PENINGKATAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Komunikasi Belajar Matematika Dengan Strategi Pembelajaran Two Stay Two Stray Bagi Siswa Kelas VIID Semester Gasal SMP Al- Islam Kartasura Tahun 2013/2014.

PENINGKATAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA
DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN
TWO STAY TWO STRAY

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh :

DIAN LAILA APRIYANTI
A 410 100 049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

PENINGKATAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

STRATEGI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY
Oleh
Dian Laila Apriyanti1 dan Sutama2
1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, deanzz.osin@gmail.com
2

Staf Pengajar UMS Surakarta, sutama_mpd@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskipsikan peningkatan komunikasi belajar
matematika bagi siswa kelas VIID SMP Al-Islam Kartasura dengan strategi pembelajaran
Two Stay Two Stray (TS-TS) dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas. Sumber data guru dan siswa. Pelaksanaan tindakan kelas
dilaksanakan selama dua siklus. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
catatan lapangan, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dengan metode
alur, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan
data dengan triangalasi sumber dan metode. Hasil penelitian, pertama penerapan strategi
pembelajaran TS-TS dapat meningkatkan komunikasi belajar matematika siswa kelas VIID

SMP Al-Islam Kartasura. Kedua peningkatan komunikasi belajar matematika yaitu (a) siswa
yang antusias berbicara dari kondisi awal 23,34% siklus I 50% dan siklus II 73,34%, (b) siswa
yang antusias menulis dari kondisi awal 20% siklus I 53,33% siklus II 83,33%, (c) siswa yang
antusias menjelaskan konsep dari kondisi awal 26,67% siklus I 43,33% siklus II 76,67%, dan
(d) siswa yang antusias menggambar dari kondisi awal 16,67% siklus I 36,67% siklus II
56,67%.
Kata Kunci: komunikasi, Two Stay Two Stray

Pendahuluan
Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan
penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan
dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan
gagasan siswa. Sehingga komunikasi sangatlah penting bagi siswa dan guru. Komunikasi
dalam pembelajaran sangat menentukan hasil pembelajaran. Proses komunikasi yang berjalan
secara lancar antara guru dan siswa akan membawa hasil pembelajaran yang baik. Sebaliknya
komunikasi yang terhambat bisa terjadi karena guru tidak membuka ruang komunikasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan yang sama juga terjadi di SMP Al-Islam
Kartasura di mana kegiatan pembelajaran ditemukan keragaman masalah, salah satunya
tentang rendahnya komunikasi belajar siswa. Hal ini dapat ditunjukan dari siswa yang


antusias berbicara sebanyak 7 siswa (23, 34 %), siswa yang antusias menulis sebanyak 6
siswa (20 %), siswa yang antusias menjelaskan konsep sebanyak 8 siswa (26, 67 %), dan
siswa yang antusias menggambar sebanyak 5 siswa (16, 67 %).
Akar penyebab masalah yang terjadi yaitu salah satu tugas guru yang teramat penting
adalah bagaimana membangun interaksi dengan peserta didik di kelas. Lebih-lebih ketika
guru harus bertatap muka secara perseorangan dengan peserta didiknya. Kurangnya guru
dalam berkomunikasi dengan siswa dapat disebabkan kurangnya kecakapan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Guru yang kurang kreatif dalam menggunakan metode
pembelajaran menyebabkan siswa kurang tertarik dengan pelajaran tersebut. Selain itu,
kurangnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi disebabkan oleh faktor takutnya siswa
untuk bertanya kepada guru. Siswa akan mencari jawaban sendiri dari sumber lain seperti
yang belum dipahami sehingga merasa tidak ingin bertanya kepada guru. Disisi lain guru
masih dianggap sebagai seseorang yang menakutkan yang ada di kelas.
Tindakan awal peneliti merumuskan permasalahan dengan jelas sesuai dengan
informasi yang ada, langkah selanjutnya menyusun langkah-langkah tindakan secara urut
dengan memperhatikan karakteristik dari obyek yang hendak diberi tindakan. Sebagai
langkah akhir tindakan adalah menganalisis data berdasarkan sumber data untuk menarik
kesimpulan.
Langkah penelitian tindakan kelas merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai
perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Penelitian ini

diperlukan kondisi awal untuk mengetahui penyebab kurangnya komunikasi belajar
matematika siswa sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk
melengkapi kajian teori yang ada sehingga dapat meningkatkan komunikasi siswa dalam
pembelajaran. Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) untuk meningkatkan komunikasi siswa
dalam belajar matematika.
Langkah penerapan metode TS-TS yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok,
masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 siswa, guru memberikan sedikit materi, guru
memberikan permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok. Setelah waktu
berdiskusi selesai, 2 – 3 siswa dari kelompoknya, bertamu ke kelompok lain, 2 siswa lainnya
menerima tamu yang berkunjung kekelompoknya. Siswa diberikan waktu untuk bertamu.
Setelah waktu yang diberikan selesai, siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya untuk
mendiskusikan hasil yang diperoleh selama bertamu, hasil diskusi dituangkan dalam lembar
jawab terkontrol kelompok. Hasil diskusi dan kegiatan berkunjung dikumpulkan dan satu

kelompok diminta membecakan hasilnya. Melalui tanya jawab guru bersama siswa mereview
dan mengevaluasi presentasi hasil kelompok.
Pembelajaran TS-TS ditutup dengan tanya jawab merefleksikan kegiatan yang telah
dilakukan dan membuat simpulan atas materi yang telah dibahas. Setelah itu guru
memberikan tes terkontrol mandiri sebagai evaluasi untuk mengetahui sampai dimana

pemahaman siswa dalam pembelajaran pertemuan itu. Hamidin (2010) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa langkah-langkah Two Stay Two Stray dapat dimodifikasi oleh guru,
tergantung pada kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
Meningkatnya komunikasi siswa dalam belajar matematika yang meliputi antusias
berbicara siswa (lebih dari 60 %), antusias menulis siswa (lebih dari 65 %), antusias
menjelaskan konsep (lebih dari 60 %), dan antusias menggambar siswa (lebih dari 55 %).

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru matematika,
dan peneliti. Menurut Hopkins dalam Sutama (2010: 15) penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtansif, suatu
tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami
apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Penelitian tindakan ditandai dengan adanya perbaikan terus menerus sehingga
tercapainya sasaran dari penelitian tersebut. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus
yang dirancang oleh peneliti. PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga kepuasan
peneliti menjadi tolak ukur berhasil tidaknya siklus-siklus tersebut.Tempat yang digunakan
untuk melakukan penelitian peningkatan komunikasi belajar matematika dengan strategi
pembelajaran TS-TS adalah kelas VIID SMP Al-Islam Kartasura. Sekolah ini beralamatkan

di jalan Jend. Sudirman Kartasura.
Sumber dari penelitian meliputi guru matematika dan siswa kelas VIID SMP Al-Islam
Kartasura. Metode pengumpulan data berupa observasi, tes, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan dengan metode alur, yang terdiri dari reduksi
data, penyajian data, dan kesimpulan. Keabsahan data dengan triangulasi sumber dan metode.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Proses pembelajaran di kelas mempelajari materi pada bab Bentuk Aljabar SMP kelas
VII semester gasal. Pada siklus I materi yang dipelajari yaitu operasi hitung pada bentuk

aljabar. Pada siklus II materi yang dipelajari tentang bentuk aljabar dalam kehidupan seharihari.
Sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat juga berlaku pada
bentuk aljabar tetapi operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk aljabar hanya dapat
dilakukan pada suku-suku sejenis saja. Operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk
aljabar dapat diselesaikan dengan menggunakan sifat distributif.
a.

Penjumlahan
Bentuk umum dari penjulahan suatu bentuk aljabar yaitu
+


+

+

=

+

=

+

=

+

1.

=


+

2.

+

=

Contoh:
+

+

+

+

+


+

+

+

+

=

Operasi aljabar pada bentuk di atas tidak dapat dilakukan karena suku-sukunya tidak
,

sejenis, yaitu
3.

tidak sejenis.

Sederhanakan bentuk aljabar berikut.
2


+

2

+

2

+

2

dan

Penyelesaian:
2

b.


dan

+

+

+

+

+

+

Pengurangan

Bentuk umum dari pengurangan suatu bentuk aljabar yaitu
+



+

=

+

=



=

+



=

Contoh:



+







1. Kurangkan bentuk aljabar berikut.
a)
b)



2

+

dari
+



dari

2

+



Penyelesaian:


a)

2

b)

c.



+





2



=



+

+

=−




=

=

Penjumalahan dan Pengurangan
Bentuk umumnya:



+



=

=



− +

+
2

2

+









2







Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh-contoh berikut:


1.



+

2.

+

+



=

=

=

+

+

+

+

+



=



3. Sederhanakanlah bentuk berikut.


a)

2

b)

+

+

Penyelesaian
a)




b)



+



+

+




+

2

+

+

2

+

+





+



2

2

+ −

+



+



Banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan perhitungan
matematika. masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan dengan cara membuat model
matematika yang berkaitan dengan masalah tersebut, baru kemudian dapat dicari hasilnya.
Contoh:
1. Suau model kerangka balok terbuat dari kawat dengan ukuran panjang
lebar

+

cm, dan tinggi

cm. Tentukan

a. Persamaan panjang kawat dalam ;

b. Nilai , jika panjang kawat seluruhnya =

cm.

+

cm,

Penyelesaian:
Diketahui:
�=

+

�=

+

�=

+

cm
cm

cm

Ditanyakan:
a. Persamaan panjang kawat dalam ;

= ? jika panjang kawat seluruhnya = 104 cm.

b.

Jawab:

a. Diketahui bahwa jumlah rusuk panjang pada balok ada 4 rusuk, jumlah rusuk
lebar pada balok ada 4 rusuk, dan jumlah rusuk tinggi pada balok ada 4 rusuk.
Misalkan: Panjang kawat = Pk
Pk =

� +

=( ×

=

+

+

=

+

=

+

+

=

+

+

+

� +

)+( ×

+

+

+



Pk =









Jadi,

+

=

=

=

+

+

)+

×

+ +

Jadi, panjang kawat dalam
b.

�

adalah

+

.



=

=

= .

Pembelajaran dalam penelitian ini, kegiatan awal dimulai dari siswa berdoa, kemudian
dilanjutkan dengan guru mengucap salam dan tegur sapa, hal tersebut termasuk dalam
conditioning. Darmawati (2013) Pengelolaan kelas yang dilaksanakan oleh guru
dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi
siswa, sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan efisien. Sehingga

pengkondisian kelas sangat diperlukan dalam pembelajaran, untuk memperoleh pembelajaran
yang kondusif.
Sebelum masuk ke inti pembelajaran, guru memberikan motivasi mengenai
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Rivera (2013) penggunaan praktek
pembelajaran kooperatif menjabat sebagai kendaraan untuk memotivasi siswa untuk
bekerjasama pada kelompoknya. Motivasi diberikan oleh guru untuk menyemangati siswa
saat bekerja dalam kelompok maupun individu.
Inti pembelajaran dilaksanakan dalam beberapa tahap, tahap pertama siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 siswa, guru
memberikan sedikit materi, guru memberikan permasalahan yang akan didiskusikan dalam
kelompok. Charalampos Toumasis (2004) mengatakan bahwa penggunaan kerja tim atau
kerja kelompok dapat memotivasi siswa karena siswa dapat terlibat dalam membahas materi
dan guru tidak lagi aktif dalam pembelajaran. Sesuai dengan jurnal tersebut, maka antusias
siswa dalam menjelaskan konsep membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
Tahap kedua, setelah waktu berdiskusi selesai, 2 – 3 siswa dari kelompoknya, bertamu
ke kelompok lain, 2 siswa lainnya menerima tamu yang berkunjung kekelompoknya. Siswa
diberikan waktu untuk bertamu. Setelah waktu yang diberikan selesai, siswa yang bertamu
kembali ke kelompoknya untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh selama bertamu, hasil
diskusi dituangkan dalam lembar jawab terkontrol kelompok. Tahap ini adalah inti dari
strategi pembelajaran TS-TS. Hamidin (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
langkah-langkah Two Stay Two Stray dapat dimodifikasi oleh guru, tergantung pada
kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Pemberian tes terkontrol kelompok membantu siswa
dalam menuangkan ide atau gagasan mereka ke dalam bentuk tulisan.
Tahap ketiga, hasil diskusi dan kegiatan berkunjung dikumpulkan dan satu kelompok
diminta membecakan hasilnya. Melalui tanyajawab guru bersama siswa mereview dan
mengevaluasi presentasi hasil kelompok. Menurut Faint (2010) Diskusi dan presentasi yang
dilakukan siswa berarti mereka belajar mengkomunikasikan hasil karyanya disertai
tanyajawab dengan teman atau guru sehingga memunculkan ide-ide baru. Dari jurnal tersebut
diperoleh makna bahwa mempresentasikan hasil ke depan kelas membantu siswa dalam
mengkomunikasikan ide-ide yang diperoleh.
Tahap keempat, akhir pembelajaran ditutup dengan tanyajawab merefleksikan
kegiatan yang telah dilakukan dan membuat simpulan atas materi yang telah dibahas. Setelah
itu guru memberikan tes terkontrol mandiri sebagai evaluasi untuk mengetahui sampai
dimana pemahaman siswa dalam pembelajaran pertemuan itu. Menurut Widoyoko (2008)

Result evaluation difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah
mengikuti suatu program. Adanya tes terkontrol mandiri sangat diperlukan untuk mengetahui
hasil akhir siswa dalam suatu pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses tindakan kelas terhadap komunikasi
belajar matematika siswa kelas VIID SMP Al-Islam Kartasura dapat disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 1
Data Peningkatan Komunikasi Belajar Matematika Siswa

No.

Indikator Komunikasi
Belajar Matematika Siswa

Sebelum
Tindakan

1.

Antusias Berbicara

2.

Sesudah Tindakan
Siklus II

7 siswa
(23, 34%)

Siklus I
15 siswa
(50 %)

22 siswa
(73, 34 %)

Antusias Menulis

6 siswa
(20 %)

16 siswa
(53, 33 %)

25 siswa
(83, 33 %)

3.

Antusias Menjelaskan Konsep

8 siswa
(26, 67 %)

13 siswa
(43, 33 %)

23 siswa
(76, 67 %)

4.

Antusias Menggambar

5 siswa
(16, 67 %)

11 siswa
(36, 67 %)

19 siswa
(56, 67 %)

Adapun grafik peningkatan komunikasi belajar siswa dari sebelum tindakan sampai
tindakan kelas siklus II dapat digambarkan sebagai berikut:

Grafik Peningkatan Komunikasi Belajar Matematika Siswa
Menggunakan Strategi Pembelajaran Two Stay Two Stray
(TS-TS)
30

Jumlah Siswa

25
20

Antusias Berbicara

15

Antusias Menulis

10

Antusias Menjelaskan Konsep

5

Antusias Menggambar

0

Sebelum
Tindakan

Siklus I

Siklus II

Gambar 1
Grafik Peningkatan Komunikasi Belajar Matematika

Tindakan dilakukan berdasarkan hasil analisis data kualitatif terhadap data yang
diperoleh selama penelitian antara peneliti, guru matematika kelas VIID, dan kepala sekolah
SMP Al-Islam Kartasura. Selama proses penelitian berlangsung, tindakan yang dilakukan
oleh peneliti adalah peningkatan komunikasi belajar matematika siswa melalui strategi
pembelajaran TS-TS.
Pada konsidi awal sebelum tindakan, siswa yang antusias berbicara sebanyak 7 siswa
(23, 34 %). Prosentase ini menunjukan bahwa siswa masih merasa takut untuk menyampaikan
gagasan yang mereka fikirkan dalam suatu pembelajaran. Ratna Anggaraini (2013)
menyatakan bahwa ketrampilan berbicara selalu ada dalam setiap tema pembelajaran.
Berbicara pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif. Dalam hal ini, antusias
berbicara pada siswa sangat penting dalam pembelajaran.
Berdasarkan siklus I, antusias berbicara siswa mengalami peningkatan, walaupun
peningkatan tersebut belum memuaskan. Siswa yang antusias berbicara sebanyak 15 siswa
(50 %). Dian Mayasari (2012) menyimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Two
Stay Two Stray dapat meningkatkan komunikasi matematis tertulis siswa, dilihat dari hasil
penelitiannya pada siklus pertama, rata-rata nilai siswa 69, 79 dan hanya 50 % siswa
mendapat nilai minimal 75. Pada siklus kedua, rata-rata nilai siswa 79, 625 dan 77,8 % siswa
mendapat nilai minimal 75 sehingga penelitian dikatakan berhasil. Hasil penelitian ini
dimaknai, strategi pembelajaran TS-TS efektif digunakan dalam pembelajaran matematika.
Pada tindakan kelas siklus II, siswa yang antusias berbicara sebanyak 22 siswa (73,
34 %). Peningkatan pada siswa mengidentifikasi bahwa strategi pembelajaran telah berhasil
diterapkan pada siswa. Effandi Zakaria and Zanaton Ikhsan (2007) mengatakan bahwa
penggunaan pembelajaran kooperatif memberikan alternatif pada metode pembelajaran
tradisional. Pembelajaran kooperatif memberikan hasil bahwa pembelajaran akan lebih
efektif ketika siswa aktif dalam tukar pikiran dan bekerja dalam kelompok untuk
menyelesaikan persoalan. Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran TS-TS sangat efektif digunakan dalam
pembelajaran.
Pada konsidi awal sebelum tindakan, siswa yang antusias menulis sebanyak 6 siswa
(20 %). Dalam hal ini, siswa merasa malas dalam mencatat materi pelajaran maupun
mengerjakan permasalahan yang diberikan oleh guru. Thompson (2007) dalam penelitiannya
mengatakan standart proses komunikasi dalam prinsip dan standart sekolah adalah alat
penting untuk membantu siswa mengembangkan literasi matematika. Sehingga di dalam

kelas siswa perlu didorong untuk berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis dalam
mengkomunikasikan pemahaman mereka tentang kata-kata matematika, simbol, dan konsep.
Berdasarkan siklus I, antusias berbicara siswa mengalami peningkatan, walaupun
peningkatan tersebut belum memuaskan. Siswa yang antusias menulis sebanyak sebanyak 16
siswa (53, 33 %). Charalampos Toumasis (2004) mengatakan bahwa penggunaan kerja tim
atau kerja kelompok dapat memotivasi siswa karena siswa dapat terlibat dalam membahas
materi dan guru tidak lagi aktif dalam pembelajaran.
Pada tindakan kelas siklus II, siswa yang antusias menulis sebanyak 25 siswa (83, 33
%). Peningkatan pada siswa mengidentifikasi bahwa strategi pembelajara telah berhasil di
terapkan pada siswa. Zaini (2010) menyatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
matematika dalam pembelajaran matematika dalam menuliskan lambang pecahan melalui
penggunaan metode diskusi. Pada penelitian ini, antusias siswa menuliskan ide matematika
melalui diskusi kelompok dengan menuangkan ide dalam bentuk tulisan di lembar jawaban
yang disediakan bertambah meningkat seiring dengan diskusi yang dilakukan.
Pada konsidi awal sebelum tindakan, siswa yang antusias menjelaskan konsep
sebanyak 8 siswa (26, 67 %). Menurut Kosko dan Wilkins (2010) menyatakan siswa yang
menggunakan manipulasi untuk belajar matematika lebih cenderung terlihat aktif dalam
komunikasi matematika dan sebaliknya. Kondisi menunjukkan bahwa siswa yang lebih
banyak menggunakan kemampuan berpikirkritisnya saat berdiskusi akan memunculkan sikap
komunikatif dalam menyelesaikan permasalahan.
Berdasarkan siklus I, antusias menjekaskan konsep siswa mengalami peningkatan,
walaupun peningkatan tersebut belum memuaskan. Siswa yang antusias menjelaskan konsep
sebanyak sebanyak 13 siswa (43, 33 %). Saraswati (2012) mengatakan hasil penelitian
menunjukan penerapan strategi pembelajaran TS-TS berbantu LKPD dan alat peraga dapat
meningkatkan minat belajar peserta didik, penerapan strategi efektif terhadap kemampuan
pemahaman konsep peserta didik. Ditunjang dari jurnal diatas, maka penggunaan strategi
pembelajaran TS-TS dapat meningkatkan komunikasi belajar siswa pada aspek menjelaskan
konsep.
Pada tindakan kelas siklus II, siswa yang antusias menjelaskan konsep sebanyak 23
siswa (76, 67 %). Peningkatan pada siswa mengidentifikasi bahwa strategi pembelajara TSTS telah berhasil di terapkan pada siswa. Grenier, Michelle; Dyson, Ben; Yeaton, Pat (2005)
dalam penelitiannya mendiskusikan pembelajaran kooperatif sebagai strategi pembelajaran
yang mendorong siswa untuk bekerjasama dan meningkatkan motivasi untuk belajar. Dari
jurnal tersebut, dalam penelitian ini mulai dari sebelum tindakan hingga siklus II, guru

memberikan motivasi dalam pembelajaran, sehingga siswa antusias menjelaskan konsep
matematika.
Pada konsidi awal sebelum tindakan, siswa yang antusias menggambar sebanyak 5
siswa (16, 67 %). Menurut Wahyudin (2010) kemampuan komunikasi matematis adalah
kemampuan seseorang untuk: (1) menulis pernyataan matematis; (2) menulis alasan atau
penjelasan dari setiap argumen matematis yang digunakannya untuk menyelesaikan masalah
matematika; (3) menggunakan istilah, tabel, diagram, notasi atau rumus matematis dengan
tepat; (4) memeriksa atau mengevaluasi pikiran matematis orang lain. Dalam penelitian ini
kemampuan komunikasi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana diharapkan
siswa mampu menjelaskan, menggambarkan dengan notasi-notasi matematika.
Berdasarkan siklus I, antusias menggambar siswa mengalami peningkatan, walaupun
peningkatan tersebut belum memuaskan. Siswa yang antusias menggambar sebanyak
sebanyak 11 siswa (36,67 %). Lipeikiene (2009) menyatakan bahwa konsep komunikasi
matematika digunakan dalam berbagai aspek dan tingkatan. Kurikulum merupakan aspek
utama dalam komunikasi matematika yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran yang
menjamin pendidikan lebih inovatif. Dalam penelitian ini, komunikasi dalam pembelajaran
disertai strategi pembelajaran TS-TS akan memotivasi siswa untuk antusias dalam
menggambar.
Pada tindakan kelas siklus II, siswa yang antusias menggambar sebanyak 19 siswa
(56, 67 %). Peningkatan pada siswa mengidentifikasi bahwa strategi pembelajara TS-TS telah
berhasil di terapkan pada siswa. Marisha (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
adanya peningkatan komunikasi belajar matematika pada aspek menggambarkan ide ke
dalam model matematika dengan strategi pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan
mulai dari sebelum tindakan hingga siklus II yaitu kondisi awal 6,1 %, siklus I 36,2%, siklus
II 79,6 %. Dalam penelitian ini adanya peningkatan yang terjadi mulai sebelum tindakan
hingga siklus II, sama seperti yang disampaikan oleh Marisya walaupun strategi yang
dilakukan berbeda.
Sebelum pelaksanaan tindakan, komunikasi belajar matematika siswa kelas VIID
SMP Al-Islam Kartasura kurang sesuai harapan. Hal ini terbukti dengan belum tercapainya
indikator-indikator komunikasi matematika sebagai berikut: antusias berbicara siswa pada
siklus I siswa sudah mulai antusias berbicara mengenai pembelajaran yang berlangsung
daripada sebelum tindakan. Siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran TS-TS yang
diterapkan oleh guru sehingga peningkatannya belum sesuai harapan. Akan tetapi sedikit
demi sedikit siswa antusias berbicara walaupun hanya sebagian siswa yang didominasi oleh

siswa yang pandai. Perbaikan pada siklus I yang diterapkan pada siklus II membawa dampak
yang positif bagi siswa.
Antusias menulis siswa pada tahap ini, siswa diharapkan siswa antusias menulis dalam
pembelajaran, siswa mau menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru dengan
menuliskan hasil diskusi maupun pemikirannya dalam lembar jawab yang telah disediakan.
Pada siklus I, antusias menulis siswa peningkatannya belum sesuai harapan. Namun, seiring
bertambahnya intensitas diskusi dan motivasi dari guru, pada siklus II prosentase siswa yang
antusias menulis semakin meningkat.
Antusias menjelaskan konsep dalam strategi TS-TS, siswa diberikan oleh guru
permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi tersebut siswa yang
tergolong pandai menjelaskan ke siswa lainnya. Sebelum tindakan banyak siswa pandai yang
tidak mau menjelaskan ke siswa lain, sifat egoisme antar siswa masih tergolong tinggi. Dalam
siklus I, antusias menjelaskan konsep belum sesuai harapan, peningkatannya masih rendah.
Namun, seiring bertambahnya intensitas berdiskusi dan motivasi dari guru, pada siklus II
antusias menjelakan konsep mengalami peningkatan yang lebih tinggi.
Antusias menggambar siswa pada siklus I, antusias menggambar siswa dalam
pembelajaran kurang sesuai harapan. Dalam aspek menggambar, siswa jarang merunut
jawaban yang diberikan dengan lengkap dan urut, siswa hanya menjawab dengan jawaban
akhirnya saja. Hal tersebut dapat diatasi dengan diskusi dan motivasi dari guru. Sehingga
pada siklus II antusias menggambar siswa meningkat sesuai dengan harapan.
Berdasarkan penelitian tersebut, mendukung hipotesis bahwa dengan menggunakan
strategi pembelajaran TS-TS dapat meningkatkan komunikasi belajar matematika siswa kelas
VIID semester Gasal SMP Al-Islam Kartasura tahun ajaran 2013/2014.

Penutup
Proses pembelajaran matematika yang dilakukan antara peneliti dan guru dalam
penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS). Prosedur
strategi penelitian adalah 1) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 4 – 5 orang siswa, 2) guru memberikan sedikit materi pelajaran, 3) siswa
bekerja dalam kelompoknya untuk membahas permasalahan yang diberikan oleh guru, 4) 2
orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan
tugas dari kelompok lain dan anggota kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima siswa
yang bertamu ke kelompoknya, 5) Siswa yang bertamu kembali ke kolompoknya dan
menyampaikan hasil kunjungan kepada anggota lain. Hasil kunjungan dibahas bersama dan

dicatat, 6) Hasil diskusi dan kegiatan berkunjung dikumpulkan dan satu kelompok diminta
membacakan hasilnya, 7) Guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan tentang
pembelajaran pada pertemuan itu.
Setelah diterapkannya pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran
TS-TS, maka guru banyak mengalami perubahan dalam proses pembelajaran matematika,
misalnya guru sudah melibatkan siswa untuk lebih komunikatif dalam pembelajaran.
Komunikasi belajar matematika malului strategi TS-TS mengalami peningkatan. Hal ini
terlihat dari meningkatnya indikator-indikator komunikasi matematika siswa yang antusias
berbicara menjadi 22 siswa (73, 34 %), siswa yang antusias menulis menjadi 25 siswa (83,
33 %), siswa yang antusias menjelaskan konsep menjadi 23 siswa (76,67 %), dan siswa yang
antusias menggambar menjadi 19 siswa ( 56, 67 %).
Kesimpulan memberikan implikasi bahwa penerapan strategi pembelajaran TS-TS
dapat meningkatkan komunikasi belajar matematika siswa kelas VIID SMP Al-Islam
Kartasura. Dapat dilihat dari meningkatnya indikator-indikator komunikasi meliputi antusias
berbicara, antusias menulis, antusias menjelaskan konsep, dan antusias menggambar siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran TS-TS merupakan salah satu solusi untuk
meningkatkan komunikasi belajar matematika siswa.
Tindak mengajar yang dilakukan oleh guru dan tindak belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran TS-TS dalam
pembelajaran memberikan gambaran sejauh mana komunikasi belajar matematika siswa
dapat ditingkatkan. Perhatian dan bimbingan dari guru dapat memicu komunikasi siswa
sehingga siswa termotivasi dan senang dalam mempelajari matematika. Meningkatnya
komuniaksi belajar siswa berdampak pada meningkatnya hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hendaknya kepala sekolah dapat
menerima setiap kritik dan saran dari guru untuk kebijakan pembelajaran. Pihak sekolah harus
dapat menciptakan kondisi belajar yang nyaman dengan memperhatikan fasilitas dan sarana
prasarana sekolah yang memadai untuk menunjang pembelajaran.
Guru hendaknya dapat menerapkan strategi pembelajaran yang lebih menarik untuk
siswa agar proses pembelajaran lebih efektif dan memperoleh hasil yang baik.
Menindaklanjuti dari hasil penelitian ini guru hendaknya dapat menerapkan strategi
pembelajaran TS-TS dalam pembelajaran matematika guna meningkatkan kemampuan
komunikasi belajar matematika siswa.
Terhadap peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian pada hal-hal yang
belum dicapai secara maksimal seperti minat dan motivasi siswa dalam berdiskusi, masih ada

siswa yang takut untuk mengemukakan pendapat saat diskusi kelompok maupun persentasi
di depan kelas. Dikarenakan faktor tersebut, penerapan strategi pembelajaran TS-TS menjadi
kurang maksimal dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dalam implementasi
strategi pembelajaran TS-TS diperlukan perbaikan agar tercipta suasana pembelajaran yang
baik dan kondusif sehingga sekolah dapat menghasilkan lulusan yang handal dan bermutu.

Daftar Pustaka
Anggraini, R., & Seli, S. 2013. Peningkatan keterampilan berbicara menggunakan metode
bercerita pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Semitau. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, Vol. 2 No. 2.
Darwati, Sri. 2013. “Penerapan Metode Edutaiment Humanizing the Classroom Dalam
Bentuk Moving Class Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar”. Prosiding
Seminar Nasional Manejemen Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Djamarah, Syaiful, Bahari, dan Aswan Zaini. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Effandi. 2007. “Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A
Malaysian Perspective”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education, Vol. 3 No. 1, pp: 35 – 39.
Grenier, Michelle; Dyson, Ben; Yeaton, Pat. 2005. “Cooperative Learning that Includes
Students with Disabilities”. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, Vol.
76 No. 6, pp: 29 – 35.
Hamidin. 2010. Improving Students’ Comperhensive of Poems Using Two Stay Two Stray
Strategy at the English Departmen of FKIP UNISMA. Thesis tidak diterbitkan.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Kosko, Karl W dan Jesse L. M. Wilkins. 2010. “Mathematical Communication and Its
Relation to the Frequency of Manipulative Use”. International Electronic Journal of
Mathematics Education Vol. 5 No. 2.
Lipeikiene, Joana. 2009. Proceedings of the 9th International Conference on Technology in
Mathematics Teaching. A Wide Concept of Mathematical Communication (pp.XXX).
Metz, France: ICTMT 9.
Marisha, Yhunika Putri, 2013. “Peningkatan Komunikasi Dan Hasil Belajar Matematika
Dengan Strategi Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa SMP”. Prosiding Seminar

Nasional Manejemen Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan.

Universitas

Muhammadiyah Surakarta.
Mayasari, Dian. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray
untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Kelas XI IPA 5 SMAN 1
Purwosari Pasuruan”. Journal online Universitas Negeri Malang, Vol. 1 No. 2.
Saraswati, In Diyah. 2012. “Penerapan Pembelajaran Two Stay-Two Stray

Terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Minat”. Unnes Journal of Mathematics
Education, Vol. 1 No. 1.
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK.
Semarang: Surya Offset.
Thompson, Denisse R. & Chappell, Michaele F. 2007. “Communication and Representation
as Elements in Mathematical Literacy, Reading & Writing Quarterly”. Overcoming
Learning Difficulties, Vol. 23 No. 2, pp: 179 – 196.
Toumasis, Charalampos. 2004. “Cooperative study teams in mathematics classroom”.
International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, Vol. 35,
No. 5, pp. 669 – 679.
Wahyudin. 2010. “Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Calon
Guru Matematika melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah”.
Makalah KNM 2010. Jurusan Pendidikan

Matematika, FPMIPA Universitas

Pendidikan Indonesia.
Widoyoko, S. E. P., & Purworejo, F. U. M. 2008. Model Evaluasi Program Pembelajaran IPS
di SMP. Jurnal Nasional tahun XI, Vol. 1 No. 1 pp: 7 – 12.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang

3 64 24

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Efektivitas Model Pembelajaran Koperatif Tipe Two Stay Two Stray Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa

3 10 51

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII1 MTS Negeri Enok

0 1 9

Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Dan Two Stay Two Stray Dengan Kemampuan Awal Di Sma Negeri 1 Terbanggi Besar

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada Kelas 5

0 0 86

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada Kelas 5

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada Kelas 5

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada Kelas 5

0 0 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) di Tinjau dari Hasil Belajar Siswa Kelas V SD pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 15