MODEL PEMBERDAYAAN KELOMPOK USAHA PEMUDA PRODUKTIF MELALUI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KAWASAN DALAM MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DI PROVINSI GORONTALO.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 15

C. Pembatasan dan Perumusan Penelitian 17

D. Tujuan Penelitian 18

E. Kegunaan Penelitian 19

F. Kerangka Konseptual 20

BAB II : LANDASAN TEORETIK 23

A. Pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif 23 B. Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Kawasan 41

C. Perilaku Kewirausahaan 67

D. Kerangka Pikir Penelitian 96

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 99

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 99

B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 104

C. Data dan Sumber Data 108

D. Teknik Analisis Data 109

E. Pengecekan Keabsahan Data 112


(2)

A. Deskripsi Kondisi Objektif Pemberdayaan Pendidikan Kecakapan Hidup yang Dilaksanakan Oleh KUPP Provinsi Gorontalo 114 B. Upaya Pemberdayaan Kelompok Usaha Produktif (KUPP) di Provinsi

Gorontalo 127

C. Pengembangan Model Pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan 132 D. Implementasi Model Pemberdayaan KUPP melalui Pendidikan

Kecakapan Hidup 159

E. Kajian Efektivitas Model 184

F. Pembahasan Hasil Penelitian 214

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 256

A. Kesimpulan 256

B. Rekomendasi 258

DAFTAR PUSTAKA 260

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Uji t Hasil Post-test Uji Coba Tahap I dan II 185 Tabel 4.2 Hasil Post Test Kelompok Eksperimen 189 Tabel 4.3 Hasil test uji coba pertama yang dipasangkan dengan hasil


(3)

Tabel 4.4 Perilaku Kewirausahaan Peserta PKH Pada Uji Tahap I 191 Tabel 4.5 Perilaku Kewirausahaan Peserta PKH Pada Uji Tahap II 202 Tabel 4.6 Komparasi Perilaku Kewirausahaan Peserta PKH Pada Uji Tahap II

203

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses dan Keterkaitan Pemberdayaan Masyarakat dan Sustainable

Development 31

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian 99

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian 103

Gambar 3.2 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif 111 Gambar 3.3 Randomized Posttest-Only Control Group Design 112


(4)

Gambar 4.1 Model Pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Kawasan Secara Konvensional

126 Gambar 4.2 Pengembangan Model Kelompok Usaha Pemuda Produktif Melalui

Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Kawasan Dalam Meningkatkan

Perilaku Kewirausahaan 136

Gambar 4.3 Model Kelompok Usaha Pemuda Produktif Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Kawasan Dalam Meningkatkan Perilaku

Kewirausahaan 158

Gambar 4.4 Model Pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif melalui Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Kawasan dalam Meningkatkan Perilaku Wirausaha(Hasil Uji Coba) 182 Gambar 4.5 Perbedaan skor post-test kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol 188

Gambar 4.6 Grafik Hasil Post Test Kelompok Eksperimen 189 Gambar 4.7 Grafik Perilaku Kewirausahaan Peserta PKH pada Uji Tahap I

192 Gambar 4.8 Grafik Perilaku Kewirausahaan Peserta PKH pada Uji Tahap II

202 Gambar 4.9 Grafik Komparasi Perilaku Kewirausahaan Peserta PKH pada Uji

Tahap I dan Tahap II 203

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kurikulum PKH 266

Lampiran 2 Instrumen Pretest Dan Posttest 267 Lampiran 3 Pedoman Wawancara untuk Pengelola KUPP 276 Lampiran 4 Pedoman Wawancara Untuk Fasilitator KUPP 279 Lampiran 5 Pedoman Wawancara Untuk Anggota KUPP 282

Lampiran 6 Pedoman Wawancara 284

Lampiran 7 Inventarisasi Calon Peserta 288


(5)

Lampiran 9 Biodata Peserta 290

Lampiran 10 Identifikasi Kebutuhan 291

Lampiran 11 Identifikasi Sumber 292

Lampiran 12 Identifikasi Kemungkinan Hambatan 293

Lampiran 13 Identifikasi Fasilitator 294

Lampiran 14 Fasilitator 295

Lampiran 15 Biodata Fasilitator 296

Lampiran 16 Undangan Untuk Fasilitator 297

Lampiran 17 Struktur Organisasi UKM Bina Sejahtera 299 Lampiran 18 Struktur Organisasi UKM Karya Bersama 299

Lampiran 19 Deskripsi Tugas 300

Lampiran 20 Pengamatan Perilaku Kewirausahaan Uji Tahap I 301 Lampiran 21 Pengamatan Perilaku Kewirausahaan Uji Tahap II 303


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengangguran dan kemiskinan hingga saat ini merupakan masalah besar bangsa Indonesia yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS Februari 2008, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak 9,42 juta orang (8,48%) dari total angkatan kerja sekitar 111,4 juta orang. Dari jumlah 9,42 juta orang penganggur tersebut, terdiri dari 7,4 juta orang (78,38%) adalah pemuda usia produktif (BPS, 2011).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Indonesia, diantaranya: Pertama, jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia (kesenjangan antara supply and demand). Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja (mis-match). Ketiga, masih adanya anak putus sekolah maupun lulusan yang tidak melanjutkan namun tidak terserap dunia kerja/ berusaha mandiri karena tidak memiliki keterampilan yang memadai

(unskill labour). Keempat, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena

krisis global, dan Kelima, melimpahnya sumber daya alam di pedesaan, tetapi tidak di manfaatkan secara optimal.

Penduduk usia kerja di pedesaan cenderung pergi ke kota (urbanisasi) untuk bekerja sebagai buruh pabrik, bangunan, pembantu rumah tangga, sektor


(7)

informal di kota dan meninggalkan sumber daya alam di desanya yang berlimpah di daerahnya. Dari gambaran banyaknya pengangguran usia pemuda (produktif) dan banyaknya potensi di desa yang melimpah tetapi kurang produktif, mendorong Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga mengembangkan program Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP)

Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan salah satu titik berat pembangunan jangka panjang bidang sumber daya manusia untuk memiliki jiwa kepeloporan, kepemimpinan, dan kemandirian. Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka peningkatan kewirausahaan pemuda, Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga meluncurkan program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) untuk Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) sejak tahun 2003.

Program ini dimaksudkan untuk memberdayakan kelompok-kelompok usaha pemuda dalam mengembangan usaha-usaha kecil agar mampu mandiri. Program kewirausahaan pemuda untuk KUPP ini diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan teknis dan managerial kewirausahaan serta meningkatkan kemampuan profesionalisme tenaga kerja muda agar lebih mampu mandiri, memanfaatkan peluang usaha, bahkan menciptakan lapangan kerja bagi kelompoknya.

Gerak nadi pembangunan masyarakat khususnya dalam sektor perekonomian dari waktu ke waktu senantisa menuntut adanya bentuk-bentuk inovasi pada pola pengembangan perekonomian masyarakat. Dengan adanya


(8)

inovasi baru dalam pengembangan perekonomian masyarakat, diharapkan akan membawa perluasan peluang usaha dan tentunya akan berpotensi pada penciptaan lapangan pekerjaan yang baru. Akan tetapi, realitas pengembangan sektor perekonomian di tengah-tengah masyarakat selalu terbentur pada masalah klasik yaitu pada masalah keterbatasan dana sebagai modal dalam menumbuh kembangkan sumber-sumber perekonomian alternatif.

Skill dan kemampuan manajemen usaha juga menjadi salah satu instrumen penentu berhasil atau tidaknya pengembangan dan pengelolaan sumber-sumber ekonomi di tengah-tengah masyarakat. Harus diakui, bahwa skill dan pengetahuan serta kemampuan manajerial usaha masyarakat kita masih relatif rendah, sehingga dalam setiap pengembangan ekonomi alternatif, dituntut peran serta pemerintah sehingga terjadi peningkatan kemampuan masyarakat terutama dibidang manajemen usaha.

Dengan segala keterbatasan anggaran dan sumber daya yang ada, pemerintah tentunya juga tidak dapat berjalan sendiri tanpa peran serta masyarakat secara proaktif. Namun harapan dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya juga tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan dan regulasi dari pihak Pemerintah. Hal ini berarti bahwa proses peningkatan kesejahtreraan hidup masyarakat (peningkatan pendapatan ekonomi) harus berjalan secara sinergis dan timbal balik antara masyarakat sebagai pelaku usaha dan pemerintah sebagai pihak pemegang regulasi dan kebijakan pengembangan ekonomi pada tingkatannya masing-masing. Sebagai


(9)

alternatif, peran swasta, kelompok-kelompok usaha dan koperasi tentunya sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut diatas. Kelompok Usaha Bersama (KUBE), koperasi dan swasta yang didukung oleh Pemerintah melalui kebijakan-kebijakan dan kemudahan dalam pengembangan usaha tentunya akan menentukan laju pertumbuhan dan perkembangan berbagai bentuk usaha yang dijalankan oleh masyarakat. Dengan adanya semangat kebersamaan antara individu-individu yang terangkum dalam sebuah wadah, kelompok usaha, koperasi ataupun swasta diharapkan akan melahirkan sebuah konsep usaha yang mapan dan dapat diimplementasikan oleh masyarakat secara lebih cepat dan mudah.

Harus diakui bahwa telah banyak kegiatan yang dirancang oleh Pemerintah melalui berbagai kebijakan yang ditujukan untuk dapat mengangkat derajat dan taraf hidup masyarakat dan mengatasi permasalahan Rumah Tangga Miskin (RTM). Namun dalam implementasinya ternyata sistem pengembangan program tersebut sering mendapatkan kendala, baik yang disebabkan oleh karena kurang siapnya masyarakat dalam menerjemahkan program-program ini maupun karena adanya berbagai multitafsir dalam pelaksanaan program oleh para pengelola dan para pengambil keputusan dan kebijakan (decision maker).

Berdasarkan hal tersebut maka penyelenggaraan pendidikan luar sekolah bagi masyarakat sangat penting dilaksanakan agar program-program pemerintah dapat berhasil dengan baik. Program pendidikan luar sekolah dapat


(10)

memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat sehingga akan mudah memahami program-program yang dicanangkan oleh pemerintah dan turut terlibat di dalamnya.

Pendidikan luar sekolah (PLS) diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas daya pikir, daya kalbu dan daya fisik peserta didik sehingga yang bersangkutan memiliki lebih banyak pilihan dalam kehidupan, baik pilihan kesempatan untuk melanjutkan pndidikan yang lebih tinggi, pilihan kesempatan untuk bekerja maupun pilihan untuk mengembangkan dirinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, PLS memberikan bekal dasar kemampuan kesanggupan dan ketrampilan kepada peserta didik agar mereka siap menghadapi berbagai kehidupan nyata. Telah banyak upaya yang dilakukan dalam memberikan bekal dasar kecakapan hidup, baik melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, maupun di masyarakat.

Upaya-upaya tersebut bukan tidak berhasil sama sekali dalam meningkatkan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan hidup tamatannya, akan tetapi kehidupan nyata yang memiliki ciri “berubah” telah menuntut PLS untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian. PLS dituntut menghasilkan tamatanya yang mampu, sanggup, dan terampil untuk menghadapi tantangan hidup yang sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus. Mampu dalam arti tamatan PLS memiliki kualifikasi yang dibutuhkan bagi kehidupan masa depan. Sanggup dalam arti tamatan PLS mmemiliki komitmen, bertanggung


(11)

jawab dan berdedikasi menjalankan kehidupannya. Terampil dalam arti cepat, cekat, dan tepat dalam mencapai sasaran hidup yang diinginkannya.

Mengingat peserta didik PLS berada dalam kehidupan nyata, maka salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah mendekatkan pendidikan (kegiatan belajar mengajar) dengan kehidupan nyata yang memiliki nilai-nilai preservative dan progresif sekaligus melalui pengintensifan dan pengefektifan pendidikan kecakapan hidup. Istilah pengintensifan dan pengefekktifan perlu digarisbawahi agar tidak salah persepsi bahwa selama ini tidak diajarkan kecakapan hidup sama sekali dan yang diajarkan adalah kecakapan yang bersifat statis. Kecakapan hidup sudah diajarkan, akan tetapi perlu peningkatan intensitas dan efektivitasnya, sehingga PLS dapat menghasilkan tamatan yang mampu, sanggup, dan terampil terjun dalam kehidupan nyata nantinya. Undang-undang system pendidikan nasional telah mengamanatkan pendidikan kecakapan hidup, yang bunyinya:

“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarkatan dan kebangsaan“.

Jadi, pendidikan kecakapan hidup bukanlah sesuatu yang baru dan karenanya juga bukan topik yang orisinil. Yang benar-benar baru adalah bahwa kita mulai sadar dan berpikir bahwa relevansi antara pendidikan dengan kehidupan nyata perlu ditingkatkan intensitas dan efektivitasnya.


(12)

Pendidikan kecakapan hidup yang berorientasi pada potensi kawasan lokal merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan luar sekolah. Pemuda-pemuda putus sekolah atau yang belum bekerja diberikan pendidikan kecakapan hidup dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal melalui pembentukan kelompok-kelompok pemuda produktif. Kelompok-kelompok-kelompok pemuda tersebut diberikan pengetahuan, keterampilan dan bimbingan dalam berusaha sebagai upaya pemberdayaan masyarakat pada bidang ekonomi.

Meskipun bervariasi dalam menyatakan tujuan pendidikan kecakapan hidup bagi pemuda putus sekolah, namun konvergensinya cukup jelas yaitu bahwa tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang. Esensi dari pendidikan kecakapan hidup adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif.

Pendidikan kecakapan hidup memberikan manfaat pribadi peserta didik dan manfaat sosial bagi masyarakat. Bagi peserta didik, pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada gilirannya akan dapat meningkatkan pilihan-pilihan dalam kehidupan individu, misalnya karir, penghasilan, pengaruh, prestise, kesehatan jasmani dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan kompetitif, dan kesejahteraan pribadi. Bagi masyarakat,


(13)

pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani dengan indikator-indikator adanya: peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis maupun memadukan nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).

Pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan melalui pendidikan luar sekolah merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi dan bidang-bidang lainnya. Upaya memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi.

Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian suatu saat akan punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat

(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,

selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input),


(14)

serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.

Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang.

Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya.

Sungguh penting di sini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh


(15)

karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi. Friedman (1985: 67) menyatakan “The empowerment approach, which is fundamental to an alternative

development, places the emphasis on autonomy in the decision-marking of territorially organized communities, local self-reliance (but not autarchy), direct (participatory) democracy, and experiential social learning”.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.


(16)

Pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut: Pertama, upaya itu harus terarah (targetted) yang secara populer disebut pemihakan. Ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau dibandingkan penanganan yang dilakukan secara individu. Karena itu seperti telah disinggung di muka, pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien. Di samping itu kemitraan usaha antara kelompok tersebut dengan kelompok yang lebih maju harus terus-menerus di bina dan dipelihara secara sating menguntungkan dan memajukan.

Selanjutnya untuk kepentingan analisis, pemberdayaan masyarakat harus dapat dilihat baik dengan pendekatan komprehensif rasional maupun inkremental. Dalam pengertian pertama, dalam upaya ini diperlukan


(17)

perencanaan berjangka, serta pengerahan sumber daya yang tersedia dan pengembangan potensi yang ada secara nasional, yang mencakup seluruh masyarakat. Dalam upaya ini perlu dilibatkan semua lapisan masyarakat, baik pemerintah maupun dunia usaha dan lembaga sosial dan kemasyarakatan, serta tokoh-tokoh dan individu-individu yang mempunyai kemampuan untuk membantu. Dengan demikian, programnya harus bersifat nasional, dengan sumber daya yang cukup besar untuk menghasilkan dampak yang berarti.

Pendekatan yang kedua, berupa perubahan yang diharapkan tidak harus terjadi secara cepat dan bersamaan. Kemajuan bisa terjadi secara bertahap dan tidak bersamaan. Perbedaan capaian hasil perubahan ini terjadi berdasarkan beberapa aspek yang mempengaruhinya seperti sektor program, wilayah dan kondisi yang berbeda Dalam pendekatan ini, maka desentralisasi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program harus lebih didekatkan dengan masyarakat untuk mewujudkan tinggkat objektivitas dan hasil yang diharapkan sesuai dengan kebutuhannya. Tingkat pengambilan keputusan haruslah didekatkan sedekat mungkin kepada masyarakat.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembinaan kelompok-kelompok usaha produktif yang dikembangkan melalui pendidikan luar sekolah. Dalam pembinaan tersebut pemerintah dapat mengupayakan peran serta seluruh masyarakat untuk melaksanakan pengembangan usaha dalam


(18)

kerangka peningkatan perekonomian masyaarakat terutama anggota-anggota kelompok tersebut.

Kenyataan yang ditemui di lapangan bahwa pemberdayaan KUPP belum berpengaruh pada peningkatan perilaku kewirausahaan, khususya pada aspek kreativitas dan inovasi dalam pengelolaan produk-produk yang berbasis potensi kawasan. Anggota KUPP melakukan kegiatan secara konvensional tanpa melakukan inovasi-inovasi sehingga pendapatan yang mereka terima tidak meningkat malah mengalami kerugian dari tahun-ketahun. Rendahnya perilaku kewirausahaan anggota KUPP tersebut akan berpengaruh pada produktivitas usaha maupun kegiatan kelompok.

Hal ini ditunjukkan oleh data hasil observasi dan wawancara awal bahwa jumlah KUPP di provinsi Gorontalo pada tahun 2004-2010 sudah mencapai 72 KUPP. Dari jumlah tersebut terdapat 8 KUPP aktif dalam memberdayakan kelompoknya terutama dalam meningkatkan kemampuan pemuda putus sekolah dalam pendidikan kecakapan hidup. KUPP lainnya yang tidak aktif adalah KUPP yang hanya mengharapkan bantuan, atau dengan perkataan lain KUPP tersebut memiliki kegiatan bila mendapatkan bantuan dari pemerintah atau pihak lainnya. KUPP yang aktif memberdayakan pemuda putus sekolah berupaya untuk melakukan berbagai kegiatan kecakapan hidup pada bidang pertanian dan bidang-bidang lainnya. Namun produktivitas dan perilaku kewirausahaan sebagai akibat dari pemberdayan tersebut kurang mengalami peningkatan yang cukup baik.


(19)

Keadaan KUPP di Provinsi Gorontalo berdasarkan kriteria aktif, kurang aktif, dan tidak aktif nampak pada grafik di bawah ini.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif

Gambar 1.1. Grafik Keadaan KUPP di Provinsi Gorontalo

Lemahnya perilaku kewirausahaan anggota KUPP disebabkan oleh faktor-faktor: (1) faktor sumber daya pemuda putus sekolah yang disebabkan oleh kemiskinan, (2) usaha-usaha yang dilaksanakan pada KUPP masih bersifat turun temurun, seperti kegiatan pertanian masih dilakukan secara tradisional, (3) pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan selama ini masih merupakan program yang menjadi kebijakan sebagai penanggulangan sementara terhadap pengangguran yang diakibatkan oleh proses pendidikan formal. PKH hanya menjadi program yang tidak substansif sebagai suatu upaya administratif proyek, (4) PKH belum dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, dalam hal ini penyusunan model PKH belum melibatkan anggota KUPP dalam pemanfaatan potensi lokal, penyusunan rancangan jadwal, dan penentuan biaya dan anggaran, (5) pelaksanaan PKH tidak berpusat pada satu aspek, tetapi meliputi seluruh aspek usaha dan pengembangannya


(20)

Berdasarkan analisis di atas, maka peneliti berusahan mengungkapnya melalui suatu penelitian dengan mengangkat judul “Model Pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif melalui Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Kawasan dalam Meningkatkan Perilaku Wirausaha di Provinsi Gorontalo”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa pemberdayaan kelompok masyarakat terutama untuk kelompok pemuda yang diharapkan berimplikasi pada peningkatan ekonominya harus di programkan secara baik. Program pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif melalui pendidikan kecakapan hidup di Provinsi Gorontalo menjadi sangat penting karena berkaitan erat dengan sumberdaya pemuda yang putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga mereka menjadi kelompok pengangur yang tidak memiliki keterampilan.

Pemberdayaan pemuda yang bertujuan untuk mengoptimalkan produktivitasnya melalui pelatihan keterampilan harus memperhatikan potensi dan peluang kawasan dimana kelompok tersebut berada. Kelompok usaha pemuda produktif yang sudah menjadi salah satu program unggulan oleh Departemen Pendidikan RI maupun Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia bertujuan untuk mengatasi kesenjangan pemuda putus sekolah atau yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya agar memiliki keterampilan untuk kemandirian secara ekonomi.


(21)

Di Provinsi Gorontalo dalam beberapa tahun terakhir, program ini sudah dilaksanakan namun belum dapat mencapai tujuan secara optimal. Dalam implementasinya pelatihan keterampilan yang diberikan tidak berorientasi pada kecakapan hidup sesuai kebutuhan dan prospek ekonomi yang sedang berkembang. Di samping itu program ini dalam pelaksanaanya tidak berbasis pada potensi kawasan sehingga dapat menimbulkan kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki dan ketersediaan sumber daya lokal serta kebutuhan masyarakat ( missed basic needs ).

Kondisi ini dapat berakibat pada kesinambungan program Kelompok Usaha Pemuda Produktif, dimana bisa menimbulkan kurang ketertarikan pemuda terhadap program ini. Dengan mengedepankan keterkaitan potensi kawasan dan tingkat kebutuhan keterampilan dan hasil produktifitasnya maka diharapkan program Kelompok Usaha Pemuda Produktif di Provinsi Gorontalo akan bernilai ekonomi bagi anggota kelompok tersebut. Hal ini jelas menjadi suatu program pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup (life skill). Ini juga sesuai dengan pemahaman terhadap pemberdayaan masyarakat sebagai usaha pengalokasian kekuasaan melalui perubahan struktur sosial atau sebagai suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh upaya pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif melalui pendidikan kecakapan hidup di Provinsi Gorontalo di antaranya adalah (1) pembentukan KUPP dilaksanakan tidak


(22)

berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan, (2) tidak terdapat persyaratan yang mengikat secara program terhadap persetujuan pendirian KUPP, (3) pengelola dan pengurus KUPP kurang memahami tujuan dan mekanismen pengelolaan KUPP, (4) rekrutmen anggota KUPP hanya berdasarkan faktor status pendidikan dan kategori usia, (5) penetapan pendidikan hidup belum mengacu pada kebutuhan warga belajar, (6) pendidikan kecakapan hidup dipilih oleh KUPP belum berorientasi pada potensi kawasan, (7) penetapan fasilitator pendidikan kecakapan hidup pada KUPP tidak berdasarkan kompetensi, (8) belum optimalnya pengelolaan KUPP dikaitkan dengan pemberdayaan pemuda putus sekolah, (9) pendidikan kecakapan hidup pada KUPP belum memprioritaskan peningkatan perilaku kewirausahaan pada warga belajarnya, (10) belum maksimalnya daya dukung masyarakat terhadap program KUPP, (11) belum optimalnya peran pemerintah dalam membina KUPP.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya ruang lingkup bahasan tentang Pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif melalui pendidikan berbasis kawasan maka dalam penelitian ini yang hendak dicapai adalah bagaimana pendidikan kecakapan hidup pada kelompok usaha pemuda produktif menjadi sebuah upaya pemberdayaan. Keterkaitan antar ketiga variabel di atas dibatasi pada efektifitas program dan potensi kawasan


(23)

sehingga bisa mengatasi persoalan berupa pengangguran dan kemampuan ekonomi di kalangan pemuda di Provinsi Gorontalo melalui peningkatan perilaku wirausaha anggotanya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian: Model Pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan maka peneliti dapat merumuskan permasalahannya sebagai pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif di Provinsi Gorontalo?

2. Bagaimana model konseptual pemberdayaan program pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan oleh KUPP di Provinsi Gorontalo? 3. Bagaimana implementasi model pemberdayaan kelompok usaha pemuda

produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam mengukur perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo?

4. Bagaimana efektivitas model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menjadikan pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan sebagai pemberdayan Kelompok Usaha Pemuda Produktif di


(24)

Provinsi Gorontalo secara efektif dan berimplikasi pada kemandirian kelompok.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk memahami hasil analisis yang berkenaan dengan:

1. Kondisi objektif pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif di Provinsi Gorontalo.

2. Model konseptual pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo.

3. Implementasi model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam mengukur perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo.

4. Efektivitas model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo.

E. Kegunaan Penelitian

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan model pemberdayaan pemuda melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo.


(25)

1. Mendapatkan model pemberrdayaan Pendidikan Kecakapan Hidup yang berbasis kawasan dalam pelaksanaan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) 2. Mengoptimalkan Pendidikan Kecakapan Hidup sebagai program

pemerintah di bidang pendidikan luar sekolah pada KUPP

3. Membantu pemerintah Provinsi Gorontalo dalam memberdayakan pemuda melalui program Pendidikan Kecakapan Hidup berbasis kawasan agar memiliki keterampilan

4. Memberikan masukan kepada pemerintah tentang pola dan strategi pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup berbasis kawasan dalam program pendidikan luar sekolah

F. Kerangka Konseptual

Untuk mengarahkan penelitian ini, maka perlu adanya kerangka konseptual tentang aspek-aspek yang akan diteliti.

1. Pemberdayaan adalah upaya yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial, dan tranpormasi budaya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, mapun aspek kebijakannya.


(26)

2. Kelompok Usaha Pemuda Produktif adalah kelompok pemuda Departemen Pendidikan Nasional dengan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan berwirausaha bagi pemuda dalam mengembangkan usaha mandiri yang berbasis pada keunggulan lokal.

3. Pendidikan Kecakapan Hidup adalah proses pemahaman kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehinga akhirnya mampu mengatasinya (Tim BBE Depdiknas, 2002: 9). Pendidikan kecakapan hidup dibagi menjadi dua kategori, yaitu kecakapan hidup yang bersifat dasar dan instrumental. Kecakapan hidup yang bersifat dasar adalah kecakapan yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan waktu dan ruang, dan merupakan fondasi dan sokoguru bagi tamatan PS dan PLS agar bisa mengembangkan kecakapan hidup yang bersifat instrumental. Kecakapan hidup yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan ruang, waktu, situasi, dan harus diperbaharuhi secara terus menerus sesuai dengan derap perubahan. Mengingat perubahan kehidupan berlangsung secara terus menerus, maka diperlukan kecakapan-kecakapan yang mutakhir, adaptif dan antisipatif. Oleh karena itu, prinsip belajar sekali selesai dan tidak perlu beiajar lagi. tidak relevan lagi.


(27)

Tamatan PS dan PLS, selain harus belajar sesuatu yang baru (learning), harus juga mampu melupakan pengalaman belajar yang lalu yang tidak lagi relevan lagi dengan kehidupan saat ini (unlearning) dan selalu belajar kembali (relearning)

4. Berbasis kawasan adalah suatu realisasi peningkatan nilai dari suatu potensi daerah sehingga menjadi produk/jasa atau karya lain yang bernilai tinggi, ciri khas kawasan dan memiliki keunggulan komparatif.

5. Perilaku kewirausahaan adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya dalam usaha meningkatkan derajat kehidupannya melalui proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.


(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan dan metode dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan dan metode berikut:

1. Pendekatan Kualitatif

Dalam praktek, penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:

1). KUPP sebagai subjek penelitian adalah orang-orang yang memiliki latar belakang dan karakteristik yang khusus seperti pemilikan dan pengalaman yang kurang dan perilaku kewirausahaan yang rendah sehingga mereka perlu dibelajarkan melalui pemberdayaan.

2). KUPP belum memiliki kemandirian dan perilaku kewirausahaan yang tinggi sehingga perlu diberikan bimbingan dalam pelaksanaan pekerjaan

3). Pendekatan ini untuk memantapkan implementasi model pemberdayaan yang efektif.

Pelaksanaan pendekatan kualitatif dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1). Mengadakan wawancara untuk mengetahui persepsi dan reaksi anggota KUPP tentang model pemberdayaan yang dikenalkan


(29)

2). Mengadakan observasi untuk mengetahui perilaku mereka selama mengikuti kegiatan pemberdayaan

3). Memberi tes untuk mengetahui perubahan kualitas dan produktivitas KUPP setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan

2. Pendekatan Kuantitatif

Penggunaan pendekatan kuantitatif berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

1). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa angka-angka sehingga pengolahan data memerlukan pendekatan yang bersifat kuantitatif

2). Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui efektifitas model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo

Pendekatan kuantitatif ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1). Mengadakan identifikasi tentang data yang akan dikumpulkan sesuai dengan keperluan seperti data hasil pemberian pretest dan post test 2). Memilih dan menggunakan rumus statistik yang tepat untuk mengolah

data tersebut sehingga proses pengolahan data benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara teori dan secara praktek


(30)

3). Memanfaatkan dari hasil pengolahan data untuk mengetahui pengembangan model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo

3. Metode Riset dan Pengembangan (Research and Development)

Sesuai dengan hakekat metode penelitian R & D, maka prosedur (langkah-langkah ) dalam pelaksanaannya mengacu pada apa yang dipaparkan oleh Borg & Gall (Sugiyono, 2007: 234) terdiri langkah-langkah sebagai berikut:

1). Melakukan studi pendahuluan, tahap ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan pemberdayaan KUPP, dan telalaah literature mengenai model-model pembelajaran, kususnya yang terkait dengan perilaku kewirausahaan, yang hasilnya menjadi dasar penyusunan dan pembuatan model konseptual. Kegiatannya berupa mengamati praksis pemberdayaan KUPP yang ada di Propinsi Gorontalo, dan kajian kepustakaan dari berbagai literatur yang relevan dengan tujuan penelitian ini.

2). Mengembangkan desain penelitian berdasarkan kerangka pemikiran yang dibangun dari hasil telaah pustaka dan kajian lapangan sebagaimana diuraikan pada langkah awal


(31)

4). Mengembangkan model konseptual pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo. Kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan model konseptual ini meliputi mengolah dan mendeskripsikan temuan studi pendahuluan, menelaah berbagai laporan penyelenggaraan pembelajaran untuk dijadikan rujukan dalam penyusunan model konseptual, mengkaji berbagai teori dan konsep yang akan dijadikan acuan dalam pengembangan model. Hasil kajian teori dapat menjadi kerangka berpikir peneliti, menyusun draf model konseptual berdasarkan kajian empirik dan konsep, membicarakan dengan praktisi melalui diskusi terbatas tentang model konseptual yang akan dikembangkan, dan merevisi draf model konseptual berdasarkan masukan dari praktisi.

5). Melakukan validasi model konseptual kepada teman sejawat, praktisi dan pakat bidang pendidikan non formal

6). Merevisi model konseptual berdasarkan masukan dari praktisi, pakar bidang pendidikan non formal dan teman sejawat

7). Melakukan uji coba model konseptual di lapangan yang ditunjukan untuk menghasilkan model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo.


(32)

9). Penyempurnaan model, dengan cara melakukan pengolahan dan analisa data temuan, melakukan revisi dan formulasi model

10). Menyusun laporan penelitian sebagai akhir kegiatan penelitian.

Langkah-langkah penelitian di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Langkah-Langkah Penelitian STUDI PENDAHULUAN (identifikasi kajian empirik dan teori)

Konseptual Empirik

Desain Penelitian

Pengembangan Instrumen

Pengembangan Model Konseptual Pemberdayaan

Validasi Model Revisi Model Uji Coba Model Tahap I

Uji Coba Model Tahap II

Model Akhir

Pengembangan model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan

kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di

Provinsi Gorontalo

Laporan akhir

Pakar Praktisi

Revisi I

Revisi II

Model I


(33)

B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, yaitu gambaran menyeluruh dan jelas tentang keadaan lapangan. Hal-hal yang menarik berhubungan dengan permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi dilacak dengan teknik wawancara. Sebagai pelengkap diadakan studi dokumen, berupa dokumen pribadi, dokumen resmi dan lain.

1. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologi dan psikologis yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan lain-lainnya. (Sugiyono, 2007: 162). Lebih lanjut dikemukakan oleh Nasution (1988: 61-62) bahwa intensitas partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan yaitu dari partisipasi nihil (non pariticipation), partisipasi pasif (pasive partisipation), partisipasi sedang (moderate partisipation), partisipasi aktif (active

partisipation), sampai dengan partisipasi penuh (complete partisipation).

Dengan mempertimbangkan kedudukan peneliti dan sifat penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan tingkatan partisipasi moderat. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi mulai dari kegiatan sebagai penonton, sewaktu-waktu turut serta dalam situasi atau kegiatan yang berlangsung.


(34)

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara atau dikenal dengan interview adalah ”is a

purposefull conservation usually betwen two people (but sometimes involving more( that is directed by one in order to get information (Bodgan, RC dan

Biklen SK, 1998: 135). Dalam teknik wawancara digunakan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur dengan disiapkan pedoman wawancara.

Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan data (1) jumlah KUPP di Provinsi Gorontalo, (2) rencana kerja KUPP baik yang jangka pendek maupun jangka panjang, (3) pelaksanaan pemberdayaan kepada anggota KUPP, (4) pembinaan terhadap KUPP, (5) peningkatan perilaku kewirausahaan, (6) pengembangan pemberdayaan, (7) program pasca pemberdayaan, (8) keadaan pelaksana, tutor dan anggota KUPP, (9) fasilitas yang tersedia, (10) aktivitas kemitraan, (11) penggalian dan pemanfaatan dana, (12) masalah yang ditemui dan upaya pemecahannya baik KUPP, tutor maupun penyelenggara, dan (13) tanggapan anggota KUPP terhadap


(35)

pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo.

Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) menetapkan kepada siapa wawancaara itu akan dilakukan, (2) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, (3) mengawali atau membuka alur wawancara, (4) melangsungkan alur wawancara, (5) mengkonfirmasikan iktisar hasil wawancara dan mengakhirinya, (6) menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, (7) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh (Sugiyono, 2007: 235).

c. Teknik studi dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya cataatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu untuk melengkapi data yang bersifat dokumen, foto, gambar, dan lain-lain yang diperlukan untuk kelengkapan penelitian. Adapun instrument yang digunakan untuk penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrument utama, pedoman observasi serta pedoman wawancara.


(36)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data antara lain tes. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.

Instrumen penelitian pendekatan kualitatif adalah peneliti sendiri yang didukung oleh seperangkat alat bantu yang dapat merekam apa yang terjadi di lapangan, meliputi:

a. Untuk teknik observasi instrumennya menggunakan pedoman observasi b. Untuk teknik wawancara instrumennya menggunakan pedoman wawancara c. Untuk teknik tes menggunakan tes tertulis dengan instrumennya daftar pertanyaan yang sudah disediakan alternatif jawabannya (tes objektif pilihan ganda)

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini, langkah-langkahnya secara garis besar dikelompokkan ke dalam tiga tahap pokok, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) kajian efektivitas.

1) Studi Pendahuluan

Pengumpulan data yang dilakukan distudi pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum yang terkait dengan model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku wirausaha di Provinsi Gorontalo serta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Teknik


(37)

pengumpulan data yang digunakan distudi pendahuluan adalah a) wawancara, b) observasi, dan c) mempelajari dokumen-dokumen.

Wawancara dilakukan dengan anggota KUPP, fasilitator, pemerintah, masyarakat, dan instansi terkait. Observasi dilakukan untuk mengamati seluruh aktivitas yang terkait dengan uji model dari tahap perencanaan sampai tahap pengembangan. Tes dilakukan dalam bentuk post test yang diberikan pada akhir kegiatan pemberdayaan untuk mengetahui kemampuan akhir warga belajar setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan.

2) Pengembangan Model

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengembangan model adalah a) wawancara dan b) mempelajari dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan pakar, praktisi dan teman sejawat. Dokumentasi yang dipelajari adalah data yang terhimpun ketika studi pendahuluan dilakukan.

3) Kajian Efektivitas Model

Kajian efektivitas dilakukan melalui ujicoba model dan uji efektivitas model. Pada tahap kajian efektivitas model ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah a) wawancara, b) observasi, c) mempelajari dokumen, dan d) tes.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan model pelatihan pendampingan dalam rangka


(38)

pengembangan model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo

Data dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data tentang model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan di Provinsi Gorontalo diperoleh dari hasil wawancara sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan informasi-informasi yang relevan dengan variabel penelitian.

2. Sumber Data

Yang menjadi sumber dalam penelitian ini adalah pemerintah, pengelola KUPP, instruktur (fasilitator), pemuda, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh pemuda dan masyarakat lainnya.

D. Teknik Analisis Data

Borg & Gall (dalam Moleong, 1990: 115), mengemukakan langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan yang dikenal dengan istilah lingkaran research dan development yang terdiri atas, (a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, (b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian, (c) uji lapangan, dan (d) mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan


(39)

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggabungan antara analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisis deskriptif didasari atas pertimbangan bahwa secara harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk: 1) membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian, 2) mengidentifikasi masalah-masalah untuk mendapatkan justifikasi keadaan atau praktek-praktek yang sedang berlangsung, membuat komparasi dan evaluasi, 3) untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan (Suryabrata, 2003: 41)

Aplikasi teknik analisis data dalam penelitian ini dikelompokkan atas tiga tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan model dan kajian efektivitas. 1) Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pendahuluan digunakan teknik analisis data kualitatif. Huberman dan Miles (bungin, 2003:63) mengatakan bahwa analisis data dan pengumpulan data kualitatif memperlihatkan sifat interaktif, sebagai suatu sistem dan merupakan siklus. Pengumpulan data ditempatkan sebagai bagian komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data sebagaimana gambar berikut:


(40)

Gambar 3.2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif (sumber, Bungin 2003)

2) Tahap Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model dilakukan analisis deskriptif, di mana berdasarkan hasil studi pendahuluan dan kajian teoretik meliputi menyusun model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku wirausaha di Provinsi Gorontalo. Model yang disusun ini kemudian divalidasi pakar, praktisi, dan teman sejawat serta dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. 3) Tahap Kajian Efektivitas

Pada tahap kajian efektivitas model ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan model eksperimen “Randomized Posttest-Only Control Group Design” (desain kelompok kontrol PascaTest beracak) yang bagannya sebagai berikut:

Data collection

Data Display

Data Reduction

Conclusion Drawing Verification


(41)

Kelompok Perlakuan Pascatest

A (KE) X 0

B (KK) 0

Gambar 3.3. Randomized Posttest-Only Control Group Design (Diadaptasi dari Sukmadinata, 2005:206)

Keterangan:

A : Kelompok yang dibentuk B : Kelompok yang dibentuk KE : Kelompok eksperimen KK : Kelompok kontrol

X : Perlakuan yang diberikan 0 : Tes yang diberikan

Kelompok A dan Kelompok B memiliki karakteristik yang sama atau homogen. Kelompok A diberi perlakuan dalam hal ini kegiatan pembelajarannya menggunakan model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku wirausaha (model yang dikembangkan). Kelompok B kegiatan pembelajarannya menggunakan model yang selama ini biasa dilaksanakan di KUPP. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir kelompok A dan kelompok B diberi tes yang sama. Hasil tes kedua kelompok ini diuji perbedaannya dengan menggunakan statistika melalui uji t.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang akan dilakukan peneliti terdiri atas: 1. Uji Kredibilitas

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dapat dipercaya. Kegiatannya meliputi: (1) triangulasi, yakni mengecek


(42)

kebenaran data yang diperoleh kepada sumber lain pada waktu yang berlainan dan dengan metode pendekatan lain, (2) Membercheck, dengan mengkonfimasikan data kepada responden yang pernah diwawancarai, (3) mengadakan pengamatan terus menerus atau secara berulang-ulang pada objek/lokasi penelitian, (4) mendiskusikan data tersebut orang lain yang mengetahui keadaan di lapangan penelitian.

2. Uji Tranferabilitas

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji keberlakuan hasil penelitian atau informasi yang diberikan dalam konteks yang lebih luas.

3. Uji Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Untuk uji dependabilitas diadakan wawancara secara beruntun kepada responden yang berbeda dan dalam waktu yang berbeda. Kemudian hasilnya dibandingkan. Untuk konfirmabilitas, data yang diperoleh dikonfimasikan kepad orang lain. Kedua cara dilakukan secara bersamaan pada kegiatan audit trail. Dimaksudkan dengan audit trail adalah pemeriksaan secara lengkap dan teliti seluruh proses penelitian yang telah dilalui.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara umum hasil penelitia ini adalah:.

1. Pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif di Provinsi Gorontalo belum terlaksana secara optimal. Pemberdayaan Kelompok Usaha Pemuda Produktif melalui Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Kawasan dilaksanakan secara konvensional dengan tidak memperhatikan peningkatan perilaku kewirausahaan.

2. Pengembangan konseptual model pemberdayaan KUPP melalui PKH dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan dilaksanakan melalui kegiatan: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan program pemberdayaan, dan hasil dengan memilah secara jelas komponen, proses dan tujuannya. 1) perencanaan, meliputi: rekrutmen calon warga belajar, identifikasi kebutuhan dan sumber serta kemungkinan hambatan, rekrutmen calon tutor, menyusun program pembelajaran, menyusun tata tertib kursus, 2) pengorganisasian, meliputi; pembentukan penanggung jawab penyelenggara pelatihan, pembagian tugas, penyelenggara pelatihan, fasilitator dan anggota KUPP, 3) pelaksanaan, terdiri dari 4 proses pemberdayan, 4) hasil meliputi; peningkatan pengetahuan dan perilaku kewirausahaan


(44)

3. Implementasi model dilaksanakan melalui pelaksanaan uji coba selama dua kali yakni uji coba tahap pertama dilakukan di KUPP Bina Sejahtera dan uji coba tahap kedua dilaksanakan di KUPP Karya Bersama. Dari hasil uji coba ini ternyata menunjukkan adanya dampak positif tidak saja bagi anggota tetapi juga bagi pengelola KUPP, penyelenggara pendidikan kecakapan hidup dan fasilitator. Mereka telah memperoleh wawasan baru mengenai proses suatu pemberdayaan pendidikan keterampilan di KUPP yaitu suatu model pemberdayaan yang mengintegrasikan pemahaman tentang kewirausahaan yang memanfaatkan potensi kawasan lokal

4. Efektifitas pengembangan model pemberdayaan ini ditunjukkan dengan kegiatan yang telah dilakukan dalam proses pemberdayaan yang mampu menghasilkan prestasi belajar bagi anggota, dimana nilai yang diperoleh anggota setelah diberikan evaluasi post-test berkategori baik dan baik sekali baik materi pendidikan kecakapan hidup maupun materi kewirausahaan. Nilai hasil belajar yang diperoleh kelompok eksperimen ini lebih tinggi setelah dibandingkan dengan nilai hasil belajar yang diperoleh kelompok kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa 1) kelompok eksperimen tingkat penguasaan materi pendidikan kecakapan hidupnya lebih merata dibanding kelompok control, 2) rata-rata hasil nilai tes kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata hasil test kelompok control, 3) telah terjadi peningkatan hasil belajar anggota dari pelaksanaan uji coba tahap


(45)

pertama ke uji coba tahap kedua, 4) terjadi peningkatan perilaku kewirausahaan.

B. Rekomendasi

1. Rekomendasi Untuk Perluasan Penerapan Model

Model pemberdayaan kelompok usaha pemuda produktif melalui pendidikan kecakapan hidup berbasis kawasan dalam meningkatkan perilaku wirausaha terbukti efektif digunakan dalam pemberdayaan KUPP di Provinsi Gorontalo. Model pembelajaran ini disusun secara sederhana, praktis dan sistematis sehingga mudah dipelajari dan diterapkan dalam satuan pendidikan nonformal.

Untuk keperluan di atas peneliti merasa tepat memberikan rekomondasi kepada: a) pemerintah yang bertanggungjawab membina program pendidikan nonformal khususnya subdin/bidang yang menangani pendidikan nonformal di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi untuk mempertimbangkan menerima model pemberdayaan ini sebagai salah satu pedoman pelaksanaan kegiatan pendidikan luar sekolah di wilayahnya masing-masing sekaligus mensosialisasikannya kepada satuan pendidikan nonformal yang ada, b) Penyelenggara pendidikan luar sekolah untuk mempertimbangkan menerima model pemberdayaan ini sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pengembangan KUPP.


(46)

2. Rekomendasi untuk KUPP

Model ini sebaiknya diterapkan dalam pendidikan kecakapan hidup masyarakat, mengingat model pemberdayaan KUPP dalam PKH dapat meningkatkan perilaku kewirausahaan masyarakat sehingga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga.

3. Rekomendasi Untuk Penelitian Lanjutan

Untuk kepentingan penelitian lanjutan dapat direkomendasikan mengambil beberapa tema yang bersumber dari hasil penelitian ini baik yang bersifat repleksi maupun perluasannya. Penelitian ini menemukan banyak hal yang sesungguhnya menarik untuk dilakukan penelitian lanjutan. Keterbatasan waktu dan kompleksitasnya pendidikan luar sekolah membuat ada hal-hal yang masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagaimana disebutkan dalam keterbatasan penelitian, faktor pendukung dan faktor penghambat.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak, (2000). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, UPI, Press

Adisasmita, Rahardjo (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Alma, Buchari,(2010). Kewirausahaan, untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta

Astamoen, H.M.P. (2008). Entrepreneurship, dalam Perspektif Kondisi

Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta

Bachrul Elmi (2004). Studi Pembiayaan Pembangunan Perkotaan (urban

development finance) Kota Prabumulih, Kajian Ekonomi dan Keuangan.,

Vol.8, No.1. Maret.

Bendavid-V.A. (1991). Regional and Local Economic Analysis for

Practitioners, Fourth edition, New York: Prager Publisher.

Boediono (1985). Teori Pertumbuhan Ekonomi., Yogyakarta, BPFE-UGM. Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (1998). Qualitative Research for Education: An

Intriduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

BPS, 2011, Data Kependudukan Provinsi Gorontalo.

Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Bygrave, W.D. and Andrew Zacharakis, (2004). The Portable MBA in

Entrepreneurship, Third Edition, , John Willey & Sons, Inc.

Coombs, P. (1984). The World Crisis in Education, New York: Oxford University Press.

Cook, J.B, (1994), Community Development Theory, Community Development Publication MP568, Dept. of Community Development, University of Missouri-Columbia).

Direktorat Jenderal Pendidikan Informal dan Non Formal, (2008), Life Skills Pendidikan Kecakapan Hidup PLS, (http:///www.Life-skills-pendidikan-kecakapan-hidup.html) diakses 23 Oktober 2011


(48)

Fitrihana, Noor. (2008). Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132297145/Proses%20Pembelajara n%20yang%20Berorientasi%20pada%20Kecakapan%20Hidup.pdf. diakses 23 Oktober 2011

Friedman, P.G. (1985), Informal, non-farmal and formal education

programmes, in YMCA George williams college ICE30.1 Lifelong

Learning Unit 2, London: yMCA George Williams College.

Giarci, G.G, (2001), Caught in Nets: A Critical Examination of the Use of the

Concept of “Network” in Community Development Studies, Community

Development Journal Vol.36 (1): 63-71, January 2001 , Oxford University Press).

Hamalik, Oemar, (2001), Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara..

Hikmat, Harry. (2006). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press

Hoover., E.M. (1971). An Introduction to Rergional Economics. (1 st ed.). New York: Alfred A.Knopf, Inc.

Hutomo, M.Y. (2000). Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:

Tinjauan Teoritik dan Implementasi. Jakarta: Jurnal

Http://imandede.blogspot.com/2009/10/bab-ii-perilaku-kewirausahaan.html) diakses 23 Oktober 2011

http://iwangeodrs81.wordpress.com/2010/08/24/pranata-sosial-1/) diakses, 19 April 2012

http://www.slideshare.net/IyizzHatikecil/model-pendidikankecakapanhidup) diakses, 19 April 2012

(http://www.depsos.go.id/unduh/Bambang_Rudito%20.pdf). diakses, 19 April 2012

Kamil, Mustofa, (2009). Pendidikan Non Formal, Pengembangan Melalui

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia. Bandung:

Alfabeta

Kamila, (2008). Pendidikan Kecakapan Hidup. (http:///www.pendidikan-kecakapan-hidup.html) diakses tanggal 23 Oktober 2011


(49)

Kindervatter, S. (1979). No formal Education As An Empowering Process, Massachusetts, Amherst.

Lestari, Sri, (2009). Kajian Model Penumbuhan Unit Usaha Baru. Jakarta: Jurnal

Lincolyn Arsyad, (1999). Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan

Ekonomi Daerah, Edisi Pertama, BPFE – UGM, Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muatif, Krismiwati. Basita G. Sugihen. Djoko Susanto, dan Pang S. Asngari. (2008). Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah, Kasus Peternak

Sapi Perah di Kabupaten Bandung Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan Maret

2008. Vol.4 No.1

Mudrajat Kuncoro (2000). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan

Kebijakan (1 st ed.). UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Muhammad, Fadel (1992). Industrialisasi & Wiraswasta: Masyarakat Industri

'Belah Ketupat'. Jakarta: PT Gramedia Pustakan Utama

Mulyana, Enceng. (2008), Model Tukar Belajar (Learning Exchange) dalam

Perspektif Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Bandung: Alfabeta

Mubyarto dan Santoso (2003) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Jakarta Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nitisusastro, Mulyadi. (2010). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil.

Bandung: Alfabeta

Notoatmodjo (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Nuryanti, dan Mahri. (2010). Cooperative Learning (mempraktikkan

cooperative learning diruang-ruang kelas). Jakarta: Grasindo.

Pranarka, A.M.W. dan Moeljarto, Vidhyandika. (1996). Pemberdayaan (empowerment) Konsep, kebijakan dan implementasiCSIS; Jakarta.

Prasetyo, (2009), Membangun Karakter Wirausaha Melalui Pendidikan

Berbasis Nilai dalam Program Pendidikan Non Formal.

(http:///Membangun-Karakter-Wirausaha-Melalui-Pendidikan-Berbasis-Nilai-dalam-Program-Pendidikan-Non-Formal.htm) diakses 23 Oktober 2011


(50)

Purwanto, (1987). Pendidikan Luar Sekolah Dalam Menyukseskan Wajib Belajar

Pendidikan Dasar, Jakarta: Depdikbud

Projono, O.S dan Pranarka, A.M.W (1996). Pemberdayan: Konsep, Kebijakan

dan implementasi. CSIS; Jakarta

Rudito, Bambang. (2009). Pranata Sosial. Jakarta. Jurnal

Sadjad, Sjamsoe`oed, (2000), Memberdayakan Petani Desa, Kompas 22 September 2000.

Slamet PH. (2002). Pendidikan Kecakapan Hidup di Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama: Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta. Direktorat Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama.

Soegoto, E.S, (2009). Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: Gramedia

Soeparmoko (2002). Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan

Daerah. Edisi pertama. Andi. Yogyakarta.

Sumarsono. (2003). Kurikulum Kita: Dimana Salahnya?. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran edisi khusus TH. XXXVI Desember 2003. Singaraja: IKIP Singaraja

Subejo dan Iwamoto, Noriaki, (2003), Labor Institutions in Rural Java: A

Case Study in Yogyakarta Province, Working Paper Series No. 03-H-01,

Department of Agriculture and Resource Economics, The University of Tokyo.

Subejo dan Supriyanto, (2004), Metodologi Pendekatan Pemberdayaan

Masyarakat, Short paper pada Kuliah Intensif Pemberdayaan Masyarakat

Pedesaan, Study on Rural Empowerment (SORem)--Dewan Mahasiswa Fak. Pertanian UGM tanggal 16 Mei 2004.

Sudjana, D. (2000). Pendidikan Luar Sekolah, Sejarah, Azas. Bandung.

..., (2001), Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah,

Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung Azas, Bandung:Falah

Production.

..., (2004). “Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar

Sekolah“.Bandung

Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta


(51)

Sunaryo, Saifudin. (2006). Sikap manusia dan Pengukurannya. Jakarta : Rineka Cipta

Suryadi, Ace. (2009). Mewujudkan Masyarakat Pebelajar; Konsep, Kebijakan,

dan Implementasi. Bandung: Widya Aksara Press

Suryabrata, S. (2003). Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Sutaat, (2010). Diagnosa Permasalahan Sosial Di Sebatik Barat Kabupaten

Nunukan.

http://www.depsos.go.id/unduh/09_DIAGNOSA%20PERMASALAHAN% 20SOSIAL.pdf. Diakses 19 April 2012

Sutardi, Azis. (2002). Kelompok Pemuda Produktif. Jakarta: Balai Pustaka Tim Broad Based Education. (2002). Pendidikan Berorientasi Kecakapan

Hidup (Life Skill Education) Buku 1 & II., Jakarta:Depdiknas

Todaro.,M.P. (2000). Economic Development (7th ed.) New York; Addition Wesley Longman, Inc.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wikipedia, (2010). Peningkatan Kecakapan Hidup Masyarakat.

Http:www.peningkatan_kecakapan_hidup_masyarakat.html

Yuliadi, Rahkmat,. (2006). Reformasi pendidikan Kesetaraan, Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jenderal pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas Jakarta. (paper)


(1)

2. Rekomendasi untuk KUPP

Model ini sebaiknya diterapkan dalam pendidikan kecakapan hidup masyarakat, mengingat model pemberdayaan KUPP dalam PKH dapat meningkatkan perilaku kewirausahaan masyarakat sehingga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga.

3. Rekomendasi Untuk Penelitian Lanjutan

Untuk kepentingan penelitian lanjutan dapat direkomendasikan mengambil beberapa tema yang bersumber dari hasil penelitian ini baik yang bersifat repleksi maupun perluasannya. Penelitian ini menemukan banyak hal yang sesungguhnya menarik untuk dilakukan penelitian lanjutan. Keterbatasan waktu dan kompleksitasnya pendidikan luar sekolah membuat ada hal-hal yang masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagaimana disebutkan dalam keterbatasan penelitian, faktor pendukung dan faktor penghambat.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak, (2000). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, UPI, Press

Adisasmita, Rahardjo (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Alma, Buchari,(2010). Kewirausahaan, untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta

Astamoen, H.M.P. (2008). Entrepreneurship, dalam Perspektif Kondisi

Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta

Bachrul Elmi (2004). Studi Pembiayaan Pembangunan Perkotaan (urban

development finance) Kota Prabumulih, Kajian Ekonomi dan Keuangan.,

Vol.8, No.1. Maret.

Bendavid-V.A. (1991). Regional and Local Economic Analysis for

Practitioners, Fourth edition, New York: Prager Publisher.

Boediono (1985). Teori Pertumbuhan Ekonomi., Yogyakarta, BPFE-UGM. Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (1998). Qualitative Research for Education: An

Intriduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

BPS, 2011, Data Kependudukan Provinsi Gorontalo.

Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Bygrave, W.D. and Andrew Zacharakis, (2004). The Portable MBA in

Entrepreneurship, Third Edition, , John Willey & Sons, Inc.

Coombs, P. (1984). The World Crisis in Education, New York: Oxford University Press.

Cook, J.B, (1994), Community Development Theory, Community Development Publication MP568, Dept. of Community Development, University of Missouri-Columbia).

Direktorat Jenderal Pendidikan Informal dan Non Formal, (2008), Life Skills Pendidikan Kecakapan Hidup PLS, (http:///www.Life-skills-pendidikan-kecakapan-hidup.html) diakses 23 Oktober 2011


(3)

Fitrihana, Noor. (2008). Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132297145/Proses%20Pembelajara

n%20yang%20Berorientasi%20pada%20Kecakapan%20Hidup.pdf.

diakses 23 Oktober 2011

Friedman, P.G. (1985), Informal, non-farmal and formal education

programmes, in YMCA George williams college ICE30.1 Lifelong

Learning Unit 2, London: yMCA George Williams College.

Giarci, G.G, (2001), Caught in Nets: A Critical Examination of the Use of the

Concept of “Network” in Community Development Studies, Community

Development Journal Vol.36 (1): 63-71, January 2001 , Oxford University Press).

Hamalik, Oemar, (2001), Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara..

Hikmat, Harry. (2006). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press

Hoover., E.M. (1971). An Introduction to Rergional Economics. (1 st ed.). New York: Alfred A.Knopf, Inc.

Hutomo, M.Y. (2000). Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:

Tinjauan Teoritik dan Implementasi. Jakarta: Jurnal

Http://imandede.blogspot.com/2009/10/bab-ii-perilaku-kewirausahaan.html)

diakses 23 Oktober 2011

http://iwangeodrs81.wordpress.com/2010/08/24/pranata-sosial-1/) diakses, 19 April 2012

http://www.slideshare.net/IyizzHatikecil/model-pendidikankecakapanhidup) diakses, 19 April 2012

(http://www.depsos.go.id/unduh/Bambang_Rudito%20.pdf). diakses, 19 April 2012

Kamil, Mustofa, (2009). Pendidikan Non Formal, Pengembangan Melalui

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia. Bandung:

Alfabeta

Kamila, (2008). Pendidikan Kecakapan Hidup. (

http:///www.pendidikan-kecakapan-hidup.html) diakses tanggal 23 Oktober 2011


(4)

Kindervatter, S. (1979). No formal Education As An Empowering Process, Massachusetts, Amherst.

Lestari, Sri, (2009). Kajian Model Penumbuhan Unit Usaha Baru. Jakarta: Jurnal

Lincolyn Arsyad, (1999). Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan

Ekonomi Daerah, Edisi Pertama, BPFE – UGM, Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muatif, Krismiwati. Basita G. Sugihen. Djoko Susanto, dan Pang S. Asngari. (2008). Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah, Kasus Peternak

Sapi Perah di Kabupaten Bandung Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan Maret

2008. Vol.4 No.1

Mudrajat Kuncoro (2000). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan

Kebijakan (1 st ed.). UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Muhammad, Fadel (1992). Industrialisasi & Wiraswasta: Masyarakat Industri

'Belah Ketupat'. Jakarta: PT Gramedia Pustakan Utama

Mulyana, Enceng. (2008), Model Tukar Belajar (Learning Exchange) dalam

Perspektif Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Bandung: Alfabeta

Mubyarto dan Santoso (2003) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Jakarta Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nitisusastro, Mulyadi. (2010). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil.

Bandung: Alfabeta

Notoatmodjo (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Nuryanti, dan Mahri. (2010). Cooperative Learning (mempraktikkan

cooperative learning diruang-ruang kelas). Jakarta: Grasindo.

Pranarka, A.M.W. dan Moeljarto, Vidhyandika. (1996). Pemberdayaan (empowerment) Konsep, kebijakan dan implementasiCSIS; Jakarta.

Prasetyo, (2009), Membangun Karakter Wirausaha Melalui Pendidikan

Berbasis Nilai dalam Program Pendidikan Non Formal.

(http:///Membangun-Karakter-Wirausaha-Melalui-Pendidikan-Berbasis-Nilai-dalam-Program-Pendidikan-Non-Formal.htm) diakses 23 Oktober 2011


(5)

Purwanto, (1987). Pendidikan Luar Sekolah Dalam Menyukseskan Wajib Belajar

Pendidikan Dasar, Jakarta: Depdikbud

Projono, O.S dan Pranarka, A.M.W (1996). Pemberdayan: Konsep, Kebijakan

dan implementasi. CSIS; Jakarta

Rudito, Bambang. (2009). Pranata Sosial. Jakarta. Jurnal

Sadjad, Sjamsoe`oed, (2000), Memberdayakan Petani Desa, Kompas 22 September 2000.

Slamet PH. (2002). Pendidikan Kecakapan Hidup di Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama: Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta. Direktorat Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama.

Soegoto, E.S, (2009). Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: Gramedia

Soeparmoko (2002). Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan

Daerah. Edisi pertama. Andi. Yogyakarta.

Sumarsono. (2003). Kurikulum Kita: Dimana Salahnya?. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran edisi khusus TH. XXXVI Desember 2003. Singaraja: IKIP Singaraja

Subejo dan Iwamoto, Noriaki, (2003), Labor Institutions in Rural Java: A

Case Study in Yogyakarta Province, Working Paper Series No. 03-H-01,

Department of Agriculture and Resource Economics, The University of Tokyo.

Subejo dan Supriyanto, (2004), Metodologi Pendekatan Pemberdayaan

Masyarakat, Short paper pada Kuliah Intensif Pemberdayaan Masyarakat

Pedesaan, Study on Rural Empowerment (SORem)--Dewan Mahasiswa Fak. Pertanian UGM tanggal 16 Mei 2004.

Sudjana, D. (2000). Pendidikan Luar Sekolah, Sejarah, Azas. Bandung.

..., (2001), Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah,

Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung Azas, Bandung:Falah

Production.

..., (2004). “Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar

Sekolah“.Bandung

Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta


(6)

Sunaryo, Saifudin. (2006). Sikap manusia dan Pengukurannya. Jakarta : Rineka Cipta

Suryadi, Ace. (2009). Mewujudkan Masyarakat Pebelajar; Konsep, Kebijakan,

dan Implementasi. Bandung: Widya Aksara Press

Suryabrata, S. (2003). Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Sutaat, (2010). Diagnosa Permasalahan Sosial Di Sebatik Barat Kabupaten

Nunukan.

http://www.depsos.go.id/unduh/09_DIAGNOSA%20PERMASALAHAN%

20SOSIAL.pdf. Diakses 19 April 2012

Sutardi, Azis. (2002). Kelompok Pemuda Produktif. Jakarta: Balai Pustaka Tim Broad Based Education. (2002). Pendidikan Berorientasi Kecakapan

Hidup (Life Skill Education) Buku 1 & II., Jakarta:Depdiknas

Todaro.,M.P. (2000). Economic Development (7th ed.) New York; Addition Wesley Longman, Inc.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wikipedia, (2010). Peningkatan Kecakapan Hidup Masyarakat.

Http:www.peningkatan_kecakapan_hidup_masyarakat.html

Yuliadi, Rahkmat,. (2006). Reformasi pendidikan Kesetaraan, Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jenderal pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas Jakarta. (paper)


Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Ekonomi Pemuda Melalui Penguatan Kelompok Swadaya Masyarakat : Kasus Kelompok Usaha Pemuda Produktif Ebony Citra Mandiri di Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah

0 8 140

Pemberdayaan Ekonomi Pemuda Melalui Penguatan Kelompok Swadaya Masyarakat : Kasus Kelompok Usaha Pemuda Produktif Ebony Citra Mandiri di Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah

0 6 140

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI.

0 0 55

PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI.

0 3 100

MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PEMUDA PRODUKTIF (KPP) MELALUI PENDAMPINGAN DALAM PENGELOLAAN USAHA KECIL: Studi Kasus di PKBM Nurul Hikmah Kabupaten Garut.

0 0 85

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ANDRAGOGI UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN HIDUP BAGI PEMUDA PUTUS SEKOLAH DI KOTA GORONTALO.

0 0 53

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEBUTUHAN DAN POTENSI LOKAL UNTUK MENGATASI PENGANGGURAN :Studi di Kelompok Belajar Usaha Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.

0 0 78

Model Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Masyarakat Bagi Remaja Putus Sekolah Dalam Usaha Menciptakan Lapangan Kerja

0 0 2

Pemberdayaan Perempuan Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup di Desa Wisata Bejiharjo

0 1 17

JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN NILAI KEWIRAUSAHAAN MENINGKATKAN KEMANDIRIAN USAHA MELALUI PERILAKU KEWIRAUSAHAAN

0 4 20