ANALISIS KANDUNGAN HARA TANAH LAPISAN ATAS DI LERENG TENGGARA GUNUNGAPI SINABUNG PASCA ERUPSI 2013-2014.

(1)

ANALISIS KANDUNGAN HARA TANAH LAPISAN ATAS

DI LERENG TENGGARA GUNUNGAPI SINABUNG

PASCA ERUPSI 2013-2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: DITA SAFITRI NIM. 3103131013

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

vii

ABSTRAK

Dita Safitri, 3103131013. Analisis Kandungan Hara Tanah Lapisan Atas di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung Pasca Erupsi 2013-2014. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNIMED, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Kandungan unsur hara makro primer dan tingkat keasaman (pH) di tanah lapisan atas (topsoil) (2) Tekstur tanah lapisan atas (topsoil) (3) Kandungan bahan organik tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca erupsi Gunungapi Sinabung.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 di lereng tenggara Gunungapi Sinabung, Kabupaten Karo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lahan yang ada di lereng tenggara dari radius 3 km hingga 10 km dari puncak gunung. Ada 9 titik sampel yang diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berupa studi dokumenter, observasi lapangan dan pengukuran kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kandungan rata-rata unsur hara makro primer N sebanyak 0,23% (sedang), P sebanyak 9,50 ppm (sedang), K sebanyak 0,84 me/100gr (sedang) dan pH 5,1 (asam) (2) tekstur tanah di lereng tenggara Gunungapi Sinabung didominasi oleh fraksi debu 44,32% dan pasir 53,63% yang porositasnya rendah namun aerasi baik, daya hantar air cepat namun daya simpan terhadap zat haranya rendah (3) kandungan bahan organik di lereng tenggara termasuk dalam kategori sedang (dengan rata-rata 0,28%).


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan HidyahNya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah: Analisis Kandungan Hara Tanah Lapisan Atas di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung Pasca Erupsi 2013-2014. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penulis Menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak kekurangan dan rintangan karena keterbatasan dan kurangnya pengetahuan penulis, untuk itu kesempatan ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Dr. H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Ibu Dra. Nurmala Brutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial.

4. Bapak Drs.Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi dan Ibu

Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi

5. Bapak Drs. Nahor M. Simanungkalit, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.

7. Ibu Dra. Elfayetti, M.P dan Ibu Dr. Dwi Wahyuni Nurwihastuti, S.Si, M.Sc

selaku dosen penguji skripsi.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu

kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

9. Bapak H. Siagian yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan

informasi.

10. Bapak Drs. Tulis Sembiring, Sekretaris Bakesbang Kabupaten Karo yang telah

memberikan rekomendasi izin penelitian.

11. Teristimewa kepada kedua orang tua yang teramat penulis sayangi Ayahanda


(7)

iv

memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

12. Teristimewa kepada adik-adik Astri Nurhanifah, Muhammad Yunan Tamimi

dan Muhammad Ammar Habib yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

13. Sahabat-sahabat yang sudah membantu penulis, Ria M. Pulungan S.Pd, Eka Sri

Dewianti S.Pd, Asra Febriana. Z, Fitri A. Ritonga S.Pd, Isma Hadayani, Miska Fauziah Siregar dan Rosinta Silaban.

14. Teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Geografi, Elsany Saragih, Nelvia M.

Sari Gea, Danti Novita, Anggita Hidayana Hasibuan S.Pd dan seluruh teman C Reguler 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap sekiranya segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT. Penulis dengan lapang dada dan dengan hati terbuka menerima berbagai kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan kualitas tulisan ilmiah penulis di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca khususnya Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 20 November 2014

Dita Safitri


(8)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ...ii

KATA PENGANTAR ... ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ...v

DAFTAR ISI ... ...vi

ABSTRAK ... ...vii

DAFTAR TABEL ... ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ...x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kerangka Teoritis ... 10

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berfikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Lokasi Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Prosedur Pengambilan Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 33

G. Diagram Alir Penelitian ... 34

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 35

B. Kondisi Fisik ... 35

C. Kondisi Non Fisik ... 50

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan ... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA...75


(9)

viii

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Klasifikasi Unsur N Total...………..18

2. Klasifikasi Unsur P Tersedia...……….20

3. Klasifikasi Unsur K Tersedia...………..21

4. Proporsi Fraksi Menurut Kelas Tekstur Tanah...……….23

5. Status Kandungan Bahan Organik...………25

6. Rasio Luas Wilayah Terhadap Luas Kabupaten Karo Tahun 2012…….……..37

7. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Karo………..………...38

8. Tinggi Wilayah Kecamatan Kabupaten Karo di Atas Permukaan Laut (DPL).39

9. Rata-rata Curah Hujan Tahunan Kabupaten Karo Tahun 2014……….41

10.Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Schmidt-Ferguson………..……….42

11.Kelerengan di Tenggara Gunung Api Sinabung………44

12.Penggunaan Lahan Di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung…………..….46

13.Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013……..50

14.Kepadatan Penduduk dirinci Per-Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013..51

15.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Karo Tahun 2012..52

16.Kandungan Unsur N di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung...………….57

17.Kandungan Unsur P di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung ………..59

18.Kandungan Unsur K di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung…….……….60

19.Kandungan pH di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung...62

20.Tekstur Tanah di Lereng Tenggara Gunung Ap Sinabung...64


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Skema Kerangka Berpikir………..28

2. Diagram Alir Penilitian...34

3. Peta Lokasi Penelitian...………...36

4. Peta Kemiringan Lereng di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung ……..…45

5. Peta Penggunaan Lahan di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung...47

6. Peta Jenis Tanah di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung ………...49


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal

1. Klasifikasi Unsur N Total...……….…78

2. Klasifikasi Unsur P Tersedia... ……….78

3. KlasifikasimUnsur K Tersedeia... ………...78

4. Proporsi Fraksi Menurut Kelas Tekstur Tanah ………..………...79

5. Status Kandungan Bahan Organik………....………79

6. Lembar Observasi...……….………80

7. Tabel Pengukuran...……….………80

8. Data Curah Hujan...……….………81


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring of Fire atau disebut juga dengan Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik. Kepulauan Indonesia termasuk daerah vulkanis yang aktif di dunia dan menurut Van Bemmelen (dalam Harahap, 2007), terdapat sebanyak 128 gunungapi tersebar pada berbagai pulau di Indonesia. Keberadaan gunung-gunungapi aktif ini menyebabkan tanah di daerah sekitar gunungapi menjadi subur.

Menurut Munir (dalam Harahap, 2007), material-material yang dikeluarkan oleh suatu aktivitas vulkanisme berupa gas, cair, dan padat. Gas-gas yang keluar antara

lain uap air, O2, N2, CO2, CO, SO2, H2S, NH3, H2SO4, dan sebagainya. Materi cair

yang dikeluarkan adalah magma yang keluar melalui pipa gunung yang disebut lava sedangkan materi padat yang disemburkan ketika gunungapi meletus berupa bom (batu-batu besar), kerikil, lapilli, pasir, debu serta debu halus.

Tanah yang ada di sekitar gunungapi adalah jenis tanah vulkanik. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari hasil letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yang siap untuk dimuntahkannya yaitu berupa bahan padatan, cair dan gas. Bahan padatan dapat berupa pasir dan debu vulkan, sedangkan bahan cair dapat berupa lava. Bahan-bahan vulkanis tersebut nantinya akan menjadi bahan induk penyusun tanah (Hardjowigeno, 1993). Tanah


(13)

2

yang berkembang dari debu vulkan tergolong subur dan cocok dijadikan sebagai lahan pertanian seperti tanaman hortikultura. Menurut Lembaga Penelitian Tanah (dalam Harahap, 2007), bahwa luas tanah ini di Indonesia sekitar 6,5 juta ha atau 34 % tersebar di daerah-daerah vulkan dan dijadikan sebagai daerah untuk lahan pertanian terutama bagi tanaman hortikultura dan perkebunan.

Tanah vulkanis Indonesia memiliki beragam bahan induk, akibat letusan

gunungapi pada periode kwarter–tersier. Pembentukkan tanah vulkanis berasal dari

lahar, lava, tuff dan debu vulkanik yang bersifat rhiolitik (reaksi masam dengan

kadar mineral silika (SiO2) 67 – 75 % sampai andesit (reaksi intermediet dengan

kadar SiO2) 55 – 65 %. Hasil letusan tersebut berupa padatan sebagai bahan

piroklastik seperti bom, lapili, pasir dan debu yang semula berupa cairan lava, pumis, dan lahar yang membeku (Tan dalam Harahap, 2007).

Di Pulau Sumatera tercatat sebanyak 31 gunungapi yang membentuk jajaran pegunungan Bukit Barisan dan tujuh diantaranya terdapat di Provinsi Sumatera Utara (Litbang Sumatera Utara, 2010). Pulau Sumatera mempunyai lahan pegunungan seluas 15.238.140 ha atau 32,1 %, sedangkan luas tanah vulkanis sekitar 2.725.000 ha atau 5.75 % (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1997). Debu vulkan yang berasal dari Pulau Sumatera umumnya bersifat dasit (masam), andesitik (intermediet) dan rhiolitik (Harahap, 2007).

Gunungapi Sinabung berbentuk strato, terletak di Dataran Tinggi Karo, Provinsi Sumatera Utara dan secara geografis terletak pada posisi 3º 10’ LU, 98º 23,5’ BT dengan ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut. Dataran Tinggi Karo secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Karo (Wikipedia, 2014). Keberadaan Gunungapi Sinabung membuat tanah di Kabupaten Karo menjadi subur


(14)

3

karena tanah yang terdapat di dearah ini terbentuk dari material-material vulkanik. Kesuburan tanah ini menjadikan Kabupaten Tinggi Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan, bunga-bungaan dan sayur-sayuran. Mata pencaharian penduduk yang paling utama adalah usaha di bidang pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Kabupaten Karo terdiri dari 17 kecamatan yang cocok sebagai lahan pertanian sayuran dataran tinggi. Jenis sayuran yang banyak dihasilkan di Kabupaten Karo adalah tomat, kol, kentang, labu, cabe, buncis, wortel, lobak dan lain sebagainya (BPS Kabupaten Karo, 2012). Daerah tersebut memasok berbagai jenis sayur-sayuran dan buah-buahan untuk kebutuhan daerah baik di perkotaan/kabupaten di Sumatera Utara, bahkan sampai ke Provinsi Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi, Batam serta kebutuhan hotel-hotel di daerah pariwisata.

Gunungapi Sinabung tidak pernah aktif sejak tahun 1600 hingga kemudian meletus kembali pada tahun 2010. Pada tahun 2013, Gunungapi Sinabung meletus kembali, sampai 18 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas dan debu vulkanik. Hasil pemantauan secara visual oleh

Badan Geologi sejak 16 Maret – 22 Maret 2014 terjadi beberapa kali guguran awan

panas ke arah barat, barat daya, tenggara dan timur. Tanggal 23-29 Maret 2014 puncak gunung teramati tertutup kabut tebal, terjadi guguran debu vulkanik ke arah selatan, tenggara hingga timur. Guguran awan panas masih terus terjadi hingga April 2014. Terhitung sejak 8 April 2014 pukul 17.00 WIB, status Gunungapi Sinabung diturunkan dari status AWAS (level IV) menjadi SIAGA (level III). Debu vulkanik


(15)

4

yang berasal dari letusan ini membawa material-material yang menumpuk dan merusak lahan-lahan pertanian terutama yang berada di radius yang dekat dengan puncak gunung. Aktifitas letusan inilah yang membentuk tanah vulkanik di daerah sekitar lereng gunung.

Dataran tinggi tanah Karo merupakan kawasan penyebaran Tuff Andesit dari lahar Gunungapi Sinabung dan Gunung Sibayak (Tan dalam Harahap, 2007). Namun semakin ke selatan tanah-tanah dataran tinggi Karo dipengaruhi juga oleh

penyebaran Tuff Liparit yang berasal dari Gunung Toba. Tanah – tanah yang

terdampak debu vulkanik di Kabupaten Karo berupa tanah andisol dan inceptisol (Wikipedia, 2014).

Andisol merupakan salah satu jenis tanah di daerah tropika yang memiliki sifat khas yang tidak dimiliki oleh jenis tanah yang lain. Tanah ini dicirikan oleh bobot isi yang rendah dan memilki kompleks pertukaran yang didominasi oleh bahan amorf yang bermuatan variabel serta retensi fosfat yang tinggi. Tanah yang terbentuk dari debu volkan ini umumnya ditemukan di daerah dataran tinggi (>400m di atas pemukaan laut) (Darmawidjaya, 1997).

Letusan Gunungapi Sinabung yang terjadi pada tahun 2013-2014 didominasi oleh pasir dan debu halus. Fiantis (dalam Harahap, 2007) menyatakan bahwa bahan padatan ini berdasarkan diameter partikelnya terbagi atas debu vulkan (< 0.26 mm)

yang berupa bahan lepas dan halus, pasir (0.25 – 4 mm) yang lepas dan tumpul,

lapilli atau ‘little stone’ (4 – 32 cm) yang berbentuk bulat hingga persegi dan bom (>

32 mm) yang bertekstur kasar.

Abu vulkanik atau pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Debu maupun pasir vulkanik terdiri


(16)

5

dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga ribuan kilometer (Sudaryo, 2009).

Debu yang jatuh dan menutupi lahan pertanian memberikan dampak positif dan negatif bagi tanah dan tanaman. Dampak positif bagi tanah, secara tidak langsung, adalah memperkaya dan meremajakan tanah yang juga meningkatkan pertumbuhan tanaman, sedangkan dampak negatifnya adalah debu tersebut menutupi permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesa dan tanaman tersebut lambat laun akan mati. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi tanaman. Dampak negatif lainnya adalah kemungkinan terkandungnya logam-logam berat dalam debu vulkanik tersebut. Penelitian kandungan debu vulkanik di Fuego, Costa Rica menunjukkan rata-rata kandungan Al, B, Ca, Cd, Cl, Cu, Fe, Li, dan Pb secara berturut-turut (dalam mg/kg) adalah 5,2; 0,088; 400; 0,008; 124; 2.08; 0,044; 0,104 (Wikipedia dalam Andhika, 2011).

Abu vulkanik ini pada awalnya menutupi daerah pertanian dan merusak tanaman yang ada. Namun dalam jangka waktu setahun atau dua tahun saja, tanah ini menjadi jauh lebih subur. Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa puluhan tahun. Selain itu tanah hancuran bahan vulkanik sangat banyak mengandung unsur hara yang menyuburkan tanah. Dalam hitungan bulan, terjadinya hujan dapat membuat lapisan debu vulkanik yang tertumpuk di permukaan tanah mengalami pencucian (leaching) dan mineral-mineral yang terkandung dalam debu vulkanik akan meresap ke dalam tanah.

Penyerapan bahan kimia selain dipengaruhi oleh faktor pencucian juga dipengaruhi oleh sifat fisika dan sifat biologi tanah. Menurut Simanjuntak (2006)


(17)

6

tekstur tanah tanah merupakan salah satu sifat fisika yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk mengikat air dan unsur hara. Kandungan bahan organik pada tanah pertanian juga menjadi faktor penentu yang sangat penting. Bahan organik diketahui dapat membantu memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah (Suriadi, 2005). Bahan organik juga menjadi salah satu indikator kesuburan tanah.

Lereng tenggara Gunungapi Sinabung adalah salah satu lereng dengan dampak erupsi yang paling parah. Berdasarkan catatan Badan Geologi, tanggal 17 November 2013 terjadi 3 (tiga) kali erupsi yang diikuti awan panas ke arah Tenggara dan pada tanggal 19 November 2013, pukul 21:55 WIB, terjadi erupsi debu vulkanik, warna abu-abu tebal, tinggi kolom debu 10.000 meter, arah debu vulkanik ke barat daya, amplitudo maksimum 120 mm (over scale), di puncak terlihat kilatan petir, lama gempa 43 menit. Terjadi luncuran awan panas kearah tenggara dengan jarak 500 meter, terdengar suara gemuruh ± 3 menit dan terdengar dentuman hingga jarak 15 km. Jika ditarik garis lurus dari puncak Gunungapi Sinabung ke arah tenggara dari radius 3 km sampai dengan radius 10 km, maka desa yang masuk ke wilayah ini adalah Desa Berastepu, Desa Pintu Besi, Desa Beganding dan Desa Nang Belawan. Desa-desa yang berada di sepanjang lereng tenggara merupakan desa-desa dengan lahan pertanian holtikultura.

Pasca bencana yang mengakibatkan rusaknya lahan pertanian dan perubahan tingkat kesuburan tanah . Daerah yang berada di radius yang lebih dekat dengan puncak gunung, terkena dampak yang berbeda dengan daerah yang berada dalam radius yang lebih jauh. Ketebalan debu yang menutupi lapisan tanah di setiap daerah juga berbeda-beda. Di beberapa tempat debu vulkanik menutupi permukaan tanah hingga membuat permukaan tanah pertanian menjadi keras. Dengan demikian


(18)

7

diperlukan penelitian di setiap radius dengan ketebalan debu vulkanik yang beerbeda untuk dapat mengetahui dampak debu vulkanik pasca erupsi terhadap kandungan unsur hara makro primer, tekstur tanah dan kandungan bahan organik di lereng tenggara Gunungapi Sinabung. Penelitian ini dilakukan dalam rangka pengembangan riset di daerah vulkanis Gunungapi Sinabung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diketahui masalah yang muncul, antara lain:

1. Kondisi lahan pertanian yang rusak akibat erupsi di lereng tenggara Gunungapi

Sinabung.

2. Permukaan tanah tertutup lapisan debu vulkanik dan material piroklastik lainnya

di lereng tenggara Gunungapi Sinabung.

3. Berubahnya sifat fisika, kimia dan biologi tanah akibat erupsi di lereng tenggara

Gunungapi Sinabung.

4. Terjadi penambahan zat-zat kimia ke dalam tanah pasca erupsi yang sebagian

besar dibawa oleh air hujan dan meresap ke dalam tanah di lereng tenggara Gunungapi Sinabung.

5. Pengelolaan kembali lahan pertanian pasca erupsi di lereng tenggara Gunungapi

Sinabung.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada:

1. Unsur hara makro primer dan tingkat keasaman (pH) di tanah lapisan atas


(19)

8

2. Tekstur tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara Gunungapi

Sinabung.

3. Kandungan bahan organik di tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara

Gunungapi Sinabung. D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kandungan unsur hara makro primer dan tingkat keasaman (pH) di

tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca erupsi Gunungapi Sinabung?

2. Bagaimana tekstur tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca

erupsi Gunungapi Sinabung?

3. Bagaimana kandungan bahan organik tanah lapisan atas (topsoil) di lereng

sebelah tenggara pasca erupsi Gunungapi Sinabung? E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kandungan unsur hara makro primer dan tingkat keasaman (pH) di

tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca erupsi Gunungapi Sinabung.

2. Mengetahui tekstur tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca

erupsi Gunungapi Sinabung.

3. Mengetahui kandungan bahan organik tanah lapisan atas (topsoil) di lereng


(20)

9

F. Manfaat Penelitian

Dilakukannya penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

- Sumber data dan informasi untuk mata kuliah Geografi Pertanian.

- Dalam bidang pendidikan, dapat menjadi bahan pembelajaran tambahan pada

materi Sumberdaya Alam dan Pedosfer, mata pelajaran Geografi SMA.

2. Manfaat Praktis

- Sumber informasi bagi Pemerintah Kabupaten Karo, masyarakat dan

pihak-pihak terkait untuk pengelolaan lahan pertanian.

- Bahan studi perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

selanjutnya.

- Untuk menambah wawasan dan mempertinggi sikap ilmiah peneliti dalam


(21)

72

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap kandungan unsur hara tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung Kabupaten Karo dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Kandungan Unsur Hara Makro Primer dan Tingkat Keasaman Tanah Lapisan

Atas Pasca Erupsi

Kandungan unsur hara makr primer di lereng tenggara Gunungapi Sinabung adalah sebagai berikut: (a) kandungan unsur N (nitrogen) tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung secara keseluruhan termasuk sedang (rata-rata 0,23%) dan bisa digunakan untuk bertani. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan debu vulkanik pada tanah dalam jumlah yang tidak berlebihan dapat meningkatkan kandungan N pada tanah, (b) Kandungan rata-rata unsur P (posfor) tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung adalah 9,50 ppm yang termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan penelitian, penambahan debu vulkanik pada tanah dengan jumlah yang tidak berlebihan akan meningkatkan kandungan P tanah, (c) kandungan rata-rata K (kalium) tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung termasuk dalam kategori tinggi (mencapai 0,84 mg). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan debu vulkanik dalam jumlah yang tidak berlebihan akan meningkatkan kandungan kalium pada tanah, (d) tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara


(22)

73

Gunung Api Sinabung secara umum bersifat asam dengan pH dibawah 6 (rata-rata 5,1) . Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin dekat jarak dengan puncak gunung dan semakin tebal lapisan debu vulkanik yang menutupi tanah, semakin rendah pH-nya.

2. Tekstur Tanah di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung

Tekstur tanah di lereng tenggara hampir sama. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa tanah di lereng tenggara memiliki tekstur debu berpasir dan pasir berdebu dengan fraksi debu dan pasir yang lebih dominan. Rata-rata kandungan fraksi debu sebanyak 44,32% dan fraksi pasir mencapai 53,63%. Tanah dengan tekstur tersebut memiliki kemampuan menahan air dan hara yang sedang. Pemberian debu vulkanik pada tanah mempengaruhi persentase pasir, debu, dan liat, namun tidak mengubah tekstur tanah (Andhika, 2011).

3. Kandungan Bahan Organik di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung

Kandungan rata-rata bahan organik di lereng tenggara Gunung Api Sinabung termasuk dalam kategori sedang (2,8%). Tanah yang memiliki kandungan bahan organik terendah adalah tanah yang tertutup debu vulkanik tebal dan yang tertinggi adalah tanah yang sama sekali tidak tertutup debu vulkanik. Berdasarkan hasil uji laboratorium dapat dilihat bahwa semakin tebal debu penutupnya, semakin rendah kandungan bahan organiknya. Hal ini disebabkan proses pelapukan material letusan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk bisa meningkatkan kandungan bahan organik tanah. (Rauf, 2014). Letusan yang terus-menerus mengakibatkan tumpukan material bersuhu tinggi dan debu vulkanik semakin tebal mengakibatkan biomassa yang berperan dalam proses pembentukan bahan organik berkurang


(23)

74

(bahkan makroorganisme seperti cacing akan mati) sehingga menurunkan kandungan bahan organik tanah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat penulis berikan antara lain:

1. Kandungan unsur hara makro primer yaitu nitrogen dan posfor termasuk dalam

kategori sedang. Untuk memaksimalkan produktifitas dapat ditambahkan pupuk baik berupa pupuk alami (kompos) maupun buatan. Unsur kalium sudah tersedia cukup untuk kegiatan pertanian.

2. PH tanah yang rendah dapat menyebabkan kurang maksimalnya penyerapan

unsur hara, terutama unsur hara yang larut dalam air. Untuk menaikkan pH

hingga batas normal, dapat ditambahkan zat kapur (CaCO3).

3. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah di daerah yang memiliki

kandungan bahan organik yang rendah, ada beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain dengan pemberian pupuk kandang yang sudah dikomposkan, meletakkan serasah-serasah (sisa dari tanaman-tanaman yang sudah mati atau daun-daunan yang gugur). Cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah adalah dengan pupuk hijau. Pupuk hijau adalah kegiatan penanaman tanah dengan tumbuhan kacang-kacangan atau yang dikenal dengan LCC (Legume Cover Crops).


(24)

78

78

DAFTAR PUSTAKA

Albert, Daniel S. 2012. Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Konstanta Kisi Debu Vulkanik Gunung Sinabung. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Andhika, Mirza M. 2011. Dampak Debu Vulkanik Gunung Sinabung Terhadap Perubahan Sifat Fisika Dan Kandungan Logam Berat Pada Tanah Inceptisol. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Anonim. 2010. Gunung Api di Sumatera Utara. Litbang Sumut.

http://sumut.litbang.deptan.go.id diakses 28 April 2014.

_______. 2012. Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali.

_______. 2014. Penurunan Status Kegiatan G. Sinabung Dari Awas (level IV) Menjadi Siaga (level III), 8 April 2014. Badan Geologi http://pvmbg.bgl.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/426 diakses pada 28 April 2014.

_______. 2014. Gunung Sinabung. Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung diakses 28 April 2014.

_______. 2014. Nutrien. Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Nutrien diakses 20 Maret 2014.

Anda, Markus. 2011. Potensi Hara di Balik Bencana Letusan Gunung Api. Jurnal Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLII. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Arsyad, Sitanala. 2012. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor BPS Kabupaten Karo. 2014

Bappeda. 2014. Karo dalam Angka 2014. Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kabupaten Karo

Cottenia, A. 1980. Soil and Plant Testing as a Basis of Fertilyzer Recommendations. Soil Buletin no.38/FAO. Roma.

Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah, Dasar – dasar Teori Bagi Penelitian. Tanah dan Pelaksanaan Penelitian. UGM Press, Yogyakarta


(25)

79

Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Harahap, Irvana Heru. 2007. Kajian Sifat Kimia Tanah Vulkanis Pasca Erupsi Gunung Talang 12 April 2005 Di Aie Batumbuk Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Skripsi. Fakultas Pertanian Univeritas Andalas.

Hermanto, Catur. 2014. Debu Vulkanik Suburkan Tanah Pertanian Karo. Harian Medan Bisnis Edisi 17 September 2014. Medan

Hermawati, Nofia (dkk). 2011. Aplikasi Teknologi Nuklir Untuk Penentuan Kandungan Unsur Abu Vulkanik Gunung Merapi Pasca Erupsi 2010 Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat (AANC). PLTN Yogyakarta.

Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Jamulya dan Yuniarto, T.1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan-ESL Pertanian. Yogyakarta. Fakultas Geografi UGM

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1997

Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan. Departemen Pendidikan Nasional http://kbbi.web.id/lereng, diakses 28 April 2014.

Rachim, A. Junaedi dan Mahfud Arifin. 2011. Dasar-dasar Klasifikasi Taksonomi Tanah. Pustaka Reka Cipta. Jakarta.

Rahmatika, Widayana. 2014. Peran Bahan Organik Untuk Perbaikan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Kadiri. http://www.fp.uniska-kediri.ac.id/hal.php?page=3 diakses tanggal 15 Mei 2014.

Rauf, Abdul. 2014. Debu Vulkanik Suburkan Tanah Pertanian Karo. Harian Medan Bisnis Edisi 17 September 2014. Medan

Selpan, M. 2011. Tekstur Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Udayana www.fp.unud.ac.id diakses tanggal 15 Mei 2014

Simanjuntak, Bistok Hasiholan. 2006. Olah Tanah Konservasi dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Tanah. Fakultas Pertanian UKSW. Salatiga.


(26)

80

Sudaryo dan Sutjipto. 2009. Identifikasi dan Penentuan Logam Berat pada Tanah Vulkanik di Daerah Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat. Seminar Nasional V SDM Teknologi. Yogyakarta.

Suriadi, Ahmad dan Moh.Nazam. 2005. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Kandungan Bahan Organik (Kasus di Kabupaten Bima). Departemen

Pertanian NTB. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2005/SP/penilaian.doc

diakses tanggal 15 Mei 2014.

Suriadikarta, DA (dkk). 2010. Identifikasi Sifat Kimia Abu Volkan, Tanah Dan Air di Lokasi Dampak Letusan Gunung Merapi. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Syaifuddin. 2013. Tekstur Tanah. Badan Penyuluhan & Pengembangan SDM

Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP).

http://www.stppgowa.ac.id/informasi/artikel-ilmiah/154-tekstur-tanah. Gowa.

Syekhfani. 2013. Manajemen Unsur NPK. Universitas Brawijaya

http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/2013/10/soil-manajemen-unsur-npk/, diakses tanggal 10 Maret 2013.

Mardiyanah, 3252302520 (2005) Evaluasi Kemampuan lahan Wilayah Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.


(1)

72 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap kandungan unsur hara tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung Kabupaten Karo dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Kandungan Unsur Hara Makro Primer dan Tingkat Keasaman Tanah Lapisan Atas Pasca Erupsi

Kandungan unsur hara makr primer di lereng tenggara Gunungapi Sinabung adalah sebagai berikut: (a) kandungan unsur N (nitrogen) tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung secara keseluruhan termasuk sedang (rata-rata 0,23%) dan bisa digunakan untuk bertani. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan debu vulkanik pada tanah dalam jumlah yang tidak berlebihan dapat meningkatkan kandungan N pada tanah, (b) Kandungan rata-rata unsur P (posfor) tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung adalah 9,50 ppm yang termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan penelitian, penambahan debu vulkanik pada tanah dengan jumlah yang tidak berlebihan akan meningkatkan kandungan P tanah, (c) kandungan rata-rata K (kalium) tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung termasuk dalam kategori tinggi (mencapai 0,84 mg). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan debu vulkanik dalam jumlah yang tidak berlebihan akan meningkatkan kandungan kalium pada tanah, (d) tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara


(2)

Gunung Api Sinabung secara umum bersifat asam dengan pH dibawah 6 (rata-rata 5,1) . Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin dekat jarak dengan puncak gunung dan semakin tebal lapisan debu vulkanik yang menutupi tanah, semakin rendah pH-nya.

2. Tekstur Tanah di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung

Tekstur tanah di lereng tenggara hampir sama. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa tanah di lereng tenggara memiliki tekstur debu berpasir dan pasir berdebu dengan fraksi debu dan pasir yang lebih dominan. Rata-rata kandungan fraksi debu sebanyak 44,32% dan fraksi pasir mencapai 53,63%. Tanah dengan tekstur tersebut memiliki kemampuan menahan air dan hara yang sedang. Pemberian debu vulkanik pada tanah mempengaruhi persentase pasir, debu, dan liat, namun tidak mengubah tekstur tanah (Andhika, 2011).

3. Kandungan Bahan Organik di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung

Kandungan rata-rata bahan organik di lereng tenggara Gunung Api Sinabung termasuk dalam kategori sedang (2,8%). Tanah yang memiliki kandungan bahan organik terendah adalah tanah yang tertutup debu vulkanik tebal dan yang tertinggi adalah tanah yang sama sekali tidak tertutup debu vulkanik. Berdasarkan hasil uji laboratorium dapat dilihat bahwa semakin tebal debu penutupnya, semakin rendah kandungan bahan organiknya. Hal ini disebabkan proses pelapukan material letusan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk bisa meningkatkan kandungan bahan organik tanah. (Rauf, 2014). Letusan yang terus-menerus mengakibatkan tumpukan material bersuhu tinggi dan debu vulkanik semakin tebal mengakibatkan biomassa yang berperan dalam proses pembentukan bahan organik berkurang


(3)

(bahkan makroorganisme seperti cacing akan mati) sehingga menurunkan kandungan bahan organik tanah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat penulis berikan antara lain:

1. Kandungan unsur hara makro primer yaitu nitrogen dan posfor termasuk dalam kategori sedang. Untuk memaksimalkan produktifitas dapat ditambahkan pupuk baik berupa pupuk alami (kompos) maupun buatan. Unsur kalium sudah tersedia cukup untuk kegiatan pertanian.

2. PH tanah yang rendah dapat menyebabkan kurang maksimalnya penyerapan unsur hara, terutama unsur hara yang larut dalam air. Untuk menaikkan pH hingga batas normal, dapat ditambahkan zat kapur (CaCO3).

3. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah di daerah yang memiliki kandungan bahan organik yang rendah, ada beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain dengan pemberian pupuk kandang yang sudah dikomposkan, meletakkan serasah-serasah (sisa dari tanaman-tanaman yang sudah mati atau daun-daunan yang gugur). Cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah adalah dengan pupuk hijau. Pupuk hijau adalah kegiatan penanaman tanah dengan tumbuhan kacang-kacangan atau yang dikenal dengan LCC (Legume Cover Crops).


(4)

78

DAFTAR PUSTAKA

Albert, Daniel S. 2012. Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Konstanta Kisi Debu Vulkanik Gunung Sinabung. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Andhika, Mirza M. 2011. Dampak Debu Vulkanik Gunung Sinabung Terhadap Perubahan Sifat Fisika Dan Kandungan Logam Berat Pada Tanah Inceptisol. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Anonim. 2010. Gunung Api di Sumatera Utara. Litbang Sumut. http://sumut.litbang.deptan.go.id diakses 28 April 2014.

_______. 2012. Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali.

_______. 2014. Penurunan Status Kegiatan G. Sinabung Dari Awas (level IV)

Menjadi Siaga (level III), 8 April 2014. Badan Geologi

http://pvmbg.bgl.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/426 diakses pada 28 April 2014.

_______. 2014. Gunung Sinabung. Wikipedia Bahasa Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung diakses 28 April 2014.

_______. 2014. Nutrien. Wikipedia Bahasa Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Nutrien diakses 20 Maret 2014.

Anda, Markus. 2011. Potensi Hara di Balik Bencana Letusan Gunung Api. Jurnal Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLII. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Arsyad, Sitanala. 2012. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor BPS Kabupaten Karo. 2014

Bappeda. 2014. Karo dalam Angka 2014. Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kabupaten Karo

Cottenia, A. 1980. Soil and Plant Testing as a Basis of Fertilyzer Recommendations. Soil Buletin no.38/FAO. Roma.

Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah, Dasar – dasar Teori Bagi Penelitian.


(5)

Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Harahap, Irvana Heru. 2007. Kajian Sifat Kimia Tanah Vulkanis Pasca Erupsi Gunung Talang 12 April 2005 Di Aie Batumbuk Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Skripsi. Fakultas Pertanian Univeritas Andalas.

Hermanto, Catur. 2014. Debu Vulkanik Suburkan Tanah Pertanian Karo. Harian Medan Bisnis Edisi 17 September 2014. Medan

Hermawati, Nofia (dkk). 2011. Aplikasi Teknologi Nuklir Untuk Penentuan Kandungan Unsur Abu Vulkanik Gunung Merapi Pasca Erupsi 2010 Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat (AANC). PLTN Yogyakarta.

Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Jamulya dan Yuniarto, T.1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan-ESL Pertanian. Yogyakarta. Fakultas Geografi UGM

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1997

Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan. Departemen Pendidikan Nasional http://kbbi.web.id/lereng, diakses 28 April 2014.

Rachim, A. Junaedi dan Mahfud Arifin. 2011. Dasar-dasar Klasifikasi Taksonomi Tanah. Pustaka Reka Cipta. Jakarta.

Rahmatika, Widayana. 2014. Peran Bahan Organik Untuk Perbaikan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Kadiri. http://www.fp.uniska-kediri.ac.id/hal.php?page=3 diakses tanggal 15 Mei 2014.

Rauf, Abdul. 2014. Debu Vulkanik Suburkan Tanah Pertanian Karo. Harian Medan Bisnis Edisi 17 September 2014. Medan

Selpan, M. 2011. Tekstur Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Udayana www.fp.unud.ac.id diakses tanggal 15 Mei 2014

Simanjuntak, Bistok Hasiholan. 2006. Olah Tanah Konservasi dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Tanah. Fakultas Pertanian UKSW. Salatiga.


(6)

Sudaryo dan Sutjipto. 2009. Identifikasi dan Penentuan Logam Berat pada Tanah Vulkanik di Daerah Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat. Seminar Nasional V SDM Teknologi. Yogyakarta.

Suriadi, Ahmad dan Moh.Nazam. 2005. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Kandungan Bahan Organik (Kasus di Kabupaten Bima). Departemen Pertanian NTB. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2005/SP/penilaian.doc diakses tanggal 15 Mei 2014.

Suriadikarta, DA (dkk). 2010. Identifikasi Sifat Kimia Abu Volkan, Tanah Dan Air di Lokasi Dampak Letusan Gunung Merapi. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Syaifuddin. 2013. Tekstur Tanah. Badan Penyuluhan & Pengembangan SDM

Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP). http://www.stppgowa.ac.id/informasi/artikel-ilmiah/154-tekstur-tanah. Gowa. Syekhfani. 2013. Manajemen Unsur NPK. Universitas Brawijaya

http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/2013/10/soil-manajemen-unsur-npk/, diakses tanggal 10 Maret 2013.

Mardiyanah, 3252302520 (2005) Evaluasi Kemampuan lahan Wilayah Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.