Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor)

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu,

Kabupaten Bogor)

FAITHY TRIFOSA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Faithy Trifosa


(4)

ABSTRAK

FAITHY TRIFOSA. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN.

Sebagian besar masyarakat Indonesia masih bermatapencaharian sebagai petani. Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong, menganalisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan usahatani tersebut, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani mau melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah. Keragaan usahatani dalam penelitian dilihat dari waktu tanam, penyiapan lahan, pembenihan, perawatan tanaman, penggunaan tenaga kerja, dan produksi limbah pertanian. Menganalisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan menggunakan presentase kepada total biaya secara deskriptif dan metode rasio R/C sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani menggunakan metode analisis regresi yaitu regresi logistik. Penelitian yang dilakukan di Desa Sukajadi dilakukan terhadap 30 petani yang memanfaatkan limbah dan 30 petani yang tidak memanfaatkan limbah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan usahatani padi yang memanfaatkan limbah masih menggunakan teknis budidaya yang tergolong tradisional. Petani yang memanfaatkan limbah sebagai pupuk menghemat biaya pupuk sebesar 4.30% sehingga terjadi penghematan biaya produksi sebesar 6.78%. Selisih pendapatan atas biaya tunai yang diterima petani yang memanfaatkan limbah terhadap petani yang tidak memanfaatkan limbah adalah sebesar Rp 435 826 /ha/musim. Selisih pendapatan atas biaya total yang diterima petani yang memanfaatkan limbah terhadap petani yang tidak memanfaatkan limbah adalah sebesar Rp 284 069 /ha/musim. Jika dilihat dari nilai rasio R/C atas biaya tunai maka baik petani yang memanfaatkan limbah maupun petani yang tidak memanfaatkan limbah sama-sama menguntungkan dan layak dilakukan. Begitu pula halnya jika dilihat dari nilai rasio R/C atas biaya total. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk mau memanfaatkan limbah ternak sapi potong dipengaruhi oleh faktor pendapatan usahatani padi, biaya pupuk kimia, jumlah tanggungan keluarga petani, dan pendidikan formal.


(5)

ABSTRACT

FAITHY TRIFOSA. Income Analysis of Paddy Farming with Waste Animal Husbandry Ultilization ( Case study : Sukajadi Village, Cariu Sub District, Bogor District). Supervised by UJANG SEHABUDIN.

The majority of Indonesian people is still being a farmer for their livelihood. This research objective were to identify performance of paddy farming with waste animal husbandry utilization, to analyze cost structure and income efficiency of paddy farming, and to analyze factors that influenced farmers to do paddy farming with waste animal husbandry utilization. Paddy farming performance of this research seen by time of plant, land preparation, seedbed, planting treatment, labor utilization, and agriculture waste production with descriptive analysis method. Cost structure and income efficiency were analyzed by using percentage of the total cost and R / C ratio method while factors that influence farmers' decisions was analyzed by using logistic regression. This research conducted at Sukajadi Village and respondents of this research were 30 farmers who utilize waste and 30 farmers who do not use waste. Based on research result showed that the performance of rice paddy farming which used waste utilization was still using a simple technical cultivation. Farmers who utilize waste made savings of fertilizer costs of 4.30%. So, the farmers who utilize waste made savings of cost production by 6.78%. Difference of income based on

cash of cost production who accepted by farmers used utilize waste are Rp 435 826 /ha/season. Difference of income based on totally cost production

who accepted by farmers used utilize waste are Rp 284 069/ha/season. Value of R/C ratio based on cash of cost production and totally cost production indicate that paddy farming with and without waste animal husbandry utilization were worth it and gave advantage for farmers. Factors that influenced farmers decision to do paddy farming with waste animal husbandry utilization were influenced by paddy farming income, the cost of chemical fertilizer for one growing season, burden of farmer, and education of farmers.


(6)

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI POTONG

(Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu,

Kabupaten Bogor)

FAITHY TRIFOSA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor)

Nama : Faithy Trifosa

NIM : H44090035

Disetujui oleh

Ir. Ujang Sehabudin Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T NIP. 19660717 199203 1 003


(10)

Judul Skripsi: Analisis Pendapat n C sahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Temak Sapi Potong (S udi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor)

Nama : Faithy Trifosa

NIM : H44090035

Disetujui oleh

Ir. Ujang Sehabudin Pembimbing I


(11)

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena begitu besar kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor)”.

Terima kasih penulis berikan kepada Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen pembimbing. Terima kasih pula kepada Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji akhir atas masukan dan arahannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Nanang Suryana beserta para staf di kantor UPT Puskeswankan Jonggol-Cariu, Bapak Nasir sekeluarga yang telah banyak membantu selama pengumpulan data di lapang, dan juga Keluarga Bapak Dwi Yatmoko yang telah membantu mempermudah pembiayaan skripsi penulis. Ungkapan terima kasih juga kepada keluarga, yaitu Bapak Wahyudi Suprapto, Ibu Ester Rorianti, dan kedua saudara terkasih (Epafras Teguh Kurniawan dan Matheus Fitro Agapao) yang selalu memberikan dukungan doa, motivasi, dan perhatiannya kepada penulis. Penulis juga berterimakasih kepada para sahabat terkasih, yaitu teman KTB Mazmur (Sisca, Meta, Gloria, Santika, Jenny, dan Uthy), teman sepelayanan di KPA, keluarga besar asistensi agama, para pengurus Kelompok Pra-Alumni PMK IPB 46, teman-teman seperjuangan semasa kuliah (Indah, Kristina, Rere, Chatrina, dan Esa), sahabat-sahabat terkasih (Ninda, Tere, Laura, dan Violet), kelompok kecil, adik rohani (Cynthia, Dheva, Vicha, Vio, Gresy, Ike, Laura, Siska, Roland, Albert, David, Febri, serta asistensi Yahweh Elyon dan El-Hakadosh), dan juga teman-teman ESL 46 atas segala doa, motivasi, masukan positif, dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak terkait dan para pembaca.

Bogor, Februari 2014


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertanian Berkelanjutan ... 5

2.2 Sistem Petanian Terpadu ... 6

2.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup ... 6

2.2.2 Manfaat dan Keunggulan Pertanian Terpadu ... 6

2.3 Usahatani Padi ... 7

2.4 Limbah Pertanian ... 7

2.4.1 Jerami Padi ... 7

2.4.2 Kotoran Ternak ... 8

2.5 Analisis Pendapatan Usahatani Padi ... ... 9

2.6 Penelitian Terdahulu ... 12

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis ... 14

3.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Unsur Usahatani ... 14

3.1.2 Biaya Usahatani ... 14

3.1.3 Pendapatan Usahatani ... 15

3.1.4 Efisiensi Pendapatan Usahatani ... 15

3.1.5 Teori Pengambilan Keputusan Binomial ... 16

3.1.6 Analisis Uji Beda Pendapatan ... 17

3.2 Kerangka Operasional ... 17

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

4.2 Metode Pengambilan Sampel ... 20

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 21

4.4 Metode Pengambilan dan Analisis Data ... 21

4.4.1 Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani ... 22

4.4.2 Analisis Efisiensi Pendapatan ... 24

4.4.3 Uji Beda Pendapatan Menggunakan Paired Sample t-test ... 25


(14)

4.4.3.1 Hipotesis... 26

4.4.3.2 Interpretasi Koefisien Model Regresi Logistik ... 26

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 28

5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi ... 28

5.1.2 Kependudukan... 30

5.1.3 Sarana dan Prasarana... 31

5.1.4 Potensi Desa ... 31

5.2 Karakteristik Responden ... 32

5.2.1 Usia ... 32

5.2.2 Tingkat Pendidikan ... 33

5.2.3 Luas Lahan ... 34

5.2.4 Status Kepemilikan Lahan ... 34

5.2.5 Kepemilikan Ternak Sapi ... 35

5.2.6 Pengalaman Berusahatani ... 36

5.2.7 Jumlah Tanggungan Keluarga... 36

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keragaan Usahatani Padi ... 38

6.1.1 Waktu Tanam ... 38

6.1.2 Persiapan dan Pengolahan Lahan ... 38

6.1.3 Pembenihan ... 40

6.1.4 Pemeliharaan Tanaman ... 41

6.1.5 Penggunaan Tenaga Kerja ... 47

6.1.6 Produksi Limbah Pertanian ... 48

6.2 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pemanfaatan Limbah ... 49

6.2.1 Struktur Biaya Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pemanfaatan Limbah ... 50

6.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pemanfaatan Limbah ... .. 52

6.2.3 Analisis Perbandingan Rasio R/C Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pemanfaatan Limbah ... 53

6.2.4 Hasil Uji Beda Pendapatan.. ... ... 54

6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Melakukan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak ... 55

VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ... 57

7.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 63


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Komposisi nutrisi jerami padi sebagai pakan ternak ... 7

2 Kandungan N,P,dan K dalam kotoran sapi potong ... 9

3 Analisis pendapatan responden usahatani di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi, Moutung 2013 ... 10

4 Analisis pendapatan responden petani padi sawah di Desa Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir ... 11

5 Pendapatan usahatani padi sawah per hektar pada musim tanam Januari-April 2012 ... 11

6 Sumber perolehan data sekunder ... 21

7 Struktur biaya usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah per musim per kg per ha di Desa Sukajadi ... 24

8 Pemanfaatan lahan di Desa Sukajadi ... 29

9 Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Sukajadi ... 30

10 Jumlah penduduk Desa Sukajadi menurut tingkat pendidikan tahun 2013 ... 31

11 Potensi Ternak di Desa Sukajadi tahun 2013 ... 32

12 Kelompok umur responden petani yang memanfaatan limbah dan petani yang tidak memanfaatkan limbah ... 33

13 Penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 34

14 Penggolongan responden berdasarkan luas lahan ... 34

15 Penggolongan responden berdasarkan status kepemilikan lahan ... 35

16 Jumlah ternak dan satuan ternak petani responden tahun 2013 ... 35

17 Penggolongan responden berdasarkan pengalaman berusahatani ... 36

18 Penggolongan responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ... 37

19 Perbandingan penggunaan tenaga kerja persiapan dan pengolahan lahan usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 40

20 Rata-rata biaya benih yang dikeluarkan usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 41

21 Perbandingan penggunaan tenaga kerja penyemaian benih dan penanaman bibit usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 41

22 Penggunaan rata-rata pupuk kimia yang dikeluarkan usahatani padi dengan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 42

23 Penggunaan rata-rata pupuk kimia pada usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 43


(16)

24 Perbandingan penggunaan tenaga kerja penyiangan usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 43 25 Perbandingan penggunaan tenaga kerja pemberian pestisida usahatani

padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 45 26 Perbandingan produktivitas usahatani padi dengan dan tanpa

pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 46 27 Perbandingan penggunaan tenaga kerja pemanenan usahatani padi

dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 46 28 Rata-rata pengeluaran biaya tenaga kerja usahatani dengan dan tanpa

pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi per musim ... 47 29 Jumlah jerami yang dihasilkan, dipakai, dan yang tersisa di Desa

Sukajadi per ha per musim oleh petani yang memanfaatkan limbah ... 48 30 Struktur biaya usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di

Desa Sukajadi (Rp/ha) ... 50 31 Analisis rata-rata pendapatan usahatani padi dengan dan tanpa

pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi (Rp/ha) ... 52 32 Unit Cost usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi ... 52 33 Perbandingan rasio R/C pada usahatani usahatani padi dengan dan

tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi ... 53 34 Hasil uji beda paired sample t-test ... 54 35 Variables in the equation ... 55

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Bagan kerangka berpikir operasional ... 19 2 Peta wilayah Desa Sukajadi, Cariu, Kabupaten Bogor ... 29 3 Kalender tanam di Desa Sukajadi ... 38


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner responden ... 64 2 Data penerimaan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 71 3 Data penerimaan usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 72 4 Data total biaya usahatani padi dengan pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 73 5 Data total biaya usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 74 6 Pendapatan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 75 7 Pendapatan usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi,

Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim) ... 76 8 Dokumentasi penelitian ... 77


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang memiliki potensi tinggi untuk dioptimalkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang terlibat langsung di dalamnya. Pertanian masih menjadi matapencaharian yang digeluti sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 26.14 juta dan ada 17.73 juta rumah tangga di subsektor tanaman pangan. Jumlah rumah tangga petani gurem sendiri ada sebanyak 14.25 juta atau sebesar 55.33% dari rumah tangga pertanian pengguna lahan. Jumlah petani pada tahun 2013 sebanyak 31.70 juta orang dan terbesar di subsektor tanaman pangan sebanyak 20.40 juta orang. BPS juga menyatakan bahwa rata-rata luas lahan yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 adalah seluas 0.89 ha.

Berdasarkan data dari BPS jumlah petani gurem tahun 2013 masih mendominasi setengah dari jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia. Petani gurem adalah petani yang memiliki lahan yang sempit dibawah 0,5 ha. Keadaan usahatani padi gurem menurut Haryanto (2009) akan memberikan pendapatan kepada petani sekitar Rp 10-15 ribu/hari/keluarga. Tingkat pendapatan ini masih dirasakan sangat rendah untuk mencapai tingkat kesejahteraan keluarga yang memadai. Hal ini semakin diperparah dengan mahalnya biaya faktor produksi yang harus dikeluarkan, seperti pupuk, benih/bibit, obat-obatan, peralatan, tenaga kerja, dan sewa lahan. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila petani bisa menekan biaya produksi ataupun mendapatkan tambahan pendapatan selain dari padi sawah.

Petani di Indonesia selain bercocok tanam juga memiliki beberapa ekor ternak. Hal ini disebabkan ternak dapat diuangkan kapan saja saat petani memerlukan uang dalam jumlah besar. Dinas Peternakan Kabupaten Subang mengungkapkan bahwa 52% petani di Kecamatan Cisalak menganggap fungsi dan peranan ternak adalah sebagai usaha sampingan, 24% menganggap sebagai sumber pendapatan, 16% menganggap ternak sebagai sebuah tabungan, dan 8%


(19)

2

untuk alasan lainnya. Oleh karena itu, ternak menjadi salah satu pilihan bagi petani untuk mendapatkan tambahan penerimaan.

Jenis ternak yang paling banyak dipilih petani karena dirasa lebih menguntungkan adalah ternak ruminansia. Salah satu ternak ruminansia yang dipilih petani adalah sapi potong. Pemeliharaan sapi potong dan padi sawah secara berkala akan menghasilkan limbah. Limbah peternakan berupa kotoran ternak dan limbah pertanian berupa jerami padi; ini tersedia di alam sekitar petani. Limbah pertanian dan peternakan yang terbuang langsung ke alam dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk kandang maupun pakan hijauan ternak.

Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai biogas maupun pupuk organik (Wahyuni 2011). Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak mudah didapatkan dan terjangkau harganya bahkan gratis. Selain itu, penggunaan kotoran ternak merupakan langkah baik untuk mengurangi pembuangan limbah langsung ke alam. Hal ini karena pengelolaan limbah peternakan yang baik juga membantu mengatasi permasalahan lingkungan dan menambah penghasilan peternak (Wahyuni 2011). Oleh karena itu, akan lebih baik apabila petani memanfaatkan limbah karena dapat menghemat pengeluaran input produksi selain dapat menjaga lingkungan sekitar dari pembuangan limbah langsung ke alam.

Limbah yang berasal dari peternakan jika akhirnya dikelola menjadi suatu pola maka akan menguntungkan petani dan membawa manfaat ekonomi bagi petani. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa usahatani padi yang memanfaatkan limbah ternak sapi potong memiliki banyak manfaat apabila dilakukan. Namun belum semua petani memahami manfaat limbah yang tersedia di sekitar mereka sehingga petani perlu mengetahui manfaat limbah jika digunakan dalam usahatani padi.

1.2 Perumusan Masalah

Petani di Desa Sukajadi sudah melakukan usahatani padi selama bertahun-tahun. Berusahatani padi merupakan mata pencaharian utama penduduk di Desa Sukajadi. Sejak tahun 20091, sebagian besar petani di Desa Sukajadi mulai memanfaatkan limbah ternak sapi potong bersamaan dengan bantuan dari

1


(20)

3 pemerintah berupa sapi potong. Namun, pemanfaatan limbah di Desa Sukajadi masih dimanfaatkan secara sederhana.

Sebagian besar petani di Desa Sukajadi sudah memiliki lahan sawah beberapa petak, namun masih ada juga beberapa petani yang menggarap sawah milik orang lain hasil penggadaian yang dilakukannya. Jumlah ternak yang dimiliki petani di Desa Sukajadi tersebut memiliki ternak sapi berdasarkan kebutuhan keuangan mereka saat itu.

Menurut kepala UPT Puskeswankan Jonggol-Cariu, penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk kompos untuk tanaman padi di Desa Sukajadi baru digunakan 10% 2 dan sisanya terbuang begitu saja. Padahal menurut Wahyuni (2011), seekor sapi potong yang berbobot 400-500 kg/ekor menghasilkan kotoran segar sebanyak 20-29 kg/hari. Manfaat dari penggunaan limbah tersebut dapat mengurangi biaya produksi yang harus ditanggung oleh petani. Kendalanya adalah sebagian besar petani merupakan petani gurem dengan luas lahan di bawah 0.5 ha dan keterampilan petani dalam mengolah limbah yang masih minim. Hal ini menyebabkan petani kurang dapat mengoptimalkan pemanfaatan limbah yang ada. Dari permasalahan di atas, maka untuk menganalisis usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu dalam penelitian ini telah dirumuskan lingkup masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keragaan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu?

2. Bagaimana struktur biaya dan efisiensi pendapatan usahatani padi dengan atau tanpa pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu?


(21)

4

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi keragaan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu;

2. Menganalisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan usahatani padi dengan atau tanpa pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu;

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi keragaan usahatani padi di Desa Sukajadi dilihat dari faktor pola tanam, penyiapan lahan, pembenihan, penyiangan, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu, pemanenan dan pasca panen serta limbah pertanian yang dihasilkan. Ruang lingkup penelitian ini dalam menganalisis struktur biaya dan pendapatan padi yang memanfaatkan limbah maupun yang tidak memanfaatkan limbah adalah dengan menganalisis faktor-faktornya yang bersifat tangible dalam satu musim tanam November 2012- Februari 2013. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Penelitian hanya melihat perbandingan struktur biaya usahatani padi dengan pemanfaatan limbah dan usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah yang meliputi biaya tunai dan biaya tidak tunai serta pendapatannya yang meliputi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.


(22)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap mempertahankan basis sumber daya. Definisi pertanian berkelanjutan sendiri adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Pada mulanya, pertanian bergantung pada sumber daya alam, pengetahuan, keterampilan, dan institusi lokal. Berjalannya waktu menyebabkan adanya respon yang diterima pertanian dari pengaruh asing dan kebutuhan yang semakin besar dari jumlah penduduk yang jumlahnya semakin meningkat. Oleh karena itu, sistem pertanian cenderung berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem, yakni penggunaan input luar secara besar-besaran yang biasa disebut HEIA (High External Input Agriculture) atau Pertanian Tinggi InputLuar; sangat tergantung pada input buatan seperti pupuk kimia. Selain HEIA, keadaan ekstrem lainnya adalah LEIA (Low External Input Agriculture) atau Pertanian Rendah Input Luar; pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tak menggunakan input luar. Pertanian berkelanjutan akan terjadi saat petani sudah mulai menerapkan pertanian terpadu karena dalam pertanian terpadu kita dapat meminimalkan penggunaan pupuk non organik bahkan menghilangkannya, sehingga tanah tidak menjadi rusak (Reijntjes et al 2006).

Sistem pertanian terpadu dengan menggunakan bahan agrokimia (pupuk dan pestisida kimia) secara terbatas yang dipadukan/diintegrasikan dengan bahan-bahan alami serta ramah lingkungan dikenal dengan LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) menjadi arah baru bagi sistem pertanian konvensional (Gunapradangga, 2004). LEISA mengacu pada bentuk pertanian yang memanfaatkan input luar hanya bila diperlukan. LEISA tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang (Reijntjes et al 2006).


(23)

6

2.2 Sistem Pertanian Terpadu 2.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup

Pertanian memiliki cakupan yang sangat luas dan saling berinteraksi dalam suatu ekosistem sebab suatu ekosistem yang membentuk pertanian maka di dalamnya pasti memiliki hubungan timbal balik. Contoh kawasan yang ditanami padi, jika kawasan tersebut tidak tersedia ternak ruminansia, dalam arti berdiri sendiri-sendiri, maka sisa tanaman atau kotoran dari ternak merupakan limbah yang menimbulkan masalah dan penanganannya memerlukan biaya tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha pertanian. Oleh karena itu, pertanian terpadu merupakan pilar utama kebangkitan bangsa Indonesia karena mampu menyediakan pangan yang aktual bagi bangsa ini secara berkelanjutan (Sulaeman 2007).

Menurut Sulaeman (2007) lebih lanjut, Sistem Pertanian Terpadu (integrated farming system) adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur-ulang, menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang “tailor-made”, atau meniru cara alam bekerja. Dikatakan demikan karena pada hakekatnya pertanian terpadu merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.

2.2.2 Manfaat dan Keunggulan Pertanian Terpadu

Pertanian terpadu merupakan penyedia pangan yang paling efektif dan efisien karena memiliki siklus dan keseimbangan nutrien serta energi yang akan membentuk suatu ekosistem secara keseluruhan. Selain itu, sistem pertanian terpadu secara deduktif akan meningkatkan efektifitas produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan biaya produksi. Sistem pertanian terpadu jika dilihat secara empiris merupakan bentuk pertanian yang paling baik karena hampir tidak ada komponen yang terbuang (Sulaeman 2007). Selanjutnya diperlukan sistem pertanian terpadu pada bidang pertanian karena pertanian terpadu terbukti menghemat energi, mempertahankan keanekaragaman hayati


(24)

7 pertanian, dan mampu mencapai produksi optimum melalui diversifikasi produk meski dalam lahan yang terbatas.

2.3 Usahatani Padi

Pengairan padi sawah ada yang menggunakan sistem irigasi maupun sistem tadah hujan. Sawah tadah hujan merupakan sawah yang hanya mendapatkan air dari air hujan. Sawah tadah hujan biasanya diusahakan hanya pada musim hujan. Tanaman padi sawah tadah hujan dengan pengairan tergantung air hujan sangat respon terhadap pemupukan kalium. Menurut Wihardjaka (1999) dengan pengembalian jerami atau pemberian pupuk kandang ke dalam tanah dapat mengurangi pencucian unsur kalium dalam tanah sehingga pemberian pupuk kompos baik untuk diberikan bagi sawah tadah hujan yang cenderung kekurangan unsur kalium.

2.4 Limbah Pertanian 2.4.1 Jerami Padi

Menurut perhitungan Sugiyono (2005), produksi limbah jerami per hektar padi sawah bisa mencapai 12-15 ton, atau 4-5 ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanamannya. Menurut Sarwono dan Arianto (2006) jerami kering sebanyak 3.5-4.0 ton dapat dimanfaatkan untuk memberikan pakan empat ekor sapi selama satu musim tanam (3-4 bulan). Kandungan nutrisi jerami sebagai pakan ternak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi nutrisi jerami padi sebagai pakan ternak

Parameter Nilai(%)

Bahan Kering (DM) 66

Total Kecernaan 38,1

Kadar Air 60

Protein Kasar 3,93

Serat Kasar 33

Lemak 0,91

Kadar Abu 22,44

Kalsium 0,42

Fosfor 0,4

Sumber:Rangkuti dan Djajanegara (1983); Haryanto (2003); Mahendri et al. (2005).

Jerami merupakan salah satu bahan pakan ternak yang kurang bermutu. Zat-zat yang terkandung di dalamnya seperti selulosa yang sebenarnya masih bisa


(25)

8

dimanfaatkan oleh sapi terselubung oleh dinding keras, yakni silika dan lignin sehingga selulosa sulit ditembus oleh getah pencernaan sapi. Dengan kata lain, bahan pakan berupa jerami sulit dicerna. Nilai cernanya hanya sekitar 30%. Artinya, bila dihabiskan 10 kg jerami maka hanya 3 kg saja yang bisa dicerna. Hal ini menuntut adanya proses peningkatan mutu jerami melalui proses fermentasi (Sugeng, 1992).

2.4.2 Kotoran Ternak

Menurut Wahyuni 2011, seekor sapi potong yang berbobot 400-500 kg/ekor menghasilkan kotoran segar sebanyak 20-29 kg/hari. Kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk kandang (pukan) sapi maupun sebagai energi alternatif biogas. Pukan sapi terdiri dari dua macam, yaitu pukan padat dan cair. Pukan sapi didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti jerami pada sapi, maka alas tersebut akan menjadi satu kesatuan dan disebut kotoran ternak juga. Pada umumnya para petani melakukan penanganan pukan padat sapi dengan cara dikumpulkan satu sampai tiga hari sekali saat pembersihan kandang dan dikumpulkan dengan cara ditumpuk pada satu tempat tertentu. Apabila petani telah maju ada yang memberikan mikroba dekomposer dengan tujuan untuk mengurangi bau dan mempercepat pematangan.

Menurut Hartatik et al (2005), di antara jenis pukan, pukan sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari kadar C/N rasio yang cukup tinggi yaitu >40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan penggunaan pukan sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pukan sapi dengan rasio C/N di bawah 20. Selain masalah rasio C/N, pemanfaatan pukan sapi secara langsung juga berkaitan dengan kadar air yang tinggi. Petani umumnya menyebutnya sebagai pupuk dingin. Bila pukan dengan kadar air yang tinggi diaplikasikan secara langsung (tanpa mengalami


(26)

9 pengolahan terlebih dahulu) akan memerlukan tenaga yang lebih banyak serta terjadi proses pelepasan amoniak. Berikut ini akan ditampilkan Tabel 2 yang memperlihatkan kandungan unsur N, P, dan K dalam kotoran sapi potong.

Tabel 2 Kandungan N, P, dan K dalam kotoran sapi potong

Bobot Badan (kg) N (%) P (%) K (%)

277 28.1 9.1 20

340 42.2 13.6 30

454 56.2 18.2 39.9

567 70.3 22.7 49.9

Sumber: Peni Wahyu dan Teguh Purwanto (2007)

2.5 Analisis Pendapatan Usahatani Padi

Penelitian Supartama (2013) mengenai analisis pendapatan usahatani padi sawah berdasarkan penelitian yang dilakukannya di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutung terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian usahatani. Supartama berpendapat bahwa perlu untuk diketahui hubungannya antara input produksi yaitu, kesiapan lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, penggunaan pestisida, pengairan, keikutsertaan penyuluhan, dan produksi (output).

Luas lahan adalah besar luasan lahan yang dikelola untuk menghasilkan produksi. Jika luas lahan tergolong sempit maka petani kurang dapat mendapatkan keuntungan yang cukup bagi dirinya dan keluarga untuk hidup layak (Haryanto, 2009). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam kegiatan usahatani adalah benih. Syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam penentuan penggunaan benih tanaman yang akan ditanam adalah benih tersebut harus yang berkualitas unggul, bermutu, serta tahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti serangan hama dan penyakit. Tenaga kerja merupakan bagian yang juga penting dari faktor produksi dalam upaya memaksimalkan usaha produktif baik pada sisi kualitatif maupun pada sisi kualitatif. Penggunaan tenaga kerja yang efektif dan memiliki ketrampilan serta kemampuan yang memadai dalam usahatani padi sawah merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan. Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang dapat meningkatkan hasil tanaman apabila penggunaannya optimal. Hal ini berarti bahwa dosis pupuk seharuasnya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan unsur hara yang ada.


(27)

10

Penggunaan pestisida berpengaruh untuk meningkatkan produksi padi dengan melihat pertumbuhan beberapa jenis gulma ataupun serangan hama dan penyakit. Faktor terpenting lainnya adalah penggunaan air dalam bidang pertanian khususnya pertanian padi sawah, karena air dibutuhkan mulai dari proses pengolahan lahan sampai tanaman padi mencapai kematangan 80-90 hari. Supartama berpendapat bahwa setelah buah padi mulai menguning, air di lahan persawahaan dikeringkan agar stuktur tanah yang ada di dalam petakan sawah kering dan mudah memanen saat waktunya tiba.

Analisis pendapatan usahatani padi sawah di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutung secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Analisis pendapatan responden petani padi sawah di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi, Moutung 2013

No Uraian Nilai (Rp)/1,3ha Nilai (Rp)/ha Persentase (%) 1. Produksi (6.005,75) kg

GKP Rp 3.000

2. Rata-rata penerimaan 18 017 250 14 242 885.38 100 3. Biaya

A. Rata-rata biaya tetap

a. Pajak Tanah 30 325.00 23 972.33 0.86 b. Kegiatan Subak 272 500.00 215 415.02 7.73 c. Biaya Sewa Lahan 3 062 500.00 2 420 948.62 86.9 d. Penyusutan Lahan 158 480.18 125 280.77 4.49 Sub Total 3 523 805.18 2 785 616.74 100 B. Rata-rata biaya variabel

a. Pupuk 773 635.00 611 561.26 4.92 b. Tenaga Kerja 3 922 500.00 3 100 790.51 42.78 c. Pestisida 2 537 850.00 2 006 205.5 20.11 c. Benih 417 500.00 330 039.53 3.31 d. Sewa Traktor 1 517 500.00 1 199 604.74 12.03 Sub Total 9 168 975.00 7 248 201.58 100 4. Rata-rata Biaya (A+B) 12 692 780.18 10 033 818.32 70.44 5. Rata-rata Pendapatan (2-4) 5 324 469.83 4209 067.06 29.55

Sumber: Supartama, 2013

Supartama (2013) menunjukkan bahwa proporsi biaya tertinggi pada usahatani padi sawah di Subak Baturiti adalah tenaga kerja kemudian diikuti dengan biaya sewa lahan.


(28)

11 Penelitian Suhaini (2012) mengenai analisis usahatani padi sawah di Desa Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir. Luas lahan garapan petani dalam penelitiannya berkisar antara 0.5 – 2.5 ha. Hasil penelitian Suhaini dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Analisis pendapatan responden petani padi sawah di Desa Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir

Komponen Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) A.Fixed Cost (FC)

1. Pajak Lahan (Rp) 22 067.75 0.52 2. Penyusutan Alat (Rp) 188 879.86 3.89 3. Sewa Traktor 562 330.62 11.58 Total Fixed Cost (TFC) 776 27823 15.99 B.Variabel Cost (VC)

1. Benih (kg) 46.48 278 861.79 5.74 2. Pupuk (kg) 183.48 526 490.51 10.84 3. Pestisida (liter) 3.51 408 794.04 8.42 4. Tenaga Kerja (HKP)

a. TKDK (HKP) 4.75 285 063.88 5.87 b. TKLK (HKP) 35.08 2 104 764.23 43.33 5. Biaya sewa mesin air 28 455.28 0.59 6. Biaya sewa mesin perontok 354 742.55 7.3 7. Saprodi lain 93 780.49 1.93 Total Variable Cost (TVC) 4 080 95277 84.01

Total Cost (TC) 4 857 231 100

Sumber: Suhaini (2012)

Penelitian Suhaini menunjukkan bahwa proporsi biaya tertinggi pada usahatani padi sawah di Desa Mukti Jaya adalah tenaga kerja luar keluarga kemudian diikuti dengan biaya sewa traktor. Tabel 5 di bawah ini menunjukkan pendapatan yang diterima petani dalam penelitian Suhaini.

Tabel 5 Pendapatan usahatani padi sawah per hektar pada musim tanam Januari- April 2012

Komponen Jumlah (kg) Harga GKG (Rp) Total (Rp) Produksi (GKG) 4 095.93 3 300

Total Biaya (TC) 4 857 231.00

a. Total Biaya Tetap (TFC) 776 278.23 b. Total Biaya Variabel (TVC) 4 080 952.77 Total Penerimaan (TR) 13 516 585.37

Keuntungan 8 659 354.37

Pendapatan Kerja Keluarga (PKK) 8 944 418.25


(29)

12

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian Arroyan (2011) mengenai analisis struktur biaya dan pendapatan usahatani sayuran organik dan non-organik dengan studi kasus Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Arooyan mengangkat masalah yang berkaitan dengan struktur biaya usahatani sayuran organik dibandingkan dengan usahatani sayuran non-organik serta menganalisis pendapatan untuk melihat lebih menguntungkan yang mana antara usahatani sayuran organik dan non-organik. Penyelesaian permasalahan yang diangkat Arroyan menggunakan metode analisis data berupa analisis struktur biaya sayuran dan analisis pendapatan usahatani. Dua metode ini pada akhirnya menghasilkan kesimpulan bahwa total biaya usahatani sayuran organik lebih tinggi dibandingkan dengan non-organik; dilihat berdasarkan biaya setiap petani dan setiap hektar lahan yang diusahakan. Pendapatan usahatani sayuran organik lebih tinggi dibandingkan sayuran non-organik dilihat dari pendapatan setiap petani dari setiap hektar lahan yang diusahakan.

Penelitian Indah Wulandari (2011) mengenai analisis perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan padi anorganik dengan studi kasus kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat. Penelitian Wulandari bertujuan untuk membandingkan struktur biaya usahatani padi organik dan padi anorganik dan juga membandingkan pendapatan usahatani padi organik dan anorganik. Menggunakan analisis struktur biaya, Wulandari mendapatkan hasil bahwa biaya per ha per musim tanam yang dikeluarkan oleh usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik dan apabila dilihat dari status pengusahaan lahan yang terdiri dari petani penggarap dan pemilik, maka biaya yang dikeluarkan petani penggarap per ha dan per kg output per musim tanam lebih besar dibandingkan dengan petani pemilik. Hal ini karena petani pemilik tidak mengeluarkan biaya sewa lahan yang berupa bagi hasil ke pemilik tanah. Biaya total per ha dan per kg output per musim tanam yang dikeluarkan petani penggarap usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik, namun dari sisi petani pemiliki sebaliknya. Komponen biaya tunai petani penggarap usahatani padi organik dan padi anorganik yang memiliki nilai tertinggi adalah bagi hasil (sewa tanah), sedangkan komponen biaya tunai petani pemilik usahatani padi


(30)

13 organik dan padi anorganik yang memiliki nilai tertinggi adalah biaya tenaga kerja luar keluarga untuk penanaman sampai pemanenan. Menggunakan analisis pendapatan, Wulandari mendapatkan hasil bahwa pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi organik lebih besar dibandingkan padi anorganik. Hal ini disebabkan produktivitas dan harga Gabah Kering Panen (GKP) organik lebih besar dibandingka padi anorganik. Apabila dibedakan antara petani penggarap dan petani pemilik, maka pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang diterima petani pemilik usahatani padi organik dan anorganik lebih besar dibandingkan petani penggarap. Usahatani yang dijalankan petani organik dan anorganik sama-sama menguntungkan, namun jika dilihat dari nilai rasio R/C nya maka usahatani padi organik lebih menguntungkan dibandingkan usahatani padi anorganik dan petani pemilik usahatani padi organik dan anorganik lebih menguntungkan dibandingkan petani penggarap. Pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi organik secara statistik berbeda nyata dengan anorganik yang diperoleh dari hasil uji beda dengan menggunakan SPSS 16.


(31)

14

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pendapatan, analisis struktur biaya dan pendapatan usahatani, efisiensi pendapatan usahatani yakni rasio R/C, teori pengambilan keputusan binomial, dan teori paired sample t-test.

3.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Unsur Usahatani

Menurut Suratiyah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu faktor internal dan eksternal serta faktor manajemen. Faktor internal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, serta modal. Faktor eksternal antara lain input yaitu ketersediaan dan harga, serta output yaitu permintaan dan harga. Faktor internal dan eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani.

3.1.2 Biaya Usahatani

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi atau dapat disebut biaya operasional. Biaya produksi yang dikeluarkan petani perlu diperhitungkan karena biaya ini sebagai faktor penting yang akan berpengaruh terhadap produktivitas dan pendapatan. Menurut Soekartawi (2005) biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1). Biaya tetap (fixed cost); dan 2). Biaya tidak tetap (variable cost).

Menurut Hernanto (1989), terdapat empat kategori biaya, yaitu biaya tetap, biaya variabelm biaya tunai, dan biaya tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk keperluan usahatani. Besar kecilnya biaya tunai sangat mempengaruhi biaya usahatani. Biaya tunai terbagi atas biaya tunai tetap dan biaya tunai variabel. Biaya tunai tetap terdiri dari biaya pengairan dan pajak tanah sedangkan biaya tunai variabel terdiri dari biaya pemakaian benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak dimasukkan ke dalam biaya tunai tetapi diperhitungkan dalam kegiatan


(32)

15 usahatani. Biaya tidak tunai terbagi atas biaya tidak tunai tetap dan biaya tidak tunai variabel. Biaya tidak tunai tetap meliputi biaya tenaga kerja keluarga, sedangkan biaya tidak tunai variabel meliputi biaya panen dan pengolahan tanah dari keluarga dan jumlah pupuk kandang yang dipakai.

3.1.3 Pendapatan Usahatani

Menurut Soekardono (2009) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Penerimaan dalam usahatani merupakan pendapatan kotor yang diperoleh selama satu periode dengan memperhitungkan hasil penjualan baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan dapat meliputi produk yang (1) dijual, (2) dikonsumsi rumah tangga petani, (3) digunakan dalam usahatani seperti bibit, (4) digunakan untuk pembayaran, (5) disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun. Menurut Soekartawi (2005) pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam banyak hal biasanya selalu lebih besar bila analisis ekonomi yang dipakai dan selalu lebih kecil bila analisis finansial yang dipakai.

Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan juga dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya tidak tunai. Pendapatan tunai merupakan pendapatan yang diperoleh dari penerimaan atas biaya tunai. Pendapatan tidak tunai merupakan pendapatan yang diperoleh dari penerimaan atas total biaya (Hernanto,1989)

3.1.4 Efisiensi Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1995), analisis R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan mengurangi input total (biaya) atau dengan kata lain pendapatan adalah jumlah yang tersisa setelah biaya yaitu semua nilai input untuk memproduksi yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan setelah dikurangi penerimaan. Pendapatan usahatani adalah pendapatan uang berasal dari kegiatan usahatani setiap tahun.


(33)

16

Efisiensi pendapatan usahatani memberikan batas layak dan tidaknya suatu usahatani dilaksanakan. Secara teoritis rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi, sedangkan nilai R/C > 1 usahatani menguntungkan.

3.1.5 Teori Pengambilan Keputusan Binomial

Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (x) terhadap peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun, jika peubah respon dari analisis regresinya berupa kategorik, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi logistik (Hosmer dan Lemeshow 1989). Persamaan logistik dinyatakan dalam bentuk:

[ ]

(x) merupakan peluang sukses apabila variabel prediktor bernilai x (Iriawan et al. 2006). Bentuk lain regresi logistik adalah ketika variabel dependen memiliki nilai hanya 0 dan 1. Bentuk umum model logit adalah:

{

}

Dalam kasus penelitian ini, nilai biner diberikan pada variabel dependen yaitu keputusan petani Desa Sukajadi untuk melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong. Nilai “0” untuk petani yang memutuskan tidak melakukan pemanfaatan limbah dan nilai “1” untuk petani yang melakukan usahatani padi yang memanfaatkan limbah. Keputusan petani untuk melakukan usahatani padi yang memanfaatkan limbah ditandai dengan perilaku petani memanfaatkan limbah ternak sapi potong sebagai pengganti pupuk kimia.

Menurut Chairullah (2004), regresi logistik dirancang untuk melakukan prediksi keanggotaan group. Artinya tujuan dari analisis regresi logistik adalah untuk mengetahui seberapa jauh model yang digunakan mampu memprediksi secara benar kategori group dari sejumlah individu. Kelebihan regresi logistik dibanding regresi yang lain adalah sebagai berikut:

- Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus memiliki


(34)

17 distribusi normal, linier, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap group.

- Regresi logistik sangat bermanfaat digunakan jika distribusi respon atas variabel terikat diharapkan non linier dengan satu atau lebih variabel bebas 3.1.6 Analisis Uji Beda Pendapatan

Menurut Santoso et al. (2001), dengan buku “Konsep dan Aplikasi dengan SPSS” uji t paired berfungsi untuk menguji dua sampel yang berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda atau tidak. Sampel berpasangan (paired sample) adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perilaku atau pengukuran yang berbeda. Data yang digunakan adalah data kuantitatif dan berdistribusi normal.

Sebelum melakukan analisis statistik, dibuatlah hipotesis dimana jika Ho diterima berarti tidak ada perbedaan antara variabel satu dengan variabel lainnya, sedangkan jika tolak Ho berarti ada perbedaan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai Sig, yaitu apabila nilai Sig < 0,05, maka tolak Ho dan terima H1, begitu pula sebaliknya. Jika melihat berdasarkan t hitung maka dapat dikelompokkan sebagai berikut:

- t hitung > t tabel, maka tolak Ho - t hitung < t tabel, maka terima Ho

- t hitung = (dalam t hitung dan tanda minus tidak dianggap) 3.2 Kerangka Operasional

Sektor peternakan seringkali meninggalkan limbah yang tidak dimanfaatkan padahal bisa dimanfaatkan untuk sektor pertanian sebagai substitusi pupuk kimia. Tersedianya kotoran ternak di sekitar petani memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai pupuk kandang bagi tanaman padi. Manfaat yang dirasakan petani yang melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong adalah dapat menekan biaya produksi berusahatani selain dapat ikut memelihara lingkungan. Fokus penelitian ini adalah manfaat penggunaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak sapi potong bagi usahatani padi yang selama bertahun-tahun dilakukan petani di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong


(35)

18

pada penelitian ini merupakan salah satu cara menerapkan usahatani terpadu. Dikatakan demikian karena usahatani terpadu ini dilakukan sambil menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengusahakan tidak ada komponen yang terbuang.

Diawali dengan memaparkan keragaan usahatani padi yang terjadi di Desa Sukajadi. Kemudian menganalisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan dengan cara membandingkan antara usahatani padi yang memanfaatkan limbah dengan usahatani yang tidak memanfaatkan limbah. Hingga pada akhirnya dapat dilihat besar kontribusi penghematan biaya pupuk yang dilakukan petani yang memanfaatkan limbah. Terakhir, melalui analisis regresi logistik akan diketahui faktor-faktor yang menyebabkan petani mau melakukan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong.

Berdasarkan pemikiran dan informasi yang didapat, maka alur penelitian dapat digambarkan pada Gambar 1.


(36)

19

Keterangan gambar: : alur berpikir

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir operasional Petani yang

memanfaatkan limbah

Tersedianya limbah ternak sapi potong yang belum dimanfaatkan oleh petani

Usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak sapi potong Potensial digunakan sebagai input

usahatani padi

Karakteristik petani

Petani yang tidak memanfaatkan limbah

Alasan petani menggunakan limbah

Presentase kepada total biaya secara deskriptif dan ratio R/C Regresi logistik

Perbandingan usahatani yang memanfaatkan limbah sapi potong dengan yang tidak

memanfaatkannya

Kontribusi limbah sapi potong terhadap usahatani padi

Struktur biaya dan efisiensi pendapatan


(37)

20

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju (purposive) dengan pertimbangan bahwa mayoritas petani di Desa Sukajadi sudah memanfaatkan limbah ternak sapi lebih dari dua musim tanam dibandingkan desa lainnya yang ada di Kecamatan Cariu. Kegiatan pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juni 2013.

4.2 Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan studi kasus tentang aspek struktur biaya dan efisiensi pendapatan usahatani antara yang melakukan pemanfaatan limbah ternak sapi potong dengan yang tidak melakukannya. Penelitian ini juga akan memaparkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani mau melakukan pemanfaatan limbah. Pemilihan responden dilakukan dengan mengambil dua macam sampel yaitu, petani yang sudah memanfaatkan limbah sapi potong dan petani yang belum memanfaatkan limbah.

Penelitian ini menggunakan 60 responden yang terbagi menjadi dua, yaitu 30 orang petani yang sudah memanfaatkan limbah dan 30 orang petani yang belum memanfaatkan limbah dalam berusahatani. Data awal petani yang sudah melakukan pemanfaatan limbah sapi potong maupun yang belum memanfaatkan diterima dari Dinas UPT Puskeswankan Jonggol-Cariu dan juga Desa Sukajadi. Setelah mendapatkan data petani, peneliti mulai mengambil data primer dengan menerapkan teknik pengambilan sampel bola salju (snowball sampling).

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung di lapangan untuk mengetahui situasi dan kondisi lapangan. Penelitian ini juga diperlengkapi dengan studi literatur yang akan memberikan informasi penting berkaitan dengan penelitian.


(38)

21 4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Penelitian dilakukan dengan mengamati perkembangan usahatani melalui analisis struktur biaya dan efisiensi pendapatan yang diperoleh petani dalam satu kali musim tanam. Sumber data penelitian diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan mengajukan kuesioner secara langsung kepada responden yaitu petani yang memanfaatkan limbah dan petani yang tidak memanfaatkan limbah.

Adapun data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain: karakteristik petani, struktur biaya usahatani, penerimaan usahatani padi, pendapatan usahatani padi, dan data mengenai jumlah limbah yang dihasilkan, digunakan, dan cara petani memanfaatkan limbah sapi potong terhadap usahatani padinya. Tabel 6 di bawah ini akan menjelaskan sumber perolehan data sekunder dalam penelitian ini sekaligus data yang diperoleh dari sumber tersebut.

Tabel 6 Sumber perolehan data sekunder

Uraian Data Sumber Data Produksi padi dan kepemilikan ternak di Kecamatan

Cariu

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor

Petani dengan kepemilikan ternak sapi potong yang bisa menjadi responden

Kantor UPT Puskeswankan Cariu-Jonggol dan Desa Sukajadi

Monografi desa dan potensi sumber daya alam desa Desa Sukajadi dan Kantor Kecamatan Cariu

Luas lahan petani di Desa Sukajadi yang menjadi responden

Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Cariu

Sumber: Penulis (2014)

Selain data primer dan sekunder, referensi dan sumber informasi yang digunakan dalam menyusun proposal penelitian ini juga melalui skripsi maupun tesis terdahulu yang relevan, buku dan jurnal terkait, serta jaringan internet untuk info-info terkini.

4.4 Metode Pengambilan dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah didapat kemudian diolah dengan bantuan

Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17. Data dan informasi dikelompokkan terlebih dahulu ke dalam komponen biaya dan penerimaan. Analisis data dalam penelitian dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk


(39)

22

mengetahui gambaran umum mengenai keragaan usahatani padi yang dilakukan petani di Desa Sukajadi. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis struktur biaya petani dan efisiensi pendapatan petani yang memanfaatkan limbah maupun petani yang tidak memanfaatkan limbah serta analisis menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan petani melakukan usahatani padi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi potong sehingga pada akhirnya diketahui keuntungan menerapkan usahatani padi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi potong dimana petani sudah memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi miliknya.

4.4.1 Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1986), pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Persamaannya secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

∑ Keterangan:

i = 1 = tunai i = 2 = tidak tunai

P = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total pengeluaran (Rp)

Adapun penerimaan usahatani merupakan perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Rumus penerimaan dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan:

TR = Total penerimaan (Rp)

P = Harga jual produksi per unit (Rp/kg)

Q = Produksi yang diperoleh dalam satuan usahatani (Kg)

Nilai total biaya diperoleh dengan menjumlahkan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Biaya tersebut terdiri atas total biaya tetap dan total biaya variabel. Persamaannya secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: ∑ ∑ ∑


(40)

23 Keterangan:

TC = biaya total (Rp)

TVC = biaya variabel total (Rp)

TFC = biaya tetap total (Rp)

Menentukan upah tenaga kerja di pedesaan ditentukan juga oleh umur tenaga kerja. Mereka yang tergolong di bawah usia dewasa akan menerima upah yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang dewasa. Oleh karena itu, penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi “Hari Kerja Orang” (HKO). Perhitungannya didasarkan pada upah dan hitung sebagai berikut:

satu HKO = (X/Y) Z dimana:

X = upah tenaga kerja yang bersangkutan Y = upah tenaga kerja pria

Z = satu HKO

Dengan demikian, karena upah sehari tenaga kerja pria di Desa Sukajadi adalah Rp 30 000 dan upah tenaga kerja anak adalah Rp 20 000 per hari, maka untuk tenaga kerja anak setara dengan (20 000/30 000) x 1HKO = 0.66 HKO. Upah tenaga kerja wanita di Desa Sukajadi sama dengan upah tenaga kerja pria.

Menurut Krista et al. (2010), biaya penyusutan peralatan pertanian diperhitungkan dengan membuat asumsi periode satu kali produksi selama berapa bulan kemudian mengestimasi umur ekonomis peralatan yang masuk dalam kategori investasi. Setelah itu umur ekonomis peralatan tersebut disesuaikan dengan mengacu kepada satu periode produksi. Adapun rumus penyusutan adalah sebagai berikut:

Struktur biaya usahatani padi yang memanfaatkan limbah ternak sapi potong dapat diamati melalui pengambilan data primer yang ditunjukkan Tabel 7.


(41)

24

Tabel7 Struktur biaya usahatani padi dengan dan tanpa pemanfaatan limbah per musim per kg per ha di Desa Sukajadi

Komponen Biaya

Petani yang memanfaatkan limbah

Petani yang tidak memanfaatkan limbah

Rp Persentase

(%) Rp

Persentase (%) I. Biaya Tunai

Biaya Tetap a. Penyusutan alat-alat b. Sewa mesin air c. Sewa mesin bajak d. Sewa lahan e. Pajak Sub total Biaya Variabel a. Benih

b. Pupuk (campuran urea/ KCL) c. Pestisida kimia

d. Tenaga kerja luar keluarga Sub total

Total biaya tunai II. Biaya Tidak Tunai Biaya Tetap

a. Penyusutan alat pertanian b. Tenaga kerja dalam keluarga Total biaya tidak tunai Total biaya

Keterangan : Persentase dalam total biaya Sumber: Penulis (2014)

4.4.2 Analisis Efisiensi Pendapatan

Menurut Soekartawi (1995), perhitungan rasio R/C secara matematik, dapat dirumuskan sebagai berikut:

a= {(Py.Y)/(TFC+TVC)}

R= Py.Y C= TFC+TVC Keterangan:

R = penerimaan padi (Rp/ha) C = total biaya (Rp/ha) Py = harga output Y = padi (ha/musim) TFC = biaya tetap (fixed cost) TVC = biaya variabel (variable cost)


(42)

25 Secara teoritis rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi sehingga jika rasio R/C > 1 maka usahatani tersebut layak dilakukan dan menguntungkan. Menganalisis pendapatan menggunakan rasio R/C lebih baik jika dibagi dua. Pertama dengan menggunakan data pengeluaran (biaya produksi) yang secara riil

dikeluarkan oleh petani yaitu berdasarkan biaya tunai (selanjutnya akan disebut Tipe 1) sedangkan tipe lainnya sudah memasukkan biaya yang diperhitungkan sehingga berdasarkan biaya total. (selanjutnya akan disebut Tipe 2). Cara seperti ini akan memperlihatkan nilai R/C Tipe 1 selalu lebih besar dibandingkan Tipe 2 dan dengan menampilkan kedua tipe R/C tersebut akan membantu pembuat keputusan (petani) dalam mengambil keputusan (Soekartawi, 1995).

4.4.3 Uji Beda Pendapatan Menggunakan Paired Sample T-Test

Uji Beda Pendapatan Menggunakan Paired Sample t-test merupakan salah satu jenih uji perbedaan dua mean yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rataa dari dua sampel yang saling bebas atau tidak berpengaruh. Uji t bebas digunakan untuk mengetahui secara statistik apakah terdapat perbedaan yang nyata terhadap pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total antara petani yang memanfaatkan limbah ternak dengan petani yang tidak memanfaatkan limbah ternak. Hal ini dilakukan karena walaupun secara nominal pendapatan petani tersebut tidak sama, namun secara statistik belum tentu berbeda (Nazir, 1988). Asumsi yang digunakan pada pengujian ini adalah sampel menyebar secara normal.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 : Pendapatan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak = pendapatan usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah ternak

H1 : Pendapatan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah ternak lebih tinggi dibandingkan pendapatan usahatani padi tanpa pemanfaatan

limbah ternak

Taraf nyata (α) yang digunakan adalah 5% (0.05). Hipotesis H0 akan ditolak apabila P value < α dan sebaliknya hipotesis H0 akan diterima apabila P value > α.

4.4.4 Analisis Keputusan Petani Memanfaatkan Limbah

Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani di Desa Sukajadi adalah pendapatan dari usahatani padi miliknya, pendapatan dari


(43)

26

usaha sampingan selain usahatani padi, biaya pupuk kimia yang dikeluarkan oleh petani, jumlah tanggungan keluarga, dan juga pendidikan formal pertani. Model dugaan dari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani padi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi potong adalah :

Z = α + X1 +X2 + X3 + X4 + X5 + ε Keterangan:

z = peluang petani menyatakan bersedia melakukan usahatani padi pemanfaatkan limbah ternak sapi potong (1) atau tidak bersedia melakukannya (0)

X1 = pendapatan usahatani padi terhadap biaya tunai (Rp) X2 = biaya pupuk kimia (Rp)

X3 = jumlah tanggungan keluarga (orang) X4 = lama pengalaman berusahatani (tahun) X5 = pendidikan formal petani (tahun) ε = error term

4.4.3.1 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan petani untuk melakukan usahatani padi yang memanfaatkan limbah ternak sapi potong adalah pendapatan usahatani padi milik petani, biaya pupuk kimia, jumlah tanggungan keluarga, lama pengalaman berusahatani, dan pendidikan formal petani diduga bernilai positif terhadap kesediaan petani mau melakukan usahatani padi yang memanfaatkan limbah ternak sapi potong.

4.4.3.2 Interpretasi Model Regresi Logistik

Interpretasi model regresi logistik dapat dilihat dari beberapa hal. Hal pertama yang dilihat adalah tabel overall test. Tabel ini menunjukkan signifikansi variabel X terhadap variabel Y. Apabila nilai signifikan dalam tabel < α dengan nilai model yang diperoleh maka akan diketahui berapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 : tidak ada variabel X yang signifikan mempengaruhi variabel Y H1 : minimal ada satu variabel yang signifikan mempengaruhi variabel Y


(44)

27 Hal kedua yang dilihat untuk menginterpretasikan model regresi logistik adalah dengan melihat tabel partial test. Pada tabel ini menunjukkan apakah faktor-faktor yang mempengaruhi variabel Y mempengaruhi nyata terhadap keputusan petani melakukan pemanfaatan limbah. Penelitian ini mengangkat lima faktor, yaitu pendapatan usahatani padi, pendapatan usaha sampingan, biaya pupuk kimia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal petani.

Hal ketiga yang dilihat adalah goodness of Fit. Kelayakan model dapat dilihat dari dua sisi, yaitu secara substansi dan secara statistik. Kelayakan model secara substansi, yaitu dengan pengujian Hosmer Lemeshow, Negalgarke R-Square, dan juga Classification Plot. Hasil pengujian nilai Hosmer Lemeshow

berhubungan dengan tingkat kelayakan model yang digunakan telah cukup mampu atau tidak dalam menjelaskan data. Hasil pengujian nilai Negalgarke R-Square berhubungan dengan kesediaan petani memanfaatkan limbah yang bisa dijelaskan oleh model sebesar berapa persen. Hasil pengujian nilai Classification Plot berhubungan dengan penjelasan kesediaan petani memanfaatkan limbah yang ditunjukkan oleh model yang digunakan apakah telah cukup baik atau tidak menggunakan faktor-faktor yang diangkat oleh peneliti.

Interpresi rasio odds adalah dengan melihat apabila suatu peubah penjelas mempunyai tanda koefisien positif, maka nilai rasio odds akan lebih besar dari satu, sebaliknya jika tanda koefisiennya negatif maka nilai rasio oddsnya akan lebih kecil dari satu. Interpretasi koefisien dari nilai rasio odds untuk peubah penjelas yang berskala nominal X = 1, memiliki kecenderungan untuk Y = 1 sebesar a kali dibandingkan dibandingkan X = 0 atau dapat dikatakan X = 1 memiliki kecenderungan untuk Y = 0 sebesar 1/a kali dibandingkan X = 0. Interpretasi koefisien dari nilai rasio odds untuk peubah penjelas kontinu, jika a lebih besar atau sama dengan satu maka semakin besar nilai peubah X diikuti semakin besarnya kecenderungan Y = 1 (Hosmer et al 1989).


(45)

28

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian yang dibahas pada penelitian ini meliputi letak geografis dan pembagian administrasi, kependudukan, sarana dan prasana, serta potensi ternak sapi yang ada di Desa Sukajadi. Penjelasan gambaran umum lokasi penelitian secara rinci dapat dilihat di bawah ini.

5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang secara geografis terletak antara 6’190-6’470 lintang selatan dan 10601’-1070103 bujur timur, dengan luas sekitar 2 301.95 km2. Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan dan 428 desa/kelurahan. Hampir sebagian besar desa di Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa swakarsa yakni 237 desa dan 191 desa merupakan desa swasembada. Kabupaten Bogor tidak memiliki desa swadaya.

Sebanyak 40 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bogor ada satu kecamatan yang dijadikan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Cariu. Sebelah utara Kecamatan Cariu berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dengan batas berupa Sungai Cibeet, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamataan Jonggol yang dibatasi berupa Sungai Cihoe.

Desa Sukajadi merupakan salah satu desa dari total sepuluh desa yang berada di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Desa Sukajadi memiliki dua belas kampung dan Kampung Ciburahol serta Kampung Pala Sari merupakan dua kampung yang berada di Desa Sukajadi. Kedua kampung inilah yang menjadi lokasi pengambilan data primer.

Luas wilayah Desa Sukajadi adalah 273 350 ha yang terbagi dalam 4 dusun, 4 RW, dan 12 RT. Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Sukajadi Kecamatan Cariu secara umum berupa persawahan dan daratan yang berada pada ketinggian antara 100 m sampai dengan 300 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 28o sampai dengan 30oC. Sebelah utara Desa Sukajadi berbatasan dengan Desa Karang Mulya Kecamatan Bojong, sebelah


(46)

29 timur berbatasan dengan Desa Kertasari Kecamatan Tegal, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kuta Mekar Kecamatan Cariu, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Babakan Raden, Kecamatan Cariu. Lokasi Desa Sukajadi dapat dilihat juga pada gambar 2 di bawah ini.

Sumber : Kantor Kecamatan Cariu

Gambar 2. Peta wilayah Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor Sebagian besar penduduk di Desa Sukajadi merupakan penduduk asli desa yang sejak kecil belum pernah meninggalkan desa sama sekali. Dominan tata guna lahan di Desa Sukajadi didominasi oleh persawahan seluas 370 150 ha atau sebesar 55.42% dari total keseluruhan pemanfaatan lahan yang ada. Secara lebih rinci, pemanfaatan lahan di Desa Sukajadi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Pemanfaatan lahan di Desa Sukajadi

Pemanfaatan Lahan Luas lahan (ha) Persentase%

1. Pemukiman 40 0.015

2. Sawah 270 500 98.892

3. Perkebunan 38 0.014

4. Pekarangan 2 0.001

5. Pemakaman umum dan kuburan 2 000 0.731

6. Perkantoran 450 0.165

7. Prasarana umum lainnya 500 0.183

Sumber: Data Primer 2014

Desa Sukajadi


(47)

30

5.1.2 Kependudukan

Pada tahun 2013 jumlah penduduk Desa Sukajadi sampai dengan akhir bulan Februari tercatat sebanyak 2 643 jiwa. Jumlah laki-laki ada sebanyak 1 188 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 1 455 jiwa. Jumlah kepala keluarga di Desa Sukajadi ada sebanyak 1 148 kepala keluarga. Jumlah keluarga miskin (Gakin) 450 KK dengan persentase 11.3% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Sukajadi. Berdasarkan sumber mata pencaharian, profesi masyarakat Desa Sukajadi dapat dibedakan menjadi petani, buruh tani, pedagang, PNS, TNI/Polri, karyawan swasta, buruh migran perempuan dan laki-laki, peternak, montir, dan wirausaha lainnya. Tabel 9 akan memberikan secara rinci penjelasan mengenai mata pencaharian masyarakat Desa Sukajadi.

Tabel 9 Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Sukajadi

Mata Pencaharian Lk (orang) Pr (orang) Total Persentase %

Petani 980 750 1730 54,08

Buruh tani 1234 0 1234 38,57

Buruh migran perempuan 0 20 20 0,63 Buruh migran laki-laki 24 0 24 0,75

PNS 7 4 11 0,34

Peternak 11 0 11 0,34

Pedagang 98 0 98 3,06

Karyawan swasta 28 0 28 0,88

Wirausahawan 36 0 36 1,13

Montir 4 0 4 0,13

Polri 2 1 3 0,09

Total 2424 775 3199 100

Sumber: Data Primer 2014

Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sukajadi tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk di Desa Sukajadi yang sudah berusia 18 -56 tahun tapi tidak berhasil menamatkan sekolah dasarnya masih sangat tinggi, yaitu sebesar 32.49%. Masyarakat Desa Sukajad yang berhasil menamatkan Sekolah Dasar (SD) nya sebanyak 26.49% dan jumlah ini akan semakin menurun dengan kenaikan tingkat pendidikan. Komposisi penduduk di Desa Sukajadi menurut tingkat pendidikan secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 10.


(48)

31 Tabel 10 Jumlah penduduk Desa Sukajadi menurut tingkat pendidikan tahun 2013

Tingkat Pendidikan Lk (orang) Pr (orang) Total Persentase (%) Usia 7 - 18 thn yg sedang sekolah 180 200 380 14,38 Usia 18 - 56 thn yg tdk pernah

sekolah 54 60 114 4,31

Usia 18 - 56 thn pernah SD tapi

tdk tamat 300 550 850 32,16

Tamat SD / sederajat 350 350 700 26,49 Tamat SMP / sederajat 200 200 400 15,13 Tamat SMA / sederajat 75 75 150 5,68 Tamat D1 / sederajat 10 10 20 0,76

Tamat D2 / sederajat 3 5 8 0,30

Tamat S1 / sederajat 15 5 20 0,76

Tamat SLB C 1 0 1 0,04

Total 1188 1455 2643 100

Sumber: Data Primer 2014

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Sukajadi masih minim untuk beberapa kategori. Hal ini terlihat dari minimnya sarana dan prasarana ekonomi. Desa Sukajadi hanya memiliki enam buah industri rumah tangga, sedangkan sarana dan prasarana seperti bank, koperasi unit desa, pasar, atau perusahaan kecil belum memilikinya. Sarana kesehatan yang dimiliki Desa Sukajadi adalah satu buah puskesmas pembantu, satu buah polindes, empat buah posyandu, satu buah pos KB desa, satu orang bidan, satu orang petugas gizi keliling, dan tiga orang dukun bayi terlatih. Sarana pendidikan yang dimiliki Desa Sukajadi adalah sebuah gedung Paud, dua buah gedung SD, dan sebuah gedung SMP. Desa Sukajadi belum memiliki gedung SMA sendiri sehingga anak-anak di Desa Sukajadi yang ingin bersekolah sampai tingkat SMA harus keluar dari desa.

5.1.4 Potensi Desa

Petani Desa Sukajadi sudah memiliki ternak sapi potong sejak tahun 2009 atas bantuan dari pemerintah. Oleh karena itulah, petani di Desa Sukajadi selain bercocok tanam kini juga memelihara ternak sapi. Namun selain ternak sapi Desa Sukajadi juga memiliki potensi ternak lainnya. Tabel 11 akan memperlihatkan potensi ternak di Desa Sukajadi terhitung tahun 2013.


(1)

73

Lampiran 4 Data total biaya usahatani padi dengan pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim)

No

Biaya Tunai Biaya Tidak

Tunai Total biaya Tunai (Rp/ha)

Total biaya (Rp/ha) Biaya Tetap

(Rp/ha)

Biaya Variabel (Rp/ha)

Biaya tetap (Rp/ha)

1 5485000,00 2050000,00 3006250,00 7535000,00 10541250,00

2 5860000,00 1950000,00 2693750,00 7810000,00 10503750,00

3 300000,00 2297500,00 4181250,00 2597500,00 6778750,00

4 6330000,00 1580000,00 4950000,00 7910000,00 12860000,00

5 1330000,00 3220000,00 3837500,00 4550000,00 8387500,00

6 860000,00 2575000,00 2093750,00 3435000,00 5528750,00

7 995000,00 2846666,67 2462500,00 3841666,67 6304166,67

8 600000,00 2175000,00 5343750,00 2775000,00 8118750,00

9 485000,00 3200000,00 2775000,00 3685000,00 6460000,00

10 860000,00 1900000,00 2725000,00 2760000,00 5485000,00

11 860000,00 1900000,00 2715625,00 2760000,00 5475625,00

12 995000,00 1766666,67 2687500,00 2761666,67 5449166,67

13 540000,00 2833333,33 4393750,00 3373333,33 7767083,33

14 860000,00 2800000,00 2790625,00 3660000,00 6450625,00

15 995000,00 2260000,00 2420833,33 3255000,00 5675833,33

16 495000,00 2160000,00 2987500,00 2655000,00 5642500,00

17 1330000,00 2300000,00 3481250,00 3630000,00 7111250,00

18 790000,00 2633333,33 3845833,33 3423333,33 7269166,67

19 495000,00 2033333,33 3208333,33 2528333,33 5736666,67

20 580000,00 2900000,00 4331250,00 3480000,00 7811250,00

21 1330000,00 2900000,00 3675000,00 4230000,00 7905000,00

22 485000,00 2775000,00 3118750,00 3260000,00 6378750,00

23 485000,00 2700000,00 3343750,00 3185000,00 6528750,00

24 740000,00 3160000,00 2917500,00 3900000,00 6817500,00

25 790000,00 2733333,33 2929166,67 3523333,33 6452500,00

26 540000,00 2633333,33 2962500,00 3173333,33 6135833,33

27 860000,00 2050000,00 2921875,00 2910000,00 5831875,00

28 540000,00 2233333,33 2941666,67 2773333,33 5715000,00

29 485000,00 2700000,00 3209375,00 3185000,00 6394375,00

30 860000,00 2100000,00 2462500,00 2960000,00 5422500,00


(2)

74

Lampiran 5 Data total biaya usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim)

No

Biaya Tunai Biaya Tidak

Tunai Total biaya Tunai (Rp/ha)

Total biaya (Rp/ha) Biaya Tetap

(Rp/ha)

Biaya Variabel (Rp/ha)

Biaya tetap (Rp/ha)

1 790000,00 3366666,67 2881250,00 4156666,67 7037916,67

2 995000,00 3166666,67 2316666,67 4161666,67 6478333,33

3 200000,00 4066666,67 2779166,67 4266666,67 7045833,33

4 1330000,00 3350000,00 3731250,00 4680000,00 8411250,00

5 980000,00 4433333,33 2105208,33 5413333,33 7518541,67

6 1039142,86 2000000,00 2620535,71 3039142,86 5659678,57

7 3052000,00 3250000,00 6328125,00 6302000,00 12630125,00

8 6330000,00 3100000,00 3525000,00 9430000,00 12955000,00

9 6330000,00 3000000,00 3481250,00 9330000,00 12811250,00

10 860000,00 3350000,00 7390625,00 4210000,00 11600625,00

11 485000,00 2650000,00 3015625,00 3135000,00 6150625,00

12 540000,00 3783333,33 2725000,00 4323333,33 7048333,33

13 805000,00 3300000,00 2310000,00 4105000,00 6415000,00

14 860000,00 3450000,00 2737500,00 4310000,00 7047500,00

15 1330000,00 3300000,00 3675000,00 4630000,00 8305000,00

16 740000,00 4920000,00 2415000,00 5660000,00 8075000,00

17 790000,00 4100000,00 2991666,67 4890000,00 7881666,67

18 860000,00 3840000,00 2190625,00 4700000,00 6890625,00

19 1330000,00 4300000,00 3675000,00 5630000,00 9305000,00

20 1330000,00 3600000,00 3525000,00 4930000,00 8455000,00

21 995000,00 3366666,67 2220833,33 4361666,67 6582500,00

22 5820000,00 4712500,00 1957812,50 10532500,00 12490312,50

23 5790000,00 3600000,00 2543750,00 9390000,00 11933750,00

24 150000,00 3933333,33 4377083,33 4083333,33 8460416,67

25 790000,00 3833333,33 2410416,67 4623333,33 7033750,00

26 860000,00 4050000,00 2437500,00 4910000,00 7347500,00

27 855000,00 4200000,00 2505208,33 5055000,00 7560208,33

28 540000,00 4000000,00 2925000,00 4540000,00 7465000,00

29 855000,00 4300000,00 2505208,33 5155000,00 7660208,33

30 790000,00 3900000,00 2558333,33 4690000,00 7248333,33


(3)

75

Lampiran 6 Pendapatan usahatani padi dengan pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim)

No

Total biaya

tunai Total Biaya Penerimaan

Pendapatan

Biaya tunai Biaya total

Rp/ha Rp/ha Rp/ha Rp/ha Rp/ha

1 7535000,00 10541250,00 15000000,00 7465000,00 4458750,00

2 7810000,00 10503750,00 15000000,00 7190000,00 4496250,00

3 2597500,00 6778750,00 15000000,00 12402500,00 8221250,00

4 7910000,00 12860000,00 15000000,00 7090000,00 2140000,00

5 4550000,00 8387500,00 15000000,00 10450000,00 6612500,00

6 3435000,00 5528750,00 15000000,00 11565000,00 9471250,00

7 3841666,67 6304166,67 14000000,00 10158333,33 7695833,33

8 2775000,00 8118750,00 12000000,00 9225000,00 3881250,00

9 3685000,00 6460000,00 12000000,00 8315000,00 5540000,00

10 2760000,00 5485000,00 12000000,00 9240000,00 6515000,00

11 2760000,00 5475625,00 12000000,00 9240000,00 6524375,00

12 2761666,67 5449166,67 14000000,00 11238333,33 8550833,33

13 3373333,33 7767083,33 15000000,00 11626666,67 7232916,67

14 3660000,00 6450625,00 12000000,00 8340000,00 5549375,00

15 3255000,00 5675833,33 12000000,00 8745000,00 6324166,67

16 2655000,00 5642500,00 12000000,00 9345000,00 6357500,00

17 3630000,00 7111250,00 12000000,00 8370000,00 4888750,00

18 3423333,33 7269166,67 12000000,00 8576666,67 4730833,33

19 2528333,33 5736666,67 14000000,00 11471666,67 8263333,33

20 3480000,00 7811250,00 12000000,00 8520000,00 4188750,00

21 4230000,00 7905000,00 12000000,00 7770000,00 4095000,00

22 3260000,00 6378750,00 15000000,00 11740000,00 8621250,00

23 3185000,00 6528750,00 15000000,00 11815000,00 8471250,00

24 3900000,00 6817500,00 15000000,00 11100000,00 8182500,00

25 3523333,33 6452500,00 12000000,00 8476666,67 5547500,00

26 3173333,33 6135833,33 12000000,00 8826666,67 5864166,67

27 2910000,00 5831875,00 15000000,00 12090000,00 9168125,00

28 2773333,33 5715000,00 12000000,00 9226666,67 6285000,00

29 3185000,00 6394375,00 12000000,00 8815000,00 5605625,00

30 2960000,00 5422500,00 12000000,00 9040000,00 6577500,00


(4)

76

Lampiran 7 Pendapatan usahatani padi tanpa pemanfaatan limbah di Desa

Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (Rp/ha/musim)

No

Total biaya

tunai Total Biaya Penerimaan

Pendapatan

Biaya tunai Biaya total

Rp/ha Rp/ha Rp/ha Rp/ha Rp/ha

1 4156666,67 7037916,67 27000000,00 22843333,33 19962083,33

2 4161666,67 6478333,33 10000000,00 5838333,33 3521666,67

3 4266666,67 7045833,33 15000000,00 10733333,33 7954166,67

4 4680000,00 8411250,00 12000000,00 7320000,00 3588750,00

5 5413333,33 7518541,67 10000000,00 4586666,67 2481458,33

6 3039142,86 5659678,57 10714285,71 7675142,86 5054607,14

7 6302000,00 12630125,00 11250000,00 4948000,00 -1380125,00

8 9430000,00 12955000,00 10500000,00 1070000,00 -2455000,00

9 9330000,00 12811250,00 9000000,00 -330000,00 -3811250,00

10 4210000,00 11600625,00 7500000,00 3290000,00 -4100625,00

11 3135000,00 6150625,00 7500000,00 4365000,00 1349375,00

12 4323333,33 7048333,33 8000000,00 3676666,67 951666,67

13 4105000,00 6415000,00 2400000,00 -1705000,00 -4015000,00

14 4310000,00 7047500,00 4500000,00 190000,00 -2547500,00

15 4630000,00 8305000,00 15000000,00 10370000,00 6695000,00

16 5660000,00 8075000,00 24000000,00 18340000,00 15925000,00

17 4890000,00 7881666,67 10000000,00 5110000,00 2118333,33

18 4700000,00 6890625,00 12000000,00 7300000,00 5109375,00

19 5630000,00 9305000,00 30000000,00 24370000,00 20695000,00

20 4930000,00 8455000,00 10500000,00 5570000,00 2045000,00

21 4361666,67 6582500,00 16000000,00 11638333,33 9417500,00

22 10532500,00 12490312,50 15000000,00 4467500,00 2509687,50

23 9390000,00 11933750,00 10000000,00 610000,00 -1933750,00

24 4083333,33 8460416,67 30000000,00 25916666,67 21539583,33

25 4623333,33 7033750,00 20000000,00 15376666,67 12966250,00

26 4910000,00 7347500,00 12000000,00 7090000,00 4652500,00

27 5055000,00 7560208,33 15000000,00 9945000,00 7439791,67

28 4540000,00 7465000,00 10000000,00 5460000,00 2535000,00

29 5155000,00 7660208,33 15000000,00 9845000,00 7339791,67

30 4690000,00 7248333,33 15000000,00 10310000,00 7751666,67


(5)

77

Lampiran 8 Dokumentasi penelitian

1.

2.

3.

4.

Tanaman padi pada musim tanam

pertama saat sedang proses

penyemaian bibit padi

Ternak sapi potong yang

dibudidayakan secara tradisional.

Limbah jerami padi yang berasal

dari panen padi

Limbah kotoran ternak sapi yang

dihasilkan seekor sapi setiap hari

Alat dan bahan yang digunakan petani

dalam berusahatani padi sawah dan

beternak sapi potong


(6)

78

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 23 Februari 1991 sebagai anak kedua dari tiga

bersaudara, dari Bapak Wahyudi Suprapto dan Ibu Ester Rorianti. Penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Masehi di Waikabubak, Sumba Barat

tahun 2003. Kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Katolik St.

Yoseph, Kota Kupang pada tahun 2006 dan menamatkan Sekolah Menengah Atas

Negeri 3 Kota Bogor pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan ke

Perguruan Tinggi di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, tahun 2009. Selama

menempuh kuliah di IPB, penulis tergabung dalam UKM Persekutuan Mahasiswa

Kristen dan melayani di Komisi Pelayanan Anak (KPA). Selain itu, penulis juga

pernah terlibat dalam beberapa kepanitian seperti, anggota divisi acara

Sportakuler 2010, anggota divisi acara Retreat Angkatan Mahasiswa Baru

Angkatan 2010, anggota divisi dana usaha acara Natal Civa 2010, anggota divisi

sponsorship acara Greenbase 2011, ketua divisi acara Retreat Angkatan

Mahasiswa Baru Angkatan 2012 maupun Retreat KPA 2012. Penulis juga pernah

menjadi asisten praktikum matakuliah Pendidikan Agama Kristen pada tahun

2010 dan 2012.