PENGARUH PEMERINTAHAN BELANDA TERHADAP PERUBAHAN SISTEM KEKUASAAN RAJA-RAJA PAKPAK DI SUMBUL PEGAGAN (1902-1942).
PENGARUH PEMERINTAHAN BELANDA TERHADAP
PERUBAHAN SISTEM KEKUASAAN RAJA-RAJA
PAKPAK DI SUMBUL PEGAGAN
(1902-1942)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
IDAWATI LUMBAN GAOL 3103321024
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2014
(2)
(3)
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini Diajukan Oleh Idawati Lumban Gaol, Nim. 3103321024 Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Telah Diperiksa Dan Disetujui Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disetujui Oleh Medan, Maret 2014
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
Dra. Lukitaningsih, M.Hum Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd
(4)
(5)
DAFTAR ISI
ABSTRAKKATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah ... 1
2. Identifikasi Masalah ... 4
3. Pembatasan Masalah ... 4
4. Rumusan Masalah ... 5
5. Tujuan Penelitian ... 5
6. Manfaat ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 7
1. Sistem Pemerintahan Belanda ... 7
a. Sistem Pemerintahan ... 7
b. Belanda ... 9
2. Perubahan Sistem Kekuasaan ... 11
a. Perubahan ... 11
b. Sistem Kekuasaan ... 11
3. Konsep Raja ... 14
4. Masyarakat Pakpak ... 15
B. Kerangka Berpikir ... 17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 19
B. Lokasi Penelitian ... 19
(6)
D. Teknik Pengumpulan Data ... 21 E. Teknik Analisis Data ... 22 BAB IV. PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Sumbul Pegagan ... 23 1.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan ... 23 1.2 Komposisi Penduduk ... 27 2. Sejarah singkat terbentuknya kecamatan Sumbul
Pegagan ... 35 3. Asal usul dan persebaran etnis pakpak ... 37 4. Sistem pemerintahan raja-raja pakpak sebelum kedatangan
belanda di sumbul Pegagan ... ... 42 5. Pelaksanaan fungsi pemerintahan raja raja pakpak akibat
adanya pengaruh dari pemerintah belanda ... 50 6. Pemerintah belanda menjalankan sistem kekuasaannya
di sumbul Pegagan ... ... 53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh dari budaya luar masih terikat dengan adat istiadat yang berlaku yang dipimpin oleh ketua kampung. Kedudukan ketua kampung sangat dihormati dan segala perintah serta larangannya akan ditaati oleh masyarakat yang dipimpinnya. Sesuai dengan letak geografis kepualauan Indonesia yang diapit oleh dua samudera dan dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta didukung oleh kesuburan tanahnya yang banyak menghasilkan hasil bumi secara melimpah, maka mulailah bangsa asing datang ke Indonesia. Mereka semula hanya ingin berdagang dengan bangsa kita. Tetapi lama-kelamaan terjadilah hubungan yang lebih akrab, tidak saja dalam perdagangan. Sehingga pengaruh-pengaruh budaya mereka mulai pula mempengaruhi sistem kebudayaan bangsa kita. Salah satunya adalah keberadaan kepala kampung sudah diganti oleh seorang Raja . Dan sebuah perkampungan berubah menjadi kerajaan.
Sistem pemerintahan yang dipakai untuk mengatur roda pemerintahan pada waktu itu adalah sistem pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Sistem pemerintahan yang pernah berlangsung di Indonesia adalah sistem pemerintahan kerajaan yang bercorak Hindu-Budha dan sistem pemerintahan kerajaan yang bercorak islam. Pada sistem pemerintahan kerajaan, berdasarkan
(8)
perkembangan politik dan perluasan wilayah ada perbedaan beberapa hal seperti nama, sebutan pejabat, pegawai pemerintahan dan sebagainya.
Ketika Belanda mulai masuk dan menduduki bumi Indonesia, pembentukan pemerintahan daerah di Indonesia tidak terlepas dari pratek politik penjajahan Belanda yang ingin menguasai secara keseluruhan bangsa Indonesia. Dalam menanamkan kekuasaannya Belanda menggunakan berbagai macam cara, salah satu diantaranya adalah membagi tanah Indonesia atas beberapa daerah dengan alasan untuk menguasai wilayah Hindia Belanda yang tujuannya adalah menghancurkan wilayah Republik Indonesia.
Dalam sistem kolonial ini, pihak penjajah berperan sebagai pihak yang menguasai dan menjajah, sementara pihak pribumi harus tunduk atas segala peraturan yang diterapkan oleh pihak kolonial. Dalam prateknya mengakibatkan kerugian di satu pihak (pribumi) dan keuntungan di pihak lain (penjajah).
Abad ke-19 dan awal abad ke-20, Indonesia sudah berada pada penguasaan bangsa Belanda. Oleh karena itu sistem pemerintahan yang diterapkannya pun adalah sistem pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Kekuasaan tertinggi saat itu dipegang dan diatur oleh pemerintahan kerajaan Belanda. Belanda sering melakukan intervensi terhadap persoalan-persoalan intern kerajaan. Misalnya, dalam masalah pergantian tahta kerajaan. Akibatnya, kerajaan-kerajaan yang bersangkutan akan dikendalikan oleh Belanda. Oleh karena kekuasaan kolonial semakin menguat, kekuasaan Raja semakin merosot. Raja dan para pejabat lainnya semakin bergantung kepada kekuasaan asing. Kekuasaan dan pemerintahan kerajaan telah ditempatkan di bawah kekuasaan
(9)
kolonial. Perubahan-perubahan itu menunjukkan bahwa kedaulatan dan kekuasaan politik kaum pribumi sudah tidak begitu berarti. Praktik kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa Belanda atas wilayah Indonesia mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat. Pada dasarnya perubahan itu terjadi pada aspek kehidupan politik, sosial ekonomi, pendidikan dan aspek kebudayaan.
Pemerintahan raja-raja Pakpak di Sumbul Pegagan telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda. Walaupun saat itu belum dikenal sebutan Wilayah/Daerah Otonomi, tetapi kehadiran sebuah pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap raja-raja Adat. Ketika Belanda mulai masuk dan menduduki Sumbul Pegagan, Belanda merubah struktur kekuasaan di Sumbul Pegagan. Perubahan nilai nilai, pola dan struktur sistem kekuasaan ini terjadi secara cepat dengan mengacu pada sistem dan pembagian wilayah kerajaan Belanda, sehingga daerah Sumbul ini juga ikut ditetapkan sebagai Onder Afdeling. Dalam sistem kolonial ini, pihak penjajah berperan sebagai pihak yang menguasai dan menjajah, sementara pihak pribumi harus tunduk atas segala peraturan yang diterapkan pihak kolonial.
Beberapa hal tersebut lah yang menjadi faktor pendorong peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang “Pengaruh Pemerintahan Belanda Terhadap Perubahan Sistem Kekuasaan Raja-raja Pakpak Di Sumbul Pegagan (1902-1942)”
(10)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian berikut:
1. Sistem pemerintahan tradisional sebelum kedatangan Belanda di Sumbul Pegagan
2. Pelaksanaan fungsi pemerintahan tradisional raja-raja Pakpak di Sumbul Pegagan akibat adanya pengaruh dari pemerintahan Belanda
3. Pemerintah Belanda menjalankan sistem kekuasaannya di Sumbul Pegagan
4. Tujuan Belanda tetap mengakui hukum adat dalam struktur pemerintahan yang dibentuk
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang timbul serta keterbatasan waktu, dana, dan tenaga yang tersedia, maka agar penelitian ini terarah pada tujuannya, dibuat pembatasan masalah untuk memudahkan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Dalam hal ini peneliti membatasi penelitiannya yaitu untuk mengetahui: “Pengaruh Pemerintahan Belanda Terhadap Perubahan Sistem Kekuasaan Raja-raja Pakpak Di Sumbul Pegagan ( 1902-1942)”
(11)
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sistem pemerintahan raja-raja Pakpak sebelum kedatangan Belanda di Sumbul Pegagan?
2. Bagaimana pelaksanaan fungsi pemerintahan raja-raja Pakpak akibat adanya pengaruh dari pemerintahan Belanda?
3. Bagaimana Pemerintah Belanda menjalankan sistem kekuasaannya di Sumbul Pegagan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pemerintahan raja-raja Pakpak sebelum kedatangan Belanda di Sumbul Pegagan
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan fungsi pemerintahan raja-raja Pakpak akibat adanya pengaruh dari pemerintahan Belanda
3. Untuk mengetahui bagaimana Pemerintah Belanda menjalankan sistem kekuasaannya di Sumbul Pegagan
(12)
F. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan peneliti dan pembaca tentang bagaimanan perubahan sistem kekuasaan Raja-raja Pakpak pada masa pemerintahan Belanda
2. Sebagai perbandingan bagi mahasiswa pendidikan sejarah maupun bagi jurusan lainnya dengan bidang penelitian yang sama pada lokasi penelitian yang berbeda untuk menghasilkan keputusan yang sempurna
3. Dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah setempat dalam mengembangkan pengetahuan sejarah lokal khususnya di wilayah Sumbul Pegagan agar lebih dikenal luas
(13)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini dapat ditarik kesimpulan yang ditemukan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa asal usul etnis Pakpak adalah dari India Selatan lalu berkembang di tanah Pakpak dan menjadi suku Pakpak yang mana pada dasarnya mereka sudah mempunyai marga sejak dari negeri asalnya namun kemudian membentuk marga baru yang tak jauh berbeda dari marga aslinya.
2. Sistem pemerintahan di daerah Pakpak ini telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda. Pemerintahan masa itu dikendalikan oleh Pertaki sebagai raja-raja adat merangkap sebagai Kepala Pemerintahan kemudian Raja Ekuten/Takal Aur/Kampung/Suak serta adanya rakyat Pakpak. Adapun sistem Pemerintahan Kerajaan Belanda adalah parlementer. Dalam ketatanegaraan Belanda, secara resmi Raja/Ratu biasanya menggunakan konsep trias politica atau politik tiga serangkai yang merupakan pengikat antara tiga kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
3. Pada masa penjajahan Belanda dahulu, struktur pemerintahan di daerah Pakpak diatur oleh Belanda dari sistem yang lama ke sistem yang baru dimana Raja Aur diganti dengan Raja Ekuten yang dibantu oleh wakil/pembantu pembantu disebut Raja Pandua. Raja Ekuten ini diberi
(14)
kekuasaan oleh Belanda secara turun temurun (di Batak Toba = Raja Ihutan)
4. Kolonial Belanda juga menggunakan sistem politik pecah belah
(devide et impera) dimana nilai-nilai, pola dan struktur Pemerintahan
di Sumbul Pegagan mengalami perubahan yang sangat cepat dengan mengacu pada system dan pembagian wilayah Kerajaan Belanda sesuai dengan kepentingan yang ada.
5. Belanda mencipakan pusat-pusat pemerintahan baru guna menjaring seluruh wilayah secara hirarkis, dan berpusat pada seorang kontroler Belanda. Dengan sistem ini Belanda mengambil alih dan menguasai tanah-tanah marga. Oleh sebab itu ketika Belanda angkat kaki dari nusantara, sistem-sistem pemerintahan yang terpusat, yang merupakan bentukan Belanda itu, tidak bisa bertahan. Lama-kelamaan sistem sistem itu menghilang dan kembali lagi ke bentukan semula (asli), hingga akhirnya berubah lagi setelah masa kemedekaan.
B. Saran
Didalam melakukan penelitian ada beberapa masalah yang dihadapi, maka peneliti mengambil saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dan teliti tentang pengaruh pemerintahan Belanda terhadap perubahan sistem kekuasaan raja Pakpak agar lebih luas
(15)
2. Pelestarian nilai-nilai budaya dari setiap etnis sangat diharapkan khususnya penduduk Pakpak, dimana nilai-nilai budaya Pakpak mulai hilang seiring adanya pengaruh dari etnis lain
3. Untuk kedepannya kepedulian pemerintah dan masyarakat sangat diharapkan untuk melestarikan kebudayaan yang kita miliki sebab negara kita terkenal karena kebudayaannya yang unik agar tidak di klaim negara asing sebagai budaya mereka
4. Bagi kita kaum muda penerus bangsa, penerus budaya dan suku agar selalu menjunjung tinggi dan selalu menjaga budaya kita
(16)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
Berutu, Lister dkk. 1998. Tradisi Dan Perubahan Konteks Masyarakat Pakpak Sumbul. Medan: Monora
BPS. 2013. Kecamatan Sumbul Dalam Angka. Sidikalang: Badan Pusat Statistik Kabupaten dairi
Budiardjo, Miriam. 1994. Demokrasi Di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Geertz, Hildred. 1981. Aneka Budaya Dan Komunitas Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FIS-UI
Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press
Juniawati, Nia. 2008. Sejarah Perkembangan Sistem Pemerintahan Di Indonesia. Bandung: CV. P&G Kilat Jaya
Kartodirdjo, Sartono. 1981. Elite Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: P.T. Djaya Pirusa
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium Jilid I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Makmur, Mariana. dkk. 2002. Aspek-Aspek Kultural Etnis Pakpak Suatu Eksplorasi Tentang Potensi Lokal. Medan: Monora
Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme Dan Etnisitas. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Sarundajang. 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Siahaan, E.K, dkk. 1978. Survai Monografi Kebudayaan Pakpak-Sumbul di Kabupaten Sumbul. Sumut : Departemen P dan K
(17)
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suwarno, P.J. 1989. Sejarah Birokrasi Pemerintahan Indonesia Dahulu dan Sekarang. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tanjung, Flores.dkk. 2011. Dairi Dalam Kilatan Sejarah. Medan: Perdana Publishing
(1)
F. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan peneliti dan pembaca tentang bagaimanan perubahan sistem kekuasaan Raja-raja Pakpak pada masa pemerintahan Belanda
2. Sebagai perbandingan bagi mahasiswa pendidikan sejarah maupun bagi jurusan lainnya dengan bidang penelitian yang sama pada lokasi penelitian yang berbeda untuk menghasilkan keputusan yang sempurna
3. Dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah setempat dalam mengembangkan pengetahuan sejarah lokal khususnya di wilayah Sumbul Pegagan agar lebih dikenal luas
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini dapat ditarik kesimpulan yang ditemukan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa asal usul etnis Pakpak adalah dari India Selatan lalu berkembang di tanah Pakpak dan menjadi suku Pakpak yang mana pada dasarnya mereka sudah mempunyai marga sejak dari negeri asalnya namun kemudian membentuk marga baru yang tak jauh berbeda dari marga aslinya.
2. Sistem pemerintahan di daerah Pakpak ini telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda. Pemerintahan masa itu dikendalikan oleh Pertaki sebagai raja-raja adat merangkap sebagai Kepala Pemerintahan kemudian Raja Ekuten/Takal Aur/Kampung/Suak serta adanya rakyat Pakpak. Adapun sistem Pemerintahan Kerajaan Belanda adalah parlementer. Dalam ketatanegaraan Belanda, secara resmi Raja/Ratu biasanya menggunakan konsep trias politica atau politik tiga serangkai yang merupakan pengikat antara tiga kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
3. Pada masa penjajahan Belanda dahulu, struktur pemerintahan di daerah Pakpak diatur oleh Belanda dari sistem yang lama ke sistem yang baru dimana Raja Aur diganti dengan Raja Ekuten yang dibantu oleh wakil/pembantu pembantu disebut Raja Pandua. Raja Ekuten ini diberi
(3)
kekuasaan oleh Belanda secara turun temurun (di Batak Toba = Raja Ihutan)
4. Kolonial Belanda juga menggunakan sistem politik pecah belah
(devide et impera) dimana nilai-nilai, pola dan struktur Pemerintahan
di Sumbul Pegagan mengalami perubahan yang sangat cepat dengan mengacu pada system dan pembagian wilayah Kerajaan Belanda sesuai dengan kepentingan yang ada.
5. Belanda mencipakan pusat-pusat pemerintahan baru guna menjaring seluruh wilayah secara hirarkis, dan berpusat pada seorang kontroler Belanda. Dengan sistem ini Belanda mengambil alih dan menguasai tanah-tanah marga. Oleh sebab itu ketika Belanda angkat kaki dari nusantara, sistem-sistem pemerintahan yang terpusat, yang merupakan bentukan Belanda itu, tidak bisa bertahan. Lama-kelamaan sistem sistem itu menghilang dan kembali lagi ke bentukan semula (asli), hingga akhirnya berubah lagi setelah masa kemedekaan.
B. Saran
Didalam melakukan penelitian ada beberapa masalah yang dihadapi, maka peneliti mengambil saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dan teliti tentang pengaruh pemerintahan Belanda terhadap perubahan sistem kekuasaan raja Pakpak agar lebih luas
(4)
2. Pelestarian nilai-nilai budaya dari setiap etnis sangat diharapkan khususnya penduduk Pakpak, dimana nilai-nilai budaya Pakpak mulai hilang seiring adanya pengaruh dari etnis lain
3. Untuk kedepannya kepedulian pemerintah dan masyarakat sangat diharapkan untuk melestarikan kebudayaan yang kita miliki sebab negara kita terkenal karena kebudayaannya yang unik agar tidak di klaim negara asing sebagai budaya mereka
4. Bagi kita kaum muda penerus bangsa, penerus budaya dan suku agar selalu menjunjung tinggi dan selalu menjaga budaya kita
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
Berutu, Lister dkk. 1998. Tradisi Dan Perubahan Konteks Masyarakat Pakpak
Sumbul. Medan: Monora
BPS. 2013. Kecamatan Sumbul Dalam Angka. Sidikalang: Badan Pusat Statistik Kabupaten dairi
Budiardjo, Miriam. 1994. Demokrasi Di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Geertz, Hildred. 1981. Aneka Budaya Dan Komunitas Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FIS-UI
Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press
Juniawati, Nia. 2008. Sejarah Perkembangan Sistem Pemerintahan Di Indonesia. Bandung: CV. P&G Kilat Jaya
Kartodirdjo, Sartono. 1981. Elite Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: P.T. Djaya Pirusa
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900 Dari
Emporium Sampai Imperium Jilid I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Makmur, Mariana. dkk. 2002. Aspek-Aspek Kultural Etnis Pakpak Suatu
Eksplorasi Tentang Potensi Lokal. Medan: Monora
Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme Dan Etnisitas. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Di
Sumatera. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Sarundajang. 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Siahaan, E.K, dkk. 1978. Survai Monografi Kebudayaan Pakpak-Sumbul di
(6)
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo Sampai
Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suwarno, P.J. 1989. Sejarah Birokrasi Pemerintahan Indonesia Dahulu dan
Sekarang. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tanjung, Flores.dkk. 2011. Dairi Dalam Kilatan Sejarah. Medan: Perdana Publishing