MODEL PELATIHAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS ECO CAMPUS UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ARIF LINGKUNGAN: Studi di Universitas Pancabudi Medan.

(1)

MENINGKATKAN PERILAKU ARIF LINGKUNGAN

(Studi di Universitas Pancabudi Medan)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah

Promovendus

SYAIFUL BAHRI 0908869

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

HIDUP BERBASIS ECO CAMPUS UNTUK

MENINGKATKAN PERILAKU ARIF LINGKUNGAN

(Studi di Universitas Pancabudi Medan)

Oleh Syaiful Bahri

Sebuah desertasi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah

© Syaiful Bahri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA

DISERTASI :

Promotor merangkap ketua,

NIP : 195501011981011001

Kopromotor merangkap sekertaris

NIP : 194009051964031001

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Prof. Dr. Ihat Hatimah, M.PD NIP : 195404021980102001


(4)

ABSTRAK

Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan

Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya kepedulian mahasiswa terhadap kelestarian lingkungan hidup yang berdasarkan pengamatan peneliti masih adanya perilaku mahasiswa antara lain membuang sampah dan puntung rokok sembarangan, penggunaan air yang boros, parkir kendaraan sembarangan, merusak tanaman yang ada di kampus. Peneliti mencoba alternatif model pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) berbasis eco campus, maka perlu dibangun perilaku arif lingkungan mahasiswa. Bertolak dari kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi empirik pelatihan PLH berbasis eco campus yang dilaksanakan oleh Univ Pancabudi Medan, serta mengembangkan rancangan model pelatihan PLH berbasis eco campus, sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan mahasiswa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Pelatihan PLH berbasis eco campus, berdasarkan konsep dan terori yang dijadikan acuan dalam penelitian ini dari beberapa grand theory yang dikaji yaitu, hakekat PLH dalam konteks PLS, hakekat perilaku arif lingkungan, hakekat PLH berbasis eco campus termasuk teori pelatihan dan hakekat pendidikan tinggi.

Secara metodologis penelitian ini menggunakan prosedur research and development dengan desain ekperimen pre-test dan post-test yang diujicobakan pada kelompok tunggal (One-Group Pretest-Posttest Design), dan tidak menggunakan kelompok kontrol.

Hasil penelitian mendapat gambaran : Pertama, secara empirik telah terjadi ketidakseimbangan ekosistem dilingkungan kampus, penyebabnya yaitu rendahnya perilaku arif terhadap lingkungan yang dilakukan oleh mahasiswa dan belum terbentuknya sistem yang mampu membangun perilaku arif lingkungan. Kedua, secara konseptual model pelatihan PLH berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa yang dikembangkan dengan berpijak pada landasan teori, landasan yuridis dan landasan empiris, meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga, dengan dukungan berbagai pihak antara lain mahasiswa, Dosen, Dekan, dan tokoh masyarakat yang ada, sehingga model PLH berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa ini dapat diimplementasikan sesuai dengan harapan. Keempat, model yang dikembangkan setelah melalui implementasi menunjukkan hasil yang efektif dalam meningkatkan perilaku arif mahasiswa terhadap lingkungan.

Rekomendasi untuk pemerintah khusunya Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Sumut, perguruan tinggi terutama Univ Pancabudi dan mahasiswa perlu mensinergikan kemitraan dengan pelayanan PLS upaya mengembangkan model pelatihan PLH berbasis eco campus agar terbentuk perilaku arif lingkungan mahasiswa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Dapat disimpulkan bahwa model pelatihan PLH berbasis eco campus terbukti mampu meningkatkan perilaku arif mahasiswa. Hal ini memberi indikasi bahwa model tersebut dapat memberi masukan dan mendukung keberhasilan program PLH berbasis eco campus yang dikembangkan selama ini.


(5)

Kata Kunci: Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup, Eco Campus, Perilaku Arif Lingkungan

ABSTRACT

The Model Of Environmental Education Training With Eco Campus Based To Improve Wise Environmental Behavior

The research was motivated by the students lack awareness about the preservation of the environment. This was based on observations of the researcher behavior of the student include trash rubbish and cigarette butts littering anywhere, wasteful use of water, indiscriminate parking of vehicles, damaging existing plants on campus. The Researcher try alternative the model of environmental education training (PLH) with eco campus it is necessary to build wise environmentally behavior of students. Starting from these conditions, this study aimed to train students trough environmental education training (PLH) with eco campus based and develop design as well as efforts to improve the wise environmentally behavior so as to improve the welfare of students. The training of PLH with eco campus, based on concepts and theories are used as a reference in the study of some grand theory are, the nature of environmental education in the context of PLS, the nature wise environmental education (PLH) with eco campus based including training theory and the nature of higher education.

In this study using a procedure methodological research and development (research and development) with the experimental design of pre-test and post – test were tested in single group (one – group pretest – posttest design ), and did not use a control group.

The result got the describe: first, there has been an imbalance empirically ecosystem environment of the campus, the cause is less of wise behavior on the environment is done by the students and less of system that is able to built wise environmentally behavior. Second, the conceptual model of environmental education training to enhance with eco campus wise behavior of students who developed the basis of the theoretical basis, legal basis and empirical basis, including planning, implementation, and evaluation. Third, with the support of various parties including students, lecturers, and community leaders, so as the models of environmental education eco campus based to improve wise student behavior this can be impelemented in line with expectations. Fourth, the model developed after through implementation showed effective results in improving student behavior on the environment wisely.

Recommendations for goverment environmental control agency especially North Sumatra, especially Panca Budi University and student of college need to synergize partnerships with educational services outside of school efforts to develop a training model PLH base on eco campus that created an wise environmentally behavior of students so as to improve the quality of life. Students can be concluded that the model of environmental education training with eco campus can be proven to improve wise student behavior. In this indication that the model is able to provide input and support successful environmental education program based on eco campus developed over the years.


(6)

Key Word: Environmental Education Training, Eco Campus, Wise Environmental Behavior


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL DISERTASI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14


(8)

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

A. Hakekat Pelatihan ... 17

B. Hakekat Pendidikan Tinggi dalam Meningkatkan Kepedulian Lingkungan ... 21

C. Hakekat Perilaku Arif Lingkungan ... 31

D. Hakekat Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup ... 51

E. Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Konteks Pendidikan Luar Sekolah ... 67

F. Penelitian yang Relevan ... 72

G. Kerangka Pemikiran ... 76

BAB III METODE PENELITIAN ... 81

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 81

B. Desain Penelitian ... 82

C. Pendekatan dan Metode Penelitian... 87

D. Definisi Operasional ... 91

E. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data ... 93

F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 99

G. Analisis Data ... 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 115

A. Hasil Penelitian ... 115


(9)

xiii

C. Keterbatasan Penelitian ... 213

D. Temuan Penelitian ... 215

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 219

A. Simpulan ... 219

B. Rekomendasi ... 223

DAFTAR PUSTAKA ... 225

LAMPIRAN ... 234


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah makhluk sempurna dan yang paling dimuliakan oleh Pencipta-Nya, sebagai mahluk yang diberikan akal, perasaan dan kemampuan yang membedakan dengan mahluk lainnya. Manusia sejak keberadaannya dimuka bumi ini telah berinteraksi dengan lingkungannya, ketika manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber daya alam disekitarnya dan ketika bumi mampu memproses secara alamiah buangan/sisa yang dikeluarkan oleh manusia, tidak terjadi masalah yang dikhawatirkan, namun sejalan dengan perkembangan teknologi manusia dan peningkatan kebutuhan manusia, tampak permasalahan lingkungan menjadi semakin memprihatinkan.

Masalah lingkungan bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sangat erat hubungannya dengan masalah kependudukan dalam konteks penduduk dan pembangunan (Ananta, 1992; Mantra,2001; Moertopo, 1992). Dalam hal ini, kerusakan lingkungan tidak hanya sebagai akibat dari bertambahnya penduduk serta meningkatnya kebutuhan hidup. Terdapat proses lain yang menyertai yang menyebabkan menipisnya sumber daya alam menjadi jauh lebih parah.

Semakin meluasnya masalah lingkungan menyebabkan isu, perhatian, dan aktivitas lingkungan mulai diperkenalkan secara meluas sejak dasa warsa 1960-an. Puncaknya adalah pada dasa warsa 1970-an, yaitu dengan digelarnya The United Nation Conference on Human Environment di Stockholm oleh PBB pada tanggal 5 s/d 16 Juni 1972 (Sumaatmadja, 2001). Implementasi dari resolusi Stockholm adalah dibentuknya badan khusus yang membidangi permasalahan lingkungan oleh PBB yang dikenal dengan United Nations Environmental Programs (UNEP) yang bermarkas di Nairobi, Kenya (Soemarwoto, 2004 :1).

Namun demikian, satu setengah dasa warsa setelah dicetuskannya resolusi Stockholm (1987), Komisi Dunia untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan PBB dalam laporannya (Our Common Future) mengidentifikasi sejumlah gejala global yang mengancam eksistensi bumi (Astawa, 1999), di antaranya yang sangat


(11)

dikhawatirkan adalah rusaknya lapisan ozon, pemanasan global, hujan asam, dan pencemaran air laut oleh bahan berbahaya beracun (B3). Menurut Chiras seorang ahli lingkungan PBB dalam Astawa (1999) ancaman terhadap existensi bumi itu bisa terjadi karena gejolak filsafat manusia yang diterapkan hingga dewasa ini pada kehidupan nyata, di antaranya : (a) filsafat biological imprialism dan ajaran relegi yang menganjurkan beranak pinak tanpa batas; (b) filsafat I Versus not I dan tumbuhnya frontier mentality; (c) falsafah membangun dengan mengembangkan ilmu dan teknologi yang makin besar dan canggih; (d) falsafah bahwa manusia ada di atas alam dengan kemampuan berfikirnya dan anggapan bahwa sumber alam di bumi tidak terbatas, berlimpah; (e) falsafah ekonomi (bermodal minimal untuk meraih keuntungan maksimal dalam tempo yang sesingkat mungkin).

Menyadari paparan di atas dan memperhatikan hakikat pendidikan (Salam, 1997), maka dalam rangka menumbuh kembangkan sikap dan perilaku masyarakat yang berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup, peran pendidikan menjadi sangat penting. Dicanangkannya Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam pendidikan formal ataupun nonformal menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk berperan serta dalam mewujudkan eksistensi bumi sebagai dunia yang lestari melalui pendidikan.

Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan program yang dicanangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai tahun 1981. International Union for Conservation of Nature and Nature Resources (IUCN) memberikan batasan Pendidikan Lingkungan Hidup (dalam Sumaatmadja, 2001) sebagai berikut:

Environmental education is a process of recogniting values and clarifying concepts in order to develop the skills and attitudes that are necessary to understand and appreciate the interrelations among man, his culture and his biophysical surrounding. Environment education is also entails practise in dicision-making, and the self-formulation of code of behaviour about the issues concerning environmental quality.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang


(12)

diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup juga sangat beragam. Dikutip oleh Fadli. (2005) dalam http://timpakul.web.id/plh-4.html. [6 Oktober 2012], bahwa sesuai dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :

1. Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan, Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan 2. Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam

upaya pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan, Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan pengawasan

3. Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumber daya air, Pengelolaan sumber daya lahan, Pengelolaan sumber daya udara, Pengelolaan sumber daya laut dan pesisir, Energi dan sumber daya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati, dan Penataan ruang.

Pengertian dari istilah ”Pembangunan Berkelanjutan”, menurut UU No 32 tahun 2009 adalah

Upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi kedalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. (Siombo. 2012 : 57).


(13)

Sedangkan istilah ”Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

Lingkungan Hidup” dijelaskan dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu, telah dikenal pula istilah lingkungan dan pembangunan yang sebelumnya lebih popular dengan istilah ”Pembangunan

yang berwawasan lingkungan” sebagai pengertian dari “Eco-development”.

Pada tahun 1982 telah di susun Undang-Undang No. 14 Tahun 1982 (LN 1982 No. 12) dalam Yudhi dkk (2009:6), menjelaskan bahwa:

Ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan hidup secara terpadu dengan mengamanatkan keharusan untuk mengkaitkan pelaksanaan pembangunan dengan pengelolaan lingkungan hidup melalui apa yang dinamakan pembangunan berwawasan lingkungan, Undang-Undang ini mempunyai arti penting tersendiri, UU Lingkungan Hidup mengandung berbagai konsepsi dari pemikiran inovatif dibidang hukum lingkungan baik nasional maupun internasional yang mempunyai implikasi terhadap pembinaan hukum lingkungan Indonesia, sehingga perlu dikaji penyelesaiannya perundang-undangan lingkungan modern sebagai sistem keterpaduan.

Dalam pasal 4 huruf d Undang-Undang No 14 tahun 1982 dijelaskan bahwa salah satu tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah “Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan

mendatang”.

Sedangkan pengertian dari pembangunan berwawasan lingkungan dirumuskan dalam Undang-undang tahun 1982 pasal 1 No 13 yang menyatakan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan adalah “Upaya sadar dan terencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup”.

Maksud dari penggunaan dan pengelolaan sumber daya secara bijaksana, yaitu senantiasa memperhitungkan, mempertimbangkan dampak dari perlakuan dan tindakan terhadap lingkungan serta kemampuan sumber daya untuk mendukung pembangunan secara berkesinambungan. Ketentuan tersebut selain

menggunakan istilah “pembangunan berwawasan lingkungan” juga menggunakan istilah “pembangunan berkesinambungan” istilah yang disebutkan terakhir dapat juga dijadikan pedoman istilah “sustainable development” karena kata


(14)

makna yang sama. Hal yang ditegaskan kembali dalam pasal 3 tentang asas pengelolaan lingkungan hidup, Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa

“Pengelolaan Lingkungan Hidup Berazaskan Pelestarian Kemampuan Lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia”.

Seperti yang dikutip oleh Yudhi dkk (2009:7) dalam perkembangan selanjutnya UU No. 4 Tahun 1982 telah digantikan dengan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU No.23 Tahun 1997 tidak lagi diadakan pembedaan antara pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan pembangunan yang berkesinambungan seperti dikemukakan di atas akan tetapi UU ini menggunakan istilah baru lagi yaitu “Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Hidup”. Konsideran UU No. 23 Tahun 1997 menjelaskan alasan pentingnya “Pembangunan Berkelanjutan yang

Berwawasan Lingkungan Hidup” yang mempertimbangkan bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam UUD 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan amanat Pancasila, sehingga perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan (Wardhana. 2004 : 286).

Dalam UU No. 4 Tahun 1982 pasal 1 butir 3, dijelaskan rumusan tentang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup, dijelaskan dalam ketentuan bahwa pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. Selanjutnya dalam UU ini, ada perbedaan yang menjelaskan antara “asas

keberlanjutan” sebagai asas pengelolaan lingkungan hidup dan “pembangunan berwawasan lingkungan hidup” sebagai sistem pembangunan. Penjelasan tersebut dapat disimak dari pasal 3 yang menyatakan:

Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam


(15)

rangka pembangunan manusia Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Asas berkelanjutan mengandung makna setiap orang memikul kewajibannya dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu generasi, untuk terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab tersebut kemampuan lingkungan hidup harus dilestarikan.

Sebagai upaya pendidikan, dijelaskan dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan penegasan secara hukum bahwa pendidikan bertujuan untuk

Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Diknas, 2003 : 8).

Merujuk dari UU Sisdiknas tersebut, maka sebagai upaya memberikan pemahaman dan tanggungjawab lingkungan kepada individu, dilakukan melalui proses pendidikan, sejak pendidikan usia dini hingga orang dewasa. Pendidikan lingkungan hidup, sebagai upaya pelestarian dan menjaga ketahanan lingkungan tidak dilakukan perorangan atau golongan saja, melainkan seluruh aspek pranata sosial dan pendidikan ikut serta dalam mewujudkannya.

Sebagaimana tertuang dalam pasal 26 dan 27 di dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 tentang program pendidikan nonformal dan informal yang meliputi kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan, pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik (Diknas, 2003 : 18-20). Berdasarkan pada pasal tersebut, maka pendidikan kepemudaan merupakan program pendidikan nonformal yang mewadahi keminatan pemuda dengan berbagai programnya, sebagai potensi yang melandasi perhatian individu terhadap rangsangan lingkungan yang akan mengembangkan unsur-unsur mental psikologis dan sosiologis pemuda.

Lebih lanjut, mahasiswa sebagai pemuda yang memiliki karakter dinamis, kritis dan kreatif perlu diwadahi potensi dan kompetensi yang dimilikinya. Status


(16)

mahasiswa bukan berarti suatu identitas elit tanpa resiko, tapi status yang dihadapkan dengan berbagai penilaian dan tantangan, sehingga memerlukan kewaspadaan bagi penyandangnya. Setiap langkah yang dijalaninya mengandung konsekuensi bagi posisi masa depannya, rentan dengan informasi sebagai penentu perilaku dan pilihan menjalani kehidupannya. Potensi inilah yang perlu dikembangkan sebagai landasan perilaku arif terhadap lingkungan hidup sekitar mahasiswa. Jika dikaji secara teoritis, perubahan perilaku tersebut dapat diamati, seperti yang disampaikan oleh Munir (1996) mengemukakan, yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan PLH adalah tiga daya yang terdapat dalam diri sasaran didik yang secara resultan akan menimbulkan perilaku (yang dapat diamati) yaitu : a) daya individual yang sudah ada dalam diri seseorang atau individu (perhatikan Gestalt Theory dari W.Kohler), b) daya rangsangan terhadap seseorang yang ditanggapi (perhatikan Stimulus-Respons the Theory dari B.F.Skinner), c) daya pengulangan pengalaman yang enak/baik, dan menghindari pengalaman yang tidak enak/baik (Conditioning Theory dari James W).

Universitas sebagai wadah akademik mahasiswa, memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan dan perubahan sikap atau perilaku mahasiswa, terutama prilaku arif terhadap lingkungan. Universitas sebagai miniatur kehidupan sosial, memberikan pengalaman luas dalam berinteraksi, berorganisasi dan membangun kreativitas dan ide-ide mereka pada ranah bidang keahliannya, sehingga sangatlah penting PLH dibangun pada dimensi Perguruan Tinggi.

Beberapa Perguruan Tinggi telah banyak mengembangkan program-program PLH, seperti: 1) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya sebagai upaya dalam melakukan konsep sustanability, yang menyatakan bahwa kampus dapat dibandingkan dengan industri, sehingga kampus dapat dianggap memiliki standar yang sama dengan industri mengenai kesehatan manusia dan lingkungan. 2) Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, dengan menerapkan konsep eco-campus dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya, terutama mengubah kebiasaan mahasiswa untuk mencintai kampus dan lingungannya dengan menanamkan 3 pilar utama diantaranya kebijakan, perilaku civitas akademika, dan sarana prasarana mendukung lingkungan. 3) Universitas Pajajaran


(17)

(Unpad) Bandung, yang sedang mempersiapkan road map menuju eco-campus, dengan membangun suatu instrumen operasional dan praktik manajemen lingkungan yang baik didalam kampus atau dikenal dengan istilah Enviromental Management System (EMS) yang nantinya tertuang dalam Enviromental Management Plan (EMP). 4) Universitas Pendidikan Indonensia (UPI), merancang agenda eco campus sejak tahun 2010, yaitu mengembangkan konsep dasar Education for Sustainable Development (ESD) yang dapat dijadikan bahan dalam merancang desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi eco-campus di lingkungan universitas. 5) University of Brighton, yang telah merancang Enviromental Management System (EMS) dan skema penghargaan, karena mampu membantu universitas secara sistematis dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, mengelola dan meningkatkan prilaku arif terhadap lingkungan. Hal ini erat dengan ISO 14001 yang merupakan standar EMS internasional dan diterapkan di semua kegiatan Universitas. 6) The Chinese University of Hong Kong, memiliki luas kampus 137,3 hektar , dengan konsep kampus tidak hanya sebagai rumah bagi mahasiswa dan staf, tetapi juga segudang pohon, bunga, semak, kupu-kupu, burung, dan makhluk hidup lainnya yang mencakup banyak spesies langka dan berharga.

Universitas menghargai kekayaan alam yang unik dan berhati-hati dalam membangun keberlanjutan prilaku arif lingkungan, yaitu melalui kebijakan pelestarian pohon, menerapkan langkah-langkah penghematan energi dan menumbuhkan sikap arif atau peduli terhadap penghijauan, dan hidup harmonis dengan lingkungan adalah tema utama di Universitas ini. Berdasarkan gambaran umum tentang implementasi pengembangan PLH di Perguruan Tinggi di tingkat Nasional maupun Internasional tersebut, bahwa upaya dalam merubah prilaku arif terhadap lingkungan adalah melalui sistem manajemen lingkungan yang selalu berdampingan dengan ranah pendidikan maupun pelatihan.

Jika dikaitkan dengan Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), maka amat penting PLH sebagai landasan bagi mahasiswa untuk mencintai, menjaga dan melestarikan lingkungan. Mahasiswa sebagai pemuda penerus generasi bangsa, yang dinamis, kreatif, kritis dan idealis jangan sampai


(18)

kehilangan pijakan dan kecintaan dirinya terhadap lingkungan sekitar. Dimulai dengan miniatur sosialnya (kampus), sebagai bukti bahwa konsep PLH adalah strategi output/lulusan Perguruan Tinggi yang mendukung Pembangunan Berkelanjutan.

Hasil pengamatan secara umum di beberapa kampus perguruan tinggi ditemukan beberapa faktor yang berkaitan dengan perilaku arif lingkungan dalam memanfaatkan sumber daya di lingkungan kampus secara efektif dan efisien. Namun juga ditemukan beberapa perilaku kurang arif mahasiswa terhadap lingkungan kampus, diantaranya (1) penggunaan listrik dan air yang berlebihan atau tidak terkontrol; mahasiswa belum sepenuhnya menyadari pentingnya penghematan energi, (2) masih ditemukannya sampah-sampah yang berserakan (puntung rokok, bungkus makanan, dll) dikarenakan jumlah fasilitas tempat sampah masih kurang disertai dengan kesadaran mahasiswa yang kurang dan belum menjadi kebiasaan positif dalam memilah sampah organik dan nonorganik, (3) penggunaan kertas yang berlebihan dimana banyak hasil print out beberapa tugas mahasiswa yang begitu saja dibuang, padahal dapat dimanfaatkan untuk menyusun atau merancang draf makalah atau tugas mahasiswa, (4) belum ada event akbar tingkat universitas maupun fakultas dengan melibatkan mahasiswa untuk kerja bakti membersihkan lingkungan kampus, hanya dilakukan oleh staf dan office boy saja. Event akbar biasanya hanya dilakukan untuk menyambut hari-hari besar tertentu.

Kondisi warga di beberapa kampus di perguruan tinggi belum sepenuhnya menerapkan pemahaman mereka tentang lingkungan hidup, dikarenakan belum adanya peraturan yang baku untuk warga kampus itu sendiri, termasuk peraturan untuk mahasiswa itu sendiri, misalnya, papan peringatan dan fasilitas kebersihan lingkungan lainnya yang masih kurang.

Setelah melalui penelitian dan pengamatan, kondisi perilaku arif lingkungan mahasiswa di kampus Universitas Pancabudi sama halnya dengan kondisi perilaku arif lingkungan seperti yang telah diungkapkan. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian pada studi kasus di kampus Universitas Pancabudi.


(19)

Untuk menyikapi keadaan tersebut di atas, Universitas Pancabudi melakukan perubahan visi universitas menjadi Perguruan Tinggi yang terkemuka berbasis religius dalam mengembangkan IPTEK yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Salah satu misinya adalah melestarikan sumber daya alam dan lingkungan serta kehidupan sesuai dengan syariat Islam. Sumber daya manusia yang ada di Universitas Pancabudi terdiri dari 6.600 orang mahasiswa 360 orang dosen, dan 160 orang pegawai yang tersebar di 6 Fakultas dan 13 Program Studi dengan luas lahan 57.000 m2.

Untuk mendukung transisi visi dan misi kampus terhadap lingkungan hidup, maka diperlukan model yang kiranya mampu menumbuhkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa. Sehubungan dengan itu, Peneliti melakukan suatu penelitian dengan judul: Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus untuk Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan pada Mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan mahasiswa diperlukan suatu Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup yang merupakan suatu proses untuk membangun manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan secara keseluruhan. Dengan demikian segala masalah yang berkaitan dengan masyarakat tersebut akan teratasi oleh adanya manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerjasama baik secara individu maupun secara kolektif untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini dan mencegah timbulnya masalah baru (UNESCO : 1978) dikutip oleh Fadli (2005) dalam http://timpakul.web.id/plh-4.html [6 Oktober 2012].

Kegiatan manusia di lingkungan kampus Universitas Pancabudi terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan bertambahnya manusia (mahasiswa, tenaga kependidikan, dan pegawai) yang berada di kampus tersebut. Keadaaan ini menyebabkan beberapa masalah yang merupakan konsekuensi dari kegiatan


(20)

manusia seperti meningkatnya jumlah sampah dan penggunaan terhadap barang-barang yang digunakan sehari-hari seperti kertas, alat-alat tulis kantor, air, listrik, kampus yang tidak hijau dan tidak bersih. Oleh karena itu penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau, pengelolaan lingkungan hidup tersebut tidak bisa lepas dari pengelolaan gaya dan perilaku hidup mahasiswa dan masyarakat kampus.

Kebersihan lingkungan termasuk kampus Universitas Pancabudi Medan sangat dibutuhkan untuk memperlancar proses pendidikan memberi kesempatan kepada mahasiswa dan warga kampus memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap tanggung jawab dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan, kemudian dapat menciptakan pola baru perilaku individu, kelompok dan masyarakat ke arah lingkungan yang sehat, seimbang dan harmonis. Dari latar belakang persoalan tersebut, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Lemahnya pengetahuan setiap mahasiswa dan warga kampus untuk memperoleh berbagai pengalaman dan pemahaman dasar tentang lingkungan dan masalahnya. Ditunjukkan dalam penggunaan air yang tidak efisien atau boros artinya memakai air yang berlebihan dan setelah selesai tidak mau mematikan keran airnya mengakibatkan air mengalir terbuang begitu saja. Perilaku mahasiswa ini menurut pengamatan peneliti cukup besar yaitu 63% dari sample sebanyak 52 orang. Begitu pula pemakaian listrik yang berlebihan baik itu di dalam kelas padahal jika sebenarnya tidak perlu dinyalakan lampu karena ruangan cukup terang termasuk juga pemakaian AC. Dari pengamatan peneliti tidak ada yang mematikan aliran listrik dan AC tersebut (penggunaan harus disesuaikan dengan kebutuhan).

b. Kurang kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan dan masalahnya, sehingga masih ditemukan pelanggaran-pelanggaran lingkungan, hal ini diakibatkan belum tertanamnya rasa tanggungjawab. Misalnya sebagian besar mahasiswa ke kampus menggunakan kendaraan sepeda motor (roda dua), terlihat mahasiswa memarkirkan kendaraan tidak teratur atau sembarangan padahal tempat parkir kendaraan sepeda motor sudah di buat secara khusus


(21)

yang disediakan oleh lembaga perguruan tinggi, sebagian besar mahasiswa pria merokok di kampus terutama mereka duduk di kantin tetapi setelah merokok mereka membuang puntung rokok sembarangan, mereka kelihatannya malas untuk membuang puntung rokok padahal tempat sampah sudah disediakan ini menunjukkan perilaku kurangnya inisiatif mahasiswa untuk menjaga kebersihan.

c. Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) belum terintegrasi optimal dalam kajian perkuliahan ataupun kajian organisasi mahasiswa secara khusus. Masih kelihatan kurangnya pemahaman mahasiswa untuk menempatkan sampah yang organik dan non organik yang penting bagi mereka memasukkan saja ke bak sampah tanpa memilah mana sampah yang organik dan non organik.

d. Kebersihan lingkungan belum membudaya pada diri mahasiswa, padahal untuk membentuk kepribadian seseorang diperlukan perilaku yang konsisten yang menggambarkan penguatan pribadi.

e. Belum tergalinya emosi dalam diri, tidak semua sikap dipengaruhi oleh lingkungan atau pengalaman pribadi, namun belum menjadi pertahanan bagi dirinya dalam menyikapi lingkungan. Sifat egois yang tinggi menyebabkan hal tersebut, tidak memperdulikan orang lain dan dampaknya terhadap orang lain. f. Belum terciptanya iklim untuk belajar memahami konsep lingkungan yang terinternalisasi pada diri mahasiswa, kegiatan-kegiatan lingkungan hanya sebagai ceremonial belaka.

g. Konsep saling membelajarkan antar orgnaisasi dan antar civitas akademik belum menjadi iklim akademik yang kental sebagai upaya membentuk diri lebih konstruktif terhadap kepedulian lingkungan, biasanya terjadi ketika ceremonial besar saja misal: dalam memperingati 17 Agustus.

h. Adanya peningkatan kegiatan-kegiatan civitas akademika dan warga kampus sehingga meningkatnya sampah, penggunaan air, listrik, penggunaan barang-barang yang digunakan dan sumber daya.

i. Konsep Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang dimaknai selama ini oleh mahasiswa hanya sebatas menjaga lingkungan sekitar saja,


(22)

belum paham tentang hubungan Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dengan Efisiensi Sumber Daya (ESD).

j. Pendidikan lingkungan dan konservasi sumber daya alam yang dilaksanakan diperkuliahan, belum berdampak positif terhadap kepedulian lingkungan, karena yang diajarkan sebatas teori, terbukti semakin hari lingkungan semakin tidak terkontrol.

2. Perumusan Masalah

Atas dasar identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan masalah utama

penelitian ini adalah : “Bagaimana Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Eco Campus dalam Meningkatkan Perilaku Arif Lingkungan di Universitas Pancabudi Medan?”.

Untuk menjawab yang dirumuskan di atas diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana kondisi empirik Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus di Universitas Pancabudi Medan ?

b. Bagaimana model konseptual Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan ?

c. Bagaimana penerapan model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa Pancabudi Medan ?

d. Bagaimana efektivitas model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa Universitas Pancabudi ?

C. Tujuan Penelitian

Akhir dari penelitian ini adalah merancang dan menemukan sebuah model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang difokuskan pada pendidikan kepemudaan sebagai program pendidikan luar sekolah yang di implementasikan melalui Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) untuk


(23)

meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa Universitas Pancabudi Medan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang kondisi empirik Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus yang dilaksanakan di Universitas Pancabudi Medan.

2. Mengembangkan rancangan model konseptual Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan.

3. Mendeskripsikan hasil penerapan model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa Pancabudi Medan.

4. Memperoleh gambaran mengenai efektivitas model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa Universitas Pancabudi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis hasil dan temuan penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam mengembangkan keilmuan pendidikan luar sekolah, khususnya berkaitan dengan pengelolaan model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan, dengan demikian akan memperkuat dan memperkaya khasanah keilmuan pendidikan non formal dalam upaya pemberdayaan civitas akademik khususnya bagi mahasiswa sebagai sasaran pendidikan kepemudaan dalam pendidikan luar sekolah. Hasil penelitian ini juga akan memberikan manfaat tentang konsep Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang tidak semata-mata berisi muatan subtansi lingkungan saja, melainkan upaya pemahaman terhadap konsep pembangunan berkelanjutan, agar secara impelementatif memiliki upaya untuk menyikapi secara menyeluruh berbagai aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup melalui pemahaman dalam menghadapi tantangan


(24)

kehidupan esok yang dijalani secara individu, institusi maupun kelompok masyarakat. Sehingga, hasilnya adalah perubahan nilai, sikap dan tingkah laku berikut gaya hidup semua lapisan masyarakat menuju tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

2. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi perluasan pemberian layanan Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), tidak saja pada institusi sekolah dan masyarakat, namun di tingkat Perguruan Tinggi. Hasil pengembangan model pembelajaran ini dapat direflikasi dan didesiminasikan secara lebih luas kepada masyarakat sasaran program pendidikan kepemudaan, khususnya bagi mahasiswa dilingkungan perguruan tinggi. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi pelaksana, pengajar/instruktur, fasilitator, keluarga, serta pemerintah dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilannya untuk memberdayakan masyarakat agar mencintai dan melestarikan lingkungan demi masa depan dan cita-cita bangsa yang sehat.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Dalam penyusunan Disertasi ini penulis mengurutkan sistematika penulisan Disertasi yang terdiri atas :

BAB I, Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan permusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi disertasi.

BAB II, Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran yang berhubungan dengan masalah penelitian diantaranya: A) Hakekat Pelatihan, B) Hakekat Pendidikan Perguruan Tinggi dalam Meningkatkan Kepedulian Lingkungan, C) Hakekat Perilaku Arif Lingkungan, D) Hakekat Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup; E) Pelatiahan Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Konteks Pendidikan Luar Sekolah, F) Penelitian yang Relevan, G) Kerangka Pemikiran.

BAB III, Metodologi Penelitian, membahas beberapa komponen diantaranya: lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, defenisi


(25)

operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen penelitian dan analisis data.

BAB IV, Hasil penelitian dan pembahasan yang bertujuan untuk 1) Memperoleh gambaran tentang kondisi empirik Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup yang dilaksanakan di Universitas Pancabudi Medan. 2) Mengembangkan rancangan model konseptual Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. 3) Mendeskripsikan hasil implementasi model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa Pancabudi Medan. 4) Memperoleh gambaran mengenai efektivitas model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup untuk meningkatkan perilaku arif lingkungan pada mahasiswa Universitas Pancabudi.

BAB V, Kesimpulan dan Rekomendasi, yang membahas kesimpulan dari hasil penelitian dan beberapa rekomendasi yang patut diberikan berdasarkan penelitian.


(26)

81

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam melakukan R&D, Borg and Gall (1989,2003) menyatakan istilah lokasi dan subyek penelitian adalah merupakan objek dalam mengumpulkan data. Penelitian ini akan dilaksanakan di Universitas Pancabudi Medan. Pemilihan dan penetapan lokasi penelitan ini berdasarkan pertimbangan masih tingginya kasus lingkungan hidup dilingkungan kampus dan sekitar lingkungan kampus.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini berjumlah 52 orang, terdiri dari (1) Kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa (Ormawa) di Universitas Pancabudi Medan. (2) Kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi diluar kampus, (3) Kelompok mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup, (4) Dosen kemahasiswaan di 4 Fakultas di Universitas Pancabudi Medan dan (5) Dekan di 4 Fakultas di Universitas Pancabudi Medan.

Tabel 3.1

Jumlah Subjek Penelitian

No Responden Jumlah

1 Kelompok mahasiswa yang mengikuti ormawa di UNPAB

19 orang

2 Kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan diluar ormawa lingkungan di UNPAB

14 orang

3 Kelompok mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pendidikan lingkungan hidup

19 orang

Total 52 orang


(27)

Syaiful Bahri, 2013

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Universitas Pancabudi Medan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Pancabudi Medan b. Aktif berorganisasi di dalam maupun diluar kampus

c. Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah pendidikan lingkungan hidup d. Calon peserta pendidikan bersedia mengikuti program hingga selesai. e. Bersedia menjadi kader PLH dilingkungan kampus dan diluar

lingkungan kampus.

Subjek penelitian lainnya yang mendukung penelitian ini adalah pihak Dosen dan Dekan di UNPAB, diantaranya: dosen pembimbing kemahasiswaan 4 orang, dosen mata kuliah lingkungan hidup 2 orang dan dekan di 4 fakultas 4 orang, sehingga total 10 orang.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. Penelitian ini dilakukan uji coba instrumen penelitian. Pada tahap ini dilakukan penelitian secara siklus mulai dari penyusunan naskah model, uji coba model dan selanjutnya dilakukan verifikasi dan revisi. Pengujian ini mengharuskan sebuah skala/tes diuji dalam konteks sebenarnya, bila ditujukan sebagai instrument penelitian, maka pengolahan data harus melibatkan responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Selain itu, situasi dalam uji coba juga dibuat sama saat penelitian. Misalkan ketika dalam penelitian nantinya subjek diharuskan berkumpul disebuah ruangan dan mengisi skala/tes beralaskan meja, maka uji coba juga dilakukan dalam situasi tersebut.

Mengenai jumlah subjek yang dilibatkan dalam sebuah proses uji coba instrument penelitian. Penyusunan naskah model dilakukan berdasarkan: (1) pola-pola konseptual (teoritis) yang selama ini dijadikan pedoman pelaksanaan pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco campus yang sudah terselenggara di Universitas Pancabudi Medan, (2) pola-pola lapangan (empiris)


(28)

Syaiful Bahri, 2013

yang selama ini berjalan dilakukan oleh lembaga swasta yang bekerjasama dengan lembaga terkait. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni menghasilkan sebuah model yang valid untuk direkomendasikan, maka prosedur penelitian ini secara garis besar diarahkan pada dua tahap kegiatan utama, yaitu tahap kegiatan studi pendahuluan (exploration study), dan tahap kegiatan studi eksperimen (Experimental study), langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Studi Eksplorasi

Studi eksplorasi adalah kegiatan awal berupa studi penjajagan, antara lain : tudi pendahuluan, analisis produk awal yang akan dikembangkan, pada langkah ini dilakukan analisis tentang produk awal yang akan dikembangkan, kegiatan difokuskan pada mengidentifikasi masalah di lapangan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan perilaku arif mahasiswa terhadap lingkungan. Selanjutnya dilakukan pengkajian terhadap hasil penelitian dan laporan-laporan serta data sekunder yang relevan dan mendukung model pelatihan PLH, pengumpulan dan pengkajian data sekunder, laporan dan dokumen-dokumen tentang penyelenggaraan pengelolaan pelatihan PLH dan melakukan pengamatan terhadap pengelolaan dan kegiatan pelaksanaan pelatihan PLH. Melalui kegiatan studi eksplorasi ini akan digali berbagai data dan informasi serta gejala yang berada di lapangan sehingga dapat dilakukan refleksi tentang situasi yang terjadi dalam pengelolaan pelatihan PLH.

2. Mengembangkan Produk Awal

Kegiatan pada tahap ini adalah mengembangkan draft model pendidikan lingkungan hidup, mulai dari persiapan kegiatan, panitia pelaksana kegiatan, nara sumber, dan evaluasi bagi peserta. Kegiatan tersebut berdasarkan hasil kajian teoretik, kondisi obyektif lapangan, hasil-hasil kajian penelitian terdahulu yang relevan, dan kebijakan tentang pelaksanaan pelatihan PLH. Selanjutnya melakukan analisis kesenjangan antara kompetensi peserta pelatihan dengan harapan dan tujuan prilaku arif lingkungan di kampus Pancabudi Medan, serta mendeskripsikan model pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa mencapai prilaku arif


(29)

Syaiful Bahri, 2013

lingkungan, berdasarkan masukan dari para praktisi dan pakar / pembimbing dalam menguji kelayakan model yang dikembangkan.

3. Validasi Ahli dan Revisi (Verifikasi Model Konseptual)

Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian diawali dengan pengembangan instrumen uji coba produk model pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus yang sudah dilakukan, dilanjutkan dengan validasi oleh ahli terhadap model konseptual yang disusun, terdiri dari Praktisi PLS, Akademisi Pendidikan Luar Sekolah, dan Ahli Bahasa. Hasil validasi digunakan untuk melakukan revisi produk. Validasi model konseptual tersebut dilakukan melalui tukar pendapat, diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dengan para ahli pendididikan non formal khususnya ahli program pemberdayaan dan pelatihan (pembimbing), nara sumber ahli, dan praktisi di lapangan, pengelola, penyelenggara, mahasiswa dan masyarakat sekitar, dan lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan pelatihan PLH. Di samping itu untuk penyempurnaan model pada tahap ini dilakukan pula pemeriksaan silang (cross cek) terhadap fakta-fakta temuan studi lain (fact finding) yang terkait dan relevan dengan penelitian yang sedang dikembangkan. Berdasarkan validasi tersebut dilakukan revisi model konseptual seperlunya untuk kemudian siap dilakukan uji coba secara terbatas.

4. Uji Coba Lapangan Skala Kecil

Tim Puslitjaknov (2008: 11) prosedur penelitian pengembangan menurut Brog dan Gall dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan lima langkah utama yaitu (1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) Validasi ahli dan revisi, (4) Uji Coba lapangan skala kecil, (5) Uji coba Lapangan Skala Besar dan produk Akhir.

Pelaksanaan Kegiatan ini diawali dengan pengembangan instrumen uji coba produk, yang dilanjutkan dengan uji kelompok kecil. Data hasil uji coba lapangan skala kecil divalidasi untuk digunakan merevisi produk yang akan disiapkan untuk uji coba skala besar. Setelah dilakukan uji coba skala kecil, kemudian dilakukan diskusi, refleksi dan deskripsi tentang hasil uji coba,


(30)

Syaiful Bahri, 2013

sehingga dari hasilnya dan berdasarkan pertimbangan dari pakar dan praktisi di lapangan diketahui kekurangan dari model tersebut, untuk kemudian dirumuskan tentang upaya untuk memperbaikinya sehingga dapat dilakukan revisi penyempurnaan model yang dikembangkan, agar siap diimplementasikan dalam uji lapangan secara empirik melalui implementasi model dan studi eksperimen. Uji coba skala kecil dilakukan melalui pengumpulan informasi dan data berupa observasi dan wawnacara. Uji coba skala kecil merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pelatihan berbasis eko kampus yang dibuat layak digunakan atau tidak serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang akan dijadikan pada uji coba skala besar.

5. Implementasi Model (Uji Lapangan)

Kegiatan ini diawali pengembangan instrument pengembangan uji coba produk yang dilanjutkan dengan uji coba lapangan skala yang lebih besar, berjumlah 52 orang, terdiri dari (1) Kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa (Ormawa) di Universitas Pancabudi Medan. (2) Kelompok mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi diluar kampus, (3) Kelompok mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup, (4) Dosen kemahasiswaan di 4 Fakultas di Universitas Pancabudi Medan dan (5) Dekan di 4 Fakultas di Universitas Pancabudi Medan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan uji kemampuan awal (pretest) tentang adanya perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa terhadap hasil pelatihan PLH. Selanjutnya melaksanakan proses pelatihan pada kelompok treatment dengan menerapkan model pelatihan PLH.

6. Evaluasi dan Model Akhir yang direkomendasikan

Kegiatan ini adalah menilai keterlaksanaan model melalui pengamatan dan menilai hasil pelatihan PLH yang dikuasai setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model yang dikembangkan. Evaluasi dilakasanakan melalui test (posttest) untuk menguji kemampuan mahasiswa


(31)

Syaiful Bahri, 2013

dalam pelatihan PLH. Untuk lebih jelasnya, tahap-tahap R&D dalam penelitian ini dapat dilihat dalam desain penelitian R&D pada gambar 3.1, sebagai berikut:

STUDI PENDAHULUAN

PENYUSUNAN MODEL

VALIDASI MODEL PENGEMBANGAN

MODEL

Gambar 3.1 Desain Penelitian Studi Kepustakaan

Mengenai:

 Analisis konsep pendidikan lingkungan hidup

 Analisis konsep pembangunan berkelanjutan

 Analisis perubahan perilaku

 Hasil penelitian yang relevan

 Penelitian dan pengembangan

Survey lapangan

Mengenai:

 Proses pendidikan lingkungan hidup di Universitas Pancabudi Medan

 Fasilitas pendukung pendidikan

lingkungan hidup di Universitas Pancabudi Medan

 Wawancara terbatas dengan Dosen, Staf dan pihak terkait

Draft Model: Desain (tujuan, sasaran, materi/panduan , lembar kerja, strategi, pendekatan, metode); Implementasi. Analisis Produk Produk awal

Validasi ahli &revisi

Uji coba skala kecil

Ujicoba skala besar&produk akhir Implementasi Program Pree Test Penerapan PLH berbasis eco campus Post Test Penerapan PLH berbasis eco campus Analisis Data


(32)

Syaiful Bahri, 2013

C. Pendekatan dan Metode Penelitian

Sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Karena itu penelitian ini menggunakan metode yang menggambarkan prosedur pengumpulan data kualitatif, dan prosedur pengumpulan data kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah pengembangan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development), dengan menggunakan analisis data secara gabungan yakni analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Menurut Borg dan Gall (2003: 569) research and development merupakan penelitian yang digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang mesti dilakukan pengujian lapangan secara sistematis, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria keefektifan tertentu. Produk dan prosedur baru dalam pendidikan, menurut Borg dan Gall tidak semata-mata berupa wujud material tetapi juga mencakup keseluruhan termasuk proses atau prosedur seperti metode, pendekatan dan strategi dan pengorganisasian pembelajaran. Penelitian dengan menggunakan pendekatan R&D bertujuan untuk mengembangkan dan memvadilasi hasil-hasil pendidikan dan untuk menemukan pengetahuan-pengatahuan baru melalui basic research. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pernyataan khusus tentang masalah-masalah bersifat praktis melalui „applied research‟, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan.

Pendekatan penelitian dan pengembangan, menurut Borg dan Gall (2003: 570) ada sepuluh langkah kegiatan yang perlu ditempuh yaitu: (1) survey terbatas dan pengumpulan informasi (research and information collection), (2) melakukan perencanaan (planning), (3) mengembangkan rancangan model produk awal (develop preliminary form of product), (4) melakukan ujicoba produk awal (preliminary field testing), (5) menyempurnakan (main product revision), (6)


(33)

Syaiful Bahri, 2013

melakukan uji lapangan produk utama (main field testing), (7) memperbaiki kembali hasil uji lapangan (operational product revision), (8) melakukan ujicoba kembali (operational field testing), (9) menyempurnakan model untuk mengembangkan model akhir (final product revision), dan (10) diseminasi dan sosialisasi model (dissemination and distribution).

Untuk mendapatkan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa tersebut, maka studi ini dilakukan melalui pelatihan pembentukan perilaku arif mahasiswa dalam memecahkan permasalahan dan kebutuhan dengan setting pembentukan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. Berdasarkan pokok masalah tersebut, maka studi ini secara umum diselenggarakan melalui penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan menggunakan studi kasus.

Metode penelitian pengembangan dianggap tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, karena tujuan penelitian selain menemukan model pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa, juga mengembangkan model pembelajaran baru yang lebih efektif yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nyata mahasiswa. Dalam bahasa lain, tujuan dari penelitian pengembangan adalah menemukan atau membuat model baru dan atau perbaikan terhadap model sebelumnya. Sejalan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diarahkan pada upaya untuk menumbuh kembangkan dan meningkatkan perilaku arif mahasiswa sehingga perilaku mahasiswa dapat meningkat lebih baik lagi.

Sejalan dengan karakteristik metode penelitian pengembangan di atas, maka penelitian ini dilaksanakan melalui lima tahap, yaitu: tahap pertama, Pendahuluan, berupa rangkaian kegiatan: (1) penelitian eksploratif lapangan, untuk mengungkap kondisi objektif sasaran penelitian. Untuk itu, jenis penelitian (tahap pendahuluan) ini bersifat eksploratoris, karena berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang berfokus pada pertanyaan “apakah”. (2) studi pustaka, dalam upaya menemukan landasan-landasan konseptual (teoritis) yang mendasari konsep pembentukan perilaku. Berdasarkan studi eksploratoris dapat dikembangkan suatu diagnosa tentang faktor-foktor pendorong dan


(34)

Syaiful Bahri, 2013

penghambat kelancaran pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dengan menghasilkan perilaku arif mahasiswa.Selanjutnya, berdasarkan deskripsi masalah itu kemudian dikembangkan suatu rekomendasi konseptual model ke arah penyempurnaan secara operasional.

Tahap Kedua, perencanaan, sebagai langkah mengembangkan model hipotetik (pra-model) model pembentukan sikap ini diharapkan dapat membentuk model pendidikan lingkungan hidup yang menjadi harapan dari semua kalangan dalam meningkatkan perilaku arif mahasiswa. Pada tahap ini dilakukan penelitian secara siklus mulai dari penyusunan naskah model, uji coba model dan selanjutnya dilakukan verifikasi dan revisi. Penyusunan naskah model dilakukan berdasarkan: (1) pola-pola konseptual (teoritis) yang selama ini dijadikan pedoman pelaksanaan pelatihan yang sudah terselenggara oleh universitas, (2) pola-pola lapangan (empiris) yang selama ini berjalan dilakukan oleh lembaga pemerintah yang bekerjasama dengan lembaga terkait.

Ketiga, Verifikasi model secara teoritis. Kegiatan diverifikasi (uji kelayakan dan keandalan) dilakukan melalui kegiatan konsultasi dengan para pembimbing, expert judgement oleh para ahli serta praktisi, dan kegiatan diskusi dengan pimpinan dan mahasiswa yang berhasil.

Tahap keempat, pelaksanaan, yaitu kegiatan implementasi atau uji efektivitas model.Tahap ini dilakukan untuk menguji keandalan model melalui eksperimen semu terhadap kelompok mahasiswa yang dipilih sebagai sampel penelitian.

Kelima, validasi model empirik melalui seminar dan konsultasi dengan para pembimbing, evaluasi dan revisi, serta penghalusan model sebagai model final yang dapat memberikan dampak positif terhadap pembentukan perilaku arif mahasiswa.

Penelitian dan pengembangan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan ini mengacu pada penggunaan desain kuasi eksperimen melalui pendekatan pretest dan posttest. Desain kuasi eksperimen dilaksanakan pada tahapan uji lapangan dari model pembelajaran yang dikembangkan. Uji lapangan


(35)

Syaiful Bahri, 2013

model pembelajaran dikenakan hanya pada kelompok perlakuan yang ditentukan, serta pengumpulan dan analisis data hasil uji lapangan didesain dengan teknik-teknik analisis kuantitatif agar terlihat pengaruh implementasi model. Sedangkan untuk memvalidasi dan menyempurnakan model yang dikembangkan dilakukan berdasarkan pengumpulan dan analisis data digunakan teknik-teknik analisis kualitatif.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan suatu model pelatihan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus untuk meningkatkan perilaku arif mahasiswa di Universitas Pancabudi Medan. Dalam implementasinya penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan ujicoba untuk menghasilkan model akhir sebagai model yang direkomendasikan. Oleh karena itu dalam implementasi atau uji lapangan model, metode yang relevan digunakan adalah metode kuasi eksperimen melalui desain pretest dan posttest terhadap kelompok ujicoba yang dikenai perlakuan (treatment). Disain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan Desain “The One-Group Pre-test-Post-test Design (Campbell, dalam Sugiyono, 2008: 73) yang bagannya berikut:

Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X O2

Gambar 3.2.

The One-Group Pre-test - Pos-test Design

Keterangan:

O1 : Observasi perilaku arif lingkungan sebelum penerapan model O2 : Observasi perilaku arif lingkungan setelah penerapan model X : Perlakuan yang diberikan

Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan utama dalam penelitian ini adalah menemukan atau membuat model pendidikan lingkungan hidup berbasis eco-campus, guna perbaikan terhadap produk yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menghasilkan model pelatihan pendidikan lingkungan hidup yang baru, sehingga digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan, dan untuk menguji kefektifan produk tersebut agar dapat berfungsi dikalangan pendidikan


(36)

Syaiful Bahri, 2013

luar sekolah khususnya pendidikan lingkungan hidup, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, perlu didefinisikan secara operasional variabel yang akan diteliti untuk membatasi uraian permasalahan dalam pembahasan, diantaranya:

1. Model Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)

Model pelatihan yang dilaksanakan merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah yang peserta pelatihnya adalah mahasiswa sebagai pemuda yang masih menjalankan pendidikan sebagai warga belajar. Pelatihan ini dirancang berdasarkan kebutuhan, potensi dan peluang yang ada sesungguhnya model pelatihan PLH ini diharapkan adanya perubahan individu dalam hidupnya melalui proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan perilaku arif lingkungan bagi mahasiswa sebagai warga belajar, perubahan sikap dan perilaku misalnya yang tidak tahu menjadi tahu, tidak peduli menjadi peduli dari yang malas menjadi rajin atau kerja keras. Sedangkan model adalah abstraksi suatu identitas (Ismadi, 2007) yang dimaknai sebagai upaya penyederhanaan suatu fenomena alamiah sehingga mudah dipahami dan dianalisis. Sedangkan yang dimaksud dengan model dalam penelitian ini adalah penyederhanaan dalam bentuk representatif akurat Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup berbasis eco campus, yang memungkinkan mahasiswa bertindak berdasarkan model yang diujicobakan, yang dibuktikan dengan peningkatan atau perubahan sikap mahasiswa terhadap perilaku arif lingkungan.

2. Eco Campus

Eco-Campus secara umum memiliki arti kampus yang berwawasan

lingkungan. Secara terminologi “Eco” atau “Eko” berasal dari kata oikos (eko = rumah = lingkungan = alam). Definisi dari Eco-Campus adalah kampus sebagai rumah dimana seluruh komponen didalamnya menjaga rumah tersebut


(37)

Syaiful Bahri, 2013

agar menjadi nyaman dan lestari untuk memberikan manfaat untuk kehidupan orang banyak.

Sedangkan yang dimaksud dengan eco campus dalam penelitian ini adalah kampus yang nyaman dan lestari yang sivitas akademikanya berperilaku mencintai lingkungan, yang ditandai dengan tindakan ramah lingkungan, mengelola sumber daya kampus dengan baik, sehingga memberikan manfaat untuk kehidupan orang banyak.

3. Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)

Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup menurut United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) adalah sebagai berikut: Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (Environmental Education – EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru, UNESCO, (1978) dikutip oleh Fadli, A. (2005) dalam http://timpakul.web.id/plh-4.html [29 September 2012].

Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam penelitian ini adalah upaya penyadaran mencintai lingkungan secara totalitas (keseluruhan), membangun komitmen bersama-sama dengan berbagai pihak untuk terlibat dalam pelestarian lingkungan, melalui pendidikan sebagai upaya pengetahuan dan penyadaran yang dilakukan secara individu maupun kolektif untuk memecahkan permasalahan lingkungan yang terjadi.

4. Perilaku Arif Lingkungan

Berbicara masalah perilaku seseorang dapat ditunjukkan pada sikapnya dan kepribadiannya bereaksi teradap lingkungan, faktor lingkungan biasanya dapat mempengaruhi perilaku seseorang misalnya lingkungan kampus dan rumahnya bersih, suka bergaul, ramah, sopan santun maka pada umumnya ia


(38)

Syaiful Bahri, 2013

berpengaruh pada perilaku seperti itu. Perubahan perilaku seseorang tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pelatihan akibat dari lingkungannya, pembentukan perilaku terus digali dan dikembangkan di wujudkan dalam bentuk nyata berbagai kegiatan yang diaplikasikan seperti mengutip sampah dan membuangnya pada tempatnya tidak merokok, memakai air seperlunya sehingga terbentuklah disiplin akhirnya menjadi budaya bersih dan falsafah bersih dan sebenarnya masalah lingkungan menyangkut tentang moral, nilai, sikap dan perilaku manusia dalam tindakannya. Perilaku bersih akan membuahkan hidup sehat, nyaman, ramah, berfikiran jernih, bermartabat, sejahtera, menjadi dia sukses dalam hidupnya, sedangkan perilaku yang kotor manusia akan menjadi sombong, egios, tamak, rakus, takabur, self interest dan tidak terpuji akhirnya gagal dalam hidupnya. Perilaku manusia dibagi atas 3 (tiga) domain, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2010 : 20,140).

Perilaku arif lingkungan dalam penelitian ini adalah, perilaku yang dapat berupa pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan dan ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Notoatmodjo, 2012 : 138). Pengukurannya dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Sikap mempunyai tingkat berdasarkan intensitas yang terdiri dari menerima, menanggapi, menghargai dan bertanggung jawab. Hasil pengukurannya mencakup sikap positif dan sikap negatif. Sikap juga dapat dibentuk melalui pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama serta pengaruh faktor emosional (Notoatmodjo, 2010 : 30).

E. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data berdasarkan kondisi nyata para mahasiswa khususnya dengan yang terkait dengan masalah perilaku arif lingkungan dan peran lembaga Universitas Pancabudi dalam program perhatian dan pendidikan dalam


(39)

Syaiful Bahri, 2013

penanaman perilaku arif lingkungan serta pemberian pembekalan keterampilan mahasiswa terhadap kesadaran lingkungan.

Teknik pengumpulan data untuk studi awal dan pelaksanaan implementasi yang digunakan meliputi; (a)pengamatan partisipasi, (b) wawancara, (c) studi dokumentasi, (d) hasil pretest dan posttest.Observasi partisipatif (participant observation), dilakukan oleh pengamat dengan melibatkan dirinya dalam suatu kegiatan yang sedang dilakukan atau sedang dialami orang lain, sedangkan orang lain itu tidak mengetahui bahwa dia atau mereka sedang diobservasi. Singarimbun (1988) mengemukakan bahwa kegiatan wawancara melibatkan komponen-komponen yaitu; isi pertanyaan, pewawancara, responden dan situasi wawancara.Sedangkan studi dokumentasi yaitu data yang diambil dari dokumen-dokumen yang ada di Universitas Pancabudi yang berkaitan dengan fokus penelitian sebagai pelengkap dalam analisis data.

Sesuai dengan fokus penelitian, maka dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan data tentang perilaku arif mahasiswa dan pendidikan lingkungan hidup berbasis eco campus sumber datanya adalah mahasiswa, dosen, unsur pimpinan Universitas Pancabudi Medan, teknik pengumpulan datanya adalah dengan studi dokumentasi, wawancara dan observasi.

2. Untuk mendapatkan data tentang profil lingkungan hidup berbasis eco campus maka datanya adalah dokumentasi berupa laporan – laporan kegiatan universitas, mahasiswa, dan buku profil Universitas Pancabudi Medan, gambar – gambar kegiatan mahasiswa dan institusi UNPAB dan data ini dianalisis serta didiskusikan.

3. Untuk mendapatkan data tentang perilaku arif mahasiswa, sumber datanya mahasiswa yang mengikuti pelatihan, dan mahasiswa yang belum dilatih serta mahasiswa yang tidak ikut pelatihan, teknik pengumpulan datanya dengan wawancara kepada mahasiswa tersebut dan dengan observasi terhadap pengetahuan, keterampilan, sikap atau perilaku yang diperlukan dalam penampilan dan kehidupan sehari – hari baik di kampus maupun di luar kampus.


(40)

Syaiful Bahri, 2013

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan terhadap mahasiswa, dosen dan unsur pimpinan Universitas Pancabudi, narasumber / instruktur pelatihan yang diperlukan untuk memvalidasi jawaban – jawaban dalam inventori. Dalam proses wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek – aspek apa yang harus dibahas, yang relevan dengan mencari temukan isu – isu tentang lingkungan hidup dengan pedoman wawancara.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat dinamakan interview guide (pedoman wawancara). (Nazir 1988 : 234)

Wawancara dalam penelitian naturalistik, merupakan teknik pengumpulan data yang paling penting. Wawancara adalah percakapan dengan suatu maksud tertentu. Lincoln dan Guba (1985:268) mengungkapkan bahwa wawancara digunakan dengan maksud sebagai berikut.

(1) obtaining here-and-now construction of persons, event, activities, organizations, feelings, motivations, claims, concern, and other entities; (2) reconstructions of such entities as they are expected to be experienced in the future; (3) projections of such entities as they are expected to be experienced in the future; (4) verification, emendation, and extention of information (contruction, reconstruction, or projections) obtained from other sources, human and non-human (triangulation): and (5) verification, emendation, and extention of contruction developed by the inquirer (memberchecking).

Apabila memperhatikan maksud wawancara sebagaimana tersebut di atas, maka dalam penelitian ini wawancara selalu diperlukan bukan saja sebagai teknik pengumpulan data yang berdiri sendiri, akan tetapi juga sebagai teknik penyerta pada saat melakukan observasi dan analisis dokumenter (Biklen dan Bogdan, 1982:135).

Langkah pertama dalam proses wawancara peneliti melakukan membina hubungan akrab dengan responden dan menjadikan responden bersikap kooperatif. Komunikasi yang dibangun dengan sikap netral, adil dan ramah serta


(41)

Syaiful Bahri, 2013

penampilan yang baik. Dengan pedoman ini peneliti mendapatkan dan mengumpulkan informasi dari responden.

Aspek penting dalam penelitian naturalistik yang berkaitan dengan penggunaan teknik wawancara adalah bahwa peneliti harus berusaha mengetahui bagaimana responden memandang persoalan atau keadaan dari segi perspektifnya,

menurut pemikiran dan perasaan yaitu informasi „emic‟ (Nasution, 1988:71).

Dengan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara tak berstruktur.Wawancara tak berstruktur terdiri dari dua jenis, yaitu wawancara yang berfokus (fokused interview) dan wawancara bebas (free interview). Wawancara yang berfokus berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak mempunyai struktur tertentu. Wawancara bebas berisi pertanyaan-pertanyaan yang beralih-alih dari satu pokok ke pokok yang lain, sepanjang berkaitan dengan dan menjelaskan aspek-aspek masalah yang diteliti (Koentjaraningrat, 1986:139). Dalam wawancara ini peneliti akan menyediakan pedoman wawancara, meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu terkait pada pedoman tersebut.

2. Observasi

Dalam melakukan observasi dan pengamatan kegiatan seharian kepada mahasiswa dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantunya dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung objek dan fokus penelitian. Pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena – fenomena sosial dan gejala – gejala psikis mahasiswa kemudian dilakukan pencatatan.

Observasi dalam penelitian naturalistik memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi dalam kaitannya dengan konteks (hal-hal yang berkaitan dengan sekitarnya), sehingga peneliti dapat memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980:58-62) dan dijelaskan pula oleh Nasution (1988:61-62), bahwa :

Intensitas partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan, yaitu dari partisipasi nihil (non participation), partisipasi pasif (passive


(42)

Syaiful Bahri, 2013

participation) dan partisipasi aktif (active participation), sampai dengan partisipasi penuh (complete participation).

Dengan mempertimbangkan kedudukan peneliti dan sifat penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi dengan tingkatan observasi moderat. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi mulai dari kegiatan sebagai penonton, sewaktu-waktu turut serta dalam situasi atau kegiatan yang berlangsung.

Dalam penelitian naturalistik, kegiatan observasi biasanya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu; (1) descriptive observation, (2) focus observation, dan

selected observation (Spradley, 1980:73). Pada tahap awal kegiatan observasi masih bersifat umum, yaitu untuk memahami kegiatan apa yang terjadi dikaitkan dengan masalah yang diteliti. Selanjutnya perhatian observasi beralih untuk memahami aspek-aspek (fokus) apa saja yang perlu mendapat perhatian. Dan sampai peneliti dapat mengambil keputusan untuk menetapkan aspek-aspek apa saja yang perlu dipahami lebih mendalam.Persoalan yang muncul dalam

melakukan observasi, terutama “selected observation”, adalah apakah yang harus

diamati supaya diperoleh keterangan yang dibutuhkan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang penelitian.

Menurut William (1988:77) efektivitas suatu observasi sangat dipengaruhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang terpikirkan oleh pengamat. „whatever you see and record is influenced by the question you have in mind”. Dalam proses

penelitian, pertanyaan-pertanyaan tersebut dibentuk dan diturunkan dari kerangka teori yang dirumuskan oleh peneliti sebagai perspektif teoritis (premis) yang dijadikan pedoman proses inquiri terhadap masalah yang diteliti. Teori ini memberikan gambaran mengenai kenyataan-kenyataan yang perlu diperhatikan. Dikatakan oleh Bachtiar (1986:111) bahwa bilamana seorang peneliti mengadakan pengamatan tanpa menggunakan kerangka pemikiran yang merupakan teori, maka ia sering tertarik oleh gejala atau peristiwa yang seolah-olah menonjol menuntut perhatian.


(1)

Nasution, S. (1982). Asas-Asas Kurikulum. Bandung : Penerbit Jemmars.

Nazir, M. Ph. D. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia. Neolaka, Amos. (2008). Kesadaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2010). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. . (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notohadiprawiro. (1986). Magrove, Tanah Estuarin. Jokjakarta: Ghalia Indonesia. Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja

Rasdakarya.

Retno, S, Sudibyo. (2009). Education for Sustainable Development, EfSD, Panduan untuk Pengembangan Berkelanjutan, Bahan Presentasi.

Rideng, I Made. (1997). “Pelaksanaan PKLH SMU di Kabupaten Buleleng”. Dalam Aneka Widya No.1 TH.XXX Januari 1997. Singaraja : STKIP Singaraja.

Ritohardoyo, Su. (2006). Bahan Ajar Ekologi Manusia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UGM.

Ritonga, Abdurrahman. (2001). Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Rohman, Natawidjadja. (2008). Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: Upi Press.

Rosman, A., & Rubel,G,P. (1989). The Tapestry of culture :An Introduction to cultural antropology, New York : Random House.

Salam, Burhanuddin. (1997). Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Salim, Emil. (1986). Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : LP3ES. Sarwono, W. Sarlito. (2011). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba.

. (2003). Teori – Teori Psikologi Sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.


(2)

Skinner, B.F. (1995). Science and Human Behavior. New York : Macmillan. Soejani, Mohamad. (2009). Pendidikan Lingkungan Hidup (Environmental

Education). Jakarta : UI Press.

Soekamto, Soerjono. (1986). Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.

Soemarwoto, Otto. (1982). “Pengelolaan Lingkungan”, Kertas Kerja dalam Kursus AMDAL 2-17 Februari 1982. Kerjasama Kantor Menteri Negara Pengawasan Lingkungan Hidup dengan Lembaga Ekologi. Bandung: UNPAD.

. (2004 ). Ekologi Lingkungan Hidup. Jakarta : Djambatan. Soeriaatmadja, RE. (1997). Ilmu Lingkungan. Bandung : Penerbit ITB.

Spadley, James. (1980). Participant Observation, Holt, Rinehart and Winston. Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Test, Suatu Pengantar Kepada Teori Test

dan Pengukuran. Jakarta. LPTK.

Sudijono. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Sudjana, D. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi. Bandung: Falah Production.

. (2004). Pendidikan Nonformal.Bandung : Falah Production.

Sugandhy, A., dan Hakim, R. (2007). Pembangunan Berkelanjutan Dan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : PT.Bumi Aksara.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. (2001). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta : PT.Aksara.

S um ant ri. (2000). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Fakultas Psikologi Unpad.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Perawatan. Jakarta: EGC.


(3)

Suriasumantri, Jujun, S. (1987). Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Sinar Harapan.

Suryabarata, Sumadi. (2003). Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Syamsu, Yusuf., dan Juntika, Nurhisan. (2011). Teori Kepribadian. Jakarta : Remaja Rosdakarya.

Thoha, Miftah. (2010). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta. Rajawali Pers.

Tilaar, H.A.R. (1994). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung : Rosdakarya. Uno, B. Hamzah. (2011). Model Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara.

Usman. (1998). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Wahab, A, Aziz. (2009). Metode dan Model Model Mengajar, Bandung : Alfabeta.

Walgito, Bimo. (1994). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.

William, David, C. (1988). Naturalistic Inquiry Materials, FPS IKIP, Bandung. Winataputra S, Udin. (2006). Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis,

Tinjauan Psiko Pedagogis, Bahan Diskusi dan Latihan pada Diklat Pedagogik Widyaiswara LPMP dan PPPG, FKIP dan PPS Universitas Terbuka.

Yudhi, dkk. (2009). Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Sekolah Menengah Atas. Semarang: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Universitas Malang.

Zen, M,T. (1985). Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Gramedia. Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan. Jakarta : Bumi Aksara. Sumber Jurnal :

Finlay. (2012). Eco-campus: applying the ecocity model to develop green university and college campuses. Department of Geography Queen's


(4)

University Kingston Canada. ISSN: 1467-6370, Vol. 13 Iss: 2, pp.150 – 165.

Gulyd Try Fandoko, dkk. (2012). Evaluasi Life Cycle Management (LCM) pada Rencana Program Transportasi Massal untuk Mendukung Eco Campus ITS. Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Vol.1. No.1, (2012) 1-6.

R. Gobinath, dkk. (2010). Enviromental Performance Studies on Educational Institutions. International Journal Of Enviromental Sciences. Departement of Civil Enginering. ISSN 0976-4402 Vol. 1, No 2010.

Yuliastuti. (2013). Kajian Keberlanjutan Universitas Negeri Semarang (UNNES) Sebagai Kampus Konservasi (Studi Kasus: UNNES Sekaran, Semarang). Urban and Regional Planning Departement Engineering Faculty of Diponegoro University. Vol 2 No 1 2013.

Sumber departemen :

Anonimous. (1997). Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Anonimous. Peraturan Pemerintah No 12 Tahun 2012. Tentang Pendidikan Tinggi.

Depdikbud RI. (1990). Buku Pegangan Guru Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Untuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas. Jakarta : Depdikbud.

Direktorat Pendidikan Luar Sekolah. (2005). Program Kewirausahaan Masyarakat Pedesaan : Jakarta.

Direktorat Pendidikan Masyarakat Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (2007). Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Strategi dan Implementasi. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (2005). Hak Atas Lingkungan Hidup. Jakarta: Komnas HAM.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41/2007. Tentang Standar Proses. Tersedia: http://www/zulkarnainidiran.files.wordpress.com/.../paradigma-baru-dalam-strategi-pembelajaran.doc.

Peraturan Pemerintah Nomor 19. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika.


(5)

Propenas. (2000-2004). UU Nomor. 25 Tahun. 2000 : Tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004. Jakarta : Sinar Grafika.

Sumber Internet:

Allport, F.H. & Allport, G.W., 1921, Personality Traits: Their Classification and Measurement, in Journal of Abnormal and Social Psychology, 16, 6-40. (online). Tersedia: http://psychclassics.yorku.ca/Allport/Traits/.

Amirullah, G. (2008). Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat ASEAN. (online). Tersedia: http://plhuhamka.blogspot.com.

Anonim, (2011). Tantangan Besar Pembangunan PLS. (online). Tersedia: http://green-in-grin.blogspot.com.

Anonim. (2010). Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat Internasional. (online). Tersedia: http://erizco.wordpress.com.

Fadli. (2005). Pendidikan Lingkungan Hidup Bukan Untuk Pembebanan Baru Bagi SIswa. (online). Tersedia: http://timpakul.web.id/plh-4.html.

Idris. (2007). Pendidikan Lingkungan Hidup. (online). Tersedia: http://erizco.wordpress.com.

Meliyanti. (2012). Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. (online). Tersedia: http://endahsblog-endah.blogspot.com.

Olim. (2010). Memenuhi Harapan Peningkatan Pendidikan Jawa Barat Dalam Kerangka Pendidikan Untuk Berkelanjutan. (online). Tersedia: http://www.ayiolim.wordpress.com.

____. (2010). Pendidikan Keaksaraan Keluarga dan Minat Baca. (online). Tersedia: http://www.ayiolim.wordpress.com.

____. (2010). Pengantar Media Pembelajaran. (online). Tersedia: http://www.ayiolim.wordpress.com.

____. (2010). Perencanaan Pendidikan Nonformal Sebagai Pendekatan Terpadu. (online). Tersedia: http://www.ayiolim.wordpress.com.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sinar Grafika.

Yulia. (2011). Latar Belakang Sejarah Psikologi Lingkungan. (online). Tersedia : http://yulia-putri.blogspot.com/2011_02_01_archive.html.


(6)

Zarary. (2012). Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Kampus. (online). Tersedia: http://rara-zarary.blogspot.com.