IMPLEMENTASI SUPERVISI MANAJERIAL DALAM MENINGKATKAN MUTU LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI SMA AL-ISLAM SIDOARJO.

(1)

฀MPLEMENTAS฀ SUPERV฀S฀ MANAJER฀AL DALAM MEN฀NGKATKAN MUTU LEMBAGA PEND฀D฀KAN ฀SLAM

D฀ SMA AL-฀SLAM S฀DOARJO

SKR฀PS฀

Oleh:

ADD฀B MUSHOHCH฀CH N฀M: D03212037

UN฀VERS฀TAS ฀SLAM NEGER฀ SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ฀LMU TARB฀YAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPEND฀D฀KAN ฀SLAM

PROGRAM STUD฀ MANAJEMEN PEND฀D฀KAN ฀SLAM 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

฀BSTR฀K

Judul Skripsi :Implementasi Super฀isi Manajerial dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Di SMA AL-ISLAM Krian Sidoarjo.

Nama : Addib Mushohchich

NIM : D03212037

Dosen Pembimbing : Dr. Samsul Maarif, M.Pd.

Dalam pendidikan selama ini guru menjadi titik kunci bagi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan mutu lembaga pendidikan yang berkualitas maka diperlukan usaha – usaha untuk mencapai hal tersebut

diantaranya melalui super฀isi manajerial.

Berangkat dari rumusan masalah penulis ingin mengetahui konsep

bagaimana implementasi super฀isi manajerial di SMA AL-ISLAM Sidoarjo, dan bagaimana super฀isi manajerial dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan.

Untuk menjawab kedua permasalahan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus obser฀asi, sedangkan informan dipilih dengan menggunakan teknik Snowball sampling, yaitu proses pencarian data dari informan satu bergulir ke informan yang lain atas saran informan sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Pengumpulan data di laksanakan dengan (1) wawancara (2) obser฀asi (3) dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan cara: (1) penyajian data, (2) penarikan kesimpulan, sedangkan untuk mendapat keabsahan data dilakukan uji coba dengan cara (1) triangulasi sumber (2) triangulasi metode.

Adapun obyek yang peneliti pilih adalah SMA AL-ISLAM Krian Sidoarjo, karena SMA AL-ISLAM Krian Sidoarjo merupakan lembaga pendidikan fa฀orit yang mempunyai prestasi dikawasan Sidoarjo. Bentuk implementasi super฀isi dalam mencapai mutu yang diinginkan mencakup aspek penataan tenaga kependidikan meliputi menganalisis kebutuhan tentang tenaga kependidikan, perencanaan, perekrutan, dan penetapan tenaga pendidikan, pembinaan dan pengembangan tenaga pendidikan. Aspek kurikulum meliputi memantapkan kurikulum 2013, melengkapi kelengkapan administrasi,

melaksanakan peningkatan e฀aluasi. Aspek penataan sarana prasarana meliputi mendistribusikan dan mendayagunakan sarana dan prasarana secara optimal, melakukan penyimpanan dan in฀entarisasi sarana dan prasarana. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai super฀isi manajerial di SMA AL-ISLAM Krian Sidoarjo telah dilaksanakan secara optimal sehingga

menghasilkan guru – guru yang bermutu dalam meningkatkan kualitas lembaga pendidikan.


(6)

฀AFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ฀ PERSETUJUAN PEMBIMBING ...฀฀ PENGESAHAN TIM PENGUJI...฀฀฀

MOTTO ...฀v

ABSTRAK ...v

PERSEMBAHAN ...v฀

KATA PENGANTAR ...v฀฀

DAFTAR ISI ... ฀x

DAFTAR TABEL ... x฀฀

DAFTAR LAMPIRAN... x฀฀฀

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penel฀t฀an ...6

D. Alasan Mem฀l฀h Judul...6

E. Manfaat Penel฀t฀an ...7

F. Penegasan Ist฀lah...7

G. Metodelog฀ Penel฀t฀an...8

BAB II KAJIAN TEORI ...10


(7)

1. Def฀n฀s฀ Superv฀s฀ ...11

2. Def฀n฀s฀ Superv฀s฀ Manajer฀al ...15

3. Pr฀ns฀p-pr฀ns฀p Superv฀s฀ Manajer฀al ...17

4. Metode dan Tekn฀k Superv฀s฀ Manajer฀al...23

5. Kompetens฀ Superv฀s฀ Manajer฀al...27

B. Konsep Tentang Mutu Pend฀d฀kan...28

1. Pengert฀an Mutu Pend฀d฀kan ...29

2. Faktor-Faktor penentu Mutu Pend฀d฀kan ...32

3. Tekn฀k pen฀ngkatan Mutu Pend฀d฀kan ...35

C. Konsep Superv฀s฀ Manajer฀al Dalam Men฀ngkatkan Mutu Lembaga Pend฀d฀kan ...49

1. Pendahuluan ...49

2. Tugas Superv฀sor Pend฀d฀kan...53

3. Tanggung Jawab Superv฀sor Pend฀d฀kan ...59

BAB III METODE PENELITIAN...65

A. Jen฀s Penel฀t฀an ...65

B. Obyek Penel฀t฀an...66

C. Jen฀s Data...66

D. Sumber Data ...66

E. Tekn฀k Pengumpulan Data...67

F. Tekn฀k Anal฀s฀s Data ...69


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN ...72

A. Gambaran Umum Obyek Penel฀t฀an...72

B. Penyaj฀an Data ...82

1. Superv฀s฀ Manajer฀al dalam Men฀ngkatkan Mutu d฀ SMA AL-ISLAM Kr฀an S฀doarjo...83

2. Implementas฀ Superv฀s฀ Manajer฀al d฀ SMA AL-ISLAM Kr฀an S฀doarjo...94

C. Pembahasan Has฀l Penel฀t฀an (Anal฀s฀s Data) ...95

1. Superv฀s฀ Manajer฀al dalam Men฀ngkatkan Mutu d฀ SMA AL-ISLAM Kr฀an S฀doarjo ...95

2. Implementas฀ Superv฀s฀ Manajer฀al d฀ SMA AL-ISLAM Kr฀an S฀doarjo ...104

BAB V PENUTUP...107

A. Kes฀mpulan ...107

B. Saran ...107 DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN LAMPIRAN


(9)

฀A฀ I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Era globalisasi menuntut orang untuk lebih kompetitif dalam segala aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, politik dan budaya. Untuk memenuhi tuntutan itu, harus di lakukan sumber daya manusia dengan sebaik-baiknya. Salah satu jalur pembinaan sumber daya manusia yang sangat urgen adalah proses pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah.

Pentingnya pendidikan yang berkualitas makin disadari, terciptanya kualitas masyarakat yang semakin maju dan mandiri hanya dapat diwujudkan jika pendidikan masyarakat berhasil ditingkatkan, pengembangan tidak dimulai dari barang-barang, melainkan dimulai dari manusia dengan pendidikan. Dunia pendidikan ibarat industri yang perlu dikelola sumbernya secara efisien dan profesional, namun yang terjadi sekarang ini adalah kesemerawutan yang secara sepintas yang ditonjolkan oleh peraturan yang belum serasi pelaksanaannya, akan tetapi sebenarnya persoalan yang paling mendasar terletak pada belum adanya kesatuan bahasa antara kita dalam hal bagaimana menyerasikan otonomi daerah


(10)

2

dengan syarat syarat teknik profesional pendidikan. Situasi manajemen pendidikan dasar yang kusut dan berlarut-larut ini akan merugikan dunia pendidikan dan bangsa kita.

Dengan kondisi yang demikian diperlukan tenaga pendidikan yang berpotensi pada mutu (baik proses maupun hasil kerja), sebagaimana telah dijelaskan dalam UU RI No. 2. Th, ฀989. Bahwa setiap tenaga pendidikan berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan profesional sesuai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan bangsa.

Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pengembangan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan ฀ualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.

Dalam situasi sosial apapun jabatan guru tetap dinilai oleh masyarakat sebagai inspirasi dan pelatihan dalam penguasaan tertentu khususnya bagi siswa agar mereka siap untuk membangun hidup dalam lingkungan sosial. Seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar,


(11)

3

selain dituntut untuk menguasai ilmu atau bidang ilmu juga harus bisa tampil sebagai panutan siswa yang dibimbingnya, dan keberhasilan seorang guru sebagai subyek mengajar ditentukan oleh kualitas atau mutu guru secara pribadi. Seorang guru atau pendidik harus memberi program atau mutu yang khusus dirancang untuk dunia pendidikan, yang salah satu komponen penting program mutu dalam pendidikan dalam mengembangkan sistem pengukuran yang memungkinkan guru mendokumentasikan dan menunjukkan nilai-nilai tambah pendidikan bagi siswa.

Ahmad Badawi mengatakan bahwa dalam mengajar, guru dikatakan berkualitas apabila seorang guru dapat menampilkan kelakuan yang baik dalam usaha mengajarnya. Kelakuan tersebut dapat diharapkan mencerminkan kemampuan guru dalam mengelolah proses pembelajaran yang berkualitas yaitu kemampuan dalam mempersiapkan proses pembelajaran, kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dan kemampuan mengevaluasi pengajaran.

Secara komprehensif sebagai seorang guru harus memiliki empat kemampuan yaitu kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Meskipun kemampuan mendidik harus lebih dominan dibanding kemampuan yang lainnya, guru lebih banyak menjadi seorang panutan, yang memiliki moral dan nilai agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa. Dan diharapkan sebagai seorang pengajar/ guru harus memiliki pengetahuan yang luas, disiplin ilmu dan keterampilan (multi skill


(12)

4

competencies) yang harus ditransfer kepada siswa. Guru memiliki tugas untuk merangsang potensi peserta didik dan mengajarnya agar supaya belajar. Guru tidak membuat siswa pintar akan tetapi guru hanya memberikan peluang agar potensi itu ditemukan dan dikembangkan.

Mutu pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya, mendiknas bapak Abdul malik fajar menyatakan dengan tegas bahwa “guru adalah yang utama” belajar bisa dilaksanakan dimana saja akan tetapi guru tidak dapat di gantikan oleh siapapun atau alat apapun. Untuk membangun pendidikan yang bermutu yang paling penting adalah bukan membangun saran dan prasarana dan gedung sekolah akan tetapi dengan upaya meningkatkan proses pembelajaran yang berkualitas, yakni proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasikkan dan mencerdaskan, kesemuanya itu hanaya bisa dilakukan oleh seorang guru yang bermutu.

SMA AL ISLAM sebagai salah satu instansi pendidikan mencoba merealisasikan semuanya itu, yaitu yang pertama adalah peningkatan kualitas sumber daya manusianya, dengan pengembangan mutu guru yang diprogramnya adalah bahwasanya pada hari sabtu seluruh siswa dipulangkan pada jam ฀0.45 yang pada jam biasanya adalah pulang jam ฀3.45, sedangkan bagi seluruh dewan guru diharuskan ikut pengembangan berbahasa yaitu bahasa inggris yang di laksanakan pada jam ฀฀.00 sampai selesai.

Pada titik inilah, penegasan ulang akan arti penting mutu guru menjadi signifikan, melihat peran yang begitu strategis pada guru, maka


(13)

5

tidak ada alasan untuk tidak memikirkan, merumuskan dan merealisasikan upaya pengembangan kualitas mutu guru. Dengan demikian dpandang perlu adanya pengembangan mutu guru dalam meningkatkan kualitas mutu lembaga pendidikan. Jadi kebutuhan guru yang bermutu merupakan kebutuhan yang sangat mendesak disamping komponen – komponen yang lain. Oleh karena itu peneliti mengajukan judul IMPLEMENTASI SUPERVISI MANAJERIAL DALAM MENINGKATKAN MUTU LEM฀AGA PENDIDIKAN ISLAM DI SMA AL ISLAM KRIAN.

฀. Rumusan masalah

Dengan memperhatikan uraian tentang latar belakang masalah diatas, pada perumusan masalah ini pemulis memberikan batasan masalah yang ingin dipecahkan dan diketahui jawabannya melalui penelitian. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan tidak mengalami kerancuan, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

฀. Bagaimana implementasi supervisi manajerial di SMA AL ISLAM KRIAN?

2. Bagaimana supervisi manajerial dalam meningkatkan mutu di SMA AL ISLAM KRIAN?


(14)

6

C. Tujuan penelitian

฀. Untuk mendeskripsikan manajer dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan islam.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis supervisi manajerial di lembaga pendidikan islam.

D. Alasan memilih judul

฀. Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar dengan keterampilan dan kemampuannya sehingga materi yang diberikan kepada anak didiknya dapat dipahami dan dihayati serta di amalkan dengan baik. Oleh karena itu seorang guru mempunyai metode-metode yang disampaikan.

2. Mutu pendidikan merupakan hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajar melalui belajar kelompok maupun secara individu dengan hasil yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

E. Manfaat Penelitihan ฀. Bagi Madrasah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk mendorong semua aktivitas lembaga untuk lebih mengimplementasikan peningkatan akhlakul karimah.

2. Bagi Lembaga UINSA

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau sumbangan pemikiran yang kontruktif dalam usaha meningkatkan kualitas proses


(15)

7

dan hasil pembelajaran di IAIN Sunan Ampel serta untuk pengembangan pengajaran di perkuliahan.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman baru yang nantinya dapat dijadikan sebagai modal dalam meningkatkan proses belajara sesuai dengan disiplin ilmu penulis, terutama setelah terjun ke dunia pendidikan.

F. Penegasan istilah

Dari judul yang diangkat oleh peneliti yaitu : supervisi manajerial bagi lembaga pendidikan islam di SMA AL ISLAM KRIAN.

฀. Supervisi Manajerial : supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan  sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,  penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan  sumberdaya  lainnya. 2. Mutu Lembaga Pendidikan : suatu upaya mengembangkan

kemampuan, sikap yang berahlak disegala bidang untuk keberhasilan pendidikan yang sehingga meningkatkan kualitas ataupun mutu pendidikan.

3. SMA AL ISLAM : suatu lembaga pendidikan yang ada di jln, kyai mojo krian sidoarjo yang merupakan dimana penulis melakukan penelitian. Jadi secara keseluruhan maksud yang terkandung dalam proposal skripsi ini adalah suatu kegiatan atau tela’a tentang


(16)

8

pengawasan manajer dalam meningkatkan mutu pendidikan, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap setiap komponen komponen tersebut dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas. G. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Sesuai dengan judul yang peneliti angkat, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan berbentuk deskriptif.

Pengertian deskriptif kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Menurut Meleong “metode kualitatif” adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang – orang yang berperilaku yang dapat diamati. a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara penulis mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut:

1. Metode Observasi (Pengamatan)

Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata


(17)

9

dan dibantu dengan panca indera lainnya. penulis gunakan metode ini untuk mendapatkan data tentang situasi dan kondisi secara universal dari obyek penelitian.

2. Metode Wawancara (฀nterview)

Metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis.


(18)

฀A฀ II

KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL

Guru dalam menjalankan tugasnya membutuhkan bantuan orang lain dalam hal memecahkan masalah-masalah yang dihadapi untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Misalnya untuk mengerti tujuan pendidikan, tujuan kurikuler, tujuan instruksional.

Guru tersebut mengharapkan apa dan bagaimana memberi pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang sedang berkembang. Orang yang berfungsi membantu guru dalam hal ini adalah kepala sekolah atau supervisor yang setiap hari langsung berhadapan dengan guru.

Posisi serta peran guru dalam pendidikan sekolah merupakan ujung tombak dan bahkan bersifat menentukan isi kurikulum operasional karena guru mengorganisasikan pesan pengajaran bagi siswanya, berdasarkan pola nilai yang dihayatinya, visi keilmuanya dan kecakapan keguruannya, guru mengelolah dan mengatur kembali program atau satuan pelajaran yang merangsang belajar siswa, dalam kondisi negatif apabila mutu kepribadiannya, keilmuannya dan kecakapannya dari seorang guru itu buruk maka akan merusak (minimal menghambat) proses serta hasil belajar siswa.


(19)

฀฀

Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tatanan institusional dan eksperiental sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang profesional.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan sebuah pengawasan/supervisi. Untuk memahami supervisi pendidikan perlu memahami supervisi itu sendiri.

a.

Denifisi supervisi

Secara etimologis, istilah Supervisi diambil dari perkataan bahasa inggris supervision artinya pengawasan di bidang pendidikan. Ditinjau sisi morfologisnya, supervisi dapat dijelaskan

menurut bentuk kata. Supervisi terdiri dari dua kata, yakni ฀uper

berarti atas, lebih, vi฀i berarti lihat, titik, awasi. Supervisor atau

pengawas dianggap jabatan yang secara ideal diduduki oleh seseorang yang mempunyai keahlian di bidangnya. Kelebihan dan keunggulan bukan saja dari segi kedudukan, melainkan pula dari

segi ฀kiil yang dipunyainya. Menurut Willes (฀987), supervisi

adalah bantuan untuk mengembangkan situasi belajar yang lebih baik.

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Willes (฀987)


(20)

฀2

better teaching learning ฀ituation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan

situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method,

teacher, ฀tudent, and environment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian, layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.

Menurut Neagley dalam Pidarta (฀986), menyebutkan bahwa supervisi adalah layanan kepada guru-guru disekolah yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan kurikulum. Ngalim Purwanto (฀987), menyatakan supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Konsep supervisi tidak dapat disamakan dengan inspeksi. Inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian layanan dan kerja sama yang lebih baik di antara guru-guru karena bersifat demokratis.

Sementara keterkaitannya denagn pendidikan, dalam

Mini฀try of Educational Republic of Turkey (2002), pengertian supervisi pendidikan adalah kegiatan profesional yang dilakukan


(21)

฀3

oleh kepala sekolah untul memonitorir, mengarahkan, membimbing, dan mengevaluasi aktivitas dan kinerja guru disekolah. Satori, DJ (฀996), menyatakan bahwa supervisi pendidikan juga dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, Goldhammer dan Waite dan abdul hadis & nurhayati (20฀0), menjelaskan supervisi pendidikan secara umum ialah kegiatan untuk memantau dan mengawasi kinerja staf/guru disekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing agar mereka dapat bekerja secara profesional dan mutu kinerjanya meningkat.

Mencermati pengertian supervisi pendidikan sebagaimana uraian diatas, dapat dikatakan bahwa umumnya supervisi pendidikan ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu, ada 2 hal (aspek) yang perlu diperhatikan, yaitu ฀). Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan 2). Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar.

Terkait denagan hal itu, aspek utama adalah guru. Jika demikian, layanan dan aktivitas persupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar. Guru dalam (Diknas, 2007) harus memiliki, antara lain ฀) kompetensi


(22)

฀4

pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial.

Jadi supervisi yang menekankan pada pembinaaan guru maka pembinaan profesional guru lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru. Hal

ini yang sering disebut dengan istilah ฀upervi฀i akademik. Supervisi

yang menekankan pada pembinaan kepala sekolah maka pembinaan kepala sekolah diarahkan kepada upaya memperbaiki kinerja dalam mengelola sekolah agar bermutu. Hal ini yang sering

disebut sebagai ฀upervi฀i manajerial. Dengan demikian, yang

menjadi sasaran pembinaan supervisi sesuai pengertian supervisi pendidikan tersebut diatas, bisa kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, atau staf sekolah. Kepala sekolah, pegawai tata usaha, atau staf sekolah adalah supervisi manajerial.

b.

Definisi supervisi Manajerial

Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup:

(฀) perencanaan, (2) koordinasi, (3) pelaksanaan, (4) penilaian,


(23)

฀5

(5) pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan sumberdaya lainnya.

Sasaran Supervisi Manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan seperti:

(฀) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan,

(3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan, (5) administrasi kesiswaan,

(6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (7) administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta

(8) aspek-aspek administrasi lainnya (administrasi persuratan dan pengarsipan) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Pengertian Supervisi Manajerial

Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan aspek-aspek pengelolaam dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.


(24)

฀6

Sementara supervisi akademik menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam maupun luar kelas.

Dalam  Panduan   Pelaksanaan  Tugas  Pengawas   Sekolah/

Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009:20) dinyatakan bahwa supervisi  manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan  sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,  penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan  sumberdaya  lainnya.

Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai: ฀) kolaborator, dan negosiator dalam proses perencanaan koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, 2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah, 3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan 4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

c.

Prinsip-Prinsip Manajerial

Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial, adalah:


(25)

฀7

฀. Pengawas harus  menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak sebagai  atasan  dan  kepala  sekolah/guru  sebagai  bawahan.

2. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan,  dan  informal

3. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan

sewaktu-waktu jika  ada   kesempatan

4. Supervisi    harus    demokratis.  Supervisor    tidak    boleh

mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.

5. Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan

6. Supervisi   harus   komprehensif.   Program   supervisi   harus

mencakup keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek   

pasti terkait dengan aspek lainnya.

7. Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru.


(26)

฀8

8. Supervisi harus objektif. Dalam menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi keberhasilan program supervisi harus objektif. Onjektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah.

Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik supervisi individual dan kelompok. Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang di berikan kepada kepada sekolah atau personil lainnya yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Kepala-kepala sekolah yang di duga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama di kelompokkan atau di kumpulkan menjadi satu/bersama. Kemudian kepada mereka di berikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.

Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas hendaknya berperan sebagai :

฀. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,


(27)

฀9

2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah binaannya

3. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya.

4. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan. Dalam melaksanakan supervisi manejerial, seorang pengawas harus : ฀. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan.

2. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan program sekolah-sekolah binaannya.

3. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan.

4. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).

5. Membina kepala sekolah dalam melaksanakan administrasi satuan pendidikan meliputi administrasi kesiswaan, kurikulum dan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan


(28)

20

prasarana, pembiayaan, keuangan,lingkungan sekolah dan peran serta masyarakat.

6. Membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu pendidikan di sekolah.

7. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.

8. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

9. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-sekolah binaannnya dan menindak lanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan dan program pengawasan berikutnya.

฀0. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.

฀฀. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala sekolah.

Dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah memiliki peranan khusus sebagai:


(29)

2฀

฀. Konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip

supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah;

2. Programer yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi,tujuan, dan program pendidikan di sekolah/madrasah; 3. Komposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen

kepengawasan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas di sekolah/madrasah;

4. Reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah/madrasah;

5. Builder yaitu:

a. membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan (manajemen) dan administrasi sekolah/madrasah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah dan

b. membina guru dan kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah/madrasah; 6. Supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah

dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah/madrasah; dan


(30)

22

7. Observer yaitu memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah/madrasah; dan

8. User yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah.

Pengawas sekolah/madrasah selama ini menurut pengamatan sekilas di lapangan cenderung lebih banyak melaksanakan supervisi manajerial daripada supervisi akademik. Supervisi akademik misalnya seperti berkunjung ke kelas-kelas mengamati guru yang sedang mengajar tanpa mengganggu. Hasil pengamatan dianalisis dan didiskusikan dengan guru serta akhirnya dapat menjadi masukan guru dalam memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.

d.

Metode dan Teknik Supervisi Manajerial 1. Monitoring dan Evaluasi

Metode utama yang harus dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.


(31)

23

a. Monitoring/Pengawa฀an

Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program (Rochiat, 2008: ฀฀5).Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.

b. Evaluasi

Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keber- hasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu.


(32)

24

Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk : (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program (b) mengetahui keberhasilan program

(c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya.

2. Refleksi dan Focu฀ed Group Di฀cu฀฀ion

Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu

pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau

kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas.Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru.Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan.Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

3.      Metode Delphi

Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi


(33)

25

dan pendalaman terhadap potensi yang ada.Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.

Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk

melibatkan banyak ฀takeholder sekolah tanpa memandang

faktor-faktor status yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif.

Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada

kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya menurut Gorton (฀976: 26-27) adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;

b. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas;


(34)

26

c. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama. d. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai

pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.

e. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.

4. Workshop

Work฀hop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial.Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah.Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya.Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, sistem ddministrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.

e.

Kompetensi Manajerial

฀. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan


(35)

27

2. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi misi tujuan dan program-program sekolah binaannya.

3. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan.

4. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu berbasisi sekolah (MPMBS)

5. Membina kepala sekolah dalam dalam melaksanakan administrasi satuan pendidikan meliputi administrasi kesisiwaan, kurikulum dan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, keuangan, lingkungan sekolah dan peran setrta masyarakat.

6. Membantu sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu pendidikan di sekolah.

7. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.

8. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku

9. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-sekolah binaannya dan menindak lanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan dan progran pengawasan berikutnya.


(36)

28

฀0. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.

฀฀. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala sekolah

฀2. Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan pendidikan pada sekolah-sekolah binaannya.

฀. Konsep tentang mutu pendidikan

Mutu pendidikan dipengaruhi oleh faktor majemuk. Faktor yang satu mempengaruhi faktor yang lainnya. Namun faktor yang terpenting adalah guru, karena hitam pitihnya proses belajar mengajar didalam kelas banyak dipengarahi oleh mutu guru. Guru dikenal

sebagai “hidden curriculum” atau kurikulum tersembunyi, karena

sikap dan tingkah laku, penampilan profesional, kemampuan individu dan apa saja yang melekat pada pribadi seorang guru.akan diterima oleh peserta didiknya sebagai contoh untuk diteladani atau dijaduikan sebagai bahan pembelajaran. Bagi sebagian besar orang tau siswa, sosok pendidik atau guru masih dipandang sebagai wakil orang tua ketika mereka tidak ada pada keluarganya.

1. Pengertian mutu pendidikan

a. Mutu adalah

Menurut bahasa mutu berarti kualitas, tingkat, derajat,


(37)

29

beragam definisi, bergantung kepada pihak dan sudut pandang mana konsep itu di persepsikan. Dalam dunia pendidikan, dua pertanyaan pokok yang penting dikemukakan adalah ap yang dihasilkan dan siapa pemakai pendidikan. Pengertian tersebut merujuk kepada nilai tambah yang diberikan oleh pendidikan dan pihak-pihak yang memproses serta menikmati hasil-hasil pendidikan.

Pendidikan adalah

Suatu lembaga yang mengani masalah proses sosialisasi, yang intinya mengantarkan seseorang pada kebudayaan. Sedangkan menurut Prof. H.M. Arifin, merupakan proses budaya untuk meningkatkan kualitas dan martabat manusia sepanjang hayat, yang dilaksanakan di lingkunagn keluarga, sekolah dan

masyarakat. Sedangkan mutu pendidikan adalah kemampuan

sistem pendidikan, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan itu sendiri, di arhkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dari faktor-faktor input (besarnya kelas sekolah, guru, buku pelajaran, situasi belajar dan kurikulum, manajemen sekolah, keluarga) agar menghasilkan out-put setinggi-tingginya.

Berdasarkan PP No. ฀9/2005, terdapat delapan standar pendidikan nasional yang digarap oleh BSNP, yaitu: 


(38)

30

Standar isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran ayang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis  pendidikan tertentu. Standar isi ini memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban  belajar, kurikulum tingkat satua

pendidikan dan kalender pendidikan/akademik. 

2. Standar Proses

 Standar proses ini meliputi pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

3. Standar Kompetensi Lulusan

 Standar ini merupakan kulifikasi kemampuan lulusan yang berkaitan dengan sikap,  pengetahuan, dan ketrampilan.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar ini merupakan standar nasional tentang kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam jabatan dari tenaga guru dan tanaga kependidikan lainnya. 5. Standar Sarana dan Prasarana

Standar ini merupakan kriteria minimal tentang ruang belajar, perpustakaan, tempat olahraga, tempat ibadah, tempat bermain dan


(39)

3฀

rekreasi, laboratorium, bengkel kerja, sumber belajar lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Dalam standar ini termasuk  pula penggunaan teknologi informasi dan

6. Standar Pengelolaan

 Standar ini meliputi perencanaan pendidikan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan  pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, pengelolaan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pada tingkat nasional. tujuan dari standar ini ialah

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

7. Standar Pembiayaan

 Standar ini merupakan standar nasional yang berkaitan dengan komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan selama satu tahun.

8. Standar Penilaian Pendidikan

Standar ini merupakan standar nasional penilaian pendidikan tentang mekanisme, prosedur, instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian yang dimaksud di sini adalah  penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang meliputi: penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh  pemerintah. Sedangkan bagi pendidikan tinggi, penilaian tersebut hanya


(40)

32

meliputi: penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan.

2. Faktor-Faktor Penentu Mutu Pendidikan

Terdapat dua masalah besar dalam dunia pendidikan yang selalu hadir yaitu :

a. Masalah kuantitas

Yaitu pendidikan didalam hubungannya dengan kemampuan lembaga pendidikan dalam menyerap input dan memproduksi out-put

b. Masalah kualitas

Yaitu bagaimana pendidikan mampu memproduksi out-put sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tujuan pendidikan itu sendiri. Kedua masalah erat hubungannya dengan proses pembelajaran. Untuk memperoleh pembelajaran yang berkualitas agar menghasilkan prestasi yang berkualitas pula, maka perlu diperhatikan lansung masalah yang berkaitan denagn proses pembelajaran yaitu :

฀) Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan tersusun menurut tingkat-tingkat tertentu, mulai dari tujuan yang sangat luas dan umum sampai dari tujuan yang paling spesifik. "Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan


(41)

33

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Setiap siswa memiliki keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Kecakapan yang dimiliki siswa itu meliputi kecakapan potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan kecerdasan maupun kecakapan yang diperoleh dari belajar.

2) Pendidik

Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu melaksanakan pengajaran, guru memiliki peran penting dalam proses belajar karena siswa tidak akan bisa belajar sendiri tanpa bimbingan seorang guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik.

3) Alat pendidikan

Kurikulum merupakan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena itu, pengenalan tentang arti, asa dan faktor-faktor serta komponen kurikulum penting dalam rangka menyusun perencanaan

pengajaran. Secara sederhana arti kurikulum


(42)

34

belajar mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

4) Lingkungan pendidikan

Novak dan Gowin (฀984) mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar dengan istilah “milieu”, yang berati konteks terjadinya pengalaman belajar. Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada disekitar kelas atau disekitar tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Lingkungan ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi situasi belajar.

3. Teknik Peningkatan Mutu Pendidikan

a. Peningkatan peserta didik ฀) Belajar kelompok

Nana Sudjana mengemukakan bahwa belajar kelompok bisa dilakukan dirumah bisa juga ditempat lain, misalnya diperpustakaan, disekolah, atau ditempat tertentu yang

disepakati bersama. Sedangkan menurut Oemar Hamalik

berpendapat bahwa belajar kelompok adala belajar yang dilaksnakan dalam suatu proses kelompok, para anggota kelompok saling berhubungan dan berpartisipasi, memberi sumbangan pikiran untuk mencapai tujuan bersama, proses


(43)

35

belajar kelompok memiliki karakteristik atau segi-segi relasi, interaksi, perartisipasi, kontribusi, efeksi, dan dinamika.

Dalam belajar ini tiap individu berhubungan satu sama lain memberikan sumbangan pikiran, ikut aktif mendapat pembagian tugas dan setiap individu mengembangkan sifat-sifat personal sosial moral dan berkembang yang bersifat-sifat dinamis.

Belajar kelompok ini pada dasarnya memecahkan permaslahan secara bersama-sama, artinya siswa memberikan sumbangan dalam memecakan persoalan, sehingga diperoleh hasil yang baik. Pikiran dari banyak orang biasanya lebih sempurna dari pada satu orang, misalnya : diskusi merupakan cara yang paling baik dalam belajar kelompok karena dalam diskusi mereka saling bertukar pikiran bersama teman sekelompoknya.

Dalam belajar kelompok tentunya terdapat siswa yang kemampuannya rendah dan tinggi, maka siswa yang kemampuannya tinggi diharapkan membantu memecahkan masalah-masalah yang dianggap sukar oleh siswa yang berkemampuan rendah. Dengan demikian melalui belajar kelompok, akan timbul suatu keserasian hubungan siswa yang satu dengan yang lain, sehingga tidak ada perbedaan diantara siswa yang belajar kelompok itu. Ada beberapa cara atau


(44)

36

teknik dalam pembentukan belajar kelompok yang digunakan yaitu bersifat :

a) Teknik secara otoriter

Belajar kelompok ini ditentukan sedemikian rupa oleh guru atau pembimbing tanpa mendengarkan pendapat atau saran anak didik. Dengan demikian maka kelompok itu besar kemungkinan tidak sesuai dengan kelompok atau keinginan anak-anak, karena besar kemungkinan akan mengganggu berlangsungnya kelompok besar itu.

Dengan pembentukan cara atau teknik ini ada keuntungannya, tetapi juga ada kelemahannya. Keuntungannya ialah dengan teknik ini belajar kelompok dapat segera terbentuk, sehingga begitu kelompok terbentuk begitu pula dapat berlangsung. Kelemahannya ialah bahwa kelompok, besar kemungkinan tidak sesuai dengan keinginan anak-anak sehingga hal ini akan menghambat kelangsungan kelompok lebih lanjut dan besar kemungkinan akan terjadi disintegrasi antar kelompok.

b) Teknik secara bebas

Cara ini diserahkan kepada anak-anak sedangkan guru tidak ikut campur dalam pembentukan ini. Teknik ini kebalikan dari teknik secara otoriter. Keuntungan dari teknik ini adalah :


(45)

37

฀ Anak-anak dapat memilih kelompok betul-betul dicocoki,

sehingga kelompok ini betul-betul kompak dan diharapkan akan berlangsung baik.

฀ Di dalam kelompok adanya rasa kepercayaan yang mendalam

sehingga antara mereka dapat berterus terang. Mengenai segala sesuatu, dan ini sangat menguntungkan bagi pembimbing. Kelemahan dari teknik ini, yaitu :

฀ Besar kemungkinan adanya anak yang tidak terpilih dalam

kelompok sehingga keadaan ini akan membawa akibat yang kurang baik.

฀ Besar kemungkinan anak yang pandai menjadi satu kelompok

demikian pula sebaliknya anak-anak yang bodoh bisa jadi tergabung dalam satu kelompok. Dengan keadaan ini sifat kelompok menjadi tidak baik.

c) Teknik secara terpimpin

Pembentukan kelompok belajar dengan teknik ini merupakan teknik yang baik. Teknik ini merupakan perpaduan dari teknik kedua diatas. Di samping harus mendengar pendapat anak-anak, guru atau pembimbing turut aktif dalam pembentukan kelompok tersebut. Dengan teknik ini kelemahan yang ditimbulkan metode di atas dapat teratasi.

Sedangkan teknik atau cara belajar individual (sendiri) dalam kaitannya dengan sistem pendidikan secara keseluruhan.


(46)

38

Teknik belajar individual dalam sistem tersebut sangat bervariasi, yakni teknik tradisional, teknik remidial dan tugas-tugas tambahan.

Teknik tradisional ini merupakan metode yang biasa dilakukan para siswa metode membaca dengan tidak beraturan yang dilakukan siswa baik dilakukan dirumah, diperpustakaan atau dikelas. Oleh sebab itu teknik inilah yang paling umum untuk dilakukan siswa yang belajar sendiri.

2) Pemberian Motivasi Belajar

Motivasi sangat besar pengaruhnya dalam belajar siswa, lebih-lebih seorang siswa yang masih duduk dibangku pendidikan di mana masa ini siswa mudah menerima pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Siswa yang masih duduk dibangku pendidikan ini kalau tidak diberi pengertian-pengertian, penyelesaian, serta dorongan (motivasi) tentang maksud tujuan serta faedah dan mendapat segala apa yang dipelajarinya, maka kebanyakan kemauan mereka untuk belajar itu kurang bahkan ada yang malas belajar disamping itu ada juga yang rajin belajar.

Siswa kalau tidak disuruh atau didorong untuk belajar, baik oleh gurunya maupun orang tuanya, maka kemungkinan mereka jarang yang belajar, kalaupun belajar tidak rutin dan bersungguh-sungguh. Karena begitu pentingnya motivasi


(47)

39

dalam belajar sadirman menjelaskan bahwa : “motivasi is a essential condition a learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi, makin tetap motivasi yang diberikan aka makin berhasil pula pelajaran itu. jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para

siswa. Sehubungan dengan hal tersebut motivasi mempunyai 3

fungsi :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang akan melepaskan energi motivasi, dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus di kerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

c. Menyeleksi perbuatan. Yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dari uraian diatas terlihat bahwa motivasi belajar dapat berfungsi sebagai pendorong atau penggerak dalam belajar yang baik akan membantu siswa dalam mengikuti pelajaran. ฀) Macam-macam motivasi belajar

Dalam membicarakan macam-macam motivasi dalam belajar hanya akan di bahas 2 sudut pandang, yakni : motivasi yang


(48)

40

berasal dari dalam diri seseorang yang akan disebut motivasi intrinsik. Motivasi yang bersal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ekstrinsik.

a) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang mendorong

seseorang melukukan sesuatu kegiatan tertentu. Jadi, motif

tersebut terletak di dalam kegiatan obyek yang ditekuninya. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melkukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna pada zaman kini dan mendatang.

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang mendorong seseorang melakukan kegiatan tertentu, tetapi motivasi tersebut terlepas atau tidak berhubungan lansung dengan kegiatan yang ditekuninya.


(49)

4฀

Dalam pendidikan dan pengajaran, guru tidak hanya berperan sebagai administrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, supervisor dan elevator, tetapi ia juga sebagai motivator dan pembimbing.

Sebagai motivator, guna berperan untuk mendorong siswa agar giat belajar. Usaha ini bisa dilakukan guru dengan memanfaatkan bentuk-bentuk motivasi disekolah ataupun cara lainnya, yang penting apa yang dilakukan dapat membangkitkan motivasi belajar. Dalam usaha untuk membangkitkan motivasi belajar. Dalam usaha untuk membangkitkan motivasi belajar siswa ada enam hal yang dapat dilakukan guru, yaitu :

฀) Membangkitkan dorongan siswa kepada siswa untuk belajar.

2) Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.

3) Memberikan gambaran terhadap prestasi yang dicapai siswa sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari.

4) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

5) Membantu kesulitan belajar siswa secara individu maupun kelompok.


(50)

42

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, bberubah-ubah dan mungkin juga komponen-komponen yang lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Dari penjelasan kedua motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik itu jauh lebih baik dari pada motivasi ekstrinsik. Karena dengan motivasi intrinsik, seseorang siswa akan aktif belajar dengan inisiatif sendiri tanpa harus disuruh oleh orang tua, guru atau yang lain.

Meskipun begitu, motivasi ekstrinsik itu juga mempunyai manfaat yang tidak sedikit. Setidak-tidaknya dengan adanya motivasi ekstrinsik, seorang siswa akan terdorong untuk belajar. Disamping itu, seorang siswa yang belajar karena adanya motivasi intrisik, motivasi belajarnya akan bertambah kuat jika ia juga memiliki motivasi ekstrinsik. 3) Peningkatan Kualitas Tenaga Educatif

฀. Kepala sekolah

Kepala sekolah memiliki kedudukan yang sangat penting yaitu menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi lembaga pendidikan. Pemimpin yang


(51)

43

melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dapat menggerakkan orang/personal ke arah tujuan yang di cita-citakan, akan tetapi sebaliknya jika seorang pemimpin hanya sebagai figur, yang tidak memiliki pengaruh akan dapat mengakibatkan lemahnya (kemandulan) kinerja dalam organisasi yang akan mengakibatkan keterpurukan.

Seorang pemimpin begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi, sehingga rasional jika keterpurukan pendidikan salah satunya disebabkan karena kepemimpinan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan juga tidak membuat strategi pendidikan yang sesuai dengan perubahan. Pemimpin yang relevan dan didambakan bagi peningkatan kualitas pendidikan adalah pemimpin yang memiliki visi, yaitu difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan.

2. Peningkatan kualitas guru

Guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu mengubah unsur-unsur yang lain menjadi bervariasi, namun sebaliknya unsur-unsur yang lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi, oleh sebab it guru merupakan unsur yang mempunyai peran amat penting bagi


(52)

44

terwujudnya pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang juga seperti siswa yang memiliki unsur-unsur yang lengkap untuk berperilaku, kepribadian seorang guru lebih kompleks dibandingkan dengan kematangan siswa yang dalam taraf pengembangan. Terdapat beberapa komponen untuk meningkatkan kualitas guru yaitu penguasaan kurikulum, penguasaan materi setiap bidang studi, penguasaan metode dan teknik pembelajaran.

A. Menguasai kurikulum

Kurikulum mempunyai arti yang sangat luas, mencakup semua pengalaman yang dilakuakn siswa, dirancang siswa, diarahkan, diberikan bimbingan, dan dipertanggungjawabkan oleh sekolah. Sebagai seorang guru yang memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar, seorang guru harus benar-benar menguasai kurikulum karena sebelum proses pembelajaran berlangsung sebuah materi tidak dapat langsung disajikan kepada anak didik. Disinilah peran guru yang memiliki kualitas tinggi mampu menciptakan kurikulum yang sesuai dengan kegiatan belajar di dalam kelas, laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olahraga, bahkan di kebun dan di pasar yang terkait dengan tugas sekolah, yang mana dapat menjadikan


(53)

45

proses pembelajaran menjadi berkualitas dan menghasilkan prestasi belajar siswa yang tinggi pula.

Pelaksanaan kurikulum dalam sistem

instruksional dan didesain dengan sistematik membutuhkan tenaga guru yang profesional, guru harus memiliki persyaratan, mempunyai kemampuan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal, memiliki kemampuan yang sejalan dengan peranannya di sekolah, dan kemampuan bermasyarakat.

B. Menguasai bahan bidang studi

Menguasai bahan bidang studi terdiri dari : ฀) Menguasai bidang studi sekolah

a. Mengkaji bahan kurikulum bidang studi.

b. Mengkaji isi buku-buku teks bidang studi yang bersangkutan.

c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum bidang studi yang bersangkutan. 2) Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi a. Mempelajari ilmu yang relevan.

b. Mempelajari aplikasi bidang ilmu kedalam bidang ilmu lain (untuk program bidang studi tertentu. c. Mempelajari cara menilai kurikulum bidang studi. C. Kemampuan mengelola program belajar mengajar


(54)

46

Kemampuan mengelola program belajar mengajar terdiri atas :

฀) Merumuskan tujuan instruksional, meliputi : a. Mengkaji kurikulum bidang studi.

b. Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan

instrusional

c. Mempelajari tujuan instruksional bidang studi yang bersangkutan.

d. Merumuskan tujuan instruksional bidang studi yang bersangkutan.

2) Mengenal dan dapat menggunakan metode belajar, meliputi :

a. Mempelajari macam-macam metode mengajar. b. Berlatih menggunakan macam-macam metode

mengajar.

3) Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, meliputi:

a. Mempelajari kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar.

b. Berlatih menggunakan kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar.

c. Berlatih merencanaan program pelajaran. d. Berlatih menyusun program pelajaran.


(55)

47

4) Melaksanakan program belajar mengajar, meliputi : a. Mempelajari fungsi dan peran guru dalam

proses belajar mengajar.

b. Menggunakan alat bantu belajar mengajar. c. Menggunakan lingkungan sebagai alat belajar. d. Menyesuaikan rencana program pengajaran

dengan situasi kelas.

5) Mengenal kemampuan ( entry behavior ) anak didik,

meliputi :

a. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa.

b. Mempelajari prosedur dan teknik untuk mengidentifikasi kemampuan siswa.

c. Berlatih menggunakan prosedur dan teknik untuk mengidentifikasi kemampuan siswa. d. Berlatih menyusun alat untuk menidentifikasi

kemampuan siswa.

6) Merencanakan dan melaksanakan rencana remedial, meliputi :

a. Mempelajari faktor-faktor kesulitan belajar. b. Berlatih mendiagnosa kesulitan belajar siswa. c. Berlatih menyusun rencana pengajaran


(56)

48

d. Melaksanakan pengajaran remidial.

C. Konsep supervisi manajerial dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan

A. Pendahuluan

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan peserta didik yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia maka sangat diharapkan adanya mutu pendidikan. Ada beberapa variabel yang menjadi substansi sebagai upaya menjadikan pendidikan bermutu antara lain tenaga pendidik dan kependidikan. Kedua komponen ini merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan, memdambakan guru yang profesional tentunya harus diawali dengan peningkatan pendidikan profesionalisme pengawas pendidikan.

Mencermati Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 66, yang mengatur tentang kepengawasan pendidikan semua jenjang dan jenis sekolah dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah pusat daerah. Pengawasan dilakukan dengan prinsip transparansi dan


(57)

49

akuntabilitas publik. Kemudian, pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 39, pengawas sekolah sebagai tenaga kependidikan melaksanakan pengawasan pada satuan pendidikan. Pengawasan pendidikan dilaksanakan oleh tenaga fungsional yang ada pada dinas pendidikan sejalan dengan Permen Diknas No. ฀2 Tahun 2007, yang mana kompetensi dan kualifikasi lebih unggul dari kompetensi dan kualitas kepala sekolah dan guru. Dari 36 kompetensi inti yang dimiliki pengawas pendidikan dan dijabarkan menjadi ฀80 indikator kompotensi pengawas pendidikan merupakan taruhan yang tidak main-main bila dibandingkan dengan tugas rutin kepala sekolah atau guru.

Pengalaman dan kualifikasi pengawas pendidikan, haruslah menjadi pertimbangan bahwa jabatan pengawas pendidikan harus mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dari pemerintah/kepala dinas dalam menjalankan fungsi supervisi pendidikan, mengawasi, mengevaluasi, memberi bimbingan dan pembinaan kepada satuan/program pendidikan sesuai kewenangannya dalam penjaminan mutu pendidikan.

Pengawas sekolah bertugas melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial di sekolah yang ditunjuk melalui pemantauan, penilaian, dan pembinaan serta laporan dan tindak lanjut. Beratnya tanggung jawab dan begitu kompleksnya tugas pokok dan fungsi pengawas pendidikan, dan keunggulan


(58)

50

kompetensi yang dimiliki pengawas sekolah merupakan pengakuan dan penghargaan yang tinggi dari pemerintah terhadap jabatan pengawas sekolah. Oleh sebab itu, pengawas sekolah perlu diberdayakan bukan dibuat tidak berdaya, pengawas sekolah harus dipikirkan bukan dipinggirkan, pengawas sekolah perlu dibina dan dikembangkan bukan dibinasakan.

Keliru apabila memandang pengawas sekolah sebagai tenaga pelengkap dalam struktur tenaga kependidikan terlebih dalam era peningkatan mutu pendidikan nasional. Oleh sebab itu, kepala Dinas pendidikan perlu membina, mengembangkan, dan memberdayakan peran dan fungsi pengawas sekolah sebagai penjamin mutu pendidikan. Kepala Dinas yang membiarkan pengawas sekolah tidak berfungsi, berarti ia tidak memahami dan tidak memiliki komitmen terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Di era persaingan sehat di segala bidang (competitive advantange), sosok pengawas sekolah yang profesional sangat ditunggu-tunggu kehadirannya untuk menggerakkan potensi-potensi pendukung peningkatan mutu pendidikan yang selama ini belum dieksplorasi denga efektif merupakan tantangan bagi seorang pengawas profesional.

Selain itu, jika dilihat dari realitas kondisi sekolah dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh mayoritas sekolah di indonesia saat ini masih sangat membutuhkan kehadiran dan


(59)

5฀

keterlibatan supervisor (pengawas) sekolah. Diakui atau tidak, kualitas sekolah, baik dari sisi ini, peran pengawas sekolah di tantang untuk benar-benar memiliki dan bekerja sesuai dengan tuntutan profesionalismenya. Berdasarkan pemikiran dan kondisi itu, peningkatan kualitas pengawas sekolah sehingga benar-benar menjadi sebuah bidang kerja yang setara dengan profesi lainnya merupakan sebuah keniscayaan.

฀. Tugas supervisor pendidikan

Menurut Keputusan Menteri P & K RI No. 0฀34/฀977, tugas supervisor (pengawas) dalam pendidikan diperinci sebagai berikut. ฀. Mengendalikan pelaksanaan kurikulum meliputi isi, metode,

penyajian, penggunaan alat perlengkapan dan penilaiannya agar berlangsung sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pengendalian tenaga teknis sekolah agar terpenuhi persyaratan formal yang berlaku dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Mengendalikan pengadaan, penggunaan, pemeliharaan sarana

dan prasarana sekolah dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menjaga agar kualitas


(60)

52

dan kualitas sarana sekolah memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.

4. Mengendalikan tata usaha sekolah meliputi urusan kepegawaian, urusan keuangan dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Mengendalikan hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain dengan pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain.

6. Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketetapan dan waktu.

7. Menilai pelaksanaan kerja teknis sekolah. 8. Menilai pemanfaatan sarana sekolah.

9. Menilai efisiensi dan keefektifan tata usaha sekolah.

฀0. Menilai hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain pemerintah daerah, buia usaha, dan lain-lain.

Tugas supervisor pendidikan terkait dengan bantuan dan bimbingan terhadap guru di sekolah, dapat diperinci sebagai berikut. ฀. Membantu guru mengerti dan memahami para peserta didik.

2. Mambantu mengembangkan dan memperbaiki, baik secara individual maupun secara bersama-sama.

3. Membantu seluruh staf sekolah agar lebih efektif dalam melaksanakan proses pembelajaran.


(61)

53

4. Membantu guru meningkatkan cara mengajar yang efektif. 5. Membantu guru yang secara individual.

6. Membantu guru agar dapat menilai para peserta didik lebih baik. 7. Menstimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya.

8. Membantu guru agar merasa bergairah dalam pekerjaannya dengan pebuh rasa aman.

9. Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum di sekolah.

฀0. Membantu gruru agar dapat memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat tentang kemajuan madrasahnya.

Melaksanakan program supervisi sekolah serta memberikan petunjuk perbaikan terhadap penyimpangan dalam pengelolaan sekolah meliputi beberapa hal sebagai berikut.

฀. Proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai pada periode tertentu.

2. Kegiatan sekolah di bidang pengelolaan gedung dan bangunan, halaman, perabot, dan alat-alat kantor dan sarana pendidikan lainnya.

3. Pengembangan personel sekolah termasuk kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha yang mencakup segi displin, sikap, dan tingkah laku, pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi masing-masing.

4. Tata usaha sekolah termasuk urusan keuangan, urusan sarana, dan urusan kepegawaian.


(62)

54

5. Hubungan sekolah dengan badan pembantu penyelenggara pendidikan dan masyarakat.

Tugas supervisor adalah untuk mengendalikan, memperbaiki, membantu, menilai, dan membina aspek-aspek yang terkait dalam pelaksanaan pendidikan, baik hal itu berkenaan dengan kepala madrasah, guru, siswa, ataupun tata usaha, purwanto (฀987) mengatakan bahwa tugas supervisi pendidikan yang lebih rinci sebagai berikut.

฀. Menghadiri rapat/pertemuan-pertemuan organisasi-organisasi profesional.

2. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan guru-guru. 3. Mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan

masalah-masalah umum (common problems).

4. Melakukan classroom visitation atau class visit.

5. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang mereka usulkan.

6. Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru. 7. Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi

murid-murid.

8. Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran.

9. Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana melaksanakan satu unit pengajaran.


(63)

55

฀0. Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru dalam program revisi kurikulum.

฀฀. Menginterpretasi data tes kepada guru-guru dan membantu mereka bagaimana melaksanakannya bagi perbaikan pengajaran.

฀2. Menilai dan menyeleksi buku-buku untuk perpustakaan guru-guru. ฀3. Bertindak sebagai konsultan di dalam rapat/pertemuan-pertemuan

kelompok lokal.

฀4. Bekerja sama dengan konsultan-konsultan kurikulum dalam menganalis dan mengembangkan program kurikulum.

฀5. Melakukan wawancara dengan orang tua murid tentang hal-hal yang mengenai pendidikan.

฀6. Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.

฀7. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dan pengajaran dalam ruang lingkup bidang tugasnya.

฀8. Mengembangkan sistem pelaporan murid, seperti kartu-kartu cacatan kumulatif, dan sebagainya.

฀9. Melakukan wawancara dengan guru-guru dan pegawai untuk mengetahui bagaimana pandangan atau harapan-harapan mereka. 20. Membimbing pelaksanaan program-program testing.

2฀. Menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi keperluan guru-guru.


(64)

56

23. Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas (class visit) bagi para kepala sekolah.

24. Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan-kegiatan sekolah/guru-guru dalam surat-surat kabar.

25. Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-guru. 26. Merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagaimana oleh guru

yang ahli, atau supervisor sendiri dalam rangka memperkenalkan metode baru, alat-alat baru.

Sesuai dengan SK. Menpan No.฀฀8/฀996 Bab II pasal 3 ayat (฀), tugas pendidikan di sekolah umum dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah, baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. Bidang pengawasan pendidikan di lingkungan pendidikan nasional meliputi :

฀. Taman Kanak-Kanak (TK) 2. Sekolah Dasar (SD)

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 4. Sekolah Menengah Umum (SMU)

5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 6. Sekolah Luar Biasa (SLB).

Sementara pada madrasah di lingkungan departemen agama meliputi : ฀. Raudhatul Athfal (RA)/ Bustanul Athfal (BA).

2. Madrasah Ibtidaiyah (MI). 3. Madrasah Tsanawiyah (Mts).


(65)

57

4. Madrasah Aliyah (MA/MAK).

5. Madrasah Diniyah (MD) baik negeri maupun swasta.

C. Tanggung Jawab Supervisor Pendidikan

Mengaku pada SK. Menpan Nomor ฀฀8 Tahun 2006 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya, dan keputusan bersama Mendikbud Nomor 0342/0/฀996 dan kepala badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 36 Tahun ฀996 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, serta PP No ฀9/2005 tentang tanggung jawab pengawas satuan pendidikan sebagai berikut.

฀. Melaksanakan pengawasanpenyelenggaraan pendidikan disekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP, dan SLTA.

2. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

3. Tanggung jawab yang pertama merujuk pada supervisi atau pengawasan manajerial, sedangkan tanggung jawab yang kedua merujuk pada supervisi atau pengawasan akademik.

W. Mantja (2005) menyatakan bahwa pengawasan manajerial

pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian, dan

bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai pada hasil bimbingan atau bantuan diberikan kepada sekolah dan seluruh


(66)

58

staf sekolah dalam penyelenggaraan sekolah atau penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah.

Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.

Sejalan dengan tanggung jawab supervisor (pengawas) pada satuan pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas, kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai berikut.

฀. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah.

2. Melakukan monitoring pelaksanaan program sekolah dan pengembangan.

3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program

pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan ฀takeholder

sekolah.

Dari kajian tentang tanggung jawab supervisor (pengawas) sebagaimana dikemukakan di atas maka prespektif ke depan, tugas pokok pengawas satuan pendidikan sebagai supervisor pendidikan. Baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial terdiri dari

monitoring/pemantauan, supervisi, penilaian,

pembinaan/pengembangan dan tindak lanjut, penjaminan/standar mutu pendidikan, memantau penerimaan siswa baru, memantau proses dan hasil belajar siswa, memantau pelaksanaan ujian, memantau rapat


(67)

59

guru dan staf sekolah, memantau hubungan sekolah dengan masyarakat, memantau data statistik kemajuan sekolah, dan memantau program-program pengembangan sekolah.

Tanggung jawab supervisor ketika melakukan supervisi meliputi supervisi kinerja sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, kinerja staf sekolah, pelaksanaan kurikulum mata pelajaran, pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya, manajemen sekolah, dan aspek lainnya. Aspek lainnya tersebut seperti keputusan moral, pendidikan moral, kerja sama dengan masyarakat, memantau sumber-sumber daya sekolah, baik sumber daya manusia, material, finansial, dan lainnya. Memsupervisi kegiatan

antar-sekolah yang menjadi sekolah binaannya. Kegiatan in-฀ervice

training bagi kepala sekolah, guru dan staf sekolah lainnya dan kegiatan inovasi sekolah.

Sahertian (2009) menjelaskan dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peningkatkan prestasi belajar dan mutu sekolah. Selain itu, pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha

memberikan layanan kepada ฀takeholder pendidikan terutama kepada

guru-guru, baik secara individu maupun kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Tanggung jawab penilaian meliputi penilaian, pengelolaan, dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan kaitannya dengan


(68)

60

faktor guru, mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa, melaksanakan analisis komprehensif hasil penilaian sebagai bahan untuk melakukan inovasi pendidikan disekolah binaan.

Tanggung jawab binaan/pengembangan meliputi memberikan

bantuan/bimbingan kepada guru tentang proses

pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/bimbingan siswa, memberikan contoh pelaksanaan tugas dalam melaksanakan proses pembelajaran peserta didik, membina pelaksanaan pengelolaan sekolah antara lain: pengelolaan kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, sarana prasarana, dan hubungan kerja dengan unsur-unsur yang terkait. Selain itu, juga

memberikan advice mengenai sekolah sebagai sistem, memberikan

advice kepada guru tentang pembelajaran yang efektif, kepada kepala sekolah dalam mengelola pendidikan, kepada tim kerja dan staf sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah, orang tua siswa dan lomite sekolah terutama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalm pendidikan, membina pengembangan kualitas sumber daya manusia di sekolah binaanya, melakukan pembinaan dan pengembangan inovasi sekolah, membina sekolah dalam akreditasi sekolahnya.


(69)

6฀

Tanggung jawab pelaporan dan tindak lanjut meliputi: melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan kepada kepala kantor Kementerian Agama/Kementerian Dinas Pendidikan Kabupaten dan Provinsi, melaporkan perkembangan dan hasil

pengawasan sekolah binaanya, komite sekolah, dan ฀takeholder

lainnya, menetapkan langkah-langkah alternatif tindak lanjut untuk program pengawasan selanjutnya.

Berdasarkan uraian perihal tanggung jawab supervisor (pengawas) sebagaimana dikemukakan diatas maka supervisor (pengawas) satuan pendidikan banyak berperan sebagai: ฀) penilai, 2) peneliti, 3) pengembang, 4) pelapor/inovator, 5) motivator, 6) konsultan, dan 7) kolaborator dalam kerangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaanya.

Setiap supervisor sekolah harus dapat memahami tujuan supervisi pendidikan dan mampu melaksanakan supervisi sesuai dengan fungsi dan tugas pokonya, baik menyangkut pengawasan, penelitian atau terkait penilaian, pembinaan, perbaikan maupun pengembangan sehingga kedudukan supervisor menjadi penting untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam melaksnakan tugas dan fungsi-fungsi supervisi tersebut harus secara simultan, konsisten, kontinu dalam suatu program supervisi. Inti dari kegiatan supervisi adalah bagaimana mengintegrasikan fungsi-fungsi supervisi tersebut ke dalam tugas


(70)

62

pembinaan terhadap pribadi guru dan tenaga kependidikan lainnya yang disupervisi.

Jika apa yang menjadi hakikat dan tujuan supervisi pendidikan dipahami dengan benar, dan supervisor menyadari akan tugas dan fungsi-fungsi supervisi pendidikan serta menjalankannya dengan sebaik-baiknya, kelancaran jalannya sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan akan lebih terjamin.


(1)

103

mendapatkan lulusan yang diingginkan, maka perencanaan ini dibuat oleh sekolah dan komite sekolah komite sekolah serta tokoh masyarakat sehingga diharapkan nanti visi dan misi sekolah itu betul-betul kita jalankan sesuai dengan kehendak pendiri Yayasan Perguruan AL-ISLAM Sidoarjo.

Pada program perencanaan mutu sekolah yakni pada bagaimana kepala sekolah memiliki pandangan atau arah peserta didik Tampil beda untuk meraih prestasi yang bernuansa islami berwawasan luas, Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang baik menurut islam, Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang cerdas.

Program perencanaan mutu di SMA AL-ISLAM Sidoarjo ini tergolong suatu program yang sangat baik, karena pada lembaga pendidikan di tingkat SMA saat ini memunculkan inspirasi dan inovasi dalam mengembangkan dan meningkatkan skill tenaga pendidik dalam kegiatan belajar mengajar agar peserta didik bisa mendapatkan pembelajaran yang terbaik.

Program perencanaan mutu bisa terselenggara dengan baik karena telah melewati suatu proses mulai dari merumuskan visi, misi, tujuan dan strategi sekolah. Dengan proses tersebut dan diikuti langkah yang sinergis antara proses yang satu dengan proses yang lain itulah yang membuat perencanaan mutu itu mampu memberikan standart pencapaian misi,visi yang diinginkan.


(2)


(3)

฀A฀ V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

฀. Implementasi Supervisi Manajerial di SMA AL-ISLAM Sidoarjo, dilaksanakan oleh kepala sekolah sesuai dengan perannya :

(฀) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan, (5) administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat,

2. Supervisi manajerial dalam meningkatkan mutu di SMA AL ISLAM Krian Sidoarjo, meliputi : (a) penjabaran visi, misi diaktualisasi menjadi program sekolah berupa : Rencana strategis dan rencana operasional sesuai program perencanaan mutu sehingga berdampak pada prestasi siswa. (b) Supervisi manajerial di SMA AL ISLAM Krian Sidoarjo telah dilaksnakan secara optimal sehingga menghasilkan guru-guru yang bermutu dalam meningkatkan kualitas lembaga pendidikan.

฀. SARAN – SARAN

฀. mengoptimalkan sarana prasarana seperti Lcd, AC dan memberikan nomer kode barang yang belum di kasih agar tidak sampai hilang, sehingga bisa digunakan untuk menunjang pembelajaran peserta didik, seperti pelajaran PAI yang membutuhkan Lcd buat memutar flim seperti : cara berwudhu


(4)

฀08

2. untuk supervisi manajerial bisa lebih ditingkatkan dengan mengoptimalkan dukungan dan motivasi wali murid dan masyarakat sekitar sekolah dengan mengadakan pertemuan dengan wali murid dan warga sekitar sekolah agar ikut serta membangun dan mengembangkan sekolah dalam bentuk moral maupun material.


(5)

฀AFTAR PUSTAKA

฀an khomaria dan Cepi Triatna, ฀isionary leadership, (Jakarta: PT Bumi ฀ksara, 2005)

฀khmad Sudrajat, Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial, (Jakarta: Musyawarah Kerja Pengawas, 2009)

฀ Sumana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: konesias, 1999)

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: ฀ndi Offset, 1999)

Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Sosial: format-format Kuantitatif dan Kualitatif,(Surabaya: ฀irlangga University Press: 2001)

B Surya Sobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)

Chusnan Majid, Wawancara

Drs. B. Suryo Subroto. Dimensi-dimensi ฀dministrasi Pendidikan di Sekolah. Bina ฀ksara, Jakarta; 1988.

Drs. Jasmani ฀sf, M.฀g. Syaiful Mustofa, M.฀. Supervisi Pendidikan, (jogjakarta: ฀R-RUZZ MEDI฀, 2013)

Drs. M. Ngalim Purwanto, MR.,฀dministrasi dan Supervisi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009.

Fred Percival Bahasa Sujarwa S, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1988) Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996) H. Muhammad ฀li, Guru dalam Proses Belajar Mengajar,( Bandung: Sinar Baru, 2004)

Husaini Usman, Purnomo Setiady ฀kbar, Metodelogi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi ฀ksara, 1996)

Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: ฀lfabeta, 2011)

Lexy J Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1999)

Mantja, Willem “Pola Peilaku Supervisi Kepa;a Sekolah dalam Kepemimpinan Pengajaran”. IKIP Malang

Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta Bumi ฀ksara:1995)

M. ฀rifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan umum)

M. Idochi ฀nwar, ฀dministrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan ( Bandung: ฀L Fabeta, 2003)

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003)

Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi ฀ksara, 2012)

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Secara ManusiawI, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993)

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru, 1992) Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah


(6)

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah

Piet ฀.Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)

Roziq WK, Humas, Wawancara

Sadirman ฀M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman Guru dan Calon Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994)

Syaiful Bakri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994)

Soetopo Hendiyat, Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta, Bina ฀ksara, 1988)

Suharsimi ฀rikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993) cet ke 2

Suharyono, WK Sarpras Wawancara

Sumanto, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: PT. ฀ndi Offset, 1995)

Sunarmi, WK Kurikulum Wawancara

Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: 2005)

Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat 2006), Jilid 1.

Titi Priyono, Sosiolog Pendidikan, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia Printing, 2006) Thursan hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Puspawara, 2000)

UU RI NO 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: ฀neka Ilmu, Pasal 31, 1989).


Dokumen yang terkait

Peran manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK al-Hidayah Cinere

0 3 104

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEPALA SD UMP DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM Implementasi Manajemen Kepala SD UMP Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 18

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEPALA SD UMP DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM TAHUN Implementasi Manajemen Kepala SD UMP Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 3 21

Implementasi Supervisi Akademik Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam Di SDN 4 Tamansari Kecamatan Gedongtataan

0 2 120

Penerapan sistem informasi manajemen Smartschool dalam meningkatkan partisipasi orang tua di SMA al Islam Krian Sidoarjo.

3 10 103

IMPLEMENTASI MANAJEMEN SUPERVISI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NURUL ISLAM NGEMPLAK BOYOLALI

0 0 237

IMPLEMENTASI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM PA (1)

0 0 9

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN AL-ISLAM DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURABAYA

0 4 15

PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI SE-SALATIGA - Test Repository

0 1 124

BAB II LANDASAN TEORI A. Supervisi Akademik Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Supervisi Akademik - Implementasi Supervisi Akademik Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam Di SDN 4 Tamansari Kecamatan Gedon

0 0 51