Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode problem solving pada pembelajaran IPS materi penyimpangan sosial di MTs Islamadiyah Ciputat
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh: Leni Marlina NIM : 106015000462
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
(2)
metode problem solving pada pembelajaran IPS materi penyimpangan sosial di MTs Islamiyah Ciputat", disusun oleh Leni Marlina, NIM: 106015000462 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 27 September 20ll di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Peneetahuan Sosial.
Jakarta, 29 September 2011
Panitia Uj ian Munaqasah
\ r
.[etua€iaang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)
Drs.Y.J. Nurochim. MM
N I P . f959071 5 1 9 8 4 0 3 1 0 0 3
Sekretaris Sidang
Dr. Iwan Purwanto. M.Pd
NIP. 1 9730424200801 1 012
Penguji I
Dr. Rukmina Gonibala. M.Si
NIP. 1 96 1 1 12019920302002
Penguji II
Drs. H. S)'aripulloh. M.Si
NIP. 19670909 200701 I 033
Tanggal Tanda Tangan
*/f!
llT
P/l/pl
KrtuM{L
giA
t'/s fuoa
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(3)
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALI]I METODE PROBLEM SOLWNG PADA PEMBELAJARAN IPS
MATERI PEI\IYIMPANGAN SOSIAL DI MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh: LENI MARLINA NIM: 106015000462
Mengetahui Dosen Pembimbing
/"
Drs. H. Nurochim,
NIP. 1959 0715 1984 03 1003
JTIRUSAN PENDIDIKAN IPS
FAI(TLTAS ILMU TANNTYAH DAN KEGURUAN
TIIN SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA
20ll
(4)
LENI MARLINA, NIM: 106015000462. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Metode Problem Solving Pada Pembelajaran IPS Materi Penyimpangan Sosial Di MTs Islamiyah Ciputat. Skripsi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Maret 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat berpikir kritis siswa kelas VIII.2 di MTs Islamiyah Ciputat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 hingga Maret 2011 dengan subyek penelitian berjumlah 39 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif Deskriptif Analis. Penelitian ini dilakukan 4 kali pertemuan dan disetiap pertemuan terdapat tiga tahapan yaitu: Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan dan Tahap Evaluasi. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan model
problem solving dapat meningkatkan berpikir kritis siswa, dilihat dari dua kali hasil ulangan yang terdapat peningkatan, dan aspek yang diamati oleh peneliti dari siswa, seperti: kehadiran, kedisiplinan, memeperhatikan pelajaran dan dalam memecahkan masalah, terdapat peningkatan yang signifikan.
(5)
LENI MARLINA, NIM: 106015000462. Effort Increases ability think Critical Student Pass Through To Methodic Problem Solving On IPS'S Learning Social Deviation Material At MTs Islamiyah Ciputat. Education Majors paper IPS, Tarbiyah's Knowledge faculty and UIN Syarif Hidayatullah's teachership Jakarta, March 2011.
This research intent to know how zoom thinks critical student braze VIII. at MTs Islamiyah Ciputat. This research is done on august 2010 until Marches 2011 by total research subjects 39 students. Observational method that is utilized is kualitatif Descriptive Analyst. This research is done 4 meet times and at each appointment exists three steps which is: Planning phase, Performing phase and Evaluation Phase. Data collecting utilizes observation, interview and studi documents.
Acquired result in this research is that model implement problem solving
can increase to think critical student, seen of result twice dry run that exists step-up, and observed aspect by researcher of student, as: present, discipline, paying attention is study and deep solves problem, available step-up which signifikan.
(6)
Nama : Leni Marlina
NIM : 106015000462
Jurusan : Pendidikan IPS
Angkatan Tahun : 2006
Alamat : Jln. R. Denda Kusumah RT.03 RW.04 NO.33 Rangkasbitung - Banten
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi ini yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Metode Problem Solving Pada Pembelajaran IPS Materi Penyimpangan Sosial Di MTs Islamiyah Ciputat” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan:
Nama : Drs. H. Nurochim, MM. NIP : 1959 0715 1984 03 1003 Dosen Jurusan :PendidikanIPS
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 13 April 2011 Yang menyatakan
Leni Marlina
(7)
i
Alhamdulillah puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di bumi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada junjungan umat manusia, pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam, nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ketua dan sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 3. Bapak Drs. H. Nurochim, MM selaku dosen penasehat sekaligus dosen
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh dosen, staff, dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan perkuliahan
5. Seluruh staff perpustakaan UIN dan perpustakaan FITK yang telah mempermudah penulis dalam mencari referensi.
6. Seluruh staff MTs. Islamiyah Ciputat khususnya bapak kepala madrasah Drs. Oding, dan guru bidang studi IPS Achmad Djuanda SE, yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data tentang skripsi ini
(8)
ii
Pak Wahyu, yang dengan sabar mendo’akan, memberi semangat serta telah membantu dan mendukung keberhasilan belajar penulis
8. Sahabat-sahabat UIN Syarif hidayatullah Jakarta khususnya Evi, Kiqi, Tami, Mpeb, Ros, Dijah, Wiwit, Eki, Nenk, Reni, Amel, Bariyah, Sri, Lionk, Inta, Rifa, Zulian, Ani dan Zahra yang telah banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 13 April 2011
(9)
iv
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR A. Memahami Berpikir Kritis ... 8
1. Pengertian Berpikir ... 8
2. Berpikir kritis ... 8
a. Pengertian berpikir kritis ... 8
b. Aspek-aspek berpikir kritis ... 11
c. Indikator keterampilan berpikir kritis ... 12
d. Langkah-langkah berpikir kritis ... 15
e. Sumber-sumber Kesalahan Berpikir ... 16
B. Metode pemecahan masalah (problem solving) ... 16
1. Pengertian ... 16
2. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving ... 18
3. Karakteristik Metode problem solving ... 20
4. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran problem solving ... 21
5. Tujuan Pembelajaran Problem Solving ... 22
C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 23
(10)
v
5. Tujuan Pembelajaran IPS ... 25
D. Belajar ... 25
1. Pengertian Belajar ... 25
2. Teori Belajar... 26
3. Prinsip-prinsip Belajar ... 26
4. Masalah-masalah Belajar ... 27
E. Pemahaman Materi Penyimpangan Sosial ... 27
1. Pengertian Penyimpangan Sosial ... 27
2. Bentuk-bentuk penyimpangan ... 28
3. Faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang ... 29
F. Kerangka Berpikir ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian ... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
1. Tempat... 32
2. Waktu Penelitian ... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Pedoman Wawancara ... 35
F. Studi Dokumentasi ... 36
G. Definisi Konseptual, Definisi Operasional dan Kisi-Kisi Instrumen ... 37
1. Definisi Konseptual ... 37
2. Definisi Operasional... 38
(11)
vi
1. VISI ... 44
2. MISI ... 44
3. Tujuan MTs. Islamiyah ... 44
4. Deskripsi Data ... 45
5. Analisis Data ... 46
6. Penilaian pembelajaran IPS... 61
7. Interpretasi Data ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
(12)
vii
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 32
Tabel 3.2. Kisi-kisi Observasi ... 34
Tabel 3.3. Kisi-kisi Wawancara ... 36
Tabel 4.1 Data Siswa MTs Islamiyah Ciputat 2010/2011 ... 43
Tabel 4.2 Data Guru, TU dan Karyawan MTs Islamiyah Ciputat 2010/2011 .... 43
Tabel 4.3 Jumlah Ruang Belajar dan Kantor MTs Islamiyah Ciputat 2010/2011 ... 43
Table 4.4 Daftar Tenaga Pengajar MTs. Islamiyah Ciputat Tahun 2010 – 2011 ... 43
Table 4.5 Hasil ulangan harian pertama dan nilai ulangan kedua siswa kelas VIII.2 IPS MTs Islamiyah... 62
(13)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menjelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk mempersiapkan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan bangsa, di mana kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik, peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu dari pendidikan antara lain berbagai pelatihan keterampilan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pengajaran, perbaikan sarana dan prasarana. Mutu dari pendidikan akan tercapai jika proses belajar mengajar efisien dan efektif bagi tercapainya pengetahuan dan keterampilan bagi lulusan siswa yang sesuai dengan
1
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional , Jakarta : C.V. Cemerlang, 2003, h.7
(14)
tuntutan zaman. Agar proses belajar mengajar efektif dan efisien perlu diperhatikan adanya kemampuan belajar siswa, penentuan metode mengajar yang digunakan guru serta menyusun strategi belajar mengajar yang sesuai dengan prinsip pembelajaran.
Dalam era teknologi dan informasi seperti sekarang ini, berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperlukan agar kita dapat berfungsi efektif dalam lingkungan hidup kita. Kemampuan berpikir kritis selalu muncul di dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini pendidikan memegang berperan penting dalam membentuk cara berpikir seseorang. Sehingga dapat diasumsikan bahwa guru merupakan salah satu komponen penting dari pendidikan yang berperan aktif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dalam kegiatan belajar mengajar, keberhasilan dalam bidang pendidikan sangat ditentukan oleh kondisi guru yang ada. “Guru memiliki andil yang sangat besar dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa guru adalah salah satu komponen dalam bidang pendidikan yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan”.2
“Peranan guru tidak saja sebagai penyaji informasi, tetapi juga sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing, yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi”.3 Karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran. Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah melatih siswa berpikir kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis akan mampu menolong dirinya atau orang lain dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
2
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta,Rajawali Pers,1992), h.123
3
Tabrani Rusyan,dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung, Remadja Karya, 1998), h 140
(15)
Upaya untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa sering luput dari perhatian guru. Hal ini tampak dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru yang lebih banyak memberi informasi, diikuti oleh diskusi dan latihan dengan frekuensi yang sangat terbatas.
Pembelajaran IPS di MTs yang umumnya dilakukan oleh guru lebih banyak menekankan aspek pengetahuan dan pemahaman, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan bahkan evaluasi hanya sebagian kecil dari pembelajaran yang dilakukan. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata.
Siswa kurang dilatih untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi suatu informasi, data atau argument, sehingga keterampilan berpikir kritis siswa kurang dapat berkembang dengan baik. Hal ini terbukti ketika siswa sudah tamat dari MTs, kebanyakan tidak dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan juga tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat, walaupun siswa tersebut telah menyelesaikan pendidikan setingkat MTs dengan nilai baik. Keadaan yang dilematis ini tidak terlepas dari pembelajaran oleh guru yang selama ini lebih banyak memberi ceramah dan latihan mengerjakan soal-soal dengan cepat tanpa memahami konsep secara mendalam.
Untuk menawarkan dan menyediakan materi ajar dalam mengantarkan peserta didik agar dapat menemukan substansi materinya, kemampuan Guru melakukan komunikasi dan mempresentasikan pemikirannya dalam sebuah proses pembelajaran sangat penting. Tanpa kemampuan komunikasi yang baik, serta kemampuan melakukan peresentasi yang baik, proses transfer ide tidak akan terjadi sehingga niscaya proses itu akan berhasil.
Dalam melakukan komunikasi itulah nampaknya juga diperlukan cara atau strategi pembelajaran yang harus digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran menurut Roestiyah: “berkaitan dengan teknik-teknik penyajian pelajaran suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
(16)
dipergunakan dalam rangka proses pembelajaran”.4 Kesemuanya itu tentunya berangkat dari etika dan moral baik sebagai prasyarat mutlak yang harus dipunyai oleh seorang Guru. Etika dan moral berkaitan sekali dengan aspek sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku dapat dilihat dari manifestasi kepemimpinan, disiplin, integritas, kerjasama dengan peserta didik serta mengingat dalam pengajaran itu melibatkan aktifitas mendengar, menulis, membaca, mempresentasikan, dan berdiskusi untuk mengkomunikasikan suatu masalah khususnya pelajaran IPS maka diskusi kelompok perlu dikembangkan. Dengan menerapkan diskusi kelompok diharapkan aspek-aspek komunikasi bisa dikembangkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar.
Persoalan sekarang adalah bagaimana guru sebagai wujud dari tanggung jawabnya sebagai pendidik generasi muda serta turut berperan aktif dalam mensukseskan program pemerintah di bidang pendidikan dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mengkaitkannya dengan kehidupan nyata. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi guru setiap hari, untuk dapat mengatasi hal tersebut guru hendaknya memiliki wawasan yang luas, kreatif dan inovatif dalam proses pengelolaan proses pembelajaran. Sistem pengajaran yang bersifat mandiri memungkinkan siswa untuk belajar mandiri tanpa tergantung pada guru mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan pengajaran individu yaitu guru berperan sebagai pembimbing siswa di dalam usaha untuk menambah pengetahuan dari materi pelajaran yang diberikan, pengajaran individu dipandang sebagai suatu siasat (strategi) untuk mengatur kegiatan belajar mengajar dalam kelompok yang terbesar. Salah satu usaha untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar adalah guru menggunakan metode pemecahan masalah (problem solving), karena menurut Smith dalam Lufri: “pemecahan masalah merupakan metode mengajar yang paling tepat untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan metode ini dapat menjangkau aktivitas mental seperti mengingat, mengenal menjelaskan, membedakan, menyimpulkan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, menilai, dan
4
Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) h.74
(17)
meramalkan”.5 Dengan kata lain model ini dapat membantu siswa dalam upaya mengembangkan berpikir kritisnya dalam kegiatan pemecahan masalah.
Sehingga dengan metode problem solving diharapkan mampu melatih siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang diberikan. Dengan metode ini siswa hendaknya menjadi terbiasa menyelesaikan permasalahan dan tentunya dengan harapan siswa tersebut mampu menetapkan atau menganalisis sendiri permasalahan baru yang dihadapinya berdasarkan pengalaman atau latihan yang telah dipelajari selama proses pembelajaran. Berkaitan dengan uraian di atas, maka penulis tertarik meneliti “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PENYIMPANGAN SOSIAL DI MTS ISLAMIYAH CIPUTAT”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah di lokasi penelitian antara lain:
1. Keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS dalam mengemukakan pendapat masih kurang dan bahkan pada beberapa siswa cenderung pasif.
2. Upaya pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa sering luput dari perhatian guru.
3. Pola aktivitas kelas masih dominan model satu arah (monolog).
4. Metode pemecahan masalah diperkirakan dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis.
5. Kurang adanya beranekaragaman metode pembelajaran.
6. Ketertarikan siswa pada berbagai metode pembelajaran yang dapat mendorong keberhasilan pembelajaran.
5
Lutfi. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang diintervensi dengan peta konsep terhadap Hasil Belajar Mahasiswa. Jurnal pembelajaran, XXVII (April 2005),h.50.
(18)
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi di atas, dalam penelitian ini dibatasi hanya pada aspek:
1. Penerapan model pembelajaran problem solving pada siswa kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa 2. Respon siswa dengan model pembelajaran problem solving pada pembelajaran
IPS
3. Peranan metode problem solving dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis pada pembelajaran IPS
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran problem solving pada siswa kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa? 2. Bagaimanakah respon siswa dengan model problem solving pada
pembelajaran IPS?
3. Bagaimanakah peranan metode problem solving dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis pada pembelajaran IPS?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui secara spesifik proses dan hasil peningkatan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, yang dapat dinilai pada aspek menyampaikan pendapat, berdiskusi, mengemukakan tanggapan, dan mengajukan saran dalam menyampaikan pendapat pada pembelajaran IPS
2. Untuk mengetahui respon siswa dalam pemecahan masalah pada pembelajaran IPS
3. Untuk mengetahui peranan metode problem solving dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis pada pembelajaran IPS
(19)
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan teori pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah dapat mendorong anak untuk berpikir sistematis dan kritis dengan menghadapkannya kepada problema-problema. Belajar dengan menggunakan pendekatan problem solving dapat berfungsi sebagai perubahan kelakuan dari usaha anak dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi yang problematis. Pendekatan roblem solving di mana cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan usaha mencari pemecahan atau jawaban oleh siswa.
1. Manfaat bagi sekolah Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk menerapkan metode problem solving yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat bagi guru Dapat dijadikan motivasi untuk menerapkan model pembelajaran problem solving yang menyenangkan dan bermanfaat bagi siswa. 3. Manfaat bagi siswa Membantu siswa untuk meningkatkan cara berpikir kritis
dan mampu untuk mengungkapkan pendapat, dalam pembelajaran yang menggunakan metode problem solving.
4. Selain itu diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan dalam memutuskan kebijakan-kebijakan dalam aplikasi kebijakan pada objek penelitian serta input bagi konteks aplikasinya di masa mendatang.
(20)
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN KRANGKA BERPIKIR A. Memahami Berpikir Kritis
1. Pengertian Berpikir
Liliasari mengungkapkan bahwa Berpikir adalah:
Suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola prilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir, hubungan kompleks berkembang melalui berpikir. Hubungan ini dapat saling terkait dengan struktur yang mapan yang dapat diekspresikan oleh pemikir dengan bermacam-macam cara.1
Menurut Ruch (1996) dalam Eri Kurniawan, berpikir adalah
“manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang
Nampak”.2 Dapat juga dikatakan bahwa keberadaan seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan berpikirnya.
2. Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir Kritis
Secara etimologis, kata „kritis’ berasal dari bahasa Yunani yakni “kritikos (yang berarti mencerna penilaian) dan “kriterion” (yang
1
Liliasari, Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi mahasiswa…..,(mimbar
pendidikan, No.2.XXIII.2003),H.38 2
Eri kurniawan.Pembudayaan Keterampilan Berpikir Kritis Diperguruan Tinggi Melalui
(21)
berarti standar). Sehingga, kritis berarti mencerna penilaian berdasarkan
standar. Jika dipadukan dengan kata „berpikir’, maka kita dapat
mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang secara eksplisit dilatari oleh penilaian yang beralasan dan berdasarkan standar yang sesuai dalam rangka mencari kebenaran, keuntungan, dan nilai sesuatu.3
Definisi berpikir kritis banyak pula dikemukakan para ahli. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah:
Memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.4
Matindas (1996) dalam Dindin menyatakan bahwa berpikir kritis adalah “aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan”.5 Matindas mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu membedakan antara berpikir kritis dan berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis hanya dibutuhkan untuk membuat kesimpulan. Pada dasarnya pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan pengambilan keputusan.
3
Eri Kurniawan.Pembudayaan Keterampilan…,h.6
4
Gary Heissere.Thought on Thinking: The challenge of Critical Thinking. (http://www.insightjournal.net).diakses tanggal 15 desember 2010.jam22.00,h.6
5
Dindin Wahidin, Pengembangan Berpikir Kritis di Kalangan Mahasiswa, (http://didin-unius.blogspot.com), diakses tanggal 15 Desember 2010, h.3
(22)
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu:
“Proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan”.6
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah “sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan”.7
Marzano dkk (dalam Kurniawan, 2002) mendeskripsi ciri-ciri orang yang berpikir kritis. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mencari kejelasan tesis atau masalah. 2. Mencari alasan.
3. Berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin. 4. Menggunakan dan menyebutkan sumber yang handal. 5. Memperhatikan situasi keseluruhan.
6. Berusaha konsisten dengan pokok permasalahan. 7. Berpegang teguh akan dasar permasalahan. 8. Mencari alternatif.
9. Berpikiran terbuka.
10. Mengambil atau berganti posisi karena bukti dan alasan yang cukup.
11. Mencari ketepatan secermat mungkin.
12. Memecahkan persoalan secara teratur pada bagian-bagian keseluruhan.
13. Menggunakan keterampilan berpikir kritis.
6
Carol B MacKnight. Teaching Critical Thinking Though Internal Discussions. http://net.educause.edu, diakses tanggal 15 Desember 2010,jam 22.05, h.38
7
MCC General Education Iniatives. Memahami berpikir kritis. http://re-searchengines.com/1007arief3.html, disks tanggal 12 Februari 2011, jam 10.30
(23)
14. Sensitif terhadap perasaan, tahap pengetahuan, dan derajat kecanggihan pihak lain8
b. Aspek-aspek Berpikir Kritis
Menurut Bayer berpikir kritis adalah semacam aspek pemikiran nilai. Dan Aspek Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dipaparkan Beyer (1995) dalam buku Critical Thinking, yaitu:
“Watak (dispositions), kriteria (criteria), argumen (argument), pertimbangan atau pemikiran (reasoning), sudut pandang (point of view), prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)”.9
Dimana dalam aspek karakteristik yang dipaparkan di atas dapat diuraikan bahwa Watak (dispositions) maksudnya yaitu seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik. Kriteria (criteria) dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang. Argumen (argument) merupakan pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen. Pertimbangan
8
Eri Kurniawan, Pembelajaran Pendekatan…,
http://arjumutiah.blog.unej.ac.id/2010/10/05/konsep-berpikir-dan-berpikir-kritis/, diakses 12 Februari 2011 jam 10.33,h.12
9
Denis K. Filsaime, Menguak Rahasia Berpikir kritis…, http://re-searchengines.com/1007arief3.html, diakses 12 Februari 2011 jam 10.30.h.63.
(24)
atau pemikiran (reasoning) yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data. Sudut pandang (point of view) merupakan cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dan yang terakhir Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria), karena dalam prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Maka dalam prosedur tersebut akan meliputi: merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
c. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Indikator Berpikir Kritis Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1. Kegiatan merumuskan pertanyaan, 2. Membatasi permasalahan,
3. Menguji data-data,
4. Menganalisis berbagai pendapat dan bias,
5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional, 6. Menghindari penyederhanaan berlebihan,
7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan 8. Mentoleransi ambiguitas.10
Angelo mengidentifikaasi lima perilaku yang sistematis dalam berpikir kritis. Tahapan Berpikir Kritis :
a. Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut.
10
Wade,Indikator Berpikir Kritis, http://www.scribd.com/doc/17740579/Konsep-Berfikir-Kritis, tanggal 3 januari 2011.
(25)
Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca mengindentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan
Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis, diantaranya: menguraikan, membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan, memerinci, dsb.
b. Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keteramplian menganalisis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol
c. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru
(26)
d. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu: deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.
e. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu.11
Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa ituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.
Beberapa kriteria yang dapat di jadikan standar dalam proses berpikir kritis adalah:
1. kejelasan (clarity),
2. tingkat akurasi (accuracy), 3. tingkat kepresisian (precision) 4. relevansi (relevance),
5. logika berpikir yang digunakan (logic), 6. keluasan sudut pandang (breadth),
11
Anggelo,Tahapan Berpikir Kritis, http://re-searchengines.com/1007arief3.html, tanggal 15 Desember 2010.
(27)
7. kedalaman berpikir (depth), 8. kejujuran (honesty),
9. kelengkapan informasi (information) dan
10. bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).12
Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus menjawab beberapa hal sebagai berikut: Tujuan dari sebuah gagasan/ide, Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide. Sudut pandang dari gagasan/ide, Informasi yang muncul dari gagasan/ide, Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut, Implikasi dan konsekuensi, Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut. Dasar-dasar ini yang pada peinsipnya perlu dikembangkan untuk melatih kemampuan berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah yang kuat.
d. Langkah-langkah berpikir kritis
Dengan operasional dan sederhana Matindas dalam Dindin Wahidin, menguraikan langkah-langkah berpikir kritis berikut :
1. Memahami dengan seksama pernyataan yang ada 2. Cermati maksud dibalik pernyataan
3. Cermati alasan yang diajukan untuk mendukung pernyataan 4. Cermati alasan dengan mengklasifikasikan alas an itu
kedalam: fakta, penafsiran, keinginan, atau kesimpulan ahli atau bahkan mungkin ajaran agama.
5. Ambil keputusan.13
12
Standar dalam Proses dalam Berpikir Kritis,
http://www.scribd.com/doc/17740579/Konsep-Berfikir-Kritis, tanggal 3 januari 2011 13
(28)
e. Sumber-sumber Kesalahan Berpikir
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menyebabkan kesalahan dalam berpikir, diantaranya:
1. Kegagalan melihat penafsiran lain 2. Gagal melihat kemungkinan lain 3. Over generalisasi
4. Kecenderungan menyamaratakan (stereo-typing). 5. Gagal menyingkirkan pengaruh emosi
6. Gagal dalam melakukan penalaran 7. Gagal dalam mengenali fakta.14
B. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) 1. Pengertian
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan “proses mental dalam menciptakan solusi untuk suatu masalah. Ini adalah satu bentuk keistimewaan tentang pemecahan masalah dimana sebuah solusi diciptakan degan bebas dan kreatif debandingkan dengan mengandalkan bantuan orang lain”.15
George Polya (1973) dalam Janulis P.Purba mengungkapkan pemecahan masalah (problem solving) ialah “menemukan jalan keluar dari suatu yang sukar dan penuh rintangan untuk mencapai tujuan”.16
Pada hakikatnya masalah adalah kesenjangan antara tujuan yang diinginkan dengan kondisi yang ada untuk meraih tujuan yang diharapkan. Situasi yang ada tidak sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Maka perlu ada solusi untuk mengatasi kesenjangna yang terjadi sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.
14
Didin Wahidin, Pengembangan Berpikir…, h.7
15
Anonim. Cretive Problem solving. Http://en.wikipedia.org/wiki creative_problem_solving yang diakses pada 15 Desember 2010,h.1
16
Janulis P.Purba, Pengembangan dan Implementasi Model Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Pemecahan masalah, (Mimbar Pendidikan No.3, tahun XXII,2003), h.23
(29)
Menurut Smith dalam Lutfi, Problem solving merupakan
“pendekatan mengajar yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan pendekatan ini, dua tujuan pokok pengajaran dapat terpenuhi, yaitu mengembangkan pemahaman yang mendalam dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis”.17
Menurut Kiranawati, metode pemecahan masalah (problem solving) adalah “penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok atau dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajaranya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah”.18
Pemecahan masalah (problem solving) dapat didefinisikan lebih luas jika ditinjau dari proses, strategi, keterampilan dan sebagai model pembelajaran. Sebagai suatu proses dalam hal ini menurut Subandar dalam Sukasno (2002) terkandung makna bahwa:
Ketika siswa belajar ada proses menemukan kembali. Artinya prosedur, aturan yang harus dipelajari disediakan dan diajarkan oleh guru dan siswa siap menampungnya. Ditinjau dari strategi, problem solving diartikan sebagai penggunaan berbagai jalan untuk memecahkan masalah mulai dari mengidentifikasi masalah, penentuan langkah-langkah dan kemudian memecahkannya. Sedangkan jika ditinjau dari segi keterampilan problem solving diartikan sebagai kemampuan dalam menggunakan operasi untuk memecahkan masalah. Operasi yang dimaksud salah satunya adalah operasi matematik atau komputasi.
Penyelesaian atau pemecahan masalah adalah bagian dari proses berpikir. Sering dianggap merupakan proses paling kompleks diantara semua fungsi kecerdasan, pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini terjadi jika suatu organism atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju.19
17
Lutfi. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang diintervensi dengan peta konsep terhadap hasil belajar mahasiswa. Jurnal pembelajaran, XXVII (April 2005),h.50
18
Kiranawati, Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving), (http://gurupkn.wordpress.com) yang diakses 15 Desember 2010,h.2
19
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_masalah, yang diakses tanggal 15 desember 2010,h.1
(30)
2. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving
Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam melakukan pembelajaran dengan metode problem solving yaitu sebagai berikut:
“Menyajikan masalah dalam bentuk umum, menyajikan kembali, masalah dalam bentuk operasional, menentukan strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah”.20
Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya (dalam Hudojo, 2003), menjelaskan bahwa langkah-langkah yang diikuti dalam penyelesaian
problem solving yaitu sebagai berikut:
“Pemahaman terhadap masalah, perencanaan penyelesaian
masalah, melaksanakan perencanaan, dan melihat kembali penyelesaian”.21
Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah adalah bagian dari strategi belajar mengajar inkuiri. Penyelesaian masalah menurut J. Dewey (dalam Hudojo, 2003), ada enam tahap:
a. Merumuskan masalah: mengetahui dan menemukan masalah secara jelas.
b. Menelaah masalah: menggunakan pengetahuan untuk memerinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
c. Merumuskan hipotesis: berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian.
d. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis: kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar.
e. Pembuktian hipotesis: cakap menelaah dan membahas data, menghitung dan menghubungkan, keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan
f. Menentukan pilihan penyelesaian: kecakapan membuat alternatif penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap langkah.22
20
Hamid Muhammad. Langkah-langkah pembelajaran problem solving.(Jakarta : konsep ips.2005)h.26
21
Hudojo. Langkah-langkah penyelesaian problem solving.
http://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_masalah, yang diakses 15 Desember 2010.h162 22
Hudojo. Langkah-langkah penyelesaian problem solving
(31)
Pada penelitian ini digunakan tahapan pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Sudjana. Model pemecahan masalah yang dikemukakan Sudjana dapat menumbuhkan aktivitas mental, baik secara individual maupun kelompok, karena hampir setiap langkah yang diberikan menurut keaktifan belajar siswa. Sudjana mengungkapkan bahwa aktifitas mental yang dapat dijangkau melalui model ini yaitu meningkat, mensintesis, menilai dan meramalkan.
Adapun tahapan pendekatan pemecahan masalah menurut sudjana adalah sebagai berikut: “Tahap orientasi atau memusatkan perhatian pada masalah, tahap identifikasi masalah, tahap mencari alternatif pemecahan masalah, tahap menilai setiap alternatif pemecahan masalah, dan tahap menarik kesimpulan”.23
Dalam pendekatan pemecahan masalah yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa: Orientasi atau memusatkan perhatian pada masalah yaitu pada tahap ini guru memusatkan perhatian siswa pada permasalahan dengan memberi kesan umum dan pemahaman global tentang batas-batas ruang lingkup masalah yang akan dibahas lebih lanjut kedalam skema atau sub-sub masalah sebagai satu kesatuan. Maksudnya pada tahap ini guru melakukan pengkondisian mengenai kesiapan belajar dengan memotivasi siswa untuk belajar sambil menyampaikan kompetensi pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu pada kegiatan ini, guru mendorong siswa untuk menemukan persoalan. Persoalan tersebut dapat datang dari guru, suatu fenomena tertentu atau persoalan sehari-hari yang dijumpai siswa. Tahap identifikasi masalah yaitu mengenali, memahami, dan mengetahui suatu masalah dengan jelas. Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan respon sebagai tolak ukur kemampuan awal siswa dalam mengidentifikasi masalah. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat merumuskan masalah. Merumuskan masalah ialah mengoperasionalkan masalah
untuk memudahkan pemecahan. Salah satu cara
mengoperasionalkan masalah ialah dengan cara menyatakan inti permasalahan dalam bentuk pertanyaan seperti: mengapa, dan dan bagaimana. Tahap mencari alternatif pemecahan masalah maksudnya apabila masalah telah diidentifikasi dan dirumuskan, selanjutnya dilakukan kegiatan mencari sebagai upaya yang mungkin dilakukan dalam memecahkan masalah. Langkah-langkah yang dilakukan ialah pertama menghimpun informasi mengenai
23
Titi Wahyuni. Pengembangan model pembelajaran pemecahan masalah untuk meningkatkan keterampilan…,Bandung: SKRIPSI UPI tidak diterbitkan.h.17-19
(32)
alternatif pemecahan masalah berdasarkan data-data yang ada. Kedua mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat pada setiap alternatif upaya memecahkan masalah, dengan kata lain pada langkah ini sama alternatif pemecahan masalah dianalisis, baik kekurangan maupun kelebihannya. ketiga menentukan prioritas usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam memecahkan masalah. Yaitu memilih alternatif pemecahan masalah yang terbaik berdasarkan hasil analisis terhadap kekurangan dan kelebihan beberapa alternatif yang diajukan. Pada tahap ini guru menyiapkan bahan atau alat sebagai sumber belajar yang dapat berupa buku, grafik, lingkungan, bagan dan lain-lain. Siswa dittuntut untuk melakukan percobaan atau menngemukakan berbagai macam argumennya dalam proses pembelajaran secara mandiri. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Tahap menilai setiap alternatif pemecahan masalah,pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap teknik pemecahan yang dilakukan. Evaluasi adalah kegiatan menghimpun, mengolah, dan menyajikan data atau informasi mengenai program pemecahan untuk dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan. Maksudnya pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan yaitu, mengumpulkan dan mengolah data penyelidikan terhadap setiap alternatif pemecahan masalah dan menyajikan data atau informasi berdasarkan penyelidikan. Data-data yang disajikan kemudian dianalisis untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan alternatif pemecahan mana yang paling tepat diantara alternatif pemecahan masalah yang ada. Tahap menarik kesimpulan artinya merumuskan dari jawaban masalah yang telah dipilih berdasarkan penilaian setiap alternatif. Pada tahap ini, guru dan siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil anaisis tentang jawaban pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan bagian dari bentuk berpikir. Mempertimbangkan semua fungsi pemikiran yang rumit, pemecahan masalah merupakan proses kognitif tertinggi yang memerlukan modulasi dan keterampilan-keterampilan pokok yang terkontrol dan rutin, hal ini terjadi jika seseorang atau sistem kecerdasan alami seseorang tidak mengetahui bagaimana diproses dari asal pemikiran ke pernyataan akhir. Hal ini menjadi bagian dari proses masalah besar yang meliputi penemuan masalah dan bentuk masalah.24
3. Karakteristik Metode problem solving
Metode problem solving merupakan “metode pembelajaran yang mengandung aktivitas belajar siswa yang cukup tinggi. Metode
24
Anonim. Problem Solving. http://en.wikipedia.org/wiki/problem_solving yang diakses pada 16 Desember 2010,h.1
(33)
pembelajaran ini digunakan untuk mengajar konsep atau prinsip. Nana Sudjana dalam Sutikno (2004) mengungkapkan bahwa aktivitas mental yang dapat dijangkau melalui metode ini diantara lain mengingat, mengenal, menjelaskan, menyimpulkan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, menilai, dan meramalkan”. Lebih lanjutnya Nana Sudjana menyebutkan bahwa metode pembelajaran ini dapat terlaksana apabila unsur-unsur berikut terpenuhi, yaitu:
a. Guru
a. Guru harus menguasai bahan pembelajaran, terutama konsep dan prinsip yang terdapat dalam bahan pembelajaran.
b. Guru harus trampil membimbing siswa dalam merumuskan masalah yang diangkat dari konsep prinsip.
c. Guru mampu memimpin kelas, terutama dalam memotivasi siswa untuk belajar mandiri.
d. Guru mempunyai wawasan yang luas mengenai berbagai gejala, data, permasalahan yang berkenan dengan konsep dan prinsip yang terdapat dalam bidang studi yang diajarkan.
b. Sarana dan Prasarana
1. Sumber belajar seperti buku bacaan, media, dan alat bantu yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah telah tersedia.
2. Kelas tidak terlalu besar, artinya siswa dalam satu kelas sekitar 40 siswa.
3. Tersedia waktu yang cukup. c. Bahan Pembelajaran
1. Bahan pembelajaran bersifat konsep atau prinsisp.
2. Permasalahan yang akan diajukan kepada siswa telah dipersiapkan oleh guru, termasuk rambu-rambu pemecahanya.25
Metode pembelajaran dari ketiga unsur yang dipaparkan di atas, yang meliputi kriteria yang harus ada pada guru, sarana dan prasarana serta bahan pembelajaran, apabila telah terpenuhi secara menyeluruh maka proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik.
4. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran problem solving
Metode pemecahan masalah (problem solving) mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
25
Sutikno. Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran afektif dan Retorika. Mataram: NTP Pres. 2004.
(34)
Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut. a. Metose ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
Kelemahan Metode problem solving:
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitanya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pecahan masalah hanya cocok untuk SLTP,SLTA dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.26
5. Tujuan Pembelajaran Problem Solving
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003), yaitu sebagai berikut:
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
26
Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) h. 92-93
(35)
c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.27
C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Azis Wahab mengatakan “IPS adalah sejumlah konsep mata
pelajaran sosial dan ilmu lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau bermasyarakat dan kemasyarakatan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus
pendidikan melalui program pengajaran IPS pada tingkat persekolahan”.28 IPS merupakan ilmu yang dinamis, selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.
2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi: a. Sistem sosial dan budaya.
27
Hudojo. Langkah-langkah penyelesaian problem solving
http://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_masalah, yang diakses 15 Desember 2010.h.155 28
Ilmu Pengetahuan Sosial, Materi Pelatihan Terintegrasi, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005), h. 3
(36)
b. Manusia, tempat dan lingkungan. c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan. e. Sistem Berbangsa dan Bernegara.29
3. Kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial
Kecakapan proses yang dikembangkan berdasarkan rasional bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang multi disiplin, terdiri dari beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, yang mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat.
4. Karakteristik Pelajaran IPS
Proses pembelajaran ekonomi diupayakan agar dilakukan secara terpadu. Selain itu, perlu dipilih materi pelajaran yang sesuai, baik ditinjau dari tingkat kemampuan berfikir siswa maupun dari sudut lingkungan fisik dan psikis peserta didik.
Dengan memperhatikan persoalan di atas, IPS memiliki karakteristik seperti:
a) Kerangka kerja IPS lebih menekankan pada bidang praktis tentang peristiwa, gejala dan masalah sosial daripada bidang teori keilmuan.
b) Dalam menelaah objek studinya, IPS menekankan pada keterpaduan aspek-aspek kehidupan sosial daripada aspek-aspek yang terpisah satu sama lain.
c) Kerangka kerja IPS berlandaskan ilmu-ilmu sosial sebagai induknya dan menjadikan ilmu-ilmu sosial tersebut sebagai sumber materinya.
d) Pada pengajaran IPS, masyarakat menjadi sumber materi, objek studi, laboratorium, dan sekaligus juga menjadi ruang lingkup penelaahannya.30
29
Ilmu Pengetahuan Sosial…, h. 10
30
(37)
5. Tujuan Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Namun tujuan umum pembelajaran IPS adalah memberdayakan siswa agar memiliki kecakapan berpikir, membentuk warga negara yang aktif dan bertanggung jawab serta mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Bilamana sasaran dan tujuan-tujuan pembelajaran IPS di atas dikaitkan dengan taxonomy of education objective yang dikemukakan oleh Bloom, maka secara garis besar terdapat tiga sasaran pokok dari pelajaran IPS, yaitu:
1) Pengembangan aspek pengetahuan (cognitive)
2) Pengembangan aspek nilai dan kepribadian (affective)
3) Pengembangan aspek keterampilan (psycomotoric).31
D. Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.32
31
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. 3, h. 95
32
Slameto, Belajar & faktor-faktor yang memepengaruhi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), h.2
(38)
2. Teori Belajar
Teori belajar menurut R. Gagne :
“Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku, menurutnya belajar juga merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang diperoleh dari instruksi”.33
Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh
manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yang disebut “The domains of learning yaitu :
a) Keterampilan motoris (motor skill) b) Informasi verbal
c) Kemampuan intelektual d) Strategi kognitif
e) Sikap”.34
Dari kelima kategori tersebut merupakan suatu tindakan yang dipelajari manusia secara umum dalam kehidupan sehari-hari.
3. Prinsip-prinsip Belajar
Dalam kegiatan mengajar, tentunya harus menggunakan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bertindak secara tepat. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungakap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip belajar, seorang guru akan dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan efektivitas belajar siswa. Prinsip-prinsip itu adalah:
a. Perhatian dan motivasi b. Keaktifan
c. Ketertiban langsung/berpengalaman d. Pengulangan
e. Tantangan
f. Balikan dan Penguatan g. Perbedaan individual.35
33
Slameto, Belajar & faktor-faktor yang memepengaruhi…,h.13
34
Slameto, Belajar & faktor-faktor yang memepengaruhi…,h.14-15 35
(39)
Siswa maupun guru, tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar tersebut, karena hal tersebut berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran siswa.
4. Masalah-masalah Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal siswa
Faktor internal yang dialami oleh para siswa yang berpengaruh pada proses belajar, yaitu sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa.
b. Faktor eksternal siswa
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah serta kurikulum sekolah.
E. Pemahaman Materi Penyimpangan Sosial 1. Pengertian Penyimpangan Sosial
Penyimpangan adalah tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut dalam lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat
(40)
disebut dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut divian (diviant).36
Pada masyarakat tradisional penyimpangan jarang sekali terjadi dan dapat dikendalikan. Sebaliknya, pada masyarakat modern, penyimpangan dirasa semakin banyak dan bahkan seringkali menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pihak lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan adalah penyimpangan sosial.
Seperti halnya kebudayaan yang bersifat relatif maka penyimpangan sosial juga bersifat relatif. Artinya, penyimpangan sosial sangat tergantung pada nilai dan norma sosial yang berlaku. Suatu tingkah laku dapat dikatakan menyimpang oleh suatu masyarakat, namun belum tentu dianggap menyimpang oleh masyarakat lain yang memiliki norma dan nilai yang berbeda.
Menurut Robert M.Z. Lawang, “Penyimpangan sosial sebagai
semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang (dalam
buku materi pokok pengantar sosiologi)”.37
2. Bentuk-bentuk Penyimpangan
a. Penyimpangan primer
Penyimpangan ini hanya bersifat sementara dan tidak diulangi kembali. Ciri-cirinya: hanya bersifat sementara, gaya hidup tidak didominasi oleh perilaku menyimpang, dan masih dapat diterima secara sosial. Contoh: mengendarai sepeda motor melampaui kecepatan maksimal, menerobos lampu merah, dan lain-lain.
b. Penyimpangan sekunder
Seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang dan secara umum dikenal sebagai seseorang yang menyiimpang. Ciri-cirinya: masyarakat tidak bisa menerima individu semacam itu, masyarakat umum telah mengetahuinya, dan gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang.
36
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.151
37
(41)
Contoh: seorang pemabuk yang hidup ditengah masyarakat yang anti mabuk, pembunuhan, dan penodongan.
c. Penyimpangan individu
Apabila seseorang melakukan penyimpangan dari sub-kebudayaan yang telah mapan dan nyata-nyata menolak norma-norma tersebut, maka ia disebut sebagai menyimpang individual. Ciri-cirinya: bertindak sendirian, tidak merencanakan penyimpangan dengan siapapun. Contohnya: pembunuhan yang dilakukan sendiri, atau mencuri seorang diri.
d. Penyimpangan kelompok
Kegiatan yang dilakukan kelompok secara kolektif dengan cara yang bertentangan terhadap norma-norma yang berlaku. Contoh: sindikat teroris, gang kejahatan, mafia. Kelompok ini memiliki seperangkat norma, nilai sikap, dan tradisi-tradisi tersendiri. Selaku anggota mafia, masing-masing berpegang teguh pada aturan main mafia.38
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk penyimpangan sosial dibagi menjadi empat yaitu penyimpangan primer, skunder, individu dan penyimpangan kelompok.
3. Faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang
Pertama, Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dengan si miskin yang sangat mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi.
Kedua, Banyaknya pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran.
Ketiga, kebutuhan ekonomi untuk serba kecukupan, tanpa harus berusaha bersusah payah bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri, merampok, menodong, dan lain-lain.
Keempat, keluarga yang berantakan (broken home) dapat menyebabkan adanya penyimpangan sosial.sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun kedalam kompleks prostitusi. Kelima, pengaruh media massa, seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran TV yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas.39
38
Sutarto,Ilmu Pengetahuan Sosial,h.158-159 39
(42)
F. Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Sosial yang memiliki konsep abstrak dan sulit untuk dipahami siswa tetapi dapat dikuatkan oleh berbagai asumsi dan pendapat. Perubahan-perubahan tersebut dikarenakan seiringnya perubahan zaman dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran IPS harus melibatkan siswa untuk mencari berbagai sumber belajar siswa, selain dari guru serta harus meningkatkan hubungan antar konsep pembelajaran dengan aplikasi dan pengalaman yang terintegrasi dengan nilai-nilai di dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menghasilkan belajar yang optimal.
Hasil belajar merupakan kualitas kemampuan seseorang siswa yang dihasilkan melalui proses aktivitas aktif dalam membangun pemahaman informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, aktif dan psikomotorik. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang menyeluruh, yaitu siswa bukan hanya dituntut untuk memahami dan manguasai pembelajaran dan kemampuan intelektual, tetapi juga mempunyai integritas moral yang baik.
Sebagai usaha untuk memperoleh suatu hasil belajar yang optimal, maka diperlukan suatu penerapan model pembelajaran yang bukan hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa berupa fakta dan konsep, tapi membutuhkan keterlibatan aktif siswa secara mental maupun fisik.
Salah satu alternatif model pembelajaran efektif untuk membangun pemahaman konsep dan siswa lebih aktif melalui soal-soal yang berupa permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran Problem Solving, dimana Problem Solving merupakan faktor eksternal yang memiliki konsep belajar yang membantu guru meningkatkan pengembangan pengetahuan yang dimiliki siswa untuk bisa memecahkan suatu permasalahan dalam pelajaran IPS dengan guru menyajikan suatu masalah dalam bentuk umum, menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional. Kemudian siswa dituntut untuk menentukan strategi penyelesaian masalah yang dibentuk berupa soal-soal supaya dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mengungkapkan pendapat dari hasil jawaban yang telah ditemukan secara logis sesuai fakta-fakta yang ada. Diharapkan dengan penerapan model ini akan memiliki pengaruh positif peserta didik yang dapat diaplikasikan pada hasil belajar.
(43)
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mengamati dan melihat bagaimana upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis melalui metode problem solving dalam proses pembelajaran IPS di MTs Islamiyah Ciputat materi penyimpangan sosial. Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Dalam penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk mendeskriptipsikan, memahami dan memaknai sistem pengelolaan pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPS di MTs Islamiyah Ciputat. Oleh sebab itu, berdasarkan pada kajian teori dan krangka berpikir yang telah dipaparkan di depan, maka jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif analis.
Penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.1
Metode penelitian kualitatif adalah “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
1
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), cet. 6, h. 36
(44)
kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen”.2
Dengan demikian, melalui pendekatan kualitatif maka diharapkan akan memperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dan fakta yang relevan. Pendekatan kualitatif pada dasarnya berusaha untuk mendeskripsikan permasalahan secara komprehensif, holistik, integratif, dan mendalam melalui kegiatan mengamati orang dalam lingkunganya dan berinteraksi dengan mereka tentang dunia sekitarnya.
Penelitian ini pada hakikatnya adalah mengamati guru IPS dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang pelaksanaan pembelajaran, serta mengamati guru dalam meningkatkan berpikir kritis siswa melalui metode pembelajaran problem solving pada pembelajaran IPS.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Islamiyah Ciputat, yang beralamat di Jalan KH. Dewantara No. 23 Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota/Kabupaten Tangerang Selatan. Telp. 021.7409814, - 021.287529743
2. Waktu Penelitian
Proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari pengajuan judul, pengajuan proposal, perencanaan dan persiapan instrument,uji coba instrument, penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Dengan rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan selama 7 (tujuh) bulan, mulai pada bulan Agustus 2010 sampai Maret 2011.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan R & D, (Bandung: Alfabeta,2010),cet. X,h.15.
3
(45)
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan Penelitian Ags Sept Nov Des Jan Feb Mar
Pengajuan proposal √
Persiapandan perencanaan √
Observasi √
Kegiatan Penelitian √ √
Analisis Data √ √
Laporan Penelitian √ √
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
oleh Spradley dinamakan ”social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place),pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berintegrasi secara sinergis”.4 Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai
objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam ”apa yang terjadi” di dalamnya. Dalam penelitian ini, penulis mengamati situasi sosial
atau objek penelitian tentang guru IPS (actors) dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode problem solving supaya siswa lebih berpikir kritis dalam memecahkan masalah – masalah IPS (activity) di MTs Islamiyah Ciputat (place).
Sampel dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sumber data yang dianggap mengetahui tentang populasi/situasi sosial atau objek penelitian, dan untuk menentukan sampel tersebut penulis menggunakan teknik cluster sampling (area sampling). Yaitu siswa kelas VIII IPS di MTs Islamiyah Ciputat terdiri dari 2 (Dua) kelas, namun yang digunakan untuk menjadi sampelnya hanya 1 (satu) kelas. Di mana kelas ini memiliki karakteristik yang relatif sama dengan ke dua kelas yang lain atau dapat mewakili kelas-kelas yang lain.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D,…,h.297-298.
(46)
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari lapangan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Sugiyono, bahwa
”Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang disusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.5 Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan proses pelaksanaan pembelajaran dalam mata pelajaran IPS dan mengamati keadaan sekolah, sarana dan prasarana, serta keadaan guru dan siswa di MTs Islamiyah Ciputat.
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi
Rumusan Masalah Kegiatan Indikator
1. Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode problem solving pada
pelajaran IPS materi Penyimpangan sosial
Pelaksanaan pembelajaran
1. Kegiatan awal (pendahuluan) a) Apersepsi
1. Membuka pelajaran 2. Memeriksa
keadaan kelas dan siswa 3. Mengulang
materi sebelumnya b) Memotivasi siswa 2. Kegiatan inti
a) Menerangkan materi
b) Memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya c) Memberikan
latihan kepada siswa
d) Membahas latihan
5
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D,…,h.203.
(47)
bersama antara siswa dengan guru e) Memecahkan
masalah
f) Pengelolaan antar kelompok
3. Kegiatan akhir (penutup)
a) Menyimpulkan b) Memberikan PR
berupa studi kasus c) Menutup kegiatan
pembelajaran 2. Persepsi siswa
tentang penggunaan metode problem solving pada pelajaran IPS materi Penyimpangan Sosial Penilaian (evaluasi) pembelajaran
1. Proses evaluasi
mengamati
perkembangan berpikir kritis siswa
2. Proses evaluasi
pemberian ulangan harian
E. Pedoman Wawancara
Susan Strainback (1988) yang dikutip oleh Sugiyono, mengemukakan
bahwa ”interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon
than can be gained through observation alon”.6
Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.7 Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari guru mata pelajaran IPS.
Tabel 3. Kisi-kisi Wawancara
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D,…,h.318.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D,…,h.319.
(48)
Rumusan
masalah Kegiatan Indikator No. item Sumber
1. Upaya meningkat-kan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode problem solving pada pelajaran IPS materi Penyimpang an sosial Perencanaan pembelajaran Proses pelaksanan pembelajaran
1. Membuat RPP 2. Membuat silabus 3. Menentukan materi
1. Proses
pembelajaran
2. Penggunaan
problem solving
3. Berpikir kritis
1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11,12,13 Guru 2. Persepsi siswa tentang penggunaan metode problem solving pada pelajaran IPS materi Penyimpa-ngan Sosial Proses pelaksanaan pembelajaran
1. Proses
pembelajaran 2. Penggunaan model
problem solving
1,2,3,4,5 6,7,8,9,10
Siswa
F. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawacara dalam penelitian kualitatif.8
G. Definisi Konseptual, Definisi Operasional dan Kisi-Kisi Instrumen
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D,…,h.329
(49)
1. Definisi Konseptual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan bahwa berpikir kritis yaitu berpikir secara tajam dalam penganalisisan, tidak cepat percaya, bersifat selalu berusaha menemukan kesalaha, melainkan semata-mata ingin menegakan kebenaran.9 Laurens Mengutip pendapat Junicek (2005) bahwa berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses dan juga kemampuan (Junicek, 2005) untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesiskan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh.10
Terdapat enam tingkatan berpikir menurut taksonomi Bloom (2003) yaitu :
a. Mengetahui (knowing) adalah suatu proses berpikir yang didasarkan pada retensi (menyimpan) dan retrieval (mengeluarkan kembali) sejumlah pengetahuan yang pernah didengar atau dibacanya;
b. Memahami (understanding) adalah suatu proses berpikir yang sifatnya lebih kompleks yang mempunyai kemampuan dalam penterjemahan, interpretasi, ektrapolasi, dan asosiasi;
c. Menerapkan (application) adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, fakta, teori, dan lain-lain untuk menyimpulkan, memperkirakan, atau menyelesaikan suatu masalah;
d. Menganalisis (analysis) juga berpikir secara divergen yaitu kemam-puan menguraikan suatu konsep atau prinsip dalam bagian-bagian atau komponen-komponennya;
e. Mengevaluasi (evaluation) disebut juga intelectual judment, yaitu pengetahuan yang luas tentang sesuatu pengertian dari apa yang diketahui serta kemampuan analisa dan sintesis sehingga dapat memberikan penilaian atau evaluasi, dan
9
Achmad Sapari, BagaimanaMengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis, Fasilitator, Edisi III tahun 2006,h.37.
10
Joycen M. Laurens Integrasi Riset dan Desain : Sebuah Pendekatan dalam Pembelajaran di Studio, http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/99-035/3.5-Joyce%20M.Laurens. Pdf , diakses : 03/01/2011,h.3.
(1)
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di MTs Islamiyah Ciputat, yang beralamat di Jalan KH. Dewantara No. 23 Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota/Kabupaten Tangerang Selatan. Telp. 021.7409814, - 021.28752974
2. Waktu Penelitian
Dalam rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan selama 7 (tujuh) bulan, mulai pada bulan Agustus 2010 sampai Maret 2011.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif analis
4. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Islamiyah Ciputat dengan jumlah 819 siswa.
5. Sampel
Sampel dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sumber data yang dianggap mengetahui tentang populasi/situasi sosial atau objek penelitian, dan untuk menentukan sampel tersebut penulis menggunakan teknik cluster sampling(area sampling). Yaitu siswa kelas VIII IPS di MTs Islamiyah Ciputat terdiri dari 2 (Dua) kelas, namun yang digunakan untuk menjadi sampelnya hanya 1 (satu) kelas. Di mana kelas ini memiliki karakteristik yang relatif sama dengan ke dua kelas yang lain atau dapat mewakili kelas-kelas yang lain,dimana jumlah siswa kelas VIII.2 berjumlah 39 siswa.
(2)
Teknik Pengumpulan Data
Observasi : Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh
Sugiyono, bahwa ”Observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang disusun dari pelbagai proses biologis
dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan
Wawancara
Studi Dokumentasi :Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawacara dalam
penelitian kualitatif.
(3)
Teknik Analisa Data
Data Reduction
( reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu.
Data display
(penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori,
flowcart
dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) yang dikutip
oleh Sugiyono, menyatakan “
The most frequent from of display data
for qualitative research data in the past has been narrative tex
”.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.
Conclusion drawing/verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
(4)
HASIL PENELITIAN
(5)
Kesimpulan
Penerapan metode problem solving di kelas VIII.2 MTs Islamiyah Ciputat dapat dikatakan berhasil dengan dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti
selama proses pembelajaran dalam empat kali pertemuan dalam tiga tahapan yang dilakukan setiap pertemuanya, dan dua kali ujian. Dalam penerapan metode problem solving ini dikatakan berhasil dilihat dari perbedaan hasil ulangan yang dilakukan
mendapatkan hasil (nilai) siswa yang meningkat,selain dari hasil ulangan peneliti juga mengamati dalam segi kehadiran, kedisiplinan, bagaimana siswa memperhatikan pelajaran, keaktifan serta bagaimana siswa dalam memecahkan masalah. Dan dari pengamatan yang dilakukan setiap kali pertemuan terhadap setiap siswa,dari aspek-aspek yang diamati terdapat peningkatan yang signifikan.
Setelah guru menggunakan metode problem solving peserta didik lebih antusias
dalam belajar IPS, karena dengan menggunakan metode problem solving siswa lebih interaktif dan aktif dalam proses pembelajaran IPS berlangsung dibandingkan
dengan sebelum menggunakan metode problem solving.
Peranan metode problem solving dalam meningkatkan berpikir kritis siswa di kelas VIII.2 MTs Islamiyah Ciputat pada pembelajaran IPS yaitu cara berpikir kritis siswa mengalami peningkatan,siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran,siswa menjadi lebih percaya diri(berani) dalam mengungkapkan pendapat,siswa mulai mampu memecahkan masalah dalam berupa soal-soal studi kasus yang diberikan oleh guru sesuai dengan materi ajar.
(6)