Penurunan Permukaan Tanah DKI Jakarta (1)

MAKALAH MPKTB PBL 2
PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA

Oleh Home Group 1 :
EGI RIZKY SEPTIANA

(1506690422)

M. ABDUL AZIZ

(1506689774)

MUTHIA MAZAYYA PITARI

(1506690302)

NAHLA SAVIRA NOVELIA

(1506690233)

PUTRI APRILITA


(1506726832)

SHAFA DWI ANDZANI

(1506690063)

UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat nikmat
dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat dalam waktunya. Dalam makalah ini
kami membahas “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta”, suatu hal yang sangat
holistik bagi manusia agar manusia mengetahui dampak dan resiko terjadinya penurunan
tanah. Untuk itu perlu adanya usaha untuk menjaga dan memanfaatkan alam sebagai tempat
kita hidup di Bumi.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah berkaitan

tentang penurunan permukaan tanah khususnya di daerah ibu kota Negara Indonesia sendiri
dan sekaligus untuk memenuhi tugas PBL-2 mata kuliah MPKT-B. Dalam proses
pendalaman materi “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta” ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu rasa terima
kasih tak lupa kami sampaikan kepada Ibu Dr. Nani Nurhaeni S.Kp., M.N.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sekalian. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Terimakasih,

Depok, 15 Mei 2016

Kelompok HG 1

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1.............................................................................................................................................L
atar Belakang......................................................................................................................1
1.2.............................................................................................................................................P
erumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3.............................................................................................................................................T
ujuan...................................................................................................................................2
1.4.............................................................................................................................................M
anfaat..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah..........................................................................3
2.2. Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Secara Umum........................................3
2.3. Penyebab Penurunan Tanah di Jakarta Utara....................................................................4
2.4. Kondisi Tanah di Jakarta...................................................................................................4
2.5. Wilayah di DKI Jakarta yang Mengalami Penurunan Tanah............................................5
2.6. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta.....................................................6
2.7. Cara Menanggulangi Permasalahan Penurunan Tanah di DKI Jakarta.............................7
2.8. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah.......................................................................8
BAB III PEMANTAUAN DENGAN TEKNOLOGI TIK
..................................................................................................................................................

12
3.1. Teknik Pemantauan Penurunan Tanah
..................................................................................................................................................
12
3.2. Sistem GPS (Global Positioning System)
..................................................................................................................................................
12
3.3. Teknologi Aquifer Storage and Recovery (ASR)
..................................................................................................................................................
14

3

BAB IV PENUTUP
..................................................................................................................................................
16
4.1. Kesimpulan
..................................................................................................................................................
16
4.2. Saran

..................................................................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................................................................................
17

4

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya perkembangan kota akan berdampak pada
perubahan kondisi fisik kota. Semakin besar dan majunya suatu kota maka semakin kompleks
permasalahan yang ditimbulkan dan dihadapinya. Salah satunya adalah permasalahan
penurunan muka tanah (land subsidence). Yaitu peristiwa termampatnya suatu lapisan tanah
yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Di Indonesia, kota yang tengah kritis mengalami penurunan muka tanah ialah Jakarta,
ibu kota Negara Indonesia. Penurunan muka tanah merupakan hal yang serius terutama
apabila penurunan tanah terjadi di daerah pesisir pantai. Kondisi tersebut karena daerah
pesisir sangat rentan terhadap tekanan lingkungan, baik yang berasal dari daratan maupun

dari lautan.
Kota Jakarta Utara adalah salah satu kota metropolitan yang memiliki wilayah pesisir
dibagian utara. Penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta Utara seperti di kawasan
Pademangan, Ancol, Penjaringan, Cengkareng, Tanjung Priok, Cilincing, dan Pulogadung
masih terus berlangsung. Data dari Dinas Perindustrian dan Energi menunjukkan, di daerahdaerah tersebut telah terjadi penurunan lebih dari 100 cm. Penurunan tanah tersebut
dipengaruhi oleh kondisi muka air tanah dan pengaruh konsolidasi. Penurunan muka tanah di
beberapa wilayah setiap tahunnya memang tidak terjadi secara ekstrim, namun apabila
dibiarkan terus menerus akan berdampak pada munculnya kerugian, tidak hanya material
tetapi juga korban jiwa.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai faktor penyebab terjadinya
penurunan muka tanah, akibat yang ditimbulkan dari penurunan muka tanah, disertai dengan
cara mengatasi penurunan muka tanah. Pemerintah DKI Jakarta harus segera bertindak untuk
mencari solusi dan upaya untuk menghambat terjadinya penurunan tanah yang berlangsung
ini, mengingat posisinya selain sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia juga
sebagai geostrategis pada jalur lalu lintas ekonomi Internasional. Diperlukan adanya
kesadaran dari masing-masing individu bersama dengan pemerintah untuk bersama-sama
mengatasi masalah penurunan muka tanah.
1.2. Perumusan Masalah
1.
2.

3.
4.

Apa yang dimaksud dengan Penurunan Permukaan Tanah (land subsidence) ?
Apa saja faktor penyebab Penurunan Permukaan Tanah di DKI jakarta?
Bagaimana kondisi tanah di DKI Jakarta?
Di mana daerah yang paling rawan terjadi Penurunan Permukaan Tanah di DKI
Jakarta?
5. Apa saja upaya dan solusi yang ditawarkan untuk Pemerintah dalam rangka mengatasi
Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta?

1

6. Apa saja Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur permasalahan
ini?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui penyebab terjadinya penurunan tanah di DKI Jakarta khususnya Jakarta
Utara.
2. Mengetahui kondisi tanah di DKI Jakarta khususnya di utara Jakarta.

3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan penurunan tanah di DKI Jakarta.
4. Mengetahui cara mengatasi dan menanggulangi penurunan tanah di DKI Jakarta.
5. Mengetahui dan menerapkan kebijakan pemerintah yang mengatur permasalahan ini.
1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini diantaranya adalah untuk menambah wawasan
kita tentang penurunan permukaan tanah sehingga kita mengetahui dampak dan penyebab
dari kejadian tersebut dan kemudian kita mengetahui langkah dan solusi untuk perbaikan
alam untuk menjadi lebih baik.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah
Penurunan permukaan tanah adalah turunnya permukaan tanah akibat terjadinya
perubahan volume pada lapisan-lapisan batuan di bawahnya. Penurunan muka tanah (land
subsidence) merupakan suatu proses gerakan penurunan muka tanah yang didasarkan atas
suatu datum tertentu (kerangka referensi geodesi) dimana terdapat berbagai macam variabel
penyebabnya (Marfai, 2006). Penurunan muka tanah ini secara tidak langsung merupakan
aktivitas pemaksaan memadatkan struktur tanah yang belum padat menjadi padat. Umumnya

terjadi pada daerah yang tadinya berupa rawa, delta, endapan banjir, dsb yang dialihkan
fungsi tataguna lahannya tanpa melakukan rekayasa tanah terlebih dahulu.
2.2. Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Secara Umum
Menurut Whittaker and Reddish (1989), faktor penyebab penurunan muka tanah secara
umum antara lain :
1. Penurunan tanah alami (natural subsidence)
Yaitu penurunan tanah yang disebabkan oleh proses-proses geologi. Beberapa
penyebab terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi :
a. Siklus geologi
Penurunan muka tanah terkait dengan siklus geologi. Proses-proses yang terlihat
dalam siklus geologi adalah pelapukan (denuation), pengendapan (deposition), dan
pergerakan kerak bumi (crustal movement).
b. Sedimentasi daerah cekungan
Daerah cekungan biasanya terdapat di daerah tektonik lempeng terutama di dekat
perbatasan lempeng. Sedimen yang terkumpul di cekungan semakin lama semakin
banyak dan menimbulkan beban yang bekerja semakin meningkat, kemudian proses
kompaksi sedimen tersebut menyebabkan terjadinya penurunan pada permukaan
tanah.
2. Penurunan tanah akibat pengambilan air tanah (groundwater extraction)
Pengambilan airtanah secara besar-besaran yang melebihi kemampuan

pengambilannya akan mengakibatkan berkurangnya jumlah airtanah pada suatu
lapisan akuifer. Hilangnya airtanah ini menyebabkan terjadinya kekosongan pori-pori
tanah sehingga tekanan hidrostatis di bawah permukaan tanah berkurang sebesar
hilangnya airtanah tersebut. Selanjutnya akan terjadi pemampatan lapisan akuifer.
3. Penurunan akibat beban bangunan (settlement)
Tanah memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah dapat menjadi
pondasi pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti
tanggul atau bendungan. Penambahan bangunan di atas permukaan tanah dapat
menyebabkan lapisan di bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut
disebabkan adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau
3

udara dari dalam pori, dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan tanah
yang bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya
penurunan permukaan tanah.
2. 3. Penyebab Penurunan Tanah di Utara Jakarta
Amblasnya jalan RE Martadinata di Jakarta Utara
membuat kondisi Jakarta sebagai ibu kota indonesia di
pertanyakan kembali. Setelah macet dan banjir, kini
penurunan tanah mengancam Jakarta isu pemindahan

ibu kota pun kembali gencar di gulirkan.
Kini penilitian teradap jalan RE Martadinata masih
terus di lakukan, jalan tersebut juga sudah di amankan
oleh aparat kepolisian dengan memasang penutup jalan
di kedua sisinya. Apalagi baru-baru ini jalan RE
Martadinata kembali amblas sedalam 25 cm.
Menurut para peneliti, amblasnya jalan di Jakarta Utara disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :
1.

2.

Penurunan secara alami, karena kondisi batuan yang mengalami pelapukan dan
kondisi ini diperburuk dengan kecenderungan meningkatnya muka air laut sampai hampir
di sebagian besar kota-kota dunia akibat pemanasan global (global warming).
Penurunan karena adanya penyedotan air tanah secara berlebihan.
Pengambilan air bawah tanah menjadi penyebab utama penurunan permukaan tanah di
jakarta. berdasarkan data departemen energi dan sumber daya mineral tahun 2007, jumlah
air tanah terekstraksi mencapai titik tertinggi pada tahun 1995. dari 3000-3500 pompa
terpasang, terekstraksi 30-35 juta meter kubik air. tahun berikutnya jumlah sumur pompa
terus meningkat tapi jumlah air terekstraksi semakin menurun. tahun 2007 jumlah pompa
yang terpasang 3700 sedangkan jumlah air yang terekstraksi sebesar 20 juta meter kubik.

3.

Penurunan akibat beban dari gedung-gedung yang ada di Jakarta Utara.

Namun di antara faktor-faktor tersebut, penyedotan air tanah secara berlebihan
merupakan faktor penting yang di duga sebagai penyebab amblasnya tanah di Jakarta.
2.4. Kondisi Tanah di Jakarta
Salah satu faktor alam pemicu turunnya permukaan tanah di Jakarta ialah kompaksi
tanah. Pengertian dari kompaksi tanah sendiri ialah bentuk degradasi fisik tanah akibat dari
pemadatan tanah sehingga aktivitas biologi, porositas dan permeabilitas tanah menurun,
kekuatan tanah meningkat dan struktur tanah hancur perlahan-lahan. Ditambah kondisi tanah
Jakarta secara geologis masih berusia muda sehingga masih mengalami proses pemadatan,
sehingga jika dengan melihat kondisi tersebut seseorang melakukan pembangunan secara
tidak terstruktur di daerah tersebut, otomatis berpengaruh pada turunnya permukaan tanah.

4

Selain faktor alam, populasi penduduk yang pesat juga menjadi salah satu faktornya.
Jakarta merupakan kota dengan luas permukaan 660 km2 dihuni sekitar 9,6 juta jiwa manusia,
tidak heran dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, Jakarta kini terancam
terendam bahkan hilang karena setiap tahunnya tanah Jakarta turun mencapai 2 hingga 2,5
cm. Bahkan dalam contoh nyata, di daerah Jakarta Utara telah didapati sebuah desa bernama
Kampung Apung dikarenakan daerah tersebut ketinggian air sudah mencapai 1 meter.
Wilayah utara Jakarta juga merupakan daerah terkritis karena penurunan tanah sudah
mencapai 100 cm dan terkenal bahwa daerah tersebut berada pada kawasan tanah lunak dan
di bawah permukaan laut pasang. Menurut Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI
Jakarta, (2014), secara garis besar karakteristik keteknikan tanah dan batuan di daerah utara
Jakarta merupakan endapan aluvial sungai dan pantai. Semakin ke arah utara mendekati
pantai, permukaannya berupa lanau pasiran dengan sisipan lempung organik dan pecahan
cangkang kerang, tebal endapan antara berselang-seling lapisannya berkisar antara 3-12 m,
namun ketebalan secara keseluruhan endapan ini diperkirakan mencapai 300 m.


Lanau lempungan, tersebar secara dominan di permukaan, abu-abu kehitaman sampai
abu-abu kecoklatan, setempat mengandung material organik, lunak-teguh, plastisitas
sedang-tinggi.



Lanau pasiran, berwarna kuning keabuan, teguh, plastisitas sedang-tinggi.



Lempung pasiran, berwarna abu-abu kecokelatan, tegus, plastisitas sedang-tinggi.

Dapat disimpulkan bahwat anah di utara Jakarta bersifat labil dan dipastikan lebih jelek
dibandingkan tanah di selatan Jakarta jika ditinjau dari kemampuan tanah mendukung beban.
 Di selatan Jakarta, tanah dibagian atas didominasi oleh tanah hasil produk vulkanik, baik
yang sudah ditransportasikan oleh air maupun yang belum, ditandai dengan tanah
lempung berwarna coklat kemerahan dan banyak dipakai sebagai tanah urugan.
 Di utara Jakarta, tidak ada ciri yang sama untuk tanah bagian atas karena merupakan
tanah urugan diatas tanah dasar yang lunak berupa marine clay. Urugan diatas marine
clay ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan tanah timbunan agar orang
bisa beraktifitas diatasnya. Oleh karena itu ketebalan dan jenis tanah timbunannya
bervariasi, ada yang memakai coral sand, pasir laut, tanah merah, puing-puing, sampai
tanah yang sebenarnya tidak layak sebagai tanah timbunan.
2.5. Wilayah di DKI Jakarta yang Mengalami Penurunan Tanah
Setelah mengetahui kondisi fisik batuan dan tanah penyusun daratan Jakarta, daerah yang
sedang mengalami masa kritis karena terjadi penurunan tanah di antaranya ialah :
• Jakarta Utara : Muara Angke, Muara Baru, Penjaringan, Pantai Indah Kapuk,
Pademangan, Pantai Mutiara, Ancol
• Jakarta Barat : Cengkareng, Meruya, Kebon Jeruk, Daan Mogot
• Jakarta Pusat : Cikini, MH. Thamrin, Gunung Sahari
• Jakarta Timur : Cibubur, Pulogadung
• Jakarta Selatan : Pondok Indah, Kuningan, Kebayoran

5

2.6. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta
Penurunan muka tanah menimbulkan permasalahan lingkungan dan menambah parah
permasalahan yang sudah ada di DKI Jakarta. Dampak yang dapat ditimbulkan diantaranya
adalah :
a. Memperparah banjir dan rob di Kota Jakarta utara
Banjir pasang laut yang melanda kawasan Tanjungpriok merupakan suatu fenomena
alam yang sering terjadi ketika air laut pasang. Wilayah yang sering mengalami
genangan banjir pasang laut berada di Kelurahan Tanjungpriok dan Kelurahan
Papanggo. Dampak yang terjadi akibat genangan banjir di Kelurahan Tanjungpriok
sangat mengganggu aktivitas warga. Seperti halnya banjir yang menggenangi Jl. R.E.
Martadinata dan Jl. Selur, Sunteragung, Tanjungpriok dengan ketinggian genangan
kurang lebih sekitar 20 cm atau sebetis orang dewasa.
b. Kerusakan infrastruktur yang berada diatas permukaan tanah.
Pembangunan di Jakarta Utara khususnya di Pelabuhan Tanjung Priuk mengalami
perkembangan yang sangat pesat sehingga mengakibatkan banyak bangunan berdiri
dan hampir tidak menyisakan kawasan terbuka. Sehingga kerusakan dapat terjadi
pada gedung-gedung dan rumah-rumah, serta infrastruktur seperti jembatan dan jalan,
bahkan dapat menyebabkan meledaknya pipa gas di daerah tersebut.
c. Menimbulkan kerugian ekonomi.
Selain kerugian ekonomi langsung (direct losses), penurunan muka tanah juga
menyebabkan kerugian ekonomi secara tidak langsung (indirect losses) seperti
berkurangnya pendapatan, hilangnya mata pencaharian penduduk, guncangan bisnis,
bahkan menurunnya laju pertumbuhan ekonomi.
d. Menurunkan tingkat kesehatan dan sanitasi lingkungan.
Banjir dan rob menyebabkan bercampurnya air bersih dan air kotor yang berada di
sekitar pemukiman warga.

6

2.7. Cara Menanggulangi Permasalahan Penurunan Tanah di DKI Jakarta
Untuk mengatasi dan menanggulangi permasalahan penurunan tanah cukup sulit dan
dapat dilakukan jika semua pihak turut serta berkontribusi dalam upaya penurunan tanah
tersebut. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penurunan tanah yang
terjadi di Jakarta dengan upaya pencegahannya, yaitu :
• Penambahan resapan air ke dalam tanah
• Memanfaatkan penggunaan penggunaan air bawah tanah (ABT) seperlunya tanpa
melakukan eksploitasi berlebihan dan menggantinya dengan air permukaan sebagai
sumber air baku atau dari PDAM.
• Dalam membangun konstruksi bangunan serta perencanaan tata ruang perlu
mempertimbangkan adanya amblesan air tanah serta sebaran air tanah payau/asin
• Penambahan kolam penampungan air hujan sebagai pengganti air tanah yang telah
tergusur oleh pembangunan konstruksi bawah tanah
• Pemulihan fungsi situ-situ di DKI Jakarta
• meninggikan area yang mengalami penurunan permukaan tanah dengan cara
menguruknya.
• Meninggikan penghalang atau jeti agar air laut yang meluap ketika pasang tinggi yang
masuk ke wilayah permukaan tidak meluas genangannya dan tidak mengganggu
aktivitas warga yang tinggal di pesisir utara Jakarta.
Sedangkan dari Pemerintah sendiri telah menggalakkan program-program
penanggulangan permasalahan ini, seperti :
1. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
RTH berfungi meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi
udara dan pengatur iklim mikro. Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk
memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai
tetenger (landmark) kota.
2. Sumur Resapan
Sumur Resapan adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang berfungsi
untuk menampung air yang terbuang ataupun air hujan dan meresapkannya ke dalam
tanah. Sumur resapan dapat membantu restorasi air tanah dan mengurangi limpasan
air di permukaan.
3. Injeksi Air Tanah
Injeksi Air Tanah adalah aktivitas manusia yang direncanakan untuk memasukkan air,
(air hujan, air permukaan dari sungai dan danau, dan air lebihan limpasan (run off))
dengan cara gravitasi maupun pompa.




Artificial Aquifer Creation adalah pembuatan akuifer buatan di dalam lapisan
aquifer yang cukup dalam.
Aquifer Recharge adalah injeksi air tanah untuk mengisi kembali wilayah aquifer
yang air tanahnya diambil secara berlebih.
Aquifer Storage and Recovery adalah teknologi injeksi air ke akuifer untuk
mentimpan air sebagai kebutuhan baik jangka pendek maupun panjang.

4. Rainwater Harvesting atau Pemanenan Air Hujan
Rainwater Harvesting merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk
mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan
7

atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih.
5. Air PAM
Air PAM merupakan sumber air berbayar yang disediakan oleh perusahaan PAM. Air
PAM didistribusikan di Jakarta dengan cara menggunakan air dari sumber air
perusahaan, memfilternya, kemudian disalurkan ke bangunan yang berlangganan
PAM.
6. Giant Sea Wall atau dikenal National Capital Integrated Coastal Development
(NCICD)
Giant Sea Wall merupakan sebuah proyek terintegrasi membangun kawasan pesisir
utara Jakarta sebagai upaya pemerintah dalam menghadapi penurunan muka tanah
khususnya di Jakarta Utara yang menyebabkan sering terjadinya banjir rob (banjir air
laut). Adapun tiga komponen di dalamnya, yakni, pertahanan pesisir dari ancaman
banjir, penyediaan sumber air bersih, serta peluang investasi antara lain untuk properti
transportasi darat, dan pembangunan deep sea port.
2.7. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
Tidak cukup hanya dengan program-program yang dicanangkan oleh Pemerintah, jika
masyarakatnya tetap melakukan hal-hal yang semakin membahayakan kondisi Jakarta, perlu
adanya suatu kebijakan atau regulasi yang tegas dan wajib ditaati sebagai upaya mengatasi
penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta. Undang-undang serta Peraturan Pemerintah yang telah
diberlakukan ialah sebagai berikut :


PP No. 65 Tahun 2001 tentang pajak penggunaan air tanah



PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan UU No.28 Tahun 2002
bangunan dan gedung



UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang



PP No. 43 Tahun 2008 tentang air tanah



PP No. 16 Tahun 2004 tentang pengendalian terhadap penggunaan lahan dan penatagunaan
tanah

tentang

 Sanksi pelanggaran
1. Dalam pengelolaan air tanah, terdapat 2 (dua) jenis sanksi, yaitu: (i) sanksi pidana
sesuai dengan UU No 7/2004, dan (ii) sanksi administrasi. Sanksi administratif ini
telah dijelaskan pada sub-bab 5.4.2.5. Sanksi pidana dikenakan sesuai ketentuan
Pasal 94, dan Pasal 95.
Pasal
94

Sanksi Maksimal
Penjara 9 tahun dan denda
Rp1.500.000.000,00

Pelanggaran
1. Sengaja
melakukan
kegiatan
yang
mengakibatkan rusaknya sumber air dan
prasarananya, mengganggu upaya pengawetan
air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air;
atau

8

Penjara 6 tahun dan
denda Rp1.000.000.000,00

Penjara 3 tahun dan
denda Rp500.000.000,00

Penjara 18 bulan
Rp300.000.000,00

dan

Penjara 1 (satu) tahun dan
denda Rp200.000.000,00
95

Penjara 6 (enam) bulan dan
denda Rp100.000.000,00

2. Sengaja melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan terjadinya daya rusak air.
1. Sengaja melakukan kegiatan penggunaan air
yang mengakibatkan kerugian terhadap orang
atau pihak lain dan kerusakan fungsi sumber
air; atau
2. Sengaja
melakukan
kegiatan
yang
mengakibatkan rusaknya prasarana sumber
daya air.
1. Sengaja
menyewakan
atau
memindahtangankan sebagian atau seluruhnya
hak guna air;
2. Sengaja melakukan pengusahaan sumber daya
air tanpa izin dari pihak yang berwenang; atau
3. Sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan
konstruksi prasarana sumber daya air yang
tidak didasarkan pada norma, standar,
pedoman, dan manual;
4. Sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan
konstruksi pada sumber air tanpa memperoleh
izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah.
1. Karena kelalaiannya mengakibatkan kerusakan
sumber
daya air
dan prasarananya,
denda
mengganggu upaya pengawetan air, dan/atau
mengakibatkan pencermaran air; atau
2. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang
dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air.
1. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan
penggunaan air yang mengakibatkan kerugian
terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan
fungsi sumber air; atau;
2. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang
mengakibatkan kerusakan prasarana sumber
daya air.
1. Karena kelalaiannya melakukan pengusahaan
sumber daya air tanpa izin dari pihak yang
berwenang;
2. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan
pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya
air yang tidak didasarkan pada norma, standar,
pedoman, dan manual;
3. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan
pelaksanaan konstruksi pada sumber air tanpa
izin.

2. Undang-undang Penataan Ruang (UUPR) No. 26 Tahun 2007 Pasal 69 mengenai
pemberian sanksi terhadap pelanggar tata ruang. Sanksi akan diberikan kepada

9

pengguna ruang yang melanggar peruntukan tata ruang berupa sanksi-sanksi pidana
dan administratif .
Sanksi Maksimal
Hukuman pidana tiga tahun dan
denda
Rp 500.000.000,00
Hukuman pidana delapan tahun dan
denda
Rp 1.500.000.000,00
Hukuman pidana sampai lima belas
tahun
dan
denda
Rp
5.000.000.000,00

Pelanggaran
 Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang,
 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang,
 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang atau pelanggaran yang
menimbulkan korban jiwa.

3. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung. Setiap orang yang ingin mendirikan bangunan gedung harus
memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diberikan oleh pemerintah daerah
(Pemda) dengan dilengkapi:


Tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian
pemanfaatan tanah;



Data pemilik bangunan gedung;



Rencana teknis bangunan gedung; dan



Hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
Pasal

Pasal 115 ayat [1] PP 36/2005
Pasal 115 ayat [2] PP 36/2005
Pasal 45 ayat [2] UUBG

Sanksi Pelanggaran
 Pembangunan gedung dikenakan sanksi administratif berupa
sanksi penghentian sementara sampai dengan diperolehnya izin
mendirikan bangunan gedung
 Pemilik bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan
bangunan gedung dikenakan sanksi perintah pembongkaran
 Pemilik bangunan juga dapat dikenakan sanksi berupa denda
paling banyak 10% dari nilai bangunan yang sedang atau telah
dibangun

10

BAB III
PEMANTAUAN DENGAN TEKNOLOGI TIK
3.1.

Teknik Pemantauan Penurunan Tanah

Pada prinsipnya, penurunan tanah atau land subsidence suatu wilayah dapat dipantau
dengan menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis (e.g.
pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan piezometer
yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan metode geoteknik, maupun
metode-metode geodetik seperti survei sipat datar (leveling), survei gaya berat mikro, survei
GPS (Global Positioning System), dan InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).
3.2.

Sistem GPS (Global Positioning System)

GPS adalah sistem
satelit
navigasi
dan
penentuan
posisi
yang
berbasiskan
pada
pengamatan
satelit-satelit
Global Positioning System.
Prinsip studi penurunah
tanah dengan metode survei
GPS
yaitu
dengan
menempatkan
beberapa
titik pantau di beberapa
lokasi yang dipilih, secara
periodik atau kontinyu
untuk
ditentukan
koordinatnya secara teliti
dengan menggunakan metode survei GPS. GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan
dengan tingkat presisi sampai beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara
spasial maupun temporal.

11

Gambar di bawah ini merupakan perangkat receiver GPS yang dipasang di beberapa titik
pengamatan. Titik-titik tersebut merepresentasikan penurunan tanah karena titik-titik tersebut
berada di daerah yang diduga mengalami penurunan tanah.

Gambar di bawah ini adalah dokumentasi pemasangan sistem GPS kontinyu di daerah Porong
Sidoarjo untuk memantau penurunan tanah (land subsidence) dari hari ke hari.

3.2.1. Cara Kerja GPS (Global Positioning System)
Bagian yang paling penting dalam sistem navigasi GPS adalah beberapa satelit yang
berada di orbit bumi atau yang sering kita sebut di ruang angkasa. Satelit GPS saat ini
berjumlah 24 unit yang semuanya dapat memancarkan sinyal ke bumi yang lalu dapat
ditangkap oleh alat penerima sinyal tersebut atau GPS Tracker. Selain satelit terdapat 2 sistem
lain yang saling berhubungan, sehingga jadilah 3 bagian penting dalam sistem GPS. Ketiga
bagian tersebut terdiri dari: GPS Control Segment (Bagian Kontrol), GPS Space Segment
(bagian angkasa), dan GPS User Segment (bagian pengguna).
1. GPS Control Segment
Control segment GPS terdiri dari lima stasiun yang berada di pangkalan Falcon Air
Force, Colorado Springs, Ascension Island, Hawaii, Diego Garcia dan Kwajalein.
Kelima stasiun ini adalah mata dan telinga bagi GPS. Sinyal-sinyal dari satelit
diterima oleh bagian kontrol, kemudian dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke satelit.
Data koreksi lokasi yang tepat dari satelit ini disebut data ephemeris, yang kemudian
nantinya dikirimkan ke alat navigasi yang kita miliki.
2. GPS Space Segment
Space Segment adalah terdiri dari sebuah jaringan satelit yang tediri dari beberapa
satelit yang berada pada orbit lingkaran yang terdekat dengan tinggi nominal sekitar
20.183 km di atas permukaan bumi. Sinyal yang dipancarkan oleh seluruh satelit
tersebut dapat menembus awan, plastik dan kaca, namun tidak bisa menembus benda
padat seperti tembok dan rapatnya pepohonan. Terdapat 2 jenis gelombang yang
12

hingga saat ini digunakan sebagai alat navigasi berbasis satelit. Masing-masingnya
adalah gelombang L1 dan L2, dimana L1 berjalan pada frequensi 1575.42 MHz yang
bisa digunakan oleh masyarakat umum, dan L2 berjalan pada frequensi 1227.6 Mhz
dimana jenis ini hanya untuk kebutuhan militer saja.
3. GPS User Segment
User segment terdiri dari antenna dan prosesor receiver yang menyediakan
positioning, kecepatan dan ketepatan waktu ke pengguna. Bagian ini menerima data
dari satelit-satelit melalui sinyal radio yang dikirimkan setelah mengalami koreksi
oleh stasiun pengendali (GPS Control Segment).

3.3.

Teknologi Aquifer Storage and Recovery (ASR)
Teknologi ini dibangun oleh Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan, Pusat

Litbang Sumber Daya Air Balitbang PU dengan menggunakan prinsip pembuatan cadangan
air pada daerah permukaan tanah yang telah megalami penurunan tanah sebagai resapan
buatan. Teknologi tersebut dinamakan Teknologi Aquifer Storage and Recovery (ASR). ASR
adalah penyimpanan air tanah dengan pengeboran yang dilakukan untuk mendapatkan air
tanah (Dewi, 2014).
3.3.1. Prosedur yang ditempuh oleh ASR
Pada ASR terdapat kondisi dan prosedur yang ditempuh, pertama alat ini akan
membutuhkan pasokan air yang banyak. Hal
ini dapat diberupa air permukaan maupun
air hujan yang turun. Air hujan yang turun
ke tanah ini dapat dilakukan analisa air
hujan yang data-datanya berupa frekuensi
hujan, letak geografis suatu daerah, dan
jumlah

hari

hujan

(Alam,

Munandar,

Soetraprawata & Turnip, 2013). Kemudian,
dibutuhkan kondisi geologi dan hidrogeologi yang terinci untuk menentukan lokasi dan tipe
resapan imbuhan. Data yang diperlukan, yaitu:
1. Debit mata air
2. Litologi
13

3. Kondisi batas geologi
4. Kondisi batas hidrolik
5. Storativitas
6. Aliran masuk dan keluar air tanah
7. Porositas
8. Kedalaman lapisan tanah
9. Kondisi batas tektonik
10. Resapan alami
11. Water Balence
Banyaknya

data

yang

diperlukan

mengakibatkan

proses

pembuatan ASR

membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain data-data, ASR memerlukan komponenkomponen khusus yang ada dalam dirinya (Alam, Munandar, Soetraprawata & Turnip, 2013).
Komponen-komponen tersebut, yaitu:
1. Saluran pengelak dari saluran utama
2. Unit kontrol di saluran pengelak, berfungsi mengontrol kuantitas dan kualitas aliran
air ke sumur injeksi
3. Petunjuk pelaksanaan untuk perlakuan (treatment)
4. Tampungan (wetland) untuk penyimpanan sementara, digunakan pada saat proses
recovery dan saat penggunaan kembali
5. Spillway menuju ke tampungan (wetland)
6. Sumur injeksi
7. Peralatan recovery di sumur injeksi
8. Water Treatment System
9. Sistem monitoring

14

10. Titik pemantauan kualitas air pada jalur yang menuju injeksi
11. Sistem kontrol untuk menghentikan injeksi.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pengambilan air tanah yang melebihi batas merupakan salah satu penyebab terjadinya
penurunan tanah. pembangunan yang berlebihan juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya penurunan tanah khususnya di kota kota besar.
Dampak dari penurunan tanah ini yaitu daerah pesisir jakarta berpotensi terjadi
genangan banjir pasang laut terutama di daerah jakarta utara. wilayah Kecamatan
Tanjungpriok sangat berpotensi sekali terendam akibat banjir pasang laut. Hal ini dikarenakan
daerah tersebut mempunyai elevasi 0 meter dari permukaan air laut sehingga ketika laut
pasang, air akan meluap dan menggenangi wilayah tersebut.
15

4.2. Saran
Pemerintah seharusnya lebih peka dan peduli terhadap kerusakan lingkungan terutama
penurunan muka tanah ini. Penurunan yang terus terjadi dan semakin meluas ini dapat di
pantau dengan banyak metode pengukuran tanah, salah satunya menggunakan Global
Positioning System (GPS) dan ASR Technology (Aquifer Storage and Recovery). Dengan
menggunakan GPS penurunan tanah bisa terpantau terus dan cepat di tanggulangi. Sementara
ASR Technology digunakan untuk memonitoring fluktuasi muka air tanah secara real time,
mengatasi krisis air tanah dan penurunan muka air tanah, mengoptimalkan potensi air
permukaan secara terpadu dan berkelanjutan, serta mengurangi dampak intrusi air laut dan
land subsidence.
Pemrov DKI Jakarta juga mempertegas kepada masyarakat Perda tentang
pemanfaatan air tanah yaitu Perda No 10/1998, Perda No 8/2007 tentang Ketertiban Umum,
Perda No 17/2010 tentang Pajak Air tanah, dan Perda No 1/2004 tentang air tanah. Hal
tersebut bertujuan supaya pengambilan air tanah dapat dikendalikan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Alam, H. S., Munandar, A., Soetraprawata, D., & Turnip, A. (2013). Design of Ground
Quality and Capacity Monitoring System For ASR Infiltration Well Using Wireless.
Jurnal Teknologi Indonesia (JTI), 63-72.
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta. (2014). Karakteristik tanah DKI
Jakarta. Diakses pada April 27, 2016 dari Jakartapedia, ensiklopoedia warga Jakarta:
http://jakartapedia.bpadjakarta.net
Dephut. (1994). Pedoman Penyusunan Rencana Pembuatan Bangunan Sumur Resapan Air.
Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.
Dephut. (1995). Petunjuk Teknis Uji coba Pembuatan Percontohan Sumur Resapan Air.
Departemen Kehutanan, Jakarta.
Dewi, N. I. (2014). ASR. Diakses pada Mei 7, 2016 dari Balitbang Kementerian PUPR:
http://litbang.pu.go.id

16

Geodesy. (2007). [Online]. Pemantauan Land Subsidence di semburan lumpur Porong
Lapindo dengan GPS. Diakses pada Mei 15, 2016 dari Kelompok Keahlian Geodesi
ITB, Bandung: http://geodesy.gd.itb.ac.id
Kristyarini. (2015). Muka Tanah Turun Terus. Diakses pada April 28, 2016 dari Kompas.com,
Jakarta: http://megapolitan.kompas.com
Kristyarini. (2015). Pengertian GPS Cara Kerja GPS dan Fungsi GPS. Diakses pada Mei 15,
2016 dari Mandalamaya.com, Jakarta : http://www.mandalamaya.com/pengertiangps-cara-kerja-gps-dan-fungsi-gps/
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. jdih.ristekdikti.go.id [Diakses pada: 28 April
2016]
PU

Cipta Karya. (2003). Sumur
ciptakarya/html/ind/resapan-htm.

Resapan

Air.

http://www.pu.go.id/publik/

RISTEKDIKTI. [Online]. Penurunan Tanah Jakarta : Beban yang Semakin Tinggi. Diakses
pada 27 April 2016 pada http://www.kopertis12.or.id
Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Diakses
pada Mei 6, 2016 dari Mandalamaya.com, Jakarta https://www.minerba.esdm.go.id

17