Study of Potency of Plant Medicinal for Enrichment of Items of Study at school Regency Cianjur
KAJIAN POTENSI TUMBUHAN OBAT UNTUK
PENGAYAAN MATERI PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH KABUPATEN CIANJUR
ETTY EKAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
(2)
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Potensi Tumbuhan Obat Untuk Pengayaan Materi Pembelajaran di Sekolah Kabupaten Cianjur adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2006
Etty Ekawati
(3)
ABSTRAK
ETTY EKAWATI. Kajian Potensi Tumbuhan Obat untuk Pengayaan Materi Pembelajaran di Sekolah Kabupaten Cianjur. Dibawah bimbingan SISWOYO dan ERVIZAL A.M. ZUHUD.
Di Kabupaten Cianjur terdapat berbagai tipe ekosistem hutan, mulai dari pantai sampai pegunungan yang menyimpan keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang cukup beragam dan jumlah industri obat tradisional (Industri Obat Tradisional/IOT dan Industri Kecil Obat Tradisional/IKOT) sebanyak 6 (enam) unit, namun potensi tumbuhan obat di wilayah tersebut sampai saat ini belum diketahui. Di sisi lain, tidak semua lulusan SD, SLTP, dan SLTA di wilayah tersebut melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya atau lebih tinggi. Agar lulusan SD, SLTP dan SLTA yang tidak menjadi pengangguran, maka kepada siswa di sekolah perlu dibekali dengan materi yang dapat menjadikan lulusan memiliki kecakapan hidup dan mampu berwirausaha sendiri. Salah satu materi yang dapat diakomodasikan adalah tentang tumbuhan obat. Dalam rangka menunjang keberhasilan dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur, maka penelitian ini perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur dan kelayakan pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah.
Metode penelitian secara garis besar terdiri dari 4 (empat) kegiatan utama, yaitu pengumpulan data (data sekunder dan primer), identifikasi jenis-jenis tumbuhan obat, pengolahan data, dan analisis data.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Cianjur terdapat jenis tumbuhan obat sebanyak 210 jenis dari 83 famili. Dari jumlah tersebut dapat dikelompokkan kedalam 32 kelompok penyakit/penggunaan dan 6 (enam) macam habitus, yaitu pohon, herba, perdu, liana, bambu, dan lumut. Jenis-jenis tumbuhan obat unggulan yang terdapat di Kabupaten Cianjur sebanyak 11 jenis dan yang dapat dikembangkan pada setiap kecamatan berkisar antara 6-11 jenis. Kesebelas jenis tumbuhan obat tersebut adalah pulai/lame (Alstonia scholaris R.Br.), pulasari (Alyxia reinwardtii Bl.), kapulaga (Amomum compactum Soland. ex Maton.), sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. ex Nees.), ki koneng (Arcangelisia flava Merr.), temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlet.), secang (Caesalpinia sappan Linn.), cecenet/antanan gede (Centella asiatica Urb.), temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.), adas (Foeniculum vulgare Mill.), dan lengkuas (Languas galanga (L.) Stuntz.).
Berdasarkan potensi tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Cianjur,
kebijakan dan peraturan perundangan, serta dukungan stakeholder termasuk
memadai atau layak; namun dari segi sumberdaya manusia, serta sarana dan prasarananya belum memadai atau layak. Strategi yang dapat diterapkan guna meningkatkan kelayakan dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur, meliputi : model pembelajaran melalui jalur kurikuler dan ekstrakurikuler, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan penyediaan sarana dan prasarana secara memadai.
(4)
ABSTRACT
ETTY EKAWATI. Study of Potency of Plant Medicinal for Enrichment of Items of Study at school Regency Cianjur. Under tuition of SISWOYO and ERVIZAL A.M. ZUHUD
In Regency Cianjur of there are various type ecosystem forest, start from coast until the mountain which lay away drug plant type variety which immeasurable enough and the industrial amount of traditional drug (Industry Medicinal Small Traditional /IOT Industry and Medicinal Traditional/ IKOT) as much 6 (six) unit, but the plant potency medicinal in the region to date not yet been known. On the other side, do not all grad Elementary school, Junior high school, and Senior high school in the region continue school to ladder hereinafter or higher. In order to grad Elementary school, Junior high school, and Senior high school which do not become unemployment, hence to student at school require to be supplied with items which can make grad own efficiency live and able to enterpreneur. One of items which can be accommodated is about plant medicinal. In order to supporting efficacy in information exploiting of about plant potency medicinal for the study items enrichment at school Regency Cianjur, hence this research require to be done.
This research aim to to determine plant potency medicinal in Regency Cianjur information exploiting elegibility and of about plant potency medicinal for the study items enrichment at school.
Research method is marginally consisted of by 4 (especial four) activity, that is data collecting (secondary data and primary), identify drug plant type, data processing, and analyze data.
Pursuant to result of research indicate that in Regency of Cianjur of there are type of plant medicinal as much 210 type from 83 set of relatives. From the amount can be grouped by into 32 group of disease/ use and 6 (six) of kinds of habitus, that is tree, herba, clump, liana, bamboo, and the moss. type Plant of pre-eminent drug [is] which is there are in Regenc y of Cianjur as much 11 type and which can be developed in each subdistrict range from 6-11 type. Eleventh of type plant of the drug is Pulai/ Lame (Alstonia Scholaris R.Br.), Pulasari (Alyxia Reinwardtii Bl.), Cardamom (Amomum Compactum Soland. ex Maton.),
Sambiloto (Andrographis Paniculata ( Burm.F.) Wall. ex Nees.), Ki Koneng
(Arcangelisia Flava Merr.), Encounter Key (Boesenbergia Pandurata ( Roxb.) Schlet.), Secang (Caesalpinia Sappan Linn.), Cecenet/ Antanan Gede (Centella Asiatica Urb.), Encounter Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb.), Fennel
(Foeniculum Vulgare Mill.), and Alpine Galanga (Languas Galanga ( L.) Stuntz.).
Pursuant to drug plant potency which is there are in Regency Cianjur, invitation regulation and policy, and also support stakeholder is inclusive of competent or adequate but from facet human resource being, and also the and medium not yet competent or adequate. Strategy which can be applied to utilize to improve elegibility in information exploiting of about plant potency medicinal for the study items enrichment at school Regency Cianjur, covering : study model of through band curicular and extracurricular, human resource quality being improvement, and ready and medium adequately.
(5)
KAJIAN POTENSI TUMBUHAN OBAT UNTUK
PENGAYAAN MATERI PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH KABUPATEN CIANJUR
ETTY EKAWATI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi
pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Sub Program Konservasi Biodiversitas
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
(6)
Hak cipta milik Etty Ekawati, tahun 2006 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy,
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Nopember 1963 dari ayah RE. Soepena dan ibu Rakidah. Penulis merupakan putri pertama dari enam bersaudara.
Tahun 1983 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ciamis dan pada tahun yang sama masuk Universitas Siliwangi dan memilih Fakultas Pertanian jurusan Budidaya Pertanian, lulus pada tahun 1988. Kesempatan untuk melanjutkan ke program Magister Profesi IPB diperoleh pada tahun 2004 melalui beasiswa dari Direktorat DIKMENJUR Departemen Pendidikan Nasiona l.
Penulis bekerja sebagai widyaiswara di Pusat Pengembangan Penataran Guru Pertanian (PPPGP) Cianjur sejak tahun 1990 sampai sekarang.
(8)
Judul Tesis : KAJIAN POTENSI TUMBUHAN OBAT UNTUK PENGAYAAN MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH KABUPATEN CIANJUR
Nama : Etty Ekawati
NRP : E. 051040265
Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Sub Program Studi : Konservasi Biodiversitas
Disetujui, Komisi Pembimbing
Ir. Siswoyo, M.Si Ketua
Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc
(9)
i
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis yang berjudul “Kajian Potensi Tumbuhan Obat untuk Pengayaan Materi Pembejalaran di Sekolah Kabupaten Cianjur” ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc selaku Dekan Sekolah Pascasarjana
IPB Bogor.
2. Ir. Siswoyo, M.Si. selaku ketua dan Ir. Ervizal. A.M. Zuhud, MS selaku
anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penelitian dan penyusunan tesis ini.
3. Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc.F selaku penguji di luar komisi pembimbing
yang telah menguji dan memberikan masukan guna perbaikan tesis ini.
4. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA selaku Ketua Sub Program Studi Konservasi
Biodiversitas, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan yang telah bekerja keras memberikan pengarahan.
5. Ir. Giri Suryatmana selaku Kepala Pusat Pengembangan Penataran Guru
Pertanian (PPPGP) Cianjur yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Bogor, Maret 2006 Penulis
(10)
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Kerangka Pemikiran ... 3
Tujuan Penelitian ... 5
Manfaat Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
Tumbuhan Obat ... 6
Pengertian ... 6
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat ... 6
Prospek Pengembangan Tumbuhan Obat ... 6
Pelestarian Tumbuhan Obat ... 7
Program Pengembangan Tumbuhan Obat... 8
Pola Pengembangan ... 8
Program Intensifikasi Tumbuhan Obat ... 8
Pola Swadaya ... 9
Pengertian Sekolah ... 9
Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 10
Media Pembelajaran ... 10
Pengertian ... 10
Fungsi Media Pembelajaran ... 11
METODOLOGI PENELITIAN ... 12
Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
Bahan dan Peralatan ... 12
Metode Penelitian ... 12
Pengumpulan Data ... 12
Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat ... 16
Pengolahan dan Analisis Data ... 16
Pengolahan Data ... 16
Analisis Data ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 21
(11)
iv
Geologi dan Bentuk Wilayah ... 21
Fisiografi dan Topografi ... 22
Tanah ... 23
Iklim ... 23
Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ... 24
Penggunaan Lahan ... 29
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur ………... 30
Kondisi Sumberdaya Alam Hayati ………... 30
Potensi Tumbuhan Obat ... 34
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat ... 34
Pemanfaatan Tumbuhan Obat ... 35
Teknik Pengembangan Tumbuhan Obat ... 61
Pemasaran ... 62
Kelayakan Pemanfaatan tentang Potensi Tumbuhan Obat untuk Pengayaan Materi Pembelajaran di Sekolah Kabupaten Cianjur …... 65
Jenis-jenis Tumbuhan Obat Potensial/Unggulan yang akan Diakomodasikan kedalam Materi Pembelajaran di Sekolah …… 65
Kelayakan Sumberdaya Manusia di Sekolah... 69
Kelayakan Sarana dan Prasarana di Sekolah... 69
Dukungan Kebijakan dan Peraturan Perundangan ... 70
Dukungan Stakeholder ………... 71
Strategi Pemanfaatan tentang Potensi Tumbuhan Obat untuk Pengayaan Materi Pembelajaran di Sekolah Kabupaten Cianjur ... 74
Model Pembelajaran ... 75
Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia ... 81
Penyediaan Sarana dan Prasarana ... 82
SIMPULAN DAN SARAN 83 Simpulan ... 83
Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
(12)
v
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kajian potensi
tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah
Kabupaten Cianjur ... 13 2 Daftar instansi yang dihubungi guna pengumpulan data sekunder
dalam penelitian analisis prospek pengembangan tumbuhan obat untuk pengayaan kurikulum sekolah di Kabupaten Cianjur
... 14
3 Daftar responden yang dihubungi dalam pengumpulan data
persepsi seluruh stakeholder terhadap pemanfaatan informasi tentang tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di
sekolah Kabupaten Cianjur ... 15
4 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/
penggunaannya ... 16 5 Analisis deskriptif kualitatif kelayakan pemanfaatan tentang
potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di
sekolah, Kabupaten Cianjur ... 18
6 Luas lahan sawah dan darat setiap kecamatan di Kabupaten
Cianjur tahun 2004 ... 22
7 Ketinggian tempat dan kemiringan lereng wilayah setiap
kecamatan di Kabupaten Cianjur ... 23
8 Jenis tanah yang terdapat pada setiap kecamatan di Kabupaten
Cianjur ... 24
9 Curah hujan dan hari hujan setiap kecamatan di wilayah
Kabupaten Cianjur tahun 2004 ... 25 10 Jumlah dan prosentase penduduk di Kabupaten Cianjur pada
tahun 2004 menurut lapangan usahanya ... 25 11 Jumlah sekolah dan murid pada berbagai tingkat pendidikan di
Kabupaten Cianjur tahun 2004 ... 26 12 Penduduk 10 tahun keatas menurut status pendidikan dan jenis
kelamin di Kabupaten Cianjur tahun 2004 ... 26 13 Jumlah fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Cianjur
(13)
vi
14 Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Kabupaten Cianjur
tahun 2004 ... 27 15 Jumlah penderita dan prosentase penderita 11 jenis penyakit
terbanyak pasien rawat inap di Kabupaten Cianjur tahun 2004
... 28 16 Jumlah penderita dan prosentase penderita 11 jenis penyakit
terbanyak pasien rawat jalan di Kabupaten Cianjur tahun 2004 .. 28 17 Sepuluh kelompok penyakit terbesar penyebab kematian di RSU
Cianjur tahun 2004 ... 29 18 Luas dan prosentase wilayah di Kabupaten Cianjur tahun 2004
berdasarkan penggunaan lahannya ... 29 19 Fungsi hutan, luas, dan sebaran lokasi kawasan hutan di
Kabupaten Cianjur berdasarkan RTRWK tahun 1995 ... 30 20 Contoh 10 (sepuluh) famili yang memiliki jumlah jenis tumbuhan
obat tertinggi di Kabupaten Cianjur ... 34 21 Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
berdasarkan habitusnya ... 35 22 Jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur berdasarkan
bagian tumbuhan obat yang digunakannya ... 35 23 Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya ... 36 24 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan peredaran
darah ... 37 25 Jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati patah tulang ... 38 26 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan sebagai penawar racun ... 39 27 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati luka ... 39 28 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
(14)
vii
29 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit empedu ... 41 30 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit gangguan urat
syaraf ... 42 31 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit gigi ... 42 32 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit ginjal …………. 43
33 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yangdapat digunakan untuk mengobati penyakit jantung ……….. 44
34 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit kanker/tumor ……….. 45
35 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kelamin ………. 46
36 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit khusus wanita
... 46 37 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit ………….. 47
38 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kuning ……….. 48
39 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit limpa ... 49 40 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit malaria ……….. 50
41 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit mata ………….. 50
42 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit mulut ………… 51
43 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit otot dan
(15)
viii
44 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran
pembuangan ... 53 45 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran
pencernaan ... 54 46 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran
pernafasan/THT ... 55 47 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit telinga ... 56 48 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk perawatan kehamilan dan persalinan
... 57 49 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk perawatan organ tubuh wanita ... 58 50 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk perawatan rambut, muka dan kulit … 59
51 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat digunakan untuk mengobati sakit kepala dan demam
... 59 52 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan sebagai tonikum ... 60 53 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit lain- lain ……… 61
54 Daftar jumlah jenis tumbuha n obat di Kabupaten Cianjur
berdasarkan teknik perbanyakannya ... 62 55 Jenis-jenis simplisia yang diperjualbelikan di Kabupaten Cianjur
... 64 56 Jenis-jenis produk obat tradisional/jamu yang terdapat di
Kabupaten Cianjur ... 64 57 Daftar jenis tumbuhan obat yang layak dikembangkan pada setiap
kecamatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan aspek teknis, ekonomis, dan relevansi dengan jenis-jenis penyakit yang banyak
(16)
ix
58 Daftar jenis tumbuhan obat yang dapat dikembangkan pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan kesesuaian kondisi
ketinggian tempatnya ... 67 59 Daftar jenis tumbuhan obat unggulan yang layak dikembangkan
pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan kondisi
ketinggian tempatnya ... 68 60 Persepsi siswa sekolah di Kabupaten Cianjur terhadap
pemanfaatan informasi tumbuhan obat sebagai materi
pembelajaran ... 72 61 Persepsi guru sekolah di Kabupaten Cianjur terhadap
pemanfaatan informasi tumbuhan obat sebagai materi
pembelajaran ... 73 62 Materi- materi tentang tumbuhan obat yang diberikan melalui
jalur kurikuler dan ekstrakurikuler pada SLTP di Kabupaten
Cianjur ... 77 63 Materi- materi tentang tumbuhan obat yang diberikan melalui
jalur kurikuler dan ekstrakurikuler pada SMA di Kabupaten
Cianjur ... 78 64 Materi- materi tentang tumbuhan obat yang diberikan melalui
jalur kurikuler dan ekstrakurikuler pada SMK di Kabupaten
Cianjur ... 80 65 Materi- materi pelatihan tentang tumbuhan obat yang disarankan
(17)
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk
pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur …... 4
(18)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Daftar jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Cianjur ... 87
2 Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur
berdasarkan familinya ... 111
3 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati gangguan peredaran darah …………. 113
4 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan sebagai penawar racun ... 114
5 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati luka ... 115
6 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit gangguan urat syaraf ……... 117
7 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit ginjal ... 118
8 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit jantung ... 119
9 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit kelamin ... 120 10 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit khusus wanita ... 121 11 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit kulit ... 123 12 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit kuning ... 126 13 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit malaria ... 127 14 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit mata ... 128 15 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
(19)
xii
16 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit otot dan persendian ………. 131
17 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit saluran pembuangan ……... 133
18 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit saluran pencernaan ... 135 19 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernafasan/THT …. 140
20 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk peratawan kehamilan dan persalinan ... 143 21 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk perawatan rambut, muka, dan kulit ... 144 22 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati sakit kepala dan demam ... 145 23 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk tonikum ... 147 24 Daftar jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit lain- lain ... 148 25 Teknik perbanyakan jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di
Kabupaten Cianjur ... 150 26 Daftar hasil analisis kesesuaian jenis-jenis tumbuhan obat pada
setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan kondisi
(20)
PENDAHULUAN
Latar BelakangKabupaten Cianjur sebagai suatu wilayah pemerintahan daerah tingkat II memiliki kekhasan dibandingkan dengan kabupaten lain pada umumnya, yaitu terdapat berbagai macam tipe ekosistem, seperti ekosistem pegunungan, ekosistem dataran rendah, ekosistem pantai dan ekosistem laut. Ekosistem tersebut membentang dari Utara hingga Selatan membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan, tiap-tiap tipe ekosistem tersebut menyimpan keanekaragaman flora yang cukup beragam terutama tumbuhan obatnya, namun potensi tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur sampai saat ini belum diketahui.
Di wilayah tersebut terdapat jumlah obat tradisional (Industri Obat Tradisional/IOT dan Industri Kecil Obat Tradisional/IKOT) sebanyak 6 (enam) unit. Dengan didukung oleh kondisi masyarakat di Kabupaten Cianjur yang sebagian besar bekerja di bidang pertanian dan masih luasnya lahan yang belum diusahakan (2.728 ha) menjadikan daerah tersebut sangat potensial untuk pengembangan tumbuhan obat. Namun informasi tentang potensi tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur sampai saat ini belum tersedia, sehingga perlu dilakukan kajian potensi tumbuhan obat di wilayah tersebut.
Di lain pihak, menurut BPS Kabupaten Cianjur tahun 2004, jumlah total siswa dari tingkat pendidikan SD sampai SLTA sebanyak 379.231 orang, dengan rincian jumlah siswa SD sebanyak 287.652 orang, siswa SLTP sebanyak 67.788 orang dan SLTA sebanyak 23.791 orang. Berdasarkan informasi tersebut menunjukkan bahwa jumlah lulusan SD dan SLTP tidak melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah selanjutnya atau lebih tinggi. Sebagai gambaran, jumlah lulusan SD yang melanjutkan sebanyak 23,57% dan yang tidak melanjutkan sebanyak 76,43%; sedangkan untuk tingkat SLTP, jumlah lulusan yang melanjutkan sebanyak 35,10% dan yang tidak melanjutkan sebanyak 64,90%. Apabila tidak dilakukan adanya upaya-upaya, maka lulusan yang tidak melanjutkan sekolah akan menjadi pengangguran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara melibatkan lulusan yang tidak melanjutkan dalam kegiatan pengembangan tumbuhan obat. Namun kemampuan lulusan SD, SLTP dan SLTA di bidang pengembangan tumbuhan obat belum
(21)
2
memadai, karena materi tentang potensi tumbuhan obat belum dimasukkan sebagai materi pembelajaran di sekolah.
Perumusan Masalah
Adanya ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur disebabkan karena masih kurangnya minat masyarakat untuk membudidayakan tumbuhan obat dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pelestarian tumbuhan obat.
Disamping itu sekolah-sekolah di Kabupaten Cianjur dari tingkat pendidikan SD sampai SLTA yang seharusnya dapat dijadikan sebagai media untuk memberikan pengetahuan kepada anak didiknya tentang pentingnya pelestarian tumbuhan obat sampai saat ini belum dilakukan, karena informasi tentang potensi tumbuhan obat belum diketahui dan belum dimasukkan sebagai materi pembelajaran di sekolah.
Di sisi lain, adanya lulusan SD, SLTP, dan SLTA yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tidak terserap oleh dunia kerja, dan belum memiki kemampuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sebagai akibat tidak memiliki kecakapan hidup, dapat menyebabkan terjadinya pengangguran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara melibatkan lulusan yang tidak melanjutkan sekolah dalam kegiatan pengembangan tumbuhan obat, namun lulusan belum memiliki kemampuan yang memadai. Oeh karena itu materi tentang potensi tumbuhan obat perlu dimasukkan sebagai materi pembelajaran di sekolah, sehingga diharapkan lulusan memiliki kecakapan hidup dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri di bidang tumbuhan obat.
Keberhasilan dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah secara garis besar dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, yaitu (1) ketersediaan informasi tentang jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan, (2) kelayakan sumberdaya manusia di sekolah, (3) kelayakan sarana dan prasarana, (4) dukungan kebijakan dan peraturan perundangan, serta (5) dukungan stakeholder.
Ketersediaan informasi tentang jenis-jenis tumbuhan obat unggulan dapat dilakukan dengan cara mengkaji keanekaragaman jenis tumbuhan obat, ketersediaan informasi tentang teknik pengembangan tumbuhan obat (budidaya, pasca panen, dan pengolahan), aspek ekonomis (pemasaran simplisia dan
(22)
3
kebutuhan bahan baku industri obat tradisional), dan jenis-jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Kelayakan sumberdaya manusia di sekolah dapat dilakukan dengan cara mengkaji terhadap minat dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dan kepala sekolah. Kelayakan sarana dan prasarana di sekolah dapat dilakukan dengan cara mengkaji terhadap laboratorium, peralatan, lahan, dan bahan ajar di masing- masing sekolah. Dukungan kebijakan dan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan dengan cara mengkaji terhadap kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Dukungan stakeholder dapat dilakukan dengan cara mengkaji persepsi dari berbagai pihak terkait berkaitan dengan pemanfaatan informasi tentang tumbuhan obat sebagai materi pembelajaran di sekolah.
Kerangka Pemikiran
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menunjang keberhasilan dalam pemanfaatan potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah dapat dilakukan dengan beberapa 5 (lima) cara, yaitu : (1) memilih jenis-jenis tumbuhan obat unggulan/potensial yang akan diakomodasikan kedalam materi pembelajaran di sekolah, baik secara ekologis, teknis, ekonomis dan relevan dengan jenis-jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat; (2) menyediakan sumberdaya manusia di sekolah secara memadai, (3) menyediakan sarana dan prasarana di sekolah secara memadai, (4) adanya dukungan kebijakan dan peraturan perundang-undangan, dan (5) adanya dukungan stakeholder.
Untuk melihat sejauh mana upaya-upaya tersebut di atas dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah, maka perlu dilakukan kajian dan analisis terhadap : (1) ketersediaan jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan yang akan diakomodasikan kedalam materi pembelajaran di sekolah, (2) kelayakan sumberdaya manusia di sekolah, (3) kelayakan sarana dan prasarana, (4) adanya dukungan kebijakan dan peraturan perundangan, dan (5) adanya dukungan stakeholder.
Secara skematis, kerangka pemikiran kajian potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur tersaji pada Gambar 1.
(23)
4
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur
PEMANFAATAN INFORMASI TENTANG POTENSI TUMBUHAN OBAT UNTUK PENGAYAAN MATERI
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
KONDISI PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT DI KABUPATEN
CIANJUR YANG DIINGINKAN • Potensi tumbuhan obat di Kabupaten
Cianjur diketahui
• Jenis t umbuhan obat unggulan dibudidayakan oleh masyarakat di setiap kecamatan
• Potensi tumbuhan obat digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah • Lulusan SD, SLTP, dan SLTA yang
tidak melanjutkan memiliki kemampuan berwirausaha tumbuhan obat
• Terjaminnya kelestarian tumbuhan obat • Jumlah pengangguran dapat ditekan
• PAD meningkat KONDISI PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT
DI KABUPATEN CIANJUR SAAT INI
Potensi :
• Luas hutan negara seluas 59.021 ha (16,86%) • Sebagian besar penduduk bekerja di bidang
pertanian (59,18%).
• Lahan yang tidak diusahakan seluas 2.728 ha • Terdapat industri obat tradisional (IOT dan IKOT)
sebanyak 6 unit dan gudang farmasi (1 unit) • Potensi sekolah (sekolah, siswa, dan guru) tinggi
Permasalahan :
• Potensi tumbuhan obat belum diketahui • Tidak semua lulusan SD, SLTP dan SLTA
melanjutkan
• Lapangan kerja terbatas • PAD rendah
• Potensi tumbuhan obat belum dimasukkan sebagai media pembelajaran di sekolah
ANCAMAN : • Kelestarian tumbuhan
obat terancam
• Pengangguran meningkat
KELAYAKAN P EMANFAATAN INFORMASI TENTANG POTENSI TUMBUHAN OBAT UNTUK PENGAYAAN MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH ♦ Ketersediaan jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan yang akan
diakomodasikan kedalam materi pembelajaran di sekolah ♦ Kelayakan sumberdaya manusia di sekolah
♦ Kelayakan sarana dan prasarana
♦ Adanya dukungan kebijakan dan peraturan perundangan ♦ Adanya dukungan stakeholder.
Kajian potensi tumbuhan obat Kajian kondisi Ekologis setiap kecamatan Kajian dukungan stakeholder Kajian kebijakan dan peraturan perundangan Kajian kondsi umum sekolah Keanekara-gaman Jenis TO Peraturan perundangan Ketinggian tempat Persepsi instansi-instansi terkait Pemasaran Teknik pengemba-ngan Kebijakan Kondisi lulusan Jumlah sekolah, guru dan siswa Sarana dan prasarana Jenis-jenis penyakit yang diderita masyarakat Persepsi siswa dan guru
(24)
5
Tujuan
Peneltian ini bertujuan untuk menentukan : 1. Potensi tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur,
2. Kelayakan pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat sebagai
materi pembelajaran di sekolah.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi:
1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam memanfaatkan informasi tentang
potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah, 2. Sekolah-sekolah di Kabupaten Cianjur guna memanfaatkan informasi tentang
potensi tumbuhan obat sebagai materi pembelajaran,
3. Masyarakat di setiap kecamatan dalam membudidayakan jenis-jenis tumbuhan obat.
(25)
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Obat
Pengertian
Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional perlu ditelusuri (Zuhud, Ekarelawan dan Riswan, 1994).
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat
Menurut Siswoyo, Zuhud, dan Sitepu (1994), jumlah tumbuhan dan tanaman obat yang tercatat di Indonesia cukup banyak, dari jumlah yang banyak tersebut sekitar 1.100 spesies dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional dan jamu, namun sebagian besar masih tersimpan secara in-situ di kawasan hutan.
Prospek Pengambangan Tumbuhan Obat
Spesies tumbuhan obat banyak memberikan kontribusi terhadap kebutuhan manusia terhadap kesehatan. Satu diantara 4 (empat) macam obat yang tertera pada resep dokter, baik antibiotik, obat penenang, diuretik, pencahar ataupun pil kontrasepsi, bahan bakunya berasal dari tumbuhan liar hutan tropika. Apabila obat-obat non resep dimasukkan, pada saat ini nilai tumbuhan obat tersebut di seluruh dunia mencapai 15 milyar dollar Amerika setahun (Myers, 1989).
Mengingat permintaan yang terus meningkat, pengadaan bahan baku obat/jamu dengan pemungutan langsung dari alam tidak mungkin berjalan terus, apabila laju pemungutan lebih cepat dari laju kemampuan alam untuk memulihkan populasinya, maka kelangkaan dan bahkan kepunahan spesies tumbuhan obat tidak akan dapat dielakkan.
(26)
Indonesia bukan negara satu-satunya yang menghasilkan tumbuhan obat tradisionalnya. India dan China adalah merupakan contoh negara yang kuat tradisinya dalam hal tumbuhan obat. Seperti juga Indonesia, baik India maupun China mengkhawatirkan nasib tumbuhan obat di negaranya. Oleh karena itu merekapun mencoba mengusahakan pelestariannya.
Pelestarian Tumbuhan Obat
Pelestarian tumbuhan obat ditempuh melalui 2 (dua) cara, yaitu in-situ dan ek-situ. Secara in-situ, tumbuhan obat hanya merupakan sebagian saja dari pelestarian ekosistem tempat tumbuhnya, meskipun tumbuhan obat dapat menjadi kelompok jenis pokok yang menjadi sasaran pelestarian. Dari segi ilmiah, cara ini merupakan cara terbaik untuk mempertahankan jenis tumbuhan, sebab dengan cara ini evolusinya masih berjalan yang memungkinkan pengadaptasian dengan perubahan-perubahan alaminya yang terjadi. Dari segi praktis, pengelolaan kawasan pelestarian in-situ ini sulit terutama di daerah padat penduduk.
Cara lain untuk mempertahankan tumbuhan obat ditempuh melalui cara ek-situ yaitu di kebun koleksi, kebun botani atau di kebun-kebun pribadi. Cara ini tidak dapat mengganti cara in-situ, tetapi merupakan pelengkap yang terkadang perlu ditempuh.
Saat ini usaha pelestarian tumbuhan obat di Indonesia masih bertumpu pada pemerintah. Kesadaran akan perlunya pelestarian di Indonesia mulai tumbuh di kalangan masyarakat, terutama yang sudah bergabung pada organisasi profesi atau lembaga swadaya masyarakat. Bukan tidak mungkin pada suatu waktu pemerintah akan hanya menjadi pengelola pelestarian in-situ dan pusat informasi saja dari usaha pelestarian ek-situ ini, sedangkan yang aktif berperan pada usaha pelestarian ek-situ justeru unsur-unsur masyarakat. Dengan cara ini, pengelolaan koleksi ek-situ akan lebih efisien dan efektif, baik dilihat dari segi pelestarian maupun pemanfaatannya.
Program Pengembangan Tumbuhan Obat Pola Pengembangan
Pengembangan tumbuhan obat sampai dengan awal Pelita V dilakukan melalui pola swadaya dan pengusahaannya masih dilakukan dengan pola usaha
(27)
sebagai tanaman diversifikasi atau integrasi dan ditanam di lahan pekarangan sebagai tanaman sela dengan luas penanaman terbatas dan jumlah produksi per usaha tani relatif kecil serta tidak terus menerus tergantung harganya.
Untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan petani serta untuk memenuhi tuntutan kebutuhan bahan baku tumbuhan obat bagi keperluan industri obat/jamu tradisional dan keperluan ekspor, perlu adanya peningkatan produksi dan mutu hasil melalui program intensifikasi tumbuhan obat yang diarahkan pada pola swadaya petani dan swadaya perusahaan pengelola/bapak angkat. Pelaksanaan progaram intensifikasi tumbuhan obat diprioritaskan pada daerah-daerah yang sudah ada areal pengembangan tumbuhan seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Untuk daerah-daerah pengembangan baru di luar Jawa, seperti daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang dimungkinkan tersedianya lahan dalam satu hamparan areal yang cukup luas dapat dilakukan pengembangan tumbuhan obat melalui pola perkebunan besar swasta.
Program Intensifikasi Tumbuhan Obat
Program intensifikasi tumbuhan obat sebagai suatu sistem produksi, kegiatannya diarahkan untuk upaya peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan produksi persatuan luas dan mutu hasil dengan cara menerapkan teknologi yang dianjurkan secara lengkap dan berkesinambungan. Upaya peningkatan pendapatan petani tersebut dapat ditempuh dengan penerapan Sapta Usaha dalam kegiatan pembudidayaan tumbuhan obat.
Melalui program intesifikasi tumbuhan obat, petani diarahkan untuk mengusahakan tanaman di lahan miliknya dengan diberikan bantuan pengadaan sarana produksi, bimbingan teknis dan jaminan pemasaran hasilnya, untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan mengaitkan pengusaha industri obat/jamu tradisional dan eksportir tumbuhan obat untuk ditugasi sebagai perusahaan pengelola/bapak angkat yang mendukung usaha pasca panennya. Pola Swadaya
Untuk meningkatkan produksi per satuan luas dan pendapatan petani dalam upaya memenuhi tuntutan kebutuhan bahan tumbuhan obat bagi industri obat/jamu tradisional serta keperluan lainnya, pengembangan tumbuhan obat melalui pola swadaya yang selama ini telah dikembangkan secara tradisional
(28)
sudah saatnya untuk diarahkan menuju kemandirian. Untuk mewujudkan itu diperlukan sistem kelembagaan yang mantap yang memungkinkan terjalinnya hubungan kemitraan antara petani sebagai produsen dan industri obat/jamu tradisional sebagai konsumen.
Pengertian Sekolah
Menurut Fakhrudin (2003), dalam dunia pendidikan terdapat dua teori yang berkaitan dengan sekolah sebagai masyarakat kecil. Pertama sekolah tempat melatih dan mempersiapkan anak didik untuk terjun pada kehidupan mereka dimasa mendatang. Peserta didik dalam proses pendidikan diberlakukan sebagai obyek pendidikan. Mereka merupakan obyek yang tengah digembleng dan dirancang untuk dapat memasuki kehidupan dimasa mendatang.
Kedua sekolah merupakan kehidupan nyata anak itu sendiri, bukannya tempat mempersiapkan anak didik. Teori ini menekankan agar sekolah diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga betul-betul merupakan kehidupan riil peserta didik itu sendiri. Implikasi dari teori ini adalah peserta didik merupakan subyek dari proses pendidikan. Kehidupan sosial peserta didik dalam masyarakat kecil tersebut merupakan dasar dan sumber transformasi kehidupan. Peran penting dalam proses pendidikan bukanlah terletak pada mata pelajaran yang diberikan melainkan pada proses dan interaksi sosial peserta didik itu sendiri. Peran guru pada falsafah ini lebih bersifat tutwuri handayani, memberikan dorongan dan motivasi agar peserta didik mampu memperluas kemampuan pandang untuk mengembangkan berbagai alternatif dan pengambilan keputusan dalam aktifitas kehidupan (Fakhrudin, 2003).
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Menurut Maheri (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara penyampaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah.
Menurut Fakhrudin (2003), dalam menghadapi tantangan di masa depan, pendidikan diyakini memainkan peran fundamental dalam pembangunan pribadi dan kemasyarakatan sebagai wahana pendidikan paling tidak akan mampu
(29)
memelihara suatu bentuk pembangunan manusia yang lebih dalam dan serasi terutama untuk mengurangi kemiskinan, kebodohan, penindasan dan keterasingan. Selanjutnya Fakhrudin (2003) mengemukakan bahwa orientasi pendidikan suatu bangsa pada dekade tertentu, hakekatnya merupakan pertanda bagaimana praktek pendidikan itu berlangsung untuk kemudian dapat dijadikan sebagai asumsi dasar dalam meramalkan kualitas manusia lulusan yang dihasilkan dari praktek pendidikan tersebut. Mengkaji orientasi pendidikan paling tidak ada empat dimensi yakni, dimensi status peserta didik, dimensi peran atau fungsi guru, dimensi materi pembelajaran dan dimensi manajemen pendidikan.
Media Pembelajaran
Pengertian
Definisi tentang media pembelajaran telah banyak dikemukakan oleh
beberapa tokoh. Menurut Association of Education and Communication
Technology (AECT) media pembelajaran adalah segala bentuk dan saluran yang diguankan orang untuk menyalurkan pesan pembelajaran (Purwanti 2003).
Asosiasi pendidikan Nasional mendevinisikan media pembelajaran adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya, sedangkan Menurut Purwanti (2003), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang yang dapat digunakan untuk menyalurkan materi kepada peserta didik yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sehingga mendorong proses belajar pada dirinya.
Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Purwanti (2003), fungsi media pembelajaran adalah:
1. Memberikan fasilitas pembelajaran, sehingga merangsang peserta didik untuk berfikir, mengaktifkan dan memotivasinya untuk belajar.
2. Memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
proses.
3. Memberikan pengalaman belajar yang kongkrit kepada siswa dan guru untuk mengembangkan pola pembelajaran.
4. Memberikan informasi yang akurat serta mengatasi keterbatasan pengalaman dan kemampuan guru.
(30)
5. Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan dan dikunjungi. 6. Memberikan kesamaan perangsang pengalaman dan persepsi.
Menurut Winataputra (1997), kata media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara
(between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan
(receiver). Media pembelajaran merupakan wahana dari pesan informasi yang oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan (siswa), pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah pesan materi pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada siswa.
(31)
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur dilakukan di wilayah Kabupaten Cianjur. Waktu penelitian selama 6 (enam) bulan, dari Bulan Juli-Desember 2005. Adapun identifikasi jenis dan spesimen tumbuhan obat dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Bahan dan Peralatan
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : dokumen atau laporan hasil survey/penelitian tumbuhan secara umum maupun tumbuhan obat yang telah dilakukan oleh instansi terkait di Kabupaten Cianjur, kamera, tally sheet, kuesioner, alat tulis- menulis, serta komputer dan perlengkapannya.
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi : kondisi umum lokasi, jenis-jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat, dan jumlah dan nama industri obat tradisional di Kabupaten Cianjur.
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, yaitu mengumpulkan data dan informasi dari berbagai laporan atau dokumen yang terdapat di instansi terkait. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dan metode pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini tersaji pada Tabel 1, sedangkan instansi yang dihubungi guna pengumpulan data sekunder tersaji pada Tabel 2.
Data Primer
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi : data jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di setiap kecamatan, pemasaran simplisia, produk-produk obat tradisional yang diperjualbelikan, dan persepsi stakeholder
(32)
17
terhadap rencana pemanfaatan informasi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembejalaran di sekolah Kabupaten Cianjur.
Tabel 1 Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur
No. Jenis Data Sekunder Data dan Informasi yang Dikumpulkan Metode
Pengambilan Data 1. Kondisi Umum
Lokasi Kabupaten Cianjur
1. Letak geografis setiap Kecamatan 2. Luas wilayah setiap kecamatan 3. Batas wilayah Kabupaten Cianjur 4. Topografi dan konfigurasi lapangan setiap
kecamatan
5. Geologi dan tanah setiap kecamatan 6. Iklim setiap kecamatan
7. Keadaan penduduk setiap kecamatan 8. Pola penggunaan lahan setiap kecamatan 9. Kondisi sosial ekonomi masyarakat setiap
kecamatan
1. Studi Literatur 2. Kunjungan ke
kantor berbagai instansi terkait
2. Jenis-jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Cianjur
1. Jenis-jenis penyakit yang diderita oleh orang dewasa
2. Jenis-jenis penyakit yang diderita oleh anak-anak
3. Jenis-jenis penyakit yang diderita oleh balita
1. Studi Literatur 2. Kunjungan ke
kantor berbagai instansi terkait 3. Industri obat
tradisional di Kabupaten Cianjur
1. Nama industri obat tradisional di Kabupaten Cianjur
2. Alamat industri obat tradisional di Kabupaten Cianjur
1. Studi Literatur 2. Kunjungan ke
kantor berbagai instansi terkait
Tabel 2 Daftar instansi yang dihubungi guna pengumpulan data sekunder dalam penelitian analisis prospek pengembangan tumbuhan obat untuk pengayaan kurikulum sekolah di Kabupaten Cianjur
No. Nama Instansi
1. Balai Pusat Statistik (BPS) kabupaten 2. BAPPEDA
3. Dinas Pertanian
4. Dinas Kehutanan dan konservasi sumberdaya Alam 5. Dinas Perkebunan
6. Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur 7. Kantor Kecamatan
8. Perkebunan
9. Balai Taman Nasional/cagar alam setempat 10. Puskesmas
11. Rumah Sakit 12. Pemda
13. Dinas Kesehatan
Data Jenis-jenis Tumbuhan Obat di setiap Kecamatan
Pengumpulan data jenis-jenis tumbuhan obat di setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur dilakukan dengan menggunakan metode sensus. Didalam sensus, metode yang digunakan adalah mengamati secara langsung jenis-jenis tumbuhan yang berkhasiat obat dan mengambil spesimen herbarium jenis-jenis
(33)
18
tumbuhan yang kemungkinan berkhasiat obat yang dijadikan sebagai lokasi kajian. Bersamaan dengan kegiatan inventarisasi, dilakukan juga pengambilan foto jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan untuk diidentifikasi.
Data jenis-jenis tumbuhan obat di setiap kecamatan yang dikumpulkan, meliputi :
1. Nama Lokal
2. Habitus
3. Status (liar atau budidaya)
Data Pemasaran Simplisia Tumbuhan Obat
Pengumpulan data pemasaran simplisia tumbuhan obat dilakukan di 9 (sembilan) pasar, yaitu Pasar Induk Cianjur, Pasar Muka Cianjur, Pasar Cipanas, Pasar Ciranjang, Pasar Kadupandak, Pasar Sukanegara, Pasar Pagelaran, Pasar Warungkondang, dan Pasar Cibeber.
Pengumpulan data dilakukan dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu wawancara langsung dengan pedagang dan pembelian simplisia yang dijual. Data yang dikumpulkan, meliputi :
1. Rantai pemasaran simplisia,
2. Jenis-jenis simplisia tumbuhan obat yang diperjualbelikan di pasar dan toko atau warung jamu,
3. Harga jual masing- masing simplisia jenis-jenis tumbuhan obat yang dijual, 4. Harga beli simplisia,
5. Asal simplisia jenis-jenis tumbuhan obat, 6. Jenis-jenis simplisia yang paling laku dijual, 7. Jenis-jenis simplisia yang susah diperoleh.
Data Produk-produk Obat Tradisional yang Diperjualbelikan
Pengumpulan data produk-produk obat tradisional yang diperjualbelikan dilakukan di 9 (sembilan) lokasi, yaitu Pasar Induk Cianjur, Pasar Muka Cianjur, Pasar Cipanas, Pasar Ciranjang, Pasar Kadupandak, Pasar Sukanegara, Pasar Pagelaran, Pasar Warungkondang, dan Pasar Cibeber.
Pengumpulan data dilakukan dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu wawancara langsung dengan penjual dan pembelian produk-produk obat tradisional yang dijual. Data yang dikumpulkan, meliputi :
(34)
19
1. Rantai pemasaran produk,
2. Jenis-jenis produk obat tradisional yang dijual, 3. Pemroduksi atau asal produk obat tradisional, 4. Harga jual jenis-jenis obat tradisional,
5. Produk-produk obat tradisional yang paling laku dijual.
Data Persepsi seluruh Stakeholder terhadap Pemanfaatan Informasi Tumbuhan Obat di Kabupaten Cianjur sebagai Media Pembelajaran di Sekolah
Pengumpulan data persepsi seluruh stakeholders terhadap rencana pemanfaatan informasi tentang tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembeajaran di sekolah Kabupaten Cianjur dilakukan melalui wawancara langsung dengan berbagai pihak, antara lain : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK), dan lain- lain.
Data yang diperlukan dalam pengkajian aspek ini, meliputi nama, alamat, persepsi terhadap pemanfaatan informasi tumbuhan obat sebagai media pembelajaran di sekolah, permasalahan yang dihadapi, dan harapan dari seluruh stakeholder. Daftar responden yang dihubungi untuk mengumpulkan data tersebut, tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3 Daftar responden yang dihubungi dalam pengumpulan data persepsi seluruh stakeholder terhadap pemanfaatan informasi tentang tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur
No. Nama Responden Jumlah Responden
(orang)
1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 1
2. Pengawas Sekolah (SD, SMP, SMK, SMA) 4
Sekolah SD
• Kepala sekolah 26
• Guru Kelas V, VI 52
3.
• Siswa Kelas V, VI 52
Sekolah SMP :
• Kepala sekolah 26
• Guru mata ajaran yang relevan 52
4.
• Siswa Kelas II, III 52
Sekolah SMK :
• Kepala sekolah 5
• Guru mata ajaran yang relevan 5
5.
• Siswa 5
Sekolah SMA :
• Kepala sekolah 35
• Guru mata ajaran yang relevan 35
6.
• Siswa 35
(35)
20
Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat
Identifikasi jenis tumbuhan obat dilakukan melalui cek silang dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan obat yang ada. Data yang dikumpulkan melip uti : nama lokal, nama botani, nama famili, habitus, khasiat atau manfaat, dan bagian yang digunakan.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan Data
Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah, baik secara manual maupun dengan komputerisasi. Tahapan kegiatan dalam pengolahan data, meliputi :
1. Penyuntingan data, yaitu bertujuan meneliti kembali catatan untuk mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan proses berikutnya dalam arti penyuntingan dilakukan terhadap data-data yang telah diperoleh.
2. Pengkodean data, yaitu mengadakan klasifikasi terhadap data-data yang
diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau mempertegas jawaban terhadap informasi tertentu.
3. Perhitungan frekuensi, yaitu tabulasi atau penyusunan data ke dalam tabel-tabel, yaitu data dikelompokkan kedalam kategori-kategori, yang setiap kategori telah menampung dan memuat data dalam jumlah/frekuensi tertentu. Kemudian membuat tabel frekuensi yang memuat jumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.
Pengklasifikasian dilakukan dengan cara melakukan penyaringan (screening) terhadap khasiat masing- masing jenis tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya seperti tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/ penggunaannya
No. Kelompok Penyakit/ Penggunaan
Macam Penyakit/penggunaan
1. Gangguan Peredaran Darah
Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah, penasak, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah
2. Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana (KB), membatasi kelahiran, menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB
3. Penawar Racun Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan
4. Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka
(36)
21
Lanjutan Tabel 4
No. Kelompok Penyakit/ Penggunaan
Macam Penyakit/penggunaan
5. Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes
6. Penyakit Gangguan urat syaraf
Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf
7. Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi
8. Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal
9. Penyakit Empedu Empedu berlebih, batu pada empedu, sakit empedu
10. Penyakit Limpa Sakit limpa, radang limpa dan pembengkakan pada limpa/limpa membesar
11. Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi), tekanan darah tinggi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung. 12. Penyakit
kanker/tumor
Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tumor dan kanker.
13. Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin.
14. Penyakit Khusus Wanita
Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit khusus wanita.
15. Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit. 16. Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan penyakit kuning.
17. Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit malaria.
18. Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mata.
19. Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut
20. Penyakit Otot dan Persendian
Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan otot dan persendian.
21. Penyakit Telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga merasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga.
22. Patah Tulang Tulang patah, tulang retak, sakit pada tulang
23. Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tulang. 24. Penyakit Saluran
Pembuangan
Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, keringat malam, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit saluran pembuangan. 25. Penyakit Saluran
Pencernaan
Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, mules, murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lendir, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan.
26. Penyakit Saluran Pernafasan (THT)
Asma, batuk, flu, influensa, pilek, pilek, sesak nafas, Sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pernafasan/THT. 27. Perawatan
Kehamilan dan Persalinan
Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan/persalinan, uterine tonic, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan melahirkan
28. Perawatan Organ Tubuh Wanita
Kegemukan, memperbesar payudara, mengencangkan vagina, pelangsing, peluruh lemak, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan perawatan organ tubuh wanita.
29. Perawatan Rambut, Muka, Kulit
Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka dan kulit.
30. Sakit Kepala dan Demam
Sakit kepala, pusing, pening, demam, demam pada anak-anak, demam pada orang dewasa, demam menggigil, penurun panas, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam.
31. Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum.
32. Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas.
(37)
22
Analisis Data
Analisis data diarahkan untuk melihat sejauh mana kelayakan seluruh aspek berkaitan dengan pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah. Aspek-aspek yang dianalisis, meliputi: (1) ketersediaan jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan yang akan diakomodasikan kedalam materi pembelajaran di sekolah, (2) kelayakan sumberdaya manusia di sekolah, (3) kelayakan sarana dan prasarana, (4) dukungan kebijakan dan peraturan perundangan, serta (5) dukungan stakeholder, seperti tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Analisis deskriptif kualitatif kelayakan pemanfaatan tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah, Kabupaten Cianjur
Kelayakan
No. Aspek
Layak Tidak Layak
1. Ketersediaan jenis-jenis tumbuhan obat unggulan/ potensial yang akan
diakomodasikan kedalam materi pembelajaran di sekolah
Jenis-jenis tumbuhan obat unggulan yang akan diakomodasikan kedalam materi pembelajaran di sekolah tersedia
Tidak tersedia jenis-jenis tumbuhan obat unggulan yang akan
diakomodasikan kedalam materi pembelajaran di sekolah
2. Kelayakan sumberdaya manusia di sekolah
Guru sudah mengetahui materi tentang tumbuhan obat mulai dari pengenalan jenis sampai pengolahan
Guru hanya mengetahui sebagian materi tentang tumbuhan obat
3. Kelayakan sarana dan
prasarana •
Peralatan tersedia dan memadai
• Laboratorium tersedia dan memadai • Lahan kosong
tersedia dan memadai • Bahan ajar tersedia
• Peralatan tidak tersedia atau tersedia, namun belum memadai • Laboratorium tidak tersedia atau tersedia, namun belum memadai • Lahan kosong tidak tersedia atau tersedia, namun tidak memadai • Tidak tersedia bahan ajar 4. Dukungan kebijakan
dan peraturan perundangan
• Kebijakan sudah ada dan memadai • Peraturan
perundangan sudah ada dan memadai
• Kebijakan belum ada atau sudah ada, namun belum memadai • Peraturan perundangan belum ada
atau sudah ada, namun belum memadai
5. Dukungan stakeholder • Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat mendukung
• Pengawas sekolah mendukung • Kepala sekolah
mendukung • Guru mendukung • Siswa mendukung
Jika salah satu dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, pengawas, kepala sekolah, guru, atau siswa tidak mendukung
(38)
23
Ketersediaan Jenis-jenis Tumbuhan Obat Potensial/Unggulan yang akan Diakomodasikan kedalam Materi Pembelajaran di Sekolah
Kriteria yang digunakan untuk menentukan jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan di setiap kecamatan, meliputi : (1) jenis-jenis tumbuhan obat tersebut ditemukan di Kabupaten Cianjur; (2) teknik pengembangannya sudah diketahui, mulai dari teknik budidaya sampai pengolahannya; (3) memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu dapat dipasarkan secara lokal maupun ekspor dan dibutuhkan oleh industri- industri obat tradisional; (4) jenis-jenis tumbuhan obat tersebut berguna untuk mengobati penyakit-penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Cia njur; dan (5) jenis-jenis tumbuhan obat secara ekologis dapat dikembangkan di kecamatan.
Kelayakan Sumberdaya Manusia di Sekolah
Sumberdaya manusia di setiap sekolah yang berperan dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah adalah guru. Guru dikatakan layak, jika guru sudah mengetahui materi tentang tumbuhan obat mulai dari pengenalan jenis sampai pengolahan.
Untuk mengetahui sejauh mana kelayakan guru yang ada di setiap sekolah, maka perlu dilakukan analisis terhadap tinggi dan rendahnya kemampuan guru di bidang tumbuhan obat.
Kelayakan Sarana dan Prasarana
Dilihat dari sarana dan prasarananya, suatu sekolah dikatakan layak dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah jika sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah tersebut mencukupi. Sarana dan prasarana yang diperlukan, antara lain : peralatan, laboratorium, lahan kosong, dan bahan ajar. Oleh karena itu untuk mengetahui sejauh mana kelayakan sarana dan prasarana yang dimiliki setiap sekolah, maka dilakukan analisis terhadap ketersediaan peralatan, laboratorium, lahan kosong, dan bahan ajar di masing- masing sekolah.
Dukungan Kebijakan dan Peraturan Perundangan
Dukungan kebijakan dan peraturan perundangan yang memadai sangat diperlukan dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah. Untuk mengetahui sejauh mana
(1)
setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan kondisi
ketinggian tempatnya
No. Nama Jenis Nama Lokal Lokasi yang sesuai
1. Achyranthes aspera L. Jarong 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
2. Acronychia pedunculata Auct. non Miq.
Ki jeruk 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
3. Ageratum conyzoides L. Bandotan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
4. Alternanthera sessilis (L.) DC. Daun kramek 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
5. Altingia excelsa Noronha. Rasamala 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
6. Alyxia reinwardtii Bl., Pulasari 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
7. Amomum compactum Soland. ex Maton.
Kapulaga 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 1 3, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
8. Amomum hochreutineri Val. Cabutan 1, 3, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23
9.. Ananas comosus (L.) Merr. Nanas 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
10. Andrographis paniculata
(Burm.f.) Wall. ex Nees.
Sambiloto 1, 3, 8, 10, 17, 22, 23
11. Annona muricata L. Sirsak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
12. Anotis hirtusa Miq. Kesimukan 1, 3, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23, 24 13. Antidesma montanum Bl. Ki seueur badak 9, 15, 16
14. Antidesma tetrandum Bl. Kiseueur 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
15. Ardisia fuliginosa BI. Ki ajag 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
16. Arenga pinnata (Wurmb.) Merr. Aren 1, 3, 8, 10, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24 17. Argostemma montanum BI. ex
DC.
Reundeu 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
18. Artemisia vulgaris L. Sudamala 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
19. Artocarpus elasticus Reinw. Teureup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
20. Artocarpus heterophyllus Lamk. Nangka 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
21. Asplenium nidus L. Kadaka biasa 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
22. Averrhoa bilimbi L. Belimbing wuluh 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
23. Averrhoa carambola L. Belimbing manis 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
24. Bambusa sp. Rebung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
25. Begonia isoptera Dryand. Begonia 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
26. Bidens pilosa L. Hareuga 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
27. Blumea balsamifera (L.) DC. Sembung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
28. Bridelia monoica Merr. Kanyere badak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
29. Brugmansia suaveolens (Humb. & Bonpl. ex Willd.) Bercht. & Presl.
Kecubung gunung
1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
30. Cananga odorata (Lamk.) Hook.f. & Th.
Kenanga 1, 2, 3, 4, 5 , 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
31. Cassia alata L. Ketepeng cina 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
32. Catimbium malaccensis
(Burm.f.) Holtt.
Lengkuas 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
33. Celosia argentea L. Bayam ekor kucing
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
34. Centella asiatica Urb. Cecenet, antanan gede
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
(2)
No. Nama Jenis Nama Lokal Lokasi yang sesuai
35. Cinnamomum burmanii (Nees.) Bl.
Kayu manis 1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
36. Cinnamomum iners Reinw. ex Bl.
Ki teja 1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
37. Cinnamomum partenoxylon
(Jack.) Meissn.
Ki pedas 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
38. Cinnamomum sintoc Bl. Sintok 1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23, 24 39. Cissus adnanta Roxb., Areuy
beungbeureutan
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
40. Cleome viscosa L. Rumput ekor kucing
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 1 3, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
41. Clitoria ternatae L. Kembang teleng 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
42. Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith.
Pacing 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 1 8, 19, 20, 21, 22, 23, 24
43. Curculigo latifolia Dryand. Kunyit bodas 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
44. Curcuma aeruginosa Roxb. Temu ireng 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24 45. Curcuma domestica Val. Kunyit 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
46. Cyclea barbata (Wall.) Miers. Camcau 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
47. Cyperus rotundus L. Teki 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
48. Decaspermum fruticosum J.R. & G. Forst. var polymorphum (Bl.) Bak.F.,
Ipis kulit 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
49. Desmodium triquetrum (L.) DC. Daun duduk 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
50. Dianella javanica (BI.) Kth. Anggrek kadal 13, 14
51. Dichroa febrifuga Lour. Gigil 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
52. Dinochloa scandens (Bl. ex Nees) O.Kuntze.
Bambu cangkore 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
53. Diplazium esculentum Swartz. Paku teri 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
54. Drymaria cordata Willd. Kadaka leuweung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
55. Eclipta alba (L.) Hassk. Orang-aring 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
56. Eichornia crassipes (Mart.) Solms.
Eceng gondok 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
57. Elephantopus scaber L. Tapak liman 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
58. Eleusine indica (L.) Gaertn. Rumput belulang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
59. Embelia ribes Burm.f. Areuy kacembang
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
60. Emilia sonchifolia (Linn.) DC. Tempuh wiyang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
61. Equisetum debile Roxb. Ekor kuda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
62. Erythrina fusca Lour. Dadap 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
63. Erythrina variegata L. var
orientalis (L.) Merr.
Cangkring 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
64. Euonymus javanicus Tatangkilan, ki keuyeup
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
65. Eupatorium riparium Reg. Teklan 1, 3, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23
66. Euphorbia hirta L. Patikan kebo 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
67. Eurya acuminata DC. Ki merak leutik 1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23, 24
68. Ficus ampelas Burm. f. Hampelas 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
69. Ficus fistulosa Reinw. Kondang, beunying
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
(3)
No. Nama Jenis Nama Lokal Lokasi yang sesuai
70. Ficus hispida Teter 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
71. Ficus ribes Reinw. Walen, kopeng 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
72. Ficus toxicaria L. Hamerang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
73. Ficus variegata BI. Kondang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
74. Flacourtia rukam Zoll. & Mor. Rukem 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
75. Foeniculum vulgare Mill. Adas 1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
76. Gaultheria fragrantissima Auct. Non Wall.
Gandapura 11, 12, 13, 14
77. Gaultheria leucocarpa BI. Gandasura, areuy 1, 3, 8, 10, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24 78. Gentiana quadrifaria BI. Jukut cingcang 13, 14
79. Glochidion arborescens BI. Mareme leuweung
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
80. Glochidion rubrum Bl. Mareme 1, 3, 8, 10, 13, 14, 17, 22, 23, 24
81. Gnetum gnemon L. Melinjo 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
82. Gordonia excelsa BI. Ki enteh 1, 3, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23 83. Gunnera macrophylla BI. - 13, 14
84. Hedyotis corymbosa (L.) Lamk. Rumput mutiara 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
85. Helicia serrata BI. Ki jengkol, betebel bacak
1, 3, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23
86. Homalanthus populneus
(Giesel.) Pax.
Kareumbi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
87. Homalium tomentosumm Benth. Gelingsem 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 21, 22, 23, 24 88. Impatiens platypetale Lindl. Pacar sereh, pacar
tere
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
89. Imperata cylindrica (L.) Beauv. Eurih 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
90. Ixora coccinea L. Soka merah 1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
91. Ixora salicifolia DC. Soka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
92. Jatropha curcas L. Jarak pagar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 22, 23, 24 93. Kadsura scandens (BI.) BI. Katilebur 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24
94. Kaempferia galanga L. Kencur 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
95. Kalanchoe laciniata (L.) DC, Cocor bebek 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
96. Lantana camara L. Saliara 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
97. Laportea stimulans (L.f.) Gaud. ex Miq.
Pulus 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
98. Laurentia longiflora (L.) Peterm.
Tolod 9, 15, 16
99. Leptospermum flavescens J.E. Smith.
Ki tanduk 8, 11, 12, 13, 14
100. Leucaena glauca (L.) Benth. - 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
101. Leucas lavandulifolia Smith. Leng-lengan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
102. Litsea angulata Blume. Huru koneng 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
103. Litsea mappacea Boerl. Huru manuk 11, 12, 13, 14
104. Litsea monopetala Perr. Huru manuk 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
105. Litsea odorifera Val., Trawas 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
(4)
No. Nama Jenis Nama Lokal Lokasi yang sesuai
106. Litsea umbellata Merr. Ki pacal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
107. Lophatherum gracile Brongn. Rumput bambu 1, 2 , 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
108. Lygodium circhatum Burm. Paku hala 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
109. Mallotus blumeanus (Lamk) M.A.
Hantap 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
110. Mallotus paniculatus M.A. Talik angin 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
111. Mangifera indica L. Mangga 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
112. Medinella radicans BI. - 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
113. Melastoma malabathricum Linn. Harendong 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
114. Melia azedarach L. Ki mindi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
115. Melochia umbellata Staff. - 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
116. Merremia umbellata (L.) Halierf. ssp.
Areuy palungpung
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
117. Mikania cordata (Burm.f.) Bl. Capituheur 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
118. Mimosa pudica L. Putri malu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
119. Mimusops elengi L. Tanjung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
120. Morinda citrifolia L. Mengkudu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
121. Musa brachycarpa Back. Pisang biji 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 2 4
122. Mussaenda frondosa L. Kingkilaban 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
123. Nasturtium montanum Wall. Sawi tanah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
124. Neesia altissima (Bl.) Bl., Bengang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
125. Nicolaia solaris Horan. Honje 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
126. Ocimum sanctum L. Kemangi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 21, 22, 23, 24 127. Oxalis corniculata L. Calincing 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
128. Paederia scandens (Lour.) Merr. Kasembukan 1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23, 24
129. Pandanus furcatus Roxb. Cariang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
130. Panicum repens L. Jukut tempuyangan
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
131. Paveta indica L. - 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
132. Peperomia pellucida (L.) H.B.K. Surukan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 2 0, 21, 22, 23, 24
133. Phyllanthus niruri L. Meniran 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
134. Physalis minima L. Ciplukan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
135. Picrasma javanica Blume. Ki pahit 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
136. Pimpinella pruatjan Molken. Purwoceng, antanan gunung
13, 14
137. Pinus merkusii Jung. et De Vries.
Tusam 1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
138. Piper baccatum BI. Seureuh leuweung
1, 3, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24
139. Piper betle L. Sirih 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 22, 23, 24 140. Pithecellobium clypearia (Jack.)
Benth.
Haruman 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
(5)
No. Nama Jenis Nama Lokal Lokasi yang sesuai
141. Pithecellobium montanum
Benth.
Haruman 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
142. Plantago major L. Ki urat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
143. Podocarpus nerifolius D.Don. Ki putri 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
144. Polygonum chinense L. Bungbrun 1, 3, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23, 24
145. Pometia pinnata J.R. & G. Forst. Leungsar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
146. Portulaca oleracea L. Krokot 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
147. Psidium guajava L. Jambu biji 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
148. Psychotria sarmentosa BI. Akar dandar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
149. Rubus moluccanus L. Hareueus 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
150. Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.
Kecapi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
151. Schima wallichii Korth. Puspa 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
152. Selaginella laevigata Spreng. Rane 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
153. Selaginella plana Hieron. Paku rane, rande 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
154. Setaria faberii Herrm. Rumput ilalang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
155. Sida rhombifolia L. Sidagori 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
156. Solanum nigrum L. Leunca hayam 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 , 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
157. Solanum torvum Swartz. Takokak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
158. Solanum verbascifolium L. Teter 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
159. Sonchus arvensis L. Tempuyung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
160. Stachytarpheta mutabilis (Jacq.) Vahl.
Jarongan, pecut kuda
1, 2, 3, 4, 5 , 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
161. Strobilanthes crispus (L.) Bl. Keji beling 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
162. Swietenia macrophylla King. Mahoni 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
163. Symplocos fasciculate Zoll. Jirak leutik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
164. Symplocos odoratissima (BI.) Choisy.
Jirak leuweung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
165. Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Salam 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
166. Toona sureni (BI.) Merr. Suren 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
167. Trema orientalis (L.) Bl. Kuray 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
168. Urena lobata L. Pulutan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
169. Urophyllum arboreum (Reinw. ex BI.) Korth.
Ki cengkeh 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
170. Usnea barbata Fiers. Lumut jenggot 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
171. Valeriana hardwickii Wall. Tales leuweung 13, 14
172. Vernonia arborea Buch.-Ham. Hamirung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 2 3, 24
173. Vernonia cinerea (L.) Less. Sawi langit 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
174. Villebrunea rubescens Blume. Nangsi 1, 3, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 22, 23
175. Vitex pubescens Vahl. Laban 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
(6)
No. Nama Jenis Nama Lokal Lokasi yang sesuai
176. Zingiber americans Auct. non Bl.
Lempuyang pait 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
177. Zingiber officinale Rosc. Jahe 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
178. Zingiber ottensii Val. Panglai hideung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
Keterangan :
1 = Cugenang 2 = Mande 3 = Pagelaran 4 = Cikalongkulon 5 = Bojongpicung 6 = Sukaluyu 7 = Ciranjang 8 = Cibeber 9 = Cidaun 10 = Cibinong 11 = Pacet 12 = Sukaresmi 13 = Naringgul 14 = Takokak 15 = Argabinta 16 = Sindangbarang 17 = Sukanagara 18 = Campaka 19 = Cilaku 20 = Cianjur 21 = Karangtengah 22 = Tanggeung 23 = Kadudampak 24 = Warungkondang