Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta

(1)

MAKALAH MPKT B

MASALAH PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI JAKARTA

Oleh Home Group 1 :

Adinda Nata Chintana (1506685441)

Annisa Sophia Rainy (1506732702)

Hisana Putri Gazali (1506733081)

Larasati Maheswari Ramadhanti (1506685593)

Mazaya Putri Diandari (1506755555)

Siti Nurdiyana (1506687125)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Masalah Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta”.

Makalah ini berisi mengenai permasalahan penurunan permukaan tanah yang semakin banyak terjadi di Jakarta mengacu pada pemicu Problem Based Learning 2. Kami menyadari bahwa selesainya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan petunjuk, dan saran dari semua pihak. Untuk itu kami dengan segala kerendahan hati menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Dr. Dra Ari Estuningtyas Apt., M.Biomed, sebagai fasilitator mata kuliah MPKT-B, serta seluruh teman-teman dari kelas MPKT-B kelas H.

Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna, masih terdapat kekurangan, baik dalam cara pengungkapan, penyajian, maupun penulisan kata yang dipergunakan karena keterbatasan kami. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh kami.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan.

Depok, 28 Mei 2016


(3)

ABSTRAK

Permasalahan penurunan permukaan yang terjadi di Indonesia, khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, merupakan hal yang sangat krusial untuk segera ditangani. Di dalam permasalahan penurunan permukaan tanah, kelompok kami menggunakan beberapa konsep atau teori dasar yaitu pedologi, geografi, biologi, geologi, ilmu pemerintahan, dan juga konsep teknologi. Adapun faktor penyebab dari munculnya penurunan tanah di wilayah DKI Jakarta yang terbagi menjadi faktor alam dan faktor manusia. Selain itu, ada pula persebaran wilayah dan waktu sensitif di DKI Jakarta yang rawan terjadi penurunan permukaan tanah. Berbagai pihak pun juga turut terlibat dalam permasalahan dan juga penanggulangan dari dampak-dampak yang ditimbulkan dari terjadinya penurunan permukaan tanah, sehingga ditemukan pula berbagai solusi dan penanggulangan penurunan permukaan tanah yang juga salah satunya bisa melibatkan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada proses penanggulangannya. Teknologi itu antara lain metode GPS dan juga InSar.


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 1

1.3. Hipotesis... 2

1.4. Tujuan Penulisan... 2

1.5. Manfaat Penulisan... 2

BAB II TEORI DASAR... 3

2.1. Pedologi... 3

2.2. Geografi... 3

2.3. Biologi... 3

2.4. Geologi... 4


(5)

4

2.6. Teknologi... 5

BAB III DISKUSI DAN PEMBAHASAN... 5

3.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah... 5

3.2. Penyebab Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta... 6

3.3. Lokasi di Jakarta Rawan Penurunan Permukaan Tanah... 7

3.4. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta... 7

3.5. Pihak Penanggulangan Permukaan Tanah di Jakarta... 8

3.6. Penanggulangan penurunan tanah di Jakarta terkait pada penggunaan TIK... 9

BAB IV PENUTUP... 11

4.1. Kesimpulan... 11

4.2. Saran... 11

DAFTAR PUSTAKA... 12


(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang dengan berbagai upayanya untuk terus memajukan bangsanya ini juga memiliki banyak permasalahan di dalam prosesnya. Tak hanya permasalahan yang terjadi di daerah pelosok-pelosok saja demi mensejahterakan masyarakat Indonesia, namun juga permasalahan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Adapun salah satunya yaitu Daerah Khusus Ibukota-kota Jakarta dengan berbagai permasalahan yang ada dan yang dibahas mengacu pada pemicu

Problem Based Learning, yaitu permasalahan penurunan permukaan tanah. Definisi penurunan tanah menurut NCICD (National Capital Integrated Coastal Development) adalah salah satu fenomena deformasi permukaan bumi secara vertikal di samping terjadi fenomena uplift1.

Dalam proses penurunan tanah yang terjadi di Jakarta, ada beberapa faktor-faktor yang mendorong dan merupakan penyebab penurunan permukaan tanah serta wilayah Jakarta sendiri pun memiliki wilayah atau daerah tertentu yang rawan untuk terjadi penurunan permukaan tanah. Sebagai akibatnya, banyak dampak yang ditimbulkan akibat dari penurunan permukaan tanah sehingga haruslah terdapat tindakan dari berbagai pihak untuk mengatasi atau menanggulangi masalah penurunan tanah di Jakarta.

Di era yang semakin modern ini pun tentu tidak luput dari adanya pengembangan berbagai teknologi yang ada. Adapun dalam hal ini, termasuk juga dengan proses pemantauan dan juga penanggulanan penurunan permukaan tanah yang memanfaatkan teknologi yang ada.

1.2. Rumusan Masalah

Adanya permasalahan penurunan permukaan tanah di provinsi DKI Jakarta, khususnya di wilayah Pademangan, Ancol. Adapun permasalahan terebut menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, antara lain:

1. Apa pengertian penurunan permukaan tanah di Jakarta? 2. Mengapa terjadi penurunan permukaan tanah di Jakarta?


(7)

4. Apa dampak yang ditimbulkan dari adanya penurunan permukaan tanah di Jakarta?

5. Siapa pihak-pihak yang terlibat dalam kejadian penurunan permukaan tanah serta dalam penanggulangan penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta?

6. Bagaimana penanggulangan penurunan tanah di Jakarta terkait pada penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)?

1.3. Hipotesis

Dari permasalahan yang ada, kelompok kami memberikan hipotesis bahwa Jakarta akan hilang atau tenggelam apabila masalah penurunan permukaan tanah dibiarkan tanpa adanya penanganan dari berbagai pihak dan pemanfaatan teknologi yang baik serta tepat guna.

1.4. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian penurunan permukaan tanah di Jakarta 2. Untuk mengetahui penyebab penurunan permukaan tanah di Jakarta

3. Untuk mengetahui persebaran wilayah Jakarta yang rawan terjadi penurunan permukaan tanah

4. Untuk mengetahui dampak yang terjadi karena penurunan permukaan tanah 5. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam kejadian penurunan

permukaan tanah serta dalam penanggulangan penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta

6. Untuk mengetahui penanggulangan penurunan tanah di Jakarta terkait pada penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

1.5. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah oleh kelompok kami yaitu untuk mengetahui lebih jauh wawasan mengenai penurunan permukaan tanah dan dampaknya sehingga selanjutnya kita memahami pihak-pihak yang selayaknya turut menanggulangi penurunan permukaan tanah yang kemudian salah satunya dapat menggunakan suatu teknologi yang ada.


(8)

BAB II TEORI DASAR 2.1. Pedologi

Pedologi adalah salah satu dari dua cabang utama ilmu tanah selain edafologi atau ilmu kesuburan tanah2. Pedologi berasal dari bahasa Rusia pedologiya, yang dalam bahasa Yunani pedon artinya tanah, sehingga dapat disimpulkan bahwa pedologi adalah cabang Ilmu tanah yang mempelajari sifat dan ciri tanah serta proses pembentukan tanah3. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di permukaan bumi yang telah dan akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan pada suatu periode tertentu. Pedologi memandang tanah sebagai tubuh pembentuk alam terkait dengan asal-usul, pembentukan, penyusunan, perkembangan, dan dinamikanya. Contoh hasil dari ilmu pedologi tanah adalah berupa sifat kimia dan morfologi tanah yang digunakan untuk mengenali jenis tanah dan mengetahui kualitasnya (Poerwowidodo, 1991)4. Pedologi tentu berkaitan dengan terjadinya penurunan permukaan tanah di Jakarta.

2.2. Geografi

Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu geo

berarti bumi dan graphein berarti tulisan. Jadi, secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi. Oleh karena itu, geografi sering juga disebut ilmu bumi5. Berikut adalah pengertian geografi menurut para ahli:

1. Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan

2. UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai: 1. satu agen sintesis; 2. satu kajian perhubungan ruang; 3. sains dalam penggunaan tanah.

3. Paul Vidal de La Blace (1915) Geografi adalah studi tentang kualitas negara-negara, di mana penentuan suatu kehidupan tergantung bagaimana manusia mengelola alam ini.

4. Geografi adalah studi tentang lokasi dan tatanan fenomena pada permukaan bumi dan proses-proses yang menyebabkan distribusi fenomena tersebut (Fielding, 1974).


(9)

Maka, disimpulkan geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan (Semlok 1988 dan Nursid Sumaatmaja, 1997). Kaitannya dengan penurunan permukaan tanah di Jakarta adalah terkait kondisi letak wilayah Jakarta itu sendiri.

2.3. Biologi

Beberapa pengertian terkait biologi yaitu bahwa biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata bios berarti hidup dan logos berarti ilmu atau “belajar tentang sesuatu”. Jadi biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang hidup serta masalah-masalah yang menyangkut hidupnya6. Biologi adalah suatu disiplin ilmu sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam yakni kajian tentang materi dan energi yang berhubungan dengan makhluk hidup serta proses-proses kehidupannya. Biologi mengkaji semua makhluk hidup, tidak hanya tumbuhan dan hewan yang hidup di muka bumi ini, akan tetapi tumbuhan dan hewan yang hidup di masa lampau bahkan di tempat-tempat lain jika mungkin ada kehidupan. Pada masalah penurunan permukaan tanah yang terjadi di Jakarta, terdapat kaitannya dengan bilogi pula. Seperti yang diketahui akan adanya ketidakseimbangan kondisi biologi berupa makhluk hidup seperti tumbuhan akibat dampak dari penurunan permukaan tanah di Jakarta.

2.4. Geologi

Geologi adalah ilmu (science) yang mempelajari bumi, komposisi, struktur, sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya7. Ini terkait pada faktor alamiah yang menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah di Jakarta yaitu siklus geologi yang menyebabkan adanya perubahan-perubahan pada komposisi tanah sehingga terjadilah penurunan permukaan tanah.

2.5. Ilmu Pemerintahan

Ilmu Pemerintahan adalah menyangkut tanggung jawab dan peranan yang menuntut adanya keterlibatan yang sangat besar dari pemerintah untuk dapat meningkatkan kemakmuran rakyat banyak8. Konsep mengenai ilmu pemerintahan ini berkaitan dengan penurunan permukaan tanah dalam hal keterlibatan pemerintah


(10)

khususnya Jakarta terkait dengan adanya peristiwa penurunan permukaan tanah di Jakarta, baik dalam pembuatan kebijakan terkait penanggulangan penurunan permukaan tanah maupun peran pemerintah dalam pengkoordinasian dengan pihak-pihak lain terkait dengan penurunan permukaan tanah di Jakarta.

2.6. Teknologi

Teknologi merupakan sekumpulan pengetahuan ilmiah, mesin, perkakas, serta kemampuan organisasi produksi yang dikelola secara sistematik dan efektif. (Judet & Perrin, 1971)9. Kaitannya dengan penurunan permukaan tanah di Jakarta adalah terkait pada penanggulangannya. Penanggulangan penurunan permukaan di Jakarta selain melibatkan berbagai peran seperti pemerintah, masyarakat, lembaga keilmuwan, juga bisa memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Adapun contohnya yaitu penggunaan GPS untuk memantau daerah yang rawan akan terjadinya penurunan permukaan tanah serta berbagai metode untuk menanggulangi penurunan permukaan tanah.

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah

National Capital Integrated Coastal Development atau Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (NCICD) dalam websitenya mengatakan bahwa penurunan tanah merupakan salah satu fenomena deformasi permukaan bumi secara vertikal di samping terjadi fenomena uplift10. Artinya, deformasi permukaan tanah tersebut berpengaruh pada posisi permukaan tanah dalam posisi vertical (ketinggian atau kedalaman). Penurunan tanah dapat menjadi suatu fenomena yang membahayakan masyarakat setempat mengingat penurunan tanah dapat merusak infrastruktur ketika kondisi tanah dalam keadaan tidak stabil.

Menurut sumber yang sama, penurunan tanah seperti yang disebutkan pada pemicu PBL 2, yaitu di DKI Jakarta, dapat mencapai angka penurunan 5 hingga 10 cm per tahunnya. Kondisi vertikal tanah yang tidak stabil tersebut menunjukkan bahwa deformasi permukaan bumi sedang terjadi di DKI Jakarta. Merujuk pada definisi dari


(11)

NCICD, maka fenomena deformasi permukaan bumi di DKI Jakarta tersebut (penurunan permukaan tanah 5-10cm) membuktikan adanya penurunan tanah di daerah ibukota yang tentunya harus segara diatasi karena DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi padat penduduk di Indonesia.

3.2. Penyebab Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta 3.2.1. Penurunan tanah alami (natural subsidence)

Yaitu penurunan tanah yang disebabkan oleh proses-proses geologi. Beberapa penyebab terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi yang pertama adalah siklus geologi yang melalui proses-proses pelapukan (denuation), pengendapan (deposition), dan pergerakan kerak bumi (crustal movement). Adapun keterkaitan siklus geologi dengan penurunan tanah alami adalah pelapukan bisa disebabkan oleh air seperti pelapukan batuan karena erosi baik secara mekanis maupun kimia, oleh perubahan temperatur yang mengakibatkan terurainya permukaan batuan, oleh angin terutama di daerah yang kering dan gersang karena pengaruh glasial, dan oleh gelombang yang biasanya terjadi di daerah pantai (abrasi). Kemudian sedimentasi daerah cekungan dimana sedimen yang terkumpul di cekungan semakin lama semakin banyak dan menimbulkan beban yang bekerja semakin meningkat, kemudian proses kompaksi sedimen tersebut menyebabkan terjadinya penurunan pada permukaan tanah. 3.2.2. Penurunan tanah akibat pengambilan airtanah (groundwater extraction)

Pengambilan airtanah secara besar-besaran yang melebihi kemampuan pengambilannya akan mengakibatkan berkurangnya jumlah airtanah pada suatu lapisan akuifer. Hilangnya airtanah ini menyebabkan terjadinya kekosongan pori-pori tanah sehingga tekanan hidrostatis di bawah permukaan tanah berkurang sebesar hilangnya airtanah tersebut. Selanjutnya akan terjadi pemampatan lapisan akuifer11.

3.2.3. Penurunan akibat beban bangunan (settlement)

Penambahan bangunan di atas permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan di bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori, dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan tanah yang bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah. (Quaxiang, 2001)12. Adapun penurunan tanah akibat beban bangunan dibagi menjadi


(12)

tiga jenis, yaitu penurunan seketika (penurunan elastis) yang terjadi pada saat beban diberikan dan diterima oleh air pori, sehingga timbul tegangan air pori pada tanah berpermeabilitas rendah, penurunan konsolidasi (primer) yang terjadi bersamaan dengan terdispersinya air pori, akibat penurunan yang terjadi disertai dengan perubahan volume; tegangan air pori diteruskan ke partikel tanah menjadi tegangan efektit tanah; kecepatan terjadinya konsolidasi tergantung kecepatan keluarnya air pori yang merupakan fungsi permeabilitas tanah dan batas-batas drainase dan yang ketiga adalah penurunan sekunder dan penurunan jangka panjang yang terjadi setelah seluruh tegangan air pori terdisipasi dan tegangan efektif tanah konstan; deformasi ini terjadi akibat efek rangkak (drained creep).

3.3. Lokasi di Jakarta Rawan Penurunan Permukaan Tanah

Wilayah DKI Jakarta merupakan suatu wilayah dimana penurunan tanah terbesar di dominasi di daerah Jakarta Utara. Hal ini juga dipengaruhi oleh dua faktur yaitu di daerah Jakarta Utara terdapat kepadatan penduduk dan berbagai aktivitas industritertadat disana. Setiap tahunnya terjadi penurunan 5 sampai dengan 10 cm oleh karena itu 40% dari Jakarta Utara berada di bawah permukaan laut13. Adapun persebaran lokasi-lokasi di Jakarta yang rawan terjadi penurunan permukaan tanah, yaitu:

 Jakarta Utara : Muara Angke, Muara Baru, Penjaringan, Pantai Indah Kapuk, Pademangan, Pantai Mutiara, Ancol

 Jakarta Barat : Cengkareng, Meruya, Kebon Jeruk, Daan Mogot  Jakarta Pusat : Cikini, MH. Thamrin, Gunung Sahari

 Jakarta Timur : Cibubur, Pulogadung

 Jakarta Selatan : Pondok Indah, Kuningan, Kebayoran

3.4. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta

Penurunan tanah di Jakarta yang disebabkan oleh dua faktor yaitu kegiatan manusia dana kegiatan alam dapat menyebabkan posisi Jakarta terhadap laut semakin rendah. Penyebab penurunan tanah berdasarkan kegiatan manusia seperti pengambilan air tanah yang berlebihan, pengembangan bawah tanah, beban bangunan yang dibangun diatas permukaan tanah dan ekstraksi gas dan minyak bumi. Meskipun hal itu untuk memenuhi kebutuhannya namun dampaknya negatif terhadap permukaan tanah. Penyebab penurunan tanah berdasarkan kegiatan alam seperti sedimentasi daerah cekungan, aktivitas tektonik dan vulkanik, siklus geologi dan adanya rongga dibawah


(13)

tanah yang menyebabkan sink hole. Penyebab berdasarkan kegiatan alam ini tidak dapat kita cegah. Waktu untuk kita menanggulangi penurunan tanah adalah saat dampak-dampak dari penurunan tanah ini sudah terasa di masyarakat. Dampak dari penurunan tanah dapat dikategorikan dalam fisik, sosial dan ekonomi. Kategori fisik, dampak dari penurunan tanah adalah terjadinya banjir rob dan kerusakan pada gedung, rumah dan infrastruktur kota. Kategori sosial, dampaknya adalah berkurangnya kualitas hidup dan lingkungan seperti sanitasi dan kenyamanan lingkungan. Kategori ekonomi, dampaknya ada yang terasa langsung disebabkan oleh kerugian dari rusaknya gedung dan infrastruktur dan juga dari sisi penduduknya seperti kehilangan mata pencaharian sehingga menurunnya laju pertumbuhan perekonomian Jakarta.

3.5. Pihak Penanggulangan Permukaan Tanah di Jakarta

Dalam menanggulangi penurunan permukaan tanah di Jakarta, perlu adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah, serta kerjasama pemerintah dengan para ilmuwan dalam mengaplikasikan teknologi-teknologi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pihak yang paling penting dalam menanggulangi hal ini adalah pemerintah. Pemerintah harus membuat suatu regulasi yang jelas dan tegas mengenai larangan pengambilan air tanah dan pembatasan pembangunan gedung bertingkat dan infrastruktur lainnya14. Berkaitan dengan larangan pengambilan air tanah, jika pemerintah membatasi atau melarang pengambilan air tanah yang merupakan sumber air masyarakat, pemerintah perlu memberikan alternatif lain dari sumber air. Alternatif dari sumber air tersebut yaitu air permukaan yang terdiri dari mata air, sungai, danau, lahan basah, dan laut. Pemerintah pada hal ini harus bekerja sama dengan masyarakat

agar menjaga kebersihan sumber air permukaan dengan tidak membuang limbah ke

sungai, danau dan laut.

Pemerintah juga harus bekerja sama dengan masyarakat dalam upaya penanaman kembali daerah-daerah yang tidak terdapat tumbuhan dan pohon atau

reboisasi. Kondisi tanah di wilayah yang tidak terdapat pohon tentu menjadi sangat rapuh karena tidak adanya akar-akar pohon yang memperkuat kondisi tanah. Hal ini dapat membantu mencegah penurunan permukaan tanah. Pemerintah juga dapat bekerjasama dengan pihak ilmuwan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju setiap waktunya, berbagai ahli banyak yang mencari cara untuk


(14)

menanggulangi permasalahan penurunan permukaan tanah yang terjadi. Salah satu teknologi yang ada, yaitu Aquifer Storage and Recovery (ASR)15.

3.6. Penanggulangan penurunan tanah di Jakarta Terkait pada Penggunaan TIK 3.6.1. Teknik Pemantauan Penurunan Tanah

Teknik ini dapat dilakukan melalui dua metode yaitu metode hidrogeologis yang berupa pengamatan level muka air tanah dan juga melakukan pengamatan dengan alat ukur ekstensometer dan pisometer. Metode berikutnya yaitu metode geodetik berupa survey yang dilakukan melalui sistem GPS dan juga InSar. GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada pengamatan satelit-satelit

Global Positioning System. Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi rawan penurunan permukaan tanah yang dipilih, secara periodik atau kontinyu untuk ditentukan koordinatnya secara teliti16. Dengan mempelajari perubahan pola dan kecepatan perubahan tinggi dari satu survei ke survei yang lain, maka karakteristik penurunan muka tanah dapat ditentukan.

InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar) adalah cara berupa metode yang digunakan untuk mempelajari fenomena penurunan tanah yang berbasiskan pada penggunaan citra satelit radar (Abidin dkk, 2004). Hasil dari metode InSAR mengkonfirmasi dan melengkapi hasil dari metode-metode sipat datar dan survei GPS tentang karakteristik fenomena penurunan muka tanah di Jakarta. Berkaitan dengan studi penurunan muka tanah yang umumnya menuntut ketelitian pada tingkat mm-cm, penggunaan sistem radar ini haruslah dalam moda interferometri, yaitu dengan memanfaatkan teknik interferometri radar.


(15)

3.6.2. Aquifer Storage and Recovery(ASR)

Aquifer Storage and Recovery(ASR) atau yang biasa disebut dengan sumur injeksi atau “sumur penyelamat”. Metode dan caranya adalah dengan membuat resapan air dan kemudian menginjeksikan air ke saluran-saluran yang telah ditentukan. Secara singkat, ASR didefinisikan pula sebagai penyimpanan air pada lapisan tanah yang dilakukan melalui pengeboran17. Cadangan air tanah berasal dari air hujan yang turun selama musim penghujan dan proses pengambilannya dilakukan ketika musim kemarau. Pada teknologi ini, sumur bor ASR dilengkapi dengan pisometer sebagai alat pemantau, yang dipakai untuk mengukur tekanan statis cairan dalam sebuah sistem. Selain itu, pada sumur bor ASR juga ditambahi dengan bangunan pelengkap untuk pengolahan air imbuhannya. Adapun mengenai komponen-komponen dalam teknologi ASR, antara lain saluran pengelak dari saluran utama yang telah ada, unit kontrol di saluran pengelak untuk mengontrol kuantitas dan kualitas aliran air ke sumur injeksi, petunjuk pelaksanaan untuk treatment aliran air berlebih yang akan digunakan, tampungan (wetland) untuk penyimpanan sementara yang digunakan pada saat proses recovery dan saat penggunaan kembali, spillway menuju ke tampungan (wetland), sumur injeksi, peralatan recovery di sumur injeksi, Water Treatment System (tergantung pada penggunaan kembali air yang di-recovery), sistem monitoring (elevasi muka air, volume air yang diinjeksikan atau yang diekstraksi), sistem monitoring kualitas air, titik pemantauan kualitas air pada jalur yang menuju injeksi, serta sistem kontrol untuk menghentikan injeksi pada saat-saat tertentu18.

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang merupakan pusat dari negara Indonesia memiliki wilayah-wilayah yang rawan untuk terkena bencana penurunan permukaan tanah (land subsidence). Penurunan permukaan tanah ini terjadi akibat faktor alam yang meliputi siklus geologi, sedimentary basin, aktifitas tektonik, siklus geologi, sink hole dan faktor manusia yaitu eksploitasi air tanah dan settlement karena beban bangunan.


(16)

Akibat dari adanya penurunan permukaan tanah di Jakarta yaitu beberapa aspek diantaranya aspek fisik yang menurunkan pula aspek ekonomi dan sosial. Untuk itu, perlu diadakan penanggulangan dari berbagai pihak diantaranya pemerintah, masyarakat, lembaga dan ilmuwan. Adapun dapat juga diterapkan cara pemantauan wilayah rawan penurunan permukaan tanah dengan teknologi GPS dan InSar. Karena apabila masalah penurunan permukaan tanah ini didiamkan, maka kemungkinan jakarta akan tenggelam karena seringnya peristiwa penurunan pada tanah dan ditambah pula karena kondisi geografisnya yang di dekat pesisir bagi wilayah yang rawan penurunan permukaan tanah.

4.2. Saran

Dalam permaslahan penurunan permukaan tanah yang ada di Jakarta, adapun saran yang dapat disampaikan antara lain bagi pemerintah hendaknya dipertegas serta diperjelas lagi dalam membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan adanya permasalahan dan penanggulangan penurunan permukaan tanah. Bagi masyarakat hendaknya berpikir dalam jangka panjang bila ingin mendirikan bangunan sehingga tidak terlalu banyak untuk menyedot air tanah yang mengakibatkan penurunan permukaan tanah. Kemudian, dalam pengimplementasian penggunaan teknologi untuk memantau daerah rawan penurunan permukaan tanah serta ASR, hendaknya dilakukan secara tepat guna.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. National Capital Integrated Coastal Development (Pembangunann Terpadu Pesisir Ibukota Negara). 2013. (http://en.ncicd.com/2013/08/post-2-2/#, diakses pada 26 Mei 2016 pukul 19:30)

2. Setiawan, Parta. 2015. Pengertian Pedologi. (http://www.gurupendidikan.com/ pengertian-pedologi-menurut-ahli-geografi/, diakses pada 27 Mei 2015 pukul 13:50)

3. Fatimah, Soja Siti. 2015.

( http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-SOJA_SITI_FATIMAH/Kuliah_Kimia_terapan_pada_jurusan_agro_industri/Kimi a_Tanah/Kimia_tanah_1.pdf, diakses pada 27 Mei 2016 pukul 13:55)

4. http://digilib.unila.ac.id/20661/14/BAB%20II.pdf (diakses pada 27 Mei 2016 pukul 13:37)

5. http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-geografi-menurut-para-ahli.html

(diakses pada 27 Mei 2016 pukul 13:42)

6. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031/ KUSNADI/BUKU_SAKU_BIOLOGI_SMA,KUSNADI_dkk/Kelas_X/Bab.Biolo gi_sbg_ilmu.pdf (diakses pada 27 Mei 2016 pukul 14:06)

7. Kurniawan, Aris. 2015. Pengertian Geologi. ( http://www.gurupendidikan.com/19-pengertian-geologi-menurut-para-ahli-beserta-cabangnya/ diakses pada 27 Mei 2015 pukul 14:12)

8. YLST, Franciscus Van. 1998. Hakekat Ilmu Pemerintahan

(http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=77533&lokasi=lokal, diakses pada 27 Mei 2016 pukul 14:19)

9. ftp://ftp.dinus.ac.id/uploads/d-one/kt02.pdf (diakses pada 27 Mei 2016 pukul 14:16)

10. “Penurunan Permukaan Tanah di Pesisir Jakarta”, Land Subsidence, (http://en.ncicd.com/tag/berita-media/, diakses pada 18 Mei 2016)

11. Seaton, W.J., Burbey, T.J. 2005. Influence of Ancient Thrust Faults on The Hydrogeology of The Blue Ridge Province: Ground Water, v. 43, no. 3. Page 301-313


(18)

12. Whittaker BN, Reddish JR. 1989. Developments in Geotechnical Engineering, Subsidence: Occurrence, Prediction and Control. Amsterdam: Elsevier

13. http://metro.news.viva.co.id/news/read/195076-lokasi-penurunan-tanah-di-jakarta, diakses pada 9 mei 2016

14. http://megapolitan.kompas.com/read/2010/09/19/05130577/Penurunan.Tanah.di.J akarta.Utara, diakses pada 27 Mei 2016 pukul 14:39

15.

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/09/04/nbd60v-air-permukaan-solusi-penurunan-tanah-jakarta, diakses pada 27 Mei 2016 pukul 15:00

16. Irwan Gumilar, H.Z. Abidin, L.M. Hutasoit, D.M. Hakim, D. A. SArsito, H. Andreas, T.P Sidiq. 2012. Studi Pemantauan Penurunan Muka Tanah di Cekungan Bandung dengan Metode Survei GPS dan InSAR. Indonesian Journal of Geospatial. Vol. 1, No. 4, Hal 44-53

17. http://journals.itb.ac.id/index.php/ijog/article/view/2176/1115 (diakses pada 28 April 2016, pukul 17:12)

18.

http://ugm.ac.id/id/berita/8261-sumur.injeksi.solusi.masalah.penurunan.muka.air.tanah.dki (diakses pada 28 April 2016, pukul 17:01)


(1)

tanah yang menyebabkan sink hole. Penyebab berdasarkan kegiatan alam ini tidak dapat kita cegah. Waktu untuk kita menanggulangi penurunan tanah adalah saat dampak-dampak dari penurunan tanah ini sudah terasa di masyarakat. Dampak dari penurunan tanah dapat dikategorikan dalam fisik, sosial dan ekonomi. Kategori fisik, dampak dari penurunan tanah adalah terjadinya banjir rob dan kerusakan pada gedung, rumah dan infrastruktur kota. Kategori sosial, dampaknya adalah berkurangnya kualitas hidup dan lingkungan seperti sanitasi dan kenyamanan lingkungan. Kategori ekonomi, dampaknya ada yang terasa langsung disebabkan oleh kerugian dari rusaknya gedung dan infrastruktur dan juga dari sisi penduduknya seperti kehilangan mata pencaharian sehingga menurunnya laju pertumbuhan perekonomian Jakarta.

3.5. Pihak Penanggulangan Permukaan Tanah di Jakarta

Dalam menanggulangi penurunan permukaan tanah di Jakarta, perlu adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah, serta kerjasama pemerintah dengan para ilmuwan dalam mengaplikasikan teknologi-teknologi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pihak yang paling penting dalam menanggulangi hal ini adalah pemerintah. Pemerintah harus membuat suatu regulasi yang jelas dan tegas mengenai larangan pengambilan air tanah dan pembatasan pembangunan gedung bertingkat dan infrastruktur lainnya14. Berkaitan dengan larangan pengambilan air tanah, jika pemerintah membatasi atau melarang pengambilan air tanah yang merupakan sumber air masyarakat, pemerintah perlu memberikan alternatif lain dari sumber air. Alternatif dari sumber air tersebut yaitu air permukaan yang terdiri dari mata air, sungai, danau, lahan basah, dan laut. Pemerintah pada hal ini harus bekerja sama dengan masyarakat agar menjaga kebersihan sumber air permukaan dengan tidak membuang limbah ke sungai, danau dan laut.

Pemerintah juga harus bekerja sama dengan masyarakat dalam upaya penanaman kembali daerah-daerah yang tidak terdapat tumbuhan dan pohon atau reboisasi. Kondisi tanah di wilayah yang tidak terdapat pohon tentu menjadi sangat rapuh karena tidak adanya akar-akar pohon yang memperkuat kondisi tanah. Hal ini dapat membantu mencegah penurunan permukaan tanah. Pemerintah juga dapat bekerjasama dengan pihak ilmuwan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju setiap waktunya, berbagai ahli banyak yang mencari cara untuk


(2)

menanggulangi permasalahan penurunan permukaan tanah yang terjadi. Salah satu teknologi yang ada, yaitu Aquifer Storage and Recovery (ASR)15.

3.6. Penanggulangan penurunan tanah di Jakarta Terkait pada Penggunaan TIK 3.6.1. Teknik Pemantauan Penurunan Tanah

Teknik ini dapat dilakukan melalui dua metode yaitu metode hidrogeologis yang berupa pengamatan level muka air tanah dan juga melakukan pengamatan dengan alat ukur ekstensometer dan pisometer. Metode berikutnya yaitu metode geodetik berupa survey yang dilakukan melalui sistem GPS dan juga InSar. GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada pengamatan satelit-satelit Global Positioning System. Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi rawan penurunan permukaan tanah yang dipilih, secara periodik atau kontinyu untuk ditentukan koordinatnya secara teliti16. Dengan mempelajari perubahan pola dan kecepatan perubahan tinggi dari satu survei ke survei yang lain, maka karakteristik penurunan muka tanah dapat ditentukan.

InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar) adalah cara berupa metode yang digunakan untuk mempelajari fenomena penurunan tanah yang berbasiskan pada penggunaan citra satelit radar (Abidin dkk, 2004). Hasil dari metode InSAR mengkonfirmasi dan melengkapi hasil dari metode-metode sipat datar dan survei GPS tentang karakteristik fenomena penurunan muka tanah di Jakarta. Berkaitan dengan studi penurunan muka tanah yang umumnya menuntut ketelitian pada tingkat mm-cm, penggunaan sistem radar ini haruslah dalam moda interferometri, yaitu dengan memanfaatkan teknik interferometri radar.


(3)

3.6.2. Aquifer Storage and Recovery(ASR)

Aquifer Storage and Recovery(ASR) atau yang biasa disebut dengan sumur injeksi atau “sumur penyelamat”. Metode dan caranya adalah dengan membuat resapan air dan kemudian menginjeksikan air ke saluran-saluran yang telah ditentukan. Secara singkat, ASR didefinisikan pula sebagai penyimpanan air pada lapisan tanah yang dilakukan melalui pengeboran17. Cadangan air tanah berasal dari air hujan yang turun selama musim penghujan dan proses pengambilannya dilakukan ketika musim kemarau. Pada teknologi ini, sumur bor ASR dilengkapi dengan pisometer sebagai alat pemantau, yang dipakai untuk mengukur tekanan statis cairan dalam sebuah sistem. Selain itu, pada sumur bor ASR juga ditambahi dengan bangunan pelengkap untuk pengolahan air imbuhannya. Adapun mengenai komponen-komponen dalam teknologi ASR, antara lain saluran pengelak dari saluran utama yang telah ada, unit kontrol di saluran pengelak untuk mengontrol kuantitas dan kualitas aliran air ke sumur injeksi, petunjuk pelaksanaan untuk treatment aliran air berlebih yang akan digunakan, tampungan (wetland) untuk penyimpanan sementara yang digunakan pada saat proses recovery dan saat penggunaan kembali, spillway menuju ke tampungan (wetland), sumur injeksi, peralatan recovery di sumur injeksi, Water Treatment System (tergantung pada penggunaan kembali air yang di-recovery), sistem monitoring (elevasi muka air, volume air yang diinjeksikan atau yang diekstraksi), sistem monitoring kualitas air, titik pemantauan kualitas air pada jalur yang menuju injeksi, serta sistem kontrol untuk menghentikan injeksi pada saat-saat tertentu18.

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang merupakan pusat dari negara Indonesia memiliki wilayah-wilayah yang rawan untuk terkena bencana penurunan permukaan tanah (land subsidence). Penurunan permukaan tanah ini terjadi akibat faktor alam yang meliputi siklus geologi, sedimentary basin, aktifitas tektonik, siklus geologi, sink hole dan faktor manusia yaitu eksploitasi air tanah dan settlement karena beban bangunan.


(4)

Akibat dari adanya penurunan permukaan tanah di Jakarta yaitu beberapa aspek diantaranya aspek fisik yang menurunkan pula aspek ekonomi dan sosial. Untuk itu, perlu diadakan penanggulangan dari berbagai pihak diantaranya pemerintah, masyarakat, lembaga dan ilmuwan. Adapun dapat juga diterapkan cara pemantauan wilayah rawan penurunan permukaan tanah dengan teknologi GPS dan InSar. Karena apabila masalah penurunan permukaan tanah ini didiamkan, maka kemungkinan jakarta akan tenggelam karena seringnya peristiwa penurunan pada tanah dan ditambah pula karena kondisi geografisnya yang di dekat pesisir bagi wilayah yang rawan penurunan permukaan tanah.

4.2. Saran

Dalam permaslahan penurunan permukaan tanah yang ada di Jakarta, adapun saran yang dapat disampaikan antara lain bagi pemerintah hendaknya dipertegas serta diperjelas lagi dalam membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan adanya permasalahan dan penanggulangan penurunan permukaan tanah. Bagi masyarakat hendaknya berpikir dalam jangka panjang bila ingin mendirikan bangunan sehingga tidak terlalu banyak untuk menyedot air tanah yang mengakibatkan penurunan permukaan tanah. Kemudian, dalam pengimplementasian penggunaan teknologi untuk memantau daerah rawan penurunan permukaan tanah serta ASR, hendaknya dilakukan secara tepat guna.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. National Capital Integrated Coastal Development (Pembangunann Terpadu Pesisir Ibukota Negara). 2013. (http://en.ncicd.com/2013/08/post-2-2/#, diakses pada 26 Mei 2016 pukul 19:30)

2. Setiawan, Parta. 2015. Pengertian Pedologi. (http://www.gurupendidikan.com/ pengertian-pedologi-menurut-ahli-geografi/, diakses pada 27 Mei 2015 pukul 13:50)

3. Fatimah, Soja Siti. 2015.

( http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-SOJA_SITI_FATIMAH/Kuliah_Kimia_terapan_pada_jurusan_agro_industri/Kimi a_Tanah/Kimia_tanah_1.pdf, diakses pada 27 Mei 2016 pukul 13:55)

4. http://digilib.unila.ac.id/20661/14/BAB%20II.pdf (diakses pada 27 Mei 2016 pukul 13:37)

5. http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-geografi-menurut-para-ahli.html

(diakses pada 27 Mei 2016 pukul 13:42)

6. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031/ KUSNADI/BUKU_SAKU_BIOLOGI_SMA,KUSNADI_dkk/Kelas_X/Bab.Biolo gi_sbg_ilmu.pdf (diakses pada 27 Mei 2016 pukul 14:06)

7. Kurniawan, Aris. 2015. Pengertian Geologi. ( http://www.gurupendidikan.com/19-pengertian-geologi-menurut-para-ahli-beserta-cabangnya/ diakses pada 27 Mei 2015 pukul 14:12)

8. YLST, Franciscus Van. 1998. Hakekat Ilmu Pemerintahan (http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=77533&lokasi=lokal, diakses pada 27 Mei 2016 pukul 14:19)

9. ftp://ftp.dinus.ac.id/uploads/d-one/kt02.pdf (diakses pada 27 Mei 2016 pukul 14:16)

10. “Penurunan Permukaan Tanah di Pesisir Jakarta”, Land Subsidence, (http://en.ncicd.com/tag/berita-media/, diakses pada 18 Mei 2016)

11. Seaton, W.J., Burbey, T.J. 2005. Influence of Ancient Thrust Faults on The Hydrogeology of The Blue Ridge Province: Ground Water, v. 43, no. 3. Page 301-313


(6)

12. Whittaker BN, Reddish JR. 1989. Developments in Geotechnical Engineering, Subsidence: Occurrence, Prediction and Control. Amsterdam: Elsevier

13. http://metro.news.viva.co.id/news/read/195076-lokasi-penurunan-tanah-di-jakarta, diakses pada 9 mei 2016

14. http://megapolitan.kompas.com/read/2010/09/19/05130577/Penurunan.Tanah.di.J akarta.Utara, diakses pada 27 Mei 2016 pukul 14:39

15.

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/09/04/nbd60v-air-permukaan-solusi-penurunan-tanah-jakarta, diakses pada 27 Mei 2016 pukul 15:00

16. Irwan Gumilar, H.Z. Abidin, L.M. Hutasoit, D.M. Hakim, D. A. SArsito, H. Andreas, T.P Sidiq. 2012. Studi Pemantauan Penurunan Muka Tanah di Cekungan Bandung dengan Metode Survei GPS dan InSAR. Indonesian Journal of Geospatial. Vol. 1, No. 4, Hal 44-53

17. http://journals.itb.ac.id/index.php/ijog/article/view/2176/1115 (diakses pada 28 April 2016, pukul 17:12)

18.

http://ugm.ac.id/id/berita/8261-sumur.injeksi.solusi.masalah.penurunan.muka.air.tanah.dki (diakses pada 28 April 2016, pukul 17:01)