PR-14 Penanganan Kerusakan Kapal pada Waktu Kapal Tabrakan

PUSAT PENELITIAN LAUT
DALAM
PROSEDUR
PENANGANAN KERUSAKAN
KAPAL/DARURAT SAAT KAPAL
TABRAKAN

ID

:

P2LD-PR-BSP-14

Rev
Tgl.
Berlaku

:

00


:

2 Agustus 2016

Halaman

:

1 dari 5

1. Ruang Lingkup
Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau
sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan
usaha supaya yang kuat untuk menghindarinya. Manajemen harus memperhatikan ketentuan
yang diatur dalam Health and Safety work Act, 1974 untuk melindungi pelaut pelayar dan
mencegah resiko-resiko dalam melakukan suatu aktivitas di atas kapal terutama menyangkut
kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat. Suatu
keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat tidak bekerja normalnya suatu sistem secara
prosedural ataupun karena gangguan alam.
2. Tujuan

Pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk
mencegah atau mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar.
3. Acuan
 Health and Safety work Act, 1974;
 Undang-Undang No 21 tahun 1992, tentang pelayaran;
 Undang-Undang No 17 tahun 2008, tentang pelayaran;
 PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
 IMO (International Marine Organization);
 SOLAS 1974, amandement 2010.
4. Definisi
Keadaan darurat karena tabrakan (Collision) kapal dengan kapal atau kapal dengan
dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat situasi kerusakan pada
kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran.
Situasi Iainnya adalah kepanikan atau ketakutan petugas di kapal yang justru memperlambat
tindakan, pengamanan, penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat tersebut.
5. Penanggungjawab
 Kepala Bidang Sarana Penelitian
 Kepala Sub Bidang Sarana Teknis
 Kepala Bagian Tata Usaha

 Kasubag Keuangan
 Nakhoda
6. Pelaksana
 Tim Tanggap Darurat
 Staf Penyiaga Teknis Sub Bidang Sarana Teknis
 Staf Penyiaga Operasional Sub Bidang Sarana Teknis
 Nakhoda, KKM dan Perwira Kapal
7. Waktu
 Nakhoda atau perwira jaga harus segera mengambil tindakan-tindakan sesaat setelah
tabrakan terjadi dengan kapal selama 1 (satu) jam.
Dibuat oleh :

Diperiksa oleh :

Disetujui oleh :

Terkendali :

Tidak Terkendali :


PUSAT PENELITIAN LAUT
DALAM
PROSEDUR
PENANGANAN KERUSAKAN
KAPAL/DARURAT SAAT KAPAL
TABRAKAN





ID

:

P2LD-PR-BSP-14

Rev
Tgl.
Berlaku


:

00

:

2 Agustus 2016

Halaman

:

2 dari 5

Penegasan segera setelah tabrakan selama (1 (satu) jam (memberikan informasi melalui
VHF Telex, Facsimile dan Telepon Satelit).
Muster station dalam waktu singkat (± 15 menit) atau Nakhoda harus segera
mengkoordinasi tim komando di anjungan navigasi.
Menyelamatkan Keselamatan Jiwa Manusia


8. Tempat
 Diatas Kapal (lokasi pelayaran/survey)
 Pelabuhan Setempat (tempat kejadian)
9. Langkah
1) Nakhoda atau perwira jaga harus segera mengambil tindakan-tindakan sebagi berikut
sesaat setelah tabrakan terjadi dengan kapal lain :
 Stop mesin jika memang mungkin, jangan mundurkan mesin sebelum situasi/
kondisi menjadi jelas;
 Segera beritahu Nakhoda;
 Perintahkan “berada di pos masing-masing” melalui pengeras suara (Public Adressor)
dan “Alarm - Umum”;
 Pindahkan system kemudi ke MANUAL;
 Hidupkan lampu-lampu dek;
 Tarik perhatian kapal-kapal di sekitarnya dengan cara apapun,VHF Channel 16,
isyarat lampu atau kirim peringatan marabahaya atau komunikasi segera menurut
keperluan;
 Kibarkan isyarat kode Internasional yang menyatakan :
NOT UNDER COMMAND
2)


Nakhoda atau perwira jaga di anjungan harus segera menegaskan dan mencatat
segala hal yang menyangkut tabrakan ini, melalui VHF Telex, Facsimile dan Telepon
Satelit sesuai dengan check list tabrakan.

Dibuat oleh :

Diperiksa oleh :

Disetujui oleh :

Terkendali :

Tidak Terkendali :

PUSAT PENELITIAN LAUT
DALAM
PROSEDUR
PENANGANAN KERUSAKAN
KAPAL/DARURAT SAAT KAPAL

TABRAKAN

ID

:

P2LD-PR-BSP-14

Rev
Tgl.
Berlaku

:

00

:

2 Agustus 2016


Halaman

:

3 dari 5

3)

Nakhoda harus segera mengkoordinasi tim komando di anjungan navigasi dan
memerintahkan Muster Station.

4)

Berikan prioritas utama pada operasi-operasi SAR (Search And Rescue) jika ada
yang luka-luka atau orang yang hilang.

5)

Dalam hal kapal lain perlu bantuan untuk menyelamatkan jiwa manusia, segera
berikan bantuan asalkan hal itu tidak membahayakan kapal sendiri.


6)

Jika perlu minta bantuan kapal-kapal lain di sekitar kejadian dan/atau bantuan SAR
untuk menyelamatkan orang yang luka-luka dan mencari orang-orang yang hilang.

7)

Komando ditempat kejadian :
 Mualim I harus segera pergi ke tempat tabrakan diikuti oleh seorang ABK atau
lebih untuk memeriksa dan memastikan hal-hal berikut dan melaporkan temuantemuannya kepada Tim Komando di tempat kejadian;
 Permintaan pengadaan kelompok kerja, anggota dan kelompok pembantu yang
diperlukan untuk hal-hal berikut, harus ditunjukkan kepada Tim Komando.

8)

Penilaian Musibah :
 Dengan menilai jenis, besarnya, dan lokasi kerusakan yang terjadi maka Nakhoda
harus dapat mempertimbangkan untuk melaksanakan hal-hal berikut :
a) Mengirim komunikasi Marabahaya, dan memerintahkan menempati, “Pos

Perahu Penolong” atau “Pos Meninggalkan Kapal” dengan segera, jika kapal
beresiko tenggelam atau menghadapi kebakaran besar yang tidak mungkin
dipadamkan. Evaluasi seluruh penumpang dan ABK sesuai dengan prosedur
pada waktu meninggalkan kapal;
b) Jika ada kemungkinan kapal yang lain akan tenggelam, segera pindahkan
seluruh penumpang dan ABK-nya ke kapal lain. Jika kapal lain akan tenggelam
siapkan perahu-perahu penolong dan rakit-rakit penolong untuk operasi
penyelamatan;
c) Jika kapal berlayar dekat pantai, periksalah kemungkinan untuk mendekati pantai.
 Mempertimbangkan hal-hal berikut jika situasi tidak terlalu mengancam :
a) Jika sudah jelas bahwa kedua kapal bebas dari resiko tenggelam, usahakan
untuk mempertahankan kondisi masing-masing dengan mengulurkan tros, dll.
Cegah kebanjiran dengan memompa air keluar dari ruang-ruang yang sudah
kemasukan air;
b) Bila kapal mampu bergerak dengan tenaga sendiri, usahakan menuju pantai
untuk menyelamatkan kapal dan muatan jika memang itu pilihan terbaik;
c) Jika kapal tidak bisa bergerak dengan tenaga sendiri, atau ada
kekhawatiran kegagalan mesin induk, baling-baling, atau kemudi permintaan
untuk : penyelamatan, penggandengan, atau pemantauan, harus segera dibuat
sesuai dengan “Prosedur Kontrak Penyelamatan”;
d) Jika kapal berlayar menyusur pantai dan masih bisa bergerak dengan tenaga
sendiri maka cari tempat berlabuh sementara yang aman, atau berhenti di tempat
yang jauh dari jalur lalu lintas yang ramai.

9)

Penyimpanan dokumen-dokumen berupa :
 Peta lintasan kedua kapal dan diagram yang menggambarkan tabrakan;

Dibuat oleh :

Diperiksa oleh :

Disetujui oleh :

Terkendali :

Tidak Terkendali :

PUSAT PENELITIAN LAUT
DALAM
PROSEDUR
PENANGANAN KERUSAKAN
KAPAL/DARURAT SAAT KAPAL
TABRAKAN






ID

:

P2LD-PR-BSP-14

Rev
Tgl.
Berlaku

:

00

:

2 Agustus 2016

Halaman

:

3 dari 5

Peta-peta yang dipakai;
Log Book dek/mesin, buku jaga, buku olah gerak, buku S/B, log kemudi, log radar;
Kertas rekaman telegraph, kertas rekaman echo sounder, kertas rekaman haluan;
Peta cuaca;
Schema kerusakan lambung.

10) Nakhoda harus menyiapkan laporan kerusakan (Damage Report) yang
menyatakan rincian dari kejadian, dan dikirimkan bersama-sama dengan check list
tabrakan ke perusahaan.
11) Selesai.

Dibuat oleh :

Diperiksa oleh :

Disetujui oleh :

Terkendali :

Tidak Terkendali :