Kenakalan remaja di Kedondong pasar kecil Kelurahan Tegalsari Kota Surabaya dalam prespektif Ibnu Hazm.

(1)

Kenakalan remaja di Kedondong pasar kecil kelurahan Tegalsari

kota Surabaya dalam prespektif Ibnu Hazm

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh :

Sumiyati

E01212010

PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Sumiyati, NIM. E01212010, 2017. Kenakalan Remaja Di Kedondong Pasar Kecil Kelurahan Tegalsari Kota Surabaya Dalam Prespektif Ibnu Hazm Skripsi Program Studi Filsafat Agama Jurusan Pemikiran Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Kenakalan, Remaja, PrespektifIbnu Hazm.

Skripsi dengan judul “Kenakalan Remaja Di Kedondong Pasar Kecil Kelurahan Tegalsari Kota Surabaya Dalam Prespektif Ibnu Hazm” ini adalah hasil

penelitian lapangan untuk memahami perilaku dari kenakalan remaja yang sangat kondisinya sangat memprihatinkan dan pergaulan remaja yang sangat bergaul yang sangat bebas Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan secara deskriptif-kefilsafatan, yakni menggambarkan mengenai perilaku Kenakalan Remaja Di Kedondong Pasar Kecil Kelurahan

Tegalsari Kota Surabaya Dalam Prespektif Ibnu Hazm Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan selama proses penelitian ini adalah dengan teknik observasi dan wawancara.Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa Kenakalan Remaja Di Kedondong Pasar Kecil Kelurahan Tegalsari Kota Surabaya Dalam Prespektif Ibnu Hazm bahwa perilaku ini dalam kenakalan remaja ini sangat membutuhkan orang tua dalam membimbing anak-anaknya juga dalam perilakunya Dan dapat disimpulkan bahwa Kenakalan Remaja dalam Prespektif Ibnu Hazm dalam kenakalan remaja ini sangat Untuk menanggulanginya Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa dilakukan juga mampu mengatasi kenakalan remaja.


(7)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM...i

PERNYATAAN KEASLIAN...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI...iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...9

C. Tujuan Penelitian...9

D. Alasan Memilih Judul...10

E. Penegasan Judul ...11

F. Telaah Pustaka ...12

G. Metode Penelitian ...16


(8)

BAB II IBNU HAZM DAN POKOK PEMIKIRANNYA...20

A. Riwayat Hidup IbnuHazm………...20

B. Karya-karya IbnuHazm………...26

C. Konsep Etika Ibnu Hazm ...……..27

a. Membuang Kecemasan (Thard al-Hamm)...33

b. Ambisi Duniawi dan Kesombongan Diri...35

c. Kebajikan-kebajikan Utama...36

D. Pokok Pemikiran Ibnu Hazm tentang kemalangan Dan Kebahagiaan...41

1. Kemalangan Ibnu Hazm...41

2. Kebahagiaan Ibnu Hazm...42

E. Teori Mengenai Etika...………44

BAB III KEADAAN REMAJA KEDONDONG PASAR KECIL KELURAHAN TEGALSAR SURABAYA...52

A. KondisiWilayah Kedondong Pasar Kecil...52

a. Data jumlah Penduduk...…….………….52

b. Data Kondisi Keagamaan………...54

c. Data Kondisi Pendidikan……….. 54

d. Data Kondisi. Ekonomi………... ……..55

e. Lokasi Penelitian...56

B. Kenakalan Remaja Di Kedondong Pasar Kecil ...56

1. Pengertian Kenakalan Remaja...56

2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja...58

3. Sebab-Sebab Kenakalan Remaja...64


(9)

xii

BAB IV ANALISIS FAKTA TERHADAP KENAKALAN REMAJA

KEDONDONG PASAR KECIL MENURUT IBNU

HAZM...75

A Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja di Kedondong Pasar Kecil Menurut Ibnu Hazm……….75

B Cara Menanggulangi Kenakalan Remaja Kedondong Pasar Kecil MenurutIbnuHazm………...84

BAB V PENUTUP...93

A. Kesimpulan...93

B. Saran ...94

C. Rekomendasi………...95

DAFTAR PUSATAKA………97


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa peralihan, dan semua masa peralihan akan menimbulkan kegerahan dan kegelisahan. Dunia anak-anak yang riang baru saja ia lewati, tetapi pintu kedunia dewasa belum lagi terbuka. Jika kedua dunia itu ibarat lingkaran yang jelas dan mapan, maka dunia remaja merupakan dunia perbatasan yang mengandung ketidakpastiaan.1Dimana, seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai anak-anak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan

kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi

lingkungannya,orangtuanya.Kenakalan yang dilakukan biasanya disertai dengan unsur-unsur mental dan motif-motif subyektif, yang mencari satu obyek tertentu, disertai dengan tindak kekerasan dan agresi. Pada umumnya remaja tersebut sangat egoistis dan suka menyalah-gunakan harga dirinya sendiri.2

Memang perkembangan remaja sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain oleh faktor di dalam diri sendiri (endegon) dan faktor yang berasal

1Moh. Bisri,Jurnal At-Tarbawi Kajian Pendidikan Islam (Jurusan Tarbiyah STIAN Surakarta

vol 3 No 1 Mei-Oktober 2005) , 125


(11)

2

dari luar dirinya jika remaja memiliki komponen hereditas.3 Dan faktor konstitusi yang tidak menggembirakan kemudian dilengkapi oleh beberapa faktor yang berasal dari luar diri. Bergaul dengan orang lain merupakan kebutuhan hidup setiap orang yang normal dan merupakan kegiatan individu yang tidak dapat dielakkan. Sebagai remaja, pemuda yang berkembang dan bertumbuh dalam bidang kerohaniaan dan badaniah, maka pergaulan dengan

orang lain dapat merupakan salah satu sumber kebahagiaan dalam

kehidupannya. Memang kedudukan kawan dalam kehidupan seseorang dalam pentingnya, kadangkala dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan, tetapi tidak jarang pula dapat menjadi sumber penderitaan dan malapetaka dalam kehidupan seseorang.

Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa

mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan

lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.Kenakalan remaja bukanlah merupakan suatu masalah yang baru muncul kepermukaan, tetapi masalah ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau dan menjadi persoalan yang aktual hampir di semua negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia, dan masalah ini bukan hanya terjadi di wilayah perkotaan bahkan sekarang sampai ke wilayah pedesaan.4

3Hasan Basri,Remaja Berkualitas problematika Remaja Dan solusinya.(Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1995) 5


(12)

3

Masa remaja merupakan rentangan usia yang diliputi oleh ketidak stabilan jiwa anak, oleh karena itu berkaitan erat dengan kondisi lingkungan, akan tetapi kedua lebih dominan mendorong anak remaja menjadi delinkwesi.5 Kondisi lingkungan tersebut dapat bermula dari intern lingkungan keluarga, proses pendidikan di sekolah dan kelompok sosial. Lingkungan terdekat (keluarga) sebagai ajang hidup anak-anak yang ditandai dengan tidak ketidak harmonisan keluarga (broken home dan quasi broken home) serta beberapa kondisi lain yang tidak menguntungkan perkembangan mental anak, akan memberi dukungan kuat ke arah denlikwen. Kaitan lain adalah pergaulan yang tidak sehat dengan teman-teman sebaya, pendidik dan semua pihak yang terlibat dalam ikatan formal proses belajar mengajar di sekolah; juga di perkuat oleh kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Sejak Indonesia merdeka masalah kenakalan anak atau remaja belum menjadi persoalan yang begitu serius, akan tetapi sejak tahun 1956 ada dugaan bahwa kenakalan anak atau remaja mulai dirasakan menganggu ketentraman hidup masyarakat.6

Warga Kedondong Pasar Kecil yang merupakan bagian dari struktur masyarakat secara umum dituntut untuk bersama-sama dengan lembaga resmi yang berwenang seperti pihak polisi, pengadilan, lembaga pemasyarakatan wajib menanggulangi adanya tindak kejahatan sejauh mungkin.7Perkembangan remaja menuju kedewasaan tidaklah berjalan lancar, akan tetapi banyak mengalami rintangan. Besar kecilnya rintangan itu ditentukan oleh faktor-faktor

5Sudarsono,Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja.( Jakarta : Bina Aksara, 1989). 37 6Kartini, Kartono.Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Ibid. 101


(13)

4

yang mempengaruhi anak diwaktu kecil di rumah tangga dan lingkungan masyarakat dimana anak itu hidup dan berkembang. Jika pembinaan anak diwaktu kecil berjalan dengan baik, berarti anak selalu dapat kepuasan baik secara emosional maupun kepuasan fisik. (makanan, minuman dan lain-lain), maka perkembangan selanjutnya anak itu tidak akan banyak sekali persoalan-persoalan dalam penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya, sebab suatu fase perkembangan berjalan dengan sukses maka fase selanjutnya akan lebih mudah tugas-tugas tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya, terutama terhadap penyesuaian diri dalam masyarakat.8

Perbuatan-perbuatan seperti mengendarai kendaraan bermotor secara sewenang-wenang, pengguna obat-obatan terangsang, pengedar bahan-bahan pornografis, hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berasal dari golongan yang mampu.9Keabnormalan yang kerap kali timbul di kalangan remaja dewasa ini bertambah banyak dan semakin kompleks, problem sosial sebagai akibat langsung dari anak-anak banyak ragamnya dan sangat menghawatirkan. Penyalahgunaan narkotika mulai menjalar di kalangan anak-anak remaja. Angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun dan sesudah umur 25 tahun kasus kejahatan yang dilakukanoleh anak-anak delenquency.10Hasil dari kejahatan tersebut biasanya mereka menggunakannya untuk menunjang terpenuhinya sebagian kebutuhan hidup sekedar untuk mengejar kesamaan tingkat kehidupannya sendiri dengan kehidupan orang laindan kawan-kawan

8Sofyan S. Willis,Probema Remaja dan pemecahannya,(Bandung : Penerbit Angkasa, 1991), 8 9Sudarsono,Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Ibid.35

10Kartini kartono,Patologi Sosial 2; Kenakalan Remaja,( Jakarta : Raja Grafindo Persada,


(14)

5

sepermainannya. Ada pula yang hasil kejahatan tersebut dimanfaatkan untuk bersenang-senang sekedar untuk melahirkan rasa puas sebagai konpensasi situasi ekonominya, seperti: untuk berfoya-foya dengan makanan yang enak-enak, membeli pakaian yang berlebihan dan sebagai sumber keuangan untuk membeli zat-zat narkotika. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah terperosok kedalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik dan menurut apa yang menyenangkan waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat selanjutnya.11

Di Indonesia saat ini, masalah kenakalan remaja dirasa telah mencapai tingkat yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Kondisi ini memberikan dorongan yang kuat kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab mengenai masalah ini, seperti kelompok edukatif dilingkungan sekolah, pihak pemerintah sebagai pembentuk kebijakan dalam pembinaan generasi muda.Orang-orang yang menjadi masalah yang harus mendapatkan perhatian yang serius benar-benar terbukti hasilnya menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara kenakalan orang tua dan kenakalan remaja, baik itu yang dilakukan oleh ibunya atau oleh ayahnya.

Berdasarkan pada kenyataan ini, sangat dituntut peranan keluarga ataupun orang tua untuk mengarahkan anak-anak remaja, sehingga tidak terjerumus kearah kenakalan remaja. Disamping itu masyarakat juga harus turut berpartisipasi untuk mencegah timbulnya kenakalan remaja karena adalah kewajiban setiap orang untuk ikut berpikir dan bertindak mengarahkan


(15)

6

kehidupan para remaja untuk menjadi orang yang berguna bagi Bangsa dan Ncgara. Dalam hal ini turut pula peranan pihak kepolisian sebagai salah satu instansi yang paling berwenang dalam mengatasi dan mengantisipasi kenakalan remaja.

Dunia remaja pada belakangan ini sangat memprihatinkan khususnya di bidang moralitas. Banyak kasus yang ditangani oleh pihak kepolisian karena kelakuan remaja yang berada diluar garis moralitas remaja. Dalam kritik Akhlak, dapat dipahami bahwa sesungguhnya dalam kehidupan,kita tidak terlepas dari apa yang sudah ada dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak.Karena akhlak adalah salah satu predikat yang disandang oleh manusia, akhlak akan berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam sosial.

Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani hidup. Dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya dan berperilaku.

Merujuk pada permasalahan tersebut, obyek penelitian menjadi dua, yaitu; Obyek material dan Obyek formal. Obyek material adalah obyek secara langsung terkait kenakalan remaja suatu sikap yang tidak enak dipandang, dalam hal ini terkait langsung dengan kehidupan dilingkungan masyarakat Kedondong Pasar Kecil yang merasa terganggu dengan perilaku remaja termasuk dalam obyek ini adalah pandangan yang melatar belakangi sikap remaja meliputi: lingkungan keluarga, struktur sosial dan pendidikan.


(16)

7

Sedangkan obyek formal, pandangan dasar kelompok atau dalam salah satu fenomena dilihat dari keyakinan-keyakinan tentang struktur dan kaidah-kaidah-kaidah yang merupakan dari keutamaan itu ada ditengah-tengah antara berlebihan dan yang kekurangan yang kedua sisi tersebut adalah yang tercela, dan keutamaan diantara keduanya adalah yang terpuji, kecuali akal yang tidak melampui batas. Istilah Etika Ibnu Hazm yang di pakai untuk menunjukkan filsafat moral didalamnya lahir dari perasaan itu.12

Jika kenakalan remaja melebihi tindakan menyimpang yang dilakukan oleh remaja memang cukup sulit. Pertama yang harus dilakukan yaitu mengetahui spesifikasi masalah yang menjadi latar belakang fenomena kenakalan remaja. Adanya motivasi,dari orang tua, guru dan teman sebaya serta meningkatkan pendidikan moral dan keagamaan,13 untuk menjadi contoh yang harus diteladani oleh para remaja. Dari prespektif akhlak Ibnu Hazm, agar terhindar dari kenakalan remaja bisa membedakan antara baik dan buruk.14Zina, misalnya adalah perbuatan buruk, karena Al-Qur’an menyatakan bahwa zina itu perbuatan keji. Namun pada waktu yang sama, baik sesudah maupun sebelum Al-Qur’an diturunkan, akal budi manusia pun mengakui bahwa zina adalah

perbuatan keji.15

Remaja merupakan pemimpin masa depan suatu Bangsa. Di samping itu hal-hal yang menggembirakan dengan kegiatan remaja-remaja akhir-akhir ini seperti semakin aktif mengikuti organisasi antar pelajar dan peningkatan prestasi

12K. Bertens,Etika(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002), 225 13Sudarminta,Etika Umum(Yogyakarta : Kanisius, 2013), 52

14Ibnu Hazm,Al-Akhlaq was-siyar fi mudawati -nufus.(Beirut : Dar al-kutub al-ilmiyah) 56 15Ibnu Hazm,Al-Akhlaq was-siyar fi mudawati -nufus. Ibid.79


(17)

8

dan lain-lain,pula arus kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar, penyebaran narkotika16, pemakaian obat bius, minuman keras, pencurian yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun.Hal tersebut adalah suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini semakin marak, Oleh karena itu masalah kenakalan remaja seyogyanya mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja.

Penelitian akan menelusuri lebih jauh lagi permasalahan mengenai

“Kenakalan Remaja di Kedondong Pasar Kecil Kelurahan Tegalsari”. Bentuk-bentuk kenakalan remaja di daerah Kedondong Pasar Kecil 1 RT 17 RW 06 kelurahan Tegalsari, antara lain adalah mencuri sepeda motor, Narkoba Dan pembunuhan.

Pengaruh dari orang dewasa sangat kuat dalam meningkatnya kenakalan remaja di Kedondong Pasar kecil, karena memang banyak sekali orang-orang dewasa yang tidak bekerja, yang kerjanya hanya bermain Narkoba. Dari situlah menurut peneliti mengapa saat ini kenakalan remaja di Kedondong Pasar Kecil tidak bisa di tanggulangi. Beberapa kasus yang terjadi di daerah ini adalah kasus pencurian sepeda motor.

16Subagyo Partodiharjo,Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya.( Penerbit Erlangga,


(18)

9

Kasus terakhir yang ada di daerah ini adalah tertangkapnya Bandar togel, tertangkapnya penjual narkoba dan juga di bongkarnya oleh polisi rumah burung dara (bekupon) tahun 2010 yang dijadikan sebagai fasilitas perjudian. Dari kasus tersebut timbulah masalah kenakalan remaja yang sering menganggu adalah pencurian Sepeda Motor, Narkoba, dan Pembunuhan. Tidak hanya itu kenakalan remaja di daerah sini juga sangat di pengaruhi oleh lingkungan orang-orang dewasa yang banyak menjual narkoba. Berdasarkan uraian dari latar belakang yang permasalahan yang dipaparkan tersebut, peneliti tertarik pada nilai akhlak

dalam “Kenakalan Remaja yang akan diteliti di Kedondong Pasar Kecil

Kelurahan Tegalsari. B. Rumusan Masalah

Sebagaimana permasalahan yang diungkapkan di depan permasalahan dalam penelitian skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kenakalan remaja di Kedondong Pasar Kecil Kelurahan Tegalsari?

2. Bagaimana kenakalan remaja di Kedondong Pasar Kecil tersebut dilihat dari Prespektif teori Akhlak Ibnu Hazm?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi kenakalan remaja di Kedondong Pasar Kecil Kelurahan Tegalsari.

2. Untuk mengetahui kondisi kenakalan remaja di Kedondong Pasar Kecil tersebut dilihat dari prespektif teori Akhlak Ibnu Hazm.


(19)

10

D. Alasan Memilih Judul

Remaja merupakan pemimpin masa depan suatu Bangsa. Di samping itu hal-hal yang menggembirakan dengan kegiatan remaja-remaja akhir-akhir ini seperti semakin aktif mengikuti organisasi antar pelajar dan peningkatan prestasi dan lain-lain, pula arus kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar, dan juga di remaja kedondong Pasar Kecil sering kali kehilangan barang-barang sepeda dan ada juga anak-anak remaja di kedondong Pasar Kecil ini sering terjadi, Narkoba, Pencurian dan pembunuhan.

Mengapa memilih tokoh Ibnu Hazm akar dari semua keutamaan dan keburukan, ketaatan dan kemaksiatan adalah terkejutnya jiwa atau tenangnya jiwa, orang yang berbahagia adalah orang orang yang jiwanya tenang dalam keutamaan dan ketaatan serta lari dari keburukuran dan kemaksiatan, sedangkan orang yang sengsara adalah orang yang tenang jiwanya dalam keburukan dan kemaksiatan serta lari dari keburukan dan ketaatan.menurut Ibnu Hazm bahwa tujuan utama yang kehendak dicapai oleh manusia adalah menghindarkan diri dari kecemasan atau penderitaan serta jalan satu-satunya adalah beramal akhirat hanya karena Allah. Karena taat kepada merupakan bentuk dari segala keutamaan dan menjauhi keburukan merupakan jalan yang mulia yang telah Allah pilihkan untuk manusia. Tiada keutamaan kecuali tiada keburukan kecuali melakukan apa saja yang dilarang Allah.


(20)

11

E. Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul yang diambil oleh penulis, maka perlu sekiranya untuk memperjelas maksud dan pengertian yang terdapat pada judul tersebut.

Kenakalan Remaja: Kenakalan remaja sering disebut juga dengan Juvenile Delinquency17 ialah perilaku jahat (dursila) atau kejahatan anak-anak muda. Anak-anak muda yang jahat itu disebut juga sebagai anak cacat secara sosial

Juvenile berasal dari bahasa Latin “Juvenilus”, artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa remaja dan Delinquent berasal dari kata Latin

“Delinquent” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas lagi maknanya menjadi jahat.

Kemalangan dan kebahagiaan: serta menjauh dari perbuatan tercela dan kemaksiatan dan kebahagiaan orang yang suka mengerjakan keutamaan dan ketaatan kebahagiaan yang dihasilkan oleh sesuatu yang baik adalah kebahagiaan yang dihasilkan oleh sesuatu yang baik adalah kebahagiaan sebanyak mungkin orang, mungkin justru mengakibatkan kesengsaraan bagi jauh lebih banyak orang.Prespektif: Menurut, Pandangan, Tinjauan.18

Ibnu Hazm :Akhlaq was-siyar fi mudawati-nufus adalah sebuah risalah etika dari Ibnu Hazm yang berbicara mengenai perilaku utama moralitas, dan etika. Risalah ini ditulis pada sekitar tahun terakhir dari kehidupannya.Hal ini

17Bambang Mulyono,Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulannya.

( Yogyakarta : Kanisius, 1984), 22

18Hamzah Ahmad dan Nanda Santoso,Kamus Pintar Bahasa Indonesia,(Surabaya: Fajar Mulya,


(21)

12

bisa dilihat dari kematangan analisanya serta keluasannya dalam memaparkan beberapa informasi yang menunjukkan bahwa risalah ini tidak mungkin di tulis pada masa awal hidupnya atau pada masa hidupnya.aspek-aspek etika yang dikaji oleh ibnu hazm dalam risalahnya meliputi konsep akhlak.

F. Telaah Pustaka

Dalam Penelitian ini perlu adanya kajian Pustaka untuk membedakan antara penelitian ini dengan penulisan yang sudah ada, yaitu : buku, jurnal, skripsi atau sejenisnya yang pernah ditulis beberapa orang yang terdahulu. Adapun tulisan buku, jurnal atau Skripsi yang telah ada antara lain :

Pada tahun 2009 Wahyuni Rini, Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menulis skripsinya tentang

Kenakalan Remaja Yogyakarta” Dalam skripsi tersebut membahas tentang kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa MAN Godean Yogyakarta. Kenakalan remaja MAN godean Yogyakarta dapat digolongkan pada perilaku menyimpan yang berupa mengkonsumsi obat-obatan terlarang, seperti narkoba dan perjudian seperti yang dilakukan mereka bersama-sama (6 siswa) pada jam sekolah atau diluar jam sekolah.19

Dan dalam skripsi tersebut juga dibahas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja di MAN Godean Yogyakarta baik secara internal memberikan dampak berupa gangguan berfikir, sehingga berdampak pada ketidakstabilan emosi/perasaan. Sedangkan secara eksternal kenakalan

19Rini Wahyuni,Kenakalan Remaja di MAN Gadean Yogyakarta.(Fakultas:


(22)

13

siswa banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun mendominasi pengaruh kenakalan siswa yang terjadi adalah sisi eksternal.

Pada tahun 2000, Fathur Rozi, Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Menulis skripsinya tentang”

Keluarga Sakinah Sebagai upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja: Tinjauan Psikologi Agama. Masa remaja merupakan fase transisi penuh kegelisahan dan kebingungan, keadaan tersebut disebabkan pengaruh perkembangan dan pertumbuhan yang dirasakan sangat cepat berlangsungnya perubahan sosial.Karena pada masa ini, anak mulai aktif dan energinya serba lengkap. Energi yang berlebihan menyebabkan hal-hal yang negatif misalnya dorongan seksual, rasa ingin mencoba, suka ribut dan sering melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum, norma serta sulit untuk diatur.20

Pada dasarnya kenakalan remaja bukanlah suatu masalah sosial yang hadir pada sendirinya tetapi permasalahan kenakalan remaja muncul karena dilatar belakangi dari beberapa keadaan bahkan mendukungnya, di antara salah satunya adalah sebuah kehidupan keluarga.Karena anak kurang perhatian baik dari ayah maupun ibu. Sehingga anak akan mengalami depresi dan akan cenderung mencari perhatian dengan bertindak nakal.

20Fathur Rozi,Keluarga Sakinah sebagai upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja: Tinjauan Psikologi Agama.(Fakultas: Ushuluddin, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Jurusan. Aqidah Filsafat, 2000), 17


(23)

14

Pada Tahun, 2002. Kartijo, Jurusan Perbandingan agama, Fakultas Ushuluddin.IAIN Sunan Ampel Surabaya.Menulis skripsinya tentang “Studi Kenakalan remaja dan Solusinya di desa bedahan”kenakalan remaja umumnya terjadi sebagai dampak sampingan dari pendidikan massal yang tidak menekankan pendidikan watak dan kepribadian anak, kurangnya usaha orang tua dalam menanamkan moralitas dan keyakinan beragama pada anak-anak muda dan kurang ditumbuhkannya tanggung jawab sosial pada anak-anak remaja.21

Tingkah laku para remaja yang jahat, imoril dan anti sosial akan banyak menimbulkan reaksi kejengkelan dan kemarahan dikalangan masyarakat dan jelas akan merugikan umum. Oleh karena itu, harus diberantas atau tidak boleh

dibiarkan berkembang di masyarakat demi ketertiban, keamanan dan

keselamatan masyarakat warga. Tindak kenakalan dan kejahatan anak remaja banyak menimbulkan kerugian material dan kesengsaraan batin seseorang baik pada para korbannya. Oleh karena itu. Masyarakat dan pemerintah dipaksa pula untuk melakukan tindakan preventif dalam mengadakan penanggulangan kenakalan remaja dan juga mengadakan kuratif dalam menanggulangi kenakalan remaja.

Ahmad Tajuddin Arafat, Jurnal Analisa Volume Juni 2013.“Filsafat Moral Ibnu Hazm Dalam Kitab Al-Akhlaq Was-Siyar Fi Mudawati Nufus.”Tidak didefinisikan oleh ibnu Hazm secara formal, karena menurutnya intelegensi berkaitan erat dengan pengetahuan dan tugas yang dibebankan

21Kartijo,Studi Kenakalan remaja dan Solusinya di desa bedahan.(Fakultas:


(24)

15

kepada manusia yang berakal untuk mencari kebenaran dan kebahagiaan.Karena akal diperuntukkan untuk mengamalkan ketaatan dan kebajikan serta menjauhkan diri dari kemaksiatan dan keburukan.Sedangkan lawan dari intelegensi adalah ketololan dan kebodohan, dan diantara keduanya adalah kelemahan berpikir.22

Pada Tahun, 2015. Muhammad Zunal Aulawi. Jurusan AS, Fakultas Syariah.UIN Wali Songo Semarang.Menulis skripsinya tentang Analisis Pemikiran Ibn Hazm.Tentang Konsep Keadilan dan Poligami.Tetapi kita tidak boleh salahkan wanita saja apabila mereka menolak poligami.Ini karena lelaki yang berpoligami juga ada potensi menjadi penyebab fitnah ke atas sistem poligami yang dibenarkan Islam ini apabila gagal menjalankannya dengan baik.Sebenarnya, hikmah poligami adalah sangat berasas dan memenuhi fitrah kejadian manusia.Poligami juga adalah sebuah keterpaksaan untuk menghadapi permasalahan dan solusi dalam pelbagai masalah.Coba bayangkan jika Islam tidak membenarkan poligami, pasti sudah tentu kehidupan sosial akan menjadi tunggang-langgang dan tidak beretika.Dalam Keadilan dengan harus bisa merasakan untuk keadilan semata.23

Adapun Skripsi / Penelitian yang penulis lakukan adalah “Kenakalan Remaja Di Kedondong Pasar Kecil Kelurahan Tegalsari Kota Surabaya Dalam Prespektif Ibnu Hazm”masih belum ada yang membahasnya. Dalam

22Ahmad Tajuddin Arafat,Filsafat Moral Ibnu Hazm Dalam Kitab Al-Akhlaq Was-Siyar Fi Mudawati Nufus.(Jurnal Analisa IAIN Walisongo, Semarang Volume Juni 2013), 26

23Muhammad Zunal Auwali.Analisis Pemikiran Ibnu Hazm.(Fakultas : Syariah UIN


(25)

16

Skripsinya Atika Oktaviani Palupi, Berjudul “Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja Pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal.24Salah satu penyebab kenakalan remaja yaitu kegagalan remaja untuk mengembangkan kontrol diri hal cukup dalam tingkah laku. Menurutnya, beberapa anak gagal mengembangkan kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selain proses pertumbuhan kebanyakan mereka telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak diterima atau mungkin sebenarnya mereka yang dilakukan oleh penyebab kenakalan remaja adalah terutama, Narkoba dan juga suka minuman keras. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah Kenakalan Remaja menurut Prespektif Ibnu Hazm

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian yang dimaksudkan adalah penelitian yang menggunakan metode studi lapangan. Maksudnya metode studi lapangan di sini bahwa penulis mengumpulkan data melalui observasi, wawancara secara mendalam, serta dokumentasi berdasarkan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan. 2. Penelitian Kualitatif

“kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.”Penelitian kualitatif menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin

24Atika Oktaviani Palupi,Pengaruh Religius Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal( Fakultas: Sosial, Jurusan: Sosiologi Agama. 2010), 12


(26)

17

dalam dan detail data yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini.

Selain itu, hasil penelitian ini bersifat subjektif 25sehingga tidak dapat digeneralisasikan. Secara umum, penelitian kualitatif dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Melalui metode ini, peneliti akan menganalisis data yang didapatkan dari lapangan dengan detail. Peneliti tidak dapat meriset kondisi sosial yang diobservasi, karena seluruh realitas yang terjadi merupakan kesatuan yang terjadi secara alamiah. Hasil dari penelitian kualitatif juga dapat memunculkan teori atau konsep baru apabila hasil penelitiannya bertentangan dengan teori dan konsep yang sebelumnya dijadikan sebagai kajian dalam penelitian suatu kesimpulan dan menuju ke teori.

3. Sumber Data

Penulis mengklasifikasikan sumber data menjadi dua, sebagai berikut: a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian,

sehingga dapat memperoleh data yang konkret pada objek yang akan diteliti.

b. Data sekunder adalah data-data dari kepustakaan yang diperoleh dari buku, jurnal, majalah maupun sumber lain yang dapat menunjang refrensi dalam pembahasan.

25Ismail Nawawi,Metode Penelitian Kualitatif.(Jakarta : Dwi pura Pustika Jaya, 2012),


(27)

18

4. Teknik pengumpulan data

a. Metode observasi yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk turun ke lapangan dengan cara mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, dan peristiwa.26

b. Metode wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada wawancara secara mendalam, yang bertujuan untuk memahami persepsi, perasaan, dan pengetahuan orang terhadap masalah yang akan diteliti.

5. Metode Analisis Data

Hasil penelitian akan diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif yaitu mendeskrepsikan mengenai Kenakalan Remaja Di Kedondong Pasar Kecil Kelurahan Tegalsari, Kota Surabaya Dalam Prespektif Ibnu Hazm.

b. Analisis kefilsafatan yaitu menganalisis teori tentang Pemikiran Ibnu Hazm tentang kemalangan dan kebahagiaan yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan yang dilakukan dalam mengalami kenakalan remaja secara menyeluruh dan mendalam. Dengan menggunakan metode-metode kefilsafatan yakni gaya edukatif, maksudnya memberikan penjelasan

26M. Djunaidi Ghony Dan Fauzan Almanshur,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:


(28)

19

secara teratur dan sistematis tentang seluruh bidang filsafat, atau salah satu bagian yang telah dihasilkan oleh ilmu pengetahuan yang telah ada.27 G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I, merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, Alasan Memilih Judul, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II, menjelaskan tentang biografi Ibnu Hazm, yaitu tentang konsep Etika Ibnu Hazm, Pokok Pemikiran tentang Kemalangan Dan Kebahagiaan dan teori-teori Etika umum.

Bab III, Keadaan Remaja Kedondong Pasar Kecil, Kelurahan Tegalsari Kota Surabaya.

Bab IV, Analisis fakta terhadap Kenakalan Remaja Di Kedondong Pasar Kecil Menurut Ibnu Hazm.

Bab V, Tentang penutup, yang meliputi kesimpulan dari seluruh pembahasan sebelumnya, saran-saran, dan rekomendasi


(29)

20

BAB II

IBNU HAZM DAN POKOK PEMIKIRANNYA

A.

Riwayat Hidup Ibnu Hazm al-Andalusy

Tokoh yang bernama lengkap Abu Muhammad Ali bin Abi Ahmad bin

Sa’id bin Hazm bin Galib bin Shalih bin Khalaf bin Ma’dan bin Sufyan bin Yazid

bin abu Sufyan binj Harb bin Umayyah bin Abd Syams al-Umawi, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Hazm al-Zahiri ini lahir di Corvoda pada Rabu, 30 Ramadhan 384 H/7 November 994 M.1 Sebelum terbitnya matahari pada masa Hisyam Muayyad yang memerintah pada usia 10 tahun setelah Hakam al-Muntashir. Kakeknya, Yazid, adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari

garis kakeknya dan berasal dari Persia. Sedangkan Khalaf bin Ma’dan adalah

kakeknya yang pertama kali masuk Negeri Andalusia bersama Musa bin Nusair dalam bala tentara penaklukan pada 93 H, sehingga dari garis nasabnya dapat diketahui bahwa ia mempunyai garis keturunan yang berasal dari keluarga Persia.

Ibnu Hazm tumbuh berkembang dan dewasa sebagai putra dari seorang menteri di bawah pemerintahan al-Manshur bin Abu ‘Amir, dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan kenikmatan, kesenangan dan kemewahan. Sebuah kondisi yang wajar dialami oleh putra-putra para menteri dan pejabat. Ibnu Hazm bersama keluarganya bermukim di Montlisin (kini disebutMontijar, dikawasan

1Muhammad Abu Zahra mengatakan : sangat jarang sekali terjadi dalam biografi seorang alim

besar yang yang dapat diketahui tempat dan tanggal lahirnya secara jelas, baik dalam bentuk tahun, bulan, tanggal maupun harinya dengan jelas. Karena biasanya seorang alim itu lahir dalam kondisi yang biasa dan wafatnya dalam keadaan terkenal, sehingga lebih banyak diketahui masa wafatnya dari pada masa lahirnya. Dan hal itu berbeda dengan Ibnu Hazm mencatat waktu dan tanggal lahirnya sendiri dengan detail.Ibid.54


(30)

21

Huelva, Andalusia bagian barat daya) yang terletak dalam wilayah Nielbia. Ibnu Hazm melukiskan kehidupannya yang penuh dengan kemewahan itu dalam karya Thauq al-Hamamahyang menggambarkan tentang keluasan rumah yang dipenuhi para pelayan dan wanita-wanita yang mempelajari dan menghafal Al-Qur’an di

dalamnya 2 Sang ayahandalah, seperti kebiasaan pada masa itu, yang menjadi guru pertamanya.

Namun, kenikmatan dan kemewahan yang dirasakan oleh Ibnu Hazm bersama keluarganya tidaklah berlangsung lama. Segala cobaan, fitnah dan kekerasan hidup telah menimpanya, terutama ketika terjadi pergantian pemerintahan dari suatu penguasa ke penguasa lainnya. Ibnu hazm bersama keluarga merasakan pahit getir kehidupan, terutama pada awal masa mudanya.

Selain itu beragam cobaan dan fitnah terus menimpanya, seperti yang

terjadi pada bulan Dzulqa’dah 401 H yaitu saudara satu-satunya yang bernama Abu Bakar meninggal dunia karena sakit, kemudian disusul oleh ayahnya yang meninggal pada tahun 402 H, lalu disusul lagi oleh pelayan perempuannya yang bernama Na’ma yang meninggal pada tahun 403 H. yang kala itu sedang

diguncang prahara perang saudara dan menetap di Almera dan Jativa.

Walaupun Ibnu Hazm dalam masa mudanya banyak mengalami manis getirnya kehidupan namun dalam hal keuangan, ia masih dikatakan sebagai orang yang beruntung . karena kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya, ketika masih menjabat sebagai menteri, masih cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sehingga ia tidak perlu sibuk untuk bekerja da mencari uang guna memenuhi


(31)

22

kebutuhannya. Abu Zahra menggambarkan bahwa kekayaan Ibnu Hazm sama persisnya dengan kekayaan yang dimiliki oleh Imam Abu Hanifah menjadi orang kaya karena hasil dari perdagangannya, tetapi Ibnu Hazm menjadi orang kaya karena harta yang ditinggalkan oleh keluarganya.

Ibnu Hazm memiliki karakter dan perilaku luhur sebagai ahli agama yang mulia dan berilmu dimana banyak dikaji dan di diskusikan karya-karyanya. Adapun karakter pribadi yang dimiliki Ibnu Hazm3seperti halnya :

- Ibnu Hazm menguasi berbagai karya tokoh (sahabat, tabi’in dan

lainnya) beserta dalil dan argumentasinya serta mampu mendialogkan-nya dengan dikursus pemikiran para Ulama’ dan Fuqaha’ sezaman -nya.

- Ibnu Hazm juga hebat dalam menghapal hadis-hadis nabawi beserta runtutan sumbernya. Sehingga ia termasuk dalam golongan al-Huffadz al-kibar dalam keilmuan hadis.

- Ibnu Hazm memiliki keluruhan budi dan ketulusan dalam

mengamalkan ilmunya serta kesucian jiwa.

- Ibnu Hazm terkenal tegas dalam mengatakan kebenaran (al-haqq), tidak memperdulikan pandangan orang, apakah mereka suka atau benci.

- Ibnu Hazm dikenal tegas dan tajam dalam beragumentasi serta keras

dan tajam dalam mengkritik lawannya. Para Ulama’ mengatakan :


(32)

23

bahwa lisan Ibnu Hazm sangatlah tajam seperti tajamnya pedang Hajjaj bin Yusuf.

- Ibnu Hazm memiliki keahlian dan keindahan dalam membuat bait-bait

syi’ir ataupun kalam natsar. Hal ini dibuktikan dengan karyanyaThauq al-Hamamahyang bercerita tentang cinta.4

Ibnu Hazm wafat pada hari Ahad, dua hari terakhir pada bulan Sya’ban

456 H. 1064 M. Dengan umur 71 tahun 10 bulan 29 hari dipadang Labbah, sebuah desa di bagian barat Andalusia di Selat laut Besar Namun ada yang mengatakan bahwa beliau meninggal di desa kelahirannya, Monlisam.

Setelah total keluar dari dunia politik. Ibnu Hazm memulai karir keilmuannya kembali dengan mengembara untuk belajar fiqh, hadis, logika, dan keilmuan lainnya. Perjalanan intelektualnya dimulai dari beberapa kota di Andalusia, seperti Corvoda, Almeria, Hish al-Qashar, Valencia, Syatibi, Qairuwan dan Sevilla. Disamping itu juga, ia pernah berkunjung ke Maroko untuk belajar

hadis dan Fiqh dengan sejumlah ulama’ disana, karena Maroko pada masa itu

terkenal dengan keilmuan Hadis dan Fiqh. Ketika di Maroko, Ibnu Hazm juga bertemu dengan tokoh Malikiyyah terkenal yaitu Abu al-Walid al-baji dan sempat terjadi perdebatan yang panjang di antara mereka.5

Ibnu Hazm, dalam khasanah fiqh. Pertama kali mempelajari fiqh Mazhab Maliky, seperti al-Muwattha’ yang menjadi mazhab resmi pada masa itu, yaitu

Daulat Bani Umayya. Kekagumannya akan Imam Malik tidak akan merubah pendiriannya akan mencari kebenaran dalam beragama, sehingga menuntunnya

4Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,60 5 Ibnu Hazm,Thauq al-Hamamah. ibid,113


(33)

24

untuk berpindah ke Mazhab Syafi’i. Pandangan Imam Syafi’i memiliki kekhasan

dan ketegasan dalam berpegang teguh pada an-nushush as-syari’iyyah. Namun belakangan, Ibnu Hazm kembali berpindah mazhab dari mazhab syafi’i ke

mazhab dawud al-Asbihany pencetus Mazhab Zahiri dan murid Imam Syafi’i

yang mengajak pada ketegasan dalam berpegang teguh pada an-nushush semata serta menolak qiyas, Istishan, Maslahah Mursalah. Sehingga pada akhirnya, ia sendiri melepas semua jubah ke mazhabannya dan berijtihad dengan metode ijtihadnya sendiri.6

Perpindahan Ibnu hazm dari satu mazhab fiqh ke mazhab lainnya merupakan gambaran jelas atas apa yang selama ini dicarinya yaitu sebuah kebenaran dalam beragama serta berdasarkan pada jiwa bebas berpikir dan kritis terhadap ilmu pengetahuan, bukan hanya dalam bentuk perpindahan yang

semata-mata karena talfiq ataupun taklid buta kepada para Imam mazhab, Tabi’in maupun

sahabat, sedangkan yang wajib diikuti dan ditaati hanyalah Allah Swt dan Rasulullah saw. Ibnu Hazm juga berkata: saya mengikuti kebenaran dan berijtihad, saya tidak terikat oleh suatu mazhab apapun.7

Perjalanan intelektual Ibnu Hazm tidaklah selalu berjalan mulus dan lancar tanpa halangan. Tetapi banyak rintangan dan cobaan yang diterimanya, seperti tragedi pembakaran atas tulisan atau kitab karyanya oleh pihak-pihak yang kurang setuju dengan cara bermazhab dan ijtihadnya, sebagaimana yang dilukiskan

olehnya sendiri dalam bait syi’ir :“kalian mampu membakar kertas (kitab), tetapi

6Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,20

7Izzudin ibn Abdussalam berkata : saya belum pernah melihat karya sebanding al-muhalla milik


(34)

25

kalian tidak akan bisa membakar orang yang memiliki kertas (kitab) itu, karena ia dalam diriku8’’

Selain itu, Ibnu Hazm juga sering mendapatkan hujatan ataupun cercaan

dari para ulama’ dan Fuqaha’, baik dimasanya maupun masa setelahnya. Hal tersebut terjadi karena Ibnu Hazm memiliki ciri khas dan konsep sendiri dalam

berijtihad yang berbeda dengan para ulama’ lain. Sehingga ada rasa keengganan

bagi seorang untuk mengambil riwayat darinya dan hal ini jelas berwatak politis dari pada akademis atau ilmiah.

Ibnu Hazm belajar banyak dari pada Ulama’ yang memiliki leluasan

pengetahuan dalam agama semisal Hadist, fiqh, Logika dan lainnya. Adapun-diantara guru-gurunya adalah :

- Dalam hadis : Ahmad bin Muhammad al-Jaswar, guru pertama Ibnu Hazm, al-Hamdani dan Abu Bakar Muhammad bin Ishaq

- Dalam Fiqh : Ali Abdullah al-Azdy, al-Faqih Abu Muhammad Ibnu Dahun al-Maliky dan Abu al-Khayyar Mas’ud bin Sulaiman bin

Maflat al-Zahiry.

- Dalam logika danAkhlaq :Muhammad bin al Hasan al-Madzhaji, Abu al-Qasim Abdurrahman bin Abu al-Husain al-Farisi, sahabat sekaligus guru panutan Ibnu Hazm, Abu Muhammad ar-Rahuni dan Abdullah bin Yusuf bin Nami.9

Adapun murid-murid Ibnu Hazm yang terkenal diantaranya adalah : putranya sendiri Abu Rafi’, kemudian Muhammad bin Abu Nashr al-Humaidi

8Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,70 9Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,57


(35)

26

yang menyebarkan mazhab Zahiri ke masyriq setelah Ibnu Hazm wafat serta al-Qadhi Abu al-Qasim sa’id bin Ahmad al-Andalusi dan masih banyak yang lainnya. Ibnu Arabi sang sufi juga termasuk dari penerus generasi Zahiry setelah wafatnya Ibnu Hazm.10

B. Karya-Karya Ibnu Hazm al-Andalusy

Al-Fadhl Abu bakar Rafi’ mengatakan bahwa karya ayahnya (Ibnu Hazm)

di bidang Fiqh, Hadist, Ushul dan lainnya sebanyak 400 jilid atau secara keseluruhan berjumlah 80.000 lembar. Namun hanya sebagian yang dapat terlacak, karena kitab-kitabnya pernah dibakar oleh penguasa yang zalim kepadanya. Diantara kitab-kitab yang terlacak dan terkenal sebagai magnum opus-nya11adalah :

1. Al-Ihkam fi ushul al-Ahkam, kitab ini berbicara tentang ushul Fiqh Zahiry, terdiri dari 2 jilid yang didalamnya ada 8 juz

2. Al-Muhalla bi al-Atsar,terdiri atas 11 jilid tebal, tentang Fiqh beserta argumentasi-nya kitab ini merupakan karya terakhir Ibnu Hazm.

3. Al-Fasl fi al-Milal wa al-Ahwa’wa al-Nihal, kitab yang berbicara mengenai sekte-sekte, mazhab dan agama-agama.

4. Thauq al-Hamamah fi Ulyah wa al-Ullaf,kitab yang berbicara tentang cinta dan para pecinta, ditulis di kota Syathibi sekitar tahun 418 H. Menjadi karya Ibnu Hazm yang banyak di kaji di eropa. Dan masih banyak karya yang lainnya.

10Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,56 11Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,57


(36)

27

5. Al-Akhlaq was-siyar fi mudawati-nufus. Kitab yang berisi prinsip-prinsip akhlak utama dan solusi bagi pengobatan jiwa menuju kebahagiaan dan kesempurnaan.

C. Konsep Etika Ibnu Hazm al-Andalusy

Al-Akhlaq was-siyar fi mudawati-nufus adalah sebuah risalah etika dari Ibnu Hazm yang berbicara mengenai perilaku utama, moralitas, dan etika. Risalah ini ditulis pada sekitar tahun terakhir dari kehidupannya. Hal ini bisa dilihat dari

kematangan analisanya serta keluasaannya dalam memaparkan beberapa

informasi yang menunjukkan bahwa risalah ini tidak mungkin ditulis pada masa awal hidupnya atau pada masa mudanya. Aspek-aspek etika yang dikaji oleh Ibnu Hazm dalam risalahnya meliputi konsep akhlak, metode dalam mempertingkatkan akhlak terpuji dan pandangannya dalam menyatakan tentang penyakit akhlak beserta pengobatannya.12

Banyak pengamat yang mengkaji dan menerjemahkan risalah ini dalam berbagai bahasa. Risalah ini pertama kali dipublikasikan di Mesir oleh Mahmud al-Hattab pada 1908 M. Dan diedit oleh Ahmad Omar al-Mahmasani, serta diterjemahkan pula dalam bahasa Spanyol oleh Miguel Asin Palacios dengan judul Los Caracteresy la Conducta dan tersimpan di Madrid pada 1916 M. Disamping kedua tokoh tersebut, Ihsan Abbas juga memuat karya ini dalam

Rasa’il Ibnu Hazm pada 954 M serta yang terakhir terdapat Sayyidah Nadya dari Libanon yang berhasil menerjemahkan ke dalam bahasa Persia pada 1967 M.


(37)

28

Menyatakan bahwa risalah ini merupakan risalah yang penting tentang etika Ibnu Hazm. Selain itu, ia juga memuji metode Ibnu Hazm dalam penggunaan analisis diri dalam risalahnya sebagaimana yang dilakukan oleh al-Ghazali, St. Agustinus.13

Menurut Abu Zahra bahwa Ibnu Hazm dalam menulis risalah ini setidaknya menggunakan dua sumber, yaitu : unsur-unsur filsafat Yunani yang dapat dilihat dari pembahasannya mengenai keutamaan (fadhilah) yang bersifat moderasi (jalan tengah) seperti halnya filsafat etika Ibnu Hazm. Ibnu Hazm berkata :

keutamaan itu ada ditengah-tengah antara yang berlebihan dan yang kekurangan yang kedua sisi tersebut adalah yang tercela, dan keutamaan di antara keduanya adalah yang terpuji, kecuali akal yang tidak melampaui batas didalamnya14”.

Sedangkan, unsur kedua adalah eksperimen diri yang dialami oleh Ibnu Hazm beserta lingkungannya yang kemudian disandarkan pada penalaran dan nilai-nilai keagamaan bahwa filsafat moral yang ditulis oleh Ibnu Hazm merupakan gambaran atas situasi dan kondisi yang sangat tercela yang sangat kacau. Ia menulis refleksi moral yang ditawarkannya oleh di maksudkan agar dipelajari dan dijadikan petunjuk dalam rangka memperbaiki moral dan mengobati jiwa mereka. Setidaknya yang disajikan dari filsafat moralnya Ibnu

13Muktafi Sahal,Kebahagiaan Dalam Prespektif Moral.(Akademika, vol. 15, No. 1,

September 2004. Penulis adalah dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya.), 133


(38)

29

Hazm dalam risalah al-Akhlaq was-siyar fi mudawati-nufus,disamping penjelasan pada akhir mengenai etika mencari ilmu.15

Ibnu Hazm menyatakan bahwa salah satu di antara empat kebajikan utama, adalah intelegensi. Intelegensi tidak didefinisikan secara formal oleh Ibnu Hazm, namun sangat berkaitan dengan tugas utama yang dibebankan kepada manusia berakal mencari pengetahuan dan hakikat dan kebenaran. Menurutnya, kenikmatan yang pernah dialami oleh manusia secara umum. Untuk itu, Ibnu Hazm memberikan penjelasan bagaimana usaha mencari ilmu yang baik dan benar. Ibnu Hazm menyatakan bahwa ketika mencari ilmu dalam suatu majlis hendaknya diniati untuk sungguh-sungguh mencari ilmu dan mencari ridha Allah. Sehingga dengat niat itu maka akan bertambahlah segala kebaikan dalam segala hal. Namun, jika kedatangannya tanpa adanya niat sebagaimana diatas, maka berdiam diri di rumah itu lebih baik dan lebih mulia.

Selain itu, Ibnu Hazm menyatakan bahwa ada tiga sikap yang baik dalam menghadiri suatu majlis ilmu, yaitu16:

1. Bersikap diam sebagaimana diamnya orang yang bodoh. Sikap ini menghasilkan pahala karena niat mencari ilmu serta kemuliaan atas majlis ilmu.

2. Bertanya sebagaimana pertanyaannya orang yang belajar. Yaitu bertanya mengenai sesuatu yang belum diketahui bukan sesuatu yang telah diketahui. Karena bertanya tentang sesuatu yang telah diketahui merupakan sikap yang bodoh, menyia-nyiakan waktu, dan merugikan bagi

15Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siya. Ibid,63 16Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siya, Ibid.64


(39)

30

diri sendiri dan orang lain, serta bahkan dapat mendatangkan permusuhan. Jika pertanyaan yang dilontarkan telah terjawab maka cukuplah baginya. Namun, jika jawabannya masih belum memuaskan maka perjelaslah pertanyaannya. Sikap ini menghasilkan pencerahan dan tambahan ilmu selain pula pahala niat belajar dan memuliakan atas majlis itu.17

3. Berkomentar sebagaimana komentarnya orang alim, yaitu mengomentari jawaban dengan kritikan yang jelas. Jadi jika seseorang tidak menjawab dengan jawaban yang kurang jelas adalah lebih baik. Karena apabila hal itu dipaksakan maka yang ada hanyalah permusuhan dan kemadratan serta menunjukkan bahwa orang itu kurang agamis, suka hal-hal yang berlebihan, dan lemah nalarnya.18

Jika keduanya dapat terpenuhi maka ia telah mendapatkan dua keutamaan secara bersamaan. Namun, jika ia hanya berilmu tanpa beramal maka ia mendapatkan kebaikan dalam belajar saja. Beberapa pandangan filsafat moral yang disampaikan Ibnu Hazm dala risalahnya pada dasarnya berangkat dari kajian-kajian filosofis serta hasil dari eksperimen dalam kehidupannya dalam memahami tingkah laku dan moralitas masyarakatnya.19 Sebagaimana para moralis lainnya, Ibnu Hazm menyatakan bahwa tujuan utama hidup manusia adalah usaha untuk menghilangkan kecemasan dan bersikap moderat 20 (jalan

17Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siya, Ibid.154 18Ibid,154

19Ibid,155 20Ibid,156


(40)

31

tengah) dengan tujuan akhirnya adalah kebahagiaan ukhrawi melalui ketaatan terhadap norma-norma agama.21

Ibnu Hazm mengajarkan bahwa kebajikan dapat bersumber dari filsafat, eksperimen, maupun agama kesucian jiwa merupakan kebajikan utama yang tersusun dari keberanian (an-najdat),22 kedermawanan jud), keadilan

(al-a’dal) dan intelegensi (al-fahm)23 yang mana paparkan dalam merupakan kebajikan yaitu :

a. Keberanian (an-najdat) : usaha seseorang untuk merelakan kematiannya demi agama, kaum wanita, tetangga yang teraniaya, orang yang tertindas yang membutuhkan pertolongan, ketidakadilan dalam pembagian harta, kekayaan serta kehormatan, dalam segala hal yang baik-baik tanpa memandang apakah lawannya itu sedikit atau banyak. Sedangkan kebalikan dari keberanian adalah ketakutan/pengecut dan gegabah/ sembrono. Selain itu, definisi keterjagaan diri adalah menahan diri dari pandangannya mata dan segala anggota tubuh atas sesuatu yang tidak halal baginya. Sedangkan lawan dari keterjagaan diri adalah kefasikan/ pencabulan dan kelemahan.

b. Kedermawaan (al-jud) : menafkahkan kelebihan harta demi kebajikan, terutama untuk menolong tetangga yang membutuhkan, orang miskin, orang terlantar, dan orang-orang yang membutuhkannya. Mencegah keutamaan semua itu merupakan kekikiran, serta memberikan dalam berbagai keadaan merupakan kekikiran, serta memberikan dalam berbagai

21Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siya, Ibid.157 22Ibid,158


(41)

32

keadaan merupakan pemborosan. Sedangkan kemurahan hati dalam memberikan apa yang kita miliki kepada orang-orang yang benar membutuhkan dari pada kita adalah lebih baik dari kedermawanan itu sendiri.

c. Keadilan (al-a’dal) : didefinisikan sebagai memberikan dan mengambil hak sesuai dengan apa yang seharusnya. Sebaliknya ketidak adilan

(al-ja’u) adalah mengambil hak tanpa memberikan apa yang seharusnya menjadi hak orang lain. Kemuliaan (al-karam) adalah memberikan apa yang menjadi haknya kepada orang lain secara bebas, sementara ia sendiri siap untuk mengorbankan haknya sekalipun sebenarnya ia mampu mengambilnya. Selain itu, keutamaan (alfadhl), ini juga merupakan kebajikan yang sama dengan kedermawan. Setiap kedermawan adalah kemuliaan dan keutamaan, dan setiap kemuliaan dan keutamaan bukanlah kedermawan. Jadi, keutamaan lebih umum dan kedermewaan lebih khusus.

d. Intelegensi(al-fahm): didefinisikan oleh Ibnu Hazm secara formal, karena menurutnya intelegensi berkaitan erat dengan pengetahuan dan tugas yang di bebankan kepada manusia yang berakal untuk mencari kebenaran dan kebahagiaan. Karena akal diperuntukkan untuk mengamalkan ketaatan dan kebajikan serta menjauhkan diri dari kemaksiatan dan keburukan. Allah

berfirman “sekitarnya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan


(42)

33

menyala. Sedangkan lawan dari intelegensi adalah ketololan dan kebodohan, dan diantara keduanya adalah kelemahan berpikir.

Setelah memaparkan apa tujuan utama dari perbuatan manusia, yakni tehindar dari kecemasan. Kemudian Ibnu Hazm memberikan solusi terbaik untuk usaha tersebut, yakni dengan hanya kembali menghadap Allah melalui berbuat kebajikan demi akhirat. Menyatakan bahwa ide penegasan yang akan diutarakan Ibnu Hazm yaitu dalam memaparkan dalam uraian Membuang Kecemasan (Thard-al-Hamm), ambisi duniawi dan kesombongan, kebajikan utama yaitu :

a. Membuang Kecemasan (Thard al-Hamm)

Secara umum, pandangan etika yang ditawarkan oleh Ibnu Hazm pada bagian-bagian awal berbicara mengenai apa sebab utama dari segala penyakit

moral adalah rasa “tamak”. Rasa yang selalu menggerakkan manusia untuk

mendapatkan kenikmatan dari sesuatu yang dicapainya, baik secara materi maupun spiritual. Namun segala apa yang ia cari dan ia pegangi terkadang muncul

dan hilang, sehingga akhirnya yang tersisa dalam dirinya hanyalah “kecemasan”.

Oleh karena itu, bagi Ibnu Hazm usaha untuk menghilangkan kecemasan/ penderitaan/ kegelisahan merupakan hal yang utama dalam perbaikan moral.24

Dengan demikian, semua usaha yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk menghilangkan kecemasan. Jadi, mereka mencari kekayaan agar mereka terhindar dari kecemasan akan kebodohan ; mencari kekayaan agar menghindar dari kecemasan akan kemiskinan; mereka mencari


(43)

34

kemashyuran agar mereka terhindar dari kecemasan akan ketertindasan. Singkatnya, apa saja yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya merupakan sebuah bentuk usaha menghilangkan perbuatan sebaliknya dan terhindar dari segala kecemasan.

Selanjutnya, Majid Fakhry menyatakan bahwa ide penegasan akan rasa cemas yang diutarakan Ibnu Hazm mengingatkan kita pada ide Epicurus tentang atariaxa,25namun Ibnu Hazm tidak puas dengan ide negatif dan memodifikasinya dengan agak menekankan pada ide positif, dalam tenangnya jiwa Ibnu Hazm berkata :

akar dari semua keutamaan dan keburukan, ketaatan dan kemaksiatan adalah terkejutnya jiwa atau tenangnya jiwa, orang yang berbahagia adalah orang orang yang jiwanya tenang dalam keutamaan dan ketaatan serta lari dari keburukuran dan kemaksiatan, sedangkan orang yang sengsara adalah orang yang tenang jiwanya dalam keburukan dan kemaksiatan serta lari dari keburukan dan ketaatan26

Jadi, menurut Ibnu Hazm bahwa tujuan utama yang kehendak dicapai oleh manusia adalah menghindarkan diri dari kecemasan atau penderitaan serta jalan satu-satunya adalah beramal akhirat hanya karena Allah. Karena taat kepada merupakan bentuk dari segala keutamaan dan menjauhi keburukan merupakan jalan yang mulia yang telah Allah pilihkan untuk manusia. Tiada keutamaan kecuali tiada keburukan kecuali melakukan apa saja yang dilarang Allah.

25Epicurus mengajarkan bahwa tujuan hidup kita adalah berusaha untuk meminimalisir rasa cemas

dan penderitaan dan memaksimalkan kenikmatan,Ibid.59


(44)

35

b. Ambisi Duniawi dan Kesombongan Diri

Masih berkaitan dengan pembahasan sebelumnya, bahwa kecemasan diri yang dialami oleh manusia dapat diperparah lagi dengan ambisi-ambisi duniawi. Penderitaan ini semakin menjadi apabila manusia masih menginginkan kenikmatan duniawi yang sifatnya menipu. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka inginkan akan menjerumuskan mereka pada kecemasan dan penderitaan duniawi Ibnu Hazm dalam al-Akhlaq mengatakan bahwa “dalam hal

harta, kehormatan, dan kesehatan maka lihatlah orang yang ada dibawahmu, tapi jika dalam hal agama, pengetahuan dan kebajikan maka lihatlah orang yang diatasmu.”27

Maka dari itu, adalah sebuah kebodohan apabila manusia hanya mencari kenikmatan duniawi baik berupa kehormatan, harta, dan lain sebagainya. Karena orang yang hanya menginginkan kenikmatan duniawi tidaklah lebih mulia dari makhluk yang lain. Orang yang mencari keutamaan tidaklah berjalan bersama kecuali orang-orang yang baik, jujur, amanah, murah hati. Sedangkan orang yang mencari kenikmatan duniawi tidaklah berjalan bersamanya kecuali orang-orang yang seperti anjing kelaparan dan rubah yang buas, yang memiliki niat buruk. Adalah sebuah kesesatan yang nyata, memperdagangkan kehidupan yang abadi (akhirat) untuk kehidupan kekinian yang lebih singkat dari pada sekilas pandangan mata.28

Adapun kesombongan diri merupakan cobaan yang terbesar yang dilahirkan oleh kebodohan. Bagi orang yang terkena sifat ini hendaklah berfikir

27Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid, 165 28Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid, 167


(45)

36

atas akibat-akibatnya. Awal dari kesombongan diri adalah lemahnya akal mereka. Sebab orang yang berakal mampu menyadari kekeliruannya serta berusaha untuk menyadari kesalahannya. Sehingga, jika mereka membanggakan diri atas akalnya, hartanya, ilmunya, atau kebaikannya, maka ingatkanlah agar ia berfikir bahwa tidak ada yang perlu dibanggakan dalam dirinya. Karena semua itu adalah karunia Tuhan yang layak bagi mereka untuk membanggakan diri karenanya. Selain itu, mereka perlu mengetahui, ketakutan, bencana, dan kekuatan.29

c. Kebajikan-kebajikan Utama

Ibnu Hazm menyatakan bahwa ada empat kebajikan utama, dimana seluruh kebajikan lainnya didasarkan atas keempatnya, yaitu : keadilan, intelegasi, keberanian, dan kedermawaan. Sebaliknya, ada empat keburukan utama, dimana seluruh keburukan lainnya di dasarkan atas keempat, yaitu : ketidak adilan,

kebodohan, ketakutan, dan kekikiran. Ia memasukkan al-amanah

(kejujuran/amanat) dan al-iffah (keterjagaan diri) sebagai dua jenis dari keadilan dan kedermawanan (al-jud). Adapun penepatan janji (al-wafa’) merupakan susunan keutamaan dari keadilan, keberanian dan kedermawanan.30

Kesucian jiwa merupakan kebajikan utama yang tersusun dari keberanian, kedermawan, keadilan, dan intelegensi. Adapun lawan dari kebijakan ini adalah ketamakan yang dihiasi dengan sifat-sifat pengecut, kikir, tidak adil, dan bodoh. Kerelaan merupakan kebajikan yang tersusun dari kedermawan dan keadilan. Adapun ketamakan lahir dari kedengkian, dan al-hasad ar-ragbah lahir dari ketidak adilan, kebodohan dan kekirian serta yang lahir dari ketamakan adalah

29Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,165 30Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,168


(46)

37

sifat-sifat buruk yang besar, seperti : kehinaan, pencurian, gasab, zina, pembunuhan, dan takut miskin.31

Keadilan (al-‘adl) didefinisikan sebagai memberikan dan mengambil hak sesuai dengan apa yang seharusnya. Sebaliknya ketidak adilan (al-ja’u) adalah mengambil hak tanpa memberikan apa yang seharusnya menjadi hak orang lain. Kemuliaan (al-karam) adalah memberikan apa yang menjadi haknya kepada orang lain secara bebas, sementara ia sendiri siap untuk mengorbankan haknya sekalipun sebenarnya ia mampu mengambilnya. Selain itu, keutamaan (alfadhl),

ini juga merupakan kebajikan yang sama dengan kedermawan. Setiap

kedermawan adalah kemuliaan dan keutamaan, dan setiap kemuliaan dan keutamaan bukanlah kedermawan. Jadi, keutamaan lebih umum dan kedermewaan lebih khusus.32

Sedangkan kedermawan (al-jud) adalah menafkahkan kelebihan harta demi kebajikan, terutama untuk menolong tetangga yang membutuhkan, orang miskin, orang terlantar, dan orang-orang yang membutuhkannya. Mencegah keutamaan semua itu merupakan kekikiran, serta memberikan dalam berbagai keadaan merupakan kekikiran, serta memberikan dalam berbagai keadaan merupakan pemborosan. Sedangkan kemurahan hati dalam memberikan apa yang kita miliki kepada orang-orang yang benar membutuhkan dari pada kita adalah lebih baik dari kedermawanan itu sendiri.

Selanjutnya, keberanian ( asy-syaja’ah) adalah usaha seseorang untuk merelakan kematiannya demi agama, kaum wanita, tetangga yang teraniaya, orang

31Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,169 32Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar. ibid,172


(47)

38

yang tertindas yang membutuhkan pertolongan, ketidakadilan dalam pembagian harta, kekayaan serta kehormatan, dalam segala hal yang baik-baik tanpa memandang apakah lawannya itu sedikit atau banyak. Sedangkan kebalikann dari keberanian adalah ketakutan / pengecut dan gegabah / sembrono. Selain itu, definisi keterjagaan diri adalah menahan diri dari pandangannya mata dan segala anggota tubuh atas sesuatu yang tidak halal baginya. Sedangkan lawan dari keterjagaan diri adalah kefasikan / pencabulan dan kelemahan.33

Adapun intelegensi (al-fahm) tidak didefinisikan oleh Ibnu Hazm secara formal, karena menurutnya intelegensi berkaitan erat dengan pengetahuan dan tugas yang di bebankan kepada manusia yang berakal untuk mencari kebenaran dan kebahagiaan. Karena akal diperuntukkan untuk mengamalkan ketaatan dan kebajikan serta menjauhkan diri dari kemaksiatan dan keburukan. Allah berfirman

“sekitarnya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala. Sedangkan lawan dari intelegensi adalah ketololan dan kebodohan, dan diantara keduanya adalah kelemahan berpikir.

Kebajikan utama lainnya adalah rasa cinta (al- mahabbah), yang didefinisikan sebagai kerinduan akan kekasih dan kebencian terhadap berpisah dengannya serta menginginkan cinta manusia bagi dirinya. Manusia berbeda dalam kadar cinta, berbeda pula dalam tujuannya, seperti mencintai Allah, suami, istri, anak, sahabat, keluarga, dan lain-lain. Lebih lanjut, cinta memiliki lima tingkatan, yaitu : al-istihsan, selalu bersikap baik terhadap pasangannya; al-i,jab


(48)

39

selalu mengagumi pasangannya; al-u’fah, sedih ketika berpisah; al-kalaf , rindu yang menyala-nyala; dan asy-syaghaf, cinta yang meluap-luap, bahkan terkadang lupa tidur, makan, dan minum, hingga berdampak pada sakit, stres, atau mati.34

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa “barang siapa yang merindu, dan

bisa menjaga diri hingga iamati, maka ia adalah syahid.”

Menurut Sokrates, tujuan tertinggi kehidupan manusia ialah membuat jiwanya menjadi sebaik mungkin. Jiwa adalah sebagai intisari kepribadian manusia. Atau dengan kata yang lain, sokrates mengatakan, bahwa tujuan kehidupan manusia adalah kebahagiaan35. Etika yang membuat pencaharian kebahagiaan menjadi prinsip yang paling dasariah disebut eudemonisme. Pertimbangan yang mendasari etika kebahagiaan itu mudah dimengerti kebahagiaan adalah36tujuan pada dirinya sendiri tidak ada yang mengatasinya.

Selain itu, persahabatan merupakan kebajikan yang didefinisikan sebagai bentuk rasa saling atau susah sesuai dengan apakah sahabat kita itu senang ataukah susah. Tidak semua sahabat itu pemberi nasehat adalah sikap seseorang yang merasa susah terhadap sesuatu yang membahayakan orang lain, baik orang lain meski orang lain itu susah maupun tidak. Nasehat merupakan syarat tambahan dari sebuah persahabatan selain itu, nasehat hanya untuk dua kali: pertama, bersifat wajib; dan kedua, bersifat peringatan. Adapun yang selanjutnya adalah celaan /teguran yang berakibat pada pertengkaran37.

34Ibnu Hazm,al-Akhlaq wa as-Siyar, Ibid.54

35Muktafi Sahal, dkk Jurnal Kebahagiaan Dalam Prespektif Filsafat Moral.(IAIN Sunan Ampel

Surabaya, Vol. 15, No.1, September, 2004) 139

36Frans Magnis Suseno,Etika Dasar masalah-masalah pokok Filsafat Moral.(Yogyakarta :

Kanisius, 1987) 115


(49)

40

Setidaknya ada lima golongan dari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan sesama, yaitu :

1. Orang yang suka memuji ketika sedang berhadapan dan suka mencela ketika telah pergi. Ini sifatnya orang munafik

2. Orang yang suka mencela baik dihadapan khalayak maupun tidak. Ini sifat orang yang kurang ajar.

3. Orang yang suka memuji ketika sedang berhadapan dan ketika telah pergi. Ini sifatnya para penjilat

4. Orang yang suka mencela di hadapan khalayak dan memuji ketika pergi. Ini sifatnya orang tolol

5. Ahli kebaikan, mereka yang menjaga diri dari memuji dan mencela ketika di khalayak dan memuji dengan kebaikan ketika pergi atau menjaga dari mencela.

6. Ahli pencela yang bebas dari kemunafikan, mereka menjaga diri ketika di khalayak dan mencela ketika pergi.

7. Ahli keselamatan, mereka yang menjaga diri dari memuji dan mencela baik ketika di khalayak maupun tidak38.

Akhirnya, bagi siapa saja yang tidak mengetahui kebajikan-kebajikan utama ini, maka peganglah pada apa yang disyari’atkan oleh Allah dan Rasul

-Nya. Karena syari’at-Nya mengandung semua kebajikan utama. Selain itu, bagi siapa saja yang menginginkan kebaikan ukhrawi, hikmah duniawi, keadilan tingkah laku, serta memiliki kemuliaan akhlak.


(50)

41

D. Pokok Pemikiran Ibnu Hazm Tentang Kemalangan Dan Kebahagiaan Dalam hal tersebut bahwa pokok pemikiran Ibnu Hazm yang kita bahas untuk menjauhi dari perbuatan yang zina adapun pokok-pokok pemikiran tersebut yaitu kemalangan Ibnu hazm dan Kebahagiaan Ibnu hazm yaitu :

1. Kemalangan Ibnu Hazm

Merujuk kepada kejadian yang berlaku secara tidak sengaja dan tidak dirancang, sering kali tanpa sengaja atau diperlukan. Ia biasanya berlaku melalui gabungan beberapa sebab (perbuatan tidak selamat atau keadaan tidak selamat) dan mengakibatkan kesan buruk seperti kecederaan fisik kepada individu, kerusakan harta benda, kejadian nyaris dan kerugian, yang mungkin dapat dielakkan sekiranya keadaan yang membawa kepada kemalangan tersebut dapat dikenal pasti dan diambil tindakan, sebelum ia berlaku.

Sebagai contoh kemalangan jalan raya, kemalangan tercucuk benda tajamdan sebagainya. Perkataan kemalangan di ambil dari pada kata asas malang. Penambahan imbuhan menunjukkan nasib malang yang berlaku atau menimpa. Secara teknikal, "kemalangan" tidak merangkumi kejadian yang disebabkan oleh kesilapan seseorang, contohnya jika dia ceroboh dan gagal mengambil langkah berjaga-jaga. Jika kejadian yang akan berlaku diketahui akibat kecuali, ia bukanlah "kemalangan" pada peringkat itu, dan orang yang sesuai tersebut boleh dipertanggung jawabkan atas kerusakan dan kecederaan orang lain.39

39http, www. Wikipedia.com,Kemalangan. Diakses pada tanggal 13 Pebruari,2017.


(51)

42

Dalam "kemalangan" sebenarnya, tiada siapa boleh dipersalahkan, karena peristiwa tersebut tidak dijangka atau kebarang kalinya terjadi amat rendah. Contohnya, seorang ahli farmasi tersilap dan sakit yang memakan keracunan.

Akar dari semua keutamaan dan keburukan, yang dialami oleh Ibnu Hazm letaatan kemaksiatan adalah terkejutnya orang yang bahagia orang-orang jiwanya tenang dalam keutamaan dan ketaatan serta lari dari keburukan dan kemaksiatan meskipun kemalangan terjadi ketika Ibnu Hazm dalam orang mengatakan kemalangan serta menjauh dari perbuatan tercela dan kemaksiatan.

Dan mungkin justru mengakibatkan kesengsaraan bagi jauh lebih banyak orang seperti kemalangan zina, misalnya perbuatan buruk, karena Al-Qur’an

menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa zina itu perbuatan keji. Namun pada waktu

yang sama, baik sesudah maupun sebelum diturunkan, akal budi manusia pun mengakui bahwa zina adalah perbuatan keji itu contoh dari kemalangan.40

2. Kebahagiaan. Ibnu Hazm

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kebahagiaan sebagai keadaan atau perasaan senang tentram terbebas dari sebagai keadaan atau perasaan senang tenteram terbebas dari segala yang menyusahkan. Kalau merujuk pada pengertian maka dapat ditegaskan bahwa ketentraman menjadi unsur penting dalam kebahagiaan.41 Selain kata kebahagiaan, dalam Kamus Bahasa Indonesia juga disebutkan beberapa kata yang lain yang mengandung makna tidak adanya kesusahan atau kesengsaraan, yaitu kenikmatan, kepuasan, dan kesenangan.

40Hazm,al-Akhlaq wa as-siyar, ibid 79

41Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,Kamus Bahasa Indonesia(Jakarta: Pusat Bahasa,


(52)

43

Kenikmatan diartikan sebagai keadaan yang nikmat, yang antara lain berkonotasi pada makanan dan tempat tinggal. Sedangkan kepuasan diartikan perihal atau perasaan puas, lega, gembira berkonotasi negatif, misalnya hasrat mencelakakan orang lain. Adapun kesenangan diartikan sebagai kondisi senang karena mendapat keenakan dan kepuasan.42

Secara etimologis, kebahagiaan berarti keadaan senang, tentram terlepas dari segala yang menyusahkan atau secara negatif dapat dikatakan, kebahagiaan lawan dari penderitaan. Ini artinya, kebahagiaan adalah suatu keadaan yang berlangsung dan bukanlah perasaan dan emosi yang berlalu.43 Dari pengertian kata-kata di atas dapat ditegaskan bahwa tidak sama dengan kenikmatan, maka kebahagiaan menggambarkan kondisi kejiwaan yang diliputi ketentraman, yaitu perpaduan dari rasa aman, damai, dan tenang.

Apabila mengikuti pengertian kebahagiaan sebagaimana disebutkan di atas, maka kebahagiaan juga terkait dengan ketiga hal tersebut. Ada kebahagiaan yang terkait dengan hal-hal yang bersifat spiritual. Dengan demikian, cara yang dapat ditempuh oleh manusia untuk dapat mencapai kebahagiaan juga terkait dengan ketiga hal diatas, yaitu dengan memperoleh materi, memberi materi kepada orang lain, berperilaku yang menyengkan orang lain, dan mendapatkan, pemahaman tentang sesuatu persoalan melalui pengerahan daya pikir.

Konsep kebahagiaan yang dikemukakan filosof Ibnu Hazm dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebahagiaan yang terkait dengan

42Mustain,Etika Dan Ajaran Moral Filsafat Islam Pemikiran Para Filosof Muslim Tentang Kebahagiaan”.( Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, Volume, 17 Nomor1- Juni 2013, Iskandar Dinata Diterbitkan : IAIN Mataram), 195


(53)

44

perbuatan kesusilaan dan kebahagiaan yang terkait dengan kesempurnaan akaliah. Kebahagiaan yang pertama dapat dicapai oleh siapapun sepanjang ia dapat melaksanakan anjuran-anjuran filosof untuk melakukan perbuatan tertentu dan menghindari perbuatan yang lain. Sedangkan kebahagiaan yang kedua tidak dapat dicapai oleh semua orang, tetapi hanya orang-orang tertentu yang mampu mendayagunakan kemampuan akalnya untuk memikirkan segala hal sampai semendalam-mendalamnya.

Ibnu Hazm menguraikan cara berpikir yang teratur mengenai moral. Tiap manusia diumpamakan dalam hidupnya sebagai seorang peramah. Ia harus menuju ke sasarannya, tetapi lebih penting dari sasaran itu, yang bagi Ibnu Hazm dianggap kebahagiaan yang dengan sendirinya akan diperolehnya. Ibnu Hazm membedakan antara kesenangan dan kebahagiaan. Sementara kesenangan bersifat sementara, kebahagiaan bersifat abadi. Kesenangan baginya lebih tinggi dari pada kebahagiaan. Dan pengetahuan itu menghasilkan kesenangan.44

E. Teori Mengenai Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, dalam bentuk tunggal memiliki berbagai macam arti: kebiasaan, adat seperti akhlak, watak seperi perasaan,watak seperti kelakuan manusia, perasaan dan cara berpikir yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Etika sebenarnya adalah sebagai sistem nilai.45sikap dan cara berpikir.Seperti “ Aku harus bersikap jujur”. Jadi etika merupakan

penilaian dan predikat perbuatan seseorang sesuai dengan kaidah dan

44Muktafi Sahal,Jurnal Kebahagiaan Dalam Prespektif Filsafat Moral. Ibid. 135 45J. Sudarminta,Etika Umum Kajian Tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika Normatif,(Yogyakarta : Kanisius, 2013), 3


(54)

45

ukurannya.46Sedangkan etika dalam bentuk jamaknya adalah ta etha yang berarti adat kebiasaan. Dalam arti yang terakhir inilah, awal mula terbentuknya istilah etika yang dipelopori oleh filosof Yunani Aristoteles yang telah dipakai untuk menunjukkan filafat moral.47Etika juga disebut ilmu normatif. Maksudnya adalah ketentuan norma-norma kesusilaan tertentu dipandang tidak hanya merupakan fakta, melainkan bersifat layak, dan karenanya berlaku sah. Dengan demikian berpihak karena memberikan persetujuan kepada moral tertentu.48

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, etika dibedakan menjadi tiga arti: Pertama; ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral, Kedua; kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, Ketiga; nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Pada intinya etika membahas mengenai nilai yang baik dan buruk. Etika merupakan suatu cabang dalam filsafat yang biasanya dimengerti sebagai filsafat moral, namun etika tidak selalu dipakai dalam arti itu saja. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana ia harus bertindak. Tindakan manusia ditentukan oleh berbagai macam norma.

Norma-norma tersebut terbagi atas norma sopan santun, norma hukum, dan norma moral. Norma yang paling penting bagi manusia adalah norma moral, karena berasal dari suara hati. Norma-norma ini merupakan bagian dalam bidang

46Muchsin,Menggagas Etika dan Moral di Tengah Modernitas,(Surabaya : CV. Adis,

2012), 12

47K. Bertens,Etika,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), 4

48De Vos,Pengantar Etika,terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta : PT Tiara Wacana


(55)

46

etika. Tujuan etika sendiri adalah untuk menolong manusia dalam mengambil sikap terhadap segala norma dari luar maupun dari dalam, agar manusia dapat mencapai kesadaran moral yang otonom.49

Selain mengetahui norma-norma apa saja yang harus dilakukan manusia, maka perlu diketahui etiket dalam mengatur perilaku manusia secara normatif. Meskipun terdapat kesamaan antara etika dan etiket, dalam hal ini sekiranya perlu untuk membedakan antara keduanya, karena sering kali dua istilah ini tercampur aduk padahal perbedaan diantara keduanya sangatlah hakiki.

Di sini etika berarti moral, sedangkan etiket adalah sopan santun atau tata cara. Terdapat empat perbedaan antara etika dan etiket diantaranya adalah sebagai berikut:50Pertama, etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan oleh manusia. Misalnya ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, maka saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Apabila saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya telah dianggap sebagai melanggar etiket. Disini jelas bahwa perilaku tersebut merupakan norma sopan santun.

Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, melainkan etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah

apakah suatu perbuatan boleh dilakukan “ya” atau “tidak”. Jika A menyerahkan

sebuah Amplop kepada B dengan menggunakan tangan kanan. Si B di sini merupakan seorang hakim dan A adalah seorang terdakwa yang mempunyai perkara di pengadilan, amplop tadi yang diberikan kepada B berisikan uang untuk

49Harry Hamersma,Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat,(Yogyakarta: Kanisius, 2008), 33 50Bertens,Etika.Ibid10


(1)

94

keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat. Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan khusus. artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian sosial keluarga akan semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja.

Sebaliknya semakin ketidak berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan sosial yang programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara keseluuruhan Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang, dengan meningkatkan program-program di tiap karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.

B. Saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini mungkin banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca umumnya.


(2)

95

Sebagai makhluk sempurna yang diciptakan oleh-Nya, sudah seharusnya kita wajib melakukan tindakan yang bermanfaat bagi orang lain. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang di sekelilingnya. Mungkin penelitian yang dilakukan penulis dapat memberikan gambaran bagi peneliti selanjutnya. Sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan dan bermanfaat bagi orang lain.

C. Rekomendasi

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan oleh peneliti di atas, peneliti memberikan rekomendasi

Adapun solusi dalam menghadapi kenakalan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

· Tindakan preventif, yaitu tindakan untuk mengantisipasi terjadinya kenakalan remaja

Tindakan represif, yaitu memberikan sanksi tegas kepada pelaku kenakalan remaja

Tindakan kuratif dan rehabilitasi, yaitu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan memberikan pengajaran yang lebih baik lagi.

Bagi masyarakat umum hendaknya ikut berpartisipasi guna pencegahannya. Apabila melihat hal-hal yang tidak wajar yang dilakukan oleh para remaja segera laporkan ke penegak hukum setempat agar diberi penyuluhan dan pengarahan.

Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai tuntutan dan norma yang


(3)

96

berlaku di dalam masyarakat. Agar kita dapat menjadi remaja yang baik dan agar kita bisa menciptakan Negara dan Bangsa yang sukses. Disarankan kepada orangtua untuk dapat menjaga hubungan yang hangat dalam keluarga dengan cara saling menghargai, pengertian, dan penuh kasih sayang serta tidak bertengkar di depan anak. Serta memberi pengarahan tentang cara bergaul.

Rekomendasi disampaikan kepada Pemerintah bahwa kenakalan remaja ini tidak menyamai dengan daerah tersebut sehingga kita harus menanamkan dengan hasil faktor keluarga, dan juga ekonomi maupun faktor ekonomi bahwa pemerintah ini hanya menyampaikan sebisa mungkin dan tidak memberikan efek negatif dan efek positif.

Ini dari Tabel Masyarakat kedodondong Pasar Kecil ini tidak lagi warga yang bisa menganggulanginya hal tersebut tidak lain karena kurang efektif dari masyarakat tersebut sehingga tidak lain lagi yang namanya anak yang tergolong nakal dan faktor kenakalan remaja.

Para Orang tua dan para pendidik kita harus mengarahkan yang lebih baik lagi sehingga anak-anak kita tidak bisa menjerumus ke yang persoalan kenakalan remaja dan juga harus orang tua juga mendidik lebih baik lagi dari sebelumnya sehingga tidak menjerumuskan lagi ke kenakalan dan juga menjaga meskipun orang tua harus mencapai tujuan tersebut mendidik supaya berakhlakul karimah tidak mementingkan temannya supaya kegamaan dan pendidikan kita harus memperolehnya juga dari sebelumnya.


(4)

✠ ✡

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin . 2012. Antara Al-Ghazali dan Kant : Filsafat Etika Islam, terj. Hamzah Bandung : Mizan

Action, H.B. 2003, Dasar-Dasar Filsafat Moral : Elaborasi Terhadap Pemikiran Etika Immanuel Kant, ter. Muhammad Hardani Surabaya : Pustaka Eureka.

Bakker, Anton Dkk.1990 Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius. Basri,Hasan. 1995, Remaja Berkualitas problematika Remaja Dan solusinya.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bisri, Moh Jurnal At-Tarbawi Kajian Pendidikan Islamvol 3 Jurusan Tarbiyah STIAN Surakarta vol 3 No 1 Mei-Oktober 2005

De Vos,2002, Pengantar Etika, terj. Soejono Soemargono Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya,

Dradjat, Zakiah, 1983. Kesehatan Mental.Jakarta : PT: Gunung Agung. Drajat, Zakiah .1990, Islam dan Kesehatan Mental Jakarta: Rineka Cipta.

Ghony M.Djunaidi Dan Almanshur. Fauzan, 2012 Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Gunarsah,Singgih, 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Gunung Mulia. Hamersma, Harry.2008, Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat, Yogyakarta: Kanisius. Ibnu Hazm, Al-Akhlaq was-siyar fi mudawati -nufus. Beirut : Dar kutub


(5)

☛8

J. Sudarminta, 2013 Etika Umum Kajian Tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika Normatif, Yogyakarta : Kanisius.

Ja’far,Suhermanto. 2005 Diktat Kuliah Filsafat Kebudayaan, Surabaya: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

K. Bertens, 2002. Etika , Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

kartono, Kartini.1987, Patologi Sosial 2; Kenakalan Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Magnis, Frans Suseno, 1987. Etika Dasar masalah-masalah pokok Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius.

Muchsin, 2012 .Menggagas Etika dan Moral di Tengah Modernitas, Surabaya : CV. Adis.

Mulyono, Bambang .1984,Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan PenanggulannyaYogyakarta : Kanisius.

Partodiharjo,Subagyo. 2013. Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sahal, Muktafi. 2004 Jurnal Kebahagiaan Dalam Prespektif Filsafat Moral. IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. 15, No.1, September.

Santoso, Nanda, Ahmad Hamzah. 1996 Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Surabaya: Fajar Mulya.

Sudarminta, 2013. Etika Umum ,Yogyakarta : Kanisius.

Sudarsono, 1989. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta : Bina Aksara Wibowo, Imam T. 2015, Etika Terapan. pdf, Surabaya: Maranatha. Edu.


(6)

99

Widyawati, Ninik 1987.Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahannya Jakart: Bina Aksara.

Willis, Sofyan S. 1991, Probema Remaja dan pemecahannya, Bandung : Penerbit Angkasa.

Wilujeng, Sri Rahayu, 2015 Etika dan Ilmu. pdf, (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Yusuf, Syamsu , 2013. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja (Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sumber Internet :