UPAYA KIYAI MEMBINA AKHLAQ SANTRI MELALUI KEGIATAN PENGAJIAN PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN KEMPEK CIREBON.

UPAYA KfYAf MEMBINA AKHLAQ SANTRI

MELALUI KEGIATAN PENGAJIAN PENDIDIKAN ISLAW
DI PONDOK PESANTREN KEMPEK CIREBON

Diajukan kepada Panitia Ujian untuk Memenuni Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Pendidikan Umum
Pads. Pascasarjana iKIP Bandung.

Oieh,

H. Rosyldi Abdulkadir
NIM 8832080/XX-

19

Program Pascasarjana
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
199 9


DISETUJUI DAN DISAHKAN
UNTUK MAJU TAHAP II
OLEH

CI/
.ctr

Prof. Dr. H. Moh. Djawad Dali:;.n
_

. . .

PRO GRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDi DAKAW BANDUNG
1999

ABSTRAK

Pesantren Kempek Cirebon, sejak berdiri pada awal abad ke-19 (1908) tetap

konsisten sebagai pesantren tradisional dengan berbagai ciri khas yang dimilikinya yaitu
model pengajaran al-quran dan pengajaran ilmu alat {nahwu dan sharaf). Walaupun
pesantren Kempek termasuk jenis pesantren tradisional, tetapi dalam pelaksanaan
program pembelajarannya menggunakan sistem kelas atau kelompok belajar yaitu
kelompok belajar al-quran, kelompok belajar ilmu alat dan kelompok belajar kitab
kuning fiqh di mana masing-masing kelompok memiliki peringkat. Ciri khas lainnya yaitu
pembinaan akhlaq secara intensif kepada para santrinya dan penegakkan qanuunul
/ra'/W (peraturan pesantren) yang ketat.

Sebagai lembaga pendidikan tradisional yang hidup di tengah-tengah masyarakat
modern, diduga terjadi beberapa masalah yaitu 1) sistem pembelajaran yang tidak
merujuk kepada suatu teori pendidikan tertentu, sehingga sasarannya tidak jelas, 2)
pembinaan akhlaq dan penegakkan qaanunul ma'hadyang ketat sehingga banyak santri
yang sulit beradaptasi. Dari ketiga masalah ini, maka masalah penelitian ini adalah
bagaimana sistem pembinaan akhlaq yang dilakukan kiai sehingga santri merasa betah
di pesantren Kempek. Tujuan dari penelitian ini adalah penulis berusaha menggali upaya
dan motivasi kiai dalam membina akhlaq santri.

Pelaksanaan penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif, sedangkan obyek
peneiitiannya adalah para kiai, santri, alumni, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah

yang ada di lingkungan pesantren Kempek. Untuk memperoleh data yang akurat,
penulis melakukan wawancara mendalam, observasi mendalam dan studi dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) pembelajaran yang berlangsung di
pesantren Kempek adalah memperioritaskan program inti meliputi pembelajaran alquran, pembelajaran nahwu-sharafdan pembelajaran kitab kuning. Pada program inti,
metode yang digunakan adalah perpaduan antara rnetode sorogan dan hafalan;
sedangkan pada pembelajaran kitab kuning; digunakan metode halaqah dan
bandungan. 2) Pembinaan akhlaq yang dilakukan kiai terhadap santri adalah kiai

berusaha keras menanamkan sikap dan perilakunya yang sesuai dan/atau berujuk
kepada ajaran Islam dan perilaku sosiai yang selama ini dijadikan sebagai pedoman bagi
Dara santri di lingkungan pesantren Kempek. 3) Santri sebelum memperoleh pembinaan

akhlaq dari kiai, mereka shalat fardlu berjamaaahnya sering terlambat, jarang tadarrus

al-quran, berbaju lengan pendek, berambut kepala panjang, dan sering berkata tidak

sopan. Tapi setelah akhlaqnya dibina, mereka tekun belajar dan mempelajari berbagai
kitab kuning di masjid, taat beribadah yaitu segera dalam mengikuti shalat fardlu


berjamaah, selalu melaksanakan shalat sunnah, gamar puasa sunah Senin dan Kemis,
berpakaian sopan dan berkata jujur. 4) Relevansi antara mated inti dengan akhlaq
sebelum dan sesudah menjadi santri adalah, santri diyakinkan bahwa al-quran dan
beberapa kitab kuning terkandung nilai akhlaq yang luhur sehingga bagi yang
mempelajarinya akan memiliki perangai yang sesuai dengan al-quran dan kitab kuning
yang dipelajarinya.

Temuan-temuan yang dianggap perlu untuk dipublikasikan antara lain, 1) santri
yang telah tammat al-quran ia memiliki kekhasan tersendiri dalam bacaan al-qurannya
yaitu model "Kempekan", 2) santri yang belum atau tidak hafal terhadap mated program
inti (al-quran dan tashrif nahwu sharaf) dikenakan hukuman klentung yaitu kakinya
dipukul dengan sapu lidi/panjalin kemudian duduknya dipisahkan dari teman-temannya
dan tidak boleh pulang sampai proses pengajian selesai, 3) di pondok Kempek terdapat
wilayah atau jalan khusus bagi santri putra dan santri putri. Santri yang melalui jaian
memasuki wilayah yang bukan jalan atau wilayahnya dikenakan hukuman.

Mengakhiri tesis ini, penulis merekomendasikan kepada pimpinan pesantren
Kempek agar 1) dalam memberikan hukuman berupa klentung, sebaiknya ditanyakan
dahulu kepada santri sebab ketidak siapanan/hafalannya itu apakah karena sakit, karena
lalai atau karena sengaja. Hukuman klentung, baiknya dikenakan kepada santri yang


ketidak siapan/hafalannya itu karena kesengajaan, karena itu bagi sakit atau lalai jangan
diberikan hukuman klentung. 2) Salah satu peraturan bagi santri Kempek adalah, tidak
boleh memasuki lembaga pendidikan sekolah kecuali hanya mengikuti pengajian
(pendidikan) yang telah ditetapkan. Seyogianya santri diberikan kesempatan untuk
belajar di lembaga pendidikan yang ada di lingkungan pesantren Kempek, sehingga
santri kelak akan memiliki dua pengetahuan sekaligus yaitu memperoleh pengetahuan
keagamaan dari pesantren Kempek dan memperoleh pengetahuan umum dari lembaga
pendidikan sekolah.

IV

dAmARISI

halaman

ABSTRAK

in


KATA PENGANTAR

v

DAFTARISI

vii

DAFTARTABEL

x

DAFTARGAMBAR

xj

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB

IPENDAHULUAN


A. Latar Beiakang Penelitian

1

B. Masalah Penelitian

9

C. Rumusan Masaiah

11

D. Relevansi Masalah dengan Pendidikan Umum

12

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

15


F. Asumsi Penelitian

18

G. Definisi Operasional

20

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Akhlaq dan Ilmu Akhlaq

24

i. Pengertian Akhlaq

24

2. Tujuan Akhiaq


28

3. Objek Akhlaq

30

4. Hubungan Akhlaq dengan Iman,..

31

B. Sistem Pendidikan Di Pesantren

35

1. Pendidikan di Pesantren

36

2. Tujuan Pendidikan


37

3. Ruang Lingkup Pendidikan

38

4. Elemen Pesantren

44

5. Pola Pendidikan

55

6. Metode Pengajaran

57

C. Karakteristik Pesantren


59

D. Kiyai sebagai Pembimbing

60

E. Kiyai sebagai Manager of Learning Santri

63

F. Kiyai sebagai Supervisor Kegiatan Santri

68

G. Kiyai sebagai Pembina Kemandirian

71

H. Pendidikan Umum dalam Pendidikan Akhlaq

74

\B III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

80

B. Obyek Peneiitian

82

C. Teknik Pengumpulan Data

83

E. Teknik Anaiisis Data

83

\B IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

88

B. Pembahasan Hasil Penelitian

100

C. Temuan Hasil dan Penerapan Implikasinya

115

\B V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpuian

135

B. Rekomendasi

141

\FTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penyelenggaraan sumber daya pendidikan selain dilakukan melalui jalur
sekolah, dilakukan pula melalui pendidikan luar sekolah seperti pendidikan yang
diselenggarakan oleh pesantren. Secara historis, pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia (Marwan Saridjo, dkk., 19o2:7). Sedangkan
secara sosiologis, pondok pesantren merupakan suatu sistem sosiai, bahkan

merupakan suatu masyarakat baik dalam arti community maupun .society dengan

segala nilai, norma dan pola perilaku para anggotanya (Djamaii, 1985:7). Bahkan

^

ikut berperan serta mencerdaskan bangsa melahirkan ulama dan pimpinan

/ masyarakat, baik dalam penyebaran Islam, kewiraswastaan, perubahan sosiai budaya. /

I

'

j maupun dalam perjuangan kemerdekaan (Djamari, 1985:18).
,,

'/
(

Alumni pondok pesantren bukan saja ahli dalam bidang agama, tetapi ju«a

f

/ada yang berfungsi sebagai seniman, pedagang, sastrawan, prajurit, politisi dan

[

pemimpin masyarakat lainnya. Bahkan seorang putera Raja Brawijaya dari Majapahit
yang bernama Raden Fatah (Raja Demak pertama) adalah santri pondok pesantren

Ampel Denta yang dipimpin oleh seorang .Walisanga bernama Raden Rahmat atau

Sunan Anipel (Djmanari, 1985:2). Ulama alumni pondok pesantren seperti Sunan

Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kudus dan Iain-lain, berperan penting

dalam urusan kenegaraan (M. Abdullah, 1980). Menurut Hiroko Horikoshi

(l987:xviii); dalam penelitian tentang Kiai Tarji menunjukkan bahwa kiai berperan
kreatif dalam perubahan sosiai.

Kiprah pesantren sebagai penyelenggaraan pendidikan islam tercatat dalam

sejarah sejak zaman Walisongo, Sheikh Malik Ibrahim dianggap sebagai pendiri

pondok pesantren pertama di tanah Jawa. Perkembangan berikutnya pondok
pesantren bukan hanya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu agama
saja, melainkan ada sebagian yang melengkapinya dengan komponen-komponen
• /
pendidikan lain: seperti misalnya: pendidikan kepramukaan, pendidikan kesenian,?

pendidikan olah raga dan kesehatan pendidikan keterampilan (Zeini Ahmad Syis^
/

1983:6-7)

^

Sebaliknya, kehidupan akhlak siswa dan mahasiswa para lembaga pendidikan

sekolah seperti sekolah lanjutan tingkat atas dan perguruan tinggi yang kebanyakan
bertempat di kota-kota besar, sangat memprihatinkan. Kepribadian atas merosotnya
akhlak siswa tersebut, dapat dilihat dan dibaca dengan jelas melalui "media massa
sebagai berikut:
dr. Muchtadi, M.Sc, menyimpulkan penelitiannya enam persen pelajar sekolah

lanjutan tingkat atas (SLTA) di Jawa Tengah pernah melakukan hubungan seks bebas. Bahkan
60% dari mereka melakukan seks bebas itu dirumahnya sendiri. Sisanya (40%), dipenginapan
atau hotel. Menurut data dari Kanwil Depkes, saat ini terdapat 630.283 siswa yang tersebar di
1.783 SLTA di seluruh Jawa Tengah (Republika, Senin, 10 April 1995).

Tim Reserse Poltabes Semarang, meringkus sembilan pelaku kejahatan

pencurian koin telepon, kawat listrik, televisi, serta pelaku pencurian dengan

kekerasan dan copet. Dari sembilan tersangka yang ditangkap sebagian remaja dan
masih berstatus pelajar SLTA, kata Kapoltabes Semarang Kolonel Pol. Drs. H.M.
Adang Rismanto, MBA. Selain itu, tersangka mengaku sebagai pengedar obat
terlarang dan konsumennya para remaja di Semarang (Media Indonesia, Rabu, 26
April 1995).
Perkembangan berikutnyaada berita yang memalukan yaitu:
tentang "perkelahian mahasiswa". Sekali lagi, hari Sabtu yang lalu, kita dibikin
tertegun oleh peristjwa memalukan yang menimpa dua kelompok mahasiswa. Bertempat di
Kampus Universitas Pancasila, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Kedua kelompok mahasiswa
itu dari Universitas Par.casila dan Institut Sains dan Teknologi Nasiona] terlibat dalam baku

hantam dan perkelahian masal. Sebelum peristiwa itu, belum lama ini juga pecah perkelahian
antar kelompok mahasiswa. Kejadiannya di Bandung, dan melibatkan mahasiswa Sekolah
Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri dengan mahasiswa Akademi Milker Jurusan Udara. (Tajuk
Republika, 26 September 1995).

Kedua lembaga pendidikan tinggi ini, seperti kita tahu dalam kreda

pendidikan dan pengajarannya sangat menekankan penanaman sikap dan perilaku
dan budaya disiplin bagi mahasiswa. Ada beberapa pelajaran menarik yang dapat
ditarik dari kasus perkelahian mahasiswa ini. Disengaja atau tidak disengaja

perkelahian itu telah menimbulkan kerugian bagi kepentingan dan ketertiban umum
(publik order). Disamping kemacetan lalu lintas di jalur padat, perkelahian itu

menyebabkan pula kerugian material yang diakibatkan ulah pengrusakan kendaraan.
Sebagian besar mahasiswa swasta berasal dari keluarga berada. Namun

ternyata, berkat ini rentan sekali terhadap kecawanan kondisi lingkungan pertama dan
kedua dalam proses pendidikan; lingkungan keluarga yang sangat sibuk dan

lingkungan masyarakat yang longgar dalam menerapkan sanksi. Nilai yang hendak

diperkuat akarnya dalam kebijaksanaan pendidikan nasionah yaitu "iman, taqwa dan

budi pekerti luhur", ternyata tidak selalu didukung oleh realitas yang serba
keduniawian yang digeluti keluarga dan dipertontonkan oleh dinamika sosiai
ekonomi di masyarakat tempat mahasiswa didewasakan.

Ketika penulis melakukan studi pendahuluan di pondok pesantren Kempek
Ciwaringin Kabupaten Cirebon, yang didirikan oieh almarhuin hadrat Al-Syeikh KH.
Harum tahun 1908, diperoleh data : (1) santri laki-laki 2.400 orang, (2) asrama 66
kompleL (3) santri putri 600 orang, dilengkapi dengan asramanya 7 (tujuh) komplek,
(4) masjid milik pesantren tiga buah, masjid jami milik pemermtah desa satu buah.
Luas pesantren tersebut di atas tanah 4 (empat) hektar.
Asrama putri yang 6 komplek tersebut langsung dikelola dan dibina oleh

masing-masing pemiliknya, yaitu pondok pesantren putri: Ny. Hj. 'Aisyah Syatorih,
Ny. Hj. Mu'minah Harun, Ny. Aminah, KH. Fadlu Abbas, KH. Syarif Usman Yahya,
Ny. Hj. Daimah Nasir. Lokasi asrama putri ini satu komplek dengan asrama atau
pondok putra, dan rumah Kiai. Tidak ada tembok dan batas yang nyata sebagai
pemisah, antara pondok putra dan pondok putri. Cuma ada daerah atau jalan yang
khusus untuk santri putri, dan merupakan larangan bagi santri putra. Hal irii pun tidak
diketahui oleh "umum", kecuali oleh para santrinya sendiri. Komplek pesantren
Kempek ini berada ditengah-tengah perkampungan.
Interaksi sosiai dan edukatlf para santri putra dan putri yang jumlahnya 3.000

orang ini, termasuk dengan orang perkampungan sekitarnya tampak "tertib".

Penduduk sekitamya tidak kelihatan memasuki lokasi pesantren. Hubungan santri

putra dan putri tidak kelihatan campur, ada daerah dan lokasi masing-masing. Seolaholah ada rambu-rambu yang mengatur kehidupannya walaupun tidak tertulis. Belum

pernah terdengar dan diperoleh data, tentang kasus seks antara santri putra dan putri,
kasus perkelahian dam sejenis penyimpangan perilaku santri berkaitan dengan
kemorosotan akhlak seperti diungkapkn media masa. Ada tempat-tempat tertentu

untuk santai dan bermainnya santri putra-putri. Warung untuk santri putra dan putri

tidak dicampur. Kelihatannya tertib, menarik walaupun sederhana sesuai ciri
kedesaannya

Di kantor pengurus pesantren, penulis mencatat monografi struktur

kepengurusannya dikelola oleh para santri secara mandiri. Bermula dari ketua,
sekretaris, bendahara, seksi pendidikan, seksi keuangan. DKM (Dewan Kemakmuran

Masjid), balong (seksi pemberian hukuman bagi santri yang melanggar peraturan

pesantren), qayyim (seksi pengelolaan kamar mandi dan kakus), seksi penerangan,

seksi penerbitan majalah bulanan dan seksi keamanam Sedangkan peranan Kiai
dalam kepengurusan pesantren bersifat membina dan mengawasi. Pengajian
(pendidikan dan pengajaran) kepada santri langsung dilaksanakan oleh Kiai sepuh
dibantu para ustadz. Kiai masih menyempatkan pengajian khusus untuk ibu dan

daerah sekelilingnya, pada hari Jum'at. Pengajian untuk para bapak dari daerah

sekitamya tennasuk pegawai dan para Kiai dari daerah lain, dilaksanakan pada hari
Ahad. Kabamya pengajian "Ahadan" dan "jum'atan" ini dilaksanakan sejak zaman

6>*5^,* It

penjajahan Belanda yang sengaja disediakan untuk pegawai pabrik gula PTP XIV.
perkembangan berikutnya, terbentuk kerja sama antara pihak pesantren dengan

pengurus KORPRI setempat untuk mengadakan pengajian rutin setiap hari Ahad yang
berbentuk lembaga pengajian katulistiwa. Pengajjian yang diselenggarakan hari Ahad

dengan pegawai, disebut pengajian "jiping" (pengajian kuping atau semacam
ceramah). Materinya masalah akidah dan fiqih..

Kehidupan santri tampak sangat disiplin dan ketat. Selain mengurus pesantren

seperti diungkapkan di atas, kelihatannya tawadhu' (rendah hati, tidak sombong),
misalnya:

a. Ketika waktu shalat tiba, para santri sudah berkumpul di masjid.
Melantunkan syair 3'ang berisi pujian kepada Allah, bakti kepada orang

tua, hormat kepada guru dan kiai dan sesama manusia, mengutamakan
ilmu dan memulyakan kitab.

b. Sajadah milik para santri digelar di lantai masjid tempat imam jalan

menuju mihrab (tempat imam bershalat). Maksudnya mencari berkah kiai.
agar dapat ilmu yang manfaat dan menjadi 'aalimun yang shaleh atau
ilmuwan yang berbudi luhur.

c. Tampak para santri sangat hormat melayani tamu dengan baju lengan

pamang/kemeja, rambut dipangkas (gundul). Rambut santri yang digundul
sekitar 40%. Menandakan sebagai santri baru. dan santri yang sudah

menyelesaikan satu kitab, akan ganti kitab baru. Sedangkan santri senior,
cirinya antara lain memelihara rambut seperti lazimnya pemuda.

d. Pukul 21.00 situasi dipesantren sudah sunyi. Tidak tampak para santri
berada diluar. Para santri masuk kamar pondok (kamar tidur) terkecuali
petugas keamanan pondok. Pukul 04.00 (pagi) para santri dan situasi

pondok sudah ramai untuk pergi ke masjid, melakukan shalat tahajud
dilangsungkan shalat subuh.

e. Tidak terdengar suara radio baik dikamar santri maupun di tempat-tempat
umum.

Para santri Kempek -mengurus kebutuhan hidupnya secara mandiri, misalnya
masalah masak-memasak untuk makannya, mencuci pakaian, sampai perbaikan jam
tangan dan potong rambut. Untuk memenuhi kebutuhan kitab dan alat tuiis, beras dan

bahan pokok lainnya santri mendirikan koperasi pondok. Dikelola oleh santri sendiri,
berdasarkan rapat anggota (santri).

Pada waktu tahun 1999 biaya makan seorang satu bulan Rp. 15.000

Perinciarmya untuk beli beras Rp. 8.000, beli lauk Rp. 5.000, beli minyak tanah Rp.
2.000. Pengurus asrama (komplek) membuat aturan; ada santri yang" memasak,
mencuci pakaian, piket, menjaga keamanan masing-masing asramanya secara

bergiliran. Disesuaikan dengan jadwal pengajian masing-masing santrinya.
Setiap santri, berdasarkan daerahnya masing-masing, membentuk organisasi

daerah yang kegiatannya antara lain mengadakan belajar pidato, bimbingan mengaji

dari santri senior kepada santri baru. Tempat kebanyakan di kamar masing-masing
santri.

Dalam kaitan aktifitas kemasyarakatan dengan warga sekelilingnya, termasuk
dengan pemerintah, pengurus pesantren bekerja sama dengan Lion Club, dan

puskesmas membuka praktek pengobatan di pesantren untuk kepentingan masyarakat
umum. Menurut subjek penelitian, pengurus pesantren membuka hubungan dengan

masyarakat untuk mendidik santri agar mempunyai rasa kepedulian. Para tenaganya

selain petugas dari petugas dari Departemen Kesehatan (dokter, perawat), santri
dikenakan giliran ikut praktek. Pelayanannya selain tugas-tugas rutin seperti Keluarga
Berencana, pengobatan kesehatan harian, melakukan operasi katarak mata dan

operasi bibir sumbing secara cuma-cuma. Pasien tidak dipungut bayaran. Dan
pekerjaan yang dilakukan para santri yang mendapat tugas dari pengurus pesantren,

berpengaruh sekali bagi santri untuk menambah wawasan berpikir sampai taraf
kepedulian bermasyarakat. Perilakunya kelihatan bisa beradaptasi dengan para

petugas Puskesmas dari Lion Club. Santri bercelana panjang (tidak pakai sarung),
pakai sepatu dan ramah melayani pasien yang kebanyakan orang desa. Upaya kiai
membina akhlak terhadap santri ini diharapkan dapat bisa memenuhi rational
intelligence (kecerdasan akal) dan emotional intelligence (kecerdasan yang penuh

perasaan) para santri, sehingga bisa seimbang penerapan antara akliah dan nakliah.

Status pesantran Kempek ini milik pribadi dikelola secaa turun temurun oleh
ahli warisnva. Secara kelembagaan pondok pesantren Kempek termasuk tipe

pesantren salaf (tradisional). Pola kepemimpinannya masih tertumpu pada seorang
kiai sepuh, yaitu KH. Umar Sholeh (71 tahun) yang cukup berwibawa dan
kharismatik bahkan cukup dominan sebagai pengambil keputusan dalam
penyelenggaraan pesantren tersebut. Pola pendidikan yang dikembangkan, sejak
pertama sampai sekarang masih tidak berubah. Tidak menyelenggarakan pendidikan

madrasah seperti misalnya Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Materi pengajarannya
mengkhususkan nahwu sharaf (gramatika bahasa Arab), Fiqih dan AI Qur'an.
Tenggang waktu belajamya 7 (tujuh) tahun. Model pengajarannya dengan sistem

setor hafalan, yaitu santri menghafalkan ilmu nahwu sharaf dengan membuat latihan

(tadribat atau drill) dihadapan kiai selama tiga tahun. Sebagai evaluasi penguasaan
gramatika tersebut, pengajaran dilanjutkan dengan belajar membaca kitab Fathul
Oarib (fiqih) dengan cara sorongan dan bandungan, selama 2 (dua tahun). Selama
tujuh tahun tersebut santri diharapkan bisa memenuhi tujuan pendidikan pesantren,

yaitu: bisa membaca kitab kuning (KK) dengan benar sesuai gramatika, dan hafal al
Qur'an model Kempek sekaligus sebagai mufassir (ahli Tafasir).
Secara sosiologis pesantren merupakan suatu sistem sosiai, dengan segala

nilai, norma dan perilaku para anggotanya. Pesantren Kempek ini hampir tidak ada
perubahan baik yang menyangkut materi pengajian kitab-kitabnya,

model

pengajarannya, termasuk interaksi sosiai: santrinya. Tempatnya di kampung,
suasananya sederhana. Namun masih tetap eksis dikunjungi santri untuk belajar dan

kebanyakan alumninya bisa langsung diterimadi Universitas Ummul Qura(Makkah).

Tidak pemah menerima sumbangan bangunan dari pemerintah, meskipun banyak
dikunjungi para pejabat. Dan apabila santrinya yang sudah tamat tidak meneruskan

belajar lagi, peneliti melihat catatan para alumninya kebanyakan mendirikan

pesantren salafy seperti Kempek, menjadi pengusaha dan petani.
Hal tersebut, bisa kelihatan ketika pesantren mengadakan Khotimin al-

Our'an pada akhir sanah (tutup tahun pelajaran) dihadiri alumnus yang berlimpah,

dan pejabat pemerintah, orang tua santri, sekalipun menjemput pulang anaknya yang
tamat belajar dengan memperoleh predikat fuqaha (ahli fiqih), hafldz (hafal al-

Qur'an), mufassir (ahli tafsir), ahli 'alat (gramatika), orator yang tawadhu' yaitu

(rendah hati) dan peka. Memperhatikan keadaan seperti ini, menggugah peneliti
untuk lebih tahu dan meneliti ada rahasia dan managemen apa dibalik
kesederhanaannya itu.
B. Masalah Penelitian

Memperhatikan uraian dan penjelasan pada latar belakang diatas nampak

bahwa para siswa (selanjutnya disebut santri) di pesantren Kempek Cirebon bisa
hidup sederhana dan rukun dalam satu komunal yang berasal dari berbagai daerah.
Belurn terdengar adanya kemerosotan akhlak yang mencolok, sehingga menjadi

perhatian pihak keamanan. Peran santri bisa berkomunikasi dengan masyarakat
sekitamya, bisa bekerja sama dengan pemerintah. Misalnya dalam mengenai

/kesehatan masyarakat, kebersihan kampung dan menghormati pahlawan bangsanya
1 dalam bentuk peringatan nasional. Pola kehidupan santri semacam ini mencerminkan

\subcultur (nilai) pesantren yang selalu dipertahankan dalam pembinaan akhlak dan

/ pribadi santri secara utuh. Namun, bila mengamati kehidupan siswa dan mahasiswa
i

pada umumnya dilembaga pendidikan lain terdapat kemorosotan akhlak yang
memperihatinkan

crang

tua,

para

pendidik

dan

pihak

keamanan

dalam

menyelamatkannya sebagai asset bangsa.
Adanya fenomena yang tampak kontradiktif, menimbulkan rasa penulis ingin
meneliti pesantren tersebut Apa yang dilaksanakan kiai dan bagaimana membina
akhlak mulia santri di pesantren Kempek Kabupaten Cirebon ?
C. Rumusan Masalah

Mengingat fokus masalah masih menunjukkan karakteristik yang luas dan
kompleks, maka peneliti perlu untuk memberikan rumusan masalah yang dituangkan
dalam bentuk pertanvaan sebagai berikut:
1.

Bagaimana model upaya pembinaan akhlak mulia santri yang dilakukan

kiai?

•'•' ' ' f
*..

2.

, •C '•



/••

.!»; ' *-.•••,

v

Bagaimana akhlak santri sebelum diproses dalam pembinaan akhlak
mulia yang dilakukan oleh kiai?

3.

Bagaimana gambaran akhlak mulia santri setelah pembinaan yang
dilakukan oleh kiai?

4.

/it*'-"

'

ivrF-

Apa kaitan pengajian al-qur'-an, nahwu-sharaf, dan fiqih dengan
pembinaan aidilak-se'Caia aktual dan empirik?

l

> •

'

"'' . ."• ; .-

-

5. Apa hambatan yang ditemui kiai dalam pembinaan akhlak mulia santri di
pesantren.

D. Relevan Masalah dengan Pendidikan Umum

Penulisan tesis ini untuk memenuhi tugas akhir program strata dua pendidikan
umum. Oleh karena itu, selayaknya bila masalah penelitian ada relevansinya dengan

pendidikan umum
Ada tiga masalah utama yang memungkinkan masalah tesis ini masuk dalam
ruang lingkup pendidikan umum.
Pertama, ditilik dari tujuan perndidikan pondok pesantren yang hendak

dicapai antara lain:

1. Difokuskan agar mampu berakhlak luhur, berfikir kritis, berjiwa dinamis
dan istiqamah.

2.

Mendidik

siswa/santri

untuk

mengembangkan

kepribadian

dan

mempertebal semangat kebangsaan agar dapat membangun dirinya dan
bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan negara (Zaini
Akhmad Syis, dkk, 1980:12-13).

Dengan demikian tujuan yang hendak dicapai oleh kiai dalam membina
akhlak dan pribadi santri terkait dengan pendapat T.R. Mc. Connel yang menyatakan

bahwa pendidikan umum selain memperhatikan perkembangan intelektual, juga
memperhatikan perkembangan emosi, sosiai dan murni secara terpadu (Nelson B.

Henry, 1952:11). Bila dilihat uraian tersebut diatas, tujuan pendidikan umum adalah

mengembangkan kepribadian yang utuh. Maka tujuan pendidikan islami yang
diselenggarakan di pesantren sejalan dengan pendidikan umum bahkan meiebihi,
karena pendidikan Islami membentuk manusia taqwa dengan lingkungannya.

Kedua, ditilik dari tujuan dan metode yang diajarkan di pesantren tentang

pendidikan

akhlak adalah dengan

membiasakan

kebaikan (al-'adah)

dan

mengajarkan kebaikan mengacu kepada pendapat imam Ghazali dalam Mushthafa
Al-Ghalayaini (1913:188) sebagai berikut:

(A! Tarbiyatu hiya gharsu al-akhlaqi al-fadhilati ft nufuusi al-naasyi wa
saqyuhaa bima'I al-irsyadi wa al-nashihati hatta tusbiha malatan mm
trialakali al-nafsi tsumma takuuna tsamaratuhaa al-fadliilali wa al-khaira wa
hubba al- 'amali li nafl al-wathanij

Artinya: Pendidikan ialah menanamkan budi pekerti yang utama dalam hati
anak, dan menyirami dengan petunjuk yang benar dan baik sehingga
keutamaan melekat menjadi watak anak tersebut. Buahnya yaitu sifat yang

^utama dan tingkah laku baik, senang kepada amal untuk kepentingan tanah
air.

(Fain 'uwwida al-khayra wa 'ullimahu nasyaa' a ' alaihi wa sa 'idafi aldunya
wa al-akhirat)

Artinya: Apabila anak dibiasakan melakukan kebaikan insya Allah mendapat
keutamaan dunia akhirat.

mengembangkan kepribadian yang utuh. Maka tujuan pendidikan islami yang
diselenggarakan di pesantren sejalan dengan pendidikan umum bahkan melebihi,
karena pendidikan Islami membentuk manusia taqwa dengan lingkungannya.
Kedua, ditilik dari tujuan dan metode yang diajarkan di pesantren tentang

pendidikan akhlak adalah dengan membiasakan kebaikan (al-'adah)

dan

mengajarkan kebaikan mengacu kepada pendapat imam Ghazali dalam Mushthafa
Al-Ghalayami (1913:188) sebagai berikut:

(Al Tarbiyatu hiya gharsu al-akhlaqi al-fadhilati ft nufuusi al-naasyi wa
saqyuhaa bima'I al-irsyadi wa al-nashihati hatta tusbiha malaian min
malakati al-nafsi tsumma takuuna tsamaratuhaa al-fadliilati wa al-khaira wa
hubba al- 'amali li nap] al-wathani)

Artinya: Pendidikan ialah menanamkan budi pekerti yang utama dalam hati
anak, dan menyirami dengan petunjuk yang benar dan baik sehingga
keutamaan melekat menjadi watak anak tersebut. Buahnya yaitu sifat yang
utama dan tingkah laku baik, senang kepada amal untuk kepentingan tanah
air.

(Fain 'uwwida al-khayrawa 'ullimahu nasyaa' a 'alaihiwasa'idafi aldunya
wa al-akhirat)

Artinya: Apabila anak dibiasakan melakukan kebaikan insya Allah mendapat
keutamaan dunia akhirat.

14

Memperhatikan tujuan pendidikan pesantren seperti diungkapkan di atas,

adalah sedikit mempunyai kemiripan dengan pendidikan umum yang dikemukakan

oleh Paul L. Dressel Margareth F. Lorimel (Chester W. Harris, 1960:570) sebagai
berikut:

The purpose of general education are to prepare men and women for a

satisfying personal life, happyfamily and social relationship, and responsible
citizenship in free society by acquanting them with our common culture

heritage by helping them to integrate the suject matter of related discipline,
and by developing skills, abilities, attitudes, and values which will enable

them to more effectively with their personal pronlem and those of society in
which they life.

Tujuan pendidikan umum diatas menekankan bahwa pendidikan umum

ditujukan untuk seseorang atau siswa agar memiliki kehidupan pribadi yang baik, dan
mempunyai hubungan keluarga dan masyarakat yang bahagia, dapat menjadi warga
negara yang bertanggung jawab, yang dapat menghadapi masalah-masalah pribadi
dan masyarakat sekitamya secara aktif.

Tujuan di atas cukup singkat, namun sangat jelas yang menyebutkan bahwa

pendidikan umum bertujuan mengembangkan seluruh kepribadian peserta didik
secara utuh agar menjadi warga negara yang baik dan demokratik. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan umum secara singkat adalah untuk
membina siswa, mahasiswa atau santri menjadi pribadi, anggota keluarga, warga

masyarakat dan warga negara 3'ang baik,-:terdidik, demokratik dan bertanggung

jawab. Indikasi tersebut ada relevansinj'a dengan tujuan pendidikan di pesantren
dalam pembinaan akhlak mulia santri.

I J

Ketiga, proses pendidikan yang mencakup belajar mengajar di pesantren yan«

bedandaskan pendidikan islami mengarahkan manusia untuk -beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai relevansi dengan pendidikan umum di
pendidikan tinggi, yaitu "untuk mempersiapkan mahasiswa agar dalam memasuki

kehidupan masyarakat, menjadi anggota keluarga yang bahagia, menjadi warga

negara yang bertanggung jawab dari negara kesatuan republik indonesia" (SK Dirjen
Dikti Depdikbud No. 32 / DJ/ Kep/1983)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:

•. i")a *

/»,'

r-L'' ' i *

1. Untuk mengetahui upaya kiai membina akhlak_santri di pesantren Kempek
yang meliputi akhlak tawadhu' (rendah hati tidak sombong), berbakti

kepada orang tua, menghormati guru, kiai, dan sesamanya; 'iffah
(memelihara diri dari sesuatu yang haram); „akhlak santri agar bisa
menjadi warga negara yang baik.

^

2. Untuk mengetahui upaya kiai membina akhlak santri secara induktif yang
diharapkan menjadi paradigma akhlak para santri lainnya. Dengan kata

lain ingin mengetahui manhaj (paradigma) pembinaan ajdalak-^antri
sehingga bisa dikatagorikan menjadi pola pesantren Kempek.

16

Tujuan-tujuan tersebut, bila dirangkum menjadi satu selaras dengan
pendidikan umum, yakni membina anak secara utuh menjadi paradigma etika masa

depan. Apabila tujuan-tujuan tersebut bisa dicapai dengan berhasil, diharapkan
penelitian ini akan berguna memberikan sumbangan dalam memperkaya khazanah
keputusan pendidikan moral (akhlak) yaitu:

1. Untuk memperoleh informasi yang dapat dikembangkan dalam penelitian

lebih lanjut untuk pendidik akhlak bagi santri (remaja) sebagai paradigma
etika masa depan yang tanggap dan terampil terhadap perubahan sosiai.

2. Untuk memperoleh informasi menyusun program pendidikan akhlak yang
sangat krusial bagi pembangunan pribadi seutuhnya dalam arus
globalisasi.

3. Untuk memperoleh cara mendidik "manusia yang utuh menuntut

pandangan yang tuntas mencerdaskan manusia kaffah, dalam arti satunya

niat, ucap, pikir perilaku dan tujuan yang direalisasikan dalam hidup
bermasyarakat, semua itu diperhadapkan kepada Allah SWT." (M. D.
Dahlam, 1988:14).

2. Manfaat Penelitian

^_^

Ada dua manfaat hasil penelitian ini khususnya bagi penulis dan umumnya

bagi pembaca yang peduli terhadap keberadaan dan perkembangan pondom
pesantren yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Pertama, manfaat teoritis.

Penelitian ini berusaha mengemukakan tentang model dan urgensi pembinaan akhlaq

yang dilaksanakan di pondok pesantren yang telah maklum dengan metode
sorogannya. Pondok pesantren dengan metode khasnya (terutama metode sorogan

dan hatalan) itu, telah Derhasil niembentuk pribadi muslim yang berakhlaq alkariemah. Melalui metode ini, figur dan kekharismahan kiai sangat berpengaruh
dalam menanamkan perilaku yang baik bahkan kiai dalam waktu sungkat dalam

menilai kemampuan dan kemauan santri. Begitu juga dengan tegasnya pelaksanaan
peribadatan dan ketaatan dalam penerapan amar ma'rufnahy mxmkar di lingkungan
pondok pesantren. Karena itu, lembaga ini telah banyak memberikan andil dan
berhasil dalam manusia yang beriman, bertaqwa dan bcramal shalih.

Sedangkan manfaat secara praktis, penelitian ini berusaha menginformasikan

pembinaan akhlaq yang dilaksanakan di pondok pesantren Kempek. Dengan
oenanaman

amal shalih dan penegakkan qanunul ma'had, pondok pesantren

Kempek telah berhasil mencetak kadewr khusus yang disebut "alumni Kempek" yang

raemiliki ciri khas: berjiwa ikhlas, selalu berkain sarung, berbaju lengan panjang dan
berambut kepala pendek, senang berziarah kubur, tawaddu' kepada guru dan orang
yang 'alim, memiliki kemampuan bacaan al-Quran khas Kempek dan memahami
beberapa KK nahwu dan sharaf. Ke semuanya ini diperoleh, karena sistem pengajian
dan materi yang diajarkan di Pondok Pesantren Kempek adalah al-Quran, KK nahwusharaf dan beberapa KK fiqh dengan mengguriakan metode sorogan dan hafalan.

18

p. Asumsi Penelitian

j. ,;

Pembinaan akhlak, sangat penting dan utama dalam pembentukan kepribadian
manusia yang utuh karena itu mempakan kewajiban bersama antara orang tua di
lingkungan keluarga, kiai, ulama dan tokoh masyarakat di lingkungan masj'arakat dan
guru di lingkungan lembaga pendidikan sekolah serta pemerintah.

Dalam melaksanakan kewajibannya itu, masing-masing lembaga pendidikan:
di hngkungnan keluarga, di lingkungan masyarakat (termasuk pondok pesantren) dan
lembaga pendidikan sekolah menerapkan metode sesuai dengan kemampuan dan
kemauannya masing-masing.

Berdasarkan pernyataan dan kenyataan di atas, penulis berasumsi sebagai
berikut:

1. Pendidikan dan pembinaan akhlak santri di pesantren mempakan bagian

dari pendidikan umum, bahkan sudah termasuk subkultur (nilai) yang
sudah menjadi tradisi di pesantren, karena pembinaan akhlak mulia
terhadap santri berfungsi sebagai pembinaan terhadap warga negara yang
baik.

2. Upaya kiai dalam pembinaan akhlak mulia terhadap santri mempakan

bagian dari kontribusinya dalam memajukan bangsa. Hal ini l^arena kiai
berpedoman kepada hadits yang mem/atakan bahwa, apabila suatu bangsa
akhlaknya rusak, maka hancurlah bangsa itu.

19

3. Pembinaan akhlak mulia terhadap santri, diupayakan kiai melalui

penanaman sikap dan tauladan yang baik sudah dilakukan sejak jaman
Walisongo. Pembinaan itu dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan
Islami yang materinya berkaitan dengan seluruh aspek-aspek ajaran Islam

yang berkaitan dengan pikiran-pikiran para ulama penulis kitab kuning
(KK) fiqih, hadits, tafsir, tauhid (teologi Islam), akhlak dan tasawuf yang

hidup antara abad ke-7 sampai dengan abad ke-13, namun tidak
terbelenggu dalam aspirasi yang ditetapkan para ulama tersebut
(Zamakhasyari Dhofer, 1989:1)

4. Pesantren Kempek Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon di samping
terkenal sebagai pesantren "alat" (gramatika Bahasa Arab), fiqih dan al-

qur'an juga disiplin dalam pembinaan akhlak mulia terhadap. Disiphn
dalam menegakkan qaanunul ma'had, tampak dalam kehidupan santri
sehari-hari, misalnya santri harus memakai kemeja berlengan panjang,
tidak boleh berkaos dalam walaupun di dalam kamarnya sendiri dan

rambut kepala hams gundhul atau tidak lebih dari 2(dua) cm.

Ke empat asumsi tersebut di atas (terutama asumsi ke tiga dan keempat),
menurut penulis tampak bahwa upaya yang dilakukan kiai dalam pembinaan akhlaq

terhadap santri mempakan salah satu model yang mampu mengendalikan perilaku

negatif atau kenakalan remaja. Pada saat itu juga kiai telah mampu membentuk
kepribadian santri yang utuh sesuai dengan aspek-aspek ajaran Islam dan tatanan

20

sosiai. Tatanan nilai seperti ini, tetap dipertahankan eksistensinya di lingkungan

pondok pesantren Kempek walaupun sistem pendidikan di pesantren lainnya banyak
yang telah mengalami perubahan.
G. Definisi Operasional
1. Pembina Akhlak Mulia Santri

Upaya Kiai membina akhlak mulia santri adalah kegiatan yang terns menems
dilakukan kiai untuk menciptakan yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan
syara'. Keteladanan yang baik dari kiai adalah untuk menanamkan, rnenyadari budi
pekerti luhur dan mengembangkan kepribadian anak santri, dilakukan melalui

janngan disiplin menjalankan qaanun ma 'had (peraturan pesantren).

Qaanun ma 'had tersebut antara lain santn harus mengikuti pengajian (belajar
mengajar) sesuai peraturan: santri hams mengikuti shalat jama'ah di masjid; kemit
santri (petugas) harus bertanggung jawab mencakup air keperluan pesantren menjaga
kebersihan dan keamanan; santri hams mkun dengan teman-temannya; santri hams
tertib makan, mandi, buang air besar pada tempatnya yang ditentukan; santri tidak
boleh melakukan perkara yang dilarang syara' dan pemerintah; santri tidak boleh

pakai baju lengan pendek; santri tidak boleh memelihara rambut kepala (hams
gundul); santri harus rendah hati kepada sesama manusia; santri hams menghormati

ilmu, gum, dan orang tua; santri harus mencari teman yang baik.
Dari uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa kiai dalam mendidik

dan membina santri betul-betul memberikan contoh keteladanan (budi pekerti) yang

21

baik, ke dalam sanubari santri. Mewaspadai semua akhlak setiap tingkah lakunya
sesuai dengan tingkat dan perkembangan permasalahannya. Untuk mencapai tingkat
kedewasaan santri, kiai mendidik dan membina perilakmvya secara langsung dalam
lingkungan pesantren yang dianggap seperti dalam lingkungan keluarga sendiri.

Pengertian akhlak mulia santri adalah tingkah laku yang didasarkan pada
norma yang berlaku. Norma tersebut baik yang berasal dari ajaran agama maupun
dari adat tradisional )'ang muhkamat menjadi nilai-nilai pendidikan pesantren. Nilai
tersebut senantiasa dilestarikan oleh kiai, karena mengandung dua unsur yaitu (1) al-

takhliyah yakni menjauhkan diri dari segala kejahatan dan kemaksiatan (2) al-

tahliyah yakni mengisi jiwa dengan perbuatan terpuji. Ada perbuatan lain yang
dibiasakan pesantren tentang upaya memperbaiki akhlak melalui kebaikan yang
sudah menjadi nilai-nilai pesantren.
Adapun akhlak mulia santri yang menjadi indikator dalam penelitian ini ialah:

(1) meluruskan

niat belajar,

mengutamakan ilmu,

memuliakan kitab,

(2)

mengagungkan guru, kiai, orang tua, dan menghormati teman, (3) rajin belajar,

berdo'a tawakal, (4) tawadhu' (rendah hati, tidak sombong) terhadap sesama
manusia, (5) 'iffah (memelihara kesucian dari hal-hal yang haram), (6) menjadi
warga negara yang baik dan cinta tanah air.

•>•)

2. Kegiatan Pengajian

Kegiatan pengajian pendidikan Islami dimaksudkan dalam penelitian ini ialah

kiai sebagai pemimpin pendidikan di pesantren mengajarkan program pendidikan inti
(al-qur'an, nahwu, fiqih) yang sejak lama diajarkan di pesantren.

Sistem pengajian yang disampaikan kiai kepada santri antara lain: (a) santri
setor hafalan materi nahwu (gramatika) dan al-qur'an kepada kiai; (b) sistem
individual yakni sitem sorongan (direct method) yang diberikan kiai kepada santn
yang telah mengusai bacaan al-qur'an; (c) sistem bandungan disebut pula sistem
halaqah atau sekelompok santri yang belajar di bawah pimpinan seorang kiai
membacakan kitab kuning; (d) sistem musyawarah, caranya santri membawa kitab

masing-masing untuk dipelajari, kiai memimpin kelas musyawarah seperti dalam
bentuk sebuahseminardan lebih banyak dalam bentuk perubahan masalah.

Adapun kaitan materi pengajian al-qur'an, nahwu-sharaf, dan fiqih dengan

pembinaan akhlak mulia santri adalah Pertama, pesantren Kempek sejak berdiri
sampai sekarang masih tetap mempertahankan pengajian al-qur'an al-hadits sebagai
sumber sistem nilai dari ajaranIslam. Kedua, untuk memahami al-qur'an secara utuh,

dan fiqih sebagai hukum syara' (yang diperoleh melalui kitab kuning, tidak
berharakat) yang kedua-duanya bisa dijadikan reference materi akhlak sebagai sistem
nilai. Para santri harus mengusai nahwu sharaf agar tidak kelim untuk memahaminya.
Dengan demikian ada kaitan yang erat antara pelajaran al-qur'an, nahwu-sharafdan

23

fiqih dengan pembinaan akhlak mulia santri yang dilakukan kiai melalui amal shaleh
dan qaanun pesantren dengan keteladanannya.

Tujuan mendirikan pesantren adalah untuk mengembangkan agama Islam dan
mendidik muslim yang tafaqquh fiddin (menguasai ilmu-ilmu agama) sehingga bisa
diharapkan menjadi muslim yang mendukung ajaran-ajaran agama Islam secara utuh.

so

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Peneiitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif anaiitik dengan
pendekatan kualitatif naturalistik. Metode ini dipilih karena masalah yang dikaji
menyangkut hal 3'ang sedang beriangsung dalam masyarakat, khususnya fenomena

yang sedang beriangsung di lingkungan pondok pesantren Kempek Kabupaten
./

/

Cirebon. Dengan pendekatan kualitatif naturalistik, diharapkan deskripsi atas
i

fenomena yang terjadi di lapangan bisa diinterpretasi dan dianalisis maknanya yang
lebih mendalam.

Pendekatan kualitatif naturalistik dipilih dengan alasan, data tentans "ejala-

gejala yang akan diperoleh dari lapangan lebih banyak menyangkut perbuatan dan
kata-kata dari subjek penelitian, bersifat alami, apa adanya dan tidak dipengaruhi dari

luar. Subino Hadisubroto (1988 : 2) berpendapat bahwa, data yang dikumpulkan
melalui nenelitian kualitatif lehih henina kata-kata darinada aneka-aneka. Walunun

demikian, peneliti tetap mengambil dan menggunakan data yang bersifat dokumen,
sepanjang data tersebut menunjang dalam mencapai tujuan penelitian. Pendekatan ini
mengarah kepada situasi dan individu-individu secara holistik (menyeluruh). Jadi
pokok kajianm'R. baik sebuah organisasi atau individu. tidak akan diredusir

(disederhanakan) kepada variabel yang telah ditata atau sebuah hipotesa yang telah

direncanakan sebelumnya, akan tetapi akan dilihat sebagai bagian dari sesuatu yang
utuh (Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, 1993 : 30).

•J

/

Bogdan dan Taylor (1993 : 22) mendefmisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif bempa kata-kata tertulis atau
lisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang atau subjek itu sendiri.
Pendekatan ini diarahkan pada latardan individu tersebut secara holistik.

Pendekatan tersebut sejalan dengan pendekatan yang disampaikan S. Nasution
(1992 : 5 ) bahwa, penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan

tafsiran mereka tentang dunia sekitamya. Dengan demikian penggunaan metode
penelitian kualitatif mengutamakan kemampuan peneliti untuk mengakrabkan diri
dengan fokus permasaiahan 3;ang diteliti.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena data dari penelitian

ini yang berkenaan dengan perilaku manusia dalam situasi pendidikan dan pembinaan
akhlak santri di pesantren, sehingga datanya bersifat lunak artinya penuh penghavatan

dan penafsiran. Data tersebut dalam kehidupan merupakan data situasi berwujud
adegan wajar, karena diperolehnya secara alami. Nasution (1992:90) menyebutnya
natural setting.

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap
orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member check (Nasution, 1988 :33; Lincoln &

Guba, 1985: 253). Mengenai ketiga tahap'penelitian kualitatif tersebut Lincoln &
Cuba (1985: 33) menjclaskan:
1.

Tahap orienta.. adalah tahap untuk memperoleh informasi yang cukup dipandang penting
untuk ditindaklanjuti.

82

2. Tahap eksplorasi adalah tahap untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai
eiemen-elemen yang telah ditentukan untuk dicari keabsahannya.
3. Tahap member check adalah tahap untuk mengkonfirmasikan bahwa lapoian yang
diperoleh dari subjek penelitian sesuai dengan data yang ditampilkan subjek, dengan cara
mengoreksi, merubah dan memperluas data tersebut sehingga menampilkun kasus
terpercaya.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini ada yang bersifat
menyeluruh yaitu semua pengelola pondok pesantren Kempek, dan ada hanya
beberapa orang saja yang ditentukan oleh penulis melalui observasi awal. Keutuhan

kehidupan lingkungan pesantren dimaksudkan untuk mengamati interaksi sosiai dan

pendidikan santri secara umum melalui observasi. Sedangkan subjek yang ditentukan
melalui wawancara yaitu sebagai berikut:

1. Para ustadz yang ditetapkan dari kelompok pengajian al-Quran, kelompok
pengajian kitab nahwu-sharaf dan kelompok pengajian kitab fiqih, yang aktif
dalam pembinaan akhlak santri. Dasar penentuan ini adalah atas hasil

observasi awal yang dilakukan peneliti, hasil wawancara silang, dan saran kiai
sepuh. Cara demikian diharapkan agar diperoleh data yang lebih sahih dan
kredibel.

2. Kiai sepuh yang secara struktur hirarkis di pesantren adalah pengasuh dan
pemimpin pesantren 3'ang terkenal 'alim dalam bidang garamatikanya dan
berwibawa, dan termasuk dua badaT(wakil kiai) yang membidangi kesantrian
dan pengajian.

3. Santri dari perwakilan kelompok pengajian al-Quran, kelompok pengajian

nahwu-sharaf dan kelompok pengajian kitab fiqih yang jumlahnya sembilan

orang yang aktif dalam kegiatan di kelompok pengajiannya, dan ttga santn
biasa yang tidak aktif.
C. TeknikPengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga cara
yaitu: observasi mendalam, wawancara mendalam dan mempelajari dokumen.
1. Teknik Observasi

Secara intensif teknik observasi ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai kegiatan kiai sepuh dengan para ustadz dalam membina akhlak santn.

Observasi ini dilaksanakan dalam setiap aktifitas baik melalui penerapan amal shaleh
(uswalun hasanah), maupun melalui penerapan qaanunul ma'had. Melalui kedua

model ini, dicankan esensi persoalan yang menjadi ibkus penelitian. Apabila kegiatan
tersebut sudah cenderung untuk menerapkan pembinaan akhlak melalui proses
uswatun hasanah, maka observasi lebih menitikberatkan pada eksplorasi esensi

hubungan dan interaksi secara interpersonalnya. Sedangkan apabila kegiatan
pesantren cenderung untuk menerapkan qaanun dan sanksin3'a, maka observasi

ditujukan untuk mencari upaya-upaya kiai sepuh dan para ustadz, termasuk pengurus
pesantren dalam mengisi kegiatan tersebut; baik dalam konteks hubungan dan

interaksi secara interpersonal di lingkungan pesantren, maupun dalam bentuk ucapan
dan tindakan yang mengandung pendidikan nilai-nilai islami.

Jenis observasi yang digunakan adalah observasi non-sistematis, yakni tidak
menegunakan pedoman baku, berisi sebuah daftar 3'ang mungkin dilakukan oleh kiai

S4

sepuh, para ustadz, dan santri. Tetapi pengamatan dilakukan secara spontan, dengan
cara mengamati apa adanya pada saat ustadz, dan kiai melakukan upa3'a pembinaan
akhlak mulia santri. Selain itu mengamati pula aktifitas-katifitas keagamaan santri

sebagai akibat dari peran kiai dan para ustadz dalam upaya pembinaannya.
2.

Teknik Wawancara

Melalui teknik wawancara data yang berupa ucapan, pikiran perasaan dan
tindakan dari para ustadz, dan kiai sepuh diharapkan akan lebih mudah diperoleh. S.
Nasution mengemukakan (1988: 73) bahwa, dalam teknik wawancara terkandung
maksud untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaan subjek

penelitian. Itulah sebabnya, maka dalam melakukan wawancara secara mendalam
dengan subjek penelitian penulis berpegang teguh pada arah dan ibkus penelitian.
Untuk menghindari terjadi bias penelitian, peneliti tetap berpegang pada
pedoman wawancara yang ada kaitan dan disesuaikan dengan sumber data. Pedoman
wawancara tersebut bersifat fleksibel yang sewaktu-waktu dapat berubah sesuai

perkembangan data yang terjadi di lapangan. Namun tetap fleksibel mengacu pada
Ibkus penelitian, yaitu menegenai upa3'a kiai membina akhlak mulia santri di pondok
pesantren Kempek.

Pelaksanaan wawancara dilakukan di lingkungan tempat pengajiap di rumah,
atau dimana saja yang dipandang perlu dan tepat untuk memperoleh data sesuai

dengan konteksnya. Sewaktu-waktu peneliti mengadakan kesepakatan dengan subjek
untuk wawancara, atau secara mendadak peneliti meminta penjelasan mengenai suatu

peristiwa yang dipandang terkait dengan pembinaan akhlak mulia santri. Pada saaat

85

melakukan wawancara, peneliti mencatat data yang dianggap perlu sebagai data
penelitian, terkadang merekam pembicaraan sumber atas persetujuannva.
3.

Teknik Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat dokumenter yang
terdapat di lapngan. Data yang bersifat dokumenter ini bempa dokumen resmi tentang
kebijakan pesantren, karya tuiis almarhamah kiai Hamn bempa KK nahwu dan sharaf
(gramatika) yang sampai sekarang masih dipergunakan oleh santri, foto yang diambil
pada acara akhir tahun pengajian dan nama-nama alumni.

Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti sendiri beriaku sebagai instrumen atau _,.
sebagai alat penelitian. Lincoln & Guba ( 1985: 39) menyatakan tentang kelebihan
peneliti sebagai instrumen yaitu.,...that all instruments interact with respondents and

objects but that only the human instrumen is capable in grasping and evaluating (he
meaning of (hat differential interaction Oleh sebab itu, menurut Moleong, (1994:
129) mengenai diri sendiri pada prinsipp'a mempakan bagian penting dari persiapan
peneliti supaya benar-benar siap di lapangan, temtama persiapan akan melakukan
sebagai instrumen.

Peneliti sebagai instrumen, menumt Moleong (1994: 121) memiliki kelebihan

antara lain: (1) ia akan bersikap responsif terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi
yang menciptakan lingkungan; (2) dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan

situasi lapangan penelitian temtama jika ada kenyataan ganda; (3) mampu melihat
persoalan dalam suatu keutuhan dalam konteks suasana, keadaan, dan perasaan; (4)

mampu memproses date secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali,

86

inengubah arah inkuiri, merubah hipotesis sewaktu berada di lapangan, dan mengetes
hipotesis tersebut pada responden.
D. Pengumpulan Data Penelitian

Pelaksanaan pengumpulan data didasarkan pada petunjuk-petujuk dalam

penelitian kualitatif. khususn3'a untuk masalah studi kasus. Teknik tersebut
dilaksanakan secara bemmtan terdiri atas empat tahap yaitu: (1) orientasi, yaitu mulai
dari pemberian surat izin penelitian, survei pendahuluan ke pondok pesantren

Kempek Kabupaten Cirebon, dan menca

Dokumen yang terkait

Penyesuaian diri santri di Pondok Pesantren terhadap kegiatan pesantren : studi kasus di Pondok Pesantren Darunnajah

14 101 116

Pola komunikasi antara kiai dan santri dalam metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit Raya, Jakarta Selatan

2 16 105

Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha Di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk – Tangerang

2 45 85

PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN PADA OSTI (ORGANISASI SANTRI TA’MIRUL ISLAM) PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM Pendidikan Kepemimpinan Pada OSTI (Organisasi Santri Ta’mirul Islam) Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta Dalam Membentuk Karakter Pemimpin.

0 0 14

PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN PADA OSTI (ORGANISASI SANTRI TA’MIRUL ISLAM) PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM Pendidikan Kepemimpinan Pada OSTI (Organisasi Santri Ta’mirul Islam) Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta Dalam Membentuk Karakter Pemimpin.

0 2 18

MOTIVASI DAN PERAN KIYAI DALAM PENENTUAN ORIENTASI PENDIDIKAN: Upaya Memadukan Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan Sekolah Di Pesantren Buntet Cirebon.

0 0 47

PERANAN KIAI DALAM MEMBINA AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN WALISONGO KOTABUMI LAMPUNG UTARA

2 29 149

PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN (Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 2 163

REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SALAFIYAH DALAM MENGHADAPI PERADABAN MODERN (Studi Kasus Majlis Tarbiyatul Mubtadi-ĩn (MTM) Pondok Pesantren Kempek Cirebon) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 29

MODEL KREATIVITAS PONDOK PESANTREN KANZUL ‘ULUM KOTA CIREBON DALAM MEMBINA SIKAP ENTERPRENEUR TERHADAP KESEJAHTERAAN EKONOMI SANTRI - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 26