B1J010016 11.

(1)

III.

METODE PENELITIAN

A. Materi Penelitian

1. Peralatan Penelitian

Alat yang digunakan selama penelitian adalah botol Winkler, plankton net no.25, ember plastik, buret, statif, Erlenmayer, pipet tetes, thermometer, gelas ukur, mikroskop binokuler, cover glass, object glass, kertas pH, saringan bertingkat, tali raffia, kayu ukuran 1 m, kertas saring whatman no.41, keping secchi, beker glass, inkubator, timbangan analitik, ice box, botol sampel, penangas oven, botol plastik, GPS, dan pompa vacum.

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan selama penelitian adalah Aquades, larutan pengencer, formalin 40%, larutan MnSO4, KOH-KI, H2SO4 pekat, Na2S2O3,

dan indikator amilum. B. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling pada 7 stasiun di hulu, tengah dan hilir Sungai Banjaran berdasarkan rona lingkungan (Tabel 3.1). Pengambilan sampel di tiap-tiap setasiun dilakukan 3 kali ulangan dengan interval waktu 2 minggu sekali pada Juli- Agustus 2014.

Tabel 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel di Perairan Sungai Banjaran (Lampiran 1)

Sta Desa Substrat Land Use Letak Geografis

I Melung ,Kec. Baturraden

batu dan kerikil hulu sungai dan air terjun

07o20’0,6576”LS

19o13’48,4356” BT

II Kober, Kec. Purwokerto Barat

batu, tanah dan kerikil

Pemukiman penduduk

07o25’2,5212” LS

109o13’25,1148” BT

III Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

batu, tanah dan kerikil

Pemukiman penduduk

07o25’12,8064”LS

109o13’24,0996” BT

IV Pasirmuncang Kec.Purwokerto Barat

Batu, pasir dan kerikil

Penambangan pasir dan pemukiman

07o25’156,5572”LS

109o13’26,3964” BT

V Pasirmuncang Kec. Purwokerto

Batu, pasir dan kerikil

Penambangan pasir dan pemukiman

07o25’48,0828”LS

109o12’59,7096” BT

bio.unsoed.ac.id


(2)

Parameter utama yang diamati meliputi nilai TSS, jumlah jenis dan jumlah individu dari mikrozoobentos. Parameter pendukung adalah pH, suhu, kecepatan arus sungai, kedalaman sungai, kecerahan, jenis substrat, BOD, dan DO.

C. Bagan Alir Penelitian

Sungai Banjaran Kabupaten Banyumas

Mikrozoobentos

Analisis data Pengambilan sampel

Kualitas fisika/kimia

Rona lingkungan

Organisme

Korelasi regresi

Struktur komunitas mikrozoobentos hubungannya dengan material tersuspensi di Sungai Banjaran Kabupaten Banyumas Hulu :

1 stasiun

Tengah :

4 stasiun Hilir :2 stasiun

Pendukung: 1. Jenis substrat 2. Temperatur 3. Kedalaman

sungai 4. Kecepatan

arus 5. kecerahan 6. DO 7. BOD 8. pH

Utama: 1. TSS

Struktur komunitas Hubungan TSS dengan

mikrozoobentos

kelimpahan

keanekaragaman Dominansi Kemerataan

Deskripsi


(3)

D. Cara Kerja

1. Pengambilan Sampel Air

Sampel air diambil dan diamati dengan menggunakan metode insitu dan exitu. Insitu dilakukan dengan mengukur langsung nilai fisika-kimia, seperti suhu, kecepatan arus, kecerahan, kedalaman, pH, dan O2 terlarut di

tempat pengambilan sampel, sedangkan secara exitu hanya pengambilan dan pendinginan sampel air dan pengukuran dilakukan di laboratorium, yaitu pada pengukuran nilai TSS dan BOD.

2. Pengambilan dan Pengawetan Sampel Mikrozoobenthos

Sampel mikrozoobentos diambil dengan metode kuadran. Kuadran ditempatkan pada substrat dasar sungai dengan ukuran 50x50 cm2. Semua substrat yang berada pada kuadran seperti batu, tanah, kerikil dan pasir tersebut diambil. Substrat yang berupa batu disikat secara halus, untuk substrat pasir dan kerikil dilakukan pengambilan dari dasar perairan ke dalam ember, dan untuk substrat berupa tanah menggunakan pipa paralon yang ukurannya tidak diperhitungkan, yaitu dengan cara menusukan pipa ke dalam tanah dan jangan sampai ada air yang masuk ke dalam pipa tersebut. Substrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam ember plastik dan diencerkan dengan akuades sebanyak 500 ml. Substrat yang sudah diencerkan di saring dengan menggunakan saringan bertingkat dengan mata saring 0,1x0,1 mm. Hasil penyaringan di saring lagi menggunakan plankton-net no. 25. Hasil penyaringan ditampung dalam botol sampel dan diberi formalin 40% hingga konsentrasi menjadi 4% atau sekitar 2,5 ml ,dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

N1V1= N2V2 (3-1)

Keterangan :

N1 = konsentrasi formalin yang dikehendaki (4%) V1 = volume sampel

N2 = konsentrasi formalin yang ada (40%)


(4)

menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 400 kali dan diidentifikasi menggunakan buku Davis (1955), Edmondson (1959) dan Plankton of South Vietnam (Shirota,1966). Penghitungan jumlah individu menggunakan perbesaran 100 kali. Mikrozoobentos diamati sebanyak 20 lapang pandang dan setiap sampel diulang sebanyak 5 kali. Perhitungan jumlah mikrozoobentos menggunakan rumus modifikasi dari Lackey Drop Microtransect Counting (APHA, 1992), yaitu :

K = F x N (3-2)

Keterangan :

F =

x x x

(3-3)

Luas substrat = 2500 cm2

K = Kelimpahan mikrozoobentos (Organisme/cm2) N = Jumlah mikrozoobentos yang diamati

Q1 = Luas gelas penutup 18x18 mm (mm2)

Q2 = Luas lapang pandang (1,11279 mm2) V1 = Volume air dalam botol sampel (90 ml) V2 = Volume air yang diamati ( 0,25 ml ) P = Jumlah lapang pandang (20)

W = Volume air yang disaring (0,5 l) 4. Kelimpahan Relatif (KR)

Kelimpahan relatif merupakan kelimpahan jenis mikrozoobentos ke-i dengan jumlah total seluruh jenis mikrozoobentos (Krebs, 1978). Kelimpahan relatif dihitung dengan menggunakan rumus :

KR= x 100% (3-4)

Keterangan :

KR = kelimpahan relatif

ni = jumlah individu spesies ke i

N = jumlah individu total seluruh spesies 5. Total Suspended Solids (TSS)

Total Suspended Solid diukur dengan metode Gravimetric dari APHA (1985). Pertama kertas saring Whatman no. 41 dibilas dengan akuades, kemudian kertas saring Whatman dikeringkan pada suhu 1050C selama kurang lebih 1 jam dan kertas saring Whatman ditimbang sebagai berat awal (x). Sampel air sungai sebanyak 50 ml disaring dengan kertas saring Whatman no. 41 yang sudah dibilas dengan akuades. Kertas saring


(5)

dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam kemudian kertas saring didinginkan dan ditimbang beratnya sebagai berat akhir (y).

Rumus nilai konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) :

mg/l = × 10 (3-5)

Keterangan:

y = berat kertas saring dan zat tersuspensi x = berat kertas saring

6. Kedalaman Sungai

Kedalaman sungai diukur dengan mencelupkan tongkat berskala pada lokasi yang akan diukur kedalamannya, sampai tongkat menyentuh dasar, dan skala yang diperoleh dicatat.

7. Kecepatan Arus

Kecepatan arus diukur menggunakan metode pelampung (Barus, 2002), yaitu botol plastik 0,5 l diisi dengan air sampai 25% kemudian diikat dengan tali sepanjang 10 m, kemudian dihanyutkan ke sungai. Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 10 m dihitung dengan menggunakan stop watch, kemudian dicatat.

Kecepatan arus : V m.dt-1= (3-6)

Keterangan :

V = kecepatan arus (m.dt-1) M = panjang tali (m)

S = waktu (s)

8. Pengamatan Substrat Dasar

Pengamatan substrat dasar dilakukan secara visual, 9. Penetrasi cahaya (kecerahan)

Penetrasi cahaya atau kecerahan diukur dengan menggunakan keping Secchii. Keping Secchii dimasukkan ke dalam air sampai batas yang tidak dapat terlihat oleh mata, kemudian diukur jaraknya (x), Setelah itu keping


(6)

x = jarak saat Keping Secchi tidak terlihat oleh mata y = jarak saat Keping Secchi terlihat lagi oleh mata 10. Temperatur air

Temperatur air sungai diukur dengan metode pemuaian (APHA,1985). Pengukuran suhu air dan udara menggunakan termometer Celcius. Termometer dicelupkan ke dalam air selama kurang lebih 2 menit sampai menunjukkan angka yang konstan, lalu dicatat.

11. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan kertas indikator pH. Kertas pH dicelupkan ke dalam air sampai terjadi perubahan warna, kemudian perubahan warna dicocokkan dengan warna standard yang ada (Welch, 1952).

12. Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) diukur dengan metode Winkler (APHA, 1985). Sampel air sebanyak 300 ml diencerkan dengan larutan pengencer sebanyak 300 ml. Sampel yang telah diencerkan dimasukkan dalam 2 botol Winkler volume 250 ml. Botol Winkler pertama diperiksa kandungan oksigennya yang dinyatakan sebagai DO0hari, sedangkan botol

Winkler kedua diperiksa setelah 5 hari yang diinkubasi terlebih dahulu dengan suhu 20oC dan dinyatakan sebagai DO5hari. Blanko menggunakan

akuades dengan perlakuan sama seperti cara kerja untuk air sampel. Kandungan BOD dihitung dengan persamaan :

BOD mg/l

=

( ) ( ) ( ) (3-7)

keterangan :

X0= kandungan O2terlarut sampel hari ke-0

X5= kandungan O2terlarut sampel hari ke-5

B0= kandungan O2terlarut blanko hari ke-0

B5= kandungan O2terlarut blanko hari ke-5

P = faktor pengenceran 13. Disolved Oxygen (DO).

Oksigen terlarur (DO) diukur dengan menggunakan metode Winkler (Wetzel & Likens, 1992). Sampel air diambil dengan menggunakan botol Winkler 250 ml secara hati-hati supaya tidak terdapat gelembung udara


(7)

dalam botol. Sampel air yang telah diambil ditambah MnSO4 dan KOH-KI

masing-masing 1 ml kemudian dikocok sampai homogen. Kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat sampai endapan larut. Selanjutnya diambil

100 ml sampel air dan dimasukkan ke dalam botol Erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator amilum sebanyak 3-5 tetes hingga berwarna biru tua. Kemudian dititrasi dengan Na2S2O30,025 N hingga jernih.

DO mg.l-1= x

100 1000

p x q x 8 (3-8)

keterangan :

p = jumlah Na2S2O30,025 N yang digunakan untuk titrasi (ml)

q = normalitas larutan Na2S2O3

8 = bobot setara oksigen E. Analisis Data

Analisis yang digunakan untuk mengkaji kualitas fisika kimia khususnya TSS pada masing-masing stasiun adalah menggunakan metode deskriptif dalam bentuk grafik. Struktur komunitas mikrozoobenthos di Sungai Banjaran yang dikaji adalah keanekaragaman, dominansi, kemerataan, dan kesamaan, yaitu sebagai berikut :

1. Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam komunitas di Sungai Banjaran, dengan rumus sebagai berikut :

= | log | (3-9)

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman

pi = perbandingan individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis (ni/N) Kategori nilai indeks Shannon-Wiener menurut Krebs (1985) mempunyai kisaran nilai tertentu yaitu :


(8)

2. Indeks Dominansi

Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui apakah suatu jenis organisme yang mendominasi perairan Sungai Banjaran, indeks dominansi Simpson dihitung dengan rumus :

D = 2 (3-10)

keterangan :

D = indeks dominansi

ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu

Kategori nilai indeks dominansi menurut Odum (1971) yaitu:

Nilai indeks dominansi berkisar 0-1 yang artinya apabila nilai 0 (nol) berarti tidak ada yang mendominansi, dan apabila mendekati 1 maka ada kecenderungan satu individu mendominansi yang lainnya.

3. Indeks Kemerataan

Indeks Kemerataan (Index of Evenness) berfungsi untuk mengetahui kemerataan setiap jenis dalam setiap komunitas yang dijumpai di Sungai Banjaran (Odum, 1997), yaitu :

E = H’/log S (3-11)

Keterangan :

E = indeks kemerataan S = jumlah jenis

H’= keanekaragaman jenis Log = logaritma

Kategori nilai kemerataan menurut Odum (1997) adalah :

E = 0, kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda, dan jika E = 1, kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama.

4. Indeks Kesamaan

Untuk mengetahui tingkat kesamaan komunitas antar stasiun penelitian, data mikrozoobentos dianalisis menggunakan Indeks kesamaan Sorenson menurut Brower (1990), yaitu:

= 100% (3-12)

Keterangan:


(9)

S = Indeks Kesamaan

A = Jumlah spesies yang ditemukan di lokasi A B = Jumlah spesies yang ditemukan di lokasi B

C = Jumlah spesies yang sama-sama ditemukan di lokasi A dan B

Kategori Indeks Kesamaan Komunitas menurut Odum (1993) adalah : 1-30 % = Kategori rendah

61-91 % = Kategori tinggi 31-60 % = Kategori sedang

> 91 % = Kategori sangat tinggi

5. Hubungan Konsentrasi TSS dengan Kelimpahan Mikrozoobentos

Korelasi digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh konsentrasi TSS terhadap kelimpahan mikrozoobenthos yang dinyatakan dengan koefisien korelasi (r), besarnya nilai r = -1 ≤ r ≤ + 1. Menurut Sugiyono (2004) analisis regresi dapat dijelaskan melalui persamaan linier

Y= a + bx. (3-13)

Keterangan :

Y = subyek variable dependen dalam hal ini yaitu kelimpahan mikrozoobenthos

X = subyek variable independen dengan nilai tertentu konsentrasi TSS. a = harga Y bila X=0

b = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan atau penurunan variable dependen yang didasarkan pada variable independen.

Menurut Djarwanto dan Subagyo (1981), bahwa nilai koefisien korelasi (r) adalah jika 0,70-1,00 menunjukkan hubungan yang tinggi; 0,40-0,70 menunjukkan hubungan yang sedang; 0,20-0,40 menunjukkan hubungan yang rendah dan apabila nilai r <0,20 menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah atau dapat diabaikan.


(1)

menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 400 kali dan diidentifikasi menggunakan buku Davis (1955), Edmondson (1959) dan Plankton of South Vietnam (Shirota,1966). Penghitungan jumlah individu menggunakan perbesaran 100 kali. Mikrozoobentos diamati sebanyak 20 lapang pandang dan setiap sampel diulang sebanyak 5 kali. Perhitungan jumlah mikrozoobentos menggunakan rumus modifikasi dari Lackey Drop Microtransect Counting (APHA, 1992), yaitu :

K = F x N (3-2)

Keterangan :

F =

x x x

(3-3)

Luas substrat = 2500 cm2

K = Kelimpahan mikrozoobentos (Organisme/cm2) N = Jumlah mikrozoobentos yang diamati

Q1 = Luas gelas penutup 18x18 mm (mm2) Q2 = Luas lapang pandang (1,11279 mm2) V1 = Volume air dalam botol sampel (90 ml) V2 = Volume air yang diamati ( 0,25 ml ) P = Jumlah lapang pandang (20)

W = Volume air yang disaring (0,5 l)

4. Kelimpahan Relatif (KR)

Kelimpahan relatif merupakan kelimpahan jenis mikrozoobentos ke-i dengan jumlah total seluruh jenis mikrozoobentos (Krebs, 1978). Kelimpahan relatif dihitung dengan menggunakan rumus :

KR= x 100% (3-4)

Keterangan :

KR = kelimpahan relatif

ni = jumlah individu spesies ke i

N = jumlah individu total seluruh spesies

5. Total Suspended Solids (TSS)

Total Suspended Solid diukur dengan metode Gravimetric dari APHA (1985). Pertama kertas saring Whatman no. 41 dibilas dengan akuades, kemudian kertas saring Whatman dikeringkan pada suhu 1050C selama kurang lebih 1 jam dan kertas saring Whatman ditimbang sebagai berat awal (x). Sampel air sungai sebanyak 50 ml disaring dengan kertas saring Whatman no. 41 yang sudah dibilas dengan akuades. Kertas saring


(2)

dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam kemudian kertas saring didinginkan dan ditimbang beratnya sebagai berat akhir (y).

Rumus nilai konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) :

mg/l = × 10 (3-5)

Keterangan:

y = berat kertas saring dan zat tersuspensi x = berat kertas saring

6. Kedalaman Sungai

Kedalaman sungai diukur dengan mencelupkan tongkat berskala pada lokasi yang akan diukur kedalamannya, sampai tongkat menyentuh dasar, dan skala yang diperoleh dicatat.

7. Kecepatan Arus

Kecepatan arus diukur menggunakan metode pelampung (Barus, 2002), yaitu botol plastik 0,5 l diisi dengan air sampai 25% kemudian diikat dengan tali sepanjang 10 m, kemudian dihanyutkan ke sungai. Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 10 m dihitung dengan menggunakan stop watch, kemudian dicatat.

Kecepatan arus : V m.dt-1= (3-6)

Keterangan :

V = kecepatan arus (m.dt-1) M = panjang tali (m)

S = waktu (s)

8. Pengamatan Substrat Dasar

Pengamatan substrat dasar dilakukan secara visual,

9. Penetrasi cahaya (kecerahan)

Penetrasi cahaya atau kecerahan diukur dengan menggunakan keping Secchii. Keping Secchii dimasukkan ke dalam air sampai batas yang tidak dapat terlihat oleh mata, kemudian diukur jaraknya (x), Setelah itu keping Secchii diturunkan kembali secara perlahan-lahan sampai terlihat oleh mata dan diukur jaraknya (y). Penetrasi cahaya atau kecerahan dapat dihitung dengan rumus :

Penetrasi cahaya (cm)= Keterangan :


(3)

x = jarak saat Keping Secchi tidak terlihat oleh mata y = jarak saat Keping Secchi terlihat lagi oleh mata

10. Temperatur air

Temperatur air sungai diukur dengan metode pemuaian (APHA,1985). Pengukuran suhu air dan udara menggunakan termometer Celcius. Termometer dicelupkan ke dalam air selama kurang lebih 2 menit sampai menunjukkan angka yang konstan, lalu dicatat.

11. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan kertas indikator pH. Kertas pH dicelupkan ke dalam air sampai terjadi perubahan warna, kemudian perubahan warna dicocokkan dengan warna standard yang ada (Welch, 1952).

12. Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) diukur dengan metode Winkler (APHA, 1985). Sampel air sebanyak 300 ml diencerkan dengan larutan pengencer sebanyak 300 ml. Sampel yang telah diencerkan dimasukkan dalam 2 botol Winkler volume 250 ml. Botol Winkler pertama diperiksa kandungan oksigennya yang dinyatakan sebagai DO0hari, sedangkan botol Winkler kedua diperiksa setelah 5 hari yang diinkubasi terlebih dahulu dengan suhu 20oC dan dinyatakan sebagai DO5hari. Blanko menggunakan akuades dengan perlakuan sama seperti cara kerja untuk air sampel.

Kandungan BOD dihitung dengan persamaan :

BOD mg/l

=

( ) ( ) ( ) (3-7)

keterangan :

X0= kandungan O2terlarut sampel hari ke-0 X5= kandungan O2terlarut sampel hari ke-5 B0= kandungan O2terlarut blanko hari ke-0 B5= kandungan O2terlarut blanko hari ke-5 P = faktor pengenceran

13. Disolved Oxygen (DO).

Oksigen terlarur (DO) diukur dengan menggunakan metode Winkler (Wetzel & Likens, 1992). Sampel air diambil dengan menggunakan botol Winkler 250 ml secara hati-hati supaya tidak terdapat gelembung udara


(4)

dalam botol. Sampel air yang telah diambil ditambah MnSO4 dan KOH-KI masing-masing 1 ml kemudian dikocok sampai homogen. Kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat sampai endapan larut. Selanjutnya diambil 100 ml sampel air dan dimasukkan ke dalam botol Erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator amilum sebanyak 3-5 tetes hingga berwarna biru tua. Kemudian dititrasi dengan Na2S2O30,025 N hingga jernih.

DO mg.l-1= x

100 1000

p x q x 8 (3-8)

keterangan :

p = jumlah Na2S2O30,025 N yang digunakan untuk titrasi (ml) q = normalitas larutan Na2S2O3

8 = bobot setara oksigen

E. Analisis Data

Analisis yang digunakan untuk mengkaji kualitas fisika kimia khususnya TSS pada masing-masing stasiun adalah menggunakan metode deskriptif dalam bentuk grafik. Struktur komunitas mikrozoobenthos di Sungai Banjaran yang dikaji adalah keanekaragaman, dominansi, kemerataan, dan kesamaan, yaitu sebagai berikut :

1. Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam komunitas di Sungai Banjaran, dengan rumus sebagai berikut :

= | log | (3-9)

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman

pi = perbandingan individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis (ni/N) Kategori nilai indeks Shannon-Wiener menurut Krebs (1985) mempunyai kisaran nilai tertentu yaitu :

H’< 1 : keanekaragaman rendah 1 <H’< 3 : keanekaragaman sedang H’> 3 : keanekaragaman tinggi


(5)

2. Indeks Dominansi

Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui apakah suatu jenis organisme yang mendominasi perairan Sungai Banjaran, indeks dominansi Simpson dihitung dengan rumus :

D = 2 (3-10)

keterangan :

D = indeks dominansi

ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu

Kategori nilai indeks dominansi menurut Odum (1971) yaitu:

Nilai indeks dominansi berkisar 0-1 yang artinya apabila nilai 0 (nol) berarti tidak ada yang mendominansi, dan apabila mendekati 1 maka ada kecenderungan satu individu mendominansi yang lainnya.

3. Indeks Kemerataan

Indeks Kemerataan (Index of Evenness) berfungsi untuk mengetahui kemerataan setiap jenis dalam setiap komunitas yang dijumpai di Sungai Banjaran (Odum, 1997), yaitu :

E = H’/log S (3-11)

Keterangan :

E = indeks kemerataan S = jumlah jenis

H’= keanekaragaman jenis Log = logaritma

Kategori nilai kemerataan menurut Odum (1997) adalah :

E = 0, kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda, dan jika E = 1, kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama.

4. Indeks Kesamaan

Untuk mengetahui tingkat kesamaan komunitas antar stasiun penelitian, data mikrozoobentos dianalisis menggunakan Indeks kesamaan Sorenson menurut Brower (1990), yaitu:

= 100% (3-12)

Keterangan:


(6)

S = Indeks Kesamaan

A = Jumlah spesies yang ditemukan di lokasi A B = Jumlah spesies yang ditemukan di lokasi B

C = Jumlah spesies yang sama-sama ditemukan di lokasi A dan B

Kategori Indeks Kesamaan Komunitas menurut Odum (1993) adalah : 1-30 % = Kategori rendah

61-91 % = Kategori tinggi 31-60 % = Kategori sedang

> 91 % = Kategori sangat tinggi

5. Hubungan Konsentrasi TSS dengan Kelimpahan Mikrozoobentos

Korelasi digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh konsentrasi TSS terhadap kelimpahan mikrozoobenthos yang dinyatakan dengan koefisien korelasi (r), besarnya nilai r = -1 ≤ r ≤ + 1. Menurut Sugiyono (2004) analisis regresi dapat dijelaskan melalui persamaan linier

Y= a + bx. (3-13)

Keterangan :

Y = subyek variable dependen dalam hal ini yaitu kelimpahan mikrozoobenthos

X = subyek variable independen dengan nilai tertentu konsentrasi TSS. a = harga Y bila X=0

b = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan atau penurunan variable dependen yang didasarkan pada variable independen.

Menurut Djarwanto dan Subagyo (1981), bahwa nilai koefisien korelasi (r) adalah jika 0,70-1,00 menunjukkan hubungan yang tinggi; 0,40-0,70 menunjukkan hubungan yang sedang; 0,20-0,40 menunjukkan hubungan yang rendah dan apabila nilai r <0,20 menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah atau dapat diabaikan.