan
interrupted.
Apabila torus palatinus kecil ukurannya, insisi flap dibuat sepanjang garis
tengah, tetapi hanya dengan insisi oblique anterior. Prosedurnya kemudian dilakukan
persis seperti yang telah disebutkan.
Torus mandibula :
Indikasi penghilangan torus mandibula
 Harus dihilangkan bila gigi tiruan rahang bawah akan dibuat.
 Harus dihilangkan bila ada iritas kronis
 Jarang dihilangkan ketika pasien takut keganasan.
Perawatan torus mandibula dilakukan dengan pembedahan.


Tumor dan keganasan
Pertama-tama dilakukan penentuan tahap dari tumor sebelum melakukan perawatan.
Tumor dan keganasan dapat dirawat dengan pembedahan, radiasi, kemoterapi, atau
kombinasi perawatan tersebut. Umumnya, bila lesi dapat eksisi dengan lengkap tanpa
memutilasi pasien, hal ini yang paling diharapkan. Bila diperkirakan menyebar
sampai ke limfe nodus, maka radiasi dapat dilakukan sebelum atau setelah
pembedahan untuk membantu menghilangkan foci kecil atau sel keganasan pada
daerah yang berdekatan. Bila terjadi metastase sistemik yang menyebar luas, atau
tumor kemosensitif, maka kemoterapi dapat digunakan dengan atau tanpa
pembedahan dan radiasi.



Kista
Kista didiagnosa dengan bantuan pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografi, aspirasi
dan biopsi. Perawatannya dapat dilakukan dengan marsupialiasasi dan enukleasi.



Flabby ridges
Manajemen :
Operasi jarang diindikasikan, kebanyakan prostodontis akan lebih memilih lebih dari
pada kurangnya jaringan ini yang diberikan pada saat kehilangan tulang. Pada situasi
yang paling “grossest” dapat ‘dirapatkan’ dengan pemotongan seperti pada reduksi
fibrous tuberositas.



Leaf fibroma
Manajemen :
Biopsi eksisi dibawah lokal anastesi sangat sederhana. Perdarahan dapat menjadi
masalah dari arteriole pembantunya yang perlu dikauterisasi. Setelah penghilangan
dari irisan jaringan ini, tepinya perlu dikurangi dengan pemotongan lebih jauh
dan ‘filleting’ pada tiap sisi dari pemotongan semula untuk memberikan tepi untuk
diperkirakan dan dijahit tanpa tegangan yang tidak semestinya.



Hiperplasia palatal
Manajemen :
Perawatan dari infeksi kandida termasuk:
 Pelepasan gigtiruan selama tidur
 Penyikatan dengan teliti pada permukaan yang berkontak dengan mukosa
 Meninggalkan gigi tiruan pada larutan Milton (sodium hipokloride) atau pada
kasus gigi tiruan metal, pada larutan klorheksidin pada malam hari.
 Menyikat palatal dengan sikat gigi pada pagi dan malam hari.
 Menggunakan antifungal sistemik seperti fluconazole.
Gigi tiruan sebaiknya dilapisi dengan kondisioner jaringan pada waktu penggunaan.
Resolusi total dengan penghilangan dari jaringan hiperplastik baik dengan diathermy
Loop atau laser mungkin dibutuhkan. Permukaan kasar yang dihasilkan dari operasi
paling baik dilapisi dengan pelapis gigi tiruan dengan zinc oxide-based periodontal
pack.



Denture hiperplasia
Manajemen :

Pada pengguna gigi tiruan, gulungan jaringan biasanya terdiri dari jaringan konektif
yang sangat matang, sehingga meskipun tepi gigi tiruan telah dipotong, tidak akan
menyusut dengan cukup dan berubah. Bagaimanapun, pemotongan dari tepi gigi
tiruan

dengan

atau

tanpa

penggunaan

tissue-conditioning

lining

untuk memaksimalkan retensi dari gigi tiruan. Operasi pemotongan jaringan
yang berlebih hampir selalu dibutuhkan dan hal ini biasanya dilakukan dibawah
anastesi lokal. Dengan operasi dapat memanipulasi gulungan jaringan lebih baik
dengan melewatkan jahitan melalui lesi tersebut, menghasilkan insisi yang akurat
sepanjang tepinya. Ketika insisi pada aspek luar dan dalam jaringan selesai, dasarnya
sering kali dapat dengan mudah diangkat dan dipisahkan dengan scapel. Pemotongan
pada jaringan yang lebih dalam tidak diinginkan, karena dapatmenyebabkan bekas
pada penyembuhan. Ketika dasar dari luka sampai ke dalam bibir atau pipi, jahitan
superficial yang melekatkan dapat digunakan setelah pengurangan tepi dengan hatihati, tetapi pada beberapa kasus dasarnya dibiarkan terbuka dan dilapisi dengan pack
operasi, atau gigi tiruan lama yang sebelumnya telah dipotong membatasi luka
dengan gutta percha atau zinc oxide-based periodontal pack.