2013. Juni. Visi. Kontribusi Usahatani Padi dan Sapi potong

(1)

(2)

(3)

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong

Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

Albina Br Ginting ABSTRACT

This study aims to: 1). to analyse the contribution of rice farming to farmer family income, 2) to analyse the contribution of beef cattle fattening farming to farmer family income. The research was conducted in Purwodadi District of Grobogan Regency. The sampling of the research were feedlot cattle farmers. Income contribution assessed by using analysis of B/C ratio. The results of research were: 1). revenue contribution of rice farming were bigger than revenue contribution of beef cattle farming to the farmer family income, 2). Contribution of rice farming to farmer family income is about 54,69 %, 3) contribution of beef cattle fattening farming to farmer family income is about 22,07%.

Keywords: Productions, Income, Contributions I. Pendahuluan

1.1. Latar belakang

Saat ini pelaksanaan pembangunan pertanian di tingkat petani umumnya masih bersifat parsial (per sub sektor). Sebagai contoh, lahan sawah masih dipandang sebagai media untuk memproduksi bahan pangan dan palawija saja. Padahal melalui pemanfaatan teknologi tepat guna, lahan sawah selain dapat dimanfaatkan untuk usaha tani tunggal (single community approach) juga dapat dimanfaatkan untuk usaha tani terpadu (integrated communities farming system approac).

Manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan tempat atau lokasi hidup mereka. Tingkat pertambahan penduduk yang tinggi akan menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian terutama pertanian tanaman pangan, sehingga petani harus mencari alternatif lain sebagai upaya meningkatkan pendapatan mereka, karena tingkat pendapatan yang didapatkan dari sektor pertanian tanaman pangan tidaklah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Salah satu usaha manusia dalam memanfaatkan lingungan fisik adalah usaha peternakan. Dalam usaha ini terjadi aktivitas-aktivitas yang berhubungan antara manusia dengan ternak dan tumbuh-tumbuhan serta manusia dengan manusia lain (peternak dengan pedagang maupun dengan konsumen). Dalam usaha peternakan tersebut terlihat bahwa terdapat usaha yang produktif, di mana manusia berusaha memenuhi kebutuhan dengan memanfaatkan ternak. Kebutuhan manusia yang diperoleh dari peternakan tersebut dapat berupa daging dan susu sebagai bahan konsumsi sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk untuk berbagai tanaman.


(4)

Peternakan merupakan salah satu usaha manusia dalam memanfaatkan lingkungannya. Sebagian besar masyarakat pedesaan memanfaatkan ternak sebagai usaha sampingan, karena kehidupan masyarakat pedesaan pada umumnya masih bertumpu pada usaha pertanian. Dari kenyataan itu tidaklah mengherankan apabila tingkat pendapatan masyarakat pedesaan tergolong rendah dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanya hidupnya.

Rendahnya tingkat pendapatan petani tidak terlepas dari kesempatan kerja yang tersedia di pedesan dan fenomena seperti itu merupakan kendala bagi proses pembangunan yang merata. Adanya kondisi seperti itu adalah akibat dari pengaruh pertumbuhan penduduk semakin tinggi semantara luas lahan garapan makin sempit dan di tambah lagi masih ada diterapkannya sistem warisan yang terus berkembang di daerah pedesan yang mengakibatkan luas lahan garapan semakin berkurang, maka pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian khususnya tanaman pangan berkurang dan kurang memadai. Petani menyadari hal itu, maka petani harus berusaha mencari sumber penghasilan tambahan sebagai tambahan kebutuhan hidup sehari-hari dan sumber mata pencaharian sampingan yang dikerjakan itu dapat berasal dari sektor pertanian (buruh tani dan peternakan) maupun dari usaha non pertanian.

Capaian Pelaksanaan Urusan Pertanian Kabupaten Grobogan Tahun 2010, dapat dilihat dari indikator kunci sebagai berikut :

1. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya, naik dari 5,96 ton/Ha menjadi 6,42 ton/Ha.

2. Kontribusi sektor pertanian sangat dominan terhadap PDRB dibandingkan sektor lain, yaitu rata-rata mencapai 43% dari total PDRB.

Perkembangan komoditas pertanian selama 5 (lima) tahun di Kabupaten Grobogan, dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Perkembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Grobogan No. Indikator Kinerja Capaian Kinerja Indikatif

2005 2006 2007 2008 2009

1. Produksi padi sawah (ton)

569.095 620.484 603.422 646.074 696.110 2. Luas panen jagung (ha) 94.243 86.305 105.297 133.137 132.302 3. Produksi kedelai (ton) 19.159 18.490 51.652 74.968 45.289 4. Jumlah kelompok tani 1.784 1.428 1.428 1.477 1.660

5. Jumlah sapi (ekor) 121.388 - - -

-6. Penggilingan padi 682 670 650 701 740

7. Jumlah produksi jagung (ton)

483.360 424.121 518.677 723.747 699.223 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi padi sawah selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009) mengalami perkembangan. Pada Tahun 2007 produksi


(5)

sedikit menurun dari tahun sebelumnya akan tetapi mengalami peningkatan kembali ke tahun tahun berikutnya.

Jenis ternak yang diusahakan di Jawa Tengah sebagian besar adalah ternak besar, yaitu sapi potong/perah. Populasi ternak sapi potong menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 2010 (ekor) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Ternak Sapi Potong Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2010

Kabupaten Jumlah Ternak Sapi Potong

1. Kab. Blora 2. Kab. Wonogiri 3. Kab. Grobogan 4. Kab. Rembang 5. Kab. Boyolali

----(ekor)----219.740 157.056 137.843 120.060 87.997 Sumber : BPS, 2011

Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa jumlah sapi potong terbesar terdapat di Kabupaten Blora yaitu sebesar 219.740 ekor, kemudian diikuti di Kabupaten Wonogiri sebesar 157.056 ekor dan Kabupaten Grobogan sebesar 137.843 ekor. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Grobogan mempunyai potensi dalam hal pengembangan usaha sapi potong.

Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber lain dari pendapatan petani di samping tanaman pangan. Dari hasil pendapatan usaha ternak tersebut dapat diperoleh besar kontribusi terhadap pendapatan keluarga, di mana pendapatan keluarga dari usaha ternak adalah pendapatan bersih usaha ternak ditambah dengan nilai input bidang lain yang diusahakan sendiri oleh peternak. Kontribusi adalah seberapa besar sumbangan yang diberikan dari hasil usaha ternak terhadap pendapatan keluarga. Pendapatan total keluarga petani adalah pendapatan yang dipreroleh dari usahatani, usaha ternak sapi potong dan non usahatani dan ternak sapi potong, serta usaha lain. Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi yaitu pendapatan yang diterima dari usaha ternak sapi potong dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Sehingga dapat diketahui seberapa besar kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kontribusi usahatani padi terhadap pendapatan keluarga petani? 2. Bagaimana kontribusi usaha penggemukan sapi potong terhadap pendapatan


(6)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk menganalisis kontribusi usahatani padi terhadap pendapatan keluarga petani.

2. Untuk menganalisis kontribusi usaha penggemukan sapi potong terhadap pendapatan keluarga petani.

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak antara lain:

1. Bagi petani penelitian ini bermanfaat untuk menentukan jenis usaha lain yang menguntungkan sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan.

2. Bagi Dinas Tanaman Pangan Daerah tempat penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan prioritas dan intensitas pembinaan pada petani 3. Bagi peneliti-peneliti lanjutan, hasil penelitian ini merupakan informasi awal

untuk mengembangkan penelitian lainnya di bidang pertanian. II. Metodologi Penelitian

2.1. Metode Dasar

Metode penelitian ini adalah analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk menjawab masalah yang dihadapi perusahaan dan strategi bisnis yang dilakukan. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan wawancara sebagai alat pengumpulan data. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya diolah dan dipaparkan secara deskriptif dan dianalisis untuk menguji hipotesis (Riduwan, 2008).

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang dapat menggambarkan sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan (status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu hipotesis, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa) dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Adapun pendekatan studi kasus dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh, termasuk lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhinya (Nazir, 2005).

2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan peneliti bahwa yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Kecamatan yang masuk dalam urutan 5 besar rata-rata produksi padi tertinggi dari 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten Grobogan. Purwodadi menjadi Kecamatan 3 besar yang memiliki rata-rata produksi padi tertinggi di Kabupaten Grobogan,


(7)

sehingga Kecamatan Purwodadi menjadi pilihan peneliti untuk dijadikan lokasi penelitian ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2012.

2.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya baik data/fakta lapangan maupun berupa pendapat/pandangan, serta analisis dari narasumber. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan wawancara langsung ke petani di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti lembaga tingkat desa hingga kecamatan, Dinas Pertanian dan Peternakan, kantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lain.

2.4. Metode Pengambilan Sampel

Responden diambil dengan menggunakan metode Quota Sampling, yaitu untuk menentukan jumlah sampel yang dipilih tanpa harus menghitung jumlah populasi sebagai sample frame. Quota Sampling merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan jatah (kuota) tertentu, di mana cara ini dilaksanakan berdasarkan purposive/kesengajaan (Soekartawi, 1995).

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan pencatatan. Teknik wawancara juga dilakukan dengan bantuan pengisian kuesioner oleh petani. Pengambilan sampel dilakukan pada kelompok tani ternak sapi penggemukan yang ada di Kecamatan Purwodadi. Jumlah kelompok tani ternak sapi penggemukan yang ada di Kecamatan Purwodadi adalah 7 kelompok tani ternak.

Sampel yang diambil adalah sebanyak 10 petani peternak dari setiap kelompok, sehingga dapat diketahui jumlah keseluruhan sampel adalah sebanyak 70 responden.

2.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis hipotesis dilakukan dengan cara menghitung kontribusi masing-masing usaha baik usahatani padi maupun usaha sapi potong terhadap pendapatan total keluarga petani dengan menggunakan persamaan berikut :

Persamaan identitas pendapatan total keluarga petani

PTKP = PUT + PUSP + PUL………. 1)

PUT = PUD + PUJ………...… 2)

di mana :

PTKP = Pendapatan total keluarga petani (Rp/tahun) PUT = Pendapatan usahatani (Rp/tahun)

PUD = Pendapatan usahatani padi (Rp/tahun) PUJ = Pendapatan usahatani jagung (Rp/tahun) PUSP = Pendapatan usaha sapi potong (Rp/tahun) PUL = Pendapatan usaha lain (Rp/tahun)


(8)

Analisis kontribusi pendapatan diperoleh dengan cara membandingkan antara pendapatan masing-masing usaha dengan pendapatan total keluarga petani dalam satu tahun dikalikan 100% yaitu dengan rumus :

Kontribusi PUD = 100%. PTKP

PUD x

... 3) Kontribusi PUSP = 100%.

PTKP PUSP

x

... 4) Keterangan :

PUD = Pendapatan usahatani padi (Rp/tahun) PUSP = Pendapatan usaha sapi potong (Rp/tahun) PTKP = Pendapatan total keluarga petani (Rp/tahun)

Analisis kontribusi pendapatan juga dapat dilihat dari nilai B/C ratio. Nilai B/C ratiodapat diketahui melalui rumus :

B/C ratio=

rata -Rata Total Biaya

rata -Rata Pendapatan

...5) III. Hasil dan Pembahasan

3.1. Pendapatan Total Keluarga Petani

Pendapatan total keluarga petani berasal dari penjumlahan antara pendapatan usahatani padi, pendapatan usahatani jagung, pendapatan usaha penggemukan sapi potong, dan pendapatan dari usaha lain. Jumlah rata-rata pendapatan total keluarga petani dari penjumlahan pendapatan masing-masing usaha dapat di lihat pada Tabel 4.

3.2. Pendapatan Usahatani Jagung

Pendapatan usahatani jagung dalam satu tahun diperoleh dari perhitungan rata-rata pendapatan usahatani jagung selama satu periode tanam, karena penanaman jagung di daerah penelitian hanya terdiri dari 1 musim tanam jagung. Pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi selama satu periode tanam. Perhitungan rata-rata pendapatan usahatani jagung per tahunnya dapat dilihat pada Tabel 4.


(9)

Tabel 4. Rata-rata Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Jagung per Tahun.

No. Keterangan Rata-rata

1. 2. 3. 4. 5.

Biaya Benih jagung Biaya Pupuk

Biaya Tenaga kerja Biaya Total Penerimaan ---Rp---823.821,4 1.335.771,5 480.562,5 2.640.155,4 8.457.900,0

6. Pendapatan (PUJ) 5.817.744,6

Hasil analisis berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa pendapatan rata-rata dari usahatani jagung per tahunnya adalah sebesar Rp 5.817.744,6.

3.3. Pendapatan Usaha Lain

Pendapatan usaha lain berasal dari luar usahatani dan usaha ternak sapi potong yang terdiri dari berbagai jenis usaha. Adapun jenis usaha lain yang dimiliki petani antara lain berdagang/warung, buruh proyek, buruh tani, jasa angkutan/supir, dll dapat di lihat pada Lampiran 10. Rata-rata pendapatan yang diperoleh petani dari usah lain adalah Rp 2.538.089,70 per tahunnya.

3.4. Kontribusi Usaha

Perhitungan rata-rata kontribusi usaha terhadap pendapatan total keluarga petani dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Pendapatan dan Kontribusi Masing-masing Usaha per Tahun

No. Jenis Usaha Rata-rata Kontribusi B/C

ratio 1.

2. 3. 4.

Usahatani Padi (PUD) Usahatani jagung (PUJ) Usaha Penggemukan sapi(PUSP)

Usaha lain (PUL)

---Rp---19.556.064,01 5.817.744,54 6.952.664,29 2.538.089,71 ---(%)---54,69 16,16 22,07 7,08 3,4 2,2 1,7

-5. Pendapatan (PTKP) 34.864.563,55 100

Hasil analisis berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan keluarga petani adalah Rp 34.864.563,55 per tahun. Pendapatan yang


(10)

diperoleh dari usahatani padi memberikan kontribusi tertinggi yaitu sebesar 54,69 % terhadap pendapatan total keluarga petani. Pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani jagung memberikan kontribusi sebesar 16,16 % terhadap pendapatan total keluarga petani. Pendapatan yang diperoleh petani dari usaha penggemukan sapi potong memberikan kontribusi sebesar 22,07 % terhadap pendapatan total keluarga petani. Kontribusi pendapatan dari usaha lain adalah sebesar 7,08 % terhadap total pendapatan keluarga petani. Dari besarnya nilai kontribusi yang dihasilkan dapat diketahui bahwa usahatani padi memberikan kontribusi lebih tinggi dari pada usaha sapi potong. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai B/C ratio yang dihasilkan dari masing-masing usaha yaitu B/C ratio usahatani padi adalah 3,4. Usaha sapi potong mempunyai B/C ratio sebesar 1,7. Dari nilai B/C ratio masing-masing usaha dapat dilihat bahwa usahatani padi memberikan kontribusi yang lebih besar dari pada usaha sapi potong. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan kontribusi usahatani padi lebih besar dari kontribusi usaha sapi potong dapat diterima.

Hasil analisis berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa kontribusi usaha sapi potong terhadap pendapatan keluarga petani adalah 22,07 %. Hal ini sesuai dengan pendapat Soehadji dalam Saragih (2001), yang menyatakan bahwa tipologi usaha ternak dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, di mana salah satunya adalah peternakan sebagai usaha sambilan. Petani yang mengusahakan berbagai macam komoditi pertanian terutama tanaman pangan, di mana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence), dengan tingkat pendapatan dari ternak kurang dari 30 %.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Zubir dkk (2007) yang menyatakan bahwa komoditas lain selain padi yang mendapat perhatian masyarakat adalah sapi potong dengan kontribusi terhadap penerimaan keluarga sebesar 21 %.

IV. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tentang Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong terhadap Pendapatan Total Keluarga Petani adalah 1). Kontribusi pendapatan usahatani padi lebih besar dari pada kontribusi pendapatan usaha sapi potong terhadap pendapatan keluarga petani, 2) usahatani padi memberikan kontribusi sebesar 54,69 % terhadap pendapatan total keluarga petani, 3). usaha sapi potong memberikan kontribusi sebesar 22,07 % terhadap pendapatan total keluarga petani.

4.2. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah 1). Petani perlu menambah jumlah sapi yang digemukkan untuk meningkatkan produksi sapi potong, 2). Petani perlu menambah pemberian pakan hijauan untuk menaingkatkan produksi sapi potong, 3). Petani perlu mengurangi pemberian konsentrat untuk mengurangi biaya produksi sapi potong.


(11)

Daftar Pustaka

Ahmadi. 2010.Analisis Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak Pada Sawah Irigasi di Kab. Bantul. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Antonio. R. 2010. Integrated crop-livestock farming systems. Senior Technical Advisor for Livestock and Farming Systems Technical Advisory Division.

Dani, H. 1996.Kamus Ilmiah Populer. Gita Media Press.Surabaya.

Ekowati. T. 2011. Analisis Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Agribisnis Di Jawa Tengah. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nazir. M. 2005.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Priyanti. A, 2007.Dampak Program Sitem Integrasi Tanaman-Ternak Terhadap Alokasi Waktu Kerja Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Riduwan. 2008.Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Saragih. B, 2001.Agribisnis Berbasis Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 1995.Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Sugeng, B. 2008.Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suryana. 2009.Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis Dengan pola Kemitraan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Swandi. 2005.Keberlanjutan Usahatani Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tjeppy D.S. 2007.Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak sebagai Respon Petani Terhadap Resiko.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Yandianto. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Penerbit M2S, Bandung.

Zubir, Batubara Z, Syafrial, Yusri A, Bustami dan Susilawati E. 2007. Kajian Sistem Usahatani Integrasi Ternak dan Tanaman Lahan Kering


(1)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk menganalisis kontribusi usahatani padi terhadap pendapatan keluarga petani.

2. Untuk menganalisis kontribusi usaha penggemukan sapi potong terhadap pendapatan keluarga petani.

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak antara lain:

1. Bagi petani penelitian ini bermanfaat untuk menentukan jenis usaha lain yang menguntungkan sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan.

2. Bagi Dinas Tanaman Pangan Daerah tempat penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan prioritas dan intensitas pembinaan pada petani 3. Bagi peneliti-peneliti lanjutan, hasil penelitian ini merupakan informasi awal

untuk mengembangkan penelitian lainnya di bidang pertanian. II. Metodologi Penelitian

2.1. Metode Dasar

Metode penelitian ini adalah analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk menjawab masalah yang dihadapi perusahaan dan strategi bisnis yang dilakukan. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan wawancara sebagai alat pengumpulan data. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya diolah dan dipaparkan secara deskriptif dan dianalisis untuk menguji hipotesis (Riduwan, 2008).

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang dapat menggambarkan sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan (status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu hipotesis, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa) dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Adapun pendekatan studi kasus dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh, termasuk lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhinya (Nazir, 2005).

2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan peneliti bahwa yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Kecamatan yang masuk dalam urutan 5 besar rata-rata produksi padi tertinggi dari 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten Grobogan. Purwodadi menjadi Kecamatan 3 besar yang memiliki rata-rata produksi padi tertinggi di Kabupaten Grobogan,


(2)

sehingga Kecamatan Purwodadi menjadi pilihan peneliti untuk dijadikan lokasi penelitian ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2012.

2.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya baik data/fakta lapangan maupun berupa pendapat/pandangan, serta analisis dari narasumber. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan wawancara langsung ke petani di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti lembaga tingkat desa hingga kecamatan, Dinas Pertanian dan Peternakan, kantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lain.

2.4. Metode Pengambilan Sampel

Responden diambil dengan menggunakan metode Quota Sampling, yaitu untuk menentukan jumlah sampel yang dipilih tanpa harus menghitung jumlah populasi sebagai sample frame. Quota Sampling merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan jatah (kuota) tertentu, di mana cara ini dilaksanakan berdasarkan purposive/kesengajaan (Soekartawi, 1995).

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan pencatatan. Teknik wawancara juga dilakukan dengan bantuan pengisian kuesioner oleh petani. Pengambilan sampel dilakukan pada kelompok tani ternak sapi penggemukan yang ada di Kecamatan Purwodadi. Jumlah kelompok tani ternak sapi penggemukan yang ada di Kecamatan Purwodadi adalah 7 kelompok tani ternak.

Sampel yang diambil adalah sebanyak 10 petani peternak dari setiap kelompok, sehingga dapat diketahui jumlah keseluruhan sampel adalah sebanyak 70 responden.

2.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis hipotesis dilakukan dengan cara menghitung kontribusi masing-masing usaha baik usahatani padi maupun usaha sapi potong terhadap pendapatan total keluarga petani dengan menggunakan persamaan berikut :

Persamaan identitas pendapatan total keluarga petani

PTKP = PUT + PUSP + PUL………. 1)

PUT = PUD + PUJ………...… 2)

di mana :

PTKP = Pendapatan total keluarga petani (Rp/tahun) PUT = Pendapatan usahatani (Rp/tahun)

PUD = Pendapatan usahatani padi (Rp/tahun) PUJ = Pendapatan usahatani jagung (Rp/tahun) PUSP = Pendapatan usaha sapi potong (Rp/tahun) PUL = Pendapatan usaha lain (Rp/tahun)


(3)

Analisis kontribusi pendapatan diperoleh dengan cara membandingkan antara pendapatan masing-masing usaha dengan pendapatan total keluarga petani dalam satu tahun dikalikan 100% yaitu dengan rumus :

Kontribusi PUD = 100%. PTKP

PUD x

... 3) Kontribusi PUSP = 100%.

PTKP PUSP

x

... 4) Keterangan :

PUD = Pendapatan usahatani padi (Rp/tahun) PUSP = Pendapatan usaha sapi potong (Rp/tahun) PTKP = Pendapatan total keluarga petani (Rp/tahun)

Analisis kontribusi pendapatan juga dapat dilihat dari nilai B/C ratio. Nilai B/C ratiodapat diketahui melalui rumus :

B/C ratio=

rata -Rata Total Biaya

rata -Rata Pendapatan

...5) III. Hasil dan Pembahasan

3.1. Pendapatan Total Keluarga Petani

Pendapatan total keluarga petani berasal dari penjumlahan antara pendapatan usahatani padi, pendapatan usahatani jagung, pendapatan usaha penggemukan sapi potong, dan pendapatan dari usaha lain. Jumlah rata-rata pendapatan total keluarga petani dari penjumlahan pendapatan masing-masing usaha dapat di lihat pada Tabel 4.

3.2. Pendapatan Usahatani Jagung

Pendapatan usahatani jagung dalam satu tahun diperoleh dari perhitungan rata-rata pendapatan usahatani jagung selama satu periode tanam, karena penanaman jagung di daerah penelitian hanya terdiri dari 1 musim tanam jagung. Pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi selama satu periode tanam. Perhitungan rata-rata pendapatan usahatani jagung per tahunnya dapat dilihat pada Tabel 4.


(4)

Tabel 4. Rata-rata Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Jagung per Tahun.

No. Keterangan Rata-rata

1. 2. 3. 4. 5.

Biaya Benih jagung Biaya Pupuk

Biaya Tenaga kerja Biaya Total

Penerimaan

---Rp---823.821,4 1.335.771,5 480.562,5 2.640.155,4 8.457.900,0

6. Pendapatan (PUJ) 5.817.744,6

Hasil analisis berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa pendapatan rata-rata dari usahatani jagung per tahunnya adalah sebesar Rp 5.817.744,6.

3.3. Pendapatan Usaha Lain

Pendapatan usaha lain berasal dari luar usahatani dan usaha ternak sapi potong yang terdiri dari berbagai jenis usaha. Adapun jenis usaha lain yang dimiliki petani antara lain berdagang/warung, buruh proyek, buruh tani, jasa angkutan/supir, dll dapat di lihat pada Lampiran 10. Rata-rata pendapatan yang diperoleh petani dari usah lain adalah Rp 2.538.089,70 per tahunnya.

3.4. Kontribusi Usaha

Perhitungan rata-rata kontribusi usaha terhadap pendapatan total keluarga petani dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Pendapatan dan Kontribusi Masing-masing Usaha per Tahun

No. Jenis Usaha Rata-rata Kontribusi B/C

ratio 1.

2. 3. 4.

Usahatani Padi (PUD) Usahatani jagung (PUJ) Usaha Penggemukan sapi(PUSP)

Usaha lain (PUL)

---Rp---19.556.064,01 5.817.744,54 6.952.664,29 2.538.089,71

---(%)---54,69 16,16 22,07 7,08

3,4 2,2 1,7

-5. Pendapatan (PTKP) 34.864.563,55 100

Hasil analisis berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan keluarga petani adalah Rp 34.864.563,55 per tahun. Pendapatan yang


(5)

diperoleh dari usahatani padi memberikan kontribusi tertinggi yaitu sebesar 54,69 % terhadap pendapatan total keluarga petani. Pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani jagung memberikan kontribusi sebesar 16,16 % terhadap pendapatan total keluarga petani. Pendapatan yang diperoleh petani dari usaha penggemukan sapi potong memberikan kontribusi sebesar 22,07 % terhadap pendapatan total keluarga petani. Kontribusi pendapatan dari usaha lain adalah sebesar 7,08 % terhadap total pendapatan keluarga petani. Dari besarnya nilai kontribusi yang dihasilkan dapat diketahui bahwa usahatani padi memberikan kontribusi lebih tinggi dari pada usaha sapi potong. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai B/C ratio yang dihasilkan dari masing-masing usaha yaitu B/C ratio usahatani padi adalah 3,4. Usaha sapi potong mempunyai B/C ratio sebesar 1,7. Dari nilai B/C ratio masing-masing usaha dapat dilihat bahwa usahatani padi memberikan kontribusi yang lebih besar dari pada usaha sapi potong. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan kontribusi usahatani padi lebih besar dari kontribusi usaha sapi potong dapat diterima.

Hasil analisis berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa kontribusi usaha sapi potong terhadap pendapatan keluarga petani adalah 22,07 %. Hal ini sesuai dengan pendapat Soehadji dalam Saragih (2001), yang menyatakan bahwa tipologi usaha ternak dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, di mana salah satunya adalah peternakan sebagai usaha sambilan. Petani yang mengusahakan berbagai macam komoditi pertanian terutama tanaman pangan, di mana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence), dengan tingkat pendapatan dari ternak kurang dari 30 %.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Zubir dkk (2007) yang menyatakan bahwa komoditas lain selain padi yang mendapat perhatian masyarakat adalah sapi potong dengan kontribusi terhadap penerimaan keluarga sebesar 21 %.

IV. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tentang Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong terhadap Pendapatan Total Keluarga Petani adalah 1). Kontribusi pendapatan usahatani padi lebih besar dari pada kontribusi pendapatan usaha sapi potong terhadap pendapatan keluarga petani, 2) usahatani padi memberikan kontribusi sebesar 54,69 % terhadap pendapatan total keluarga petani, 3). usaha sapi potong memberikan kontribusi sebesar 22,07 % terhadap pendapatan total keluarga petani.

4.2. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah 1). Petani perlu menambah jumlah sapi yang digemukkan untuk meningkatkan produksi sapi potong, 2). Petani perlu menambah pemberian pakan hijauan untuk menaingkatkan produksi sapi potong, 3). Petani perlu mengurangi pemberian konsentrat untuk mengurangi biaya produksi sapi potong.


(6)

Daftar Pustaka

Ahmadi. 2010.Analisis Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak Pada Sawah Irigasi di Kab. Bantul. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Antonio. R. 2010. Integrated crop-livestock farming systems. Senior Technical Advisor for Livestock and Farming Systems Technical Advisory Division. Dani, H. 1996.Kamus Ilmiah Populer. Gita Media Press.Surabaya.

Ekowati. T. 2011. Analisis Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Agribisnis Di Jawa Tengah. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nazir. M. 2005.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Priyanti. A, 2007.Dampak Program Sitem Integrasi Tanaman-Ternak Terhadap Alokasi Waktu Kerja Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Riduwan. 2008.Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Saragih. B, 2001.Agribisnis Berbasis Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 1995.Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Sugeng, B. 2008.Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suryana. 2009.Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis Dengan pola Kemitraan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Swandi. 2005.Keberlanjutan Usahatani Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tjeppy D.S. 2007.Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak sebagai Respon Petani Terhadap Resiko.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Yandianto. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Penerbit M2S, Bandung.

Zubir, Batubara Z, Syafrial, Yusri A, Bustami dan Susilawati E. 2007. Kajian Sistem Usahatani Integrasi Ternak dan Tanaman Lahan Kering