Penanganan Penurunan Permukaan Tanah di

Penanganan Penurunan Permukaan Tanah di Daan Mogot

Penulis:
Annisa Azzahra

1206227472

Diana Laurentia

1206240392

Fathiyah Hakim S

1206253786

Efi Adriyani

1206217894

Tiffany


1206222736

Pengajar:
Yusuf Latief
Rully Andhika

Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1

ABSTRAKSI

Daan Mogot, pusat perindustrian Jakarta mengalami banjir dari tahun ke tahun. Penyebab dari
banjir di Daan Mogot terletak pada penurunan tanah yang cukup besar pada setiap tahun. Hal
ini dikarenakan eksploitasi air tanah yang massif di daerah tersebut. Untuk menghentikan
penurunan tanah, konservarsi air tanah harus dilakukan. Model untuk mendefinisikan masalah
di Daan Mogot adalah why-why diagram dan needs. Model yang digunakan adalah graphical
model yang menyajikan data dengan grafis. Metode untuk mendapatkan alternatif-alternatif

yang sesuai dengan keadaan Daan Mogot, digunakan metode Decision Process Analysis.
Pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi alternatif yang ada menggunakan Decision
Tree dengan dasar analisis subjective approach. Dengan meninjau biaya, efektifitas dan
kemudahan dalam mengaplikasikan alternatif pada perumahan dan daerah industri dari
penggunaan Air PAM, Rainwater Harvesting, Sumur Resapan, Ruang Terbuka Hijau dan
Sumur Injeksi, bisa didapatkan solusi yang sesuai pada Daan Mogot. Berdasarkan evaluasi
yang dilakukan, didapatkan solusi yang sesuai dengan Daan Mogot adalah penggunaan
Rainwater Harvesting.
Daan Mogot, an industrial area in Jakarta have the greatest impact whenever flood arises for
years. The greatest cause for this impact in Daan Mogot is the massive land subsidence rate
that occured in this area every year. This great rate of land subsidence is caused by the
irresponsible use of underground water by the companies and citizens living in the area. To
stop the land subsidence, conservation of underground water is needed. The model to define
the problem in Daan Mogot is a why-why diagram and needs. The model to illustrate the
problem is a graphical model which presents the data in graphic. The method to define
alternatives suitable for the case of Daan Mogot is Decision Process Analysis Method. The
model being used to evaluate the alternatives is a Decision Tree with an approach of
subjective approach. Evaluating the cost, effectivity, and the easiness of appliance for living
spaces and companies of Injection Well, PAM water, Rainwater Harvesting, Infiltration Well
and Green Open Space, the most optimized and suitable solution for Daan Mogot will be

found. The most suitable solution by the evalution processed done before for Daan Mogot is
the use of Rainwater Harvesting.

Keywords: Penurunan Tanah, Rainwater Harvesting, Konservarsi Air, Daan Mogot, Banjir

1

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

i

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR GAMBAR

iii


BAB I Pendahuluan

1

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

2

1.3 Tujuan dan Sasaran

2

1.4 Batasan Masalah

3


1.5 Manfaat

3

1.6 Sistematika Penulisan

3

BAB II Tinjauan Teoritis

5

2.1 Kriteria

5

2.2 Solusi permasalahan

5


2.2.1 Ruang Terbuka Hijau

5

2.2.2 Sumur Resapan

6

2.2.3 Injeksi Air Tanah

8

2.2.4 Rainwater Harvesting

10

2.2.5 Air PAM

12


2.3 Pemodelan
BAB III Metode Pemecahan Masalah

13
15

3.1 Mendefinisikan Masalah

15

3.2 Pendekatan Pemecahan Masalah

15

3.3 Pemodelan dan Analisis

16

3.4 Desain dan Evaluasi Alternatif


16

3.5 Pemilihan Alternatif

17

2

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi ASR

9

Gambar 2.2 Kolam Penampung Air Hujan
Gambar 2.3 Bak Tando Bawah Tanah

11
11


3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pada banjir 2014, bisa dikatakan bahwa ada banyak wilayah di Jakarta yang
semakin parah tingkat genangan airnya daripada tahun 2013. Walaupun banyak yang
mengatakan bahwa banjir ini terjadi karena luapan air yang lebih besar, air yang datang ke
Jakarta pada tahun 2014 lebih sedikit dari tahun 2013. Pengaruh terbesar dari banjir ini
adalah penurunan tanah yang terjadi di Jakarta.
Pada tahun 2013, disebutkan oleh Koran Tempo, penurunan permukaan tanah
sekian sentimeter terjadi setiap tahun di hampir seluruh wilayah Jakarta. Penurunan ini
menyebabkan cekungan dan membuat aliran air di permukaannya terjebak alias banjir,
sesuai yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Ery Basworo. Menurutnya,
pada ruas jalan Daan Mogot Jakarta Barat memang terjadi penurunan tanah.
Menurut Disertasi oleh Dr. Rochman Djaya Ade Hamdani (Deformasi Vertikal
Permukaan Tanah dan Korelasinya dengan Penurunan Muka Air Tanah), Dari data tinggi
PP Jakarta tahun 1982-1991 penurunan permukaan tanah terbesar terjadi di lokasi PP.708

(di Cengkareng) dengan laju penurunan 8,5 cm/tahun, tahun 1991- 1997 terjadi pada
PP.930 (Kwitang) dengan laju penurunan 14,8 cm/tahun, tahun 1997-1999 terjadi pada
PP.743 (di Daan Mogot) dengan laju penurunan 31,9 cm/tahun. Dari data tinggi hasil
pengamatan GPS Desember 1997- Juni 1999, penurunan terbesar terjadi di Pantai Indah
Kapuk dengan laju penurunan 11,5 cm/tahun, Juni 1999-Juni 2000, masih di Pantai Indah
Kapuk dengan laju penurunan 10,4 cm/tahun, Juni 2000-Juni 2001 terjadi di Daan Mogot
dengan laju penurunan 34,2 cm/tahun, Juni 2001-Oktober 2001 terjadi di Rukindo-Ancol
dengan laju penurunan 23,7 cm/tahun.
Seperti yang dikutip pada harianterbit.com pada Mei 2013, penurunan tanah di
Jakarta mencapai 25 cm setiap tahunnya. Berdasarkan hasil penelitian LIPI bersama
dengan ITB tahun 2000 hingga 2005, ada total penurunan ketinggian tanah hingga 70 cm
di Daan Mogot. Penurunan di Daan Mogot merupakan penurunan ketinggian tanah yang
paling besar setelah akumulasi pada tahun tersebut.
1

Disebutkan juga oleh Syaefudin Simon dalam diskusinya yang berjudul Solusi
Banjir Jakarta, salah satu penyebab banjir di Jakarta adalah adanya penyedotan air tanah
dalam yang sangat besar untuk perhotelan dan gedung-gedung perkantoran yang
menyebabkan permukaan tanah mengalami penurunan.
Bahkan, pada tahun 2009, Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta pada tahun tersebut

menjelaskan bahwa penurunan tanah di Jakarta disebabkan penyedotan air dalam tanah
secara tak bertanggungjawab. Pada tahun 2009, sebanyak 87% penurunan tanah
disebabkan pembangunan gedung bertingkat, sisanya sebanyak 13% disebabkan oleh
eksploitasi air tanah yang semakin tak terkendali. Hal ini diperparah karena menurut data
Dinas Pertambangan DKI, lebih dari 100 pengelola gedung di DKI telah melakukan
eksploitasi air tanah secara diam-diam dan konsumsi air tanah di Jakarta mencapai 53%
dan hanya 57% yang menggunakan air PAM.
Seperti yang diketahui, pada daerah Daan Mogot, terdapat banyak gedung
perkantoran dan perumahan. Di sekitar jalan tersebut, masih pada area Jakarta Barat,
kebanyakan air tanah yang diambil sudah payau. Ini berarti, pengambilan atau eksploitasi
air tanah merupakan salah satu penyebab penurunan tanah di daerah Daan Mogot yang
kemudian dapat menyebabkan banjir menjadi semakin tinggi dari tahun ke tahun.
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimana cara mengatasi penurunan tanah pada daerah Daan Mogot?
- Apa saja solusi untuk menghentikan penurunan tanah pada daerah Daan Mogot?
- Apa solusi yang paling efektif dalam menghentikan penurunan tanah pada daerah Daan
Mogot?
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah memberikan solusi yang efektif dan
ekonomis dari penurunan permukaan tanah yang dapat diterapkan oleh industri
dan perumahan di daerah Daan Mogot.
1.3.2. Sasaran
- Berkurangnya laju penurunan tanah di Daan Mogot.
- Berkurangnya eksploitasi air tanah di Daan Mogot dan mengkonservarsi
air agar penurunan permukaan tanah berhenti.
1.4. Batasan Masalah
a. Masalah dibatasi untuk penurunan permukaan tanah pada daerah Daan Mogot,
b.

yaitu pada jalan Daan Mogot yang penuh dengan gedung komersial.
Pembahasan dibatasi untuk mencari solusi yang paling efektif dan ekonomis dari
solusi yang ada untuk menekan laju penurunan permukaan tanah.
2

c.

Perhitungan jangka panjang dari setiap solusi untuk penurunan permukaan tanah

yang mengarah kepada arah konservarsi air.
1.5. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini:
a. Membuka wawasan untuk mengetahui lebih dalam penyebab utama dari banjir
yang sering terjadi di daerah Daan Mogot, yaitu penurunan tanah yang diakibatkan
oleh eksploitasi air tanah sehingga lebih khususnya didapatkan penurunan muka air
tanah.
b. Menambah wawasan tentang solusi yang efektif dan ekonomis untuk mencegahnya
penurunan permukaan tanah.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
sasaran, pembatasan ruang lingkup masalah, manfaat dan sistematika
BAB II

penulisan makalah.
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini terdiri dari kriteria makalah serta dasar-dasar teori mengenai
solusi-solusi yang ada untuk penurunan permukaan tanah dan pemodelan

BAB III

yang akan digunakan untuk menganalisis masalah secara mendalam.
METODE PEMECAHAN MASALAH
Bagian ini berisi tentang prosedur pendekatan pemecahan masalah dan
opsi-opsi yang digunakan untuk memecahkan masalah.

BAB IV

PEMBAHASAN
Bagian ini berisikan tentang analisis dan perhitungan dari pendekatan
pemecahan masalah sehingga didapatkan alternatif pemecahan masalah

BAB V

yang optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari penulisan

makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kriteria Perencanaan
Kriteria adalah parameter tercapainya sasaran yang telah ditentukan. Kriteria untuk
masalah yang dibahas ini adalah sebagai berikut:
 Laju penurunan tanah di Jalan Daan Mogot berkurang.
 Tidak terjadi banjir di Jalan Daan Mogot.
2.2. Solusi Permasalahan
2.2.1. Ruang Terbuka Hijau
Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di setiap kota memiliki tiga fungsi
penting yaitu ekologis, sosial-ekonomi dan evakuasi. Dalam UU No. 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang disebutkan, jumlah RTH di setiap kota harus
sebesar 30 persen dari luas kota tersebut. Arsitek Landsekap/ Majelis Ikatan
Arsitektur Landsekap Indonesia (IALI) Ning Purnomohadi dalam program
Selamat Pagi Nusantara di TVRI, Rabu (2/7) mengatakan, RTH perkotaan adalah
bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan, tanaman dan vegetasi.
Fungsi dan Peranan RTH
Fungsi ekologis RTH yaitu dapat meningkatkan kualitas air tanah,
mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. Fungsi
lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi
sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota.
Peranan RTH kota terhadap kelestarian lingkungan :
 Kualitas air menurun dan kian keringnya sumber-sumber air bawah tanah dapat
diperbaiki dengan pengembangan sistem RTH yang terencana.
 Pola RTH dalam sistem tata ruang kota dapat digunakan sebagai alat
pengendali tata guna tanah secara luas dan dinamis.
Bentuk RTH
Berdasarkan struktur ruang:
4

-

RTH dengan pola ekologis, merupakan RTH yang memiliki pola

-

mengelompok, memanjang, tersebar.
RTH dengan pola planologis, merupakan RTH yang memiliki pola
mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan.

Berdasarkan segi kepemilikan:
o
o

RTH Publik
RTH Privat

Berdasarkan fungsi:
o
o
o
o

Fungsi Ekologis
Fungsi Sosial Budaya
Fungsi Arsitektural/Estetika
Fungsi Ekonomi

Jenis-jenis Ruang Terbuka Hijau
Jenis-jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan berdasarkan Permendagri
No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan adalah
taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan
permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan
raya, hutan kota, hutan lindung, bentang alam dan cagar alam.
2.2.2. Sumur Resapan
Sumur resapan adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang
berfungsi untuk menampung air yang terbuang ataupun air hujan dan
meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan dapat membantu restorasi air
tanah dan mengurangi limpasan air di permukaan.
Sumur resapan, sesuai dengan SNI Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan
Air Hujan untuk Lahan Pekarangan harus mengetahui keadaan muka air tanah
terhadap permukaan tanah saat musim hujan dan memiliki permeabilitas tanah
diantara tiga kelas, yaitu sedang, agak cepat, dan cepat. Kemudian, menurut PU,
ada persyaratan umum dan teknis yang harus dipenuhi sumur resapan air, antara
lain:
5

1. Persyaratan umum
Lahan yang digunakan relatif datar, air yang masuk bukan air yang tercemar,
bangunan disekitarnya harus aman dan peraturan daerah serta instansi setempat
menyetujui adanya sumur resapan.
2. Persyaratan Teknis
Kedalaman air tanah pada lokasi minimum setinggi 1,50 m saat musim
hujan, struktur tanah yang digunakan harus mempunyai permeabilitas tanah diatas
2cm/jam, dan jarak penempatan sumur resapan adalah 3 meter dari sumur air
bersih, 5 meter dari tangki septik dan 1 meter terhadap pondasi bangunan.
Sesuai Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (PU), sumur
resapan harus memiliki diameter maksimum 1,4 meter, pipa masuk dengan
diameter 110 mm, diameter pipa pelimpah 110 mm, kedalaman 1,5 sampai
dengan 3 meter, dinding yang terbuat dari pasang batu bata atau batako dengan
campuran 1 semen : 4 pasir tanpa plester, rongga yang diisi dengan batu kosong
20/20 setebal 40 cm dan penutup dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1
semen : 2 pasir : 3 kerikil.
Jenis konstruksi dari sumur resapan beragam, antara lain:
1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur dengan dasar sumur yang kosong.
2. Sumur tanpa pasangan dinding sumur dengan dasar sumur yang diisi ijuk dan
batu belah.
3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau batako di dinding sumur
dengan dasar sumur diisi batu belah dan ijuk atau kosong.
4. Sumur dengan buis beton di dinding sumur
5. Sumur dengan menggunakan batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding
sumur atau bisa disebut blawong.
Kelebihan penggunaan sumur resapan antara lain adalah:
1. Praktis karena pembuatannya mudah dan dapat dilakukan dimana saja.
2. Ringan karena tidak memerlukan peralatan yang berat untuk membuat dan
memasangnya.
3. Ramah lingkungan karena terbuat dari bahan-bahan organik.
Sedangkan manfaat dari penggunaan sumur resapan antara lain adalah:

6

1. Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah atau mengurangi
limpasan air di atas permukaan tanah. Dengan begitu, banjir dan genangan air
dapat dikurangi.
2. Mempertahankan dan meningkatkan tinggi muka air tanah dan menambah
persediaan air tanah.
3. Mengurangi erosi dan sedimentasi.
4. Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan
kawasan pantai.
5. Mencegah penurunan tanah (land subsidence) atau penurunan lahan akibat
pengambilan air tanah yang berlebihan.
6. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
Terakhir, cara merawat dan memanajemen sumur resapan adalah dengan
memeriksanya secara periodik selama setidaknya setiap 6 bulan sekali.
Pemeriksaan tersebut meliputi kontrol aliran air yang masuk, kondisi bak kontrol,
dan sumur resapan secara keseluruhan.
2.2.3. Injeksi Air Tanah
Definisi dari injeksi air tanah adalah aktivitas manusia yang direncanakan
untuk memasukkan air, misalnya air hujan,air permukaan dari sungai dan danau,
air lebihan limpasan (runoff) dengan cara gravitasi maupun pompa. (Soil
Conservation Service, 1967).
Macam-macam injeksi air tanah
Ada tiga kategori teknologi injeksi air tanah yang dikenal sekarang, yaitu:
1.

Artificial Aquifer Creation adalah pembuatan akuifer buatan di dalam lapisan

2.

aquifer yang cukup dalam.
Aquifer Recharge adalah injeksi air tanah untuk mengisi kembali wilayah

3.

aquifer yang air tanahnya diambil secara berlebih.
Aquifer Storage and Recovery (ASR) adalah teknologi injeksi air ke akuifer
untuk mentimpan air sebagai kebutuhan baik jangka pendek maupun panjang.

Aquifer Storage and Recovery
Teknologi ASR harus memperhatikan penetapan sumur yang tepat untuk
melakukan penyuntikan air, pengaruh dan dampak atas kualitas air tanah, desain
dari sumur injeksi dan keberlanjutan operasi injeksi air tanah serta izin dan
7

kepastian hukum untuk melakukan injeksi air tanah. (Awwa Research
Foundation, 2006).
Kelebihan ASR
- Memenuhi kebutuhan air tanah dalam jangka panjang.
- Lebih murah karena biaya konstruksi yang murah dan kerusakan lingkungan
-

yang lebih kecil dampaknya.
Sumur dapat digunakan sebagai sumur injeksi di musim hujan dan sebagai
sumur eksploitasi pada musim kemarau.

Konstruksi ASR

Gambar 2.1 Konstruksi ASR

1.

Meninjau kondisi hidrogeologi lingkungan sekitar pada saat akan membuat

2.
3.
4.

sumur ASR.
Merencanakan jejaring sumur ASR.
Meletakkan sumur ASR sesuai tata cara peletakan.
Pemutakhiran dan pengumpulan data posisi air tanah dan analisis kimia air

5.

tanah.
Pelaksanaan kerja pembuatan sumur injeksi ASR dan pelaporan.

Manfaat injeksi air tanah
a) Teknologi injeksi air tanah dapat memperkecil variasi musiman aliran sungai.
b) Pengisian kembali akifer air tanah dangkal pada akhirnya dapat
menaikkanaliran dasar sungai (base flow).
c) Mengurangi debit limpasan yang berpotensi menjadi banjir pada musim
hujan.dimanfaatkan untuk air bersih, air irigasi, dan sebagainya.
d) Mengurangi kebutuhan akan penyimpanan air di permukaan tanah.
2.2.4. Rainwater harvesting

8

Rainwater Harvesting atau Pemanenan Air Hujan merupakan metode atau
teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap
bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai
salah satu sumber suplai air bersih.
Keuntungan menggunakan metode rainwater harvesting (rainwater harvesting for
dosmetic use 2006) adalah :
 Mengurangi penggunaan air tanah atau air pam sebagai sumber air.
 Konstruksi sistem rainwater harvesting cukup sederhana.
 Perawatan berkala dapat diawasi secara langsung oleh pemilik.
 Kemungkinan kualitas air relatif baik daripada sumber lain.
 Air hujan merupakan sumber daya alam terbarukan dan tidak merusak
lingkungan.
 Air hujan yang sudah ditampung dapat langsung dipergunakan karena jarak
penampungan air tidak jauh.
Kekurangan dari metode rainwater harvesting:
 Biaya yang cukup tinggi dalam membangun rainwater harvesting sebagian
terpakai pada saat pembangunan. Namun biaya dapat ditekan dengan desain
konstruksi sederhana dan penggunaan material local.
 Dibutuhkan perawatan secara intensif.
 Kualitas air juga rawan karena tercemar polusi, kotoran burung, serangga,
debu, dan kotoran lain.
 Suplai air bergantung pada musim. Jika musim kemarau berkepanjangan
ditakutkan menghabiskan suplai air hujan.
 Suplai terbatas. Suplai air diabatasi oleh jumlah air hujan yang turun, luas
bidang penangkap air hujan, serta volume dari tangki penampung air.
Sistem manajemen (pemeliharaan) rainwater harvesting:
 Tangki atau wadah yang digunakan sebagai tempat menampung air hujan harus
dibersihkan secara berkala untuk menghindari air yang tercemar kotoran –
kotoran. Sebaiknya tangki atau wadah yang digunakan sebagai tempat
menampung air hujan dalam keadaan tertutup atau kedap udara.
 Area / saluran penangkap air hujan harus menggunakan bahan yang anti karat
dan harus dibersihkan secara berkala.

9

Jenis-jenis dari rainwater harvesting (jurnal Dr. Ing. Ir. Agus Maryono peneliti
Universitas Gajah Mada):
 Metode rainwater harvesting dengan kolam atau bak tando air hujan
Metode ini telah digunakan oleh banyak perumahan tradisional sebagai sumber
air bersih dengan cara meletakannya di tengah-tengah perumahan tersebut.

Gambar 2.2 Kolam Penampung Air Hujan

 Metode rainwater harvesting dengan tangki penampungan air
Metode ini banyak digunakan terutama bagi individu. Biasanya satu rumah
memiliki satu tangki untuk menampung air bersih. Tangki tersebut diletakkan
dibawah tanah teras rumah, didekat rumah atau diletakkan diatap rumah.

Gambar 2.3. Bak Tando Bawah Tanah

2.2.5. Air PAM
Air PAM merupakan sumber air berbayar yang disediakan oleh perusahaan
PAM. Air PAM didistribusikan di Jakarta dengan cara menggunakan air dari
sumber air perusahaan, memfilternya, kemudian disalurkan ke bangunan yang
berlangganan PAM.
Ada lima sungai yang menjadi sumber air minum untuk PAM Jaya, yaitu
Kali Krukut, Kali Pesanggrahan, Kanal Banjir Barat, Ciliwung, dan Sungai
Cengkareng. PAM Jaya menggabungkan teknologi konvensional dengan
10

membran. Penggabungan ini bertujuan menghilangkan polutan yang ada di dalam
air sungai, termasuk bakteri Escherichia coli yang merupakan bakteri dari sampah
organik dan tinja manusia.
Untuk menciptakan air bersih yang layak minum, pertama, air dari sungai
akan melewati proses konvensional terlebih dahulu. Air dari sungai akan
ditampung pada sebuah wadah untuk diendapkan. Pada saat proses pertama ini
maka polutan yang besar akan mengendap. Kemudian air akan dialirkan kembali
ke penampungan berikutnya. Pada proses ini, air akan diberi zat semacam tawas
untuk mengikat polutan yang tercampur di dalam air dan dibiarkan mengendap
dahulu agar polutan bisa terpisah dari air. Lalu, air tersebut disaring sekali lagi
dan ditempatkan di wadah khusus. Dari sini, proses akan bercabang dua. Jika air
tersebut hanya digunakan untuk mandi atau mencuci baju (non-konsumsi) maka
air tersebut akan diberi obat untuk membunuh virus yang terkandung di dalam air.
Takarannya 0,2 sampai 1 part per mili (ppm), yang berarti untuk setiap 1 liter air
membutuhkan 1 kilogram gas klor.
Setelah itu, air akan ditempatkan di reservoir sebelum didistribusikan. Pada
dasarnya, hingga tahap ini, air sudah bisa digunakan untuk non-konsumsi. Jika air
yang ingin digunakan untuk dikonsumsi, maka sebelum proses penampungan air
ke reservoir, air akan dilewatkan terlebih dahulu ke membran. Pada proses ini,
bakteri akan tertahan di membran. Keefektivitasan program ini sudah teruji, antara
lain di Bangkok dan Singapura. Di Indonesia, baru pelaku usaha seperti hotel dan
pariwisata yang menerapkan sistem ini karena masalah biaya. Biaya untuk
melakukan proses membran ini adalah Rp 2.000 per meter kubik. Lebih mahal Rp
800 dari proses konvensional. Pihak PAM Jaya optimis jika program ini
terencana, pasokan air bersih di DKI Jakarta akan meningkat.
Keuntungan menggunakan PAM adalah mendapatkan air yang bersih
dibandingkan air sumur. Air PAM biasanya bersih dan bening, sementara air
sumur biasanya keruh dan kotor. Kelemahan menggunakan air PAM adalah PAM
seringkali menggunakan klorin ataupun zat-zat kimia tertentu untuk proses
pembunuhan kumannya yang dapat membahayakan penggunanya, apalagi jika air
tersebut digunakan untuk dikonsumsi dan pengguna tidak memiliki saringan yang
canggih yang dapat menyaring zat-zat kimia tersebut.
11

2.3. Pemodelan
Setelah menyusun dan memformulasikan masalah-masalah yang terjadi akibat
penurunan tanah maka hal selanjutnya yang akan dilakukan adalah memodelkan
masalah tersebut, atau dengan kata lain menggambarkan aspek masalah dengan jelas.
Untuk pemodelan pada makalah yang kami buat, kami akan mengambil beberapa
pemodelan seperti keadaan fisik dan gambaran wilayah Daan Mogot, serta keadaan
permukaan tanahnya. Kami pun akan memodelkan beberapa metode yang telah
dipersiapkan guna mengatasi masalah penurunan tanah di wilayah Daan Mogot tersebut.
Kompleksitas suatu pemodelan harus tepat dan tergantung pada objek, proses yang
digambarkannya serta tujuan penggunaannya.
Fungsi pemodelan adalah:
1. Sebagai alat bantu dalam tahap pendeskripsian suatu masalah, analisis masalah
tersebut dan perancangan pemecahan masalah.
2. Merupakan penyederhanaan dari kenyataan yang ada. Hal ini berarti, suatu masalah
yang diaplikasikan dalam suatu model akan terlihat lebih singkat jelas dan mudah
dimengerti oleh pembaca.
3. Pemodelan sebagai sarana yang dapat memudahkan penyampaian gagasan kepada
orang lain.
4. Untuk menyimpan informasi bagi acuan dan penggunaan di masa yang akan datang.
Jadi, pemodelan tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah di
masa yang akan datang yang mungkin sama atau mempunyai kemiripan dengan
pemodelan masalah di masa sekarang.
Berdasarkan bentuknya, pemodelan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Physical Model. Pemodelan yang menggambarkan keadaan fisik yang sebenarnya
atau merupakan gambaran fisik secara aktual suatu masalah. Pemodelan ini dapat
memberikan skala tertentu dari sebuah desain. Contoh: Gambaran keadaan
sebenarnya kondisi struktur tanah di wilayah Daan Mogot yang mengalami
penurunan. Kondisi aktual pada wilayah Daan Mogot pada saat ini.
2. Graphical Model. Pemodelan dengan menggunakan garis atau skema. Contoh:
Histogram, flow chart penurunan tanah di wilayah Daan Mogot dan akibat yang
ditimbulkannya dari tahun ke tahun.

12

3. Mathematical Model. Pemodelan yang menyajikan masalah dalam suatu bentuk
matematis, menggunakan simbol dan notasi yang saling berkorelasi satu dengan
lainnya, dan mempunyai batasan masalah pada suatu pemodelan tersebut.
Berdasarkan tujuannya, pemodelan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Descriptive Model. Pemodelan ini digunakan untuk penyajian spesifikasi yang rinci
terhadap masalah yang tercakup penurunan tanah di wilayah Daan Mogot dan juga
merincikan apa saja yang harus dicapai dalam penyelesaian masalah ini. Pemodelan
ini juga merupakan uraian ringkas mengenai aspek-aspek dari masalah penurunan
tanah, yang jika diformulasikan dengan semestinya akan memberikan kerangka
penyelesaian masalah.
2. Behavioral Model. Pemodelan yang digunakan untuk menunjukan karakteristik
respon dari sebuah sistem penyelesaian masalah penurunan tanah yang ada di
wilayah Daan Mogot.
3. Decision Model. Pemodelan yang digunakan untuk memilih solusi yang terbaik dari
beberapa solusi yang tersedia berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan untuk
mengatasi penurunan tanah di wilayah Daan Mogot.

13

BAB III
METODE PEMECAHAN MASALAH

Pada bab ini, dimulai lah analisis teknis sehingga para perekayasa dapat mengevaluasi
alternatif-alternatif yang ada. Hasil dari tahap ketiga ini adalah penetapan pemodelan dan
prosedur analisis.
Model digunakan oleh perekayasa sebagai alat bantu dalam pendeskripsian, analisis,
perancangan pemecahanan masalah dan memudahkan penyampaian ide gagasan kita kepada
orang lain. Teknik pemodelan yang akan digunakan untuk satu masalah tergantung pada sifat
masalah, hasil yang diinginkan, serta sumber daya dan kemampuan yang tersedia sehingga
dalam proses pemoodelan seorang perekayasa harus memperhatukan dan menganalisis
komponen yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
Tahapan untuk mendapatkan solusi yang tepat dapat dibagi jadi beberapa tahap. Tahap
tersebut, yang masing-masing tahap mempunyai pemodelan masing-masing, dapat dibagi
menjadi seperti berikut:
3.1. Mendefinisikan Masalah
Pada tahapan ini, masalah utama diambil dari gejala-gejala masalah yang
dipisahkan dari masalah dari suatu sistem. Pada makalah ini, masalah terbesar dilihat
penyebab-penyebabnya kemudian dari penyebab tersebut diambil penyebab utamanya.
Metode yang digunakan untuk mendefinisikan masalah yang diambil adalah
pendefinisian needs dan penggunaan why-why diagram.
Dua pendekatan tersebut digunakan karena kedua pendekatan tersebut dapat
mendefinisikan masalah makalah ini dengan baik sehingga bisa didapatkan masalah
yang sesungguhnya.
3.2. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pada tahapan ini, masalah yang sudah didefinisikan kemudian dibuat alternatifalternatif penyelesaiannya. Tahapan ini meliputi tujuan yang ingin dicapai, sifat umum
dari alternatif yang akan dievaluasi dan dipertimbangkan untuk digunakan dan melihat
efektifitas dari alternatif tersebut. Hasil dari tahapan ini adalah rumusan masalah yang
menyeluruh beserta dengan elemen-elemen pembentuknya sehingga dapat diketahui
petunjuk karakteristik dari alternatif yang akan dievaluasi.
14

Pada kasus penurunan tanah di Daan Mogot, metode pendekatan pemecahan
masalah yang digunakan adalah Decision Process Analysis. Metode ini digunakan
karena dapat membuat alur dari alternatif-alternatif yang ada dengan rinci sehingga bisa
didapatkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan karakteristik umum berdasarkan
kebijakan dan keputusan yang dari berbagai macam alternatif pemecahan masalah.
3.3. Pemodelan dan Analisis
Pada tahapan ini bisa didapatkan penetapan prosedur analisis dan model yang
akan digunakan. Model dari tahapan ini kemudian akan digunakan untuk menganalisis
evaluasi dari alternatif-alternatif yang didapatkan.
Fungsi dari pemodelan ini adalah didapatnya pemodelan yang dapat digunakan
sebagai alat bantu dalam tahap mendeskripsikan, menganalisis dan merancang
pemecahan masalah serta memudahkan penyampaian gagasan.
Pada kasus penurunan tanah di Daan Mogot, pemodelan yang digunakan adalah
model grafis atau graphical model. Model grafis merupakan gambaran garis atau
skematis. Pada makalah ini pemodelan model grafis digunakan untuk menggambarkan
laju penurunan tanah di daerah Daan Mogot dari tahun ke tahun.
Dari segi tujuannya, pemodelan yang digunakan adalah decision tree models.
Pemodelan ini digunakan agar dapat memilih alternatif terbaik dari alternatif-alternatif
yang ada berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
3.4. Desain dan Evaluasi Alternatif
Pada tahapan ini, alternatif-alternatif yang ada harus dianalisis dari berbagai segi
seperti tujuan, manfaat, biaya, dan konsekuensi yang akan terjadi jika alternatif tertentu
dipilih sebagai solusi. Untuk mengevaluasi alternatif yang ada, metode yang digunakan
pada kasus ini adalah subjective approach. Metode ini digunakan untuk mendapat
alternatif yang paling ideal. Pendekatan ini juga dipilih karena referensi yang
digunakan, biaya yang dihitung dan penyelesaian masalah atau pemilihan alternatif
yang paling sesuai dikaji oleh penulis makalah. Kasus yang diangkat sulit untuk dikaji
secara objektif karena adanya kendala dalam mengkuantifikasi dan mengukur respon
karena nilai sosial yang ada.
Dalam mengkaji masalah penurunan tanah di Daan Mogot, alternatif-alternatif
yang ada diberikan peringkat berdasarkan segi biaya, efektivitas keberhasilan, dan
kemudahan dalam pengaplikasian.
Dari tahapan ini, bisa didapatkan dasar untuk memilih alternatif yang sesuai
dengan kasus penurunan tanah di Daan Mogot.
3.5. Pemilhan Alternatif yang sesuai
15

Setelah menyelesaikan langkah-langkah sebelumnya, langkah terakhir adalah
memilih alternatif yang paling ideal dan sesuai dengan kebutuhan di Daan Mogot.

16

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Kondisi Daan Mogot
4.1.1. Pembatasan area pembahasan dan kondisinya
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh penulis, didapatkan beberapa
batasan area yang dijadikan pembahasan untuk lebih lanjutnya. Berikut adalah
beberapa foto yang diambil oleh penulis untuk mendeskripsikan kondisi dari
Daan Mogot.
Untuk peta atau lokasi spesifik yang akan dijadikan pembahasan, diambil
tempat yang dekat dengan sebuah perkantoran, yaitu Indosiar. Di dekat tempat
ini, terjadi peninggian jalan yang kira-kira tingginya 70 cm.

Gambar 4.1. Peta Kondisi

Gambar 4.2. Peta Kondisi

Peninggian jalan ini merupakan solusi yang diterapkan untuk memperkecil
kemungkinan tinggi banjir di jalan Daan Mogot yang tinggi dari tahun ke
tahun. Namun, yang terjadi pada bangunan sekitar dan jalan lainnya adalah
sebagai berikut:

17

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)
Gambar 4.3. Kondisi Jalan

Dari kondisi jalan yang digambarkan, bisa diprediksi bahwa saat hujan tiba,
bagian jalan akan tetap kering dikarenakan tingginya jalan sehingga lalu lintas
yang ada di jalan Daan Mogot tidak akan terganggu, namun sebagai gantinya,
daerah di sekitar jalan akan menerima limpasan air yang lebih banyak sehingga
daerah tersebut akan mengalami banjir yang lebih tinggi dibandingkan saat
jalan masih pada ketinggian permukaan yang sama dengan daerah atau jalanjalan kecil di samping jalan Daan Mogot tersebut.
Pembangunan jalan ini dikarenakan tingginya banjir yang dialami Daan Mogot
sebagai jalan terbesar penghubung Grogol dan Tangerang setiap tahunnya.
18

Tapi, solusi dari pembangunan jalan ini tidak akan menyelesaikan masalah
banjir secara permanen. Masalah yang dihadapi Daan Mogot adalah penurunan
permukaan tanah yang setiap tahunnya sangat besar sehingga akan berdampak
pada air tanah yang menjadi payau (Koran Tempo) dan ketinggian banjir yang
4.1.2.

setiap tahunnya meningkat.
Kondisi curah hujan, banjir, dan laju penurunan permukaan tanah
- Volume air hujan di Jakarta Barat
Pola curah hujan di wilayah Jakarta Barat adalah pola monsunal dimana
variabilitas curah hujannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas monsun di
wilayah Asia dan Australia. Meskipun pola curah hujan di Jakarta Barat
adalah pola monsun, akan tetapi curah hujan di wilayah Jakarta Barat juga
dipengaruhi oleh hujan lokal yang disebabkan oleh aktivitas konvektif di
perairan Jakarta.

Gambar 4.4. Frekuensi kejadian curah hujan

Berdasarkan data dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)
dalam kurun waktu 8 tahun tercatat di wilayah Jakarta Barat mengalami
banjir paling banyak terjadi pada bulan Februari yang merupakan puncak
musim hujan. Dari total 10 kejadian banjir, 6 diantaranya terjadi di bulan
Februari. Sisanya terjadi di bulan Januari, Maret dan Mei.

19

Gambar 4.5. Tabel Kejadian Banjir di Jakarta Barat

- Penurunan tanah per tahun di Jakarta Barat
Penurunan muka tanah Jakarta diperkirakan akan semakin meluas. Wilayah
Jakarta Barat tergolong wilayah yang mendominasi penurunan muka tanah,
dengan penurunan mencapai 5-15 mm per tahun. Terkhususnya untuk Daan
Mogota adalah 70 cm secara total. (Berita Satu)
Keadaan tanah di Daan Mogot yang termasuk tanah yang lunak juga
termasuk salah satu faktor dari penurunan tanah yang tejadi di Daan Mogot,
khususnya untuk faktor beban bangunan. (Indosiar, 2014)
- Tinggi banjir dan jumlah pengungsi di Jakarta Barat
Pada tahun 2014 ini, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho
menyampaikan, banjir telah menyebabkan 10.530 jiwa warga Jakarta
mengungsi. Mereka tersebar di 97 titik pengungsian. Sebanyak 25.332 jiwa
(6.952 KK) terdampak banjir.
Jakarta Barat :
- Tinggi banjir (10 - 150 cm)
- Pengungsi 3,948 Jiwa (39 Lokasi)
4.2. Hasil Penelitian
Penelitian dari lima metode, yaitu ruang terbuka hijau, rainwater harvesting, sumur
resapan, penggunaan air PAM, dan injeksi air tanah. Penelitian bagian ini merupakan
penelitian lebih lanjut dengan studi pustaka dan perhitungan lebih mendalam pada
daerah Daan Mogot. Data dari hasil penelitian pustaka ini akan dipakai untuk mencari
solusi yang paling tepat untuk daerah Daan Mogot.
4.2.1. Injeksi Air Tanah

20

Dari segi biaya, iaya sumur injeksi ke akuifer air tanah dalam tidaklah murah.
Untuk setiap 1 meter kedalaman pengeboran harus dikeluarkan dana hingga
sekitar Rp 1,5 juta. Jika pengeboran dan penyuntikan air tanah dilakukan pada
kedalaman 250 meter, maka biaya yang dikeluarkan dapat mencapai ratusan juta
rupiah. Jika diperhitungkan, menurut JCDS (Jakarta Coastal Defense Strategy)
Daan Mogot turun hingga 1,97 meter, dana yang dibutuhkan untuk
menginjeksikan air tanah dibutuhkan Rp 2,96 juta.
Dari segi manfaat, injeksi air tanah akan bermanfaat untuk:
1. Kerusakan lingkungan sangat terbatas karena hanya dilakukan pengeboran
2.
3.
4.
5.

sumur dan tidak mengganggu aktivitas alam lainnya.
Rendahnya penguapan air.
Potensi kegagalan sangat rendah.
Lokasi pengambilan air yang tersimpan dekat dari pengguna (masyarakat).
Kelebihan air limpasan selama musim hujan dapat ditanggulangi, yaitu dengan
menampung air tersebut di dalam sumur setelah melalui proses pengolahan.

Gambar 4.6. Sumur ASR

Dari segi mudah atau tidaknya diterapkan, penempatan sumur di lapangan
sifatnya sangat fleksibel, namun untuk pemompaan (untuk penginjeksian) yang
besar memerlukan tempat yang tepat dan strategis.
Dari segi aplikasi yang pernah ada, ada sebuah proyek percontohan pada
kawasan Gedung BPPT di Jalan Thamrin yang tahun 2008 mengalami
penurunan permukaan tanah akibat pengambilan air tanah pada pembangunan
gedung Kementerian Agama di sebelahnya. Sumur injeksi sedalam 250 meter
ini telah beroperasi sejak September 2009. Pembangunannya memakan waktu
4 bulan, didahului dengan survei geolistrik untuk mengetahui struktur tanah di
kawasan Thamrin. Bentuk akuifer diketahui dengan menerapkan peranti lunak
pemodelan.

21

Untuk perawatan, sampai sekarang belum ada perawatan yang dilakukan pada
Gedung BPPT tersebuh sejak tahun 2008. Kemungkinan yang terjadi adalah air
yang diinjeksikan habis dikarenakan pemakaian air tanah yang berlebihan dan
tidak dihentikan.
Namun, kelemahan dari penggunaan injeksi air tanah ini bisa dirangkum
sebagai berikut:
1. Kemunculan bakteri akibat perbedaan temperatur yang berada didalam
wilayah yang di injeksikan.
2. Harga konstruksi yang tidak murah.
3. Peka terhadap kualitas air resapan yang buruk.
4.2.2. Rainwater Harvesting
Dari segi biaya, rainwater harvesting memiliki bermacam-macam bentuk, ada
yang dari Rain BarrelI, Kolam besar, Roof Top Rain water harvesting, dan lain –
lain. Tentunya biaya pembuatannya berbeda – beda.
Pada Rain Barrel atau tong penangkap air hujan kita hanya membeli tong besar
yang ada tutupnya dengan harga kisaran 2.000.000,00 hingga 6.000.000
tergantung pada ukurannya
Ini salah satu daftar harga tong air merek penguin yang terbuat dari plastic PE
(poly intelene):

Gambar 4.7. Harga dan Bentuk Penampung

Tangki ini terbuat dari bahan plastik PE (poly Etilene) bagian dalamnya
dilengkapi dengan lapisan anti lumut sehingga menjaga kualitas air yang disimpan
didalamnya sehingga hanya mengeluarkan biaya sedikit dalam pemeliharaanya.
Ini salah satu daftar harga tong air merek penguin yang terbuat dari stainless:

22

Gambar 4.8. Harga Tangki Air

karena bahannya yang stainless maka perawatannya mudah dan tahan lama
sehingga biaya pemeliharaan nyaris tidak ada.
Jika menggunakan rainwater harvesting yang kolam pengumpul air hujan
(PAH) maka kisaran biaya untuk membuat kolam relative mahal. Kolam dapat
dibagun dipermukaan tanah maupun di bawah tanah (dibawah, bangunan, teras,
rumah, dan lain – lain)
Tabel daftar bahan yang dibutuhkan untuk membuat kolam penampung air
hujan pasangan bata

Gambar 4.9. Tabel Bahan yang Digunakan (sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Cipta Karya)

Jika dihitung, biaya yang dikeluarkan sekitar 20 juta dengan pembiayaan
pemeliharaan yang sedikit.
Efektifitas dari rainwater harvesting cukup bagus karena daerah yang berada di
iklim tropis dengan musim kemarau pendek yang disertai dengan beberapa
hujan badai berintensitas tinggi seperti Jakarta merupakan daerah yang
memiliki kondisi yang paling cocok untuk pengaplikasian sistem rainwater
harvesting.

Gambar 4.10. Hujan tahunan sesuai daerah (sumber: Rainwater Harvesting for Domestic Use)

23

Berdasarkan data curah hujan historis sejak tahun 1989 – 2008 dari beberapa
lokasi stasiun penakar hujan yang berada di sekitar DAS Ciliwung wilayah
DKI Jakarta (DAS Ciliwung Hilir) mempunyai nilai curah hujan tahunan
sebesar 1.929 mm/ tahun. Sementara itu, DAS Ciliwung Hulu yang juga
memberikan kontribusi terhadap pasokan air di wilayah DKI Jakarta
mempunyai curah hujan tahunan 3.502 mm/tahun.
Menurut Fenty Wisnuwardhani (2006), kebutuhan air bersihdi perkotaan pasti
meningkat jumlahnya dari periode ke periode seiring dengan laju
perkembangan dan pertambahan penduduk.
Pernyataan tersebut dijabarkan kedalam tabel seperti berikut:

Gambar 4.11. Tabel Konsumsi Air (Sumber Kimpraswil)

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Direktorat Pengembangan Air
Minum, Ditjen Cipta Karya pada 2006 setiap orang Indonesia mengkonsumsi
air rata-rata sebanyak 144 Liter/Hari. Dari jumlah tersebut, pemakaian terbesar
digunakan untuk keperluan mandi yakni sebanyak 65 Liter per Orang per Hari
atau 45% dari total pemakaian air.
Efektifitas rainwater harvesting dalam menampung air hujan sebagai sumber
air dapat dihitung.
Berikut ini ilustrasi yang dapat menunjukkan teknik roof top rain water
harvesting1 dapat memberikan kontribusi mengumpulkan limpahan air hujan
yang dapat digunakan sebagai sumber air bagi warga Daan Mogot.
 Misalnya, untuk suatu atap bagunan dengan luas area 100 m2 atau 10.000
1 Teknik Pemanenan Air Hujan (Rain Water Harvesting ) sebagai alternative upaya penyelamatan
sumberdaya air di wailayah Jakarta (Budi Harsoyo )

24

dm2 dan jumlah curah hujan di DKI Jakarta 1.929 mm/tahun atau 19,29 dm
 Volume air hujan yang jatuh di satu atap rumah sebanyak
= 10.000 dm2 x 19,29 dm
= 192.900 liter/ tahun
 Dengan asumsi 80%2 dari total hujan yang dapat dipanen, maka volume air
yang dapat dipanen
= 80% x 192.900 liter
= 154.320 liter/tahun
 Jika diasumsi setiap orang menggunakan 210 liter air per hari 3 dan satu
keluarga terdiri dari 5 orang maka volume air tampungan dan mencukupi
selama
=154.320 x (210 x 5)
= 147 hari
Jika menggunakan Kolam penampung air hujan:

jumlah air yang dapat dipanen = luas are x curah hujan x koefisien runoff

Contoh ilustrasi :
 Jika kita memiliki kolam sebesar 200 m2, surah hujan DKI Jakarta 1.929
mm/tahun atau 19,29 dm, maka jumlah air yang dapat dipanen
= 20.000 x 19,29 = 385.800 liter
 dengan asumsi hanya 80% yang dapat tertangkap maka volume air =
308.640 liter
 Jika diasumsi setiap orang menggunakan 210 liter air per hari 4 dan satu
keluarga terdiri dari 5 orang maka volume air tampungan dan mencukupi
selama =308.640 x (210 x 5) = 294 hari
Hal yang perlu diperhatikan adalah dengan metode rainwater harvesting kita
tak perlu menyedot air tanah untuk kebutuhan konsumsi kita karena dengan
menampung kita sudah mempunyai konsumsi air.
Kemudahan

dalam

penggunaan

metode

rainwater

harvesting

dalam

2 koefiesien runoff 80% karena 20% dianggap mengalami evaporasi dan kebocoran
3 sumber: kimpraswil
4 sumber: kimpraswil
25

pemasangan dan penggunaan cukup mudah. Dengan menyiapkan tong air dan
rajin membersihkan saluran air pada metode rain barrel. Sementara dengan
menggunakan kolam pengatur air hujan dapat dibangun bergotong royong
dalam waktu yang relatif sebentar. Untuk medapatkan air yang bersih,
pengguna harus rajin membersihkan filter pada alat dalam kurun waktu 2
minggu sekali.
Jangka waktu penggunaan rainwater harvesting dapat mencapai 50 tahun jika
Daan Mogot tidak mengalami bencana alam yang fatal seperti gempa bumi dan
tsunami.

4.2.3. Penggunaan Air PAM
Dari segi biaya, penggunaan air PAM akan mengeluarkan biaya perbulan
sebanyak tiga macam, yaitu biaya per pemakaian, biaya pemeliharaan meter,dan
biaya beban tetap tiap pelanggan.
Gambar 4.12. Tabel Susunan Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum (Per Pemakaian)

Blok Pemakaian dan Tarif Air Minum per m³
No. Kelompok Pelanggan
0 - 10 m³
11 - 20 m³
> 20 m³
Rp
Rp
Rp
1. Kelompok I
1.050,00
1.050,00
1.050,00
2. Kelompok II
1.050,00
1.050,00
1.575,00
3. Kelompok III A
3.550,00
4.700,00
5.500,00
4. Kelompok III B
4.900,00
6.000,00
7.450,00
5. Kelompok IV A
6.825,00
8.150,00
9.800,00
6. Kelompok IV B
12.550,00
12.550,00
12.550,00
7. Kelompok V / Khusus
14.650,00
14.650,00
14.650,00

26

Gambar 4.12. Tabel Biaya PAM (sumber: Website PAM)

Penentuan Golongan/Kelompok Tarif berdasarkan peruntukan bangunan
(apakah untuk usaha atau rumah tangga di pemukiman umum/real estate) dan
luas bangunan.
Kelompok I : asrama badan sosial, rumah yatim piatu, tempat ibadah,
hidrandan ledeng umum, dan sejenisnya

27

Kelompok II : rumah sakit pemerintah, rumah tangga sangat sederhana
(120

m 2),

kedutaan/konsulat, kantor instansi pemerintah, kantor perwakilan asing,
lembaga swasta komersial, lembaga pendidikan, instansi TNI, bengkel
menengah, usaha menengah, tempat pangkas rambut, penjahit, rumah makan,
rumah sakit swasta, praktek dokter, kantor pengacara, hotel non bintang,
industry kecil, rumah susun di atas menengah, dan sejenisnya.
Kelompok IVB : hotel berbintang 1,2,3/motel/cottage, salon kecantikan, night
club/café, bank, bengkel besar, perusahaan perdangangan, hotel berbintang 4,5,
gedung bertingkat tinggi, apartemen, pabrik makanan minuman, pabrik
kimia/obat/kosmetik, gedung perindustrian, pabrik tekstil, pergudangan,
tongkang air, PT. Jaya Ancol, dan sejenisnya.
Kelompok V : BPP Tanjung Priok dan sejenisnya.
Efektifitas dari penggunaan air pam bisa diperhitungkan dengan cara
mengetahui konsumsi DKI Jakarta. DKI Jakarta per tahunnya membutuhkan
air sebanyak 846 juta m3 yang terbagi atas 651 juta m3 kebutuhan domestik
dan 195 juta m3 kebutuhan industri. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut,
DKI Jakarta memiliki potensi air yang cukup besar terdiri dari air tanah dan
dan air hujan. Pada tahun 2011 tercatat bahwa dari total kebutuhan air bersih,
yang mampu dipenuhi oleh layanan PAM adalah sebesar 297,8 juta m3/tahun,
sehingga selebihnya (548,2 juta m3/tahun) dipenuhi dari pengambilan air
tanah. Namun, yang terdaftar pada Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup DKI
Jakarta adalah 7,86 juta m3/tahun. Padahal batas aman pengambilan air tanah
adalah sebesar 30% dari cadangan air tanah atau dalam hal ini adalah sebanyak
28

256 juta m3/tahun. Dengan pengambilan air tanah pada tahun 2011 sebanyak
548,2 juta m3/tahun atau 63,42% dari ketersediaan air tanah,ambang batas
telah jauh terlampaui. Dengan menggunakan air PAM, maka akan mengurangi
penggunaan air tanah dalam, yang jika air tanah dangkal digunakan terus
menerus, air tanah dalam yang tidak bisa diperbaharui juga akan habis, dengan
begitu kita akan dapat terus menyimpan dan melestarikan air tanah.
Perbedaan air tanah dan air PAM. Jika kita terus menerus mengambil air tanah,
besarnya

volume pengambilan

air

tanah

(dengan

pembuatan

sumur)

menimbulkan dampak negatif. Selain dapat menurunkan tingkat permukaan
tanah, menurunnya debit air tanah bisa mempercepat intrusi air laut ke daratan.
Artinya, kandungan air tanah akan berubah menjadi air laut yang tidak layak
konsumsi. Yang lebih mengerikan lagi jika penurunan permukaan tanah sudah
lebih rendah dari permukaan air laut, maka potensi terjadi tenggelam sangat
besar. Namun, PALYJA terkadang tidak dapat memenuhi kualitas standar,
seperti air PAM mengandung zat-zat kimia yang tidak tersaring, misalnya
klorin, dan masih banyak lainnya. Air PAM terkadang juga tidak dapat
memenuhi kuantitas kebutuhan pelanggan. Banyak pelanggan yang mengeluh
bahwa air PAM sering tidak mengalir
Ada dua cara untuk melakukan pemasangan air PAM jika ada jaringan pipa di
sekitar bangunan yang akan mengaplikasikannya:
a. Menghubungi Call Center PALYJA 24 Jam, menyiapkan semua berkas
seperti KTP, PBB, Surat Keterangan Usaha, dan Surat Keterangan dari
Instansi. Dalam waktu paling lambat 5 hari kerja, petugas PAM akan
melakukan pemasangan sambungan pipa dan meter air di bangunan.
b. Mendatangi kantor KHP terdekat, mengisi data aplikasi. Dalam waktu
paling lambat 5 hari kerja, petugas PAM akan melakukan pemasangan
sambungan pipa dan meter air di bangunan terkait.
Untuk jangka waktu, umur pipa bisa bertahan sangat lama, bisa mencapai 2030 tahun tanpa kebocoran. Namun, jika sudah agak lama, biasanya akan terjadi
kebocoran tertentu. Pipa PAM tidak memerlukan biaya perawatan, hanya saja
jika pipa bocor, maka dibutuhkan biaya perbaikan.
29

4.2.4. Sumur Resapan
Dari segi biaya, pembangunan sumur resapan bervariasi, namun pada umumnya,
dalam artikel Land subsidence dan Amblasnya Jalan oleh Ardy Arsyad, diambil
asumsi muka air tanah berada 4 meter di bawah dan penurunan dengan total 1,97
meter menjadi 5,97 meter di bawah tanah. Biaya pembuatan untuk 4 meter adalah
Rp. 4.500.000 dan ditambah Rp 600.000 setiap penambahan satu meter. Ini berarti
total yang dikeluarkan untuk pembuatan sumur resapan sistem drainase (asumsi
menggunakan sistem drainasae vertikal konata) adalah Rp 5.100.000. Harga ini
sudah termasuk buis beton, plat beton, koral, upah pekerja dan finishing dengan
disain kurang lebih seperti berikut:

Gambar 4.13. Disain Sumur Resapan

Di Daan Mogot yang tergolong tanah lunak, permeabilitasnya diperkirakan
sebesar 2 cm/jam. Perlu diperhatikan bahwa peletakkan sumur resapan harus
berada 3 meter dari sumur bersih, 5 meter dari tangki septik, dan 1 meter dari
pondasi agar air tidak tercemar.
Sumur resapan diisi oleh saringan yang berbentuk sebagai berikut:

30

Gambar 4.14. Sumur Resapan Rumah

Efektifitas dari sumur resapan cukup baik dengan limpasan air hujan yang
mengalir akan masuk ke sumur resapan dan diserap oleh sumur tergantung dengan
volume sumur tersebut.
Sumur resapan mudah dibuat dikarenakan bahannya yang mudah didapatkan dan
tenaga kerja yang dibutuhkan sekitar 2-3 orang saja. Biasanya, sumur resapan bisa
diaplikasikan untuk banyak rumah menjadi satu sumur yang besar atau setiap
rumah memiliki satu sumur resapan sendiri.
Jangka waktu dari perawatan sumur resapan adalah empat tahun sekali dengan
asumsi sumur resapan bersih.
Manfaat dari pembuatan sumur resapan ada banyak, diantaranya:
1. Tidak memerlukan teknologi tinggi.
2. Adanya penambahan air yang masuk ke dalam tanah sehingga mencegah
intrusi air laut.
3. Dapat mempertahankan tinggi muka air tanah karena menyediakan cadangan
air untuk masa kemarau dan menampung air untuk musim hujan.
4. Dengan adanya pengaturan aliran air, pencemaran air tanah dapat ditekan.
5. Mampu menampung limpasan air yang ada sehingga volume air yang masuk
ke drainase dapat dikurangi dan mencegah banjir.
6. Mencegah terjadinya penurunan tanah karena banyaknya air hujan yang
masuk ke tanah melalui sumur resapan.
4.2.5. Ruang Terbuka Hijau

31

BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Why-Why Diagram dan Needs
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan dan pendefinisian masalah penurunan
permukaan tanah yang terjadi