KOMPARASI METODE ANGOFF DAN EBEL DALAM MENETAPKAN SKOR BATAS BAWAH PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

(1)

KOMPARASI METODE ANGOFF DAN EBEL DALAM

MENETAPKAN SKOR BATAS BAWAH PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Penelitian dan Pengukuran Pendidikan

Oleh

DEWI NURYAWATI 1107273

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

KOMPARASI METODE ANGOFF DAN EBEL DALAM MENETAPKAN SKOR BATAS BAWAH PADA MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA

Oleh: Dewi Nuryawati

Sarjana Sosial IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2003

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi

Penelitian dan Pengukuran Pendidikan

© Dewi Nuryawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang – undang


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

KOMPARASI METODE ANGOFF DAN EBEL DALAM MENETAPKAN SKOR BATAS BAWAH PADA MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Penelitian dan Pengukuran Pendidikan

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing,

Dr. Wahid Munawar, M.Pd NIP. 196305201 198901 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Penelitian dan Pengukuran Pendidikan

Dr.Budi Susetyo, M.Pd NIP. 19580907 198703 1 001


(4)

TESIS INI TELAH DIUJIKAN TAHAP II PADA:

Hari/Tanggal : Kamis, 10 Juli 2014 Waktu : 09.00 – 11.00 WIB

Tempat : Ruang 040 Lantai 2, Sekolah Pasca Sarjana UPI

Penguji Terdiri dari:

Penguji 1,

Dr. Wahid Munawar, M.Pd NIP. 196305201 198901 1 001

Penguji 2,

Dr.Budi Susetyo, M.Pd NIP. 195809071987031001

Penguji 3,

Dr. Nahadi, M.Si, M.Pd NIP.197102041997021002

Tanggung jawab yuridis ada pada:

Dewi Nuryawati NIM. 1107273


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Komparasi Metode Angoff dan Ebel dalam Menetapkan Skor Batas Bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia” ini beserta seluruh isi adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2014 Yang membuat pernyataan

ttd


(6)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KOMPARASI METODE ANGOFF DAN EBEL DALAM MENETAPKAN SKOR BATAS BAWAH PADA MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA

Dewi Nuryawati, 1107273

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk untuk membandingkan metode Angoff dan Ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII MTs di Kabupaten Subang. Populasi dalam penelitian ini adalah skor judgement panelis pada metode

Angoff dan Ebel sebanyak 37 dan skor jawaban siswa pada tes Bahasa Indonesia

Kelas VII sebanyak 487. Teknik penyampelan dilakukan dengan simple random

sampling, dan terpilih jumlah sampel sebanyak 34 skor judgement panelis dan 200

skor jawaban siswa pada masing-masing metode. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar tes siswa dan lembar kerja panelis, dengan teknik analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwaskor batas bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII MTs di Kabupaten Subangdengan menggunakan metode Angoff dan

Ebel tidak berbeda secara signifikan.


(7)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

COMPARISON BETWEEN ANGOFF AND EBEL METHODS IN SETTING CUT OFF SCORES ON INDONESIAN SUBJECTS

DewiNuryawati, 1107273

ABSTRACT

This study is a comparative descriptive study to compare the Angoff and Ebel methods in setting cut off scores on Indonesian Subjects ClassVII MTs in Subang district. The population in this study was 37 panelist judgment scores on the Angoff and Ebel methods and 487 students' answers scores on tests Indonesian Class VII. Techniques used with simple random sampling, and selected a total sample of 34 scores judgment panelists and 200 answer scores of students in each method. Data was collected using students'test sheets and work sheets panelists, with data analysis techniques using a paired t test. The results showed that cut off scores on Indonesian Subjects ClassVII MTs in Subang district using Angoff and Ebel methods did not differ significantly.


(8)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN TELAH DIUJIKAN ... iv

PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoritis ... 9

1. Skor Batas Bawah ... 9

2. Metode Standard Setting ... 10

3. Metode Standard Setting yang Berbasis pada Tes ... 12

a. Metode Angoff ... 12

b. Metode Ebel ... 15

c. Metode Nedelsky ... 17

4. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 19

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20


(9)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 23

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 23

C. Variabel Penelitian ... 25

a. Skor Batas Bawah ... 25

b. Metode Angoff ... 26

c. Metode Ebel ... 27

D. Alur Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 29

1. Uji Instrumen Penelitian ... 29

a. Validitas Isi ... 30

b. Tingkat Daya Beda ... 31

c. Reliabilitas Tes ... 31

d. Tingkat Kesulitan Butir Tes ... 32

2. Komparasi ... 33

a. Konsistensi Metode ... 33

b. Konsistensi Inter-judge ... 33

c. Deskripsi Hipotesis ... 34

3. Uji Hipotesis ... 34

4. Hipotesis Statistik ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Deskripsi Data ... 36

a. Deskripsi Instrumen Bahasa Indonesia... 36

b. Deskripsi Data pada Sampel Skor Jawaban Siswa kelas VII pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 37

1. Data pada Sampel Skor Jawaban Siswa kelas VII Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Metode Angoff ... 37

2. Data pada Sampel Skor Jawaban Siswa kelas VII Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Metode Ebel ... 38

c. Deskripsi Data Penetapan Skor Batas Bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesiadengan MetodeAngoff ... 38

d. Deskripsi Data Penetapan Skor Batas Bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesiadengan Metode Ebel ... 41

e. Perbandingan Standard Error of Judgement (SEj) pada Metode Angoff dan Ebel ... 43


(10)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Standard Error of Judgement (SEj) pada Metode Angoff ... 43

2. Standard Error of Judgement (SEj) pada Metode Ebel ... 44

f. Perbandingan Inter-judge pada Metode Angoff dan Ebel ... 44

g. Deskripsi Pemetaan Tingkat Kesulitan Butir dan Representasi Tingkat Kesulitan Butir pada Metode Angoff dan Ebel ... 45

2. Pengujian Persyaratan ... 46

a. Uji Normalitas Skor Batas Bawah dengan Menggunakan Metode Angoff ... 46

b. Uji Normalitas Skor Batas Bawah dengan Menggunakan Metode Ebel ... 47

c. Uji Homogenitas Skor Batas Bawah dengan Menggunakan Metode Angoff dan Ebel ... 48

3. Pengujian Hipotesis ... 48

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 52

B. Rekomendasi ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(11)

1

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Guru sebagai tenaga profesional idealnya harus melaksanakan serangkaian proses pembelajaran, mulai dari persiapan materi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran serta pelaksanaan penilaian sebagai tahap akhir proses pembelajaran dengan cara melakukan kegiatan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Pada tahap persiapan, guru akan mempersiapkan bahan – bahan pembelajaran yang sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan, kemudian pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru akan memberikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru akan mengobservasi kemampuan dan kekurangan yang dimiliki oleh murid secara individu yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penilaian.

Pada tahap akhir, guru akan melakukan penilaian terhadap skor jawaban siswa yang salah satu caranya adalah dengan memberikan sejumlah tes untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Pemberian tes pada siswa akan disajikan dalam berbagai bentuk tes, ada yang berbentuk lisan ataupun berbentuk tulisan. Namun yang sering dilakukan oleh lembaga pendidikan formal adalah tes tulisan dengan bentuk tes pilihan ganda dan essai.

Hasil skor jawaban siswa selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan apakah siswa telah mencapai kriteria ketuntasan atau belum. Jika skor yang diperoleh telah mencapai skor yang ditetapkan dalam kriteria ketuntasan maka siswa dianggap lulus, dan sebaliknya jika siswa belum mencapai kriteria ketuntasan maka siswa dinyatakan tidak lulus dan harus mengikuti program


(12)

2

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Skor kriteria ketuntasan atau skor batas bawah merupakan skor minimal yang berfungsi sebagai pembatas antara siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Penetapan skor ini akan ditentukan sebelum proses pembelajaran dimulai dengan pelaksanaan penetapannya dilakukan oleh guru mata pelajaran yang diampu. Pada tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) khususnya, penetapan skor batas bawah pada umumnya menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau metode konvensional yang telah diatur oleh pemerintah. Dengan teknik ini ada 3 aspek yang akan diukur yakni, kompleksitas (tingkat kesulitan materi), daya

dukung (sarana dan prasarana) dan intake siswa (kemampuan siswa), kemudian

semua skor yang diperoleh akan dijumlahkan dan dirata-ratakan. Rata-rata tersebut yang kemudian akan menjadi skor batas bawah.

Pelaksanaan penetapan skor batas bawah dengan metode konvensional idealnya dapat menghasilkan skor batas bawah yang dapat menggambarkan kemampuan minimal siswa, sehingga dengan skor yang telah ditetapkan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah tidak akan mencapai kriteria ketuntasan minimal dan harus mengikuti remedial agar skor batas bawah dapat diraih dan mencapai skor kriteria ketuntasan minimal.

Namun pada kenyataannya, pelaksanaan penetapan skor batas bawah dengan metode konvensional masih meninggalkan beberapa masalah, khususnya tentang bagaimana penetapan skor batas bawah dilakukan dengan benar oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap beberapa guru SD (Sekolah Dasar) dan guru MTs (Madrasah Tsanawiyah) di Kabupaten Subang yang dilakukan pada bulan Maret – April 2013, hasil wawancara membuktikan bahwa pelaksanaan penetapan skor batas bawah masih belum dipahami dengan jelas oleh beberapa guru sehingga dalam pelaksanaan penilaian masih belum dilaksanakan dengan prosedur yang benar dan akibatnya skor batas bawah yang diperoleh cenderung tinggi, khususnya di tingkat MTs skor batas bawah berkisar antara skor 75 – 78.


(13)

3

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Perolehan skor batas bawah ini, menurut beberapa guru terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kemampuan siswa yang sebenarnya sehingga untuk

mencapai ketuntasan siswa, beberapa guru harus “merekayasa ulang” hasil skor

jawaban siswa supaya kriteria skor ketuntasan dapat tercapai. Kejadian-kejadian inilah yang mengakibatkan skor batas bawah tidak dapat menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya sehingga siswa menjadi pihak yang terugikan. Berdasarkan fenomena tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa penetapan skor batas bawah dengan metode konvensional masih dianggap sebagai sebuah metode yang sulit untuk dilaksanakan oleh beberapa guru sehingga dalam pelaksanaannya tidak dilaksanakan dengan prosedur yang benar sehingga skor batas bawah yang dihasilkan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Perlu solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini, dan menurut peneliti salah satu solusi dalam masalah ini adalah menemukan sebuah metode lainnya yang dapat dengan mudah dilaksanakan oleh guru untuk menetapkan skor batas bawah. Namun, metode yang harus dipilih bukan hanya mudah dilaksanakan saja, tetapi juga merupakan metode yang sudah terstandarkan artinya sebuah metode penetapan skor batas bawah yang sudah terukur dan teruji sehingga skor batas bawah yang diperoleh merupakan skor batas bawah yang dapat menggambarkan kemampuan minimal siswa, karena penetapan skor batas bawah menjadi satu hal yang penting dalam proses pembelajaran khususnya dalam pelaksanaan penilaian karena penetapan skor batas bawah akan berfungsi sebagai pembatas antara kategori lulus dan tidak lulus (Report, 2012:1).

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menetapkan skor batas bawah adalah metode standard setting. Metode standard setting adalah salah satu metode standar yang digunakan untuk menentukan skor batas bawah, metode ini akan menetapkan skor batas bawah dengan menggunakan judgement panelis. Ada tiga penetapan skor batas bawah yang dibahas dalam metode standard setting, seperti yang diungkapkan oleh Livingston dan Zieky (1982) bahwa pelaksanaan metode


(14)

4

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

standard setting dibagi menjadi tiga basis yakni metode yang berbasis pada tes,

metode yang berbasis pada siswa secara individu, dan metode yang berbasis pada siswa secara kelompok, dan diantara tiga basis metode standard setting tersebut menurut Impara dan Goodwin dalam Retnawati (2010:6) metode yang berbasis pada tes merupakan metode yang mudah dilaksanakan dibandingkan metode lainnya.

Metode yang berbasis pada tes dikatakan mudah dilaksanakan karena panelis sebagai penentu skor batas bawah hanya akan membuat estimasi berapa persen butir tes akan dijawab benar oleh siswa. Metode yang berbasis pada tes ini terbagi menjadi tiga yakni metode Angoff, Nedelsky, dan Ebel. Pada metode Angoff, panelis akan menetapkan skor batas bawah secara langsung yaitu dengan cara membuat sebuah estimasi berapa persen setiap butir tes akan dijawab benar oleh sekitar 100 siswa berdasarkan pada setiap butir tes tanpa menganalisis tingkat kesulitan butir tes. Sedangkan metode Nedelsky, pada metode ini panelis akan mengeliminasi distraktor yang akan dijawab benar oleh siswa yang mempunyai kemampuan minimal, dan metode ketiga yakni metode Ebel sama halnya dengan metode Angoff yakni membuat estimasi berapa persen butir tes akan dijawab benar oleh siswa, tetapi tidak mengestimasi pada setiap butir tes namun pada sekelompok butir tes yang terbagi pada beberapa kategori yakni tingkat kesulitan butir (Sulit, Sedang dan mudah), dan relevansi isi butir tes (essential, penting, dapat diterima dan dapat dijawab).

Pelaksanaan penetapan skor batas bawah pada ketiga metode yang berbasis

pada tes tersebut akan menetapkan skor batas bawah dengan sebuah judgement yang ditentukan oleh panelis dengan mengacu pada instrumen tes siswa; panelis akan menganalisis sebuah instrumen tes siswa pada suatu mata pelajaran tertentu dan kemudian membuat sebuah estimasi yang selanjutnya hasil estimasi panelis akan dikumpulkan dan dicari rata-ratanya, dan nilai rata-rata tersebut yang akan menjadi skor batas bawah.


(15)

5

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Penggunaan tes yang telah terukur tingkat validitas dan reliabilitasnya menjadi satu keharusan dalam pelaksanaan metode standard setting yang berbasis pada tes, karena pada metode ini panelis akan membuat sebuah estimasi tentang kemampuan siswa melalui butir tes dan distraktor (pilihan jawaban) yang sudah dipastikan dapat mengukur kemampuan siswa dengan materi tes yang akan diberikan kepada panelis akan tergantung pada materi atau mata pelajaran apa yang akan ditentukan skor batas bawahnya.

Pada tingkat MTs, mata pelajaran yang diberikan terdiri atas beberapa mata pelajaran dan dari sekian banyak mata pelajaran yang disajikan, peneliti tertarik untuk meneliti tentang penetapan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia karena dengan merujuk pada hasil wawancara pada beberapa guru Bahasa Indonesia yang telah dilakukan oleh peneliti, mata pelajaran Bahasa

Indonesia merupakan mata pelajaran “pribumi” yang sulit untuk dipelajari oleh

siswa, padahal mata pelajaran Bahasa Indonesia akan menjadi mata pelajaran yang akan diujikan pada Ujian Negara (UN) pada sekolah tingkat menengah. Berdasarkan alasan tersebut, maka penetapan skor batas bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia harus dilakukan dengan benar secepat mungkin sehingga guru khususnya dapat mendeteksi batas kemampuan minimal siswa yang sebenarnya.

Banyak faktor yang akan mempengaruhi proses pelaksanaan metode Angoff

Nedelsky, dan Ebel, dengan merujuk pada beberapa penelitian tentang metode standard setting diantaranya Retnawati (2010), Anto dan Mardapi (2013) dan Report (2012), peneliti menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang akan

mempengaruhi hasil skor batas bawah yang dilaksanakan dengan metode

standard setting, diantaranya adalah kualifikasi panelis yang akan membuat judgement, dan proses pelaksanaan penetapan skor judgement panelis.

Kualifikasi panelis merupakan salah satu syarat dalam pelaksanaan metode


(16)

6

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

mengukur kemampuan siswa dengan membuat sebuah judgement yang merujuk pada instrumen tes. Guru yang akan menjadi panelis pada pelaksanaan metode ini harus memahami bagaimana kondisi siswa yang sebenarnya, karena ketepatan sebuah judgement akan tergantung pada seberapa besar panelis mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin guru memahami kondisi kemampuan siswa, maka semakin tepat skor judgement yang akan dibuat.

Begitupun dengan proses atau cara menetapkan skor batas bawah pada ketiga metode standard setting yang berbasis tes ini, ketiga metode memiliki cara masing-masing dalam menetapkan skor batas bawah. Pada metode Angoff panelis akan menetapkan skor batas bawah dengan cara mengestimasi setiap butir tes, berapa persen setiap butir tes akan dijawab benar oleh siswa. Kemudian metode

Ebel, pada metode ini panelis akan mengestimasi setiap kelompok butir tes,

berapa persen setiap kelompok butir tes akan dijawab benar oleh siswa, dan berbeda dengan metode Nedelsky, pada metode ini panelis akan menentukan berapa persen setiap butir tes akan dijawab benar oleh siswa setelah panelis mengeliminasi pilihan jawaban (distraktor) yang akan dijawab benar oleh siswa. Ada hal yang menarik diantara ketiga metode standard setting yang berbasis tes, yakni ada 2 metode yakni metode Angoff dan Ebel yang dalam pelaksanaannya akan sama-sama mengestimasi berapa persen butir tes akan dijawab benar oleh siswa berdasarkan butir tes. Kedua metode tersebut akan menetapkan berapa persen butir tes akan dijawab benar oleh siswa dengan merujuk pada bunyi butir tes dan pilihan jawaban yang sudah ada. Namun, pada analisis butir tes akan dilaksanakan secara berbeda, pada metode Angoff panelis akan langsung mengestimasi setiap butir tes, sedangkan pada metode Ebel panelis akan mengelompokkan setiap butir tes pada satu kelompok tertentu terlebih dahulu sebelum panelis mengestimasi berapa persen butir tes akan dijawab benar oleh siswa.


(17)

7

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Selain mempunyai persamaan dan perbedaan dalam mengestimasi butir tes, metode Angoff dan Ebel juga merupakan metode yang paling konsisten dalam menetapkan skor batas bawah (Farida, 2012); dengan urutan metode Angoff sebagai metode yang paling konsisten dalam menetapkan skor batas bawah dibandingkan dengan Ebel dan Nedelsky.

Proses pelaksanaan inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian terhadap metode Angoff dan Ebel dalam menetapkan skor batas bawah untuk mengetahui apakah metode Angoff dan Ebel dapat digunakan sebagai metode penetapan skor batas bawah pada Kelas VII MTs di Kabupaten Subang dan apakah persamaan dan perbedaan yang ada dalam proses menetapkan skor batas bawah akan menghasilkan sebuah skor batas bawah yang berbeda atau tidak.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan tentang metode

Angoff dan Ebel, dapat diidentifikasi bahwa masalah yang timbul dalam

pelaksanaan metode Angoff dan Ebel adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik panelis sebagai pembuat judgement akan memberikan pengaruh pada hasil skor batas bawah.

2. Pelaksanaan pembuatan judgement secara individu dan kelompok akan memberikan pengaruh pada hasil skor batas bawah.

3. Penggunaan tes dengan tingkat reliabilitas yang berbeda akan memberikan pengaruh pada hasil skor batas bawah.

4. Teknik estimasi secara langsung terhadap butir tes akan memberikan pengaruh pada hasil skor batas bawah.


(18)

8

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

5. Teknik estimasi pada sekelompok butir tes akan memberikan pengaruh pada hasil skor batas bawah.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini akan membahas tentang komparasi antara metode Angoff dan Ebel dengan menggunakan skor – skor yang diperoleh selama proses penetapan skor batas bawah dilaksanakan, yakni skor jawaban siswa pada tes Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII dan skor judgement panelis pada metode Angoff dan Ebel. Teknik komparasi dilakukan dengan cara membandingkan skor batas bawah yang diperoleh pada metode Angoff dan Ebel untuk mengetahui apakah skor batas bawah yang diperoleh pada metode Angoff dan Ebel berbeda secara signifikan atau tidak. Namun, sebelum uji komparasi skor batas bawah dilakukan, peneliti menguji terlebih dahulu tentang tingkat validitas kedua metode dengan uji konsistensi metode dan uji inter-judge untuk mengetahui apakah metode Angoff dan Ebel merupakan metode yang layak untuk digunakan dan sebagai metode dalam menetapkan skor batas bawah di kelas VII MTs di Kabupaten Subang. Selain itu, peneliti menganalisis komparasi tentang pemetaan tingkat kesulitan butir tes untuk memperoleh penjelasan tentang ketepatan estimasi panelis dalam membuat judgement pada metode Angoff dan Ebel dan menghitung jumlah ketuntasan siswa dengan menggunakan skor batas bawah yang dihasilkan oleh metode Angoff dan Ebel.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah penelitian, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah skor batas bawah yang diperoleh metode Angoff dan Ebel berbeda secara signifikan?”


(19)

9

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode Angoff dan metode

Ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kelas VII MTs di Kabupaten Subang, sehingga dengan perbandingan ini dapat diperoleh data apakah metode Angoff dan Ebel merupakan metode yang layak untuk digunakan sebagai metode penetapan skor batas bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII MTs di Kabupaten Subang serta metode manakah yang lebih tepat untuk digunakan sebagai metode penetapan skor batas bawah kelas VII MTs di Kabupaten Subang.

G.Manfaat Penelitian

Penelitian tentang komparasi metode Angoff dan Ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan sumbangan terhadap bidang pengukuran pendidikan.

Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat berguna secara praktis bagi guru untuk memperoleh informasi penetapan skor batas bawah yang benar sehingga skor batas bawah yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.


(20)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitan ini merupakan sebuah penelitian deskriptif komparatif, karena dalam penelitian ini peneliti akan melakukan perbandingan dalam penetapan skor batas bawah dengan metode Angoff dan Ebel.

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Melalui pendekatan ini peneliti akan melakukan perbandingan antara metode Angoff dan Ebel dengan menggunakan data keras. Menurut Ali (2011:416) data keras adalah bilangan atau angka-angka, baik diperoleh dari jumlah suatu penggabungan atau pun pengukuran. Data kuantitatif hasil pengukuran adalah skor-skor yang diperoleh melalui pengukuran, seperti angka hasil mengukur atau menimbang, skor skala rating dan skor jenis-jenis skala lainnya dan skor tes.

B. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah skor jawaban siswa kelas VII pada tes Bahasa Indonesia semester 1 kelas VII dan skor judgement panelis pada lembar kerja metode Angoff dan Ebel dengan responden siswa kelas VII pada tingkat MTs. dan guru kelas VII di MTs di Kabupaten Subang

Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII pada MTs Negeri Kasomalang dan MTs Cikaum di Kabupaten Subang, dengan responden panelis adalah guru kelas VII yang berada di lingkungan MTs Kabupaten Subang.

Secara geografis, Kabupaten Subang terbagi pada dua wilayah yakni Subang Utara dan Subang Selatan. Subang Utara meliputi daerah Tanjungsiang, Cisalak, Kasomalang, Jalancagak, Ciater, dan Sagalaherang. Sedangkan Subang Selatan meliputi daerah Subang Kota, Pagaden, Kalijati, Cikaum, dan Pamanukan.


(21)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24

Adapun jumlah MTs di Subang Utara sebanyak 15 MTs dan MTs di Subang Selatan berjumlah 17 MTs (Data Seksi Madrasah Kandepag Subang) karena Kasomalang dan Cikaum merupakan daerah sentral pada masing-masing wilayah dengan data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan kepala sekolah di MTs Negeri Kasomalang, siswa yang belajar disekolahnya tidak hanya berasal dari wilayah Kasomalang saja, tetapi ada juga siswa yang berasal dari Tanjungsiang, Cisalak dan Jalancagak. Begitupun dengan MTs Cikaum, berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan kepala sekolah Cikaum, siswa tidak hanya berasal dari daerah Cikaum saja tetapi ada juga siswa yang berasal dari Pagaden, Binong dan Tambakdahan. Kemudian jumlah siswa kelas VII harus merupakan MTs yang mempunyai jumlah siswa kelas VII yang banyak sehingga diharapkan jumlah siswa yang banyak dapat mewakili siswa kelas VII MTs di Kabupaten Subang.

Penarikan sampel akan dilakukan dengan simple random sampling pada populasi penelitian dengan jumlah sampel pada setiap metode akan ditentukan sebesar 200 sampel yang terdiri dari 100 skor jawaban siswa dari MTs Negeri Kasomalang, dan 100 skor jawaban siswa dari MTs Cikaum. Sedangkan jumlah skor judgement panelis ditentukan dengan menggunakan persamaan Slovin. Berdasarkan daftar kehadiran dalam penetapan skor batas bawah yang dilaksanakan di MTs Negeri Kasomalang, jumlah guru yang menghadiri undangan berjumlah 37 orang. Adapun pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan persamaan Slovin, yakni :

(Setiawan, 2007:6) dimana,

n : banyaknya subjek penelitian N : banyak populasi data penelitian


(22)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25

Peneliti menggunakan persamaan Slovin dalam penarikan sampel didasari pada pendapat Setiawan (2007) bahwa persamaan Slovin hanya digunakan jika :

1. Digunakan untuk menentukan ukuran sampel yang bertujuan menduga proporsi populasi

2. Asumsi tingkat keandalan 95% sehingga diperoleh nilai Z = 1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z = 2

3. Asumsi keragaman populasi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah P dimana P = 0,5

4. Nilai galat pendugaan (d) didasarkan atas pertimbangan peneliti.

Perhitungan dengan persamaan Slovin diperoleh hasil 33,86, maka jumlah sampel yang akan diambil berjumlah 34. Merujuk pada pendapat Roscoe dalam Sugiyono (2006:101) bahwa ukuran sampel yang layak adalah 30 – 500, dan diperkuat oleh Pett dan Salkind dalam Corder dan Foreman (2009:2) bahwa ukuran minimal agar dapat menggunakan statistik parametrik anggota sampel harus berjumlah n>30, dan jumlah yang diperoleh dengan persamaan Slovin yakni 34 sampel telah memenuhi ukuran minimal jumlah sampel.

Penarikan sampel terpilih akan menggunakan simple random sampling dengan teknik perandoman sistematik. Menurut Ali (2011: 107) perandoman sistematis dilakukan dengan langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat daftar pada seluruh unit populasi yang kemudian menentukan interval bilangan yang akan digunakan. Interval yang akan digunakan dalam penerikan sampel ini adalah interval 5 dan pada metode Angoff dimulai dari nomor urut 1, sedangkan pada metode Ebel dimulai dari nomor urut 2.

Jadi jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah 200 skor jawaban siswa dan 34 skor judgement panelis. Jumlah ini sudah memenuhi jumlah minimal penerikan sampel, seperti Roscoe dalam Sugiyono (2006:101) bahwa ukuran sampel yang layak adalah 30 – 500.


(23)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26

C. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Angoff dan Ebel. Sedangkan variabel terikat adalah skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII di MTs Negeri Kasomalang dan MTs Cikaum. Berikut definisi operasional dari variabel terikat dan tidak terikat :

1. Skor Batas Bawah

Skor batas bawah adalah skor minimal yang ditentukan oleh judgement guru dengan menggunakan metode standard setting. Skor batas bawah diperoleh dengan menjumlahkan semua judgement guru kemudian dicari rata- ratanya. Nilai rata-rata tersebut yang kemudian akan menjadi skor batas bawah. Selanjutnya skor tersebut dapat dijadikan skor minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk memperoleh tingkat kelulusan suatu mata pelajaran tertentu dan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan metode Angoff dan Ebel dalam menetapkan skor batas bawah, yakni dengan mengukur standard error of

judgement (SEj), dan inter-judge. Kemudian untuk menperjelas hasil penelitian

dilakukan deskripsi data tentang pemetaan tingkat kesulitan butir dan jumlah ketuntasan siswa dengan menggunakan skor batas bawah yang diperoleh dengan metode Angoff dan Ebel.

2. Metode Angoff

Metode Angoff adalah suatu metode Standard setting yang digunakan untuk menentukan skor batas bawah dengan merujuk pada skor judgement panelis yang telah dipilih. Pada metode ini panelis akan memperkirakan persentase jawaban benar siswa pada setiap butir tes. Skor batas bawah diperoleh dengan mencari rata-rata dari total skor judgement panelis dalam memperkirakan persentase jawaban benar siswa pada setiap butir tes. Berikut adalah prosedur pelaksanaan metode Angoff yang dilaksanakan dalam penelitian ini :


(24)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27

1. Uji instrumen tes untuk memilih butir soal yang dapat mengukur kemampuan siswa dengan menggunakan program ITEMAN untuk melihat tingkat kesulitan butir soal dan tingkat daya beda butir soal.

2. Pemilihan panelis yang sesuai dengan karakteristik panelis yang telah ditentukan oleh peneliti

3. Uji coba pelaksanaan judgement panelis pada metode Angoff 4. Pelaksanaan metode Angoff

a. Setiap panelis diberikan sebuah instrumen tes Bahasa Indonesia Kelas VII yang sudah tervalidasi dan reliabel

b. Setiap panelis diberikan lembar kerja panelis metode Angoff

c. Setiap panelis secara individu melakukan estimasi berapa persen setiap butir soal akan dijawab benar oleh siswa

d. Lembar kerja panelis dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti 3. Metode Ebel

Metode Ebel adalah suatu metode Standard setting yang digunakan untuk menentukan skor batas bawah dengan merujuk pada skor judgement panelis yang telah dipilih. Pada metode ini panelis akan mengestimasi berapa persen butir soal akan dijawab benar oleh siswa berdasarkan pada setiap kategori. Ada 12 kategori dalam metode Ebel, yakni 3 kategori tingkat kesulitan (mudah, sedang, sukar) dan 4 kategori relevansi isi (esensial, penting, dapat diterima, dapat dipertanyakan). Berikut prosedur pelaksanaan metode Ebel yang dilaksanakan dalam penelitian ini, yakni :

1. Uji instrumen tes untuk memilih butir soal yang dapat mengukur kemampuan siswa dengan menggunakan program ITEMAN untuk melihat tingkat kesulitan butir soal dan tingkat daya beda butir soal.

2. Pemilihan panelis yang sesuai dengan karakteristik panelis yang telah ditentukan oleh peneliti


(25)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28

4. Pelaksanaan metode Ebel

a. Setiap panelis diberikan sebuah instrumen tes Bahasa Indonesia Kelas VII yang sudah tervalidasi dan reliabel

b. Setiap panelis diberikan lembar kerja panelis metode Ebel

c. Setiap panelis secara individu menentukan setiap butir soal pada 12 kategori dalam metode Ebel

d. Mendiskusikan kembali secara kelompok setiap butir soal pada 12 kategori dalam metode Ebel

e. Setiap panelis secara individu melakukan estimasi berapa persen setiap kategori butir soal akan dijawab benar oleh siswa

f. Lembar kerja panelis dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti

D.Alur Penelitian

Instrumen Bahasa Indonesia kelas VII MK2MTs Analisis Butir Tes

Penentuan Populasi Penelitian

Skor Jawaban

Siswa

Skor judgement Panelis dengan Metode Angoff

Analisis Data

Penarikan Sampel Penelitian

Skor judgement Panelis dengan

Metode Ebel

Butir soal yang valid dan reliabel


(26)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

Gambar : 3.1 Alur Penelitian

1. Analisis Butir Tes Bahasa Indonesia Kelas VII

Tes pada penelitian ini menggunakan tes Bahasa Indonesia yang digunakan siswa Kelas VII di Mts pada Ujian Akhir Semester (UAS) Satu Tahun Ajaran 2013-2014. Butir tes dibuat oleh MK2MTs yakni sebuah kelompok kerja MTs Provinsi Jawa Barat. Namun karena pada penelitian ini harus menggunakan sebuah tes yang valid dan reliabel, maka uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum diberikan pada panelis.

Uji validitas isi oleh tim terhadap 40 butir tes pilihan ganda yang terdapat pada instrumen MK2MTs, dengan menggunakan uji validitas isi persentase butir yang cocok dengan indikator dan tujuan. Kemudian dilakukan uji tingkat kesulitan dan data beda butir untuk mengetahui butir mana saja yang digunakan sebagai butir dalam instrumen dan butir mana saja yang akan dibuang, dan dilakukan juga uji reliabilitas tes untuk mengetahui berapa kuat sebuah instrumen dapat digunakan sehingga responden membuat judgement pada butir tes yang tepat. Uji Tingkat kesulitan butir, daya beda dan reliabilitas dilakukan dengan bantuan Iteman. 2. Butir Tes yang Valid dan Reliabel

Setelah diperoleh butir tes yang valid dan reliabel, maka tes akan diberikan kepada panelis yang telah terpilih sebagai rujukan untuk membuat sebuah

judgement pada metode Angoff dan Ebel.


(27)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30

Populasi penelitian akan ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan populasi dapat mewakili skor jawaban siswa dan skor judgement panelis pada metode Angoff dan Ebel di kelas VII MTs di Kabupaten Subang.

4. Penarikan Sampel Penelitian

Penarikan sampel akan dilakukan dengan teknik simple random sampling pada kedua populasi penelitian yakni populasi skor jawaban siswa dan skor judgement panelis pada metode Angoff dan Ebel.

5. Analisis Data.

Analisis dilakukan berdasarkan pada data yang telah diperoleh dengan pembahasan yang telah didefinisikan dalam definisi operasional, yakni melakukan komparasi antara metode Angoff dan Ebel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah instrumen tes siswa dan lembar kerja panelis dengan menggunakan metode Angoff dan Ebel. Instrumen tes siswa digunakan untuk memperoleh lembar jawab, dan lembar kerja panelis digunakan untuk memperoleh skor judgement panelis.

F. Teknik Analisis Data 1. Uji Instrumen Penelitian

Instrumen tes akan merujuk pada instrumen tes Bahasa Indonesia kelas VII yang dibuat oleh MK2MTs yang digunakan sebagai tes UAS satu Tahun Ajaran 2013 - 2014. Namun, sebelum dijadikan tes yang dijadikan rujukan dalam membuat judgement dikelas penetapan skor batas bawah, butir tes akan dianalisis terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas tes. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa Kelas VII di MTs Negeri Kasomalang dan MTs Cikaum pada hasil jawaban siswa pada UAS semester 1. Kedua sekolah tersebut dipilih dengan pertimbangan dan rekomendasi Seksi Madrasah Kandepag Subang


(28)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31

bahwa jumlah siswa pada kedua MTs tersebut mewakili siswa MTs Kelas VII di Kabupaten Subang karena jumlah siswa kelas VII pada kedua MTs tersebut merupakan siswa kelas VII yang terbanyak, yakni siswa MTs Negeri Kasomalang yang berjumlah 290 orang dan siswa MTs Cikaum yang berjumlah 197 orang. Agar pelaksanaan penelitian berjalan sesuai dengan tujuan penelitian, maka instrumen yang akan diberikan pada responden adalah kumpulan dari butir tes Bahasa Indonesia yang valid serta instrumen yang reliabel, maka peneliti melakukan beberapa analisis tes, yakni :

a. Validitas Isi

Validitas isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian butir tes dengan indikator atau materi pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir tes dinyatakan valid, jika butir-butir yang dibuat sesuai dengan indikator atau materi-materi yang telah ditetapkan (Susetyo, 2011).

Teknik analisis validitas isi dalam penelitian ini menggunakan persentase butir yang cocok dengan indikator atau tujuan karena instrumen ini menggunakan skala dikotomi yaitu skor 1 untuk jawaban yang cocok dan skor 0 untuk jawaban yang tidak cocok. Pada teknik ini, butir tes dinyatakan valid jika ada kecocokan antara indikator dengan butir tes mencapai lebih besar dari 50%.

Persamaan yang digunakan adalah :

Persentase =

(Susetyo,2011:92)

dimana:

F = frekuensi cocok menurut penilai


(29)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

dan berdasarkan teknik validitas kecocokan antara indikator dengan butir tes ada 2 butir tes yakni butir tes nomor 9 dan 20 yang dinyatakan tidak valid dan 38 butir tes yang dinyatakan valid.

b. Tingkat Daya Beda

Uji daya beda tes pun dilakukan, uji ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar suatu butir tes dapat membedakan antar siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.

Daya beda dapat dilihat dari besar kecilnya indek diskriminasi, menurut Nunnally (Susetyo, 2012:161) koefisien korelasi di atas 0.2 sudah dianggap cukup baik. Sedangkan koefisien korelasi yang berada di bawah 0.2, butir tes harus dibuang karena butir tesebut kurang berada dalam satu kesatuan perangkat tes dengan butir tes lainnya. Uji daya beda dalam penelitian ini menggunakan bantuan program Iteman, dan skor daya beda akan ditunjukkan pada kolom Point

Biserial.

Setelah dilakukan uji instrumen hanya 23 butir tes yang memiliki daya beda diatas 0.2 dan 27 butir harus dibuang. Berikut adalah pembagian daya beda menurut Ebel dalam Susetyo (2012:161) :

Tabel 3.1 Kriteria Indek Daya Beda

Indek Daya Beda Keterangan

0,70 ≤ D ≤ 1,0 Butir memiliki daya beda baik sekali

0,40 ≤ D ≤ 0,69 Butir memiliki daya beda cukup baik

0,30 ≤ D ≤ 0,39 Butir memerlukan revisi sedikit atau tidak

0,20 ≤ D ≤ 0,29 Butir memerlukan revisi atau disisihkan

0,00 ≤ D ≤ 0,19 Butir direvisi total atau disisihkan


(30)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33

Reliabilitas tes menjadi salah satu hal yang harus dilakukan untuk mengukur tingkat keajegan suatu tes. Suatu perangkat tes dinyatakan reliabel jika telah mencapai sekurang-kurangnya memperoleh koefisien korelasi sebesar 0,50 (Susetyo, 2011:107). Peneliti akan menggunakan KR20 untuk menguji tingkat reliabilitas tes karena hasil tes akan diberikan bobot skor dikotomi yakni 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Perhitungan dilakukan secara langsung pada seluruh butir tes. KR20 akan menunjukkan kekurangsetaraan semua butir tes mengakibatkan terjadinya interkorelasi diantara butir menjadi rendah. Persamaan dapat dilihat dibawah ini:

Persamaan KR20

(Susetyo,2011:116)

dimana,

P = proporsi menjawab benar

Q = proporsi menjawab salah K = jumlah butir tes

Σpq = jumlah perkalian jawaban benar dengan salah KR20 = koefisien reliabilitas

= varian skor tes

N = jumlah responden

dan hasil pengukuran dengan KR20 tingkat reliabilitas instrumen adalah 0.754, karena skor yang diperoleh lebih dari 0.5 maka instrumen dinyatakan reliabel. d. Tingkat Kesulitan Butir Tes

Tingkat kesulitan merupakan perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan jumlah butir tes. Tingkat kesulitan menggambarkan seberapa sukar suatu butir tes dijawab oleh responden. Untuk mengetahuinya, peneliti melakukan perhitungan atas hasil jawaban siswa dengan bantuan program Iteman. Tingkat kesulitan butir tes dilihat pada kolom hasil Prop. Correction. Menurut


(31)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

Witherington (Susetyo, 2012:154) pembagian tingkat kesulitan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesulitan

Rentang Tingkat Kesulitan

0,00 ≤ P ≤ 0,24 Sukar

0,25 ≤ P ≤ 0,74 Sedang

0,75 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

Kemampuan peserta tampak tinggi apabila tingkat kesulitan butirnya tergolong mudah. Sebaliknya kemampuan tampak rendah, apabila tingkat kesulitan butir tergolong sukar. Kesulitan butir tampak mudah, apabila kemampuan peserta tergolong tinggi. Sebaliknya kemampuan peserta rendah, apabila tingkat kesulitan butir tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Iteman , 23 tes yang mempunyai daya beda => 0,20 dan 6 butir tes yang tergolong kategori mudah, 15 butir tes sedang dan 2 butir tes sukar.

2. Komparasi

Seperti definisi operasional dalam penelitian ini, komparasi yang akan dilakukan dengan membandingkan metode Angoff dan Ebel dalam menetapkan skor batas bawah dengan cara menganalisis validitas metode dengan mengukur konsistensi metode dan konsistensi inter-judge metode,

a. Konsistensi Metode

Konsitensi metode dilakukan untuk mengukur standard error of judgement (SEj), hal ini dilakukan untuk mengukur apakah metode yang akan digunakan memadai atau tidak jika digunakan sebagi metode yang digunakan untuk menetapkan skor batas bawah. pengukuran dilakukan dengan melihat SEj, dan konsistensi dikatakan memadai jika nilai SEj sama dengan atau lebih kecil dari setengah nilai

standard error of measurement (SEM) tes. Menurut Norcini dalam Report

(2012:8), SEj diperoleh dengan cara membagi standar deviasi dari judgement panelis dengan square root dari banyak panelis.


(32)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

b. Konsistensi Inter-judge

Pengukuran tentang inter-judge dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu metode, pada penelitian ini untuk mengukur apakah metode Angoff dan Ebel merupakan metode yang layak sebagai metode untuk menetapkan skor batas bawah. pengukuran dilakukan dengan melihat simpangan baku skor batas bawah pada metode Angoff dan Ebel. Semakin kecil simpangan baku yang diperoleh suatu metode, maka semakin layak metode digunakan untuk menetapkan skor batas bawah.

c. Deskripsi Perbandingan

Selain mengukur validitas metode, peneliti juga melakukan deskripsi perbandingan antara metode Angoff dan Ebel. Deskripsi perbandingan ini dilakukan dengan cara membandingkan pemetaan tingkat kesulitan yang dilakukan dengan program ITEMAN dengan skor judgement panelis, kemudian juga melihat jumlah ketuntasan siswa pada sampel skor jawaban siswa kelas VII MTs berdasarkan skor batas bawah yang diperoleh dengan metode Angoff dan

Ebel.

3. Uji Hipotesis

Setelah perbandingan validitas dan perbandingan secara deskriptif dilakukan, maka akan dilakukan uji hipotesis, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam metode Angoff dan Ebel dalam menetapkan skor batas bawah. uji hipotesis dilakukan dengan analisis inferensial. Analisis ini dilakukan karena dalam penelitian ini akan menaksir parameter populasi berdasarkan ukuran-ukuran sampel dan menguji hipotesis. Melalui sampel yang terpilih, dengan statistik inferensial peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan tentang parameter populasi (Furqon, 2009:145). Berikut adalah langkah-langkah dalam uji hipotesis penelitian :


(33)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

1. Panelis menganalisis instrumen tes Bahasa Indonesia. 2. Panelis membuat judgement dalam lembar kerja. 3. Menghitung judgement panelis

4. Menghitung skor batas bawah berdasarkan jumlah data dalam penetapan skor batas bawah dengan metode Angoff dan Ebel.

5. Uji persyaratan normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas akan dilakukan melalui uji Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas dengan Uji Lavene 6. Uji statistik yang akan digunakan adalah uji t untuk melakukan uji signifikansi

perbedaan antara dua rata-rata dari dua sampel, karena dalam penelitian ini skor yang diperoleh berasal dari sampel yang sama, maka uji perbedaan menggunakan dependent T test.

4. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Skor batas bawah pada metode Angoff tidak berbeda dengan skor batas bawah pada metode Ebel (H0) ;

2. Skor batas bawah pada metode Angoff berbeda dengan skor batas bawah pada metode Ebel (H1) ;


(34)

52

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, diperoleh data bahwa dengan menggunakan instrumen bahasa Indonesia dengan tingkat reliabilitas 0,775, diperoleh data bahwa skor batas bawah yang diperoleh dengan metode Angoff adalah sebesar 72,79 (dengan skala 100) dan skor batas bawah yang diperoleh dengan metode Ebel adalah sebesar 71,85 (dengan skala 100).

Pada metode Angoff, diperoleh SEj sebesar 0,40 dan menunjukan bahwa SEj pada metode Angoff lebih kecil jika dibandingkan dengan setengah SEM yakni 1,02 dengan inter-judge sebesar 2,33. Butir tes yang dapat diestimasi dengan tepat oleh panelis hanya 2 butir yakni butir 5 dan 21 dengan jumlah ketuntasan siswa sebanyak 28 orang atau 14% dari total sampel skor jawaban siswa sebanyak 200 skor.

Pada metode Ebel, diperoleh SEj sebesar 0,31 dan menunjukan bahwa SEj pada metode Angoff lebih kecil jika dibandingkan dengan setengah SEM yakni 1,02 dengan inter-judge sebesar 1,79. Butir tes yang dapat diestimasi dengan tepat oleh panelis hanya 7 butir yakni butir 3, 5, 9, 10, 11, 15 dan 21 dengan jumlah ketuntasan siswa sebanyak 28 orang atau 14% dari total sampel skor jawaban siswa sebanyak 200 skor.

Terdapat perbedaan dan persamaan data pada pelaksanaan penetapan skor batas bawah metode Angoff dan Ebel, namun setelah dilakukan uji hipotesis hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor batas bawah yang ditetapkan dengan metode Angoff dan Ebel.


(35)

53

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Angoff dan metode Ebel dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk menetapkan skor batas bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII MTs di Kabupaten Subang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada para panelis yang akan menetapkan skor batas bawah dapat menggunakan metode Angoff atau

Ebel dalam menetapkan skor batas bawah, karena hasil penelitian menunjukkan

bahwa skor batas bawah yang diperoleh dengan menggunakan metode Angoff dan

Ebel menghasilkan skor batas bawah yang lebih rendah dibandingkan dengan

metode konvensional, sehingga jika penetapan skor batas bawah dilakukan dengan menggunakan metode Angoff atau Ebel akan semakin banyak siswa yang dapat meraih skor ketuntasan minimal dengan skor batas bawah yang gunakan merupakan skor batas bawah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Masih banyak kelemahan pada pelaksanaan penelitian ini, diantaranya masih banyak ketidaktepatan estimasi judgement panelis pada metode Angoff dan Ebel, sehingga besar harapan peneliti pada pelaksanaan penelitian berikutnya para peneliti dapat lebih maksimal lagi dapat menetapkan karakteristik apa saja yang harus dimiliki oleh panelis pada pelaksanaan metode Angoff dan Ebel agar skor batas bawah yang diperoleh merupakan skor batas bawah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu, peneliti juga berharap pada penelitian selanjutnya metode yang digunakan untuk menetapkan skor batas bawah tidak hanya membandingkan metode standard setting yang berbasis pada tes saja, namun dapat meneliti juga tentang metode lainnya yang terdapat pada metode standard setting.


(36)

54

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia


(37)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

DAFTAR PUSTAKA

Albano, Tony. (2008). The Angoff and Ebel Standard Setting Methods. [Online].

Tersedia :

http://www.edmeasurement.net/5221/Angoff%20and%20Ebel%20S S%20%20-%20TDA.pdf, (21 Mei 2013)

Ali, M.(2011). Memahami Riset Prilaku Sosial. Bandung: CV. Pustaka Cendekia Utama.

Angoff, W. H. (1971). Scale, norms, and equivalent scores. In R. L. Thorndike

(Ed.), Educational measurement (2nd ed., pp. 508-600).

Washington, DC: American Council on Education.

Anto, Susi & Mardapi, Djemari. (2013). Jurnal Penelitian dan Pendidikan Tahun 17, Nomor 2, 2013.

Bejar, Isaac I. (2008). Standard Setting: What isIt?Why is It Important?.[Online]. Tersedia : https://www.ets.org/Media/Research/pdf/RD_ Connections7.pdf. (16 April 2013).

Corder & Foreman. (2009). Nonparametric Statistics for Non-statisticians: A step

By Step Approach.Wiley.

Crocer, L., & Algina, J. (1986). Introduction to classical and modern test theory. NY : The Dryden Press Saunders College Publising.

Farida, Eva. (2011). Konsistensi Penetapan Skor Batas Bawah (Cut Off Score)

Berdasarkan Standard Setting. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta:

Tidak diterbitkan.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: PT Alfabeta.

Hambleton, R. K. & (2001). Setting Performance standards on educational

assessments and criteria for evaluating the process, in setting performance standards: Concepts, methods, and perspectives,

Gregory J. Cizek ed., New Jersey :Lawrence Erlbaum Associated , Pub Mahwah.


(38)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

Livingston, Samuel A., dan Perie, M. (2004). A Primer on Setting Cut Scores on

Tests of Educational Achievement. [Online]. Tersedia : http://www.ets.org /Media/Research/pdf/Cut_Scores_Primer.pdf. (23 april 2013).

Livingston, Samuel A. dan Zieky, Michael J. (1982). Passing Score, A Manual for

Setting Standars of Performance on Educational and Occupational Tests. [Online]. Tersedia: http://www.ets.org/Media/Research /pdf/passing scores.pdf. (29 april 2013).

Naga, Dali Santun,. (2013). Teori Sekor pada Pengukuran Mental.Jakarta: PT Nagarani Citrayasa.

Partnership, Great Schools. (2013). The Glossary of Education Reform. [Online]. Tersedia : http://edglossary.org/cut-off-score/. (13 Desember 2013)

Plake, B. S., Melican, G. J., & Mills, C. N. (1991). Factors influencing intrajudge

consistency during standard-setting. Educational measurement:

Issues and Practice, 10(2), 15-16, 22, 25.

Retnawati, Heri. (2010). Menentukan Batas Kelulusan (Standard Setting) pada

Mata Pelajaran matematika dengan Metode Angoff. [Online]. Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132255129/angoff1_

2.pdf. (22 April 2013).

Santyasa, I Wayan. (2005). Analisis Butir dan Konsistensi Internal Tes. [Online]. Tersedia : http://johannes.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/MEI-3-2012-ANALISIS-BUTIR.pdf. (13 Desember 2013).

Setiawan, Nugraha. (2007). Penentuan Ukuran Sampel memakai Rumus Slovin

dan Tabel Krejcie Morgan:Telaah Konsep dan Aplikasinya.[Online].

Tersedia : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/ penentuan_ukuran_sampel_memakai_rumus_slovin.pdf,(19 Februari 2014).

Shepard, L. (1981). Standar Setting Issues and Methods. [Online]. Tersedia : http://conservancy.umn.edu/bitstream/11299/100200/1/v04n4p467.p df. (12 Maret 2014).


(39)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

Soendari, T. (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/ 195602141980032TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/ Eksperimen/Populasi_%26_sampel.ppt_%5BCompatibility_Mode% 5D.pdf

Sudiapermana, Elih. (2011). Model Pengukuran Sosial pada Pendidikan

Nonformal dan Informal. Jakarta: Nagara.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung: PT Alfabeta.

Susetyo, Budi. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV Cakra.

Tola, Burhanuddin. (1991). Setting A Standard Score for Certification in

Elementary and Secondary Education. PhDdiss: University of

Pittsburgh.

Report Technical, MET. (2012). Setting Cut Scores on The Common European

Framework of Reference for The Michigan English Test.[Online].

Tersedia : http://www.cambridgemichigan.org/sites/default/files/ resources/MET_StandardSetting.pdf.(13 Desember 2013).

Wheaton, A. dan Parry, J. (2012). Using the Angoff Method to Set Cut

Score.[Online]. Tersedia : http://www.slideshare.net/slideshow

/view?dl=true&login=QuestionmarkSlides&title=using-the-angoff-method-to-set-cut-scores. (1 Januari 2014).


(1)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, diperoleh data bahwa dengan menggunakan instrumen bahasa Indonesia dengan tingkat reliabilitas 0,775, diperoleh data bahwa skor batas bawah yang diperoleh dengan metode Angoff adalah sebesar 72,79 (dengan skala 100) dan skor batas bawah yang diperoleh dengan metode Ebel adalah sebesar 71,85 (dengan skala 100).

Pada metode Angoff, diperoleh SEj sebesar 0,40 dan menunjukan bahwa SEj pada metode Angoff lebih kecil jika dibandingkan dengan setengah SEM yakni 1,02 dengan inter-judge sebesar 2,33. Butir tes yang dapat diestimasi dengan tepat oleh panelis hanya 2 butir yakni butir 5 dan 21 dengan jumlah ketuntasan siswa sebanyak 28 orang atau 14% dari total sampel skor jawaban siswa sebanyak 200 skor.

Pada metode Ebel, diperoleh SEj sebesar 0,31 dan menunjukan bahwa SEj pada metode Angoff lebih kecil jika dibandingkan dengan setengah SEM yakni 1,02 dengan inter-judge sebesar 1,79. Butir tes yang dapat diestimasi dengan tepat oleh panelis hanya 7 butir yakni butir 3, 5, 9, 10, 11, 15 dan 21 dengan jumlah ketuntasan siswa sebanyak 28 orang atau 14% dari total sampel skor jawaban siswa sebanyak 200 skor.

Terdapat perbedaan dan persamaan data pada pelaksanaan penetapan skor batas bawah metode Angoff dan Ebel, namun setelah dilakukan uji hipotesis hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor batas bawah yang ditetapkan dengan metode Angoff dan Ebel.


(2)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Angoff dan metode Ebel dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk menetapkan skor batas bawah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII MTs di Kabupaten Subang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada para panelis yang akan menetapkan skor batas bawah dapat menggunakan metode Angoff atau

Ebel dalam menetapkan skor batas bawah, karena hasil penelitian menunjukkan

bahwa skor batas bawah yang diperoleh dengan menggunakan metode Angoff dan

Ebel menghasilkan skor batas bawah yang lebih rendah dibandingkan dengan

metode konvensional, sehingga jika penetapan skor batas bawah dilakukan dengan menggunakan metode Angoff atau Ebel akan semakin banyak siswa yang dapat meraih skor ketuntasan minimal dengan skor batas bawah yang gunakan merupakan skor batas bawah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Masih banyak kelemahan pada pelaksanaan penelitian ini, diantaranya masih banyak ketidaktepatan estimasi judgement panelis pada metode Angoff dan Ebel, sehingga besar harapan peneliti pada pelaksanaan penelitian berikutnya para peneliti dapat lebih maksimal lagi dapat menetapkan karakteristik apa saja yang harus dimiliki oleh panelis pada pelaksanaan metode Angoff dan Ebel agar skor batas bawah yang diperoleh merupakan skor batas bawah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu, peneliti juga berharap pada penelitian selanjutnya metode yang digunakan untuk menetapkan skor batas bawah tidak hanya membandingkan metode standard setting yang berbasis pada tes saja, namun dapat meneliti juga tentang metode lainnya yang terdapat pada metode standard setting.


(3)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia


(4)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Albano, Tony. (2008). The Angoff and Ebel Standard Setting Methods. [Online].

Tersedia :

http://www.edmeasurement.net/5221/Angoff%20and%20Ebel%20S S%20%20-%20TDA.pdf, (21 Mei 2013)

Ali, M.(2011). Memahami Riset Prilaku Sosial. Bandung: CV. Pustaka Cendekia Utama.

Angoff, W. H. (1971). Scale, norms, and equivalent scores. In R. L. Thorndike

(Ed.), Educational measurement (2nd ed., pp. 508-600).

Washington, DC: American Council on Education.

Anto, Susi & Mardapi, Djemari. (2013). Jurnal Penelitian dan Pendidikan Tahun 17, Nomor 2, 2013.

Bejar, Isaac I. (2008). Standard Setting: What isIt?Why is It Important?.[Online].

Tersedia : https://www.ets.org/Media/Research/pdf/RD_

Connections7.pdf. (16 April 2013).

Corder & Foreman. (2009). Nonparametric Statistics for Non-statisticians: A step

By Step Approach.Wiley.

Crocer, L., & Algina, J. (1986). Introduction to classical and modern test theory. NY : The Dryden Press Saunders College Publising.

Farida, Eva. (2011). Konsistensi Penetapan Skor Batas Bawah (Cut Off Score)

Berdasarkan Standard Setting. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta:

Tidak diterbitkan.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: PT Alfabeta. Hambleton, R. K. & (2001). Setting Performance standards on educational

assessments and criteria for evaluating the process, in setting performance standards: Concepts, methods, and perspectives,

Gregory J. Cizek ed., New Jersey :Lawrence Erlbaum Associated , Pub Mahwah.


(5)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Livingston, Samuel A., dan Perie, M. (2004). A Primer on Setting Cut Scores on

Tests of Educational Achievement. [Online]. Tersedia : http://www.ets.org /Media/Research/pdf/Cut_Scores_Primer.pdf. (23 april 2013).

Livingston, Samuel A. dan Zieky, Michael J. (1982). Passing Score, A Manual for

Setting Standars of Performance on Educational and Occupational Tests. [Online]. Tersedia: http://www.ets.org/Media/Research /pdf/passing scores.pdf. (29 april 2013).

Naga, Dali Santun,. (2013). Teori Sekor pada Pengukuran Mental.Jakarta: PT Nagarani Citrayasa.

Partnership, Great Schools. (2013). The Glossary of Education Reform. [Online]. Tersedia : http://edglossary.org/cut-off-score/. (13 Desember 2013) Plake, B. S., Melican, G. J., & Mills, C. N. (1991). Factors influencing intrajudge

consistency during standard-setting. Educational measurement:

Issues and Practice, 10(2), 15-16, 22, 25.

Retnawati, Heri. (2010). Menentukan Batas Kelulusan (Standard Setting) pada

Mata Pelajaran matematika dengan Metode Angoff. [Online]. Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132255129/angoff1_

2.pdf. (22 April 2013).

Santyasa, I Wayan. (2005). Analisis Butir dan Konsistensi Internal Tes. [Online]. Tersedia : http://johannes.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/MEI-3-2012-ANALISIS-BUTIR.pdf. (13 Desember 2013).

Setiawan, Nugraha. (2007). Penentuan Ukuran Sampel memakai Rumus Slovin

dan Tabel Krejcie Morgan:Telaah Konsep dan Aplikasinya.[Online].

Tersedia : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/ penentuan_ukuran_sampel_memakai_rumus_slovin.pdf,(19 Februari 2014).

Shepard, L. (1981). Standar Setting Issues and Methods. [Online]. Tersedia : http://conservancy.umn.edu/bitstream/11299/100200/1/v04n4p467.p df. (12 Maret 2014).


(6)

Dewi Nuryawati, 2014

Komparasi metode angoff dan ebel dalam menetapkan skor batas bawah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soendari, T. (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/ 195602141980032TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/ Eksperimen/Populasi_%26_sampel.ppt_%5BCompatibility_Mode% 5D.pdf

Sudiapermana, Elih. (2011). Model Pengukuran Sosial pada Pendidikan

Nonformal dan Informal. Jakarta: Nagara.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung: PT Alfabeta.

Susetyo, Budi. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV Cakra.

Tola, Burhanuddin. (1991). Setting A Standard Score for Certification in

Elementary and Secondary Education. PhDdiss: University of

Pittsburgh.

Report Technical, MET. (2012). Setting Cut Scores on The Common European

Framework of Reference for The Michigan English Test.[Online].

Tersedia : http://www.cambridgemichigan.org/sites/default/files/ resources/MET_StandardSetting.pdf.(13 Desember 2013).

Wheaton, A. dan Parry, J. (2012). Using the Angoff Method to Set Cut

Score.[Online]. Tersedia : http://www.slideshare.net/slideshow

/view?dl=true&login=QuestionmarkSlides&title=using-the-angoff-method-to-set-cut-scores. (1 Januari 2014).