T MTK 1303055 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, sehingga diharapkan melalui pola pikir matematika manusia akan sanggup menghadapi berbagai perubahan keadaan yang selalu berkembang. Sejalan dengan hal tersebut Suherman (2003) menyatakan bahwa matematika adalah sarana berpikir, dengan demikian konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep-konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika, karena matematika memiliki struktur serta keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil untuk berpikir matematis.

Ditinjau dari kekompleksan aktivitasnya, kemampuan berpikir matematis dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu tingkat berpikir rendah dan tingkat berpikir tinggi. Kemampuan berpikir matematika tingkat rendah bersifat rutin, sederhana, dan hampir dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa. Sedangkan kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi bersifat tidak rutin, lebih kompleks dan memerlukan kemampuan matematik lain untuk melaksanakannya (Sumarmo, 2013). Beberapa kemampuan berpikir matematis yang tergolong tingkat tinggi diantaranya adalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Kemampuan berpikir, baik berpikir kritis maupun berpikir kreatif merupakan kemampuan yang penting untuk dimiliki siswa agar siswa dapat memecahkan masalah. Mulyana (2008) mengemukakan bahwa siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, sistematis, komunikasi serta kemampuan dalam bekerja sama secara efektif. Cara berpikir seperti ini diperlukan dalam mempelajari matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsep-konsepnya sehingga memungkinkan siswa terbiasa untuk menggunakan keterampilan-keterampilan di


(2)

atas dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif matematis pada saat siswa dalam pemecahan masalah.

Selain itu, pentingnya keterampilan berpikir kritis dan kreatif dilatihkan kepada siswa didukung oleh visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan, yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang (Sumarmo, 2013). Visi pertama untuk masa kini, memiliki arti bahwa pembelajaran matematika mengarah pada pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lain. Visi kedua untuk kebutuhan masa yang akan datang atau mengarah ke masa depan, mempunyai arti lebih luas, yaitu pembelajaran matematika memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis, cermat, serta berpikir objektif dan terbuka.

Pembelajaran matematika memiliki sumbangan yang penting untuk perkembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, karena aspek kemampuan berpikir kritis dan kreatif adalah aspek kompetensi yang harus dimiliki dalam diri setiap individu siswa agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Namun kenyataan dilapangan menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa masih kurang diperhatikan.

Berdasarkan hasil penelitian Rohaeti (2008) dan Kartini (2011) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa masih berada dalam kategori sedang dan rendah sedangkan kategori tinggi belum cukup baik. Sementara penelitian yang dilakukan Fardah (2012) mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis, diperoleh temuan bahwa dari keseluruhan objek penelitian, terdapat 46,67% siswa tergolong memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis yang rendah, 33,33% siswa berkategori sedang, dan 20% siswa tergolong berkemampaun berpikir kreatif tinggi.

Salah satu pendekatan yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran adalah pendekatan saintifik. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang menerapkan metode ilmiah dan menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses


(3)

pembelajaran dan guru sebagai fasilitator yang membimbing serta mengkoordinasikan kegiatan belajar (Kemdikbud, 2013). Hasil akhir yang diharapkan dalam pendekatan saintifik yakni melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta adanya kesimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari siswa. Didalam pendekatan saintifik juga dilatih tingkat berpikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi, sedangkan berpikir kritis dan kreatif merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi.

Selain itu aktivitas belajar matematika diupayakan dengan belajar bermakna, sehingga dapat membangung pola pikir siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Strategi-strategi yang dilakukan untuk memecahkan masalah diupayakan sejalan dengan struktur kognitif yang ada di dalam pikiran siswa, sehingga pemecahan masalah dapat diselesaikan dengan baik.

Model advanced organizer dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa atau pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas dan memeliharan pengetahuan tersebut dengan baik. Dengan kata lain struktur kognitif harus sesuai dengan jenis pengetahuan, seberapa banyak pengetahuan tersebut dan bagaimana pengetahuan ini dikelola (Ausubel dalam Joyce, Weil & Calhoun, 2002).

Selain itu model advanced organizer menitikberatkan pada bagaimana proses siswa mengaitkan pengetahun baru dengan pengetahuan sebelumnya yang mengakibatkan struktur kognitif siswa menjadi lebih baik sehingga muncul belajar bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Ausubel (Joice, Weil & Calhoun, 2000) yang menyatakan bahwa struktur kognitif merupakan faktor utama yang menentukan suatu materi atau konsep baru itu termasuk bermanfaat atau tidak, dan bagaimana pengetahuan baru dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik. Hal ini yang membedakan belajar bermakna dengan belajar secara hapalan.

Selain faktor kognitif, hal lain yang turut mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor afektif (Pujiastuti, 2014). Faktor kognitif adalah kemampuan


(4)

intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah, sedangkan faktor afektif adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan penilaian siswa terhadap sesuatu hal, dalam hal ini adalah pelajaran matematika. Salah satu faktor afektif tersebut adalah self-esteem siswa dalam matematika.

Rosenberg (Pujiastuti, 2014) mendefinisikan self-esteem sebagai suatu keseluruhan penilaian positif atau negatif seseorang terhadap dirinya sendiri atau dapat pula dikatakan suatu evaluasi yang menyeluruh tentang bagaimana seseorang menilai dirinya. Biswas (Rohaeti, 2012) juga menjelaskan bahwa self-esteem terkait dengan segala hal tentang seberapa besar kita merasa dihargai, dicintai, diterima, dianggap baik oleh orang lain dan seberapa besar kita menghargai, mencintai, dan menerima diri kita. Seseorang dengan self-esteem yang baik dapat merasakan kebaikan yang ada pada dirinya, menghargai kemampuan yang dimiliki serta merasa bangga dengan prestasi yang diraih.

Pujiastuti (2014) menyatakan bahwa self-esteem matematis sangat penting untuk dimiliki siswa. Ketika dalam diri siswa telah terbentuk self-esteem matematis yang baik, siswa akan selalu optimis serta tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai masalah matematis. Prestasi belajar dan self-esteem saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya jika prestasi belajar siswa meningkat maka self-esteem siswa meningkat, sebaliknya meningkatkan self-esteem siswa akan berpengaruh terhadap peningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pujiastuti (2014) dan Hembree (Opacic & Kadijevich, 2000) dimana ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat self-esteem siswa dalam matematika dan kemampuan pemecahan masalah matematis.

Dalam penelitian ini selain aspek pembelajaran ditinjau pula aspek kemampuan awal matematis (KAM) siswa. Dengan membagi siswa kedalam tiga kelompok berdasarkan KAM (tinggi, sedang, rendah), tujuannya untuk mengetahui apakah implementasi model advance organizer dengan pendekatan saintifik dapat merata diseluruh kategori kemampuan siswa atau hanya pada kategori kemampuan siswa tertentu saja. Galton (Ruseffendi, 1991) berpendapat bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan berbeda dalam proses pembelajaran matematika artinya dari sekelompok siswa yang tidak dipilih secara khusus, akan


(5)

selalu dijumpai siswa yang kemampuannya berada pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di kelas kemampuannya akan bersifat heterogen. Sehingga diperlukan pembelajaran yang diarahkan agar dapat mengakomodasi kemampuan siswa yang bersifat heterogen tersebut salah satunya model advance organizer dengan pendekatan saintifik. Diharapkan model advance organizer dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta self-esteem matematis siswa pada berbagai tingkatan KAM.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Model Advanced Organizer Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Serta Self-Esteem Matematis Siswa Madrasah Tsanawiyah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

2. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)?

3. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

4. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)?


(6)

5. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

6. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)?

7. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

8. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)?

9. Apakah peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

10.Apakah peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian bertujuan untuk:

1. Mengkaji pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa.


(7)

2. Mengkaji pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah).

3. Mengkaji pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa.

4. Mengkaji pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah).

5. Mengkaji peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa.

6. Mengkaji peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi kegiatan pembelajaran di kelas, khususnya dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan self-esteem matematis siswa. Masukan tersebut di antaranya adalah:

1. Untuk menjawab keingintahuan peneliti tentang pengaruh model advanced organizer dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis, kreatif dan self-esteem matematis siswa.

2. Memberikan informasi tentang pengaruh model advanced organizer dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis, kreatif dan self-esteem matematis siswa.


(8)

3. Jika ternyata pengaruhnya signifikan, maka model advanced organizer dengan pendekatan saintifik ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif atau pilihan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.

4. Membantu guru dalam membina dan mengembangkan kemampuan kognitif (berpikir kritis dan kreatif matematis) dan kemampuan afektif (self-esteem) siswa terhadap matematika, melalui model advanced organizer dengan pendekatan saintifik.

E. Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan berpikir yang

meliputi aspek mengidentifikasi dan menjastifikasi konsep, menggeneralisasi, menganalisis algoritma, serta memecahkan masalah. 2. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan berpikir yang

meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi dalam pembelajaran matematika pada suatu topik matematika.

a. Kelancaran dalam menyelesaikan masalah mengacu kepada mencetuskan banyak ide, jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan yang lancar.

b. Keluwesan dalam menyelesaikan masalah mengacu kepada menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyan yang bervariasi, dapat melihat suatu maslaah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

c. Keaslian dalam menyelesaikan masalah mengacu kepada mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

d. Elaborasi menyelesaikan masalah mengacu kepada mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.

3. Self-esteem matematis adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan keberhasilan, kebermanfaatan, dan kelayakan dirinya dalam matematika.


(9)

4. Model advanced organizer dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada bagaimana proses siswa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya yang mengakibatkan struktur kognitif siswa menjadi lebih baik sehingga muncul belajar bermakna serta di dalamnya terdapat proses menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan.


(1)

intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah, sedangkan faktor afektif adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan penilaian siswa terhadap sesuatu hal, dalam hal ini adalah pelajaran matematika. Salah satu faktor afektif tersebut adalah self-esteem siswa dalam matematika.

Rosenberg (Pujiastuti, 2014) mendefinisikan self-esteem sebagai suatu keseluruhan penilaian positif atau negatif seseorang terhadap dirinya sendiri atau dapat pula dikatakan suatu evaluasi yang menyeluruh tentang bagaimana seseorang menilai dirinya. Biswas (Rohaeti, 2012) juga menjelaskan bahwa self-esteem terkait dengan segala hal tentang seberapa besar kita merasa dihargai, dicintai, diterima, dianggap baik oleh orang lain dan seberapa besar kita menghargai, mencintai, dan menerima diri kita. Seseorang dengan self-esteem yang baik dapat merasakan kebaikan yang ada pada dirinya, menghargai kemampuan yang dimiliki serta merasa bangga dengan prestasi yang diraih.

Pujiastuti (2014) menyatakan bahwa self-esteem matematis sangat penting untuk dimiliki siswa. Ketika dalam diri siswa telah terbentuk self-esteem matematis yang baik, siswa akan selalu optimis serta tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai masalah matematis. Prestasi belajar dan self-esteem saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya jika prestasi belajar siswa meningkat maka self-esteem siswa meningkat, sebaliknya meningkatkan self-esteem siswa akan berpengaruh terhadap peningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pujiastuti (2014) dan Hembree (Opacic & Kadijevich, 2000) dimana ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat self-esteem siswa dalam matematika dan kemampuan pemecahan masalah matematis.

Dalam penelitian ini selain aspek pembelajaran ditinjau pula aspek kemampuan awal matematis (KAM) siswa. Dengan membagi siswa kedalam tiga kelompok berdasarkan KAM (tinggi, sedang, rendah), tujuannya untuk mengetahui apakah implementasi model advance organizer dengan pendekatan saintifik dapat merata diseluruh kategori kemampuan siswa atau hanya pada kategori kemampuan siswa tertentu saja. Galton (Ruseffendi, 1991) berpendapat bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan berbeda dalam proses pembelajaran matematika artinya dari sekelompok siswa yang tidak dipilih secara khusus, akan


(2)

selalu dijumpai siswa yang kemampuannya berada pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di kelas kemampuannya akan bersifat heterogen. Sehingga diperlukan pembelajaran yang diarahkan agar dapat mengakomodasi kemampuan siswa yang bersifat heterogen tersebut salah satunya model advance organizer dengan pendekatan saintifik. Diharapkan model advance organizer dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta self-esteem matematis siswa pada berbagai tingkatan KAM.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Advanced Organizer Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Serta Self-Esteem Matematis Siswa Madrasah Tsanawiyah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

2. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)?

3. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

4. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari


(3)

5. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

6. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)?

7. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

8. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)?

9. Apakah peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

10.Apakah peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian bertujuan untuk:

1. Mengkaji pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa.


(4)

2. Mengkaji pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah).

3. Mengkaji pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa.

4. Mengkaji pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah).

5. Mengkaji peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa.

6. Mengkaji peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapat model advanced organizer dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi kegiatan pembelajaran di kelas, khususnya dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan self-esteem matematis siswa. Masukan tersebut di antaranya adalah:

1. Untuk menjawab keingintahuan peneliti tentang pengaruh model advanced organizer dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis, kreatif dan self-esteem matematis siswa.


(5)

3. Jika ternyata pengaruhnya signifikan, maka model advanced organizer dengan pendekatan saintifik ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif atau pilihan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.

4. Membantu guru dalam membina dan mengembangkan kemampuan kognitif (berpikir kritis dan kreatif matematis) dan kemampuan afektif (self-esteem) siswa terhadap matematika, melalui model advanced organizer dengan pendekatan saintifik.

E. Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan berpikir yang

meliputi aspek mengidentifikasi dan menjastifikasi konsep, menggeneralisasi, menganalisis algoritma, serta memecahkan masalah. 2. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan berpikir yang

meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi dalam pembelajaran matematika pada suatu topik matematika.

a. Kelancaran dalam menyelesaikan masalah mengacu kepada mencetuskan banyak ide, jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan yang lancar.

b. Keluwesan dalam menyelesaikan masalah mengacu kepada menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyan yang bervariasi, dapat melihat suatu maslaah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

c. Keaslian dalam menyelesaikan masalah mengacu kepada mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

d. Elaborasi menyelesaikan masalah mengacu kepada mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.

3. Self-esteem matematis adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan keberhasilan, kebermanfaatan, dan kelayakan dirinya dalam matematika.


(6)

4. Model advanced organizer dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada bagaimana proses siswa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya yang mengakibatkan struktur kognitif siswa menjadi lebih baik sehingga muncul belajar bermakna serta di dalamnya terdapat proses menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan.