Studi Deskriptif Mengenai Profil Kompetensi Pada Mahasiswa Psikologi Angkatan 2007 di Universitas "X" Kota Bandung (Penelitian Mengenai Kompetensi Berdasarkan Teori Student Development Menurut Arthur W. Chickering).
iii Universitas Kristen Maranatha Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai profil kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 di Universitas “X” Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.
Penelitian ini dilaksanakan pada responden yang sedang berada pada tahap perkembangan dewasa awal (dengan rentang usia 20-24 tahun) dan tidak pernah mengambil cuti kuliah. Total responden berjumlah 153 orang.
Alat ukur disusun berdasarkan teori kompetensi dari Arthur Chickering, dengan 49 item berskala semantic differential yang dikonstruksi oleh peneliti. Alat ukur kompetensi terdiri dari kuesioner level of competence dan sense of competence. Perhitungan validitas item-item pada level of competence dengan uji spearman berkisar antara 0,3272 sampai 0,7271, pada sense of competence berkisar antara 0,0880 sampai 0,7073. Perhitungan reliabilitas menggunakan alpha cronbach menunjukkan hasil 0,913 pada kompetensi intelektual, 0,658 pada kompetensi fisik-manual, dan 0,932 pada kompetensi interpersonal.
Hasil penelitian menunjukkan pada kompetensi intelektual paling banyak (40,5%) mahasiswa yang memiliki profil level of intellectual competence tinggi - sense of intellectual competence tinggi. Pada kompetensi fisik dan manual paling banyak (45,8%) mahasiswa yang memiliki level of physical and manual competence tinggi - sense of physical and manual competence tinggi. Pada kompetensi interpersonal paling banyak (43,8%) mahasiswa memiliki level of interpersonal competence rendah - sense of interpersonal competence rendah.
Kesimpulan yang diperoleh adalah profil kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 bervariasi dan hanya sebagian mahasiswa yang memiliki level of competence-sense of competence tinggi pada ketiga aspek kompetensi. Saran agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal pada mahasiswa. Bagi pihak fakultas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kegiatan yang dapat mengembangkan kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal mahasiswa.
(2)
iv Universitas Kristen Maranatha Abstract
This research is performed in order to achieve the representation of
competence profile of the university student of Psychology 2007 from “X” University
in Bandung. The selection of the sample used a purposive sampling method and a method that is used for this research is descriptive research method. This research is done on the respondents who are on the early adulthood (within the age of 20-24) and they never leave the college in the middle of their study. The total number of the respondents is 153.
The measurement device is made based on the competence theory from Arthur Chickering with 49 items, differential semantic scaled by the researcher. The measurement device of competence consists of level of competence questionnaire and sense of competence. The counting of validity of the items on the level of competence uses spearman testing is about 0,3272 until 0,7271, and on the sense of competence is about 0,0880 until 0,7073. The counting of reliability used alpha cronbach showing the result which is 0,913 on the intellectual competence, 0,658 on the psysical-manual competence, and 0,932 on the interpersonal competence.
The result of the research showing that the highest intellectual competence (40,5%) the students who possess a high profile level of intellectual competence-high level of sense of intellectual competence. In addition, the highest level of physical and manual competence (45,8%) the students who possess a high level of physical and manual competence – high level of sense of physical and manual. On the highest interpersonal competence (43,8%) the students who possess low level of interpersonal competence- low sense of interpersonal competence.
In conclusion, the competence profile of the 2007 psychology students of “X”
university is vary and only half of the students have a high level of competence-sense of competence on three aspects of competence. So, I suggest that further research
about the effect of the factors which related to the students’ intellectual, physical -manual, and interpersonal competence is performed. For the faculty own benefit, this research can be applied as a consideration for arranging some activities that can be
used to develop students’ intellectual, physical-manual, and interpersonal competence.
(3)
viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………. i
LEMBAR PENGESAHAN………... ii
ABSTRAK………. iii
ABSTRACT………... iv
KATA PENGANTAR……….. v
DAFTAR ISI………. viii
DAFTAR TABEL………. xiii
DAFTAR BAGAN……….... xiv
DAFTRA LAMPIRAN………. xv
BAB I PENDALUHUAN………...……. 1
1.1Latar Belakang Masalah……….. 1
1.2Identifikasi Masalah……… 8
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian……….8
1.3.1 Maksud Penelitian………... 8
1.3.2 Tujuan Penelitian………... 9
1.4Kegunaan Penelitian……… 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis………... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis……….. 9
(4)
ix Universitas Kristen Maranatha
1.6Asumsi……….………… 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 17
2.1 Perkembangan Identitas……….. 17
2.1.1 Pengenalan……….. 17
2.1.2 Chickering’s Seven Vectors……… 18
2.2 Kompetensi……….. 21
2.2.1 Definisi Kompetensi………... 21
2.2.2 Aspek Kompetensi (Level Of Competence )………... 22
2.2.2.1 Kompetensi Intelektual………... 22
2.2.2.2 Kompetensi Fisik dan Manual……… 25
2.2.2.3 Kompetensi Interpersonal………... 25
2.2.3 Sense Of Competence……….. 27
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi………... 29
2.2.4.1 Institutional Size………. 29
2.2.4.2 Clear and Consistent Institutional Objectives…… 30
2.2.4.3 Student-Faculty Relationship……….. 30
2.2.4.4 Curriculum……….. 31
2.2.4.5 Teaching……….. 32
2.2.4.6 Friendship and Student Cmmunities………32
2.2.4.7 Student Development Program ans Services…….. 34
2.3 Dewasa Awal………... 34
(5)
x Universitas Kristen Maranatha 2.3.2 Pengaruh Faktor-faktor Gaya Hidup Terhadap Kesehatan 35
2.3.3 Fungsi Intelektual……… .……. 36
2.3.4 Perkembangan Kognitif……….. 37
2.3.5 Pengalaman Perkuliahan………... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………... 38
3.2 Bagan Rancangan Penelitian………38
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….. 39
3.3.1 Variabel Penelitian……… 39
3.3.2 Definisi Konseptual……….. 39
3.3.3 Definisi Operasional………. 40
3.4 Alat Ukur………. 42
3.4.1 Alat Ukur Kompetensi……….. 42
3.4.2 Sistem Penilaian……… 44
3.4.2.1 Penilaian Untuk Kompetensi Intelektual….. 45
3.4.2.2 Penilaian Untuk Kompetensi Fisik-Manual... 45
3.4.2.3 Penilaian Untuk Kompetensi Interpersonal... 46
3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang………. 46
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………... 47
3.4.4.1 Validitas Alat Ukur……… 47
3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur……… 48
(6)
xi Universitas Kristen Maranatha
3.5.1 Populasi Sasaran………... 49
3.5.2 Karakteristik Sampel……… 49
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………. 50
3.6 Teknik Analisis Data………50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……… 52
4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………. 52
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah SKS yang Telah Ditempuh……… 53
4.1.3 Hasil Pengukuran Level Of Competence dan Sense Of Competence……….. 53
4.1.4 Hasil Pengukuran Level Of Physical-Manual Competence dan Sense Of Physical-Manual Competence………… 54
4.1.5 Hasil Pengukuran Level Of Interpersonal Competence dan Sense Of Interpersonal Competence……….. 55
4.2 Pembahasan………. 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….. 69
(7)
xii Universitas Kristen Maranatha
5.2.1 Saran Teoritis……… 71
5.2.2 Saran Praktis………. 72
DAFTAR PUSTAKA……… 73
DAFTAR RUJUKAN……… 74
(8)
xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur………..…….... 42 Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia……….. 52 Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah SKS yang Telah
Ditempuh………... 53 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Level Of Competence dan Sense
Of Competence……….. 53
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Level Of Physical-Manual Competence dan Sense Of Physical-Manual Competence………...……... 54 Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Level Of Interpersonal Competence dan Sense Of
(9)
xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan Kerangka Pikir ………...16
(10)
xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 (Kuesioner Survey Awal)………... 76
Lampiran 2 (Kuesioner Pengambilan Data)……….. 79
Lampiran 3 (Kisi-Kisi Alat Ukur)……….. 92
Lampiran 4 (Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur)………... 99
(11)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
United Nation Development Programme (UNDP) telah mengeluarkan kalkulasi penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2008 pada tanggal 18 Desember 2008. Indonesia berada pada peringkat ke-109 dari 179 negara (Medium Human Development). Peringkat Indonesia berada jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Brunei Darussalam (27), Singapura (28), dan Malaysia (63) yang berada pada kategori IPM Tinggi (Peringkat 1 s.d 75). Sedangkan pada kategori menengah Indonesia berada di bawah Thailand (81) dan Philipina (102) (www.depok.go.id/17/02/2009). Melihat kondisi yang seperti itu dapat dikatakan bahwa kualitas SDM di Indonesia belum cukup memuaskan.
Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan era globalisasi dunia seperti sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat sehingga semakin pula dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Semakin berkembangnya kemajuan teknologi dan informasi pada masa sekarang ini, membutuhkan individu yang mampu menangani berbagai masalah yang dihadapi dengan sebaik dan setepat mungkin. Oleh karena itu, yang menjadi perhatian dalam menghadapi kemajuan zaman, teknologi, dan informasi adalah faktor sumber daya manusia yang berkualitas.
Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan seharusnya menjadi alat untuk membebaskan manusia
(12)
2
Universitas Kristen Maranatha dari perbudakan ketidaktahuan menuju pada pencerahan akal budi dan pengetahuan. Untuk itulah dalam GBHN 1998 hal ini dirumuskan sebagai berikut,
“Peningkatan kualitas SDM sebagai pelaku utama pembangunan yang mempunyai
kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan tetap dilandasi oleh motivasi serta kendali keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Globalisasi makin mendorong peluang terbukanya pasar internasional; bagi produk barang dan jasa
(pendidikan)” (jurnal.pdii.lipi.go.id).
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu” (www.ditpertais.net/31/03/2006). Kemudian Robert A. Roe (2001) juga mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu: Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by doing. Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas atau peran, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan (elsimasihombing.blogspot.com/31/3/2009).
(13)
3
Universitas Kristen Maranatha Menurut Chickering (1993:213), institusi pendidikan tinggi berperan serta dalam mengembangkan kompetensi lainnya selain kompetensi intelektual mahasiswa. Kehidupan mahasiswa dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu masuk (moving in), lalu menjalani (moving through), dan terakhir adalah keluar (moving on) (Chickering and Schlosberg, 1995:31). Tahap moving in, adalah masa ketika seseorang sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan ke salah satu perguruan tinggi tertentu, dan juga masa ketika seorang mahasiswa baru berusaha untuk beradaptasi dengan situasi lingkungan yang baru. Pada tahap ini, kejelasan mengenai hal-hal yang ingin diperoleh dari perguruan tinggi akan membantu individu dalam membuat rencana, sehingga dapat mengelola waktu dan energi secara lebih sistematik untuk mencapai tujuan yang direncanakan tersebut. Seseorang yang sudah memasuki tahap moving through, membutuhkan konsep-konsep dan orientasi agar berhasil menempuh proses belajar yang berkelanjutan. Masa ini adalah masa ketika mereka sedang berusaha untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tahap moving on adalah tahap ketika seseorang perlu mulai beradaptasi dengan kehidupan setelah perguruan tinggi. Tahap ini dimulai pada saat seseorang berada pada tahap akhir studinya dan perlu merencanakan kehidupan selanjutnya. Proses transisi yang lancar dapat dilalui jika ada kejelasan melalui rencana hidup, karier, pendidikan, keluarga, dan tanggung jawab dalam keluarga, serta tantangan yang mungkin dihadapi di masa depan (Chickering dan Schlosberg, 1995:31).
Salah satu bagian dari teori Chickering dalam tahap moving in adalah mengenai developing competence. Di dalam developing competence, individu
(14)
4
Universitas Kristen Maranatha perlu mengembangkan keterampilan (level of competence) dan kepercayaan diri (sense of competence) dalam hal kemampuan intelektual, fisik dan manual, serta hubungan antar pribadi (interpersonal). Dalam kompetensi intelektual mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyampaikan gagasan baik tertulis maupun lisan, mampu berpikir konseptual dan kritis menanggapi suatu hal. Kompetensi fisik-manual bersangkutan dengan menjaga kesehatan tubuh untuk kinerja yang tinggi, mengekspresikan diri, dan memiliki kreatifitas. Sedangkan kompetensi interpersonal adalah keahlian dalam berkomunikasi, memahami orang lain, dan berkolaborasi dengan orang lain.
Berdasarkan teori Chickering (Chickering & Reisser, 1993), developing competence berada pada tahap awal mahasiswa masuk ke perguruan tinggi (moving in). Sudah semestinya pada saat awal mahasiswa masuk ke perguruan tinggi, mereka telah memiliki ketiga kompetensi tersebut guna memudahkan mereka dalam beradaptasi dalam dunia perguruan tinggi. Selain itu semakin mahasiswa menduduki tingkatan yang lebih tinggi maka semakin berkembang pula kompetensi yang mereka miliki. Jika terjadi hambatan pada tahap perkembangan kompetensi akan berpengaruh pada tahap perkembangan mahasiswa selanjutnya yaitu pada tahap moving through dan moving on. Mahasiswa akan kesulitan untuk menemukan identitasnya, menentukan tujuan dan integritas nya pada saat tahap akhir perkuliahannya.
Kompetensi yang telah dijelaskan di atas penting dimiliki oleh mahasiswa psikologi. Mahasiswa psikologi perlu memiliki kemampuan berkomunikasi, memiliki perasaan yang peka dan berempati, teliti dan suka meneliti, memiliki
(15)
5
Universitas Kristen Maranatha kemampuan menulis, melogika dan menganalisis, serta berpikir dan bertindak secara rasional (myinfo-dhynamis.blogspot.com). Kemampuan-kemampuan tersebut juga diperlukan untuk dapat merealisasikan tujuan pendidikan dari fakultas Psikologi di Universitas “X” Kota Bandung, yaitu menghasilkan Sarjana Psikologi yang dapat memahami proses dasar psikologi dan juga melakukan penilaian (assessment) psikologi sehingga dapat mengintepretasikan tingkah laku manusia, baik perorangan maupun kelompok sesuai kaidah-kaidah psikologi.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada mahasiswa psikologi angkatan 2007 di Universitas “X” Kota Bandung. Diketahui bahwa terdapat mahasiswa yang kesulitan dalam mengikuti perkuliahan, hal ini terbukti dari banyaknya mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah tertentu sehingga harus mengulang dengan mengambil mata kuliah tersebut di semester bawah. Dalam hal kompetensi intelektual, terdapat mahasiswa yang cenderung menerima materi perkuliahan secara pasif tanpa kritis menanggapinya. Mereka hanya menghafal materi tanpa memahami lebih dalam, padahal mahasiswa psikologi diharapkan untuk memiliki kemampuan analisis dan mampu berpikir konseptual guna memahami kepribadian manusia. Dari 10 mahasiswa yang diwawancara secara singkat, sebanyak 5 mahasiswa mengaku lebih banyak menghafal materi perkuliahan tanpa memahami dan menerima secara kritis. Mereka mengaku tidak mencari sumber-sumber lain untuk memastikan kebenaran akan materi yang telah mereka pelajari. Mereka pun mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau menyusun laporan kepribadian karena membutuhkan kemampuan analisis sintesis dan interpretasi. Dalam hal kompetensi fisik-manual, terdapat mahasiswa yang
(16)
6
Universitas Kristen Maranatha kurang dapat menjaga kondisi kesehatan tubuhnya sehingga menyebabkan mereka tidak dapat mengikuti perkuliahan dengan lancar dikarenakan jatuh sakit. Padahal
peraturan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung mewajibkan para mahasiswanya untuk hadir 100% dalam mata kuliah praktikum. Dalam hal kompetensi interpersonal, ditemui mahasiswa yang kurang dapat menjalin relasi dengan orang lain dan mengaku sulit berempati.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti menyebarkan angket penilaian pribadi (self assessment) yang diadaptasi dari kuesioner Chickering pada 50 mahasiswa angkatan 2007. Diketahui bahwa, sebanyak 54% (27 mahasiswa) menilai dirinya tinggi dalam kemampuan berpikir kritis dan mereka merasa percaya diri terhadap kemampuan tersebut, sedangkan 46% lainnya (23 mahasiswa) menilai dirinya rendah dan kurang percaya diri. Sebanyak 52% (26 mahasiswa) menilai dirinya tinggi dan merasa percaya diri dalam kemampuan mengambil keputusan berdasarkan akal sehat, sedangkan 48% (24 mahasiswa) menillai dirinya rendah dan kurang percaya diri dalam kemampuan tersebut. Dilihat dari hasil survey tersebut, masih banyak mahasiswa yang menilai bahwa mereka memiliki kompetensi intelektual yang rendah padahal mereka sudah berada di tingkat akhir yang mana sebaiknya telah memiliki kompetensi intelektual yang tinggi untuk dapat menggunakan ilmu psikologi pada saat
“terjun” ke masyarakat dalam mengintepretasikan tingkah laku manusia.
Sebanyak 62% (31 mahasiswa) menilai tinggi dan merasa percaya diri terhadap kebugaran fisiknya, sedangkan 38% (19 mahasiswa) menilai rendah dan kurang percaya diri. Sebanyak 48% (24 mahasiswa) menilai tinggi dan percaya
(17)
7
Universitas Kristen Maranatha diri dalam pola makan yang sehat, sedangkan 52% (26 mahasiswa) menilai rendah. Berdasarkan data tersebut peneliti melakukan wawancara mengenai olahraga dan pola makan yang sehat kepada 5 mahasiswa. Dua mahasiswa mengaku malas berolah raga karena mereka tidak suka berolah raga dan 3 mahasiswa mengaku tidak sempat meluangkan waktu untuk berolah raga karena aktivitas mereka padat. Dua mahasiswa beralasan bahwa mereka adalah anak kos dan makan seadanya saja sehingga tidak memiliki pola makan yang sehat, kemudian 3 mahasiswa lagi beralasan bahwa aktivitas mereka yang padat terkadang membuat mereka terlambat makan. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan mahasiswa mengaku kurang memperhatikan jadwal makan dan kandungan nutrisi yang seimbang dari makanan yang mereka makan. Mereka pun mengaku jarang berolah raga karena aktivitas mereka yang padat sehingga sulit meluangkan waktu untuk berolah raga.
Sebanyak 84% (42 mahasiswa) menilai dirinya mampu dan percaya diri dalam memulai pembicaraan dengan orang baru, sedangkan 16% (8 mahasiswa) menilai dirinya rendah dan kurang percaya diri dalam kemampuan tersebut. Sebanyak 90% (45 mahasiswa) menilai dirinya tinggi dan merasa percaya diri dalam kemampuan berempati dengan orang lain, sedangkan hanya 10% (5 mahasiswa) yang menilai dirinya rendah dan kurang percaya diri. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi Universitas “X” kebanyakan menilai kompetensi interpersonal mereka tinggi walaupun ada sebagian kecil yang rendah.
(18)
8
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan uraian di atas terlihat adanya variasi tingkat kompetensi di antara mahasiswa. Kemudian hasil survey awal menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa memiliki kompetensi yang rendah padahal mereka sudah berada di tingkat akhir. Chickering menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkatan mahasiswa maka kompetensinya pun akan semakin tinggi karena kompetensi sudah dikembangkan sejak awal masuk kuliah (tingkat I) (Chickering & Reisser, 1993). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai profil
kompetensi pada mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X”
Kota Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana profil kompetensi dari mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” kota Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran mengenai profil kompetensi mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” Kota Bandung berdasarkan teori student development dari Arthur W. Chickering.
(19)
9
Universitas Kristen Maranatha
1.3.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui profil kompetensi yang diukur berdasarkan level of competence dan sense of competence mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” kota Bandung, dilihat dari aspek kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal. Kemudian mengetahui keterkaitan antara profil kompetensi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya .
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.2 KegunaanTeoretis
1. Memberikan masukan informasi bagi Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan mengenai profil kompetensi mahasiswa.
2. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai profil kompetensi.
1.4.3 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada fakultas, khususnya pada bagian akademik dan kemahasiswaan agar dapat menindaklanjuti permasalahan yang berkaitan dengan kompetensi sehingga kompetensi mahasiswa dapat lebih dikembangkan.
(20)
10
Universitas Kristen Maranatha
1.5 Kerangka Pemikiran
Mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” Kota Bandung berada pada tahap dewasa muda yang rata-rata usianya berkisar antara 20-24 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (dalam Dariyo, 2004), pada tahap ini mereka sedang berada pada masa transisi fisik, transisi intelektual, dan transisi peran sosial. Pada masa transisi fisik, mahasiswa sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (mature). Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Mereka dapat bertanggung jawab untuk dirinya sendiri atau pun orang lain. Menurut Piaget (dalam Dariyo, 2004), kapasitas kognitif dewasa awal tergolong pada tahap operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai tahap post-operational formal. Pada tahap ini, mahasiswa mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Pada transisi peran sosial, mahasiswa dapat melakukan relasi yang lebih mendalam dengan lawan jenisnya (dating). Jika mereka berhasil melakukan tugas-tugas perkembangan pada tahap tersebut akan menunjang mereka dalam membentuk kompetensi intelektual, fisik-manual, dan interpersonal.
Kompetensi menurut Arthur Chickering (1993) merupakan kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan (level of competence) dan kepercayaan diri (sense of competence) dalam hal kemampuan intelektual, fisik dan manual, serta hubungan antar pribadi (interpersonal). Kompetensi intelektual menyangkut penggunaan kemampuan pikiran untuk mengerti, merefleksi,
(21)
11
Universitas Kristen Maranatha menganalisa, mensintesa, dan menginterpretasi. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan untuk menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tertulis serta berpikir kritis dan konseptual. Kompetensi fisik-manual berhubungan dengan kemampuan menjaga kesehatan tubuh dan kemampuan kreatifitas. Sedangkan kompetensi interpersonal adalah keahlian dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan yang lain. Kompetensi ini berkaitan dengan keterampilan berempati dengan orang lain, memahami bahasa tubuh orang lain, menerima orang lain apa adanya, serta dapat mengontrol emosi.
Kompetensi-kompetensi tersebut sangat dibutuhkan oleh mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kota Bandung dalam menjalankan perkuliahan sampai lulus sarjana hingga masuk ke dalam dunia kerja. Kompetensi merupakan salah faktor guna mencapai tujuan atau kesuksesan. Kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 dapat dilihat dari level of competence dan sense of competence. Level of competence berarti seberapa tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa psikologi angkatan 2007 berdasarkan penilaian mereka terhadap kemampuan atau keterampilan yang mereka miliki. Sedangkan sense of competence didasarkan pada seberapa tinggi tingkat kepuasan dan rasa percaya diri mahasiswa psikologi angkatan 2007 terhadap kemampuan atau keterampilan yang dimilikinya.
Dalam hal kompetensi intelektual, mahasiswa psikologi angkatan 2007 yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence tinggi berarti mereka menilai bahwa mereka mampu berpikir kritis dan konseptual serta mereka pun merasa puas dan percaya diri akan kompetensinya tersebut. Mahasiswa yang
(22)
12
Universitas Kristen Maranatha memiliki level of competence tinggi-sense of competence rendah berarti mereka menilai bahwa mereka mampu berpikir kritis dan konseptual namun mereka merasa tidak puas dan percaya diri terhadap kemampuannya tersebut. Mahasiswa yang memiliki level of competence rendah-sense of competence tinggi, mereka menilai bahwa mereka kurang mampu berpikir kritis dan konseptual namun mereka merasa puas dan percaya diri terhadap kemampuan yang mereka miliki tersebut. Sedangkan mahasiswa yang memiliki level of competence rendah-sense of competence rendah, mereka menilai bahwa mereka kurang mampu berpikir kritis dan konseptual serta mereka kurang merasa puas dan percaya diri akan kompetensinya tersebut.
Dalam hal kompetensi fisik dan manual, mahasiswa psikologi angkatan 2007 yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence yang tinggi, mereka menilai bahwa mereka mampu menjaga kebugaran fisik atau kesehatan tubuh dan memiliki kreatifitas serta mereka pun merasa puas dan percaya diri akan kemampuan tersebut. Mahasiswa yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence rendah berarti mereka menilai bahwa mereka mampu menjaga kebugaran fisik atau kesehatan tubuh dan memiliki kreatifitas namun mereka merasa kurang puas dan percaya diri akan kemampuan tersebut. Mahasiswa yang memiliki level of competence rendah-sense of competence tinggi berarti mereka menilai bahwa mereka kurang mampu menjaga kebugaran fisik atau kesehatan tubuh dan kurang memiliki kreatifitas namun mereka merasa puas dan percaya diri akan kemampuan tersebut. Sedangkan mahasiswa yang memiliki level of competence rendah-sense of competence rendah, mereka menilai bahwa
(23)
13
Universitas Kristen Maranatha mereka kurang mampu menjaga kebugaran fisik atau kesehatan tubuh dan kurang memiliki kreatifitas serta mereka pun merasa kurang puas dan percaya diri terhadap kemampuan tersebut.
Dalam hal kompetensi interpersonal, mahasiswa psikologi angkatan 2007 yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence tinggi bearti mereka menilai bahwa mereka mampu berelasi dan berempati dengan orang lain serta mereka pun merasa puas dan percaya diri terhadap kemampuan tersebut. Mahasiswa yang memiliki level of competence tinggi-sense of competence rendah berarti mereka menilai bahwa mereka mampu berelasi dan berempati dengan orang lain namun mereka merasa kurang puas dan percaya diri terhadap kemampuan tersebut. Mahasiswa yang memiliki level of competence rendah-sense of competence tinggi berarti mereka menilai bahwa mereka kurang mampu berelasi dan berempati dengan orang lain namun mereka merasa puas dan percaya diri akan terhadap kemampuan tersebut. Sedangkan mahasiswa yang memiliki level of competence rendah-sense of competence rendah, mereka kurang mampu berelasi dan berempati dengan orang lain serta mereka pun merasa kurang puas dan percaya diri terhadap kemampuan tersebut.
Mahasiswa psikologi angkatan 2007 memiliki profil kompetensi yang berbeda-beda yang diukur melalui level of competence dan sense of competence. Tinggi rendahnya level of competence dan sense of competence yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi angkatan 2007 Universitas “X” dapat berkaitan dengan tujuh faktor, yaitu institutional size, clear and consistent institutional objectives, student-faculty relationship, curriculum, teaching, friendship and student
(24)
14
Universitas Kristen Maranatha communities, dan student development program and services (Chickering & Reisser, 1993).
Institusi yang berukuran terlalu besar akan menurunkan perkembangan kompetensi dan hubungan personal. Institusi yang jelas akan membuat individu secara sadar untuk menyesuaikan diri pada tujuan tersebut, misalnya dengan cara mengkoreksi diri dan mengubah perilaku yang tidak sesuai. Dari faktor student-faculty relationship, bahwa ketika staf pengajar Fakultas Psikologi di Universitas
”X” berpartisipasi untuk menciptakan kualitas pengalaman belajar, konsisten dalam menunjukkan rasa hormat, kepedulian, dan kebenaran, bersedia berinteraksi dengan mahasiswa di berbagai situasi, maka perkembangan kompetensi intelektual dan sense of competence mahasiswa akan meningkat. Pentingnya membangun hubungan antara mahasiswa dan dosen untuk menawarkan umpan balik pembelajaran yang spesifik dan konsisten, menyajikan informasi dengan keterampilan dan kejelasan, efektif dalam waktu dan cara belajar yang digunakan dalam kelas. Kekuatan kurikulum mendukung perkembangan kompetensi intelektual, kompetensi interpersonal, dan sense of competence mahasiswanya.
Dari faktor Teaching. Pengajaran yang baik dapat meningkatkan komunikasi antara mahasiswa dengan universitas, kerjasama antar mahasiswa, proses belajar aktif (active learning), pemberian feedback, memperbanyak waktu untuk penggalian bahan atau materi, mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menghargai adanya perbedaan talenta dan cara tiap individu dalam memahami sesuatu. Pengajaran yang baik tersebut secara kuat dapat meningkatkan kompetensi intelektual, kompetensi interpersonal, dan sense of competence (rasa
(25)
15
Universitas Kristen Maranatha kompetensi). Relasi persahabatan dengan teman terdekat dan partisipasi mahasiswa di dalam komunitas-komunitas mahasiswa dapat mempengaruhi perkembangan kompetensi mahasiswa di perkuliahan, baik kompetensi intelektual, fisik-manual, maupun interpersonal. Student development program and services bertanggungjawab untuk membantu mahasiswa dalam memasuki institusi dan juga mendukung proses pendidikan yang dijalani oleh mahasiswa dengan mengadakan konseling, perencanaan studi dan perencanaan karir.
(26)
16
Universitas Kristen Maranatha Kompetensi Intelektual
(Intellectual competence) Kompetensi Fisik-Manual (Physical and manual competence) Kompetensi Interpersonal (Interpersonal competence) Mahasiswa Angkatan 2007 Fakultas Psikologi Universitas “X” Kompetensi (Competence) Faktor-faktor yang mempengaruhi: Institutional Size
Clear and Consistent Institutional Objective
Student-Faculty Relationship Curriculum
Teaching
Friendship and Student Communities Student Development Programs and
Services
Level of Competence
Sense of Competence
Tinggi
Rendah Tinggi
(27)
17
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi
1. Mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di Universitas “X” Kota Bandung memiliki profil kompetensi yang berbeda-beda.
2. Kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa angkatan 2007 Fakultas
Psikologi di Universitas “X” Kota Bandung terdiri dari kompetensi
intelektual, fisik-manual, dan interpersonal.
3. Kompetensi mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di
Universitas “X” Kota Bandung dilihat melalui level of competence dan sense of competence.
4. Kompetensi mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi di
Universitas “X” Kota Bandung dipengaruhi oleh institutional size, clear and consistent institutional objectives, student-faculty relationship, curriculum, teaching, friendship and student communities, dan student development program and services.
5. Profil kompetensi adalah variasi dari tinggi rendahnya level of competence dan sense of competence.
(28)
69 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka didapat suatu gambaran mengenai kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 di universitas “X” kota Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada kompetensi intelektual (40,5%) mahasiswa yang memiliki profil level of
intellectual competence tinggi - sense of intellectual competence tinggi. Pada kompetensi fisik dan manual (45,8%) mahasiswa yang memiliki level of physical and manual competence tinggi - sense of physical and manual competence tinggi. Pada kompetensi interpersonal (43,8%) mahasiswa memiliki level of interpersonal competence rendah - sense of interpersonal competence rendah.
2. Terdapat 5 dari 7 faktor yang menunjukkan keterkaitan dengan kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal mahasiswa psikologi angkatan 2007 di universitas “X” Kota Bandung, yaitu clear and consistent institutional objectives, student-faculty relationship, curriculum, teaching, dan student development program and services.
3. Berdasarkan faktor clear and consistent institutional objectives, mahasiswa yang tidak dapat menginterpretasikan perilaku manusia lebih banyak (75%) memiliki level of intellectual competence dan level of interpersonal competence rendah.
(29)
70
Universitas Kristen Maranatha 4. Berdasarkan faktor student-faculty relationship, mahasiswa yang sering berkomunikasi dengan dosen dan mengaku memiliki kualitas hubungan yang bersahabat dengan dosen cenderung memiliki level of intellectual competence-sense of intellectual competence yang tinggi dibandingkan mahasiswa yang jarang berkomunikasi dengan dosen dan tidak memiliki kualitas hubungan yang bersahabat dengan dosen.
5. Berdasarkan faktor curriculum, mahasiswa yang menilai bahwa kurikulum tidak menambah pengetahuan mereka, cenderung (62,5%) memiliki sense of intellectual competence yang rendah. Mahasiswa yang menilai bahwa kurikulum tidak menambah keterampilan dan kepercayaan diri mereka di bidang psikologi, cenderung memiliki level of intellectual competence-sense of intellectual competence dan level of interpersonal competence yang rendah. 6. Berdasarkan faktor teaching, mahasiswa yang menilai bahwa dosen tidak
memberikan feedback, cenderung (64,4%) memiliki sense of intellectual competence yang rendah. Mahasiswa yang menilai bahwa dosen tidak melakukan kegiatan berdiskusi, cenderung memiliki sense of intellectual competence yang rendah dan sense of interpersonal competence yang rendah. 7. Berdasarkan faktor student development program and services, mahasiswa
yang pernah mengikuti student development program and services cenderung memiliki level of competence yang tinggi dalam ketiga aspek kompetensi serta cenderung memiliki sense of competence yang tinggi dalam kompetensi fisik-manual dan kompetensi interpersonal. Mahasiswa yang merasakan manfaat dari student development program and services cenderung memiliki level of
(30)
71
Universitas Kristen Maranatha
competence dan sense of competence yang tinggi pada kompetensi intelektual dan kompetensi fisik-manual. Mahasiswa yang menilai bahwa kegiatan senat tidak dapat mengembangkan diri mereka, cenderung memiliki level of interpersonal – sense of interpersonal yang rendah. Kemudian mahasiswa yang tidak pernah melakukan konsultasi untuk mengembangkan kompetensi mereka, cenderung memiliki level of competence dan sense of competence
yang rendah dalam kompetensi intelektual dan interpersonal.
5.2 Saran
Berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai profil kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 di universitas “X” kota Bandung, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, maka peneliti memandang perlu mengajukan beberapa saran.
5.2.1 Saran Teoritis
a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal pada mahasiswa.
b. Bagi mahasiswa, khususnya yang sedang mengontrak Usulan Penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan atau informasi dalam mengukur kompetensi mahasiswa khususnya dalam setting perkembangan dan pendidikan.
(31)
72
Universitas Kristen Maranatha c. Terdapat kekurangan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi manual sehingga menyulitkan peneliti dalam membuat item-item untuk menjaring data tersebut. Disarankan peneliti selanjutnya mencari infomasi lebih atau tambahan teori mengenai kompetensi manual.
5.2.2Saran Praktis
a. Bagi pihak fakultas, khususnya pada bagian akademik dan kemahasiswaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kegiatan yang dapat mengembangkan kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal mahasiswa.
b. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan cara pemberian feedback
dari dosen kepada mahasiswanya terhadap kelebihan dan kelemahan dari ketiga jenis kompetensi yang dimiliki.
(32)
73 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Chickering, A. The Seven Vectors: Theory To Practise.
Chickering, A & Reisser, L. 1993. Education and Identity. Second Edition. San
Fransisco : Jossey-Bass Publishers.
Chickering, A & Schlossberg, N. 2002. Getting Most Out Of College. Second Edition.
New Jersey: Prantice Hall.
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Friedenberg, L. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. Allyn and
Bacon.
Gulo, W. 2004. Metode Penelitian. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Gramedia.
Kumar, R. 1999. Research Methodology. New Delhi : Sage Publications.
Papalia, W. E, Olds, S. W & Feldman, R. D. 1998. Human Development.
Edisi ke-7. Boston: McGraw-Hill.
Santosa, Purbaya Budin Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan
SPSSS. Jogyakarta: Andi.
(33)
74 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Administrator. 2009. IPM Indonesia Berada pada Peringkat ke-109.
(www.depok.go.id, diakses Selasa, 17 Februari 2009).
Machasin, Ketua Badan Kajian Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
2010. Sarjana Menganggur, Salah Siapa? (www.riaupos.com, diakses 27
Februari 2010).
Rustam, Amrizal. 2007. Asesmen Tingkat Perkembangan Mahasiswa Berdasarkan
Teori 7 Vektor Chickering. Varadika, Vol 1.55-65.
(http:/www.eprints.ums.ac.id, diakses Juni 2007).
Tim Dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Pedoman Penulisan
Skripsi Sarjana. Edisi Revisi III. 2009. Baandung : Fakultas Psikologi Maranatha.
Winsolu. 2009. Pengertian Kompetensi. (www. my.opera.com, diakses 19 April
(1)
69 Universitas Kristen Maranatha 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka didapat suatu gambaran mengenai kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 di universitas “X” kota Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada kompetensi intelektual (40,5%) mahasiswa yang memiliki profil level of
intellectual competence tinggi - sense of intellectual competence tinggi. Pada kompetensi fisik dan manual (45,8%) mahasiswa yang memiliki level of physical and manual competence tinggi - sense of physical and manual competence tinggi. Pada kompetensi interpersonal (43,8%) mahasiswa memiliki level of interpersonal competence rendah - sense of interpersonal competence rendah.
2. Terdapat 5 dari 7 faktor yang menunjukkan keterkaitan dengan kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal mahasiswa psikologi angkatan 2007 di universitas “X” Kota Bandung, yaitu clear and consistent institutional objectives, student-faculty relationship, curriculum, teaching, dan student development program and services.
3. Berdasarkan faktor clear and consistent institutional objectives, mahasiswa yang tidak dapat menginterpretasikan perilaku manusia lebih banyak (75%) memiliki level of intellectual competence dan level of interpersonal competence rendah.
(2)
70
Universitas Kristen Maranatha 4. Berdasarkan faktor student-faculty relationship, mahasiswa yang sering berkomunikasi dengan dosen dan mengaku memiliki kualitas hubungan yang bersahabat dengan dosen cenderung memiliki level of intellectual competence-sense of intellectual competence yang tinggi dibandingkan mahasiswa yang jarang berkomunikasi dengan dosen dan tidak memiliki kualitas hubungan yang bersahabat dengan dosen.
5. Berdasarkan faktor curriculum, mahasiswa yang menilai bahwa kurikulum tidak menambah pengetahuan mereka, cenderung (62,5%) memiliki sense of intellectual competence yang rendah. Mahasiswa yang menilai bahwa kurikulum tidak menambah keterampilan dan kepercayaan diri mereka di bidang psikologi, cenderung memiliki level of intellectual competence-sense of intellectual competence dan level of interpersonal competence yang rendah. 6. Berdasarkan faktor teaching, mahasiswa yang menilai bahwa dosen tidak
memberikan feedback, cenderung (64,4%) memiliki sense of intellectual competence yang rendah. Mahasiswa yang menilai bahwa dosen tidak melakukan kegiatan berdiskusi, cenderung memiliki sense of intellectual competence yang rendah dan sense of interpersonal competence yang rendah. 7. Berdasarkan faktor student development program and services, mahasiswa
yang pernah mengikuti student development program and services cenderung memiliki level of competence yang tinggi dalam ketiga aspek kompetensi serta cenderung memiliki sense of competence yang tinggi dalam kompetensi fisik-manual dan kompetensi interpersonal. Mahasiswa yang merasakan manfaat dari student development program and services cenderung memiliki level of
(3)
Universitas Kristen Maranatha competence dan sense of competence yang tinggi pada kompetensi intelektual dan kompetensi fisik-manual. Mahasiswa yang menilai bahwa kegiatan senat tidak dapat mengembangkan diri mereka, cenderung memiliki level of interpersonal – sense of interpersonal yang rendah. Kemudian mahasiswa yang tidak pernah melakukan konsultasi untuk mengembangkan kompetensi mereka, cenderung memiliki level of competence dan sense of competence yang rendah dalam kompetensi intelektual dan interpersonal.
5.2 Saran
Berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai profil kompetensi mahasiswa psikologi angkatan 2007 di universitas “X” kota Bandung, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, maka peneliti memandang perlu mengajukan beberapa saran.
5.2.1 Saran Teoritis
a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal pada mahasiswa.
b. Bagi mahasiswa, khususnya yang sedang mengontrak Usulan Penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan atau informasi dalam mengukur kompetensi mahasiswa khususnya dalam setting perkembangan dan pendidikan.
(4)
72
Universitas Kristen Maranatha c. Terdapat kekurangan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi manual sehingga menyulitkan peneliti dalam membuat item-item untuk menjaring data tersebut. Disarankan peneliti selanjutnya mencari infomasi lebih atau tambahan teori mengenai kompetensi manual.
5.2.2Saran Praktis
a. Bagi pihak fakultas, khususnya pada bagian akademik dan kemahasiswaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kegiatan yang dapat mengembangkan kompetensi intelektual, kompetensi fisik-manual, dan kompetensi interpersonal mahasiswa.
b. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan cara pemberian feedback dari dosen kepada mahasiswanya terhadap kelebihan dan kelemahan dari ketiga jenis kompetensi yang dimiliki.
(5)
73 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Chickering, A. The Seven Vectors: Theory To Practise.
Chickering, A & Reisser, L. 1993. Education and Identity. Second Edition. San
Fransisco : Jossey-Bass Publishers.
Chickering, A & Schlossberg, N. 2002. Getting Most Out Of College. Second Edition.
New Jersey: Prantice Hall.
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Friedenberg, L. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. Allyn and
Bacon.
Gulo, W. 2004. Metode Penelitian. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Gramedia.
Kumar, R. 1999. Research Methodology. New Delhi : Sage Publications.
Papalia, W. E, Olds, S. W & Feldman, R. D. 1998. Human Development.
Edisi ke-7. Boston: McGraw-Hill.
Santosa, Purbaya Budin Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan
SPSSS. Jogyakarta: Andi.
(6)
74 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Administrator. 2009. IPM Indonesia Berada pada Peringkat ke-109.
(www.depok.go.id, diakses Selasa, 17 Februari 2009).
Machasin, Ketua Badan Kajian Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
2010. Sarjana Menganggur, Salah Siapa? (www.riaupos.com, diakses 27
Februari 2010).
Rustam, Amrizal. 2007. Asesmen Tingkat Perkembangan Mahasiswa Berdasarkan
Teori 7 Vektor Chickering. Varadika, Vol 1.55-65.
(http:/www.eprints.ums.ac.id, diakses Juni 2007).
Tim Dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Pedoman Penulisan
Skripsi Sarjana. Edisi Revisi III. 2009. Baandung : Fakultas Psikologi Maranatha.
Winsolu. 2009. Pengertian Kompetensi. (www. my.opera.com, diakses 19 April