PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING Peningkatan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa melalui strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific(ptk pembe

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas XI SMK N 1 Purwodadi Pada Pokok
Bahasan Barisan Dan Deret) 

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Matematika

Disusun oleh :
Fitri Kristianingrum
A 410 100 042

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

 


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas XI SMK N 1 Purwodadi Pada Pokok
Bahasan Barisan Dan Deret  
Oleh
1

Fitri Kristianingrum1 ,Sumardi2
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, Tiankris3@gmail.com
2
Dosen Pendidikan Matematika, s_mardi15@yahoo.co.id
ABSTRAK

.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan
barisan dan deret serta meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model strategi
pembelajaran problem solving dengan pendekatan Scientific. Jenis penelitian pada
penelitian ini adalah PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ). Subjek penerima tindakan adalah

siswa kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Purwodadi yang berjumlah 35 siswa. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui tes, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi.
Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode alur. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari : 1) fokus pada pokok permasalahan
dalam suatu masalah sebelum tindakan sebanyak 25 siswa (71,42%) setelah tindakan kelas
sebanyak 33 siswa (94,28%). 2)Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis
dan sesuai dengan fokus permasalahan terhadap suatu masalah sebelum tindakan sebanyak
20 siswa (57,14%). 3)Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan
mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya sebelum tindakan13 siswa (37,14%) setelah
tindakan kelas sebanyak 25 siswa (71,43%). 4)Kejelasan mengenai istilah argument yang
digunakan sebelum tindakan sebanyak 7 siswa (20%) setelah tindakan kelas sebanyak 14
siswa (40%). 5)Meninjau/mengecek kembali yang sudah diputuskan sebelum tindakan
sebanyak 4 siswa (11,42%), setelah tindakan kelas sebanyak 11 siswa (31,42%). Penelitian
ini menyimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran problem solving dengan
pendekatan Scientific dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematika siswa sehingga berdampak pada peningkatan prestasi belajar
siswa.
Kata kunci : Kemampuan berpikir kritis, Pembelajaran, problem solvin, scientific
PENDAHULUAN

Memasuki era globalisasi di abad XXI ini, diperlukan persiapan sumber daya
manusia yang merupakan kunci utama untuk memetik kemenangan dalam persaingan era
globalisasi tersebut. Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
memungkinkan setiap manusia memperoleh informasi dengan cepat, mudah dan melimpah
dari berbagai sumber. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh,
memilih, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk menghadapi keadaan yang selalu
1


 

berubah, kompetitif dan tidak pasti. Kemampuan ini menuntut siswa agar berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Beratnya tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia
dalam multidimensi telah menempatkan bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai
sangat models bagi pengentasan kesulitan bangsa.
Sejumlah pakar pendidikan mengatakan bahwa hasil pendidikan yang kurang
memadai disebabkan oleh prilaku dan sikap mengajar guru yang kurang professional,
kreatif, dan inovatif dalam menjalankan proses belajar mengajar. Muncul anggapan, apabila
guru dalam proses pembelajaran sikap dan prilaku mengajarnya masih cenderung monoton,
pasif, searah, kurang menarik, dan lain-lain, maka pencapaian hasil belajar siswa akan tetap

buruk dan stagnan dalam kondisi serta situasi yang kurang memuaskan. Students’ low
success level in mathematics has been a worry for a long time in many countries. There are
a lot of factors affecting success in mathematics. One of these factors is students’
mathematical anxiety, in other words, their mathematical fear (Murat Peker, 2008 : 1).
Sudah sejak dulu rendahnya prestasi belajar matematika siswa menjadi salah satu
kekhawatiran di banyak negara. Banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan belajar
matematika. Salah satu dari faktor tersebut adalah ketakutan pada matematika
Selain model pembelajaran, keberagaman gaya belajar dan kemampuan siswa dalam
menerima pembelajaran juga turut andil dalam penentuan model pembelajaran yang akan
digunakan oleh guru. Siswa yang belajar dengan gaya belajar mereka yang dominan saat
mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka
belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.
Menurut Hendra Surya (2013: 159) mengemukakan bahwa berfikir kritis merupakan
sebagai sebuah proses aktif dan cara berfikir secara teratur untuk memahami informasi
secara mendalam, sehingga membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang
didapat atau pendapat yang disampaikan. Berfikir kritis dapat menumbuhkan kemampuan
mengidentifikasikan prasangka, masalah yang bias (berpihakan), menafsirkan propaganda,
adanya unsure kebohongan, distorsi (menyesatkan), informasi yang salah (misinformasi),
egosentrisme, dan lan-lain. sedangkan Asep Jihad (2012: 14) mengatakan bahwa hasil
belajar adalah pencapaian bentuk perubahan prilaku yang cenderung menetap dari ranah

kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu
Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang ”
peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa melalui strategi
pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK) pembelajaran
matematika di kelas XI SMK Negeri 1 Purwodadi pada pokok bahasan barisan dan deret) ”.


 

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan tepat, maka penelitian ini akan dilaksanakan
melalui pemberian tindakan dalam kelas. Dimana peneliti akan berkolaborasi dengan guru
karena gurulah yang lebih paham dengan kondisi kelas.
Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian mengkaji dan mendeskripsikan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswabdan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran matematika di kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Purwodadi. Tujuan Khusus
penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa
melalui strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK).
Manfaat


secara

umum

penelitian

ini

memberikan

pengetahuan

tentang

meningkatkan kemampua berpikir kritis dan hasil belajar matematika melalui strategi
pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK) bagi siswa kelas XI AP
1 SMK Negeri 1 Purwodadi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR). Penelitian ini dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara kepala

sekolah, guru kelas dan peneliti di lingkungan sekolah. Kegiatan perencanaan awal dimulai
dari melakukan studi pendahuluan. Pada kegiatan ini juga dilakukan diskusi untuk
mengetahui bagaimana cara melakukan pengamatannya. Diskusi bersama antara peneliti
dan guru dikembangkan dalam setiap penyusunan perencanaan berikutnya, dan diskusi
berdasarkan hasil siklus yang telah dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang berbasis kelas kolaboratif
berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran di kehidupan seharihari di SMK Negeri 1 Purwodadi. Diharapkan dari penelitian ini dapat menghasilkan cara
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika melalui
strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK). Kegiatan
pemecahan masalah diawali dari: perencanaan(planning), pelaksanaan(action) dan
pengumpulan data(observing), menganalisis data atau informasi untuk memutuskan
kelebihan maupun kelemahan tindakan tersebut(reflecting) dan evaluasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes,
catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan
metode alur yang meliputi reduksi, penyajian data, dan verifikasi data (Sutama, 2010:100).
HASIL DAN PEMBAHASAN


 


Hasil dialog awal peneliti melakukan observasi pembelajaran awal dilakukan di
kelas XI AP1 yang terdiri dari 36 siswa. Tujuan dari observasi awal memperjelas sekaligus
menentukan indikator yang akan dicapai dari berpikir kritis belajar matematika. melalui
strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK), adapun hasilny.
Tabel 1 Data Peningkatan Kemampuan berpikir kritis Siswa
indikator
Tindakan
kelas

1

2

4

5

Sebelum

5 Siswa


1 siswa

1 siswa

0 Siswa

0 Siswa

Tindakan

(14,28%)

(2,86%)

(2,86%)

(0 %)

( 0%)


Putaran I

25 Siswa

20 Siswa

13 Siswa

7 siswa

4 Siswa

pertemuan 1

(71,42 %)

(57,14%)

(37,14%)


( 20 %)

(11,42 %)

Putaran I

32 Siswa

28 Siswa

22 Siswa

15 Siswa

5 Siswa

pertemuan II

(92,43 %)

(80%)

(62,86%)

(42,85 %)

( 14,28%)

Putaran II

33 Siswa

31 Siswa

22Siswa

16 Siswa

9 siswa

pertemuan I

(94,28%)

(88,57%)

(62,86%)

(45,71%)

(25,71%)

Putaran II

33 Siswa

31 Siswa

25 Siswa

14 Siswa

11 siswa

pertemuan II

(94,28%)

(88,57%)

(71,43%)

(40%)

(31,42%)

Sesudah

34 Siswa

31 Siswa

20 Siswa

11 Siswa

0 Siswa

Tindakan

(97,14 %)

(88,57%0

(57,14%)

(34,29%)

(0 % )

3

Keterangan :
1. Siswa fokus pada pokok permasalahan dalam suatu masalah.
2. Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus
permasalahan terhadap suatu masalah.
3. Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan dengan
situasi yang sebenarnya.
4. Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan.
5. Meninjau/mengecek kembali yang sudah diputuskan. 

Dalam penelitian ini terbukti bahwa kemampuan berpikir kritis belajar siswa
mengalami peningkatan yang signifikan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan
oleh peneliti dan guru matematika di SMK Negeri 1 Purwodadi


 

Gambar 1 Grafik Peningkatan berpikir kritis siswa`
Meninjau/mengecek kembali 
yang sudah diputuskan

350
300

Kejelasan mengenai istilah 
argument yang digunakan

250
200

Menentukan kesimpulan 
berdasarkan alasan yang tepat 
dan mencocokkan dengan 
situasi yang sebenarnya

150
100
50
0
sebelum  putaran I  putaran I  putaran II  putaran II 
tindakan pertemuan  pertemuan  pertemuan  pertemuan 
II
I
II
I

Kemampuan siswa dalam 
memberikan alasan yang logis 
dan sesuai dengan fokus 
permasalahan terhadap suatu 
masalah
1. Siswa fokus pada pokok 
permasalahan dalam suatu 
masalah

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas XI AP 1 sebelum adanya tindakan
kelas, guru memberikan pre-test yang dilaksanakan sebelum penelitian, diperoleh daya
serap kelas terhadap prestasi siswa yaitu 1 siswa (2,78 %). Soal post tes yang diberikan
pada putaran I pertemuan I sebanyak 13 siswa (37,14 %) dan pertemuan II sebanyak 20
siswa (57,14%). Soal post tes yang diberikan pada putaran II pertemuan I sebanyak 22
siswa (62,86%) dan pertemuan II sebanyak 25 siswa (74,29%). Data prestasi belajar siswa
setelah penelitian tindakan kelas diperoleh yaitu 27 siswa (77,14 %) dari 35 siswa yang
hadir. Data yang diperoleh mengenai prestasi belajar siswa dapat disajikan.
Tabel 1 Data Peningktan hasil belajar Siswa
Sebelum

Putaran I

Putaran I

Putaran II

Putaran II

Sesudah

Tindakan

Pertemuan 1

Pertemuan 1I

Pertemuan 1

Pertemuan 1I

Tindakan

1 Siswa

13 siswa

20 Siswa

22 Siswa

25 Siswa

27 Siswa

(2,78 %)

(37,14 %)

(57,14 %)

(62,86 %)

(74,29 %)

(77,14 %)

Adapun grafik peningkatan prestasi belajar matematika siswa dari sebelum tindakan sampai
sesudah tindakan dapat digambarkan sebagai berikut


 

Gambar 1 Grafik Peningkatan hasil belajar siswa

Hasil Belajar Memenuhi KKM
100
80
60
40
20
0

Hasil Belajar Memenuhi KKM

 

Harwad Kingsley dalam Nana Sudjana (2011: 22) membagi tiga macam hasil
belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan
cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah diterapkan dalam
kurikulum. Sedangkan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membanginya menjadi tiga, yaitu ranah kognitif, ranahafektif dan ranak spikomotor.
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Strategi
Pembelajaran Problem Solving dengan Pendekatan Scientific
Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa, dapat dilihat dari
hasil tes latihan mandiri yang diberikan dalam tiap tindakan kelas. Adapun indikator yang
dijadikan sebagai patokan untuk menilai siswa sudah mampu berpikir kritis dengan benar
atau belum adalah sebagai berikut:
(1) Siswa fokus pada pokok permasalahan dalam suatu masalah.
Kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan kalimat matematika dilihat dari
siswa fokus dalam suatu masalah yang disajikan dengan simbol atau mengubahnya ke
dalam model metematika dapat dilihat dari kemampuannya dalam menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal secara tepat. Berdasarkan hasil dari tiap
putaran, kemampuan siswa dalam menampilkan kalimat matematika mengalami
peningkatan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh berdasarkan soal
yang diberikan. Kemampuan siswa fokus pada pokok permasalahan sebelum penelitian
adalah sebanyak 5 Siswa (14,28%) menjadi putaran I pertemuan I sebanyak 25 siswa
(71,42%), setelah tindakan kelas putaran I pertemuan II sebanyak 32 siswa (92,43%). Pada
tindakan kelas putaran II pertemuan I sebanyak 33 siswa (94,28%), setelah tindakan kelas
putaran II pertemuan II sebanyak 33 siswa (94,28%). Setelah putaran dilakukan tes
mandiri sebanyak 34 siswa (97,14%).


 

(2) Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus
permasalahan terhadap suatu masalah
Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus
permasalahan terhadap suatu masalah sebagai alat ukur pemahaman siswa terhadap materi
yang disajikan mengalami peningkatan. Adapun hasil sebanyak 1 Siswa (2,86%) menjadi
putaran I pertemuan I sebanyak 20 siswa (57,14%), setelah tindakan kelas putaran I
pertemuan II sebanyak 28 siswa (80%). Pada tindakan kelas putaran II pertemuan I
sebanyak 31 siswa (88,57%), setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 31
siswa (88,57%). Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 31 siswa (88,57%).
(3) Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan dengan
situasi yang sebenarnya.
Kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung dengan benar sebelum adanya
tindakan sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil pretest yang dilakukan sebelum
tindakan yaitu Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan
dengan situasi yang sebenarnya sebanyak 1 Siswa (2,86%) menjadi putaran I pertemuan I
sebanyak 13 siswa (37,14%), setelah tindakan kelas putaran I pertemuan II sebanyak 22
siswa (62,86%). Pada tindakan kelas putaran II pertemuan I sebanyak 22 siswa (62,86%),
setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 25 siswa (71,43%). Setelah
putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 10 siswa (57,14%).
(4) Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan.
Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan. sebanyak 0 Siswa (0%)
menjadi putaran I pertemuan I sebanyak 7 siswa (20%), setelah tindakan kelas putaran I
pertemuan II sebanyak 15 siswa (42,85%). Pada tindakan kelas putaran II pertemuan I
sebanyak 16 siswa (45,71%), setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 14
siswa (40%). Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 11 siswa (34,29%)
(5) Meninjau/menge cek kembali yang sudah diputuskan.
Meninjau/mengecek kembali yang sudah diputuskan sebanyak 0 Siswa (0%) menjadi
putaran I pertemuan I sebanyak 4 siswa (11,42%), setelah tindakan kelas putaran I
pertemuan II sebanyak 5 siswa (14,28%). Pada tindakan kelas putaran II pertemuan I
sebanyak 9 siswa (25,71%), setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 11
siswa (31,42%). Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 0 siswa (0%)
Dari putaran I sampai putaran II kemampuan berpikir kritis matematika siswa
mengalami peningkatan yang berarti. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika


 

siswa dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi dalam tiap – tiap indikatornya di setiap
putaran penelitian.
Hasil

Belajar

Siswa

Dalam

Pembelajaran

Matematika

Melalui

Strategi

Pembelajaran Problem Solving dengan Pendekatan Scientific.
Prestasi belajar siswa sama artinya dengan hasil belajar siswa. Hasil belajar atau
prestasi siswa merupakan penilaian, hasil usaha dari suatu kegiatan belajar siswa yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang mencerminkan hasil yang
sudah dicapai anak pada rentang waktu tertentu. Dengan adanya belajar maka akan
terdapat proses perubahan dalam pemikiran serta tingkah laku. Pada proses pembelajaran
penguasaan materi ajar yang dipelajari ditunjukan dengan nilai test atau angka yang
diberikan oleh guru.
Tindak belajar akan dikatakan berhasil dalam belajar jika memperoleh nilai lebih
besar sama dengan 76. Prestasi belajar siswa di ukur dari banyaknya siswa yang
memperoleh nilai diatas rata rata ( ≥ 76 ). Sebelum penelitian siswa yang mendapatkan
nilai diatas rata – rata adalah 1 siswa (2,86%) dan setelah dilakukan upaya peningkatan
kemampuan penalaran matematika siswa melalui strategi pembelajaran problem solving
dengan pendekatan scientific prestasi belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 27
Siswa (77,14%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar
matematika siswa.
Dalam penelitian ini terbukti bahwa kemampuan berpikir kritis belajar siswa
mengalami peningkatan yang signifikan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan
oleh peneliti dan guru matematika di SMK Negeri 1 Purwodadi.
KESIMPULAN
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru
matematika dan kepala sekolah dapat disimpulkan.
1. Hasil pembelajaran dalam usaha peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat
dilakukan dengan cara perbaikan pembelajaran melalui strategi pembelajaran problem
solving dengan pendekatan scientific, guru banyak mengalami perubahan dalam proses
pembelajaran misalnya: guru sudah banyak memberikan motivasi kepada siswa dalam
pembelajaran, guru di kelas sudah menunjukkan perbaikan dalam memberikan
penjelasan pada saat pembelajaran berlangsung, guru sudah berperan sebagai motivator
dan fasilitator yang baik, guru sudah melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Strategi strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific yang


 

diterapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara berarti.
Kemampuan berpikir kritis siswa tersebut.
a) Siswa fokus pada pokok permasalahan dalam suatu masalah sebanyak 5 Siswa
(14,28%) setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 34 siswa (97,14%).
b) Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus
permasalahan terhadap suatu masalah sebanyak 1 Siswa (2,86%) Setelah putaran
dilakukan tes mandiri sebanyak 31 siswa (88,57%)
c) Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan dengan
situasi yang sebenarnya sebanyak 1 Siswa (2,86%) menjadi,. Setelah putaran
dilakukan tes mandiri sebanyak 20 siswa (57,14%)
d) Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan. sebanyak 0 Siswa (0%)
menjadi. Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 11 siswa (34,29%)
e) Meninjau/mengecek kembali yang sudah diputuskan sebanyak 0 Siswa (0%) menjadi
setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 11 siswa (31,42%). Setelah
putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 11 siswa (31,42%)
2. Strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific yang diterapkan
dapat meningkatkan prestasi siswa secara berarti. Ini terlihat dari dari siswa yang
mendapatkan nilai di atas nilai standart ( ≥ 76 ) meningkat dari 1 siswa (2,78%) menjadi
27 Siswa (77,14%)
Dari kesimpulan di atas maka hipotesis yang diajukan diterima yakni dengan
menerapkan strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific dalam
proses belajar mengajar matematika, maka kemampuan bernalar matematika siswa
dapat meningkat hingga mencapai 45 %..

10 
 

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika aditama.
Afifudin & Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Pustaka Setia.
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
Kelas. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka.
Aunurrahman. 2012. Belajar dan pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Fathurrohman, Pupuh., & Sobry Sutikno. 2011. Strategi Belajar Mengajar: Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Peranan Konsep Umum & Islam.
Bandung: PT Refika Aditama.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Jihat, Asep & haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kocak, Bozan, & Isik. 2009. The importance of group work in mathematics. Procedia sosial
and Behavioral Sciences 1 (2009) : 2363-2365. ScienceDirect. Diambil 2 April
2014 di www.sciencedirect.com.
Komalasari dkk. 2012. The living values-based contextual learning to develop the students’
ncharacter. Soc. Sciences 8.2 (2012) : 246-251. Proquest. Diambil 30 September
2013 di link dokumen proquest.
Murat Peker. 2008. Pre-Service Elementary school Teachers’ Learning Styles and Attitude
towards Mathematics. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education, 4(1), 21-26.
Narimo, Sabar., Sutama, dan Haryoto. 2013. PEMBELAJARAN MATEMATIKA
KONTEKSTUAL LESSON STUDY DI SD PASCA BENCANA ERUPSI MERAPI.
Surakarta: Kafilah Publishing.
Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta:
DIVA Press (Anggota IKAPI).
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT RAMAJA
ROSDAKARYA.
Surya, Hendra. 2013. Cara Belajar Orang Genius Study hard belumlah cukup tanpa
didukung Study Smart. Jakarta: PT. elek media komputindo.

11 
 

Suriyon, Inprasitha, dan Sangaroon. 2012. Contextual factors in the open approach-based
mathematics classroom affecting development of students’ metacognitive
strategies. Soc. Mind (2013) 4: 284-298 DOI 10.4236/sm.2013.34038. Diambil
pada 25 maret 2014 di http://www.scirp.org/jurnal/sm .
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutama . 2012. Metode Penalitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,PTK R & D. Surakarta:
Fairuz Media.
Sutama . 2010. Penalitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS dan PTBK.
Surakarta: CV. Citra Mandiri Utama.
Widoyoko, S. Eko Putro. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.