Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada Kelas 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika

  Hakikat Pembelajaran Matematika merupakan suatu proses yang sengaja dirancang dan disusun dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika juga harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman yang berhubung dengan matematika.

  Depdiknas seperti dikutip oleh Susanto (2015: 184) matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya saling berkaitan dengan penalaran. Kurikulum 2006 menjelaskan bahwa matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, memiliki peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan pada daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi saat ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit.

  Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperrlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

  Menurut Susilo seperti dikutip oleh Ibrahim dan Suparni (2012: 12) berpendapat bahwa “matematika dipandang sebagai aspek metode, cara penalaran, bahasa dan objek penyeledikannya memiliki kekhasan yang keseluruhnya merupakan bagian dari karya manusia yang bersifat universal. Sehingga matematika merupakan salah satu hasil karya manusia berdasarkan pengalaman baik dari aspek metode, cara penalaran, bahasa dan objek peyelidikan yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ahmad Susanto (2008: 189) berpendapat bahwa “matematika merupakan aktivitas insane (human

  activities

  ) yang harus dikaitkan dengan realitas”. Sehingga matematika merupakan cara berfikir logis yang yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang tak ada yang tak lepas dengan aktivitas insani tersebut. Maka dari itu, matematika tidak lepas dari kehidupan sehari-hari yang mempunyai kegunaan dalam pemecahan masalah matematika sehari-hari.

  Menurut Ahmad Susanto (2012: 185) Matematika merupakan suatu disiplin ilmu yang bisa meningkatkan kemampuan dalam berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi yang bisa dipergunakan dalam peyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari serta pada dunia kerja, serta dapat memberikan dukungan dalam pengembangan IPTEK. Menurut Wahyudi (2012: 5) Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari struktur abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Sehingga dapat diartikan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang konsep, struktur konsep dan mencari hubungan yang ada didalamnya.

  Dari uraian beberapa pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang yang mengkaji berbagai aspek yang mana berupa metode, cara penalaran, bahasa,dan pola struktur dan objek peyelidikan berkaitan dengan penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga mempunyai kegunaan dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

  Keberhasilan dari tercapainya tujuan pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran merupakan suatu strategi yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan

  Model pembelajaran adalah suatu pola yang dijadikan sebagai pedoman dalam perencanaan suatu pembelajaran yang akan dilakssanakan di dalam kelas maupun untuk tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka

  Berdasarkan pendapat para ahli yang dipaparkan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang disusun secara sistematis dengan tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa guna tercapainya tujuan yang akan dituju.

  Menurut Ma’mur Asmari (2016: 37) menjelaskan bahwa kata cooperative berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama tidak sendirian, yakni dengan saling membantu satu sama lain sebagai sebuah tim. Jadi, pembelajaran kooperatif Semua model pembelajaran kooperatif tentunya baik jika digunakan dalam proses pembelajaran, selama model yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Terdapat berbagai macam model pembelajaran kooperatif. Menurut Komalasari (2010: 62) model-model pembelajaran kooperatif meliputi Number

  

Two Stray . Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dipakai adalah model

pembelajaran kooperatif Tipe Two Stay Two Stray(TSTS).

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

  Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan Spancer Kagan (1992). menurut Anita Lie (2010: 61) tipe ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didik. Isjoni (2010: 113) sependapat dengan pendapat Anita Lie bahwa tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

  Sejalan dengan itu, Huda (2011: 120) berpendapat sama yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik.

  Selain itu menurut Ma‟rif (2012) TSTS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk dapat membagikan hasil dan informasi yang diperoleh kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan

  Menurut Agus Suprijono (2010: 93) pelaksanaan tipe ini dimulai dengan pembagian kelompok secara heterogen, setelah berkelompok guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi dalam kelompok usai, dua orang dari masing masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu dengan kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban untuk menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu yang datang. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diharuskan bertamu kepada kelompok lain. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, Siswa kembali ke kelompok asal. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang mereka tunaikan.

  B. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

  Tujuan penting dari sebuah pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009: 20) adalah untuk mengajarkan kepada siswa tentang keterampilan kolaborasi dan kerjasama. Menurut Ibrahim (Falafalah, 2010) model pembelajaran kooperatif diiharapkan mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran diantaranya : Keterampilan bekerja sama dan kolaborasi yang diajarkan kepada siswa. Keterampilan-keterampilan sosial ini penting dimiliki untuk bekal ketika berinteraksi dengan lingkungan.

  C. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

  Menurut tekik palaksanaan TSTS adalah sebagai berikut : 1) Siswa bekerjasama dalam kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari empat orang yng dipilih secara heterogen.

  2) Setelah selesai mengerjakan tugas secara berkelompok, dua orang dari masing- masing kelompok akan meninggalkan kelompolnya untuk bertamu ke kelompok yang lain. 3) Dua orang yang bertugas untuk Stay atau tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi yang mereka temukan kepada tamu yang hadir. 4) Tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan apa yang telah di temukan saat berkunjung dari kelomopok lain. 5) Kelompok awal membahas hasil kerja yang merek temukan untuk disusun menjadi lebih baik sebeum dikumpulkan.

  D. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

  Menurut Widyatun (2012) ada beberapa tahapan pada model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebagai berikut:

E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

  Menurut Aris Sholimin (2014: 225), Seperti tipe-tipe dari model pembelajarammmmmn kooperatif pada umumnya model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut: a.

  Guru mudah untuk memonitoring.

  b.

  Dapat diterapkan pada semua tingkatan kelas.

  c.

  Belajar siswa menjadi lebih bermakna.

  d.

  Kemampuan berbicara siswa dapat olah bahkan di tingkatkan.

  e.

  Membantu untuk meningkakan minat dan prestasi belajar siswa.

  f.

  Lebih berorientasi pada keaktifan.

  g.

  Mudah dipecah menjadi berpasangan.

  h.

  Lebih banyak tugas yang dapat dilakukan oleh siswa. i.

  Diharapkan siswa berani mengungkapkan pendapatnya j. Menambah kekompakan,rasa solidaritas antar siswa dan rasa percaya diri dalam berkelompok .

  Kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut: a.

  Membutuhkan waktu yang relatif tidak sedikit.

  b.

  Siswa cenderung tidak mau bekerjasama dalam kelompok.

  c.

  Guru membutuhkan banyak persiapan (tenaga, dana dan materi) d.

  Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas terutama saat pembagian kelompok.

  e.

  Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.

  f.

  Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memerhatikan guru.

  g.

  Kesempatan untuk memerhatikan guru kurang.

2.1.3 Hasil Belajar

  Melihat beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas, dapat seseorang akibat proses belajar yang mencakup pada tiga ranah atau aspek yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Penelitian ini hanya mengukur hasil belajar pada aspek kognitif.

  

2.1.4 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

(TSTS) Terhadap Mata Pelajaran Matematika dalam Standar Proses

  siswa dapat untuk saling bekerjasama, membantu, bertanggung jawab ketika dalam pemecahan masalah yang dihadapi serta saling mendorong untuk berprestasi. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray juga melatih dan menuntut siswa untuk bersosialisasi dan saling berkomunikasi dengan orang lain. Serta dapat saling membagikan hasil dan informasi yang diperoleh at upun dimiliki dengan kelompok. Baik kelompok sendiri maupun kelompok yang lain.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

  Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zenny Ekarini dengan judul “

  Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray untuk Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kaloran Tahun

  Pelajaran 2015/2016” mengemukakan bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat meningkat menggunakan model pembelajaran TSTS. Hal tersebut dapat diketahui dari besarnya ketuntasan siswa pada siklus I sebanyak 40% dan meningkat pada siklus II mencapai 73,6% sehingga memenuhi indikator kinerja yaitu minimal 73% dari seluruh siswa telah tuntas. Jika ditelaah pada rata-rata siklus I mencapai 59,7 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 75,5. Dalam penelitian “Pengaruh Penggunaan Metode Two Stay Two Stray (TSTS) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012” oleh Heri Indra Gunawan, mengemukakan bahwa pembelajaran dengan metode TSTS lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa daripada pembelajaran konvensional, dengan bukti perbandingan rata-rata berada diantara 3,37644 sampai 17,28110 dengan perbedaan rata-rata 10,34524. Robi Islam dengan penelitian “Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Two Stay Two

  Ajaran 2011/2012” menyimpulkan bahwa penerapan metode TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 02 Jatiharjo Tahun Ajaran 2011/2012. Hal tersebut dapat terlihat dari ketuntasan belajar siswa sebesar 31% sebelum tindakan mengalami peningkatan menjadi 62% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 92% pada siklus II. Hanya 8% siswa yang tidak mencapai ketuntasan pada siklus II.

  Selaras dengan ketiga penelitian diatas Ranty Kumalasari dengan penelitian “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Klegen dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

  Two Stray

  (TSTS)” menyatakan bahwa prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada mata pelajaran matematika. Hal tersebut dibuktikan dengan data yaitu nilai rata-rata kelas dalam pre test adalah 56,09, setelah siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 72,38 namun 28,58% siswa belum mencapai KKM. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat mencapai 82,38 yang berarti 80,92% siswa telah mencapai KKM. Jadi, bisa ditarik kesimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dalam penelitian ini akan meneliti upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan memberikan tindakan implementasi model pembelajaran TSTS.

2.3 Kerangka Berpikir

  Matematika sering dianggap sebagai salah satu cabang mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hasil belajar siswa yang kurang memuaskan yang diperoleh siswa. Pembelajaran yang biasa ditemukan selama ini masih menggunakan model pembelajaran klasikal dengan menggunakan metode ceramah. Sudah dapat dijawab pasti nantinya siswa akan bosan, karena siswa cenderung pasif, komunikasi hanya satu arah, dan akan berdampak pada prestasi belajar siswa yang terbukti bahwa rata-rata UTS siswa kelas 5 SD Negeri Tukang pada mata pelajaran Matematika belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan, oleh karena itulah perlu adanya suatu belajar mengajar. Salah satunya penggunaan variasi dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sebagai pilihan yang dirasa tepat karena mempuyai kelebihan, diantaranya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya, meningkatkan daya ingatan siswa, meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar, membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikas secara lisan, mengembangkan keterampilan sosial siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa dan membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa. Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Tipe ini mempunyai tahapan pelaksanaan yang runtut mulai dari persiapan, presentasi guru mengenai pelajaran, kegiatan kelompok, formalisasi, evaluasi dan penghargaan. Kelas dibuat kelompok-kelompok belajar yang mana setiap kelompok terdiri dari 4 siswa yang diminta untuk mengerjakan LKS. Dengan adanya pembagian kerja sebagai tamu dan tuan rumah, maka akan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan, meningkatkan daya ingatan siswa, pemahaman materi yang lebih mendalam, serta meningkatkan aktivitas belajar siswa dan titik akhir pencapaian dari proses belajar ini adalah meningkatnya prestasi akademik siswa. Sehingga dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) hasil belajar siswa akan meningkat.

2.4 Hipotesis

  Berdasarkan kajian teori serta kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Diduga peningkatan hasil belajar matematika dapat diupayakan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas 5 SD Negeri Tukang Tahun Pelajaran 2016/2017.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan Menulis a. Pengertian Keterampilan Menulis - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Gambar pada Mata Pelaj

0 0 29

3.1.1 Setting Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Gambar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 3 SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Semester II

0 0 12

4.1.1 Deskripsi Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Gambar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 3 SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Semester

0 0 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Gambar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 3 SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Gambar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 3 SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 70

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Kalinanas 01

0 0 15

3.1. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Kalinanas 01

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Kalinanas 01

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Kalinanas 01

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Kalinanas 01

0 0 85