makalah Pengelolaan Pendidikan Titik 022 Aldoko 154

(1)

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

TUGAS KELOMPOK

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Mustadji, M.Pd.

Disusun Oleh:

1.

Titik Rohmatin

(147855022)

2.

Aldoko Listiaji Putra

(147855154)

E/2014

S2 – PENDIDIKAN DASAR

PASCASARJANA


(2)

2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya.

Dalam mendefinisikan pengelolaan, terlebih mendefinisikan pengelolaan pendidikan tidak akan lepas dengan pelayanan administrasi yang sering kita sebut manajemen. Kata pengelolaan sebenarnya berasal dari kata manajemen. Sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi (Oteng Sutisna :1983). Oleh sebab itu, pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai upaya untuk menerapkan kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan. Namun untuk lebih mengetahui dan jelasnya kita akan bahas perbedaan antara administrasi dan manjemen, pengertian manajemen, manajemen pendidikan dan fungsi manajemen itu sendiri di dalam pendidikan. Sehingga penulis perlu menyusun makalah ini sebagai rujukan dan penambahan wawasan.

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang penyusun angkat, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari pengelolaan pendidikan? 2. Apa fungsi pengelolaan pendidikan?


(3)

4. Bagaimanakah Tujuan yang didapat dalam pengelolaan pendidikan. 5. Apa saja komponen pengelolaan pendidikan?

6. Siapa pengelola pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Selain untuk menambah pengetahuan dan referensi, disini penulis ingin berbagi pengetahuan yang meliputi:

1. Pengertian pengelolaan Pendidikan; 2. Fungsi Pengelolaan Pendidikan;

3. Ruang Lingkup Pengelolaan Pendidikan; 4. Komponen-komponen pengelolaan pendidikan; 5. Tujuan pengelolaan pendidikan;

6. Pengelola Pendidikan.

D. Manfaat Penulisan

Penulis berharap, setelah penulisan makalah ini selesai dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pengelolaan Pendidikan, yang selanjutnya dapat di aplikasikan di dunia kerja yang akan datang.


(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pengelolaan Pendidikan

Kegiatan dalam sistem pendidikan nasional secara umum meliputi dua jenis yaitu pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Pengelolaan pendidikan berasal dari kata manajemen, sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi (Oteng Sutisna:1983). Dapat diartikan pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-kaidah adiministrasi dalam bidang pendidikan. Pengelolaan pendidikan pada hakikatnya adalah fungsi untuk melakukan penataan semua kegiatan dalam pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai dalam batas-batas kebijakan yang telah ditentukan. Sebagai penyelenggara pendidikan, manajemen pendidikan tidak menentukan kebijakan-kebijakan yang bersifat kelembagaan. Tetapi dalam hal ini manajemen tidak menentukan kebijakan sama sekali.

Pengelolaan pendidikan meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengembangan. Pengelolaan pendidikan. Pengelolaan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dimana keempat proses tersebut mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Menurut Griffin pengelolaan adalah sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Pengelolaan pendidikan merupakan rangkaian kegiatan bersama atau keseluruhan pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok orang dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara berencana dan sistematis, yang diselenggarakan pada suatu lingkungan tertentu.

Menurut Ki Hajar Dewantara pengelolaan pendidikan dengan konsep pemikiran yang sederhana namun sangat filosofis, yaitu "Ing Ngarso sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani", Ki Hajar


(5)

Dewantara ingin mendengungkan konsep manajemen yang utuh. Artinya, dengan konsep yang filosofis tersebut sebuah organisasi dalam menjalankan roda aktifitasnya harus dirancang secara komprehensif, mulai perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi, dan dengan kepemimpinan yang baik. Konsep tersebut juga banyak menginspirasi banyak kalangan dalam mengelola organisasi.

Ing Ngarso sung Tulodho, diartikan di depan memberi teladan. Konsep ini memberi pemahaman bahwa seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan baik anggota organisasi yang dia pimpin. Teladan ini tidak hanya menyangkut urusan kinerja, akan tetapi juga bisa teladan dalam konteks persoalan teladan moral. Konsep ini juga bisa dipahami bahwa sebuah organisasi harus mempunyai panduan dalam beraktifitas. Panduan ini bisa berupa perencanaan yang telah dihasilkan dengan matang dan bisa juga sosok seorang pemimpin yang memahami tujuan dari organisasi.

Sementara, Ing Madya Mangun Karso, diartikan di tengah

memberikan motivasi (karsa). Motivasi menjadi sesuatu hal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dalam mencapai tujuan. Setiap tujuan pasti menyimpan motivasi tersendiri, demikian pula setiap motivasi memiliki tujuan tersendiri. Keduanya saling mengisi dan saling melengkapi. Sebuah organisasi yang tidak diisi oleh anggota-anggota yang bermotivasi akan menjadi organisasi yang lesu dan tidak dinamis. Roda organisai akan stagnan dan mandek karena tidak adanya ruh yang bisa merangsang gairah organisasi.

Tut Wuri Handayani, diartikan di belakang mengawasi. Pengawasan menjadi hal yang penting untuk memastikan bahwa agenda organisasi berjalan dalam rel yang benar. Adanya pengawasan menjadikan organisasi dalam mencapai tujuannya akan berjalan dalam koridor yang telah

direncanakan sejak awal. Kemencengan-kemencengan yang bisa terjadi setiap saat dalam upaya pencapaian tujuan organisasi akan dapat diminimalkan dengan adanya pengawasan. Konsep Tut Wuri Handayani pun kemudian menjadi semboyan pendidikan di Indonesia.


(6)

B. Fungsi Pengelolaan Pendidikan

Suatu sistim pengelolaan dan penataan sumber daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum, dana (keuangan), sarana dan prasarana kependidikan, tata laksana dan lingkungan pendidikan. Komponen tersebut perlu dikelola dan ditatta sebaik-baiknya agar tercipta keserasian hubungan antar faktor sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Untuk itu perlu keahlian tertentu yang biasa disebut fungsi-fungsi pengelolaan pendidikan. Inti fungsi pengelolaan pendidikan adalah sebgai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Perencaanan merupakan salah satu langkah yang amat penting dalam proses mempersiapkan seperangkat keputusan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada suatu kurun waktu tertentu dan mengenai cara melakasanaknnya untuk mencapai tujuan organisasi. Satu-satunya hal yang pasti di masa depan dari organisasi apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan, dan perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa depan yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang berhasil, terutama karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staff, dan pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David, 2004).

Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973) bahwa: “The planning process can be considered as the vehicle for accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan sistem tersebut


(7)

tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan lingkungan yang berbeda. Dalam sistem terbuka, perubahan dalam sistem terjadi apabila kekuatan lingkungan menghendaki atau menuntut bahwa suatu keseimbangan baru perlu diciptakan dalam organisasi tergantung pada rasionalitas pembuat keputusan. Bagi sistem sosial, satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan proses perencanaan.

Dalam konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun kegiatan lembaga pendidikan, diperlukan data yang banyak dan valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang berkaitan dengan hal yang direncanakan. Oleh karena itu kegiatan perencanaan sebaiknya melibatkan setiap unsur lembaga pendidikan tersebut dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

Menurut Rusyan (1992) ada beberapa hal yang penting dilaksanakan terus menerus dalam manajemen pendidikan sebagai implementasi perencanaan, diantaranya:

a) Merinci tujuan dan menerangkan kepada setiap pegawai/personil lembaga pendidikan.

b)Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi diadakan.

c) Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.

d)Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan petunjuk pelaksanaan lainnya.

e) Mempersiapkan uraian jabatan dan merumuskan rencana/sekala pengkajian.

f) Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan pengawasan.

g)Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja (kinerja), pola pengisian staf dan formulir laporan pengajuan.


(8)

h)Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (uang) material dan tempat.

i) Menyiapkan anggaran dan mengamankan dana.

j) Menghemat ruangan dan alat-alat perlengkapan. 2. Pengorganisasian (Organizing)

Oganisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran specific atau sejumlah sasaran. Dalam sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin, pekerjaan pemimpin meliputi beberapa kegiatan yaitu mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara atasan dan bawahan, memberi semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar supaya mereka melaksanakan apa yang diperintahkan.

Tujuan pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang. Malayu S.P. Hasbuan (1995) mendifinisikan pengorganisasian sebagai suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Pengorganisasian fungsi manajemen dapat dilihat terdiri dari tiga aktivitas berurutan: membagi-bagi tugas menjadi pekerjaan yang lebih sempit (spesialisasi pekerjaan), menggabungkan pekerjaan untuk membentuk departemen (departementalisasi), dan mendelegasikan wewenang (Fred R. David, 2004).

Dalam konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan salah satu aktivitas manajerial yang juga menentukan berlangsungnya kegiatan kependidikan sebagaimana yang diharapkan. Lembaga pendidikan


(9)

sebagai suatu organisasi memiliki berbagai unsur yang terpadu dalam suatu sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat, baik tujuan, personil, manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang, metode, fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial budaya.

Sutisna (1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan, kewenangan, dan pengetahuan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. Dalam organisasi yang baik semua bagiannya bekerja dalam keselarasan seakan-akan menjadi sebagian dari keseluruhan yang tak terpisahkan. Semua itu baru dapat dicapai oleh organisasi pendidikan, manakala dilakukan upaya: 1) Menyusun struktur kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang berlaku, 3) Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang diterima, 4) Membagi sumber daya instruktur dan karyawan yang ada dalam pekerjaan.

3. Pengarahan (Directing )

Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.

Dalam pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu dimulai dimulai dan dinilai cukup hanya dengan mendifinisikan kepemimpinan itu sendiri.

Menurut Kadarman (1996) kepemimpinan dapat diartikan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh


(10)

kelompok. Kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan, proses atau fungsi yang digunakan untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin bertugas untuk memotivasi, mendorong dan memberi keyakinan kepada orang yang dipimpinnya dalam suatu entitas atau kelompok, baik itu individu sebagai entitas terkecil sebuah komunitas ataupun hingga skala negara, untuk mencapai tujuan sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki. Pemimpin juga harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam mencapai tujuannya. Ketika pemimpin telah berhasil membawa organisasinya mencapai tujuannya, maka saat itu dapat dianalogikan bahwa ia telah berhasil menggerakkan organisasinya dalam arah yang sama tanpa paksaan.

Dalam konteks lembaga pendidikan, kepemimpinan pada gilirannya bermuara pada pencapaian visi dan misi organisasi atau lembaga pendidikan yang dilihat dari mutu pembelajaran yang dicapai dengan sungguh-sungguh oleh semua personil lembaga pendidikan. Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela. Di dalam kepemimpinan pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.

Ada tiga keterampilan pokok yang dikemukakan Hersey dan Blanchard (1988) -sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin (2005) dalam


(11)

bukunya Manajemen Lembaga Pendidikan Islam- yang berlaku umum bagi setiap pimpinan termasuk pimpinan lembaga pendidikan, yaitu:

a) Technical skill-ability to use knowledge, methods, techniques and equipment necessary for the performance of specific tasks acquired from experiences, education and training.

b) Human skill-ability and judgment in working with and through people, including in understanding of motivation and an application of effective leadership.

c) Conceptual skill-ability to understand the complexities of the overall organization and where one’s own operation fits into the organization. This knowledge permits one to act according to the objectives of the total organization rather than only on the basis of the goals and needs of one’s own immediate group.

4. Pengawasan

Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha pemantauan kinerja agar supaya kinerja tersebut terarah dan tidak melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan dan pemantauan berfungsi sebagai media agar kinerja tersebut terarah dan tersampaikan secara tepat.

Sebagaimana yang dikutif Muhammad Ismail Yusanto (2003), Mockler (1994) mendifinisikan pengawasan sebagai suatu upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain sistem umpan balik informasi; untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut; dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumberdaya perusahaan


(12)

telah digunakan dengan cara yang paling efekif dan efisien guna tercapainya tujuan perusahaan.

Dalam konteks pendidikan, Depdiknas (1999) mengistilahkan pengawasan sebagai pengawasan program pengajaran dan pembelajaran atau supervisi yang harus diterapkan sebagai berikut:

a) Pengawasan yang dilakukan pimpinan dengan memfokuskan pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi para instruktur atau staf dan tidak semata-mata mencari kesalahan.

b) Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung. Para staf diberikan dorongan untuk memperbaiki dirinya sendiri, sedangkan pimpinan hanya membantu.

c) Pengawasan dalam bentuk saran yang efektif d) Pengawasan yang dilakukan secara periodik.

5. Pengembangan

Pengembangan adalah fungsi pengelolaan yang harus dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu pengelolaan, dengan adanya pengembangan pengelolaan akan berjalan sesuai dan melebihi target yang akan diperoleh. Tanpa suatu program yang baik sulit kiranya tujuan pendidikan akan tercapai. Oleh karena itu, pengelolaan harus disusun guna memenuhi tuntutan, kebutuhan, harapan dan penentuan arah kebijakan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Pengelolaan kerja SMP merupakan penjabaran tugas dan pelaksanaan kebijakan Depdiknas yang di sesuaikan dengan kondisi obyektif. Dalam pelaksanaannya setiap kegiatan mengacu pada pengelolaan yang ada sehingga proses dan pelaksanaan aktifitas di sekolah lebih terukur, terpantau dan terkendali.


(13)

Pengelolaan pendidikan berfungsi sebagai acuan bagi sekolah dalam mengukur, mengevaluasi dan merevisi kegiatan-kegiatan yang di anggap perlu. Selain itu pengelolaan pendidikan bertujuan sebagai upaya sekolah dalam mendukung dan menjabarkan wajib belajar 9 tahun.

C. Ruang Lingkup Pengelolaan Pendidikan

Ruang lingkup manejemen biasa disebut dengan istilah:batasan, wilayah pembahasan atau objek manajemen. Adapun ruang lingkup atau obyek dari manejemen pendidikan itu membahas tentang:

1. Tata laksana sekolah Hal ini meliputi:

a) Organisasi dan struktur pegawai tata usaha.

b) Otorosasi dan anggaran belanja keuangan sekolah.

c) Masalah kepegawaian dan kesejahteraan personel sekolah. d) Masalah perlengkapan dan perbekalan.

e) Keuangan dan pembukuannya. f) Korespodensi atau surat-menyurat.

g) Laporan-laporan (bulanan, kuartalan, dan tahunan).

h) Masalah pengangkatan, pemindahan, penempatan dan pemberhentian pegawai.


(14)

2. Personel guru dan pegawai sekolah Hal ini meliputi antara lain:

a) Pengangkatan dan penempatan tenaga guru. b) Organisasi personel guru-guru.

c) Masalah kepegawaian dan kesejahteraan guru. d) Rencana orientasi bagi tenaga guru yang baru. e) Konduite dan penilaian kemajuan guru-guru. f) Inservice training dan up-gradding guru-guru. 3. Siswa

Hal ini meliputi antara lain:

a) Organisasi dan perkumpulan murid.

b) Masalah kesehatan dan kesejahteraan murid. c) Penilaian dan pengukuran kemajuan murid.

d) Bimbingan dan penyuluhan bagi murid-murid (guidance and counseling)

4. Supervisi pengajaran Hal ini meliputi antara lain:

a) Usaha membangkitkan dan mengembangkan semangat guru-guru dan pegawai-pegawai tatausaha dalam menjalankan tugasnya masing-masing sebaik-baiknya.


(15)

b) Usaha mengembangkan, mencari, dan mengggunakan metode-metode baru dalam mengajar dan belajar yang lebih baik.

c) Mengusahakan dan mengembangkan kerja sama yang baik antara guru, murid, dan pegawai tata usaha sekolah.

d) Mengusahakan cara-cara menilai hasil-hasil pendidikan dan pengajaran.

e) Usaha mempertinggi mutu dan pengalaman guru-guru (inservice training dan up-gradding)

5. Pelaksanaan pembinaan kurikulum

a) Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum didalam kurikulum sekolah yang bersangkutan dalam usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran.

b) Menyusun dan melaksanakan organisaisi kurikulum beserta materi-materi dan sumber-sumber, dan metode-metode pelaksanaanya disesuaikan dengan pembaharuan pendidikan dan pengajaran serta kebutuhan masyarakat dan lingkungan sekolah.

c) Kurikulum bukanlah merupakan sesuatu yang harus diturut begitu saja dengan mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikitpun. Kurikulum lebih merupakan pedoman bagi para guru dalam menjalankan tugasnya. Dalam menggunakan kurikulum guru atau pendidik, disamping menuruti dan mengikuti apa yang tercantum didalamnya, berhak dan berkwajiban pula memilih dan menambah materi-materi, sumber-sumber ataupun metode-metode pelakaksanaan yang lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan lingkungan masyarakat lingkungan sekolah, dan membuang serta mengurangi apa yang dianggap sudah tidak sesuai lagi den gan kemajuan dan


(16)

kebutuhan masyarakat dan Negara pada umumnya. Itulah sebabnya mengapa kurikulum perlu mendapat perhatian, dan pembinaan kurikulum harus diusahakan dan dijalankan.

6. Pendirian dan perencanaan bangunan sekolah

a) Cara memilih letak dan menentukan luas tanah yang dibutuhkan. b) Mengusahakan, merencanakan, menggunakan biaya pendirian gedung

sekolah.

c) Menentukan jumlah dan luas ruangan-ruangan kelas, kantor, gudang, asrama, lapangan olah raga, podium, kebun sekolah, dsb,. Serta komposisinya satu sama lain.

d) Cara-cara penggunaan gedung sekolah dan fasilitas-fasilitas lain yang efektif dan produktif, serta pemeliharaannya secara kontinyu

e) Alat-alat perlengkapan sekolah dan alat-alat pelajaran yang dibutuhkan.

D. Komponen-Komponen Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan, memberikan kewenangan penuh kepada pihak sekolah untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi komponen-komponen pendidikan sekolah yang bersangkutan. Adapun komponen manajemen pendidikan yaitu:


(17)

Penerimaan siswa baru pada sekolah inklusi hendaknya memberi kesempatan dan peluang kepada anak luar biasa untuk dapat diterima dan mengikuti pendidikan di sekolah inklusi terdekat. Untuk tahap awal, agar memudahkan pengelolaan kelas, seyogianya setiap kelas inklusi dibatasi tidak lebih dari 2 (dua) jenis anak luar biasa, dan jumlah keduanya tidak lebih dari 5 (lima) anak. Manajemen Kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar kegiatan belajar-mengajar di sekolah dapat berjalan lencar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen Kesiswaan meliputi antara lain: (1) Penerimaan Siswa Baru; (2) Program Bimbingan dan Penyuluhan; (3) Pengelompokan Belajar Siswa; (4) Kehadiran Siswa; (5) Mutasi Siswa; (6) Papan Statistik Siswa; (7) Buku Induk Siswa.

2. Manajemen Kurikulum

Kurikulum mencakup kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal. Kurikulum nasional merupakan standar nasional yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan kurikulum muatan lokal merupakan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas Pendidikan Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota. Manajemen Kurikulum antara lain meliputi: (1) Modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa; (2) Menjabarkan kalender pendidikan; (3) Menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas mengajar; (4) Mengatur pelaksanaan penyusunan program pengajaran persemester dan persiapan pelajaran; (5) Mengatur pelaksanaan penyusunan program kurikuler dan ekstrakurikuler; (6) Mengatur pelaksanaan penilaian; (7) Mengatur pelaksanaan kenaikan kelas; (8) Membuat laporan kemajuan belajar siswa; (9) Mengatur usaha perbaikan dan pengayaan pengajaran. 3. Manajemen Tenaga Kependidikan


(18)

Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga kependidikan di sekolah meliputi Tenaga Pendidik (Guru), Pengelola Satuan Pendidikan, Pustakawan, Laboran, dan Teknisi sumber belajar. Guru yang terlibat di sekolah inklusi yaitu Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran (Pendidikan Agama serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan), dan Guru Pembimbing Khusus. Manajemen tenaga kependidikan antara lain meliputi: (1) Inventarisasi pegawai; (2) Pengusulan formasi pegawai; (3) Pengusulan pengangkatan, kenaikan tingkat, kenaikan berkala, dan mutasi; (4) Mengatur usaha kesejahteraan; (5) Mengatur pembagian tugas.

4. Manajemen Sarana-Prasarana

Di samping menggunakan sarana-prasarana seperti halnya anak normal, anak luar biasa perlu pula menggunakan sarana-prasarana khusus sesuai dengan jenis kelainan dan kebutuhan anak. Manajemen sarana-prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan belajar-mengajar.

5. Manajemen Keuangan/Dana

Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya. Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan, perlu dialokasikan dana khusus, yang antara lain untuk keperluan: (1) Kegiatan identifikasi input siswa, (2) Modifikasi kurikulum, (3) Insentif bagi tenaga kependidikan yang terlibat, (4)


(19)

Pengadaan sarana-prasarana, (5) Pemberdayaan peranserta masyarakat, dan (6) Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Pada tahap perintisan sekolah , diperlukan dana bantuan sebagai stimulasi, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Namun untuk penyelenggaraan program selanjutnya, diusahakan agar sekolah bersama-sama orang tua siswa dan masyarakat (Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah), serta pemerintah daerah dapat menanggulanginya. Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan menganut asas pemisahan tugas antara fungsi : (1) Otorisator; (2) Ordonator; dan (3) Bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. Kepala Sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai Otorisator dan dilimpahi fungsi Ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi Bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi Bendaharawan, juga dilimpahi fungsi Ordonator untuk menguji hak atas pembayaran. 6. Manajemen Lingkungan (Hubungan Lembaga Pendidikan dengan

Masyarakat)

Sekolah sebagai suatu system social merupakan bagian integral dari system social yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya sumber daya manusia (SDM) pada suatu daerah, tidak hanya bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan sekolah, namun sangat bergantung kepada tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah,


(20)

akan semakin maju pula sumber daya manusia pada daerah tersebut. Sebaliknya, semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah, akan semakin mundur pula sumber daya manusia pada daerah tersebut. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya selalu dilibatkan dalam pembangunan pendidikan di daerah. Masyarakat hendaknya ditumbuhkan “rasa ikut memiliki” sekolah di daerah sekitarnya. Maju-mundurnya sekolah di lingkungannya juga merupakan tanggungjawab bersama masyarakat setempat. Sehingga bukan hanya Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang memikirkan maju mundurnya sekolah, tetapi masyarakat setempat terlibat pula memikirkannya. Untuk menarik simpati masyarakat agar mereka bersedia berpartisipasi memajukan sekolah, perlu dilakukan berbagai hal, antara lain dengan cara memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

E. Tujuan Pengelolaan Pendidikan

Perlunya pengelolaan dalam pendidikan adalah untuk mengantisipasi perubahan global yang disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi informasi. Perubahan itu sendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement) di bidang pendidikan sehingga output pendidikan dapat bersaing dalam era globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi.

Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas pendidikan dalam pengelolaannya. Sebab syarat untuk bisa bersaing adalah perbaikan yang


(21)

berkelanjutan dalam organisasi, utamanya dalam peningkatkan pendidikan sesuai konsep total kualitas terpadu (TQM) pada perguruan tinggi, seperti diuraikan oleh Ralph G.Lewis dan Doughlas H.Smith, Total Quality in Higher Education, 1994-p.63 bahwa setidaknya terdapat sembilan unsur yang berkait yaitu: fokus pada kebutuhan pasar; punya performans yang tinggi dalam semua bidang; punya sistem pencapaian kualitas; ada ukuran prestasi; pengembangan nilai persaingan; anggota yang baik; perbaikan komunikasi internal dan eksternal; pemberian reward; adanya proses review yang secara berkelanjutan. Secara normatif penerapan kesembilan poin tersebut menjadi ukuran dan titik tolak untuk membuat citra pendidikan yang lebih baik, terutama pendidikan tinggi sebagai gudang ilmu pengetahuan dan teknologi masa depan.

Dengan begitu maka tujuan dan manfaat manajemen perencanaan pendidikan adalah:

1. Mengetahui permasalahan dalam rangka percepatan penuntasan Wajar 9 tahun.

2. Menyusun rencana dan merumuskan tujuan.

3. Mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam perencanaan.

4. Sebagai acuan dalam penetapan anggaran pendidikan.

5. Sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan khususnya dalam percepatan Wajar 9 tahun.

Selain itu, tujuan manajemen pendidikan; Pertama, terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Inovative, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM); Kedua, terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spritual


(22)

keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; Ketiga, terpenuhinya salah satu dari 4 kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan (tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga kependidikan sebagai manajer); Keempat, tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; Kelima, terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer pendidikan atau konsultan manajemen pendidikan); Keenam, teratasinya masalah mutu pendidikan.

F. Pengelola Pendidikan

Dalam pelaksanaan pengelolaan, termasuk pengelolaan pendidikan/ sekolah, perlu seorang manajer/pemimpin/administrator yang berpandangan luas dan berkemampuan, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Seorang manajer/ pemimpin/ administrator pendidikan/ sekolah diharapkan:

a. Memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan/sekolah yang meliputi kegiatan mengatur: kesiswaan, kurikulum, ketenagaan, sarana-prasarana, keuangan, hubungan dengan masyarakat dan kegiatan belajar-mengajar.

b. Memiliki keterampilan dalam bidang: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian pelaksanaan kegiatan yang ada di bawah tanggungjawabnya.

c. Memiliki sikap:Memahami dan melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh pimpinan; Menghargai peraturan-peraturan serta melaksanakannya; Menghargai cara berpikir yang rasional, demokratis, dinamis, kreatif, dan terbuka terhadap pembaharuan pendidikan serta


(23)

bersedia menerima kritik yang membangun dan saling mempercayai sebagai dasar dalam pembagian tugas.

Pelaksanaan format baru pengelolaan pendidikan dalam paradigma baru pendidikan Nasional itu, maka Undang-undang Sisdiknas mengatur dengan cermat tentang pengelolaan pendidikan dengan mengurangi peran dan kewenangan pemerintah, yaitu peran yang lebih besar sebagai regulator, fasilitator, evaluator, dan pengawas. Meskipun demikian masih ada beberapa sektor yang dapat dikelola oleh pemerintah )dan Pemerintah daerah) seperti pengelolaan satuan pendidikan nonformal (pasal 52 ayat 1 Undang-undang Sisdiknas: “Pengelolaan satuan Pendidikan nonformal dilakukan oleh Pemerintah daerah dan atau mayarakat). Selain itu Pemerintah Kabupaten atau Kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal (pasal 50 ayat 5). Sedang pemerintah Propinsi melakukan koordinasi atas penyelanggaraan pendidikan pengembangan tenaga kependidikan lintas daerah kabupaten atau kota oleh tingkat pendidikan dasar dan menengah (pasal 50 ayat 4). Khusus bagi perguruan tinggi diberi kewenangan menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di lembaganya (pasal 50 ayat 6). Meskipun sudah banyak kewenangan Pemerintah (pusat) yang dilimpahkan kepada Pemerintah daerah dan kepada kesatuan pendidikan, namun dalam pengelolaan sistem pendidikan Nasional tetap meruapakan tanggung jawab Menteri, yaitu menteri yang bertangguang jawab dalam bidang pendidikan Nasional. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). Dengan demikian Mendiknas bertanggung jawab terhadap keseluruhan komponen pendidikan yang paling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan nasional (pasal 1 butir 30 dan butir 3). Selain dari fungsi dan peran sebagai penyelanggara satuan pendidikan bertaraf internasional dan fungsi koordinator oleh pemerintah propinsi secara fungsi pengelolaan pendidikan non formal dan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota, maka selebihnya Pemerintah (dan pemerintah daerah) harus berkonsentrasi kepada fungsi sebagai regulator


(24)

(perumus kebijakan pendidikan nasional), fasilitator (menyediakan fasilits, layanan dan kemudahan), evaluator ( mengevaluasi program studi dan atau satuan pendidikan dan pengawas). Semuanya itu tanggung jawab Menteri.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-kaidah adiministrasi dalam bidang pendidikan. Pengelolaan pendidikan pada hakikatnya adalah fungsi untuk melakukan penataan semua kegiatan dalam pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai dalam batas-batas kebijakan yang telah ditentukan. Sebagai penyelenggara pendidikan, manajemen pendidikan tidak menentukan kebijakan-kebijakan yang bersifat kelembagaan.

Tujuan dan manfaat pengelolaan pendidikan antara lain:

1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna (Pakemb).

2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer).


(25)

5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai pengelola atau konsultan pengelolaan pendidikan)

6. Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh pengelolaannya

7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel

8. Meningkatkan citra positif pendidikan

B. SARAN

1. Seluruh stakeholder yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap sistem dan proses pendidikan di Indonesia seharusnya mengetahui dan memahami seutuhnya tentang manajemen pendidikan mengingat pentingnya manajemen pendidikan dalam keberhasilan pendidikan

2. Manajemen pendidikan di masa depan hendaknya dilakukan dengan melakukan usaha bersama secara kolektif, efektif dan efisien serta melakukan manajemen kurikulum dengan baik dan benar, sehingga tujuan dan cita-cita pendidikan bisa terwujud.


(1)

akan semakin maju pula sumber daya manusia pada daerah tersebut. Sebaliknya, semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah, akan semakin mundur pula sumber daya manusia pada daerah tersebut. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya selalu dilibatkan dalam pembangunan pendidikan di daerah. Masyarakat hendaknya ditumbuhkan “rasa ikut memiliki” sekolah di daerah sekitarnya. Maju-mundurnya sekolah di lingkungannya juga merupakan tanggungjawab bersama masyarakat setempat. Sehingga bukan hanya Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang memikirkan maju mundurnya sekolah, tetapi masyarakat setempat terlibat pula memikirkannya. Untuk menarik simpati masyarakat agar mereka bersedia berpartisipasi memajukan sekolah, perlu dilakukan berbagai hal, antara lain dengan cara memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

E. Tujuan Pengelolaan Pendidikan

Perlunya pengelolaan dalam pendidikan adalah untuk mengantisipasi perubahan global yang disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi informasi. Perubahan itu sendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement) di bidang pendidikan sehingga output pendidikan dapat bersaing dalam era globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi.

Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas pendidikan dalam pengelolaannya. Sebab syarat untuk bisa bersaing adalah perbaikan yang


(2)

berkelanjutan dalam organisasi, utamanya dalam peningkatkan pendidikan sesuai konsep total kualitas terpadu (TQM) pada perguruan tinggi, seperti diuraikan oleh Ralph G.Lewis dan Doughlas H.Smith, Total Quality in Higher Education, 1994-p.63 bahwa setidaknya terdapat sembilan unsur yang berkait yaitu: fokus pada kebutuhan pasar; punya performans yang tinggi dalam semua bidang; punya sistem pencapaian kualitas; ada ukuran prestasi; pengembangan nilai persaingan; anggota yang baik; perbaikan komunikasi internal dan eksternal; pemberian reward; adanya proses review yang secara berkelanjutan. Secara normatif penerapan kesembilan poin tersebut menjadi ukuran dan titik tolak untuk membuat citra pendidikan yang lebih baik, terutama pendidikan tinggi sebagai gudang ilmu pengetahuan dan teknologi masa depan.

Dengan begitu maka tujuan dan manfaat manajemen perencanaan pendidikan adalah:

1. Mengetahui permasalahan dalam rangka percepatan penuntasan Wajar 9 tahun.

2. Menyusun rencana dan merumuskan tujuan.

3. Mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam perencanaan.

4. Sebagai acuan dalam penetapan anggaran pendidikan.

5. Sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan khususnya dalam percepatan Wajar 9 tahun.

Selain itu, tujuan manajemen pendidikan; Pertama, terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Inovative, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM); Kedua, terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spritual


(3)

keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; Ketiga, terpenuhinya salah satu dari 4 kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan (tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga kependidikan sebagai manajer); Keempat, tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; Kelima, terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer pendidikan atau konsultan manajemen pendidikan); Keenam, teratasinya masalah mutu pendidikan.

F. Pengelola Pendidikan

Dalam pelaksanaan pengelolaan, termasuk pengelolaan pendidikan/ sekolah, perlu seorang manajer/pemimpin/administrator yang berpandangan luas dan berkemampuan, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Seorang manajer/ pemimpin/ administrator pendidikan/ sekolah diharapkan:

a. Memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan/sekolah yang meliputi kegiatan mengatur: kesiswaan, kurikulum, ketenagaan, sarana-prasarana, keuangan, hubungan dengan masyarakat dan kegiatan belajar-mengajar.

b. Memiliki keterampilan dalam bidang: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian pelaksanaan kegiatan yang ada di bawah tanggungjawabnya.

c. Memiliki sikap:Memahami dan melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh pimpinan; Menghargai peraturan-peraturan serta melaksanakannya; Menghargai cara berpikir yang rasional, demokratis, dinamis, kreatif, dan terbuka terhadap pembaharuan pendidikan serta


(4)

bersedia menerima kritik yang membangun dan saling mempercayai sebagai dasar dalam pembagian tugas.

Pelaksanaan format baru pengelolaan pendidikan dalam paradigma baru pendidikan Nasional itu, maka Undang-undang Sisdiknas mengatur dengan cermat tentang pengelolaan pendidikan dengan mengurangi peran dan kewenangan pemerintah, yaitu peran yang lebih besar sebagai regulator, fasilitator, evaluator, dan pengawas. Meskipun demikian masih ada beberapa sektor yang dapat dikelola oleh pemerintah )dan Pemerintah daerah) seperti pengelolaan satuan pendidikan nonformal (pasal 52 ayat 1 Undang-undang Sisdiknas: “Pengelolaan satuan Pendidikan nonformal dilakukan oleh Pemerintah daerah dan atau mayarakat). Selain itu Pemerintah Kabupaten atau Kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal (pasal 50 ayat 5). Sedang pemerintah Propinsi melakukan koordinasi atas penyelanggaraan pendidikan pengembangan tenaga kependidikan lintas daerah kabupaten atau kota oleh tingkat pendidikan dasar dan menengah (pasal 50 ayat 4). Khusus bagi perguruan tinggi diberi kewenangan menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di lembaganya (pasal 50 ayat 6). Meskipun sudah banyak kewenangan Pemerintah (pusat) yang dilimpahkan kepada Pemerintah daerah dan kepada kesatuan pendidikan, namun dalam pengelolaan sistem pendidikan Nasional tetap meruapakan tanggung jawab Menteri, yaitu menteri yang bertangguang jawab dalam bidang pendidikan Nasional. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). Dengan demikian Mendiknas bertanggung jawab terhadap keseluruhan komponen pendidikan yang paling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan nasional (pasal 1 butir 30 dan butir 3). Selain dari fungsi dan peran sebagai penyelanggara satuan pendidikan bertaraf internasional dan fungsi koordinator oleh pemerintah propinsi secara fungsi pengelolaan pendidikan non formal dan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota, maka selebihnya Pemerintah (dan pemerintah daerah) harus berkonsentrasi kepada fungsi sebagai regulator


(5)

(perumus kebijakan pendidikan nasional), fasilitator (menyediakan fasilits, layanan dan kemudahan), evaluator ( mengevaluasi program studi dan atau satuan pendidikan dan pengawas). Semuanya itu tanggung jawab Menteri.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-kaidah adiministrasi dalam bidang pendidikan. Pengelolaan pendidikan pada hakikatnya adalah fungsi untuk melakukan penataan semua kegiatan dalam pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai dalam batas-batas kebijakan yang telah ditentukan. Sebagai penyelenggara pendidikan, manajemen pendidikan tidak menentukan kebijakan-kebijakan yang bersifat kelembagaan.

Tujuan dan manfaat pengelolaan pendidikan antara lain:

1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna (Pakemb).

2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer).


(6)

5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai pengelola atau konsultan pengelolaan pendidikan)

6. Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh pengelolaannya

7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel

8. Meningkatkan citra positif pendidikan

B. SARAN

1. Seluruh stakeholder yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap sistem dan proses pendidikan di Indonesia seharusnya mengetahui dan memahami seutuhnya tentang manajemen pendidikan mengingat pentingnya manajemen pendidikan dalam keberhasilan pendidikan

2. Manajemen pendidikan di masa depan hendaknya dilakukan dengan melakukan usaha bersama secara kolektif, efektif dan efisien serta melakukan manajemen kurikulum dengan baik dan benar, sehingga tujuan dan cita-cita pendidikan bisa terwujud.